DALAM PANDEMI PDPIJAKARTA

Agustus 2023





Agustus 2023
Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Puji syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa bahwa “Buku PDPI Jakarta dalam
Pandemi: Pengabdian Tiada Henti” dapat diwujudkan setelah tertunda sekian lama Pekan Ilmiah Respirasi (PIR) PDPI Cabang Jakarta 2023 menjadi momen untuk menyampaikan sekelumit pengalaman berharga dan kiprah para anggota PDPI Jakarta semasa pandemi itu kepada masyarakat.
Pandemi COVID-19 telah mengubah kehidupan global, dan menjadi tragedi kemanusiaan yang mengguncangkan dunia
Sejak awal pandemi, PDPI telah mengingatkan pemerintah dan masyarakat bahwa virus ini akan menjjadi masalah kesehatan di Indonesia Dokter paru jugalah yang pertama kali berjibaku di garda terdepan sejak awal virus ini masuk ke Indonesia. Tidak ada jalan lain, tugas yang menjadi panggilan
takdir itu harus dihadapi dan ditunaikan sebaik-baiknya Apalagi DKI
Jakarta adalah ibukota negara yang menjadi barometer Indonesia dalam kesiapan menghadapi pandemi. Meski pada masa awal sempat terbersit rasa takut dan kuatir menghadapi virus asing itu, tetapi para pejuang respirasi tetap tegar menghadapinya
Kiprah penting saat membersamai pembentukan RS Darurat COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran pada Maret 2020, hingga masa berakhirnya tugas pada Maret 2023. Kiprah anggota PDPI Jakarta di berbagai RS rujukan dan RS darurat COVID-19 juga sangat signifikan. Para Senior anggota PDPI
Jakarta pun tak ingin berpangku tangan, mulai dari peran sebagai
penasihat tim medis yang sangat penting di ruang komando, hingga terjun langsung ke ruang isolasi. Hanya peringatan tegas tanda peduli, khususnya kepada para senior berusia lanjut, yang terpaksa membatasi kiprah mereka ke ruang isolasi pasien Semua anggota PDPI Jakarta berperan penting sesuai dengan kemampuan terbaiknya, bahkan hingga nyawa taruhannya. Rasa peduli, solidaritas, saling membantu, bekerja sama tanpa kenal batas, dan ketulusan menjadi bukti nyata PENGABDIAN TIADA HENTI seluruh
anggota PDPI Jakarta, hingga masa selanjutnya.
Untuk itu kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada seluruh anggota PDPI Jakarta, serta seluruh pejuang kesehatan di Indonesia, atas kontribusi kemanusiaan semasa pandemi. Meski WHO telah mengumumkan berakhirnya pandemi COVID-19 menuju endemi, tetapi pengalaman semasa pandemi menjadi mutiara berharga bagi seluruh pejuang kesehatan dan masyarakat Indonesia serta dunia Balasan kebaikan dan pahala terbaik dari Tuhan Yang Maha Kuasa sajalah yang akan membalas semua peran penting tersebut.
Akhirnya kami berharap kiranya buku sederhana ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Tak hanya sekedar berbagi pengalaman, tetapi juga menjadi sumber inspirasi untuk masa depan yang lebih baik, khususnya demi kemajuan di bidang kesehatan respirasi. Salam sehat dan tetap semangat !
Wassalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Jakarta, Agustus 2023
Dr. dr. Anna Rozaliyani, M.Biomed, SpP(K)
Ketua PDPI Cabang Jakarta
Sebagai dokter spesialis paru, dr Paulus melayani pasien di RS
Husada. Selama berpraktik, kondisinya tenang-tenang saja dan
Beliau telah berpraktik dengan
memperhatikan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker. Pada
masa pandemi COVID-19, Beliau
tidak melayani pasien COVID-19
sesuai arahan dari RS Husada
dengan alasan usianya yang sudah
lanjut Beliau berpendapat bahwa
Nama: dr. Paulus Embran, Sp.P
Lahir: Sukabumi, 15 Juni 1936
Tempat praktik: RS Husada
penanganan COVID-19 oleh
sejawat-sejawat dokter spesialis
paru sangat baik. Beliau memiliki
anak yang juga merupakan dokter
spesialis paru, dikatakan pernah
mengalami COVID-19 dan
mendapatkan penanganan yang baik
sehingga dapat pulih dan sehat
kembali. Saat ini, Spesialis Paru
sudah menjadi ranah yang banyak
diminati oleh para dokter, ditandai
dengan adanya calon pendaftar
Spesialis Paru sebanyak 45 orang, sementara yang diterima hanya 15 orang dokter. Sebelumnya Beliau
adalah pengurus PDPI, namun
sudah pensiun dan tidak lagi menjadi
pengurus aktif sejak tahun 2000.
Beliau berpendapat bahwa
bronkoskopi merupakan
kepemilikan dari dokter spesialis
paru dan seharusnya memiliki hak dan wewenang untuk melakukan
tindakan pemasangan selang WSD.
Pengalaman yang paling berkesan bagi dr Handojo adalah saat masa
awal pandemi ketika COVID-19
belum populer di Indonesia, Beliau
menangani seorang pasien Pada
saat dilakukan foto toraks, didapatkan infiltrat difus miliar, kemudian pasien dirawat Pada
suatu hari ketika pasien dirawat, pasien pada jam 6 sore masih dapat berbicara, namun ketika dilakukan pemeriksaan foto toraks, ternyata
Lahir: Wirosari, 27 November
1936
terlihat gambaran yang putih, kemudian tidak lama kemudian pasien meninggal. Pasien tersebut
diduga pasien COVID-19 pertama
yang dihadapi oleh Beliau Saat
puncak-puncak masa pandemi, Beliau juga sempat diarahkan untuk
berhenti praktik di rumah sakit
sementara sekitar 2 bulan karena
usianya, padahal Beliau tidak ingin berhenti praktik. Setelah 2 bulan
tersebut, Beliau kembali praktik
dengan memakai alat pelindung diri
seperti hazmat. Kebijakan-kebijakan
rumah sakit juga telah dimodifikasi
seperti pasien yang terduga COVID19 dengan gejala demam dan batuk akan diarahkan ke kamar isolasi.
Berbagai duka yang dialami oleh
Beliau adalah banyaknya keluarga
yang terkena COVID-19. Adapun
saran Beliau untuk PDPI adalah apabila informasi-informasi yang penting, dapat segera disebarkan dengan cepat.
Nama: dr. P. Handojo, Sp.PSelama pandemi COVID-19, Prof Anwar tidak menangani kasus
COVID-19 secara langsung, namun
turut ikut berperan dalam
penanganan pasien dengan cara
menerima berbagai konsultasi terkait
pasien COVID-19. Beliau juga sudah
merasakan posisi menjadi pasien
COVID-19 sebanyak 3 kali dan
semua kejadian tersebut hanya
sampai gejala ringan saja atau
bahkan tidak bergejala sama sekali
Prof Anwar merasa berkesan
Nama: Prof. dr. Anwar Jusuf, Sp.P(K)
Lahir: Bandung, 10 November 1942
Tempat praktik: RS Primaya PGI Cikini, RS Jakarta
dengan penanganan-penanganan yang didapatkannya selama menjadi
pasien. Meskipun gejala hanya
ringan saja, Beliau diarahkan untuk
dirawat di rumah sakit, sehingga
sudah pernah dirawat di RSUI dan
RSUP Persahabatan selama
masing-masing sekitar 7-10 hari
Salah satu hikmah yang dapat
diambil dari pandemi COVID-19
adalah pengalaman yang sangat
berharga, sementara itu, duka
selama Pandemi COVID-19 bagi
Beliau adalah anak-anaknya yang
juga terkena COVID-19 hingga perlu
untuk dirawat di rumah sakit Analisis
merupakan hal yang penting untuk
menghadapi kemungkinan Pandemi
yang dapat terjadi ke depannya
Dengan membuat analisis terkait potensi munculnya pandemi
berdasarkan pengalaman pandemi ataupun endemi sebelumnya, diharapkan berbagai tantangan serupa dengan COVID-19 dapat dihadapi sebaik-baiknya karena pandemi ini selalu tidak terduga.
Meskipun sudah mencapai usia 87
tahun pada masa pandemi COVID19, dr. Sidharma masih berjuang di garda terdepan COVID-19. Dalam
sehari, Beliau dapat menangani 20
hingga 30 kasus. Beliau juga sering mendapatkan konsultasi pasien dari
departemen lain Dalam perjuangan
melawan COVID-19 tersebut, Beliau
bekerja sampai suatu saat sampai
terkena COVID-19 dan harus dirawat
selama 1 minggu Meskipun
menangani pasien COVID-19 itu
Nama: dr. Sidharma Husada, Sp.P
Lahir: Malang, 3 Februari 1934
Tempat praktik: RS Mayapada
Lebak Bulus
melelahkan, Beliau merasa tidak ada masalah dengan hal itu Beliau merasa dapat menangani pasien
COVID-19 dengan suka cita karena
merawat pasien COVID-19
seharusnya dilakukan dengan penuh suka cita sebagaimana merawat pasien yang bukan COVID-19 pada
umumnya. Beliau juga mengatakan
bahwa dari pandemi, kita dapat
mempelajari bahwa kita harus
berhati-hati dan cermat dalam
penggunaan alat pelindung diri agar
tidak terkena dengan COVID-19, apalagi bagi orang yang berusia
tinggi karena memiliki risiko yang
lebih besar Saat ini Beliau masih
memiliki semangat dalam praktik
melayani pasien di rumah sakit,
meskipun jumlah kasusnya tidak
sebanyak ketika masa puncak
pandemi Untuk PDPI, Beliau
menyarankan agar seluruh dokter
melakukan pelayanan dengan
penuh suka cita dan berharap
semoga PDPI semakin jaya ke depannya.
Dokter Handoko adalah salah satu
tokoh yang sangat inspiratif pada
masa pandemi. Meskipun terdapat
arahan agar orang dengan usia lebih
dari 60 tahun tidak masuk rumah
sakit, Beliau yang saat itu sudah
mencapai usia 80 tahun datang
untuk menangani pasien COVID-19
secara langsung. Padahal Beliau
sendiri juga terkena COVID-19
sebanyak 2 kali Hal itu dilakukan
karena adanya motivasi dan pikiran
bahwa spesialis paru harus
Lahir: Rangkas Bitung, 18 Juli 1940
menangani pasien COVID-19.
Kejadian yang berkesan bagi Beliau
adalah saat menangani pasien lansia
90 tahun dengan interleukin dan Ddimer tinggi, yang survive setelah
mendapatkan penanganan adekuat
Beliau menceritakan bahwa hal-hal
yang
membuat senang selama
pandemi adalah apabila pasien
COVID-19 dengan kondisi yang
berat dapat tertolong seperti kasus
tersebut, sementara hal yang
menjadi duka adalah ketika
menemukan pasien yang
membutuhkan pengobatan namun
tidak mampu untuk membiayai
pengobatan tersebut. Untuk PDPI, Beliau berpesan bahwa COVID-19
hingga saat ini merupakan
penyakit yang masih penuh
dengan pertanyaan Masih banyak
hal yang harus kita pelajari terkait
dengan COVID-19 ini, seperti
indikasi kapan pemberian IVIG
pada pasien dengan COVID-19
Nama: dr. Handoko Gunawan Sp.PMeskipun tidak menangani pasien
secara langsung, dr Umar sangat
berjasa saat pandemi COVID-19.
Pada saat itu, Beliau memimpin
dewan pengawas rumah sakit di DKI
Jakarta hingga mencapai 25 rumah
sakit yang perlu diawasi serta
mengetuai dewan penasehat
asosiasi puskesmas yang
beranggotakan sekitar 44 puskesmas di DKI Jakarta Beliau
terlibat dalam memberikan arahan, mengatasi keluhan-keluhan tiap
Nama: dr. Umar Wahid Hasjim, Sp.P
Lahir: Jombang, 6 April 1945
Tempat praktik: Tidak praktik
fasilitas kesehatan, serta menjadi
fasilitator dengan PEMDA dan kementerian kesehatan. Momen
yang berkesan bagi Beliau adalah
ketika mendapatkan informasi bahwa
ada dokter internship yang bekerja di daerah pelosok dengan alat
pelindung diri yang sangat terbatas
Oleh karena itu, Beliau sangat
mengusahakan pengadaan APD, sehingga masalah tersebut akhirnya
dapat diatasi. Pandemi ini juga telah
memberikan pelajaran bahwa tenaga
kesehatan bukan hanya dokter, namun semua orang dapat terlibat
bekerja sama saling bahu-membahu
Beliau berpendapat bahwa
sebelumnya, PDPI sudah
menunjukkan kerja yang luar biasa
dalam menangani COVID-19.
Beliau menyarankan untuk PDPI
agar dapat memikirkan persiapanpersiapan apabila suatu pandemi
dapat terjadi pada waktu yang
akan datang, sehingga
penanganan pandemi dapat
dilakukan dengan lebih baik lagi.
Pada masa sebelum dinyatakan
pandemi COVID-19, dr. Nancy
menceritakan bahwa dalam praktik
sehari-harinya di RS Adhyaksa, Beliau curiga sudah ada kasus
COVID-19 namun tidak terdeteksi
karena fasilitas diagnostik yang
belum memadai Saat itu, ada
pasien pneumonia yang tidak
sembuh-sembuh hingga masuk ICU
dan meninggal dunia Karena
adanya arahan agar dokter yang
berusia di atas 60 tahun untuk tidak
Nama: dr. Vinna Nancy Tobing, Sp.P, MARS
Lahir: Bandung, 30 Oktober 1952
Tempat praktik: RS. Adhyaksa, RS. Antam Medika
menangani pasien COVID-19 secara
langsung, Beliau sempat libur
selama 2 bulan, lalu kembali untuk
praktik di rawat jalan saja, padahal
Beliau merasa masih memiliki energi
yang kuat untuk melayani pasien
Hal itulah yang menjadi duka karena
Beliau memiliki keinginan untuk
bekerja secara maksimal Di sisi lain, Beliau juga merasa bahwa fasilitasfasilitas yang disediakan oleh rumah
sakit sangat memadai dalam
menunjang protokol kesehatan, sehingga baik dokter maupun pasien
dapat merasa nyaman dalam
pelayanan kesehatan Beliau
berpendapat bahwa PDPI saat masa
pandemi sudah baik dalam
dalam melakukan sosialisasi
penanganan COVID-19 meskipun
melalui online Beliau bahkan
terkesan dengan adanya update
seputar panduan COVID-19 yang
sangat cepat dari PDPI maupun
Kemenkes
Prof Tjandra adalah sosok yang
memiliki peran penting pada masa
pandemi COVID-19, meskipun
bukan sebagai klinisi yang langsung
menangani pasien. Pada awal
pandemi tahun 2020, Beliau masih
bekerja di WHO dengan pekerjaan
sehari-harinya berupa rapat dan
membuat berbagai kebijakan Pada
September 2020, Beliau akhirnya
kembali ke tanah air. Beliau lebih
banyak bekerja dengan
menganalisis pandemi secara ilmiah,
Lahir: Jakarta, 3 September 1955
Tempat praktik: -
menjawab berbagai pertanyaan oleh
wartawan terkait dengan
perkembangan pandemi, hingga
Beliau menulis buku tentang COVID-
19 yang berisi tulisan-tulisan yang
ditujukan ke media massa Beliau
juga aktif menjadi narasumber dalam berbagai seminar tentang COVID-19.
Terkait dengan masukan terhadap
PDPI, Beliau setuju dengan
pengadaan buku kiprah PDPI ini
karena catatan-catatan terkait
dengan apa yang terjadi pada masa
pandemi dapat menjadi bermanfaat
untuk penerapan peran PDPI ke
depannya Harapannya adalah
catatan seperti ini dibuat tidak hanya
sebatas pengalaman-pengalaman
dokter saja saat pandemi, namun
juga dilakukan analisis yang
mendalam sehingga pandemi yang
suatu saat dapat terjadi kembali pada masa yang akan datang, dapat dihadapi dengan lebih baik dari sebelumnya.
Nama: Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K)Dokter Raharjo saat masa pandemi
masih sempat praktek, namun
sempat juga tidak langsung
menangani pasien COVID-19 terkait
dengan usianya, sesuai dengan
arahan yang Beliau dapatkan Saat
itu, Beliau hanya menerima
konsultasi-konsultasi saja terkait
dengan pasien Namun demikian, Beliau sempat melayani pasien
dengan menggunakan hazmat atau
alat pelindung diri lengkap.
Nama: dr. Raharjo Wiryokusumo, Sp.P
Lahir: Banyuwangi, 11 Juli 1944
Tempat praktik: RS Satya Negara, RS Mulyasari
Sementara itu, pasien yang bukan
COVID-19 juga ditangani tanpa ada perbedaan yang signifikan.
Dibandingkan dengan saat angka
insidennya masih tinggi, saat ini
sudah lebih tenang dan ketentuan
alat pelindung diri yang digunakan
juga menjadi lebih longgar. Beliau
mengatakan bahwa duka yang
dialami saat masa pandemi hanya
berupa ketakutan akan tertular
COVID-19, sementara banyak
pelajaran yang bisa diambil dari
COVID-19 ini. Beliau juga bahkan
pernah terkena COVID-19 sebanyak
dua kali, namun tidak sampai
dilakukan rawat inap tetapi hanya
rawat jalan saja karena gejalanya
sangat ringan hingga tidak
bergejala. Beliau mengetahui
terkena COVID-19 karena hasil
swab positif Di sisi lain, Beliau
juga berpendapat bahwa
penanganan COVID-19 oleh
dokter-dokter PDPI sudah baik
Salah satu hal yang paling berkesan
bagi Prof Faisal adalah masa-masa
awal dari pandemi COVID-19 ketika
semua orang ketakutan akan
COVID-19 Kita merasa tidak aman
karena kita tidak tahu kapan terkena
COVID-19. Persiapan pada masa
awal pandemi juga masih sangat
kurang karena informasi-informasi
terkait dengan COVID-19 di Indonesia sangat terlambat dan
terkesan COVID-19 di Indonesia
ditutup-tutupkan. Banyak hal juga
Nama: Prof. dr. Faisal Yunus, Ph.D, Sp.P(K), FCCP
Lahir: Batu Sangkar, 8 Juli 1951
Tempat praktik: RSUP Persahabatan, RS EMC Pulomas, Radjak Hospital Salemba
yang masih kita belum pahami terkait
COVID-19 sehingga upaya kita juga
masih berubah-ubah seperti pilihan
penggunaan antivirus. Dari pandemi
ini, banyak juga duka karena banyak
dokter yang meninggal imbas dari
COVID-19. Beberapa dokter yang
kematiannya sangat menyentuh bagi
Prof Faisal adalah almarhum Prof.
Hadiarto, Prof. Taufik, dan dr. Andika
yang masih muda dan kenal baik
dengan Beliau. Untuk PDPI, Beliau
berpesan bahwa kita harus siap
untuk suatu pandemi yang dapat
terjadi pada masa yang akan datang.
Selain dari COVID-19, kita sudah
pernah mengalami berbagai
pandemi lainnya sehingga kita harus
lebih siap
Dokter-dokter paru juga harus
senantiasa meningkatkan diri dan tidak alergi terhadap hal yang baru. PDPI juga sebaiknya bisa
menghimbau dan memberikan pertimbangan ke pemerintah terkait dengan regulasi rokok di Indonesia.
Ketika pandemi COVID-19 melanda, dr Supriyantoro sudah tidak aktif
praktik, namun Beliau tetap berperan aktif melalui organisasi, salah
satunya Komunitas Relawan
Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI). Sejak awal pandemi, Beliau bersama relawan KREKI
turun langsung untuk membantu persiapan APD, obat-obatan, hingga tabung oksigen saat persediaan di banyak RS menipis, bahkan habis
Menurut Beliau, sejak awal pandemi
Nama: dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS
Lahir: Lampung, 11 Agustus 1954
Tempat praktik: Tidak praktik
di Indonesia, pemerintah sudah sigap mempersiapkan titik-titik dengan
ruangan untuk penanganan pasien.
Beliau melihat tidak hanya tenaga
kesehatan, namun banyak
stakeholder yang terlibat dalam penanganan pandemi. Oleh karena itu, Indonesia termasuk salah satu negara yang mengatasi pandemi
dengan baik. Hal yang saat ini Beliau
khawatirkan adalah mempertahankan
kesiagaan Setelah pandemi mulai
teratasi, penting bagi pemerintah dan tenaga kesehatan untuk selalu siap
menghadapi KLB selanjutnya. Beliau
menekankan urgensi pulmonologi
sosial dalam hal ini, apalagi di negara
seperti Indonesia yang penuh
masalah respirasi, baik infeksi
maupun industri. Kemajuan
kesehatan respirasi dipengaruhi aspek promotif dan preventif yang baik. Beliau menyarankan agar
PDPI serta pihak Kemenkes dapat membuat tim nasional untuk berkontribusi dalam kemajuan pulmonologi sosial.
Saat pandemi, pemakaian hazmat
menjadi tantangan tersendiri bagi dr Yessi. Beliau tentunya perlu
menggunakan baju hazmat berlapislapis dengan disertai masker
Penggunaannya pun dapat dilakukan berjam-jam. Beliau sering kali kesulitan saat menggunakan
sepatu boot yang berukuran besar dan berat. Beliau juga perlu terus
memberikan pelayanan yang optimal Untungnya, Beliau dibantu
oleh orang-orang di sekelilingnya
Nama: dr. Yessi Haryanti, Sp.P
Lahir: Jakarta, 30 Oktober 1972
dan juga pihak-pihak eksternal. Saat pandemi, banyak orang mendoakan
tenaga medis agar dapat terus sehat dan dapat melayani. Hal ini
merupakan sisi positif pandemi yang
dirasakan dr. Yessi. Namun, tentunya saat pandemi ada rasa kekhawatiran untuk menularkan virus ke keluarga sehingga Beliau harus
berjauhan dengan keluarga. Saat
Ramadhan di awal pandemi, misalnya, Beliau memilih untuk tetap
berada di kamar ketika sedang sahur
mengingat adanya orang tua Beliau yang berusia sekitar 70 tahun. Begitu
pula dengan pasien yang tidak bisa
sangat berdekatan dengannya Bagi
Beliau, PDPI cab. Jakarta sudah
sangat baik kinerjanya. Banyak
acara, liputan, dan komunikasi yang ada dalam organisasi. Beliau berterima kasih untuk setiap pemimpin organisasi. Ke depannya, Beliau berharap akan ada lebih banyak silaturahmi yang terjalin dan dapat menampung aspirasi banyak orang.
Bagi dr Irandi, pandemi COVID-19
menunjukkan bahwa peran
kolaborasi masyarakat, profesi, dan pemerintah itu nyata adanya Dalam
keadaan krisis saat pandemi, terdapat peningkatan tinggi pasien
yang disertai keterbatasan daya
tampung fasilitas pelayanan
kesehatan. Peralatan pelindung, alat diagnostik, hingga pengobatan pun
terbatas Namun, kolaborasi
bertahan dengan segala dinamika yang terjadi tersebut. Hal ini menjadi
Lahir: Jakarta, 18 Mei 1983
Tempat praktik: RS Universitas
Indonesia Depok, Mayapada Hospital
Kuningan Jakarta
Media Sosial: Twitter @dokterparu
pengamatan yang menarik bagi
Beliau, namun diharapkan tidak perlu
sampai terjadi kembali. Lebih lanjut, menurut Beliau, organisasi profesi
(OP) harus terus mengikuti
perubahan kultur komunikasi yang ada. Data Worldbank (2021)
menunjukkan 62% penduduk
Indonesia terhubung dengan internet. Selain itu, data Hanadian
Nurhayati-Wolff (2022) juga
menunjukkan rerata orang Indonesia
menggunakan internet sekitar 8 jam
sehari, sebagian besar dihabiskan di media sosial. Kedua data tersebut
perlu disikapi OP bahwa peluang
peningkatan literasi kesehatan dan kolaborasi dengan masyarakat harus
dilakukan secara digital OP juga
Website: https://s.id/irandi
bertanggung jawab meluruskan
disrupsi informasi kesehatan yang
marak di masyarakat OP harus
memiliki tim literasi digital, tim media sosial, dan hubungan
masyarakat yang khusus serta
konsisten dalam hal peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
Saat pandemi, dr. Fariz berhadapan
dengan jumlah kasus yang melonjak
tinggi yang mengharuskan Beliau
membuat keputusan klinis yang
tepat Triase pasien perlu dijalankan, dan harus dapat memisahkan pasien yang perlu diprioritaskan. Perjalanan
penyakit juga beragam pada lintas
usia, dengan atau tanpa
komorbiditas. Kondisi pasien pun
dapat dengan cepat berubah dari
stabil menjadi perburukan
Pengalaman tersebut memberikan
Nama: dr. Fariz Nurwidya, PhD, Sp.P, FAPSR
Lahir: Jakarta, 4 Oktober 1982
kesan sendiri bagi Beliau. Terkait
dampak positif pandemi, Beliau
merasakan kepercayaan masyarakat
yang meningkat terhadap dokter
paru Semua pihak pun menjadi
saling terlibat dan berjuang dalam
pandemi, seperti dalam promosi
kesehatan dan pelacakan kontak
Namun, walaupun dengan segala
upaya yang ada, terdapat
keterbatasan tempat tidur dan oksigen di tengah-tengah permintaan yang tinggi. Hal tersebut berdampak
pada adanya tanggungan untuk
menyampaikan kabar buruk bagi
keluarga pasien. Terdapat pula rasa
berbenturan dengan moral dimana
harus memilih pasien yang perlu
diprioritaskan sesuai indikasi Untuk
PDPI cab. Jakarta, Beliau berharap
Tempat praktik: RSUP Persahabatan, RSU Bunda Jakarta
organisasi dapat meningkatkan
kembali solidaritas yang ada Hal
ini penting mengingat ada risiko
pihak-pihak eksternal ingin
menurunkan kerukunan organisasi
Jadi, saat ini merupakan saat yang tepat untuk menjaga solidaritas.
Bagi dr Vinci, terdapat berbagai
pengalaman berkesan saat pandemi
Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah ketika Beliau
melakukan pembuatan video
edukasi pada masa awal pandemi. Saat itu, Beliau membuat video
edukasi tentang bagaimana
berjemur membantu untuk
peningkatan imun. Video Beliau pun dapat tersebar luas dan dapat banyak membantu masyarakat untuk
kuat melawan virus COVID-19.
Nama: dr. Vinci Edy Wibowo, Sp.P
Lahir: Jakarta, 23 Mei 1984
Tempat praktik: RS Mitra
Keluarga Cikarang, RS Mitra
Keluarga Kelapa Gading
Lebih lanjut, terdapat suka dan duka yang Beliau rasakan selama pandemi. Terkait suka, Beliau merasa bahagia jika dapat membantu pasien-pasien yang menderita COVID-19. Hal tersebut dilakukan dengan membantu menghilangkan kekhawatiran pasien dan meningkatkan ketenangan hati
dalam rangka menghindari stres dan mempercepat kesembuhan. Di sisi lain, tentu menjadi duka tersendiri ketika Beliau melihat pasien dengan perburukan kondisi, terutama pasien yang sudah memerlukan ventilator.
Untuk PDPI cabang Jakarta, Beliau
berpesan agar dapat terus kompak, saling membantu, serta saling
menghargai antar sesama anggota. Lebih lanjut, antar anggota jangan sampai saling
menjatuhkan karena perbedaan
asal daerah, perbedaan pendapat, ataupun perbedaan pandangan politik.
Saat pandemi berlangsung, dr Gatut
menjadi salah satu dokter yang
sering melakukan tindakan
bronkoskopi. Keberaniannya pun
ditunjang dengan berbagai fasilitas
yang ditingkatkan dalam tempatnya
berpraktik. Selain itu, dr. Gatut juga
memiliki PAPR untuk menunjang
praktiknya sehari-hari. Uniknya, dr.
Gatut mendapatkan PAPR tersebut
melalui bantuan teman-teman SMA
nya yang membantu pembelian dari
Amerika Serikat. Menurut Beliau
Nama: dr. Gatut Priyonugroho, Sp.P
Lahir: Jakarta, 25 Oktober 1984
Tempat praktik: RS Universitas
Indonesia Depok, RS Mitra
Keluarga Kalideres, EMC Alam
pandemi meningkatkan kolaborasi
antar departemen. Dalam hal
bronkoskopi, dokter spesialis lain
pun ikut berdiskusi dengan Beliau
dalam penggunaannya. Di sisi lain, pandemi juga membuat dr. Gatut
seringkali khawatir akan menularkan
keluarganya. Situasi pandemi juga
pernah membuatnya berhadapan
dengan pasien yang marah
dikarenakan tidak diberikan salah
satu jenis obat kepada anggota
keluarganya. Padahal, saat itu belum
banyak data penelitian untuk
penggunaan obat tersebut Bagi
organisasi, dr. Gatut pun berpesan
agar organisasi dapat menampung
seluruh karakter anggotanya
Baginya, sikap tidak hanya berarti
mematuhi keseluruhan arahan
orang lain, namun juga harus
ditunjang keberanian untuk
mengemukakan pendapat Mereka
yang menjadi pimpinan organisasi
profesi haruslah mereka yang tidak
mengedepankan kepentingan
pribadi dan berani berpendapat
Hal yang sangat berkesan bagi dr Yenni selama pandemi COVID-19
adalah ketika Beliau dapat turut berkontribusi menyumbangkan
waktu dan tenaga dalam perjuangan
masa pandemi. Terhitung Beliau
sudah merawat hingga ratusan
pasien COVID-19 Saat itu, Beliau
berpraktik di RS rujukan COVID-19
dan hanya merawat pasien COVID19 Banyak pasien yang harus
dirawat cukup lama, apalagi ditambah sarana terbatas.
Menurut-
Lahir: Medan, 2 Januari 1974
nya, banyak pasien pun akhirnya
lelah dan depresi dengan kondisi pandemi. Beliau pun perlu ikut memotivasi dan memberikan
semangat pada pasien. Terdapat
suka dan duka yang dirasakan selama pandemi. Dapat merawat pasien COVID-19 itulah yang
menjadi kebahagiaan tersendiri
baginya. Namun, sempat terdapat
duka mendalam saat masa pandemi
yang dirasakannya Hal ini terkait
orang tua Beliau yang berpulang ke
Rahmatullah ketika pandemi
berlangsung Saat itu, Beliau tidak
bisa menemani kedua orang tuanya
karena harus berjuang melawan
COVID-19 Beliau pun berpesan
untuk PDPI cab. Jakarta agar dapat
terus memberikan informasi terbaru
bagi para anggotanya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan acara-acara ilmiah, seperti halnya webinar. Hal ini tentunya perlu untuk terus mendapat ilmu terkini terkait perkembangan ilmu pulmonologi bagi anggotanya.
Bagi dr Efriadi, seluruh pengalaman
selama pandemi adalah pengalaman
berkesan. Beliau teringat ketika
peningkatan kasus delta yang
membuat penuhnya IGD dengan
pasien COVID. Saat itu, terjadi
kekurangan slot oksigen, bahkan
terdapat pula pasien yang meninggal
sebelum dapat masuk ruangan.
Banyak pula tenaga kesehatan yang
menangis karena situasi tersebut
Antrian pemakaman pun meningkat
Beliau teringat pula satu kasus
Nama: dr. Efriadi Ismail, Sp.P(K)
Lahir: Purwodadi, 10 Februaari
1979
Tempat praktik: RSUP
Persahabatan, RS Yarsi Cempaka
Putih, RS JMC
dimana terdapat 1 pasien COVID-19
dengan berat 160 kg, yang tidak
berhasil selamat. Terdapat berbagai
dampak positif yang dirasakan dr.
Efriadi, seperti dapat bekerja dengan
berbagai teman lintas sektor. Semua
orang pun memiliki peran masingmasing yang sama penting Pandemi
pun dapat menjadi bekal untuk
kasus-kasus lain yang muncul di masa depan Namun, selama
pandemi, Beliau harus rela
berjauhan dengan keluarga yang
ada di Sumatera Barat, bahkan
ketika anak Beliau masih berusia di bawah 1 tahun Beliau merasa
khawatir untuk dapat mengunjungi
keluarganya mengingat tingginya
risiko penularan Beliau
turut ?
berpesan agar PDPI cab. Jakarta
dapat terus mempertahankan
hubungan internal Organisasi juga
perlu memiliki koneksi dengan
pihak eksternal dan Pemerintah
Daerah. Kegiatan organisasi perlu
terus aktif dilakukan serta
sosialisasi digencarkan.
Bagi dr Sari, berbagai pasien
tentunya berkesan baginya selama pandemi. Beliau harus selalu
membuat keputusan yang tepat bagi setiap pasien. Pernah pula ketika
berhadapan dengan kasus pasien
ARDS kondisi sesak napas berat, Beliau perlu mencari berbagai
literatur pengobatan. Beliau pun
memutuskan mencoba memberikan
salah satu obat yang belum banyak
digunakan dengan konsultasi dari teman sejawatnya. Untungnya,
Nama: dr. Kemalasari Das Narisan, Sp.P
Lahir: Jakarta, 14 Oktober 1978
Tempat praktik: RS Islam Jakarta
Cempaka Putih, RS THT Proklamasi
terdapat respons yang baik setelah
pemberian obat tersebut Beliau
merasa bersyukur dapat terus sehat selama pandemi. Pandemi juga
memberikan pelajaran berharga
yang tidak dialami semua orang, serta membuatnya merasa
dibutuhkan selama pandemi
Awalnya, tentunya terasa berat dan melelahkan, namun Beliau terus
berusaha melayani dengan baik
Berbagai bentuk apresiasi pun
didapatkan dari masyarakat. Namun, tentunya terdapat berbagai duka
tersendiri yang dirasakan, terutama
ketika teman sejawat dan keluarga
ikut sakit Untuk organisasi, Beliau
berpesan agar dapat sering bertemu, berkolaborasi, serta memperdalam ?
kekeluargaan. Adanya perbedaan pendapat bukanlah berarti ancaman, namun harus dihadapi dengan kepala dingin. Dunia kedokteran sendiri akan terus
berkembang dan berbagai hal baru muncul, tetapi tentunya harus tetap sesuai standar etiknya.
melakukan simulasi penanganan
kasus COVID-19. Ketika rujukan
pasien yang diduga COVID-19
mulai banyak, Beliau membentuk
Tim Siaga Bencana (Bencana
Infeksi) yaitu Satgas COVID-19
dengan sistem komando dari
Direktur Utama sebagai Ketua agar
pelayanan berjalan dengan baik dan melibatkan semua SDM rumah
sakit
Beliau juga melakukan berbagai
koordinasi internal di dalam rumah
sakit dan eksternal dengan
Nama: dr Rita Rogayah, Sp.P(K), MARS
Lahir: Jakarta, 15 Juli 1961
Tempat praktik: RS Premier Jatinegara
Pandemi COVID-19
membawa banyak sekali
kesan bagi dr. Rita. Saat itu
Beliau dilantik menjadi
Direktur RSUP Persahabatan
sehingga Beliau memiliki
tanggungjawab yang besar
untuk membuat kebijakan, alur, dan pedoman yang baru
sesuai ketentuan yang
berlaku. Sebelum kasus
pertama ditemukan di Indonesia, Beliau sudah
menyiapkan diri dengan
Kementrian Kesehatan, Dinas
kesehatan DKI Jakarta, dan stakeholder lainnya. Tidak hanya itu, Beliau juga mendampingi dan memberikan pencerahan kepada
seluruh SDM yang merasa khawatir tertular, mengedukasi wartawan yang menyerbu ketika terdapat
pejabat yang terkena COVID-19, menghadapi berbagai komplain dari keluarga pasien, ikut mengunjungi pasien di ruang isolasi untuk mengetahui kondisi lapangan dan berkomunikasi langsung dengan
tenaga kesehatan dan pasien, serta
selalu dalam kondisi siap setiap hari
dari pagi hingga tengah malam
untuk menerima konsultasi, memberikan informasi, serta
mencari, menerima, dan memberikan bantuan Selama
pandemi COVID-19, tentunya dr
Rita mengalami beragam momen suka dan duka. Dalam membuat
keputusan untuk menjadi rumah
sakit COVID-19 tidaklah mudah, diperlukan pendekatan dengan
seluruh KSM di rumah sakit agar
sama-sama memahami kesiapan
rumah sakit dan perlunya kerja tim para dokter untuk memberikan
pelayanan yang komprehensif di multisektor. Selain itu, APD juga
menjadi kendala karena suplai yang
sulit, sedangkan rumah sakit
membutuhkan APD dalam jumlah
banyak sehingga dibutuhkan
bantuan dari berbagai sektor serta
pengecekan stok secara rutin
Beliau juga merasa senang karena seluruh SDM di dalam rumah sakit, baik dokter, perawat, maupun SDM
penunjang, dapat ikut bekerja sama
dengan baik, saling bergandeng tangan, hingga akhirnya pekerjaan yang seharusnya terasa berat menjadi ringan.
Untuk organisasi profesi, dr. Rita berpesan bahwa sebagai dokter paru harus siap menghadapi kasus New Emerging dan Re-Emerging dengan mempelajari ilmu-ilmu yang
terkini dan melakukan penelitian. Selain itu, Beliau juga berharap organisasi profesi dapat melakukan kerja sama
tim yang baik dan melakukan pertukaran informasi
sesering mungkin.
Nama: Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K)
Lahir: Padang, 15 Mei 1963
Tempat praktik: RSUP
Persahabatan, RS Islam Jakarta
Cempaka Putih, RS YARSI
Hal yang paling berkesan dari
pandemi COVID-19 bagi dr. Erlina adalah saat berkomunikasi dengan keluarga pasien yang penuh harapan agar pasien tertolong dan terjamin, namun sebagai dokter, kita tidak bisa menjamin apapun.
Suatu peristiwa yang Beliau
ingat adalah ketika ada pasien marah-marah kepada
perawat hingga menangis, kemudian pasien tersebut
melunak setelah dr Erlina ajak bicara. Beliau juga sering memberikan edukasi kepada pasien dengan menghadiri acara talkshow hampir setiap hari di berbagai stasiun TV. Beliau menyadari bahwa komunikasi merupakan hal yang penting ketika pertanyaan yang dilontarkan oleh presenter hanya itu-itu saja. Oleh karena itu, seorang dokter dibutuhkan untuk mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan keluarganya, serta harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan efektif. Selain itu, hal yang sangat berkesan bagi Beliau adalah terkait kekompakkan dokter dan organisasi profesi dalam menghadapi penyakit baru. Pada akhirnya, kekompakkan tersebut membawa hasil berupa buku pedoman yang digunakan di mana-mana, termasuk digunakan oleh Kementrian Kesehatan
Berbagai suka dan duka tentu dr. Erlina rasakan selama pandemi COVID-19 Duka yang Beliau rasakan terutama karena banyak-
nya pasien yang tidak berhasil
tertolong. COVID-19 merupakan
penyakit yang baru sehingga tenaga
kesehatan masih gamang dan masih terbatasnya ketersediaan
obat, masker, dan peralatan, terutama oksigen Banyak pasien
yang terlantar di IGD karena
kapasitas yang lebih sedikit dari
jumlah pasien yang membutuhkan.
Di sisi lain, hal yang Beliau sukai
dari pandemi COVID-19 ini adalah
masyarakat menjadi tercerahkan
tentang penyakit infeksi Edukasi
juga membuat masyarakat
menyadari pentingnya pencegahan
penyakit dan pola hidup yang bersih
dan sehat dr Erlina berharap
kedepannya organisasi profesi dapat lebih fleksibel dan resilience atau tangguh. Apapun kemajuan, baik dari ilmu pengetahuan maupun
teknologi, dapat diikuti dan diantisipasi dengan cepat sehingga dapat diimplementasikan dengan
baik Selain itu, Beliau juga
berharap agar dapat dibentuk suatu sistem komunikasi yang lebih sering dengan anggota agar para anggota merasa lebih dilibatkan di dalam organisasi. Termasuk terkait dengan kemajuan, organisasi profesi harus bisa mengikuti kemajuan jaman dan semua inovasi terbaru yang up-todate agar dapat segera disampaikan kepada anggotanya
melayani COVID memiliki tingkat mortalitas tenaga kesehatan lebih rendah dibandingkan RS yang membuka pelayanan non-COVID juga akibat standardisasi pelindung diri lebih baik serta kedisiplinan kewaspadaan isolasi lebih tinggi
Selama masa pandemi, tak hanya pemerintah dan tenaga kesehatan di lapangan, pimpinan RS juga teruji Prof Menaldi merasa bangga dengan keadaan di RSUP
Nama: Prof. dr. Menaldi Rasmin, Sp.P(K), FCCP
Lahir: Jakarta, 30 September 1955
Tempat praktik: RSUP
Persahabatan, RS Premier Jatinegara
Menurut Prof. Menaldi, hal paling berkesan selama pandemi COVID-19 adalah pembelajaran yang didapat terus-menerus selama pandemi berlangsung.
Terdapat tiga hal utama yang berkesan bagi beliau
Observasi Prof. Menaldi yang pertama adalah bagaimana rumah sakit harus memilih strategi berdasarkan riset dan data terbukti.
Contohnya, RS yang hanya
Persahabatan dan mengapresiasi dr Rita Rogayah, Sp P(K) yang membuat pembagian shift lebih baik di lapangan.
Kesan kedua dari Prof Menaldi adalah pentingnya pelayanan kesehatan yang berkelanjutan selama pandemi. Pentingnya upaya promotif dan preventif semakin terbukti. Beliau menekankan pentingnya edukasi publik dan deteksi dini yang seharusnya dilakukan faskes pertama. Kemudian, selama tata laksana, tenaga kesehatan dilarang bekerja sendiri Rehabilitasi juga tak boleh dilupakan, dan dimulai dari menit
pertama pasien datang Terakhir, Beliau menemukan bahwa penelitian meningkat hingga 8 kali lipat, bahkan Indonesia membuat ventilator sendiri.
Prof. Menaldi merupakan salah satu sosok yang membuat strategi awal menangani pandemi
Contohnya, strategi penggunaan ventilator. Sebelum ada studi yang mengeluarkan rekomendasi kapan
ventilator digunakan, Beliau menyadari bahwa pasien terintubasi akibat SpO2 <95% memiliki mortalitas tinggi, sehingga beliau menyarankan penggunaan KHAT saja dan menjaga saturasi minimal 88% layaknya pasien penyakit paru kronik, dan angka mortalitas kemudian menurun. Hal ini lalu
dibuktikan dengan rilisnya studi yang mengonfirmasi pemikiran Prof. Menaldi.
Beliau mensyukuri meningkatnya kekompakan tenaga kesehatan. Selain itu, riset meningkat, pembelajaran semakin banyak, dan produk penelitian sangat banyak
Belum lagi kolaborasi yang beliau rasakan langsung dengan banyak pihak untuk menghentikan pandemi ini.
Akan tetapi, Prof. Menaldi juga berduka melihat teman-teman yang tak terjaga keselamatannya. RS tidak merata melakukan pengaturan untuk tenaga kesehatan, terdapat tempat kerja yang tetap mewajibkan nakes masuk ketika terkena COVID dan hasil PCR belum negatif.
Prof Menaldi memiliki 3 saran untuk organisasi profesi secara keseluruhan. Pertama, berani introspeksi dan evaluasi dengan tajam dan secara teratur. Kemudian, harus diadakan pembelajaran berkelanjutan, namun bagi
Prof. Menaldi dalam hal ini PDPI sudah baik sekali. Terakhir, pentingnya kekeluargaan. Anggota organisasi profesi perlu mengingat bahwa mereka adalah saudara