2 minute read

metoo Wadah Bagi Korban Pelecehan Seksual Untuk Speak Up

Kekerasan seksual di Indonesia masih banyak terjadi, namun korban kekerasan seksual cenderung kurang berani untuk mengungkap atau berbicara tentang apa yang telah dialaminya. Korban kekerasan sosial masih harus berjuang untuk mencari keadilan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah gerakan #MeToo di Indonesia mampu membantu para korban kekerasan seksual?

#MeToo atau #SayaJuga bisa ditemukan di Twitter, Facebook, banyak perempuan yang menceritakan kejadian-kejadian yang dialaminya, bahkan ditemukan juga postingan #SayaJuga oleh laki-laki. Masyarakat Indonesia mulai sadar tentang adanya kekerasan sosial dan pentingnya perlindungan terhadap para korban.

Advertisement

I

stilah Me Too pertama kali digunakan oleh

Tarana Burke, aktivis asal Amerika Serikat sekitar tahun 2006 sebagai seruan pada perempuan yang mengalami kekerasan seksual bahwa mereka tidak sendirian—bahwa perempuan lain telah mengalami pengalaman yang sama. Satu dekade kemudian istilah tersebut menjadi sebuah gerakan global #MeToo menggunakan media sosial untuk bersuara dan gerakan solidaritas bagi para korban dan penyintas kekerasan seksual. Sejak saat itu banyak postingan baik video, maupun teks bermunculan sebagai bentuk speak up para korban.

#metoo di instagram

#metoo dan #sayajuga di twitter

#metoo di tiktok

Pada dasarnya, kekerasan seksual sangat sulit untuk dibuktikan karena hanya korban dan pelaku saja yang mengalami. Sering kali kejadiannya berada di tempat yang tertutup, jarang ada saksi mata, rekaman, maupun barang bukti lainnya. Kebanyakan bukti yang dimiliki adalah kesaksian korban. Kesulitan memperoleh bukti itulah yang membuat gerakan #MeToo, pendukung dan aktivisnya percaya istilah “Trust victims until proven innocent” (percaya korban hingga terlapor dibuktikan tidak bersalah) lebih tepat digunakan dalam kasus-kasus kekerasan seksual. Berbeda dengan kasus-kasus kriminal lainnya yang menggunakan istilah innocent until proven guilty, di mana artinya, terlapor tidak bisa dikatakan bersalah sebelum adanya bukti yang jelas. Namun, perlindungan hukum yang kurang kuat menyebabkan banyak korban tutup mulut bahkan dipaksa diam. Kenyataannya korban justru disalahkan, dipertanyakan tentang pakaian yang dikenakan, dan juga dihakimi. Akan tetapi, pelaku kekerasan seksual tetap melanglang buana tanpa beban.

Salah satu penyebab #MeToo atau #SayaJuga menjadi lebih terkenal di Indonesia setelah penyanyi dangdut Via Vallen mengunggah tangkapan layar tentang percakapannya dengan seseorang pada 2018 lalu. Melansir CNN Indonesia, Via Vallen mengungkapkan bahwa Ia sebagai perempuan, yang berprofesi sebagai penyanyi dangdut yang dipandang sebelah mata mendapatkan DM seperti itu merasa dilecehkan. Via juga merasa bersyukur atas respons dan dukungan oleh warganet. Mereka turut meramaikan sosial media dengan #SayaJuga serta membagikan tentang pelecehan yang dialami masing-masing.

Penulis: Eltrifosa Candra Nugraheni, Ida Nur Oktaviana

This article is from: