Aga

Page 1

DALAM PANDEMI PDPIJAKARTA

Agustus 2023

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jakarta Pengabdian Tiada Henti

Kata Pengantar

Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Puji syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa bahwa “Buku PDPI Jakarta dalam

Pandemi: Pengabdian Tiada Henti” dapat diwujudkan setelah tertunda sekian lama Pekan Ilmiah Respirasi (PIR) PDPI Cabang Jakarta 2023 menjadi momen untuk menyampaikan sekelumit pengalaman berharga dan kiprah para anggota PDPI Jakarta semasa pandemi itu kepada masyarakat.

Pandemi COVID-19 telah mengubah kehidupan global, dan menjadi tragedi kemanusiaan yang mengguncangkan dunia

Sejak awal pandemi, PDPI telah mengingatkan pemerintah dan masyarakat bahwa virus ini akan menjjadi masalah kesehatan di Indonesia Dokter paru jugalah yang pertama kali berjibaku di garda terdepan sejak awal virus ini masuk ke Indonesia. Tidak ada jalan lain, tugas yang menjadi panggilan

takdir itu harus dihadapi dan ditunaikan sebaik-baiknya Apalagi DKI

Jakarta adalah ibukota negara yang menjadi barometer Indonesia dalam kesiapan menghadapi pandemi. Meski pada masa awal sempat terbersit rasa takut dan kuatir menghadapi virus asing itu, tetapi para pejuang respirasi tetap tegar menghadapinya

Kiprah penting saat membersamai pembentukan RS Darurat COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran pada Maret 2020, hingga masa berakhirnya tugas pada Maret 2023. Kiprah anggota PDPI Jakarta di berbagai RS rujukan dan RS darurat COVID-19 juga sangat signifikan. Para Senior anggota PDPI

Jakarta pun tak ingin berpangku tangan, mulai dari peran sebagai

penasihat tim medis yang sangat penting di ruang komando, hingga terjun langsung ke ruang isolasi. Hanya peringatan tegas tanda peduli, khususnya kepada para senior berusia lanjut, yang terpaksa membatasi kiprah mereka ke ruang isolasi pasien Semua anggota PDPI Jakarta berperan penting sesuai dengan kemampuan terbaiknya, bahkan hingga nyawa taruhannya. Rasa peduli, solidaritas, saling membantu, bekerja sama tanpa kenal batas, dan ketulusan menjadi bukti nyata PENGABDIAN TIADA HENTI seluruh

anggota PDPI Jakarta, hingga masa selanjutnya.

ii

Untuk itu kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada seluruh anggota PDPI Jakarta, serta seluruh pejuang kesehatan di Indonesia, atas kontribusi kemanusiaan semasa pandemi. Meski WHO telah mengumumkan berakhirnya pandemi COVID-19 menuju endemi, tetapi pengalaman semasa pandemi menjadi mutiara berharga bagi seluruh pejuang kesehatan dan masyarakat Indonesia serta dunia Balasan kebaikan dan pahala terbaik dari Tuhan Yang Maha Kuasa sajalah yang akan membalas semua peran penting tersebut.

Akhirnya kami berharap kiranya buku sederhana ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Tak hanya sekedar berbagi pengalaman, tetapi juga menjadi sumber inspirasi untuk masa depan yang lebih baik, khususnya demi kemajuan di bidang kesehatan respirasi. Salam sehat dan tetap semangat !

Wassalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Jakarta, Agustus 2023

Dr. dr. Anna Rozaliyani, M.Biomed, SpP(K)

Ketua PDPI Cabang Jakarta

iii
Daftar
Kata Pengantar Daftar Isi Biografi Anggota PDPI Jakarta Menilik Lebih Dalam Saat Pandemi ii iii 1 210 iii
Isi

Biografi Anggota PDPI Jakarta

dr. Paulus Embran, Sp.P

Sebagai dokter spesialis paru, dr Paulus melayani pasien di RS

Husada. Selama berpraktik, kondisinya tenang-tenang saja dan

Beliau telah berpraktik dengan

memperhatikan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker. Pada

masa pandemi COVID-19, Beliau

tidak melayani pasien COVID-19

sesuai arahan dari RS Husada

dengan alasan usianya yang sudah

lanjut Beliau berpendapat bahwa

Nama: dr. Paulus Embran, Sp.P

Lahir: Sukabumi, 15 Juni 1936

Tempat praktik: RS Husada

penanganan COVID-19 oleh

sejawat-sejawat dokter spesialis

paru sangat baik. Beliau memiliki

anak yang juga merupakan dokter

spesialis paru, dikatakan pernah

mengalami COVID-19 dan

mendapatkan penanganan yang baik

sehingga dapat pulih dan sehat

kembali. Saat ini, Spesialis Paru

sudah menjadi ranah yang banyak

diminati oleh para dokter, ditandai

dengan adanya calon pendaftar

Spesialis Paru sebanyak 45 orang, sementara yang diterima hanya 15 orang dokter. Sebelumnya Beliau

adalah pengurus PDPI, namun

sudah pensiun dan tidak lagi menjadi

pengurus aktif sejak tahun 2000.

Beliau berpendapat bahwa

bronkoskopi merupakan

kepemilikan dari dokter spesialis

paru dan seharusnya memiliki hak dan wewenang untuk melakukan

tindakan pemasangan selang WSD.

2

dr. P. Handojo, Sp.P

Pengalaman yang paling berkesan bagi dr Handojo adalah saat masa

awal pandemi ketika COVID-19

belum populer di Indonesia, Beliau

menangani seorang pasien Pada

saat dilakukan foto toraks, didapatkan infiltrat difus miliar, kemudian pasien dirawat Pada

suatu hari ketika pasien dirawat, pasien pada jam 6 sore masih dapat berbicara, namun ketika dilakukan pemeriksaan foto toraks, ternyata

Lahir: Wirosari, 27 November

1936

terlihat gambaran yang putih, kemudian tidak lama kemudian pasien meninggal. Pasien tersebut

diduga pasien COVID-19 pertama

yang dihadapi oleh Beliau Saat

puncak-puncak masa pandemi, Beliau juga sempat diarahkan untuk

berhenti praktik di rumah sakit

sementara sekitar 2 bulan karena

usianya, padahal Beliau tidak ingin berhenti praktik. Setelah 2 bulan

tersebut, Beliau kembali praktik

dengan memakai alat pelindung diri

seperti hazmat. Kebijakan-kebijakan

rumah sakit juga telah dimodifikasi

seperti pasien yang terduga COVID19 dengan gejala demam dan batuk akan diarahkan ke kamar isolasi.

Berbagai duka yang dialami oleh

Beliau adalah banyaknya keluarga

yang terkena COVID-19. Adapun

saran Beliau untuk PDPI adalah apabila informasi-informasi yang penting, dapat segera disebarkan dengan cepat.

Nama: dr. P. Handojo, Sp.P
3
Tempat praktik: Siloam Hospital Kebon Jeruk, RS Pluit

Prof. dr. Anwar Jusuf, Sp.P(K)

Selama pandemi COVID-19, Prof Anwar tidak menangani kasus

COVID-19 secara langsung, namun

turut ikut berperan dalam

penanganan pasien dengan cara

menerima berbagai konsultasi terkait

pasien COVID-19. Beliau juga sudah

merasakan posisi menjadi pasien

COVID-19 sebanyak 3 kali dan

semua kejadian tersebut hanya

sampai gejala ringan saja atau

bahkan tidak bergejala sama sekali

Prof Anwar merasa berkesan

Nama: Prof. dr. Anwar Jusuf, Sp.P(K)

Lahir: Bandung, 10 November 1942

Tempat praktik: RS Primaya PGI Cikini, RS Jakarta

dengan penanganan-penanganan yang didapatkannya selama menjadi

pasien. Meskipun gejala hanya

ringan saja, Beliau diarahkan untuk

dirawat di rumah sakit, sehingga

sudah pernah dirawat di RSUI dan

RSUP Persahabatan selama

masing-masing sekitar 7-10 hari

Salah satu hikmah yang dapat

diambil dari pandemi COVID-19

adalah pengalaman yang sangat

berharga, sementara itu, duka

selama Pandemi COVID-19 bagi

Beliau adalah anak-anaknya yang

juga terkena COVID-19 hingga perlu

untuk dirawat di rumah sakit Analisis

merupakan hal yang penting untuk

menghadapi kemungkinan Pandemi

yang dapat terjadi ke depannya

Dengan membuat analisis terkait potensi munculnya pandemi

berdasarkan pengalaman pandemi ataupun endemi sebelumnya, diharapkan berbagai tantangan serupa dengan COVID-19 dapat dihadapi sebaik-baiknya karena pandemi ini selalu tidak terduga.

4

dr. Sidharma Husada, Sp.P

Meskipun sudah mencapai usia 87

tahun pada masa pandemi COVID19, dr. Sidharma masih berjuang di garda terdepan COVID-19. Dalam

sehari, Beliau dapat menangani 20

hingga 30 kasus. Beliau juga sering mendapatkan konsultasi pasien dari

departemen lain Dalam perjuangan

melawan COVID-19 tersebut, Beliau

bekerja sampai suatu saat sampai

terkena COVID-19 dan harus dirawat

selama 1 minggu Meskipun

menangani pasien COVID-19 itu

Nama: dr. Sidharma Husada, Sp.P

Lahir: Malang, 3 Februari 1934

Tempat praktik: RS Mayapada

Lebak Bulus

melelahkan, Beliau merasa tidak ada masalah dengan hal itu Beliau merasa dapat menangani pasien

COVID-19 dengan suka cita karena

merawat pasien COVID-19

seharusnya dilakukan dengan penuh suka cita sebagaimana merawat pasien yang bukan COVID-19 pada

umumnya. Beliau juga mengatakan

bahwa dari pandemi, kita dapat

mempelajari bahwa kita harus

berhati-hati dan cermat dalam

penggunaan alat pelindung diri agar

tidak terkena dengan COVID-19, apalagi bagi orang yang berusia

tinggi karena memiliki risiko yang

lebih besar Saat ini Beliau masih

memiliki semangat dalam praktik

melayani pasien di rumah sakit,

meskipun jumlah kasusnya tidak

sebanyak ketika masa puncak

pandemi Untuk PDPI, Beliau

menyarankan agar seluruh dokter

melakukan pelayanan dengan

penuh suka cita dan berharap

semoga PDPI semakin jaya ke depannya.

5

dr. Handoko Gunawan Sp.P

Dokter Handoko adalah salah satu

tokoh yang sangat inspiratif pada

masa pandemi. Meskipun terdapat

arahan agar orang dengan usia lebih

dari 60 tahun tidak masuk rumah

sakit, Beliau yang saat itu sudah

mencapai usia 80 tahun datang

untuk menangani pasien COVID-19

secara langsung. Padahal Beliau

sendiri juga terkena COVID-19

sebanyak 2 kali Hal itu dilakukan

karena adanya motivasi dan pikiran

bahwa spesialis paru harus

Lahir: Rangkas Bitung, 18 Juli 1940

menangani pasien COVID-19.

Kejadian yang berkesan bagi Beliau

adalah saat menangani pasien lansia

90 tahun dengan interleukin dan Ddimer tinggi, yang survive setelah

mendapatkan penanganan adekuat

Beliau menceritakan bahwa hal-hal

yang

membuat senang selama

pandemi adalah apabila pasien

COVID-19 dengan kondisi yang

berat dapat tertolong seperti kasus

tersebut, sementara hal yang

menjadi duka adalah ketika

menemukan pasien yang

membutuhkan pengobatan namun

tidak mampu untuk membiayai

pengobatan tersebut. Untuk PDPI, Beliau berpesan bahwa COVID-19

hingga saat ini merupakan

penyakit yang masih penuh

dengan pertanyaan Masih banyak

hal yang harus kita pelajari terkait

dengan COVID-19 ini, seperti

indikasi kapan pemberian IVIG

pada pasien dengan COVID-19

Nama: dr. Handoko Gunawan Sp.P
6
Tempat praktik: RS Grha Kedoya, RS MMC, Tsu Chi Hospital

dr. Umar Wahid Hasjim, Sp.P

Meskipun tidak menangani pasien

secara langsung, dr Umar sangat

berjasa saat pandemi COVID-19.

Pada saat itu, Beliau memimpin

dewan pengawas rumah sakit di DKI

Jakarta hingga mencapai 25 rumah

sakit yang perlu diawasi serta

mengetuai dewan penasehat

asosiasi puskesmas yang

beranggotakan sekitar 44 puskesmas di DKI Jakarta Beliau

terlibat dalam memberikan arahan, mengatasi keluhan-keluhan tiap

Nama: dr. Umar Wahid Hasjim, Sp.P

Lahir: Jombang, 6 April 1945

Tempat praktik: Tidak praktik

fasilitas kesehatan, serta menjadi

fasilitator dengan PEMDA dan kementerian kesehatan. Momen

yang berkesan bagi Beliau adalah

ketika mendapatkan informasi bahwa

ada dokter internship yang bekerja di daerah pelosok dengan alat

pelindung diri yang sangat terbatas

Oleh karena itu, Beliau sangat

mengusahakan pengadaan APD, sehingga masalah tersebut akhirnya

dapat diatasi. Pandemi ini juga telah

memberikan pelajaran bahwa tenaga

kesehatan bukan hanya dokter, namun semua orang dapat terlibat

bekerja sama saling bahu-membahu

Beliau berpendapat bahwa

sebelumnya, PDPI sudah

menunjukkan kerja yang luar biasa

dalam menangani COVID-19.

Beliau menyarankan untuk PDPI

agar dapat memikirkan persiapanpersiapan apabila suatu pandemi

dapat terjadi pada waktu yang

akan datang, sehingga

penanganan pandemi dapat

dilakukan dengan lebih baik lagi.

7

dr. Vinna Nancy Tobing, Sp.P,

MARS

Pada masa sebelum dinyatakan

pandemi COVID-19, dr. Nancy

menceritakan bahwa dalam praktik

sehari-harinya di RS Adhyaksa, Beliau curiga sudah ada kasus

COVID-19 namun tidak terdeteksi

karena fasilitas diagnostik yang

belum memadai Saat itu, ada

pasien pneumonia yang tidak

sembuh-sembuh hingga masuk ICU

dan meninggal dunia Karena

adanya arahan agar dokter yang

berusia di atas 60 tahun untuk tidak

Nama: dr. Vinna Nancy Tobing, Sp.P, MARS

Lahir: Bandung, 30 Oktober 1952

Tempat praktik: RS. Adhyaksa, RS. Antam Medika

menangani pasien COVID-19 secara

langsung, Beliau sempat libur

selama 2 bulan, lalu kembali untuk

praktik di rawat jalan saja, padahal

Beliau merasa masih memiliki energi

yang kuat untuk melayani pasien

Hal itulah yang menjadi duka karena

Beliau memiliki keinginan untuk

bekerja secara maksimal Di sisi lain, Beliau juga merasa bahwa fasilitasfasilitas yang disediakan oleh rumah

sakit sangat memadai dalam

menunjang protokol kesehatan, sehingga baik dokter maupun pasien

dapat merasa nyaman dalam

pelayanan kesehatan Beliau

berpendapat bahwa PDPI saat masa

pandemi sudah baik dalam

dalam melakukan sosialisasi

penanganan COVID-19 meskipun

melalui online Beliau bahkan

terkesan dengan adanya update

seputar panduan COVID-19 yang

sangat cepat dari PDPI maupun

Kemenkes

?

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

Sp.P(K)

Prof Tjandra adalah sosok yang

memiliki peran penting pada masa

pandemi COVID-19, meskipun

bukan sebagai klinisi yang langsung

menangani pasien. Pada awal

pandemi tahun 2020, Beliau masih

bekerja di WHO dengan pekerjaan

sehari-harinya berupa rapat dan

membuat berbagai kebijakan Pada

September 2020, Beliau akhirnya

kembali ke tanah air. Beliau lebih

banyak bekerja dengan

menganalisis pandemi secara ilmiah,

Lahir: Jakarta, 3 September 1955

Tempat praktik: -

menjawab berbagai pertanyaan oleh

wartawan terkait dengan

perkembangan pandemi, hingga

Beliau menulis buku tentang COVID-

19 yang berisi tulisan-tulisan yang

ditujukan ke media massa Beliau

juga aktif menjadi narasumber dalam berbagai seminar tentang COVID-19.

Terkait dengan masukan terhadap

PDPI, Beliau setuju dengan

pengadaan buku kiprah PDPI ini

karena catatan-catatan terkait

dengan apa yang terjadi pada masa

pandemi dapat menjadi bermanfaat

untuk penerapan peran PDPI ke

depannya Harapannya adalah

catatan seperti ini dibuat tidak hanya

sebatas pengalaman-pengalaman

dokter saja saat pandemi, namun

juga dilakukan analisis yang

mendalam sehingga pandemi yang

suatu saat dapat terjadi kembali pada masa yang akan datang, dapat dihadapi dengan lebih baik dari sebelumnya.

Nama: Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K)
?

dr. Raharjo Wiryokusumo, Sp.P

Dokter Raharjo saat masa pandemi

masih sempat praktek, namun

sempat juga tidak langsung

menangani pasien COVID-19 terkait

dengan usianya, sesuai dengan

arahan yang Beliau dapatkan Saat

itu, Beliau hanya menerima

konsultasi-konsultasi saja terkait

dengan pasien Namun demikian, Beliau sempat melayani pasien

dengan menggunakan hazmat atau

alat pelindung diri lengkap.

Nama: dr. Raharjo Wiryokusumo, Sp.P

Lahir: Banyuwangi, 11 Juli 1944

Tempat praktik: RS Satya Negara, RS Mulyasari

Sementara itu, pasien yang bukan

COVID-19 juga ditangani tanpa ada perbedaan yang signifikan.

Dibandingkan dengan saat angka

insidennya masih tinggi, saat ini

sudah lebih tenang dan ketentuan

alat pelindung diri yang digunakan

juga menjadi lebih longgar. Beliau

mengatakan bahwa duka yang

dialami saat masa pandemi hanya

berupa ketakutan akan tertular

COVID-19, sementara banyak

pelajaran yang bisa diambil dari

COVID-19 ini. Beliau juga bahkan

pernah terkena COVID-19 sebanyak

dua kali, namun tidak sampai

dilakukan rawat inap tetapi hanya

rawat jalan saja karena gejalanya

sangat ringan hingga tidak

bergejala. Beliau mengetahui

terkena COVID-19 karena hasil

swab positif Di sisi lain, Beliau

juga berpendapat bahwa

penanganan COVID-19 oleh

dokter-dokter PDPI sudah baik

?

Prof. dr. Faisal Yunus, Ph.D, Sp.P(K), FCCP

Salah satu hal yang paling berkesan

bagi Prof Faisal adalah masa-masa

awal dari pandemi COVID-19 ketika

semua orang ketakutan akan

COVID-19 Kita merasa tidak aman

karena kita tidak tahu kapan terkena

COVID-19. Persiapan pada masa

awal pandemi juga masih sangat

kurang karena informasi-informasi

terkait dengan COVID-19 di Indonesia sangat terlambat dan

terkesan COVID-19 di Indonesia

ditutup-tutupkan. Banyak hal juga

Nama: Prof. dr. Faisal Yunus, Ph.D, Sp.P(K), FCCP

Lahir: Batu Sangkar, 8 Juli 1951

Tempat praktik: RSUP Persahabatan, RS EMC Pulomas, Radjak Hospital Salemba

yang masih kita belum pahami terkait

COVID-19 sehingga upaya kita juga

masih berubah-ubah seperti pilihan

penggunaan antivirus. Dari pandemi

ini, banyak juga duka karena banyak

dokter yang meninggal imbas dari

COVID-19. Beberapa dokter yang

kematiannya sangat menyentuh bagi

Prof Faisal adalah almarhum Prof.

Hadiarto, Prof. Taufik, dan dr. Andika

yang masih muda dan kenal baik

dengan Beliau. Untuk PDPI, Beliau

berpesan bahwa kita harus siap

untuk suatu pandemi yang dapat

terjadi pada masa yang akan datang.

Selain dari COVID-19, kita sudah

pernah mengalami berbagai

pandemi lainnya sehingga kita harus

lebih siap

Dokter-dokter paru juga harus

senantiasa meningkatkan diri dan tidak alergi terhadap hal yang baru. PDPI juga sebaiknya bisa

menghimbau dan memberikan pertimbangan ke pemerintah terkait dengan regulasi rokok di Indonesia.

?

dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS

Ketika pandemi COVID-19 melanda, dr Supriyantoro sudah tidak aktif

praktik, namun Beliau tetap berperan aktif melalui organisasi, salah

satunya Komunitas Relawan

Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI). Sejak awal pandemi, Beliau bersama relawan KREKI

turun langsung untuk membantu persiapan APD, obat-obatan, hingga tabung oksigen saat persediaan di banyak RS menipis, bahkan habis

Menurut Beliau, sejak awal pandemi

Nama: dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS

Lahir: Lampung, 11 Agustus 1954

Tempat praktik: Tidak praktik

di Indonesia, pemerintah sudah sigap mempersiapkan titik-titik dengan

ruangan untuk penanganan pasien.

Beliau melihat tidak hanya tenaga

kesehatan, namun banyak

stakeholder yang terlibat dalam penanganan pandemi. Oleh karena itu, Indonesia termasuk salah satu negara yang mengatasi pandemi

dengan baik. Hal yang saat ini Beliau

khawatirkan adalah mempertahankan

kesiagaan Setelah pandemi mulai

teratasi, penting bagi pemerintah dan tenaga kesehatan untuk selalu siap

menghadapi KLB selanjutnya. Beliau

menekankan urgensi pulmonologi

sosial dalam hal ini, apalagi di negara

seperti Indonesia yang penuh

masalah respirasi, baik infeksi

maupun industri. Kemajuan

kesehatan respirasi dipengaruhi aspek promotif dan preventif yang baik. Beliau menyarankan agar

PDPI serta pihak Kemenkes dapat membuat tim nasional untuk berkontribusi dalam kemajuan pulmonologi sosial.

?

dr. Yessi Haryanti, Sp.P

Saat pandemi, pemakaian hazmat

menjadi tantangan tersendiri bagi dr Yessi. Beliau tentunya perlu

menggunakan baju hazmat berlapislapis dengan disertai masker

Penggunaannya pun dapat dilakukan berjam-jam. Beliau sering kali kesulitan saat menggunakan

sepatu boot yang berukuran besar dan berat. Beliau juga perlu terus

memberikan pelayanan yang optimal Untungnya, Beliau dibantu

oleh orang-orang di sekelilingnya

Nama: dr. Yessi Haryanti, Sp.P

Lahir: Jakarta, 30 Oktober 1972

dan juga pihak-pihak eksternal. Saat pandemi, banyak orang mendoakan

tenaga medis agar dapat terus sehat dan dapat melayani. Hal ini

merupakan sisi positif pandemi yang

dirasakan dr. Yessi. Namun, tentunya saat pandemi ada rasa kekhawatiran untuk menularkan virus ke keluarga sehingga Beliau harus

berjauhan dengan keluarga. Saat

Ramadhan di awal pandemi, misalnya, Beliau memilih untuk tetap

berada di kamar ketika sedang sahur

mengingat adanya orang tua Beliau yang berusia sekitar 70 tahun. Begitu

pula dengan pasien yang tidak bisa

sangat berdekatan dengannya Bagi

Beliau, PDPI cab. Jakarta sudah

sangat baik kinerjanya. Banyak

acara, liputan, dan komunikasi yang ada dalam organisasi. Beliau berterima kasih untuk setiap pemimpin organisasi. Ke depannya, Beliau berharap akan ada lebih banyak silaturahmi yang terjalin dan dapat menampung aspirasi banyak orang.

?
Tempat praktik: RSPAD Gatot Soebroto, RSU Andhika

dr. Irandi Putra Pratomo, PhD, Sp.P, FAPSR

Bagi dr Irandi, pandemi COVID-19

menunjukkan bahwa peran

kolaborasi masyarakat, profesi, dan pemerintah itu nyata adanya Dalam

keadaan krisis saat pandemi, terdapat peningkatan tinggi pasien

yang disertai keterbatasan daya

tampung fasilitas pelayanan

kesehatan. Peralatan pelindung, alat diagnostik, hingga pengobatan pun

terbatas Namun, kolaborasi

bertahan dengan segala dinamika yang terjadi tersebut. Hal ini menjadi

Lahir: Jakarta, 18 Mei 1983

Tempat praktik: RS Universitas

Indonesia Depok, Mayapada Hospital

Kuningan Jakarta

Media Sosial: Twitter @dokterparu

pengamatan yang menarik bagi

Beliau, namun diharapkan tidak perlu

sampai terjadi kembali. Lebih lanjut, menurut Beliau, organisasi profesi

(OP) harus terus mengikuti

perubahan kultur komunikasi yang ada. Data Worldbank (2021)

menunjukkan 62% penduduk

Indonesia terhubung dengan internet. Selain itu, data Hanadian

Nurhayati-Wolff (2022) juga

menunjukkan rerata orang Indonesia

menggunakan internet sekitar 8 jam

sehari, sebagian besar dihabiskan di media sosial. Kedua data tersebut

perlu disikapi OP bahwa peluang

peningkatan literasi kesehatan dan kolaborasi dengan masyarakat harus

dilakukan secara digital OP juga

Website: https://s.id/irandi

bertanggung jawab meluruskan

disrupsi informasi kesehatan yang

marak di masyarakat OP harus

memiliki tim literasi digital, tim media sosial, dan hubungan

masyarakat yang khusus serta

konsisten dalam hal peningkatan

derajat kesehatan masyarakat.

91
Nama: dr. Irandi Putra Pratomo, PhD, Sp.P, FAPSR

dr. Fariz Nurwidya PhD

Sp.P, FAPSR

Saat pandemi, dr. Fariz berhadapan

dengan jumlah kasus yang melonjak

tinggi yang mengharuskan Beliau

membuat keputusan klinis yang

tepat Triase pasien perlu dijalankan, dan harus dapat memisahkan pasien yang perlu diprioritaskan. Perjalanan

penyakit juga beragam pada lintas

usia, dengan atau tanpa

komorbiditas. Kondisi pasien pun

dapat dengan cepat berubah dari

stabil menjadi perburukan

Pengalaman tersebut memberikan

Nama: dr. Fariz Nurwidya, PhD, Sp.P, FAPSR

Lahir: Jakarta, 4 Oktober 1982

kesan sendiri bagi Beliau. Terkait

dampak positif pandemi, Beliau

merasakan kepercayaan masyarakat

yang meningkat terhadap dokter

paru Semua pihak pun menjadi

saling terlibat dan berjuang dalam

pandemi, seperti dalam promosi

kesehatan dan pelacakan kontak

Namun, walaupun dengan segala

upaya yang ada, terdapat

keterbatasan tempat tidur dan oksigen di tengah-tengah permintaan yang tinggi. Hal tersebut berdampak

pada adanya tanggungan untuk

menyampaikan kabar buruk bagi

keluarga pasien. Terdapat pula rasa

berbenturan dengan moral dimana

harus memilih pasien yang perlu

diprioritaskan sesuai indikasi Untuk

PDPI cab. Jakarta, Beliau berharap

Tempat praktik: RSUP Persahabatan, RSU Bunda Jakarta

organisasi dapat meningkatkan

kembali solidaritas yang ada Hal

ini penting mengingat ada risiko

pihak-pihak eksternal ingin

menurunkan kerukunan organisasi

Jadi, saat ini merupakan saat yang tepat untuk menjaga solidaritas.

92

dr. Vinci Edy Wibowo, Sp.P

Bagi dr Vinci, terdapat berbagai

pengalaman berkesan saat pandemi

Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah ketika Beliau

melakukan pembuatan video

edukasi pada masa awal pandemi. Saat itu, Beliau membuat video

edukasi tentang bagaimana

berjemur membantu untuk

peningkatan imun. Video Beliau pun dapat tersebar luas dan dapat banyak membantu masyarakat untuk

kuat melawan virus COVID-19.

Nama: dr. Vinci Edy Wibowo, Sp.P

Lahir: Jakarta, 23 Mei 1984

Tempat praktik: RS Mitra

Keluarga Cikarang, RS Mitra

Keluarga Kelapa Gading

Lebih lanjut, terdapat suka dan duka yang Beliau rasakan selama pandemi. Terkait suka, Beliau merasa bahagia jika dapat membantu pasien-pasien yang menderita COVID-19. Hal tersebut dilakukan dengan membantu menghilangkan kekhawatiran pasien dan meningkatkan ketenangan hati

dalam rangka menghindari stres dan mempercepat kesembuhan. Di sisi lain, tentu menjadi duka tersendiri ketika Beliau melihat pasien dengan perburukan kondisi, terutama pasien yang sudah memerlukan ventilator.

Untuk PDPI cabang Jakarta, Beliau

berpesan agar dapat terus kompak, saling membantu, serta saling

menghargai antar sesama anggota. Lebih lanjut, antar anggota jangan sampai saling

menjatuhkan karena perbedaan

asal daerah, perbedaan pendapat, ataupun perbedaan pandangan politik.

93

dr. Gatut Priyonugroho, Sp.P

Saat pandemi berlangsung, dr Gatut

menjadi salah satu dokter yang

sering melakukan tindakan

bronkoskopi. Keberaniannya pun

ditunjang dengan berbagai fasilitas

yang ditingkatkan dalam tempatnya

berpraktik. Selain itu, dr. Gatut juga

memiliki PAPR untuk menunjang

praktiknya sehari-hari. Uniknya, dr.

Gatut mendapatkan PAPR tersebut

melalui bantuan teman-teman SMA

nya yang membantu pembelian dari

Amerika Serikat. Menurut Beliau

Nama: dr. Gatut Priyonugroho, Sp.P

Lahir: Jakarta, 25 Oktober 1984

Tempat praktik: RS Universitas

Indonesia Depok, RS Mitra

Keluarga Kalideres, EMC Alam

pandemi meningkatkan kolaborasi

antar departemen. Dalam hal

bronkoskopi, dokter spesialis lain

pun ikut berdiskusi dengan Beliau

dalam penggunaannya. Di sisi lain, pandemi juga membuat dr. Gatut

seringkali khawatir akan menularkan

keluarganya. Situasi pandemi juga

pernah membuatnya berhadapan

dengan pasien yang marah

dikarenakan tidak diberikan salah

satu jenis obat kepada anggota

keluarganya. Padahal, saat itu belum

banyak data penelitian untuk

penggunaan obat tersebut Bagi

organisasi, dr. Gatut pun berpesan

agar organisasi dapat menampung

seluruh karakter anggotanya

Baginya, sikap tidak hanya berarti

mematuhi keseluruhan arahan

orang lain, namun juga harus

ditunjang keberanian untuk

mengemukakan pendapat Mereka

yang menjadi pimpinan organisasi

profesi haruslah mereka yang tidak

mengedepankan kepentingan

pribadi dan berani berpendapat

96
Sutera

dr. Yenni Sari Siregar, Sp.P

Hal yang sangat berkesan bagi dr Yenni selama pandemi COVID-19

adalah ketika Beliau dapat turut berkontribusi menyumbangkan

waktu dan tenaga dalam perjuangan

masa pandemi. Terhitung Beliau

sudah merawat hingga ratusan

pasien COVID-19 Saat itu, Beliau

berpraktik di RS rujukan COVID-19

dan hanya merawat pasien COVID19 Banyak pasien yang harus

dirawat cukup lama, apalagi ditambah sarana terbatas.

Menurut-

Lahir: Medan, 2 Januari 1974

nya, banyak pasien pun akhirnya

lelah dan depresi dengan kondisi pandemi. Beliau pun perlu ikut memotivasi dan memberikan

semangat pada pasien. Terdapat

suka dan duka yang dirasakan selama pandemi. Dapat merawat pasien COVID-19 itulah yang

menjadi kebahagiaan tersendiri

baginya. Namun, sempat terdapat

duka mendalam saat masa pandemi

yang dirasakannya Hal ini terkait

orang tua Beliau yang berpulang ke

Rahmatullah ketika pandemi

berlangsung Saat itu, Beliau tidak

bisa menemani kedua orang tuanya

karena harus berjuang melawan

COVID-19 Beliau pun berpesan

untuk PDPI cab. Jakarta agar dapat

terus memberikan informasi terbaru

bagi para anggotanya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan acara-acara ilmiah, seperti halnya webinar. Hal ini tentunya perlu untuk terus mendapat ilmu terkini terkait perkembangan ilmu pulmonologi bagi anggotanya.

97
Nama: dr. Yenni Sari Siregar, Sp.P Tempat praktik: RSUD Banten, RS Permata Pamulang

dr. Efriadi Ismail, Sp.P(K)

Bagi dr Efriadi, seluruh pengalaman

selama pandemi adalah pengalaman

berkesan. Beliau teringat ketika

peningkatan kasus delta yang

membuat penuhnya IGD dengan

pasien COVID. Saat itu, terjadi

kekurangan slot oksigen, bahkan

terdapat pula pasien yang meninggal

sebelum dapat masuk ruangan.

Banyak pula tenaga kesehatan yang

menangis karena situasi tersebut

Antrian pemakaman pun meningkat

Beliau teringat pula satu kasus

Nama: dr. Efriadi Ismail, Sp.P(K)

Lahir: Purwodadi, 10 Februaari

1979

Tempat praktik: RSUP

Persahabatan, RS Yarsi Cempaka

Putih, RS JMC

dimana terdapat 1 pasien COVID-19

dengan berat 160 kg, yang tidak

berhasil selamat. Terdapat berbagai

dampak positif yang dirasakan dr.

Efriadi, seperti dapat bekerja dengan

berbagai teman lintas sektor. Semua

orang pun memiliki peran masingmasing yang sama penting Pandemi

pun dapat menjadi bekal untuk

kasus-kasus lain yang muncul di masa depan Namun, selama

pandemi, Beliau harus rela

berjauhan dengan keluarga yang

ada di Sumatera Barat, bahkan

ketika anak Beliau masih berusia di bawah 1 tahun Beliau merasa

khawatir untuk dapat mengunjungi

keluarganya mengingat tingginya

risiko penularan Beliau

turut ?

berpesan agar PDPI cab. Jakarta

dapat terus mempertahankan

hubungan internal Organisasi juga

perlu memiliki koneksi dengan

pihak eksternal dan Pemerintah

Daerah. Kegiatan organisasi perlu

terus aktif dilakukan serta

sosialisasi digencarkan.

dr. Kemalasari Das Narisan, Sp.P

Bagi dr Sari, berbagai pasien

tentunya berkesan baginya selama pandemi. Beliau harus selalu

membuat keputusan yang tepat bagi setiap pasien. Pernah pula ketika

berhadapan dengan kasus pasien

ARDS kondisi sesak napas berat, Beliau perlu mencari berbagai

literatur pengobatan. Beliau pun

memutuskan mencoba memberikan

salah satu obat yang belum banyak

digunakan dengan konsultasi dari teman sejawatnya. Untungnya,

Nama: dr. Kemalasari Das Narisan, Sp.P

Lahir: Jakarta, 14 Oktober 1978

Tempat praktik: RS Islam Jakarta

Cempaka Putih, RS THT Proklamasi

terdapat respons yang baik setelah

pemberian obat tersebut Beliau

merasa bersyukur dapat terus sehat selama pandemi. Pandemi juga

memberikan pelajaran berharga

yang tidak dialami semua orang, serta membuatnya merasa

dibutuhkan selama pandemi

Awalnya, tentunya terasa berat dan melelahkan, namun Beliau terus

berusaha melayani dengan baik

Berbagai bentuk apresiasi pun

didapatkan dari masyarakat. Namun, tentunya terdapat berbagai duka

tersendiri yang dirasakan, terutama

ketika teman sejawat dan keluarga

ikut sakit Untuk organisasi, Beliau

berpesan agar dapat sering bertemu, berkolaborasi, serta memperdalam ?

kekeluargaan. Adanya perbedaan pendapat bukanlah berarti ancaman, namun harus dihadapi dengan kepala dingin. Dunia kedokteran sendiri akan terus

berkembang dan berbagai hal baru muncul, tetapi tentunya harus tetap sesuai standar etiknya.

Menilik Lebih Dalam Saat Pandemi

dr. Rita Rogayah, Sp.P(K), MARS

melakukan simulasi penanganan

kasus COVID-19. Ketika rujukan

pasien yang diduga COVID-19

mulai banyak, Beliau membentuk

Tim Siaga Bencana (Bencana

Infeksi) yaitu Satgas COVID-19

dengan sistem komando dari

Direktur Utama sebagai Ketua agar

pelayanan berjalan dengan baik dan melibatkan semua SDM rumah

sakit

Beliau juga melakukan berbagai

koordinasi internal di dalam rumah

sakit dan eksternal dengan

Nama: dr Rita Rogayah, Sp.P(K), MARS

Lahir: Jakarta, 15 Juli 1961

Tempat praktik: RS Premier Jatinegara

Pandemi COVID-19

membawa banyak sekali

kesan bagi dr. Rita. Saat itu

Beliau dilantik menjadi

Direktur RSUP Persahabatan

sehingga Beliau memiliki

tanggungjawab yang besar

untuk membuat kebijakan, alur, dan pedoman yang baru

sesuai ketentuan yang

berlaku. Sebelum kasus

pertama ditemukan di Indonesia, Beliau sudah

menyiapkan diri dengan

Kementrian Kesehatan, Dinas

kesehatan DKI Jakarta, dan stakeholder lainnya. Tidak hanya itu, Beliau juga mendampingi dan memberikan pencerahan kepada

seluruh SDM yang merasa khawatir tertular, mengedukasi wartawan yang menyerbu ketika terdapat

pejabat yang terkena COVID-19, menghadapi berbagai komplain dari keluarga pasien, ikut mengunjungi pasien di ruang isolasi untuk mengetahui kondisi lapangan dan berkomunikasi langsung dengan

172

tenaga kesehatan dan pasien, serta

selalu dalam kondisi siap setiap hari

dari pagi hingga tengah malam

untuk menerima konsultasi, memberikan informasi, serta

mencari, menerima, dan memberikan bantuan Selama

pandemi COVID-19, tentunya dr

Rita mengalami beragam momen suka dan duka. Dalam membuat

keputusan untuk menjadi rumah

sakit COVID-19 tidaklah mudah, diperlukan pendekatan dengan

seluruh KSM di rumah sakit agar

sama-sama memahami kesiapan

rumah sakit dan perlunya kerja tim para dokter untuk memberikan

pelayanan yang komprehensif di multisektor. Selain itu, APD juga

menjadi kendala karena suplai yang

sulit, sedangkan rumah sakit

membutuhkan APD dalam jumlah

banyak sehingga dibutuhkan

bantuan dari berbagai sektor serta

pengecekan stok secara rutin

Beliau juga merasa senang karena seluruh SDM di dalam rumah sakit, baik dokter, perawat, maupun SDM

penunjang, dapat ikut bekerja sama

dengan baik, saling bergandeng tangan, hingga akhirnya pekerjaan yang seharusnya terasa berat menjadi ringan.

Untuk organisasi profesi, dr. Rita berpesan bahwa sebagai dokter paru harus siap menghadapi kasus New Emerging dan Re-Emerging dengan mempelajari ilmu-ilmu yang

terkini dan melakukan penelitian. Selain itu, Beliau juga berharap organisasi profesi dapat melakukan kerja sama

tim yang baik dan melakukan pertukaran informasi

sesering mungkin.

173

Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K)

Nama: Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K)

Lahir: Padang, 15 Mei 1963

Tempat praktik: RSUP

Persahabatan, RS Islam Jakarta

Cempaka Putih, RS YARSI

Hal yang paling berkesan dari

pandemi COVID-19 bagi dr. Erlina adalah saat berkomunikasi dengan keluarga pasien yang penuh harapan agar pasien tertolong dan terjamin, namun sebagai dokter, kita tidak bisa menjamin apapun.

Suatu peristiwa yang Beliau

ingat adalah ketika ada pasien marah-marah kepada

perawat hingga menangis, kemudian pasien tersebut

melunak setelah dr Erlina ajak bicara. Beliau juga sering memberikan edukasi kepada pasien dengan menghadiri acara talkshow hampir setiap hari di berbagai stasiun TV. Beliau menyadari bahwa komunikasi merupakan hal yang penting ketika pertanyaan yang dilontarkan oleh presenter hanya itu-itu saja. Oleh karena itu, seorang dokter dibutuhkan untuk mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan keluarganya, serta harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan efektif. Selain itu, hal yang sangat berkesan bagi Beliau adalah terkait kekompakkan dokter dan organisasi profesi dalam menghadapi penyakit baru. Pada akhirnya, kekompakkan tersebut membawa hasil berupa buku pedoman yang digunakan di mana-mana, termasuk digunakan oleh Kementrian Kesehatan

Berbagai suka dan duka tentu dr. Erlina rasakan selama pandemi COVID-19 Duka yang Beliau rasakan terutama karena banyak-

174

nya pasien yang tidak berhasil

tertolong. COVID-19 merupakan

penyakit yang baru sehingga tenaga

kesehatan masih gamang dan masih terbatasnya ketersediaan

obat, masker, dan peralatan, terutama oksigen Banyak pasien

yang terlantar di IGD karena

kapasitas yang lebih sedikit dari

jumlah pasien yang membutuhkan.

Di sisi lain, hal yang Beliau sukai

dari pandemi COVID-19 ini adalah

masyarakat menjadi tercerahkan

tentang penyakit infeksi Edukasi

juga membuat masyarakat

menyadari pentingnya pencegahan

penyakit dan pola hidup yang bersih

dan sehat dr Erlina berharap

kedepannya organisasi profesi dapat lebih fleksibel dan resilience atau tangguh. Apapun kemajuan, baik dari ilmu pengetahuan maupun

teknologi, dapat diikuti dan diantisipasi dengan cepat sehingga dapat diimplementasikan dengan

baik Selain itu, Beliau juga

berharap agar dapat dibentuk suatu sistem komunikasi yang lebih sering dengan anggota agar para anggota merasa lebih dilibatkan di dalam organisasi. Termasuk terkait dengan kemajuan, organisasi profesi harus bisa mengikuti kemajuan jaman dan semua inovasi terbaru yang up-todate agar dapat segera disampaikan kepada anggotanya

175

Prof. dr. Menaldi Rasmin, Sp.P(K), FCCP

melayani COVID memiliki tingkat mortalitas tenaga kesehatan lebih rendah dibandingkan RS yang membuka pelayanan non-COVID juga akibat standardisasi pelindung diri lebih baik serta kedisiplinan kewaspadaan isolasi lebih tinggi

Selama masa pandemi, tak hanya pemerintah dan tenaga kesehatan di lapangan, pimpinan RS juga teruji Prof Menaldi merasa bangga dengan keadaan di RSUP

Nama: Prof. dr. Menaldi Rasmin, Sp.P(K), FCCP

Lahir: Jakarta, 30 September 1955

Tempat praktik: RSUP

Persahabatan, RS Premier Jatinegara

Menurut Prof. Menaldi, hal paling berkesan selama pandemi COVID-19 adalah pembelajaran yang didapat terus-menerus selama pandemi berlangsung.

Terdapat tiga hal utama yang berkesan bagi beliau

Observasi Prof. Menaldi yang pertama adalah bagaimana rumah sakit harus memilih strategi berdasarkan riset dan data terbukti.

Contohnya, RS yang hanya

Persahabatan dan mengapresiasi dr Rita Rogayah, Sp P(K) yang membuat pembagian shift lebih baik di lapangan.

Kesan kedua dari Prof Menaldi adalah pentingnya pelayanan kesehatan yang berkelanjutan selama pandemi. Pentingnya upaya promotif dan preventif semakin terbukti. Beliau menekankan pentingnya edukasi publik dan deteksi dini yang seharusnya dilakukan faskes pertama. Kemudian, selama tata laksana, tenaga kesehatan dilarang bekerja sendiri Rehabilitasi juga tak boleh dilupakan, dan dimulai dari menit

176

pertama pasien datang Terakhir, Beliau menemukan bahwa penelitian meningkat hingga 8 kali lipat, bahkan Indonesia membuat ventilator sendiri.

Prof. Menaldi merupakan salah satu sosok yang membuat strategi awal menangani pandemi

Contohnya, strategi penggunaan ventilator. Sebelum ada studi yang mengeluarkan rekomendasi kapan

ventilator digunakan, Beliau menyadari bahwa pasien terintubasi akibat SpO2 <95% memiliki mortalitas tinggi, sehingga beliau menyarankan penggunaan KHAT saja dan menjaga saturasi minimal 88% layaknya pasien penyakit paru kronik, dan angka mortalitas kemudian menurun. Hal ini lalu

dibuktikan dengan rilisnya studi yang mengonfirmasi pemikiran Prof. Menaldi.

Beliau mensyukuri meningkatnya kekompakan tenaga kesehatan. Selain itu, riset meningkat, pembelajaran semakin banyak, dan produk penelitian sangat banyak

Belum lagi kolaborasi yang beliau rasakan langsung dengan banyak pihak untuk menghentikan pandemi ini.

Akan tetapi, Prof. Menaldi juga berduka melihat teman-teman yang tak terjaga keselamatannya. RS tidak merata melakukan pengaturan untuk tenaga kesehatan, terdapat tempat kerja yang tetap mewajibkan nakes masuk ketika terkena COVID dan hasil PCR belum negatif.

Prof Menaldi memiliki 3 saran untuk organisasi profesi secara keseluruhan. Pertama, berani introspeksi dan evaluasi dengan tajam dan secara teratur. Kemudian, harus diadakan pembelajaran berkelanjutan, namun bagi

Prof. Menaldi dalam hal ini PDPI sudah baik sekali. Terakhir, pentingnya kekeluargaan. Anggota organisasi profesi perlu mengingat bahwa mereka adalah saudara

177
PDPI Jakarta: Pengabdian Tiada Henti

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.