KUMUH DI LAHAN RTH





Hai! Perkenalkan saya Celine Geraldine mahasiswi Arsitektur di Universitas Tarumanagara Jakarta Sejak kecil saya selalu menyukai semua hal yang berkaitan dengan seni dan desain Menjadi mahasiswa arsitektur membuat saya belajar banyak hal baru dan saya harap saya dapat memberikan yang terbaik sesuaid engan apa yang telah saya pelajari
Bekerja langsung dengan arsitek utama dalam mendesain eksterior dan interior bangunan Bertanggungjawab atas pemilihan bahan untuk interior bangunan
Merelokasi penduduk yang bermukim di permukiman kumuh bantaran Kali Sekretaris dimana lokasi tersebut seharusnya menjadi lokasi dengan peruntukan ruang terbuka hijau. Area tempat berhuni sangat tidak layak ditinggali terutama jika dilihat dari aspek kebersihan dan privasi
Jika dilihat dari budaya yang ada, para penduduk sangat mengutamakan kebersamaan Adanya kesamaan dalam penggunaan jenis pakaian dan panggilan menunjukkan sebagian besar warga berasal dari daerah yang sama Sebagian besar penduduk masih menggunakan cara kuno untuk mandi dan mencuci pakaian
Penduduk terbiasa menggunakan kamar mandi komunal (terdapat 2-3 bilik pada setiap gang) Penduduk mencuci pakaian dan peralatan makan di Kali Sekretaris Penduduk saling berbagi tempat untuk menjemur pakaian, menaruh barang, parkir dan berjualan Beberapa penduduk tinggal di rumah berupa ruangan tanpa sekat Tempat tinggal berukuran sangat kecil (sekitar 3x3 meter) dapat ditinggali oleh lebih dari 2 kepala keluarga
Sebagian besar penduduk tinggal akibat tuntutan ekonomi Profesi sebagain besar penduduk merupakan pedagang kaki lima Penduduk tidak menyadari tidak sehatnya lingkungan yang mereka tinggali (tidak sadar dengan bau sampah yang menyengat)
Rumah tumbuh merupakan sebuah konsep membangun rumah secara bertahap Hal ini dapat sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan sang pemilik rumah. Pemilihan konsep ini berdasarkan kebiasaan berhuni penduduk yang selalu menggunakan kamar mandi, ruang cuci jemur dan ruang lainnya secara bersama atau komunal. Hal itu mungkin nyaman bagi mereka saat ini namun setelah beberapa generasi dan didukung juga oleh perkembangan teknologi maka pola pikir serta cara berhuni juga akan berubah. Konsep rumah tumbuh ini akan memungkinan bagi penghuni untuk membangun kamar mandi, ruang cuci jemur, kamar, bahkan ruang lainnya di dalam hunian yang ditinggali.
Dalam desain akan digunakan konsep programming dis-programming. Hal ini dikarenakan penduduk di bantaran Kali Sekretaris mayoritas merupakan pedagang yang dimana jika pada area relokasinya disediakan juga tempat berdagang yang layak maka para penduduk akan merasa lebih mudah untuk menyesuaikan diri. Hal ini juga bertujuan untuk menunjang kebutuhan masyarakat disekitarnya.
Area komunal diciptakan berdasarkan kebiasaan berhuni masyarakat setempat. Masyarakat sudah terbiasa menggunakan kamar mandi komunal, ruang cuci jemur komunal dan berkumpul di satu tempat tertentu untuk bercengkrama. Mempertahankan keberadaan area komunal akan membuat masyarakat yang di relokasi menjadi lebih mudah untuk beradaptasi.
Pujasera diciptakan sebagai bentuk dukungan bagi masyarakat yang di relokasi. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk disana berprofesi sebagai pedagang kaki lima Merelokasi masyarakat tanpa mempertimbangkan hal yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka maka akan berakibat buruk. Masyarakat kemungkinan akan kembali mengulangi kebiasaan berhuni yang lama.
Baik pada hunian tipe 21 maupun tipe 42, keduanya dirancang dengan konsep rumah tumbuh Melihat perkembangan dunia, memungkinkan bagi generasi selanjutnya enggan menggunakan kamar mandi komunal ataupun area cuci komunal dan mereka akan meninggalkan hunian yang sekarang jika unit hunian nantinya tidak dapat disesuaikan dengan kebutuhan di masa mendatang Berdasarkan future development, setiap unit dapat dibangun kamar mandi berukuran 1 x 1.8 meter.
Permukiman kumuh berada di atas lahan RTH sehingga membutuhkan relokasi. Untuk melakukan relokasi maka tempat tersebut harus sesuai agar para penduduk dapat dengan mudah beradaptasi. Oleh karena itu, perlu memperhatikan kebiasaan hidup dan kebudayaan penduduk serta memilah apa saja yang harus dipertahanakan dan tidak
J L T A N J U N G D U R E N S E L A T A N , J A L A N A R J U N A U T A R A K E C A M A T A N G R O G O L P E T A M B U R A N J A K A R T A B A R A T
Permukiman yang akan dijadikan sebagai lokasi relokasi adalah permukiman kelas menengah yang sudah tertata. Agar para penduduk yang direlokasi dapat menyatu dengan penduduk di permukiman ini maka dibutuhkan pemisah yang dapat memisahkan kebiasaan hidup penduduk permukiman kumuh dan penduduk sekitar agar tidak saling mengganggu.
Tapak seluas 2 900 m2 terletak di zona hunian dengan KB 4
Memberikan jarak GSB 6 meter pada setiap sisi tapak yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai sirkulasi ataupun lahan terbuka hijau
Area hunian terletak menghadap ke jalan raya dan sebagai barrier. Dimana jika dilihat dari depan bangunan merupakan bangunan pada umumnya namun di baliknya terdapat berbagai kegiatan penduduk
Memisahkan antara area hunian dan area komunal Area hunian terdapat di bagian depan tapak sedangkan area komunal seperti tempat cuci jemur komunal terletak di bagian belakang tapak
Area hunian terletak di lantai 2 hingga 4 sedangkan lantai 1 berfungsi sebagai area publik berupa pujasera (disprogramming) untuk mendukung perekonomian penghuni
Membuat bukaan dan void untuk mendukung sirkulasi udara dan penghematan energi di dalam bangunan Void akan membuat sirkulasi udara di lorong menjadi lebih sejuk serta hemat energi
Desain atap dengan dak beton dimana area dak atap masih dapat digunakan sebagai area komunal
Penambahan secondary skin untuk menghalau panas matahari sekaligus dapat berperan sebagai barrier yang membatasi antara aktivitas budaya penduduk dengan masyarakat sekitar
D E N A H L T D A S A R D E N A H L T 2
D E N A H L T A T A P
T A M P A K T I M U R
T A M P A K S E L A T A N
T A M P A K B A R A T
P
G A
B
B R A N C A N G A N S E Q U E N C E
P O T O N G A N A K S O N O M E T R I
D E T A I L T E K T O N I K A R S I T E K T U R
D E T A I L U N I T T I P E 2 1 F U T U R E
D E T A I L U N I T T I P E 4 2 F U T U R E
Sistem elektrik bangunan rusun menggunakan pasokan listrik yang diterima dari PLN. Setelah dari gardu PLN, dialirkan ke Trafo , dan ke medium voltage panel (MVMDP) yang berada di satu ruangan. Setelah itu , dialihkan ke Low voltage panel (LVMDP) sebelum ke ruang panel komponen di seluruh lantai. Untuk pasokan cadangan listrik , menggunakan generator yang berada di lantai dasar
FLOOR PANEL
KABEL FLOOR PANEL
KABEL KE PANEL KECIL & KOMPONEN LAIN
KABEL LVMDP KE KABEL PANEL LAIN
Sistem air bersih di bangunan rusun ini menggunakan system down feed, yang merupakan sistem pengairan dari atas bangunan (atap) ke bawah bangunan. Air awalnya diterima dari PAM, lalu mengalir menuju meteran sebelum ke ground water tank yang terletak di basement Setelah itu, air dipompa menuju ke roof tank untuk ditampung sementara, sebelum di pompa dari atas menuju ke keran air bersih di tiap lantai melalui pipa dalam shaft plumbing.
PIPA KE ATAS (ROOF TANK)
PIPA AIR KE BAWAH
Sistem air kotor di bangunan rusun menggunakan one pipe system. Distribusi air kotor dari bangunan keluar dimulai dari toilet fixtures yang telah digunakan dan dari dapur Dari sumber tersebut, air kotor beserta limbahnya dialirkan menuju ke bak ekualisasi, untuk ditampung sementara, sehingga zat-zat limbah padat terendapkan. Setelah dari bak ekualisasi, air kotor tersebut dialirkan ke tabung STP (sewage treatment plant), yang berfungsi untuk mengolah air tersebut untuk siap dipompa Kembali menuju riol kota
S K E M A T I K S I S T E M K E B A K A R A N