Buletin Edisi XLVIII/Desember 2023

Buletin untuk mahasiswa dan umum edisi 43 / Desember 2023

Pindai kode untuk mengakses buletin digital

Info Skëtsa

Redaksi Skëtsa menerima hak jawab, hak koreksi, kritik, dan saran melalui surel: lpmsketsa@gmail.com | 0895379124152

Laporan Utama

01

Minat Bergabung Organisasi Mahasiswa dan Kepanitiaan Menurun, Istilah Nepotisme Muncul di Kalangan Mahasiswa

Editorial

Minat Bergabung Organisasi dan Kepanitiaan Menurun, Istilah Nepotisme Muncul di Kalangan Mahasiswa Oleh: Isnaini Akmal Marfu’ah

02

Demi Regenerasi, Narasi Nepotisme Muncul Sebagai Opsi

Sketstoon

03

Rekrutmen Panitia di Kampus

Ilustrasi: April Melani Memoar

08

Ada Makna Kemerdekaan dalam Harmoni Seni JKT48

Puisi

Sisi Diri

11

Mengikuti sebuah organisasi dapat memberi manfaat yang berguna baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Dengan begitu, mahasiswa diharapkan dapat mengikuti organisasi. Namun, saat ini banyak mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan organisasi di kampus.

Pandemi COVID-19 mengharuskan semua orang untuk membatasi aktivitas di luar ruangan. Dari situlah organi­ sasi kampus memiliki ruang gerak yang terbatas. Banyak organisasi yang mengalami penurunan peminat hingga sulit untuk melakukan regenerasi pengurus. Meskipun saat ini sudah terlepas dari masa pandemi, tantangan mengenai minat mahasiswa yang menurun masih belum teratasi.

(Bersambung ke halaman 4)

Editorial

Demi Regenerasi, Narasi Nepotisme Muncul Sebagai Opsi Mahasiswa erat kaitan­ nya dengan istilah organi­ sasi kampus. Semenjak ada­ nya pembatasan kegiatan di luar rumah akibat pandemi COVID-19, organisasi di kampus seperti kehilangan eksistensinya. Saat ini kegiatan sudah kembali normal, organisasi kampus mulai bangkit perlahan. Namun, opsi kegiatan-kegiatan lain untuk mahasiswa semakin banyak, sehingga membuat organisasi sedikit tertinggal. Kegiatan seperti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) contohnya. Kegiatan ini seperti menjadi opsi prioritas mahasiswa masa kini.

Handityo Basworo, Dosen Fakultas Hukum (FH), meng­ ungkapkan bahwa menurunnya eksistensi organisasi di fakultasnya sendiri itu disebabkan banyak faktor. Suasana organisasi kurang menyenangkan dan terlalu banyak rapat merupakan alasan yang menyebabkan turunnya minat mahasiswa untuk bergabung dengan organisasi di kampus.

Penurunan jumlah peminat dalam organisasi kampus tidak mengendurkan keharus­

2

an sebuah organisasi terus memiliki generasi pengurus baru. Hal tersebut menuntut pengurus organisasi dan kepanitiaan memutar otak agar organisasi bisa terus berjalan. Mengajak atau menawarkan mahasiswa terdekat menjadi salah satu solusi masalah ini. Namun, hal ini menimbulkan masalah baru hingga munculnya narasi ne­ potisme di dalam organisasi kampus.

Kami telah melakukan survei mengenai pandangan mahasiswa terkait kasus ini. Berdasarkan total 186 responden, sebanyak 24,73% responden menyatakan setuju dan seba­ nyak 75,27% menyatakan tidak setuju jika mengajak atau menawarkan untuk bergabung organisasi dan kepanitiaan termasuk tindakan nepotisme.

Menurut Firda, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), mengajak mahasiswa lainnya yang bisa dibilang dekat termasuk tindakan ne­ potisme. Tindakan tersebut bisa membuat mahasiwa lain yang ingin bergabung dalam organisasi dan kepanitiaan tidak memiliki kesempatan.

Lain halnya dengan Firda, Mahasiswa Fakultas Biologi (Fabio), Mira menjelaskan bahwa mengajak orang terdekat untuk bergabung sebuah organisasi dan kepanitiaan bukan termasuk tindakan ne­ potisme. Hal tersebut diperlukan untuk regenerasi kepeng­ urusan selanjutnya.

Berdasarkan hasil survei, sebagian besar responden menyatakan bahwa dilakukannya tindakan mengajak atau menawarkan mahasiswa lain untuk bergabung orga­ nisasi dan kepanitiaan karena mahasiswa yang ditawari memiliki pengalaman dan tetap melalui proses rekrutmen yang ada. Pada kenyataannya, tidak semua mahasiswa yang menerima ajakan atau tawaran melalui proses screening sebagai salah satu rangkaian rekrutmen. Seba­ nyak 22% dari 134 responden yang menerima tawaran atau ajakan tersebut tidak melalui screening, sedangkan sisanya melalui proses semestinya.

Berkaca dari penjabaran isu yang terjadi saat ini, masih menjadi dilema bagi mahasiswa itu sendiri. Tanpa

Editorial adanya tindakan ajakan atau tawaran kepada mahasiswa terdekat, organisasi yang dijalankan beresiko tidak akan memiliki penerus. Namun, apabila tindakan tersebut te­ rus dilakukan, manfaat dan makna organisasi itu sendiri akan hilang.

Organisasi di kampus harus mulai berbenah dan menyesuaikan dengan kondisi masa kini, sehingga me­ nimbulkan kenyamanan serta ketertarikan bagi mahasiswa

lainnya. Selain itu, apabila nilai minat bagi mahasiswa itu sendiri tidak ada, maka sistem organisasi tidak akan bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Selaku penggiat organisasi dan kepanitiaan kegiatan ja­ ngan sampai tindakan ajakan atau tawaran ini berlangsung seterusnya. Jangan sampai tindakan tersebut menutup kesempatan bagi mahasiswa lain yang memiliki ketertarik­ an untuk bergabung.

-Pemimpin RedaksiTulisan ini adalah sikap Redaksi LPM Skëtsa. Pembaca yang cerdas harus paham jika pers boleh dan harus berpihak pada situasi tertentu.

Sketstoon

Oleh: Sri Hari Yuni Rianti

3

Laporan Utama

Minat Bergabung Organisasi dan Kepanitiaan Menurun, Istilah Nepotisme Muncul di Kalangan Mahasiswa Oleh: Isnaini Akmal Marfu’ah

(Sambungan dari halaman 1) Ditambah lagi saat ini terdapat berbagai program lain seperti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang lebih diminati oleh para mahasiswa.

“Kalau yang saya temui di Fakultas Hukum (FH-red) ini banyak yang menurun karena organisasinya tidak menyenangkan lagi. Seperti kebanya­ kan rapat, anggota­ nya yang kurang membuat suasana organisasi menjadi nyaman. Hal-hal seperti itu yang membuat mahasiswa jadi menurun minatnya untuk bergabung dengan sebuah organisasi,” ungkap Handityo Basworo, Dosen Fakultas Hukum saat ditemui awak Sketsa pada Jumat (20/09).

Menurunnya minat mahasiswa membuat organisasi dan kepanitiaan menjadi kekurangan anggota. Pengurus organisasi dan kepanitiaan akhirnya mencari cara lain yaitu dengan cara mengajak mahasiswa yang dikenal untuk bergabung. Mahasiswa

4

tersebut diberi penawaran untuk bergabung ke dalam sebuah organisasi. Terda­pat beberapa mahasiswa yang melalui proses rekrutmen dan ada juga yang mendapat penawaran tanpa melalui proses rekrutmen.

Mengajak mahasiswa yang dikenal dapat dikatakan sebagai pilihan terakhir dalam mencari anggota baru sebuah organisasi dan kepanitiaan.

Saat ini, tindakan tersebut sudah menjadi rahasia umum di kalangan mahasiswa, sehingga memunculkan istilah nepo­ tisme di lingkungan kampus.

Nepotisme dipandang sebagai tindakan yang tidak baik untuk dilakukan, karena hal tersebut dapat me­ rugikan beberapa pihak yang berkepentingan.

Mengajak atau menawarkan mahasiswa yang dikenal untuk bergabung dengan organisasi dan kepani­ tiaan tanpa melakukan proses rekrutmen, membuat bebe­ rapa mahasiswa memandang hal tersebut sebagai tindakan nepotisme.

Firda Aprilia Pratanti, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) saat ditemui oleh awak Sketsa pada Jumat (20/09), setuju dengan hal tersebut. Menurutnya, tindak­ an tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan nepotisme.

Mengajak orang atau mungkin teman dekatnya yang sudah dikenal sejak awal, da­ pat membuat mahasiswa lain yang ingin bergabung tidak memiliki kesempatan.

Mahasiswa lain juga menyetujui hal tersebut. “Iya, termasuk (nepotisme-red), karena kita memanfaatkan jabatan untuk menarik orang dan membuat orang itu yakin bergabung,” ujar Laura Sinta Febriana, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) saat ditemui awak Sketsa pada Rabu (20/09).

Namun, juga terdapat beberapa mahasiswa yang melihat fenomena tersebut bukan sebagai tindakan nepotisme.

Beberapa beranggapan jika mengajak atau menawarkan merupakan bagian dari sebuah

Infografik: Chynthia Maharani S.

Laporan Utama

5

Laporan Utama promosi dengan tujuan untuk regenerasi anggota organisasi dan kepanitiaan.

Yasyfa Maisun, mahasiswa Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), menuturkan jika mengajak atau menawarkan mahasiswa bukan merupakan tindakan nepotisme. Hal itu adalah salah satu bentuk promosi yang nantinya tetap melalui proses screening.

“Kalau berdasarkan orga­ nisasi, menurut aku sebenar­ nya ngajak (bergabung-red) tidak termasuk, karena ibaratnya organisasi butuh regene­ rasi. Jadi, ibaratnya menawarkan ke orang-orang masuk ke organisasi untuk mempertahankan organisasi itu sendiri, untuk menjamin generasi selanjutnya itu ada,” ujar Mira Permata, Mahasiswa Fakultas Biologi (Fabio) saat ditemui awak Sketsa pada Senin (25/09).

LPM Sketsa telah melakukan survei terkait hal ini sejak bulan Mei sampai September 2023. Berdasarkan total 186 responden, sebanyak 24,73% setuju dan sebanyak 75,27% menyatakan tidak setuju jika mengajak atau menawarkan untuk bergabung organisasi dan kepanitiaan termasuk tindakan nepotisme.

Hasil survei juga menunjukkan, alasan beberapa

6

res­ ponden menyatakan hal tersebut termasuk tindakan nepotisme yaitu mahasiswa yang menerima tawaran me­ rupakan kenalan dan menyalahi aturan karena seharusnya melalui proses rekrutmen. Di sisi lain, beberapa responden juga menyatakan alasan tindakan tersebut tidak termasuk nepotisme yaitu karena orga­ nisasi sedang membutuhkan anggota baru, hanya sebuah tawaran belaka, terdapat proses screening, dan yang ditawarkan memiliki penga­ laman.

Beberapa alasan tersebut akan memunculkan dampak terhadap organisasi dan kepanitiaan, salah satunya adalah menurunkan kinerja.

“Bisa (menurunkan kinerja-red), itu cuma asal gabung aja. Sedangkan kita belum tau kemampuan dan keseriusannya itu seperti apa. Terus baru aja kejadian kayak gitu, anaknya ilang-ilangan, karena ya memang ngegampangin,” ujar Firda.

Melihat alasan dan dampak dari tindakan nepotisme, nyatanya masih terdapat beberapa orang yang tidak menerima ajakan atau tawaran tersebut. Dari 173 responden, 77% mengambil tawaran atau ajakan untuk bergabung organisasi dan kepanitian tersebut. Sisanya yakni 23% dari

responden memilih untuk menolak. Alasan para responden menerima tawaran atau ajakan tersebut adalah untuk menambah pengalaman, menambah relasi, tertarik dengan acara atau kegiatannya, serta ku­ rangnya anggota organisasi dan kepanitiaan tersebut.

Mahasiswa yang menolak maupun menerima ajakan atau tawaran untuk bergabung ke dalam sebuah organisasi dan kepanitiaan bukanlah tindakan yang salah, karena hal tersebut merupakan pilihan pribadi dari mahasiswa. Namun, tindakan itu pasti akan memunculkan berbagai pandangan dari mahasiswa lain.

Salah satunya dipandang sebagai nepotisme. Alasan mahasiswa memandang tindakan tersebut sebagai nepotisme karena terdapat mahasiswa yang bergabung organisasi dan kepanitiaan tanpa me­ lakukan proses screening.

Dari 134 responden yang menerima tawaran, 58% melakukan screening sesuai dengan aturan, 22% tidak melakukan proses screening. Sementara 20% lainnya ada yang me­ lakukan dan tidak melakukan proses screening ketika menerima lebih dari satu tawaran.

Bergabung dengan orga­ nisasi dan kepanitiaan merupakan salah satu kegiatan ber-

Laporan Utama manfaat yang dapat dilakukan mahasiswa ketika masa kuliah berlangsung. Namun, melihat yang terjadi di lapangan, banyak tindakan kurang baik selama proses rekrutmen berlangsung. Hal ini membuat organisasi dan kepanitiaan tersebut harus mulai memikirkan solusi untuk meminimalisir terjadinya tindakan mengajak atau menawarkan mahasiswa untuk bergabung tanpa melalui proses rekrutmen yang sesuai.

Bukan hanya dari orga­ nisasi dan kepanitiaannya saja yang harus berbenah, tetapi mahasiswa juga ha­ rus ikut andil dalam hal ini.

“Yang pertama, dibutuhkan kesadaran bagi mahasiswa untuk ikut UKM (Unit Kegi­ atan Mahasiswa-red). Kedua, komitmen dari pelaksana organisasi harus menghilangkan nepotisme. Kalau keduanya

bisa tercapai, pesertanya ada, terus pelaksana organisasi itu bisa melaksanakan seleksi dengan baik, tercapai semua nanti sebenarnya,” ungkap Handityo.

Setiap mahasiswa memi­ liki pandangan berbeda dalam melihat fenomena tersebut.

Dalam melakukan rekrutmen anggota baru organisasi dan kepanitiaan sebaiknya melalui proses screening.

Hal ini agar dapat melihat kemampuan yang dimiliki seluruh pendaftar tanpa memandang faktor kedekatan.

Jika minat mahasiswa untuk bergabung menurun, proses rekrutmen harus tetap melalui screening. Tindakan mengajak atau menawarkan tetap dapat dilakukan, namun ha­ nya untuk keperluan promosi saja. Apabila dilakukan bukan untuk keperluan promosi, tindakan tersebut dapat me-

munculkan pandangan negatif serta menurunkan kinerja organisasi dan kepanitiaan.

Baik organisasi dan kepanitiaan maupun mahasiswa, harus sama-sama memiliki ke­ sadaran mengenai pentingnya melakukan proses rekrutmen yang sesuai.

Reporter:

Isnaini Akmal Marfu’ah, Fitri Ademia Rachma, Rizka Noviana Eka Mulyaningsih, Zahra Nurfitri Laila, Tania Dinna Pratami, Aurellia Zerlinda Syifa Dewari, Aura Saintia Transendenti, Sri Hari Yuni Rianti, Adventia Natali Saroyo, Inas Syarifah, Desi Fitriani, Andini Dwi Oktavia, Chynthia Maharani Sulistyowati.

Iklan

7

Memoar

Ada Makna Kemerdekaan Dalam Harmoni Seni JKT48 Oleh: Faiz Maulida

Saya adalah orang yang lebih memilih untuk menga­ laminya sendiri sebelum menilai apapun. Saya tidak terlalu percaya apa yang orang katakan sebelum mendapatkan pengalaman secara langsung.

Saya telah mendengarkan lagu-lagu Taylor Swift atau membaca “Sapiens”, pada dasarnya saya tahu bahwa karya-karya tersebut bukanlah yang terbaik yang pernah saya nikmati. Saya tidak akan mengatakan itu sampah, karena selera adalah preferensi pribadi masing-masing. Tetapi, jika seseorang berpendapat sambil berteriak bahwa karyakarya tersebut merupakan karya terbaik yang pernah ada, saya akan menjawab, “Apakah kamu bercanda?”

Saat masa remaja, mungkin saya bukanlah orang yang sangat mengerti sensasi menikmati seputar fenome­ na pop Asia terkini. Saya tidak terlalu mengerti K-pop, mungkin salah satu grup pop Asia yang sering terdengar di telinga saya hanyalah NCT. Saking sering terdengarnya membuat saya hafal seluruh anggota-anggota grup pop

8

tersebut. Adik saya seringkali meneriakkan “JENO! JENO!” saat sesuatu yang mungkin serius terjadi di kamar tidurnya.

Karena pengetahuan yang terlampau sedikit di dunia per-idol-an ini, saya tentu saja tidak terlalu tertarik ketika teman-teman mengajak saya ke salah satu konser JKT48 di tengah-tengah panasnya daerah Senayan di Jakarta saat itu. Saya tentu pernah mendengar JKT48 sebelumnya, grup musik remaja pe­ rempuan yang bernyanyi dan menari secara harmonis. Grup musik yang telah menarik banyak pengikut militan di mana pun kota tempat kalian berada. Setidaknya, saya pernah melihat JKT48 di televisi dan mengetahui sepatah dua kata lirik dari lagu mereka.

Sejujurnya, saya masih tidak dapat memahami bagaimana orang-orang menyebut apa yang JKT48 lakukan ini sebagai sebuah seni.

Namun demikian, saya mengiyakan ajakan temanteman saya tersebut. Ha­ nya untuk tujuan penasaran, tentunya. Kami tiba bahkan lima jam lebih awal dari jad-

wal pertunjukkan. Sudah saya katakan sebelumnya jika penggemar JKT48 adalah kelompok yang militan, butuh kesabaran lebih untuk mendapat jarak visual yang lebih dekat ke panggung. Jika ditanya apakah kami menda­ pat tempat yang paling dekat?

Jawabannya adalah tidak.

Sebagian besar penggemar dari grup idola ini adalah pria, baik yang masih remaja maupun yang sudah dewasa. Jumlah perempuan yang menggemari grup ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pria. Mereka yang fanatik terhadap grup ini dikenal sebagai wota, dan dapat dianggap sangat setia dalam mendukung idola-idolanya.

Selama pertunjukan, mereka melakukan berbagai aktivitas seperti bernyanyi, menari, bertepuk tangan, melambaikan tangan, mengucapkan mantra, dan semua hal yang dapat dilakukan dengan kedua tangan mereka.

Beberapa dari mereka membawa light stick berwarna heboh dan bingkai foto idola sebagai tanda kecintaan mereka. Bahkan saya mene-

Memoar mukan orang yang memakai jersey Timnas Indonesia bernomor punggung 48 dengan nama Oshi (sebutan untuk idola favorit) di atasnya.

Setiap penggemar musik memiliki cara unik untuk mengekspresikan diri saat berada dalam konser. Penggemar metal biasanya membentuk moshpit, penggemar hip-hop sering mengangkat tangan ke udara, sementara penggemar jazz mungkin menggelengkan kepala seakan-akan mereka larut dalam musik. Namun, gaya pengeks­ presian diri para wota saat

berada di teater JKT48 lebih mirip dengan para penggemar sepakbola daripada penonton konser musik.

Mereka punya lantunan-lantunan yang dinya­ nyikan di setiap awal lagu berputar. Baru kali ini saya mendengarkan chant yang diteriakkan secara kolektif oleh banyak orang selain di stadion sepakbola. Setiap kali seorang idola memperkenalkan diri, para wota akan berdiri dan meneriakkan nama sang idola yang lebih terdengar seperti suporter di stadion sepak bola daripada teriakan remaja di

konser pop. Sebagai seorang yang rutin menonton sepak bola, saya harus mengakui bahwa saya sedikit cemburu dan terintimidasi.

Hal yang saya sadari dari fenomena ini adalah bahwa sumber hiburan terbesar justru datang dari para penggemar, bukan dari grup itu sendiri.

Mungkin preferensi musik saya berbeda, album favorit saya adalah “In Rainbows” dari Radiohead. Meskipun begitu, saya tidak pernah merasa kurang terhibur saat me­ nyaksikan sekelompok gadis remaja berusia 16-17 tahun

Ilustrasi: Swaritz Vloszaby Abbya

9

Memoar melakukan lip sync dan tarian dengan gaun mewah selama satu setengah jam. Saya yakin mereka telah bekerja keras setiap hari, dan karena itu, saya ingin memberikan apresiasi yang besar kepada mereka.

Banyak kritik yang me­ ngatakan bahwa grup idola ini membawa penyimpangan mengingat artisnya adalah para remaja perempuan sementara penggemarnya di­ dominasi oleh para laki-laki.

Saya mencoba untuk ikut campur lebih jauh mengenai permasalahan moral ini, namun tetap saja saya merasa ngeri saat mengetahui bahwa terdapat idola berusia 15 tahun yang disukai dan dijadikan Oshi oleh banyak orang.

Bagaimana reaksi masya­ rakat jika ada orang yang mengidolakan seorang gadis remaja yang usianya 10 tahun lebih muda dan menonton­nya

dengan tingkat antusiasme yang tinggi?

Saya masih belum me­ ngerti dengan penuh hype dari grup idola ini, tetapi sekarang saya mengerti alasan mengapa fandom ini sangat berkembang pesat. Bagi para wota, menonton JKT48 se­ perti mendukung tim olahraga kesayangannya. Mereka menyanyi, berteriak, menari dan melakukan hal aneh jika mengacu pada standar norma masyarakat manapun. Walaupun begitu, saat disuguhkan dengan grup idol ini di depan mata, di saat inilah mereka dapat bebas melakukan halhal seperti itu.

Dalam konteks kemerdekaan yang berarti kebebasan, pentingnya seni adalah kemampuan untuk menciptakan kebebasan dalam diri dan masyarakat sekitar kita. Seni memberi kita kemampuan

untuk mengekspresikan pera­ saan dan gagasan kita kepada orang-orang yang mungkin memiliki pandangan yang berbeda, sambil tetap me­ mungkinkan mereka melihat dari perspektif kita. Sebalik­ nya, seni juga memung­kinkan seseorang untuk memahami perspektif orang lain bahkan ketika mereka memiliki perbedaan pandang­ an. Bentuk penerimaan atas perbedaan ini­lah yang saya anggap sebagai bentuk nyata dari tindak­an kebebasan.

Karena alasan itu, saya akan mengiyakan jika ada yang mengajak saya pergi menyaksikan JKT48 lagi. *Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman 2021.

Iklan

10

Puisi

Sisi Diri Oleh: Mar’atul Mu’ayadah

Mungkin bagimu luka ini biasa Tapi bagiku itu luar biasa Lukaku memang tidak sedalam milikmu Tapi membekas pada sisa hidupku Kau kira aku tertawa?

Nyatanya aku hanya bersandiwara Kau kira aku bahagia?

Realitanya aku tersiksa Banyak kata beruntung yang menggambar­ kan kehidupanku Tanpa tahu perjuangan dibalik itu Ekspektasi pada diri yang menjulang tinggi Namun nyatanya aku tak mempunyai kemam­ puan untuk menggapai mimpiku sendiri Apa benar aku beruntung?

Nyatanya aku tak percaya keberuntungan Apa aku telah berjuang?

Nyatanya aku selalu bergantung pada ke­ sempatan Hati dan pikiran yang berlawanan, Menyangkal, menerima, saling berlawanan Sulit menerima diri Sulit menjadi berani

Ilustrasi: Swaritz Vloszaby Abbya

Bahkan untuk jujur pada diri sendiri, Aku selalu bersembunyi, di sudut hati Diam meringkuk tanpa ingin keluar Menghadapi dunia yang penuh kepalsuan Biarkan aku nyaman disini Berteman gelap berselimut sepi Tanpa seorang mengetahui Bahwa anak ini masih menjadi seorang yang takut akan duniawi

*Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman 2021.

11

Lembaga Pers Mahasiswa

Skëtsa

Pemandu Wawasan Almamater Sejak 1988

Penerbit: Lembaga Pers Mahasiswa Skëtsa Universitas Jenderal Soedirman PEMBINA: Dr. Sulyana Dadan, M.A. Pengurus Lembaga Pers Mahasiswa Skëtsa Periode 2023 PEMIMPIN UMUM: Afif Fadhilah Iftiar WAKIL PEMIMPIN UMUM: Arie Satria BAGIAN ADMINISTRASI DAN KESEKRETARIATAN: Adventia Natali Ditya Saroyo (Koor), Putri Sabhrina, Inas Syarifah BAGIAN PERSONALIA: Swaritz Vloszaby Abbya (Koor), Triana Niken Ayu, Andini Dwi Oktavia PEMIMPIN REDAKSI: Desi Fitriani SEKRETARIS REDAKSI: Aura Saintia Transendenti (Koor), Tania Dinna Pratami, Rizka Noviana Eka Mulyaningsih REDAKTUR PELAKSANA CETAK: Fitri Ademia Rachma, Isnaini Akmal Marfu’ah, Balqist Maghfira Xielfa REDAKTUR PELAKSANA BERITAUNSOED.COM: Faiz Maulida (Koor), Lili Amaliah, Zahra Nurfitri Laila RISET DAN DOKUMENTASI: Chynthia Maharani Sulistyowati (Koor), Indah Dea Susanti, Aurellia Zerlinda Syifa Dewari REDAKTUR PELAKSANA ARTISTIK: April Melani, Sri Hari Yuni Rianti TIM EDITOR: Desi Fitriani, Faiz Maulida, Lili Amaliah REPORTER: Isnaini Akmal Marfu’ah, Fitri Ademia Rachma, Rizka Noviana Eka Mulyaningsih, Zahra Nurfitri Laila, Tania Dinna Pratami, Aurellia Zerlinda Syifa Dewari, Aura Saintia Transendenti, Sri Hari Yuni Rianti, Adventia Natali Saroyo, Putri Sabhrina, Inas Syarifah, Andini Dwi Oktavia, Chynthia Maharani Sulistyowati. LAYOUTERS: Afif Fadhilah Iftiar, Balqist Maghfira Xielfa, Swaritz Vloszaby Abbya, Sri Hari Yuni Rianti ILUSTRATOR: Sri Hari Yuni Rianti, Swaritz Vloszaby Abbya, April Melani, Chynthia Maharani Sulistyowati PEMIMPIN PERUSAHAAN: Mar’atul Mu’ayadah STAF KEUANGAN: Novia Mayangsari, Nadhita Adelia Ainurrohman STAF REPRODUKSI DAN SIRKULASI: Clara Diva Esperanza, Rofiqotush Sholichah STAF IKLAN: Intan Adillia Nissa (Koor), Hypatia Zahira Amania, Maryam Juwita

Kantor Redaksi: Kompleks Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Jl. Dr. Soeparno Karangwangkal, Purwokerto Utara 53122. Email: lpmsketsa@gmail.com |HP 0895379124152| IG: @beritaunsoed