Better Lives Magazine 1st edition

Edisi 1 • November - Desember 2015

Connecting People with Disabilities

Thomas Andika

Anak Autis yang Berhasil Menemukan Bakat

Wisata

Disabilitas berwisata Kenapa Tidak?

Sayap Utama

HUT KE 60 YAYASAN SAYAP IBU

sapa redaksi

Mari Memahami, Mendukung dan Melayani Mereka

Model Cover : Farhan Wardrobe : Koleksi Pribadi Foto : Dokumentasi Pribadi

PENERBIT Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten PEMBINA Hj. Aisyah Hamid Baidlowi PEMIMPIN UMUM M. E. Arifandi PEMIMPIN REDAKSI Renowati Hardjosubroto REDAKTUR PELAKSANA Pandu Nasution DEWAN REDAKSI Riana Tjokrosoeseno, Tuti Hendrawati, Trisaputra, Pandu Nasution, M. Subur FOTOGRAFER Dony Ismail SEKRETARIS REDAKSI Rini Mulyastuti PEMASARAN & PROMOSI Zulmi Savitry 0817100237 • 0811100237 email: z.vitry@gmail.com IKLAN & DISTRIBUSI Astrida Daulay, Tati Sapto, Aries Setiawan DESAIN GRAFIS Nidya P. Putri KEUANGAN Tea Iskandar, Sutan Adrin Alamat Redaksi Jl. Raya Graha Bintaro No. 33B, Pondok Kacang Barat, Bintaro, Tangerang Selatan, Banten Telp. 021-733 1004 / 07 Fax. 021-733 1007 e-mail Redaksi betterlives.magz@gmail.com ysib_magz@outlook.com Homepage: http://www.sayapibubintaro.org Facebook: yayasansayapibu.bintaro Twitter: sayapibubintaro Rekening Yayasan Sayap Ibu Bank BCA Norek. 603 0306 072 Bank BRI Norek. 0393 0100 0018 303

Salam Disabilitas Indonesia, Mulai Nopember 2015, Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten telah memiliki media informasi dan komunikasi dalam bentuk majalah. Better Lives, begitu nama majalah dengan muatan materi long life time, namun up to date dengan periodisasi terbit dua bulan sekali.

Tujuan utama diterbitkannya majalah ini tentulah menjadi media yang bermanfaat, aksesibel, dan informatif. Sebagai penyambung komunikasi sekaligus informasi mengenai beragam aktivitas, keberadaan, hingga kebutuhan anak-anak penyandang disabilitas diseluruh Indonesia.

Kehadiran majalah ini, juga ditujukan untuk menyentuh nurani dan kepedulian masyarakat dalam mendorong semangat dan motivasi anak-anak penyandang disabilitas menggapai cita sebagai manusia yang mandiri dan memiliki peran sebagai makhluk sosial.

Dengan diterbitkannya majalah ini, diharapkan menjadi semacam trigger bagi semua awak Yayasan Sayap Ibu, volunteers, stakeholder, donatur, maupun pendukung majalah Better Lives untuk menjawab tantangan dalam membimbing, mengasuh, melayani serta mengayomi anak-anak penyandang disabilitas.

Dalam rangka Hari Disabilitas Internasional sekaligus mensyukuri 60 Tahun Yayasan Sayap Ibu Berkarya dan 10 Tahun Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten, digelar serangkaian acara, diantaranya, Talkshow pada tanggal 14 November di Mercure Hotel, Fun Walk dan Cooking Competition with Disabilities di The Breeze, BSD City, Tangerang, pada 6 Desember 2015.

Dengan semua niat baik itu, kami ucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan untuk terciptanya kesetaraan dalam keberagaman bagi penyandang disabilitas di Indonesia dalam satu tatanan masyarakat yang inklusif; masyarakat yang mengakomodasi segala perbedaaan. Mari memahami, mendukung, dan melayani mereka.

Salam,

Renowati Hardjosubroto Pemimpin Redaksi

PELAKSANA PRODUKSI PT. Media Komunikasi Mandiri e-mail mediakom.mandiri@gmail.com KETUA PELAKSANA PRODUKSI Trisaputra

Edisi 1 • 2015

Majalah BETTER LIVES diterbitkan oleh Yayasan Sayap Ibu - Banten dan didistribusikan untuk rekanan dan pelanggan Yayasan Sayap Ibu. Artikel-artikel dalam majalah Better Lives ditulis berdasarkan informasi dari para ahli. Informasi, kritik dan saran lebih lanjut dapat melalui email betterlives.magz@gmail.com.

Better Lives | 3

Daftar Isi November - Desember 2015 25 Klinik Gigi

Mimpi yang Terwujud 37 Tahun YSI Yogyakarta

37 Tahun YSI Yogyakarta Gelar Pensi & Seminar

3 Sapa Redaksi 4 Daftar Isi 5 Sorotan

19 How Deep is Your Hug?

26 Teknologi

20 Charity

28 Thomas Andika

7 HUT 60 YSI

22 Sosialisasi

30 Ega and Friends

60 Tahun YSI Mengelola Tantangan dan Kasih Sayang

10 Info Disabilitas

oleh : Fitriyani S. M.Psi, Psikolog

Gelar Festival Pasar Rakyat di Tangerang

Pelantikan Ketua Umum YSI Banten

Paralimpiade

Anak Autis yang Berhasil Menemukan Bakat

Menggoyang Panggung Musik Masterpiece

24 Danike van Overeem

Kursi Roda Khusus untuk YSI Banten

Membangun Sekolah Multi Disabilitas YSI Banten

12 I’m Star

Eksis di Pentas Internasional

14 Konseling

Perawatan Gigi dan Mulut

16 Akses dan Fasilitas

Disabilitas Berwisata.. Kenapa Tidak?

18 PPDI

Beri akses dan kesempatan untuk bersaing

4 | Better Lives

38 Edisi 1 • 2015

sorotan

Peluang Kerja

Pabrik Garmen Khusus Pekerja Disabilitas Ada rencana pemerintah membangun pabrik garmen khusus mempekerjakan penyandang disabilitas.

Meski masih diposisikan sebagai proyek percontohan, jika implementasinya berjalan dengan baik, dalam 1-2 tahun ke depan akan direplikasi di berbagai daerah di Indonesia.

Pemenuhan terhadap hak-hak penyandang disabilitas nampaknya mulai memberikan secercah harapan. Meski masih jauh dari pemenuhan kebijakan pemerintah yang menetapkan 1% kuota –sebagai peluang memperoleh pekerjaan di instansi pemerintah maupun perusahaan swasta -- harus diberikan kepada penyandang disabilitas, namun, wacana untuk membangun pabrik khusus yang memfasilitasi pekerja penyandang disabilitas merupakan langkah maju yang patut diapresiasi.

Seperti diketahui, bukan rahasia umum jika penyandang disabilitas masih memperoleh ‘diskriminasi’ saat bersaing dalam memperoleh pekerjaan, sehingga hak-hak mereka kerap terpinggirkan. Sehingga bukan cuma kebijakan pemerintah yang dibutuhkan dalam upaya

Edisi 1 • 2015

pemenuhan hak-hak mereka, tetapi dibutuhkan pula kebijakan manajemen (perusahaan) untuk memberi peluang kepada penyandang disabilitas.

Karena itulah, rencana pemerintah membangun pabrik khusus dalam memfasilitasi peluang kerja bagi penyandang disabilitas merupakan solusi paling tepat untuk saat ini. “Kemungkinan formatnya adalah pabrik garmen. Untuk tahap awal, mulai dari tim manajemen sampai kepada tim teknis akan diawaki oleh para tunarungu,” kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa seperti dikutip dari situs web Sekretariat Kabinet.

Memang, pabrik garmen ini masih merupakan percontohan yang diharapkan dapat berjalan dengan baik, sehingga bisa direplikasi di

berbagai daerah di Indonesia. “Bila memang bisa berhasil, dalam 1-2 tahun ke depan akan dikembangkan ke daerah lain,” janjinya.

Di tempat lain, Bidang Pemberdayaan Wanita dan Anak Posko Perjuangan Rakyat Tunarungu, Novitasari, menyebutkan bahwa pihaknya berharap agar pabrik tersebut dibangun di daerah Karawang atau Bogor.

Kabar gembira lainnya, rencana pembangunan pabrik garmen atas hasil kerjasama dengan pemerintah Inggris ini setidaknya mampu menyerap sebanyak 4000 pekerja penyandang disabilitas. Namun, informasi sementara di kalangan Kementerian Sosial menyebutkan bahwa sebagai pilot project akan menampung 500 orang penyandang disabilitas terlebih dahulu. “Selanjutnya akan dilakukan rekruitmen secara bertahap,” ujar Novitasari. m

Better Lives | 5

sayap utama

60 Tahun YSI Mengelola Tantangan dan Kasih Sayang Ada banyak kegiatan sepanjang tahun 2015 dalam rangka memperingati HUT ke 60 Yayasan Sayap Ibu (30 September 2015). Mulai dari Seminar, Lokakarya, Ziarah, Syukuran, Bhakti Sosial, Gelar Seni dan Karya, Talkshow, Cooking with Disability, Fun Walk, Gelar Seni dan Budaya - Drama Musikal/Operette, hingga ditutup dengan Peluncuran Buku 60 Tahun Yayasan Sayap Ibu 1955-2015: Manajemen Kasih Sayang Dalam Ujian Waktu.

Edisi 1 • 2015

Better Lives | 7

sayap utama

Gelar Seminar, Fun Walk, Hingga Peluncuran Buku Semakin banyak masyarakat yang terlibat, semakin besar peluang keberlangsungan penanganan anak-anak multi disabilitas.

Tak terasa, 60 tahun sudah kegiatan Yayasan Sayap Ibu (YSI) sebagai lembaga nirlaba yang bergerak di bidang sosial, istimewanya ­dalam menyelenggarakan panti perawatan dan ­penyantunan anak balita terlantar, sekaligus penyelenggara panti penyantunan dan ­rehabilitasi anak-anak cacat ganda terlantar ini mengabdi dan berkarya.

Menurut Pembina YSI Hj. Aisyah Hamid ­Baidlowi, sejak dilahirkan dan didirikan oleh Ny. Sulistina Sutomo (istri Bung Tomo), Ny. Garland Sunaryo dan Ny. Sukardi, pada tahun 1955, YSI telah mengalami banyak kemajuan yang berarti.

“Terutama dalam melayani masyarakat yang menjadi tugas pokok Yayasan Sayap Ibu,” ujar­ nya, di sela-sela acara Pelantikan Ketua Umum YSI Cabang Banten Masa Bhakti 2015-2020.

Saat ini, kondisinya telah jauh berbeda. Target awal dan tantangan YSI di masa lalu adalah mengentaskan anak-anak balita terlantar yang ditemukan dengan mencarikan orangtua yang mau dan mampu mengadopsi, sehingga di-

harapkan anak-anak tersebut bisa mandiri dan berhasil di masa depan.

“YSI juga menampung, merawat, dan melakukan rehabilitasi anak-anak cacat ­ganda (disabilitas) terlantar yang ada di dalam (panti) maupun di luar (nonpanti) yang sangat tergantung kepada orang lain agar bisa menjadi mandiri.

Ini merupakan tantangan yang sangat berat,” ucapnya. Selain kendala teknis pelayanan, masalah pendanaan tentu menjadi persoalan yang harus bisa diselesaikan agar tugas pokok dari pelayanan ini bisa berjalan secara baik dan berkesinambungan.

Dengan kata lain, dana harus diberdayakan.

“Harus digalang, bukan dengan cara konvensional (menjaring donasi secara statis). Tetapi dengan cara jemput bola melalui kegiatan-­ kegiatan yang melibatkan masyarakat. Karena anak-anak cacat ganda terlantar sebenarnya bukan hanya masalah YSI saja, tetapi masalah bagi seluruh masyarakat Indonesia. Jadi semua orang memang harus terlibat,” ­ungkapnya.

Semua Cabang

Adinda dari almarhum Presiden Indonesia ke-4, Gus Dur ini, mengaku bersyukur melihat padatnya rangkaian kegiatan dalam rangka menyambut HUT ke 60 YSI, yang dimeriahkan dengan berbagai event (kegiatan) yang berlangsung di semua cabang YSI sepanjang tahun 2015 ini. “Hal-hal seperti inilah yang harus dilakukan. Bagaimana melibatkan sebanyak mungkin ­masyarakat melalui kegiatan seperti seminar, talkshow, fun walk, maupun pameran.

Kalau ndak salah, ada kelas cooking segala ya,” sebutnya.

Melalui semua kegiatan itu, akan semakin banyak orang yang melihat, mendengar, dan memahami, sehingga akan semakin banyak pula orang yang peduli. “Dengan semakin banyak orang yang peduli, maka semakin memberi peluang pada masuknya sumbangan, materiil maupun moril,” ucapnya, lugas.

Senada dengan Hj, Aisyah, Ketua Dewan Pengawas YSI Cepi Jamaludin Malik menyatakan bah-

wa dalam satu dasawarsa terakhir YSI semakin baik dari sisi managerial yang mengarah ke profesional. “Dulu hanya mengandalkan welas asih. Sekarang bergerak aktif menggalang dana.

Namun, semakin banyak donasi, maka akuntabilitas juga harus tetap terjaga.

Transparan,” ingatnya.

8 | Better Lives

Edisi 1 • 2015

anak-anak penyandang disabilitas, seperti Ega and Friends (tunanetra band) dan I’M Star yang digawangi oleh anak-anak autis. Oh ya, ada juga pameran origami buah karya luar biasa anak autis pelipat kertas berbakat, Thomas Andika.

“Melalui semua kegiatan itu, Yayasan Sayap Ibu ingin mengajak masyarakat untuk bersamasama berpartisipasi dalam suatu kegiatan, sekaligus menjadi bagian dalam upaya membangun kebersamaan dengan anak-anak penyandang disabilitas,” kata Ketua Umum YSI Banten, Reno Hardjosubroto.

Menurut Ketua Umum YSI Jakarta Tjondrowati Subiyanto, ketiga Cabang YSI mengutamakan kegiatan dan acara yang mereka selenggarakan sebagai aktivitas yang bermanfaat bagi anakanak dan membuka wawasan masyarakat untuk peduli anak. “Tujuan­nya adalah untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak,” ucapnya.

Terkait dengan kegiatan dalam rangka menyambut HUT 60 Tahun YSI, menurut Cepi merupakan peluang yang sangat baik dalam mengajak ma­ syarakat ikut terlibat. “Saya kira dengan semakin banyak orang yang terlibat akan semakin memberi peluang bagi keberlangsungan penanganan anak-anak terlantar di Indonesia,” harapnya.

Yups, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, YSI kali ini tergolong gencar menggelar agenda kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat luas. Sepanjang tahun 2015 ini ada berbagai event yang digelar YSI Pusat maupun di tiga Cabang YSI. YSI Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengawali rangkaian kegiatannya dengan menggelar Seminar dan Lokakarya, sejak Maret hingga September 2015. YSI Cabang Jakarta, mengadakan Seminar, Syukuran, dan Bhakti Sosial. Sebagai penghormatan terhadap sesepuh YSI yang lebih dikenal dengan sebutan Bu Nas, YSI Jakarta melaksanakan Ziarah Bersama ke makam almarhumah J.S Nasution, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Talkshow dan Fun Walk

YSI Banten, menyikapi peringatan 60 tahun Yayasan Sayap Ibu Berkarya dengan menggelar Talkshow (offline) yang mengangkat tema Menumbuhkembangkan Kemandirian Anak Melalui Kelekatan Emosional dalam Keluarga, pada Sabtu, 14 November 2015. Talkshow yang dipandu moderator Ratih Sanggarwati ini, menghadirkan pembicara Poppy Devita Maharani dari EASE Adaptive Store & Walk This Way

Edisi 1 • 2015

Centre, serta pakar psikologi anak, Fini Rahmatika, M.Psi, Psikolog.

Kendati Walikota Tangerang Selatan Hj. Airin Rachmi Diany, SH. MH berhalangan hadir untuk mengisi kursi pembicara, talkshow yang membahas mengenai kaitan hubungan emosional dengan perilaku anak itu berlangsung menarik dengan peserta yang memadati ruang acara di Hotel Mercure, Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan.

Selain Talkshow, YSI Banten akan menggelar Cooking Competition dan Fun Walk with Disabled People, pada Minggu, 6 Desember 2015, yang mengambil lokasi start – finish di The Breeze BSD City, Serpong, Tangerang.

Ketua Panita 60 Tahun YSI Berkarya Rien Tjipto Winoto menyatakan bahwa berbagai kegiatan dan acara yang diselenggarakan, sangat kreatif dan menarik, sesuai dengan visi dan misi YSI. “Harapan kami, YSI bisa lebih dikenal dalam pelayanan kepada anak-anak terlantar dan juga keterlibatkan masyarakat untuk selalu mendukung dalam kegiatan YSI. Sebagai acara puncak, di penghujung tahun 2015 akan diselengggarakan Gelar Seni dan Budaya - Drama Musikal/Operette yang ditutup dengan peluncuran buku 60 Tahun Yayasan Sayap Ibu 1955-2015: Manajemen Kasih Sayang Dalam Ujian Waktu, oleh YSI Pusat. m

Kegiatan yang juga dilaksanakan dalam rangka menyambut Hari Disabilitas International yang jatuh pada 3 Desember ini, juga dimeriahkan dengan bazaar, aneka lomba yang menjanjikan beragam hadiah menarik, hingga acara hiburan yang salah satunya menampilkan grup band

Better Lives | 9

info disabilitas

Unit Rehabilitasi YSI Banten Membangun Sekolah Multi Disabilitas Melalui pemetaan berdasarkan usia dan kondisi anak-anak, Unit Rehabilitasi YSI Banten menyusun kurikulum dengan kegiatan yang terintegrasi sebagai bentuk pendidikan untuk anak-anak penyandang multi disabilitas.

Sepuluh tahun mengabdi dan berkarya, Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten (YSI Banten) boleh dibilang mengalami kemajuan cukup pesat, temasuk dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Lembaga penyantun­an anak-anak cacat ganda terlantar dengan kondisi diantaranya mende­rita h­ ydrocephalus, microcephaly, cerebral palsy (CP), down ­syndrome (DS), netra, rungu, autism, dan lainnya ini, tak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok seperti papan, sandang, dan pangan saja, tetapi berupaya untuk memenuhi kebutuhan perawatan, rehabilitasi medis, dan pendidikan anak-anak di dalam panti.

Hampir semua anak-anak yang ada di panti YSI

10 | Better Lives

Banten merupakan anak-anak ­disabilitas ganda (multi disabilitas) dengan kategori plus. “Plus di sini maksudnya anak-anak tidak cuma mende­ rita CP saja, tetapi juga tuna netra, lemas, badan ­kaku-kaku dan seterusnya. Jadi, anak-anak cacat ganda di sini benar-benar istimewa,” kata Kepala Rehabilitasi YSI Banten Agus Haryanto S.Pd. Sebelumnya, kata relawan yang kemudian dipercaya mengawal Unit Pelayanan Anak YSI Banten ini, dilakukan kegiatan rehabilitasi – fisioterapi, sekitar 4-5 jam setiap hari. Namun, ke­giatan ini hanya menyentuh area perbaikan dan perkembangan fungsi fisik (gerak). “Maintenance agar tidak terjadi penurunan fungsi

dan gerak, dari yang kaku-kaku menjadi tidak kaku. Ada latihan pengembangan fisik juga, seperti dari tirah baring dilatih untuk mengangkat kepala, bisa duduk, dan jika memungkinkan sampai bisa berdiri. Orientasinya lebih ke fisik, selebih­nya mereka hanya berada di kamar,” kata Agus.

Belum ada kegiatan yang mengarah kepada fungsi pendidikan dan pelatihan. Menurut Agus, tujuan utamanya sejak berada di YSI Banten adalah mengeluarkan dan mengajak anak-anak melakukan berbagai kegiatan di luar kamar. “Ide awalnya, semua anak harus turun dari ranjang.

Berlari dan bermain di luar. Bahkan, kami bermimpi setiap pagi anak-anak berangkat sekolah

Edisi 1 • 2015

dan kembali pada siang harinya”.

Kondisi Istimewa Sangat bisa dipahami jika saat itu belum terpikir bahwa anak-anak dengan kondisi ‘istimewa’ ini bisa menikmati kegiatan bersekolah. Bahkan sekolah khusus anak cacat ganda yang ada pun kurang berkenan untuk menerima anak-anak YSI Banten. Alasannya klasik, tidak memiliki akses untuk kursi roda.

Namun, harus diakui pula bahwa sekolahsekolah tersebut memiliki keterbatasan sumber daya manusia, ruang, peralatan, akses, dan sebagainya. “Tetapi ada beberapa sekolah yang akhirnya mau menerima anak-anak kami.

Sekitar 13 anak berhasil dan bisa sekolah di luar. Artinya, mereka mulai ­benar-benar punya rutini­tas dan kegiatan yang sangat bagus,” jelasnya.

Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana dengan nasib anak-anak di dalam panti yang tidak mungkin bersekolah? Itulah awal di­ susunnya kurikulum pendidikan dan pelatihan.

Melalui masukan para relawan dan seiring berjalannya waktu, YSI Banten boleh dibi­lang ‘berhasil’ melakukan pemetaan terhadap anak-anak. “Pemetaan dalam arti menyusun kebutuhan yang di­sesuaikan dengan kondisi anak-anak,” jelas sarjana pendidikan jebolan Universitas 11 Maret Solo, ini.

“Kami mulai melakukan identifikasi anak secara kasus per kasus. Melakukan evaluasi, menyimpulkan dan menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan. Selanjutnya, kami siapkan metode pendidikan dengan model-model kegiatan (semacam kurikulum-red), baik di dalam kelas maupun di luar ruang, dan ada

Edisi 1 • 2015

guru yang mengajar,” ujarnya, seraya menambahkan, tahun 2015 Sekolah Cacat Ganda Sayap Ibu Provinsi Banten ini mulai berjalan.

“Maka­nya meski belum memperoleh pengakuan ­administratif dan baru berjalan seperti ini, ­namun saya menganggap tahun 2015 merupakan tonggak berlangsungnya pendidikan dalam bentuk Sekolah Cacat Ganda di YSI Banten,” sebutnya.

Enam Kelompok Unit Rehabilitas memecah kategori anak-anak cacat ganda ke dalam enam kelompok berdasarkan usia dan kondisi anak. Kategori pertama, Kelompok MDVI/Tuna Netra, yaitu anak-anak dengan kondisi kehilangan netra, lumpuh, plus autis. Kemudian kategori kedua, Kelompok Remaja yang rata-rata menderita CP plus.

Kategori ketiga, Kelompok Transisi, anak-anak dengan CP plus, namun mampu berkomunikasi dengan baik dan memiliki kemungkinan bisa mandiri.

Kategori keempat, Kelompok Management Behaviors, ­yaitu anak-anak dengan autis plus, dan kategori kelima, Kelompok Play Group, yaitu anak-anak de­ngan hydrocepallus dan CP. Mereka adalah anak-anak usia play group yang mampu berkomunikasi dengan baik, mampu berjalan dan layak didik. Kategori ke­ enam, Kelompok Stimu­lation,

ya­itu anak-anak dengan hydrocepalus dan hydro­cepallus plus (tuna netra), dan CP spastic, anak-anak ini umumnya hanya tirah baring saja.

Semua kegiatan kelompok disusun secara terintegrasi. Kelompok mana yang sekolah ke luar pagi ini, siapa yang renang, kelompok mana yang melakukan fisioterapi, kelompok mana yang belajar di dalam kelas, dan kelompok mana yang pergi ke rumah sakit karena kebutuhannya. “Semua kegiatan itu berlangsung secara terintegrasi dan simultan. Merata, semua kelompok memiliki jadwal kegiatan fisioterapi dan belajar yang cukup setiap hari,” paparnya.

Meski masuk dalam kelompok-kelompok, namun targetnya tetap individu. Pada anakanak tuna netra plus autis, misalnya, diharapkan mereka bisa berjalan dengan tali sendiri (khusus) dan mampu mengenal arah. Mana arah menuju dapur, kamar mandi, dan seterus­ nya. Sedangkan untuk mereka yang masih memiliki kemungkinan mandiri, misalnya anak autis yang hanya duduk di kursi roda namun kedua tangannya masih berfungsi dengan baik, sehingga bisa diajarkan suatu keterampilan, seperti melipat tisu untuk makan.

“Harapan kami tentunya, pada suatu saat hasil lipatan tisu anak-anak bisa dimanfaatkan oleh sebuah restoran, sehingga anak itu bisa mandiri dan mampu menghidupi diri sendiri dengan keahlian/keterampilannya,” urai Agus. m

Better Lives | 11

testimoni

Personil I’M Star - Shinta (bass), Ervhita (drum), Arya (vokal) dan Abhy (keyboard)

I’M Star Eksis di Pentas Internasional Tak cuma prestasi di panggung musik, peran mereka di pentas layar lebar melalui film I’M Star turut mengharumkan nama bangsa Indonesia di ajang Oregon International Film Awards, USA 2013. Akhir tahun ini I’M Star bakal kembali unjuk kebolehan sebagai finalis di ajang Autistic Talent Gala 2015, yang akan digelar di Hongkong.

Prestasi empat penyandang autis yang tergabung dalam band I’M Star ini memang patut diberi acungan jempol. Sejak dibentuk pada 2012 lalu, seabrek penghargaan di bidang musik berhasil mereka raih. Selain aktif sebagai musisi, aksi mereka dalam film layar lebar yang juga berjudul I’M STAR, sukses menyabet Oregon Award. Film yang sarat pesan moral, karya sutradara Damien Dematra ini berkisah tentang perjuangan para remaja penyandang autisme memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah biasa.

Menurut Dewi Semarabhawa –yang me­rupakan ibunda dari Abhy— mewakili ketiga ibunda

12 | Better Lives

personil lainnya, bakat dan kemampuan anakanak I’M Star dalam bermusik sudah terlihat sejak kecil. Arya dan Abhy yang satu sekolah sejak taman kanak-kanak sering diminta perform untuk menyanyi. Ervhita dan Shinta juga sama, kerap tampil sebagai penyanyi sejak kanak-kanak.

Uniknya, ketika diperkenalkan dengan alat musik, anak-anak ini tampak antusias dan cepat belajar, hingga muncul ide untuk menyatukan mereka ke dalam sebuah band. “Kami para orangtua hanya berusaha mendukung dengan sepenuh hati dan mendorong mereka untuk membuktikan bahwa anak berkebutuhan khusus

juga bisa berprestasi layaknya anak-anak normal,” ungkapnya, ketika dijumpai di salah satu studio musik di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.

Bahkan, Dewi tak pernah menyangka jika mereka ternyata langsung nyambung dan enjoy menikmati suasana bermusik dalam satu band. Tanpa kendala koordinasi sama sekali. Senada dengan Dewi, pelatih I’M Star, Agus, mengatakan bahwa hampir tidak ada kendala dalam melatih mereka bermusik.

“Kalau pun ada, hanyalah masalah komunikasi ketika berada di luar studio,” ujarnya seraya menambahkan, prestasi I’M Star juga

Edisi 1 • 2015

merupakan buah dari prestasi keempat orang tua mereka yang selama ini mengawal, menemani, dan memberi support sepenuhnya terhadap kegiatan anak-anak ini. Salut untuk mereka,” imbuhnya.

I’M Star sempat tampil membanggakan di Istana Negara (di hadapan ibu negara kala itu,

Ani Yudhoyono), “UNTHINKABLE WEEK” dalam rangkaian kegiatan APEC, di Kuta Bali, Acara Kick Andy di Metro TV dan beberapa acara besar lainnya.

Dengan semua prestasi itu, tidak berlebihan jika terbentuknya I’M Star Band juga menimbulkan dampak yang positif karena menginspirasi orang tua yang memiliki anak-anak penyandang autis untuk membentuk grup band. Satu hal yang terbukti dengan munculnya beberapa grup band anak-anak ber­kebutuhan khusus (ABK), hingga meriahnya agenda pagelaran dan kompetisi antar band tersebut. Dengan semua kegiatan itu terlihat jelas efek positif dengan bermunculannya band band ABK tersebut, yaitu suatu bukti bahwa mereka mampu melakukan interaksi, sosialisasi dan koordinasi antar personil melalui musik.

Autistic Talent Gala 2015

Setelah 3 kali mengikuti kompetisi di Jakarta, 2 lomba dengan peserta Anak Berkebutuhan Khusus dan 1 kali lomba reguler melawan anakanak SMA di wilayah Tangerang Selatan, maka I’M Star Band memutuskan untuk mengikuti kompetisi di luar negeri. Tak heran, latihan kali ini ternyata bukan sekadar latihan rutin mingguan, tetapi sekaligus dalam rangka mempersiapkan performa I’M Star sebagai finalis di ajang Autistic Talent Gala 2015, yang akan digelar di Hongkong, 18 Desember nanti.

Di ajang ini, I’M Star Band akan berjuang membawa nama Indonesia untuk bersaing dengan para finalis dari India, Taiwan, Mainland China, Macau, Singapore, Jepang, dan Filipina.

Melalui ajang ini diharapkan mereka mampu

Edisi 1 • 2015

membawa pulang kemenangan, menorehkan sejarah dan mengharumkan nama Indonesia.

Namun, terlepas dari urusan raihan prestasi, ke depan Dewi berharap dapat menemukan seorang manajer untuk mengelola I’M Star menjadi band profesional yang membanggakan dan bisa membuktikan bahwa anak-anak autis ini mampu hidup mandiri melalui profesinya.

“Harapan lainnya, tentu saja meluncurkan album,” ucapnya seraya berharap bahwa I’M Star yang merupakan pioner dari band anakanak autis ini bisa menjadi inspirasi bagi anakanak penyandang disabilitas lainnya. m

I’M Star Sang vokalis, Arianda Wiradipa Prabowo yang akrab disapa Arya dan Made Dwara Abhysma atau Abhy (keyboard) samasama masih tercatat sebagai mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Universitas Indonesia (UI), Depok. Ervhita Puspa Dhewi (drum) telah menyelesaikan program D-1 (Pendidikan Guru Taman Kanakkanak Indonesia). Sementara Cintya Widianna, yang akrab disapa Shinta (bass), merupakan personil termuda yang masih duduk dibangku kelas 12 SMK Musik YMJ (Yayasan Musik Jakarta), BSD City, Serpong.

Better Lives | 13

konseling

konseling

Perawatan Gigi dan Mulut Untuk Menjaga Kualitas Hidup Penyandang disabilitas memiliki kendala dalam melakukan perawatan gigi dan mulut.

Dibutuhkan bantuan dan bimbingan ahli untuk mengantisipasi risiko yang bisa mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup mereka.

Hampir semua penyandang disabilitas memiliki masalah gigi dan mulut. Sebut saja penderita cerebral palsy, down syndrome, hydrocepallus, dan lainnya. Dengan segala keterbatasan yang menyertainya, mereka terkadang tidak memiliki kemampuan mengunyah makanan dengan baik, sulit menelan dan cenderung meng-emut (mengulum) makanan di dalam mulut.

Tak heran, anak-anak penyadang disabilitas umumnya memiliki gigi dan mulut dengan kualitas kurang baik. Sementara, mereka belum

14 | Better Lives

memungkinkan untuk melakukan perawatan gigi dan mulut secara mandiri. “Ya, masalahnya cukup kompleks,” kata drg. Ria Sp.KGA, volun­ teers di Yayasan Sayap Ibu Provinsi Banten (YSI Banten).

Pertama, mereka rutin mengkonsumsi makanan lunak yang jika tidak segera dibersihkan akan membuat gusi menjadi kotor yang bisa meng­ akibatkan terjadinya radang dan timbulnya karang gigi. Kedua, anak-anak penyandang disabilitas umumnya minum susu botol dengan

frekuensi lebih panjang dari anak-anak biasa (normal). Kondisi ini mengakibatkan susu sering tergenang secara terus menerus yang berpotensi merusak dan mengakibatkan gigi berlubang.

“Salah satu antisipasi yang penting dilakukan adalah memperbanyak frekuensi minum air putih untuk membilas atau membersihkan sisa makanan di dalam gigi dan mulut. Karena, ada banyak penyakit yang mungkin terjadi sebagai akibat dari masalah gigi dan mulut. Mulai dari masalah pencernaan hingga penyakit-penyakit

Edisi 1 • 2015

Foto: Keempat dokter gigi volunteers YSI Banten • drg. Rury V, • drg. Ria Sp.KGA, • drg. Miryanthi Dwi Vidya, • drg. Villy Rahmania

lain yang menyertainya,” timpal drg. Ria bersama tiga orang rekan dokter gigi yang baru ber­ gabung menjadi volunteers untuk YSI Banten.

Antisipasi Dini

Itu sebabnya antisipasi kesehatan gigi pada penyandang disabilitas harus dilakukan sedini mungkin. Bahkan sejak mulai tumbuh gigi.

Orang tua atau perawat yang mendampingi mereka harus memiliki bekal pengetahuan me­ ngenai cara menyikat gigi, membersihkan gigi, dan melakukan perawatan secara berkala. (lihat box: tips Pencegahan dan Perawatan).

Karena, hanya orang-orang terdekat –orang tua dan perawat pendamping— yang bisa

lebih memahami dan ‘membaca’ kondisi mereka. K­ etika sedang menderita sakit gigi yang tergambar melalui ekspresi yang tidak biasa, misalnya. Melalui pendampingan dan antisipasi terhadap kesehatan gigi dan mulut yang baik, diharapkan dapat menunjang kesehatan secara keseluruhan dengan kualitas hidup yang terjaga hingga dapat menjalani hidup mandiri di masa mendatang.

kan untuk mengantisipasi dan memastikan keberadaan penyakit lain yang menyertai dan bisa mengganggu kualitas hidup mereka. Di sini (YSI Banten) timnya tergolong lengkap,” ujar drg. Ria. m

Pada dasarnya pertumbuhan serta masalah gigi dan mulut mereka sama saja dengan anak-anak biasa (normal). Hanya saja, untuk tindakan cabut gigi pada anak-anak disabilitas harus dilakukan konsultasi kepada dokter anak dan anastesi terlebih dahulu. “Hal ini wajib dilaku-

Tips Pencegahan dan Perawatan Pencegahan (Preventif)

• Sikat gigi secara rutin wajib dilakukan untuk membersihkan/kontrol plak pada gigi • Bersihkan gigi dan mulut dengan menggunakan kain kasa atau kapas, minimal 30 menit setelah makan atau minum susu • Perbanyak minum air putih (sebagai pengganti kumurkumur) untuk membilas dan membuang sisa-sisa makanan di dalam mulut • Pemberian antiseptik dalam bentuk gel juga dapat diberikan secara rutin • Bersihkan karang gigi secara periodik

Edisi 1 • 2015

Perawatan (Kuratif)

• Untuk mempertahankan kualitas gigi dilakukan dengan menggunakan flour (flouride) yang dioleskan pada gigi • Menutup celah-celah gigi dengan topikal sealant agar sisa makanan tidak masuk ke dalam gigi • Ketika gigi mulai berlubang maka harus segera dilakukan penambalan • Pada gigi yang telah rusak dan harus dicabut, prosedur tatalaksananya harus dilakukan melalui konsultasi multidisipliner, seperti dengan dokter spesialis anak dan anastesi terlebih dahulu

Better Lives | 15

wisata - traveling

Akses dan Fasilitas Disabilitas Berwisata... Kenapa Tidak?

Saatnya memberikan perhatian khusus terhadap akses dan fasilitas bagi penyandang disabilitas.

Tak jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya, penyandang disabilitas juga butuh berwisata dan menikmati rekreasi dengan nyaman.

Memasuki masa liburan adalah saat yang sibuk bagi masyarakat untuk menikmati wisata, mulai dari rencana mudik ke kampung halaman hingga rekreasi ke lokasi wisata pilihan. Tak heran, hampir semua lokasi wisata di masa liburan selalu penuh sesak dengan kehadiran wisatawan lokal maupun manca negara.

Menyenangkan memang. Namun, ada yang luput dari eforia menikmati waktu berwisata bersama keluarga, teman, maupun sejawat.

Ya, bagaimana dengan nasib para penyandang disabilitas? Apakah mereka juga menikmati wisata atau rekreasi seperti non disabilitas pada umumnya?

16 | Better Lives

Jangan lupa, kebutuhan penyandang disabilitas itu sama persis dengan kebutuhan non disabilitas. “Sama-sama butuh sandang, pangan, papan, hak memperoleh pendidikan, pekerjaan, memiliki pasangan, menikah dan beranak-pinak, hingga rekreasi. Hanya saja, akses dan fasilitas yang disediakan untuk mereka masih sangat terbatas, dan menjadi kendala besar dalam mewujudkan harapan, impian, dan cita-cita mereka,” kata Ketua Umum Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Gufroni Sakaril.

Masih seperti kata Gufroni, jangankan rekreasi atau wisata menikmati keindahan alam. Nonton

pertandingan langsung final sepakbola di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan saja, mereka akan kesulitan karena tidak adanya akses dan fasilitas yang memungkinkan untuk bisa berada di sana. “Mau ibadah pun kerap terbentur kendala untuk masuk ke dalam masjid karena struktur bangunan yang dikelilingi tangga tanpa menyiapkan akses berupa jalur khusus untuk kursi roda, misalnya.

“Akhirnya, terpaksa salat di halaman. Padahal, jika mereka datang lebih awal, mungkin bisa mengisi saf paling depan,” timpal penyandang disabilitas yang menjabat sebagai kepala humas di salah satu stasiun televisi swasta ini.

Edisi 1 • 2015

Negara Tetangga

Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan negara tetangga terdekat seperti Singapore dan Korea Selatan. Hampir semua bus dan kereta api di Singapura memiliki tempat duduk prioritas untuk penyandang disabilitas. Bahkan sebagian sudah dilengkapi track landai (ram) sebagai akses masuk penyandang disabilitas pengguna kursi roda, serta ruangan khusus untuk kursi roda. Korea Selatan, lebih hebat lagi. Semua fasilitas umum utama dan lokasi wisata telah dilengkapi jalur khusus seperti elevator sebagai akses untuk memudahkan mobilitas penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda. Untuk urusan ‘ke belakang’ pun disiapkan toilet khusus dengan pintu ekstra besar, lengkap dengan fasilitas keselamatan yang terpasang dengan baik dan mudah dijangkau.

Bahkan pusat-pusat perbelanjaan seperti Lotte Dapartement Store dan Yeoju Premium Outlet berusaha menyiapkan kenyamanan lebih, termasuk layanan kursi roda gratis dan jalur khusus agar penyandang disabilitas tidak

mengalami kesulitan dalam menikmati wisata belanja mereka.

Yang paling menarik, selain dilengkapi dengan lift ataupun lift khusus kursi roda bagi yang memiliki kesulitan menggunakan tangga, subway stasiun di Korea juga menyiapkan lantai dengan ornamen huruf braile untuk membantu penumpang tunanetra menavigasi perjalanan mereka.

Kereta bawah tanah di sana juga dilengkapi kursi prioritas bagi lansia dan penyandang disabilitas, terutama pada jam-jam sibuk.

Memang, di Jakarta ada yang disebut dengan Jakarta Barier Free Tourism, sebuah komunitas yang digagas oleh cucu Saidah dan Faisal Rusli (pelukis disabilitas), untuk memfasilitasi penyandang disabilitas menikmati wisata jalan-jalan. Komunitas ini dibentuk untuk memperjuangkan kesetaraan hak –dalam hal memperoleh akses, fasilitas dan layanan publik-- yang kerap menjadi hambatan bagi umumnya penyandang disabilitas.

Salah satu misi komunitas ini melalui jalanjalan bersama ke tempat wisata ialah berusaha mengajak dan meyakinkan penyandang disabilitas agar berani keluar rumah, melakukan interaksi kepada khalayak dan menunjukkan bahwa mereka juga bagian dari masyarakat seutuhnya. Konsep dan tekad Jakarta Barier Free Tourism tentu patut diberi acungan jempol, bahkan layak dijadikan role model

Edisi 1 • 2015

pergerakan penyandang disabilitas terhadap minimnya akses untuk menikmati hak-hak mereka.

Karena, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, penyandang disabilitas juga harus memiliki kesempatan untuk menikmati hidup seperti non disabilitas. Harus didukung demi terciptanya kesetaraan dalam keberagaman dalam satu tatanan masyarakat yang inklusif; masyarakat yang mengakomodasi segala perbedaan. Karena, penyandang disabilitas juga bagian dari peradaban.

Jadi, mari memahami, mendukung, dan melayani mereka, dengan sebesar-besarnya memberikan akses dan fasilitas yang memudahkan mereka untuk menikmati hidup dan interaksi sosial sebagai bagian dari masyarakat seutuhnya. m

Better Lives | 17

komunitas

PPDI Beri Akses dan Kesempatan untuk Bersaing Ada banyak penyandang disabilitas yang cukup sukses, baik sebagai karyawan (pekerja), pengusaha, maupun profesional. Melalui akses yang setara dengan warga masyarakat pada umumnya, bukan tidak mungkin penyandang disabilitas mampu berprestasi, dan tak kalah bersaing dengan mereka yang non disabilitas.

Menurut Ketua Umum PPDI (Persa­tuan Penyandang Disabilitas Indonesia) Drs. Gufroni Sakaril, MM, Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun1997 tentang Penyandang Cacat belum memenuhi tuntutan atau harapan penyandang disabilitas secara baik. Sebut saja hak-hak dan kesetaraan dalam memperoleh akses pelatihan ketrampilan, akses usaha, akses modal, dan sebagainya.

Bahkan hak-hak dasar seperti hak memperoleh pendidikan, layanan kesehatan, pekerjaan, hak memperoleh aksesibilitas transportasi dan menikmati fasilitas – layanan publik (umum) pun masih jauh panggang dari api.

“Karena itulah, kami perlu mendorong untuk merubah undang-undangnya,” ujar penyandang disabilitas yang berprofesi

18 | Better Lives

sebagai kepala humas di salah satu stasiun televisi swasta ini. PPDI telah menyusun dan menyerahkan draft rancangan undang-undangnya. ”Alhamdulillah, kabar terakhir menyebutkan bahwa draft itu sudah masuk dalam agenda Prolegnas (Program Legislasi Nasional). Artinya tinggal menunggu satu tahap lagi untuk dibahas dan disahkan oleh DPR,” ungkapnya.

Harapannya, kata Gufroni, UU yang mewakili tuntutan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas itu bisa segera disahkan pada tahun ini. Kalau bisa awal Desember 2015, sehingga menjadi hadiah di Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada tanggal 3 Desember.

disabilitas di Indonesia ini dibentuk pada 1987 (dahulu PPCI - Persatuan Penyandang Cacat Indonesia) adalah melakukan advokasi dan sosialisasi dalam memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas.

Selain akan menggelar Rapat Pimpinan Nasional awal Desember 2015, PPDI juga tengah menyiapkan sebuah event dalam menyambut Hari Disabilitas Internasional. “Acaranya road to, mulai dari seminar, bakti sosial, aneka lomba dan acara hiburan hingga acara puncak pada 3 Desember yang rencananya akan digelar di Istana Bogor. Namun, hasil rapat dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan kemarin, ada wacana puncak acara akan di pindah ke Monas, agar gaungnya menjadi lebih besar,” paparnya. m

Yups, fokus PPDI sebagai organisasi payung dari berbagai organisasi sosial penyandang

Edisi 1 • 2015

parenting

How Deep Is Your Hug? oleh : Fitriyani S. M.Psi, Psikolog Seperti apa frekuensi, makna pelukan atau sentuhan dan efek yang dibutuhkan saat memeluk sang buah hati atau orang yang kita kasihi?

Kelihatannya sederhana, namun ketiga pertanyaan di atas merupakan hal yang penting untuk direnungkan. Saat ini, tak sedikit orang tua yang hanya memanfaatkan gadget untuk mengungkapkan rasa sayang kepada buah hatinya. Atau, sesekali mengucapkannya secara langsung. Namun, pernahkah Anda menyadari bahwa bahasa tubuh seperti sentuhan (pelukan atau menggandeng tangan) memiliki daya magis yang jauh lebih hebat dibandingkan kalimat verbal yang sering diucapkan.

Bahasa non verbal atau sering disebut bahasa tubuh (body language), mengandung banyak makna atau arti yang luar biasa. Pada beberapa situasi atau kondisi tertentu, bahasa tubuh Anda merupakan satu-satunya jawaban atau jalan keluar bagi sang buah hati. Bahasa tubuh Anda dalam bentuk sentuhan atau pelukan merupakan ‘obat’ paling mujarab untuk menepis rasa cemas, trauma akan sesuatu hal, hingga menghilangkan rasa takut yang menghinggapi buah hati Anda. Hanya melalui

dekapan dan pelukan orang tua mereka menemukan rasa aman dan nyaman, hingga rasa takut atau cemas akan hilang dari dalam diri mereka.

Sentuhan juga merupakan representasi dari bentuk dukungan dan meningkatkan motivasi ketika buah hati Anda berhadapan dengan halhal yang bisa menurunkan tingkat kepercayaan mereka. Sebagai contoh; pelukan dan sentuhan Anda merupakan bentuk dukungan yang sangat kuat dalam memberi motivasi ketika sang buah hati menghadapi ujian di sekolah, misalnya.

Kualitas pelukan hangat dan sentuhan orang tua juga mampu memberikan efek luar biasa dalam melatih kepekaan dan empati mereka. Dari sisi psikologis, kepekaan empati merupakan unsur yang sangat penting dan sangat dibutuhkan saat mereka berinteraksi dan menjalin relasi di lingkungan sosialnya.

Fenomena saat ini, ada banyak sekali anak usia

remaja yang cenderung acuh (cuek) dengan situasi dan kondisi di lingkungan sekitarnya.

Kurang peduli, bahkan tidak memiliki empati dengan situasi di sekitarnya. Begitu pula dengan merebaknya kenakalan remaja, bullying, hingga terjerumus menjadi pengguna narkoba.

Sejatinya, semua fenomena negatif itu terjadi bukan karena faktor ekonomi atau faktor-faktor lainnya. Tetapi merupakan efek dari minimnya perhatian dan kasih sayang orang tua yang tidak tergantikan. Pernahkah Anda menyadari bahwa sentuhan yang hanya beberapa saat itu mampu memberikan pengaruh besar bagi perkembangan psikologis sang buah hati?

Inilah daya magis sentuhan orang tua pada buah hatinya.

Melatih dan menumbuhkan empati bukan dilihat dari lama atau seberapa sering memeluk dan menyentuh mereka. Namun, sejauhmana kualitas dari sentuhan dan pelukan tersebut.

Jadi, lakukan saja dengan tulus dan konsisten, dengan frekuensi yang sesering mungkin.

Karena, mereka yang akan menilai kualitas dari pelukan dan sentuhan Anda, hingga terbentuk suatu kualitas hubungan emosional yang mendalam, dimana Anda lah tempat dan orang yang paling dapat dipercaya, dan mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi dirinya. m

Edisi 1 • 2015

Better Lives | 19

charity

Danamon Peduli Gelar Festival Pasar Rakyat di Tangerang Ada berbagai pentas seni dan kuliner, mulai dari atraksi barongsai, lomba memasak, melukis tong sampah, amazing race, pameran berbagai kuliner tradisional, hingga panggung hiburan, dan workshop literasi keuangan untuk komunitas pasar.

Sebagai wujud dukungan aktif terhadap keberadaan dan perkembangan pasar tradisional di Indonesia, Yayasan Danamon Peduli (Danamon Peduli), kembali menggelar kampanye nasional dalam bentuk Festival Pasar Rakyat di Pasar Lama, Tangerang. Sebelumnya, Danamon Peduli telah melaksanakan kegiatan serupa di Pasar Rau, Serang - Banten; Pasar Kembang, Surabaya - Jawa Timur; Pasar Baru, Kota Probolinggo- Jawa Timur dan Pasar Ngasem - Yogyakarta.

20 | Better Lives

“Pasar rakyat merupakan aset bangsa yang besar nilai dan perannya. Selain sebagai penyedia kebutuhan masyarakat, pasar juga terbukti mampu menyediakan lapangan pekerjaan serta menghidupkan perekonomian lokal. Kita sadari atau tidak beragam kekayaan kuliner nusantara yang ada sangat bergantung dengan variasi bahan dasar yang tersedia di pasar. Pasar rakyat dan kuliner lokal merupakan dua sisi mata uang yang bercerita banyak tentang karakter dan kekayaan sebuah daerah,”

ujar Restu Pratiwi, Ketua dan Direktur Eksekutif Yayasan Danamon Peduli.

Fransiska Oei, Direktur Kepatuhan Danamon menambahkan, “Kami ingin memperkuat pesan bahwa pasar rakyat mampu menjadi tempat untuk menimba ilmu melalui kegiatan ‘Pojok BISA’. Hal ini sesuai dengan program literasi keuangan yang dijalankan oleh Otoritas Jasa Keuangan.” Pojok BISA adalah kelas literasi keuangan yang memberikan tambahan

Edisi 1 • 2015

secara khusus mempromosikan pasar rakyat di Indonesia. Di tahun 2015 ini, Yayasan Danamon Peduli secara khusus memberikan dukungan lebih dari Rp 1 miliar untuk perbaikan fisik pasar dan pengembangan pengetahuan pengelolaan keuangan kepada para pedagang. “Pasar Rakyat merupakan aset bangsa yang besar nilai dan perannya. Namun, data yang ada menyebutkan bahwa jumlah pasar traditional terus mengalami penyusutan karena kalah bersaing dengan pasar modern,” ucapnya.

Pada kesempatan terpisah, Muliadi Rahardja, Wakil Direktur Utama Danamon menjelaskan bahwa melihat pentingnya fungsi pasar di dalam perekonomian, Danamon Simpan Pinjam (DSP), yang merupakan unit usaha mikro Danamon, berkomitmen untuk membantu perkembangan usaha para pedagang pasar melalui layanan perbankan yang mudah dijangkau. pengetahuan dalam hal perencanaan keuangan bagi para pedagang dan masyarakat terutama ibu rumah tangga, agar semakin bijak dalam memilih produk perbankan yang sesuai dengan kebutuhannya, cerdas dalam mengelola keuangan usaha dan keluarga, hingga mampu meningkatkan kesejahteraan hidup.

Akulturasi Budaya

Festival Pasar Rakyat yang mendapat dukungan penuh Pemerintah Kota Tangerang kali ini mengangkat kekayaan akulturasi budaya Tionghoa dan Betawi yang kental dengan pertunjukkan seni dan bazaar kuliner dengan menghadirkan para pelaku usaha kuliner lokal.

Untuk mengajak para golongan muda dan masyarakat untuk mengambil peran dalam

Edisi 1 • 2015

Festival Pasar Rakyat ini, Danamon Peduli memfasilitasi lomba masak, lomba melukis tong sampah, lomba amazing race mengungkap keunikan Pasar Lama Tangerang, panggung hiburan dengan aneka hadiah serta kegiatan literasi keuangan untuk komunitas pasar.

“Dengan pengalaman selama lebih dari 11 tahun bermitra dengan para pedagang pasar, kami sadar bahwa fungsi kami melalui Danamon Simpan Pinjam bukan hanya menyentuh para pedagang pasar sebagai nasabah saja, namun juga merangkul sebagai penggerak perekonomian,” sebutnya. m

Khusus untuk mengangkat kekayaan kuliner yang erat kaitannya dengan komoditas yang ada di pasar, Danamon Peduli menghadirkan Zidan, Junior Masterchef Indonesia yang berusia 14 tahun sebagai relawan khusus membahas warisan kuliner lokal.

Kampanye Nasional Jelajah Pasar Rakyat Nusantara yang digagas oleh Danamon Peduli saat ini merupakan satu-satunya gerakan yang

Better Lives | 21

sosialisasi

Pembina YSI, Hj. Aisyah Hamid Baidlowi & Ketua umum YSI Pusat, Hj. Rooswidiati Jusuf Razak

Pembina YSI, Hj. Aisyah Hamid Baidlowi membacakan nama-nama Pengurus YSI Banten Masa Bhakti 2015-2020.

Tati Sapto, Astrida Daulay, Ariestiawaty, Riana Tjokrosoeseno, Edwin Arifandi, dan Renowati Hardjosubroto.

Pelantikan Ketua Umum YSI Banten

Fokus pada Konsolidasi Internal dan Pengembangan UPD Program masa bakti kepengurusan YSI Banten 2015 – 2020 difokuskan pada konsolidasi internal dan titik berat untuk mengembangkan pelayanan rehabilitasi berbasis masyarakat.

Pembina Yayasan Sayap Ibu Hj. Aisyah Hamid Baidlowi melakukan Pelantikan sekaligus Sertijab Ketua Umum dan Pe­ngurus Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten Masa Bhakti 2015 – 2020. Acara pelantikan yang berlangsung di YSI Banten, Graha Bintaro, Tangerang Selatan, pada Kamis 29 Oktober itu menetapkan Renowati Hardjosubroto sebagai Ketua Umum, menggantikan Astrida Daulay, Ketua Umum YSI-Banten Masa Bhakti tahun 2010 – 2015, yang telah berakhir masa kepengurusannya.

Menurut Aisyah, YSI Banten beruntung memiliki pengurus yang masih muda-muda, “Usia mereka tidak terpaut jauh, sehingga komunikasi dan goals yang ingin dicapai bisa segera diimplementasi,” ucapnya. Ketua umum terpilih, Renowati, yang dikukuhkan melalui SK Pembina Nomor 027/SK/X/2015 Tentang Pengangkatan Pengurus YSI Banten, bertanggal 26 Oktober 2015 ini, menyatakan bahwa langkah terbaik sebagai target jangka pendek adalah melakukan pembenahan Sumber Daya

22 | Better Lives

Manusia (SDM) di lingkungan internal kepengurusan YSI Banten.

“Konsolidasi internal lebih dahulu, karena jika mereka comfort dan convenience pada pekerjaannya, maka akan berdampak pada pelayanan YSI Banten yang semakin baik,” jelasnya. Sebagai target jangka panjang, ia akan fokus untuk memperluas Unit Pelayanan Disabilitas (UPD) yang menjangkau hingga ke tingkat RT/RW di seluruh wilayah propinsi Banten. “Saat ini kita baru memiliki 1 UPD di Ciputat, Tangerang Selatan,” sebutnya.

Dengan menggandeng masyarakat untuk bekerjasama, mulai dari dinas sosial, PKK, tenaga sosial setempat, hingga ke tingkat RT-RW, bukan mustahil rencana itu bisa diwujudkan. “Konsepnya rehabilitasi berbasis masyarakat. Dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat yang secara bersama-sama menangani anak-anak pe­nyandang disabilitas yang ada di ling­kungan mereka,” ungkapnya.

Selamat. m

Susunan Pengurus YSI Banten Masa Bhakti 2015 -2020 Ketua Umum Renowati Hardjosubroto Ketua Moh. Edwin Arifandi Sekretaris Riana Tjokrosoeseno Bendahara Umum Ariestiawaty Bendahara Sutan Adrin Ketua Bidang Kesehatan & Pendidikan Astrida Daulay Ketua Bidang Logistik & Rumah Tangga Tati Sapto

Edisi 1 • 2015

YAYASAN SAYAP IBU Cabang Provinsi Banten Penyantunan & Rehabilitasi Anak Cacat Ganda Terlantar Dikenal dengan nama Yayasan Sayap Ibu Banten (YSI-Banten), adalah panti Penyantun dan Rehabilitasi Anak Cacat Ganda Terlantar, merupakan lembaga non profit dan non pemerintah yang diresmikan 10 tahun lalu pada 1 Oktober 2005.

Induk YSI Banten, yaitu Yayasan Sayap Ibu Pusat (YSI), resmi didirikan pada tahun 1955 oleh Ibu Sulistina Sutomo. Kemudian dilanjutkan oleh Ibu Johana Sunarti Nasution (alhm), Ibu Ciptanigsih Utaryo dan sekarang oleh Ibu Rooswidiati Jusuf Razak.

YSI berlokasi di Jakarta dan telah berperan dan berkarya sejak 60 tahun lalu di masyarakat dalam menangani anak-anak balita terlantar, tepatnya sejak 25 Mei 1955.

SUMBER DANA

YSI Banten saat ini menyantuni lebih dari 385 anak penyandang cacat ganda, 35 anak berada di dalam panti dan lebih dari 350 anak disabilitas dari keluarga pra sejahtera masih tinggal bersama orang tua ataupun keluarga terdekatnya.

• • • • • • •

Ragam anak penyandang cacat ganda seperti, Hydrocephallus, Microcephaly, Down Syndrome, Celebral Palsy, Autism dan lainnya.

Pelayanan kami untuk binaan Luar Panti, membangun lingkungan inklusi, Refferal Systems sesuai kebutuhan, advokasi, pemenuhan alat bantu, fasilitas layanan kesehatan, edukasi, deteksi dini dan intervensi dini untuk pencegahan kerusakan motorik yang lebih fatal, sampai pada penguatan ekonomi keluarga.

Sumbangan Masyarakat Usaha Penggalangan Dana Usaha Mandiri (penjualan buku, souvenir, dll) Bantuan Luar Negeri Zakat, Infaq & Shadaqoh APBN & APBD Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Dana masyarakat dikelola secara transparan, akuntabilitas dan di audit oleh Auditor Independent.

JARINGAN KERJASAMA • Instansi Pemerintah terkait, masyarakat peduli disabilitas • Rumah Sakit Pemerintah, diantaranya RSUD Tangsel, RS. Fatmawati, RSCM, RS Harapan Kita, RS Dharmais, maupun rumah sakit swasta, komunitas, yayasan dan lainnya.

• Media Cetak dan Elektronik.

PENGHARGAAN YANG DITERIMA • Organisasi Sosial Terbaik Tingkat Provinsi Banten, April 2012 • Lembaga Kesejahteraan Sosial Berprestasi Tingkat Nasional, Tahun 2012 • Penghargaan 3 Terbaik Akreditasi Pelayanan Anak Tingkat Nasional, Tahun 2014

ALAMAT

Jl. Raya Graha Bintaro No. 33 B, Pondok Kacang Barat, Bintaro, Tangerang Selatan Tel. 021-7331004 / 7331007 Fax. 021-7331007 Email: ysibintaro@gmail.com Twitter: Sayap Ibu Bintaro Facebook: Yayasan Sayap Ibu Bintaro Web: www.sayapibubintaro.org

NOMOR REKENING a.n. Yayasan Sayap Ibu: • • • • •

BCA 603 0306 072 - Swift CENAIDJA BNI 031 662 6087 Bank Permata 0701 621 255 BRI 0393 0100 0018 303 BTN 00519 0130 000 0080

ragam

Danike van Overeem Yayasan Sayap Ibu Netherlands Kursi Roda Khusus untuk YSI Banten “Yes We Can”, itulah semboyan Danike van Overeem. Utusan dari Yayasan Sayap Ibu Nederlands ini memiliki energi dan keyakinan, bahwa siapapun “kita”, akan mampu mengubah hidup anak-anak penyandang disabilitas menjadi lebih baik dan lebih berwarna.

Danike van Overeem, mengaku senang bisa mengunjungi anak-anak di Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten. “Anak-anak di sini diperlakukan dengan sangat baik. Memperoleh kasih sayang dan perhatian penuh, makanan yang cukup, serta kebersihan yang terjaga, hingga peluang melakukan berbagai aktivitas dengan stimuli yang terarah,” ujar volunteers asal Yayasan Sayap Ibu Netherlands (Belanda), usai mengikuti acara peresmian Klinik Gigi YSI Banten.

Menjadi bagian dari keluarga besar YSI Banten merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi Danike. Pertemuannya dengan segenap pengurus Sayap Ibu Netherlands, menjadi awal dari rangkaian visit dan pendampingan sebagai

24 | Better Lives

technical assistance untuk YSI Banten, selama tiga tahun terakhir ini. “Wonderful children.

Anak-anak terlihat senang dan bergembira.

YSI Banten telah menjadi happy place bagi penghuninya,” ucap ibu dari tiga anak yang mengaku yakin bahwa anak-anak YSI Banten memiliki potensi dan peluang yang harus terus digali dan dikembangkan.

Setidaknya, kata Danike, beberapa perubahan besar telah berhasil dilakukan. Semua itu merupakan bukti kerja keras dari segenap pengurus dan pelaksana YSI Banten. Meski begitu, Danike mengaku masih memiliki banyak mimpi dan rencana untuk menyelesaikan program-program yang sesuai dengan harapannya. Salah satunya, penggalangan

dana yang secara khusus dialokasikan untuk pengadaan kursi roda khusus/custom yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak penyandang disabilitas YSI Banten.

Jadi, tak usah heran jika kedatangan Danike kali ini bersama seorang wheel chair expert untuk melihat langsung kondisi anak-anak penyandang disabilitas di YSI Banten, dan menyiapkan atau merancang kursi roda khusus untuk mereka. Ke depan, Danike berharap akan kembali lagi dengan membawa tenaga ahli dari berbagai bidang untuk membantunya dalam mewujudkan mimpi demi masa depan anakanak penyandang disabilitas YSI Banten. m

Edisi 1 • 2015

ragam

HUT ke 37 YSI-Yogyakarta Gelar Pensi dan Seminar Senin, 22 September 2015 lalu, aula Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta (YSI-Yogyakarta) semarak dengan kegiatan pentas seni (Pensi), mulai dari operet, band, hingga pertunjukkan tari India. Semua pagelaran seni budaya itu dibawakan oleh anak-anak Panti II Cacat Ganda YSI-Yogyakarta.

Usai gelaran pesta seni yang mengundang decak kagum pengunjung itu, tampak Ketua Umum YSI-Yogyakarta BRAy. Arum Yudhaningrat, SH melaksanakan prosesi pemotongan tumpeng untuk diserahkan dengan khidmad kepada sesepuh YSIYogyakarta, Ciptaningsih Utaryo.

Ya, hari itu merupakan puncak acara Hari Jadi ke 37 YSI Cabang Yogyakarta. “YSI Cabang Yogyakarta dibentuk secara bersamaan dengan Cabang Jakarta, oleh almarhumah JS Nasution, pada tahun 1978. Saat itu, Ny. C. Utaryo,

ditetapkan sebagai Ketua YSI Yogya,” ucap BRAy. Arum Yudhaningrat, SH. Tampak hadir Kepala Dinas Sosial DIY, Drs. Untung Sukaryadi, MM, diantara para tamu undangan. Selain menyampaikan kata sambutan di awal acara, Kadinsos DIY itu dinobatkan untuk membuka selubung Papan Nama YSI-Yogya, sebagai bentuk pengukuhan dari konsep Pencanangan Pelayanan Berbasis Masyarakat, di YSI- Yogya.

Sebelumnya, masih dalam rangkaian kegiatan HUT YSI Yogyakarta ke -37, diselenggarakan acara Seminar bertajuk; Memutus Mata Rantai Darurat Kekerasan Terhadap Anak, yang menghadirkan pembicara pegiat dari Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait. m

Klinik Gigi Mimpi yang Terwujud

Memiliki dan mengoperasikan pelayanan klinik gigi merupakan impian Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten sejak lama. Apalagi lengkap dengan du­kungan

Edisi 1 • 2015

4 dokter gigi cantik dan seorang koordinator yang siap menjadi volunteers.

“Ini me­rupakan komitmen relawan yang kita tunggu-tunggu,” kata ­Astrida Daulay, di sela-­ sela acara peresmian Klinik Gigi YSI Banten.

“Dengan di­resmikannya klinik ini, kita harapkan mampu memberi manfaat yang besar untuk anakanak kita. Baik yang ada di dalam maupun di luar panti,” ucap, Ketua Umum YSI Banten Masa Bhakti 2010-2015 itu.

(A’dam), klinik gigi merupakan fasilitas yang sangat penting untuk merawat dan memantau kesehatan gigi dan mulut anakanak ‘istimewa’ YSI Banten. “Gigi dan mulut merupakan pintu masuk dari ber­ bagai penyakit, sementara anak-anak di sini tidak selalu mampu merawat secara mandiri,” ujar koordinator dari 4 dokter gigi yang menjadi relawan YSI Banten.

Tampak hadir Danike van Overeem dari YSI Cabang Netherlands, yang turut melakukan prosesi gunting pita bersama Astrida Daulay dan Sjahril Noerdin, tanda di­ resmikannya Klinik Gigi YSI Banten. “Saya bangga dan merasa sangat terhormat telah diberi kesempatan menjadi bagian dari diresmikannya klinik ini,” ucap, Sjahril. m

Menurut Sjahril Noerdin DDS. MS. Cert.

Better Lives | 25

teknologi

foto: www.sbs.com.au

Paralimpiade Aksi Spektakuler Penyandang Disabilitas Ingat peristiwa Paralimpiade di London tempo hari? Ya Paralimpiade atau Olimpiade khusus bagi penyandang cacat itu berhasil memukau seluruh masyarakat dunia yang menyaksikannya.

melintasi empat selat. Aksi perenang tunadaksa ini secara simbolis dinyatakan sebagai keberhasilan dalam menghubungkan benua Asia, Eropa, Afrika, Amerika, dan Antartika.

Bagaimana tidak. Selain mampu memecah rekor dunia, Oscar Pistorius tercatat sebagai satu-­ satunya atlet penyandang disabilitas pertama yang bertanding dan bersaing dengan para atlet yang memiliki fisik sempurna, untuk nomor lari 400 meter di ajang Olimpiade 2012.

Teknologi Protesa

Selain Oscar, masih banyak atlet penyandang disabilitas lain seperti Orianne Lopez, finalis nomor lari 100 m pada Paralimpiade yang baru lalu, Marie- Amélie Le Fur yang menjadi ikon untuk cabang olah raga atletik, petenis meja Stéphane Molliens, peselancar Eric Dargent, dan juara sepeda gunung Stéphan Büchler.

Oh ya, ada pula Philippe Croizon, lelaki yang kaki dan tangannya terpaksa harus diamputasi ini memukau dunia melalui aksinya berenang

26 | Better Lives

Adalah Ôssur (Finlandia) dan Ottobock revo­ lusioner (Jerman) yang berhasil melakukan rekayasa protesa kaki palsu berbentuk lempeng (blade) untuk mewujudkan mimpi para atlet penyandang disabilitas, seperti Oscar ­Pistorius.

Sementara, ahli protese dari Montpellier, ­Patrick Ducros, bekerjasama dengan perusahaan Reflexion Composites dan Sekolah Tinggi Pertambangan (Ecole des Mines) untuk merancang kaki buatan bagi Orianne Lopez.

Ikon di cabang atletik Marie- Amélie Le Fur, Eric Dargent dan Stéphan Büchler memperoleh dukungan sponsor yang bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan proteor dunia.

Oscar Pistorius, atlet penyandang disabilitas ini sukses memecahkan rekor dunia untuk nomor lari 400 meter. Atlet asal Afrika Selatan yang dikenal dengan julukan Blade Runner ini juga mencetak sejarah sebagai satu-satunya atlet penyandang disabilitas yang bertanding di cabang atletik - nomor lari 400 meter Olimpiade.

p­ enyandang disabilitas itu tentu tidak terlepas dari pesatnya perkembangan teknologi dan rekayasa bahan dasar protesa (anggota tubuh palsu).

“Namun, soket merupakan elemen penentu bagi sebuah bagian tubuh buatan. Berkat soket ini lah protesa dapat terpasang sempurna sebagai pengganti anggota tubuh yang tidak secara utuh dimiliki oleh para atlet penyandang disabilitas,” kata, Patrick Ducros, ahli protesa asal Perancis.

Memang, prestasi para atlet penyandang disabilitas di atas, tentu tidak terlepas dari hadirnya teknologi rekayasa anggota tubuh yang sema­kin canggih. Namun, dimensi kemanusiaan tetap menentukan. Keberanian dan tekad kuat para atlet penyandang disabilitas lah yang membuat mereka mampu mengatasi rintangan dan meraih prestasi. m

Yang pasti, prestasi spektakuler para atlet

Edisi 1 • 2015

senggang

“Selain ahli melipat kertas, ia juga piawai melukis, bermain keyboard dan aktif sebagai drummer untuk band The Glory”

Thomas Andika Anak Autis yang Berhasil Menemukan Bakat Semua orang adalah unique dan pasti memiliki kelebihan masing-masing. Thomas Andika, berhasil menemukan bakat melipat kertas (origami) sejak masih di taman kanak-kanak. Kedua tangannya telah menghasilkan ribuan karya origami yang luar biasa.

Bakat dan kesukaan Thomas Andika pada kegiatan seni melipat kertas ala Jepang (origami) dimulai sejak ia masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Putra kedua dari pasangan Diddy Yulius Petrus dan Wiwie Kartika ini menyandang autism spectrum disorder, yang memiliki masalah di ruang terbuka, kendala komunikasi dan interaksi sosial. Mungkin itu sebabnya, Thomas kecil lebih asik konsentrasi menikmati kegiatan melipat kertas ketimbang berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.

Saat itu, kata Wiwie Kartati, Thomas bisa seharian hanya melipat kertas dengan hasil karya rata-rata 30 origami per hari. Namun, sambung sang bunda Thomas ini, kegiatan itu ternyata berpengaruh kepada kualitas

28 | Better Lives

mata Thomas dengan minus yang semakin meningkat, sehingga harus menggunakan kacamata. “Maka kami putuskan agar Thomas menghentikan kegiatan membuat origami, karena khawatir minusnya terus bertambah.

Dan Thomas benar-benar tidak menyentuh kertas untuk membuat origami, hingga duduk di bangku SMA,” ungkapnya.

Kebetulan, sekolahnya di SMA Beacon Light Community School, Serpong sangat cocok untuk Thomas. “Metodanya one on one, untuk akselerasi. Pelajarannya maju pesat dan masih tetap punya waktu untuk mengembangkan diri, baik di sekolah maupun di rumah, termasuk melakukan hobinya membuat origami. Hanya saja, timpal Wiwie, ia selalu berpesan, boleh

bikin origami tapi setelah menyelesaikan tugas-tugas utama, seperti mengerjakan PR atau sesudah les musik.

Luar biasa. Meski sempat vakum sekitar sepuluh tahun, bakat Thomas kembali terlihat ketika ia kembali asik menikmati kegiatan melipat kertas. Keahliannya pun berkembang, karena selain mempelajarinya dari berbagai buku-buku tentang origami, Thomas senang browsing untuk melihat dan mendownload cara membuat origami dari internet. Bahkan, Wiwie kini justru yang menyediakan kertas origami untuk Thomas.

Studio Khusus

Di rumahnya, disediakan studio khusus,

Edisi 1 • 2015

gajah dan jerapah. “Kalau gajah dan jerapah, katanya, karena bentuknya lucu. Sedangkan dinosaurus, dia memang hafal luar kepala dengan semua bentuk dinosaurus dari jaman ke jaman dengan sangat detil,” jelas Wiwie.

Multi Bakat

Pameran dan ekshibisi menjadi bagian dari rutinitas Thomas sebagai pelipat kertas. Salah satu karya spektakulernya, origami dengan 240 lipatan diberikan Thomas kepada Presiden ke V dan VI Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, saat diundang dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, di Istana Negara. Sementara, karya origami Thomas pada pameran Autismaze di Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta Selatan, ada yang terjual dengan nilai Rp. 11 juta.

Tak sekedar menyalurkan hobi, pelipat kertas yang murah hati ini pernah menjual seluruh hasil kreasinya dalam suatu pa­meran untuk disalurkan kepada anak-anak penderita kanker.

Tak heran meski tidak masuk dalam klub origami, Thomas selalu diundang pada setiap event origami. Salah satunya diundang sebagai tamu pada acara Konvensi Origami di Bali, dan diperkenalkan sebagai pelipat berbakat. tempat menyimpan dan memajang koleksi karya origami --dan lukisan-- yang hampir semua berupa replika berbagai binatang. “Aku sukanya binatang. Kemanapun aku pergi, selalu bawa gambar binatang,” sela Thomas, sambil membuka-buka lembar buku karya tulisnya, Social Studies Research tentang origami. “Sejak

kecil, Thomas juga senang menggambar kartun dan binatang. Lukisannya juga bagus,” timpal Wiwie seraya menunjuk karya lukis Thomas yang terpajang di dinding.

Binatang yang paling sering dibuat origami dan dilukis oleh Thomas, umumnya dinosaurus,

Selain melipat kertas dan melukis, ternyata Thomas juga memiliki bakat musik yang cukup tebal sebagai penggebuk drum. Setahun belakangan ini Thomas membentuk grup band, The Glory, bersama teman-teman autisnya.

Menurut Thomas, grup bandnya beraliran pop barat seperti EMO. “Tapi Taylor Swift merupakan artis yang Thomas paling idolakan,” ucapnya, lugu. “Cantik, lagunya juga bagus, dan membuat Thomas selalu ingat waktu liburan ke Jogya yang bikin joy,” timpal pemuda berusia 17 tahun yang duduk di bangku kelas 3 SMA ini.

Masih seperti kata Thomas yang tampak antusias ketika diajak membahas musiknya ini, lagu-lagu yang menjadi favoritnya adalah lagu yang biasa dia dengar di sekolah seperti, I Have A Dream dari ABBA yang dibawakan ulang oleh Westlife dan Heal The World-nya Michael Jackson. Kembali kepada kegiatan melipat kertasnya, saat ini Thomas terus membuat dan mengumpulkan karya-karyanya.

“Aku ingin masuk rekor MURI sebagai anak dengan origami terbanyak,” ujarnya, lagi-lagi dengan nada lugu. m

Edisi 1 • 2015

Better Lives | 29

pensi

Ega and Friends Menggoyang Panggung Musik Masterpiece Grup band tunanetra Ega and Friends sukses memukau pengunjung Ahmad Dhani’s Masterpiece Karaoke & Bistro.

Ada yang berbeda di Hall Ahmad Dhani’s Masterpiece Family Karaoke & Bistro, di lt. 2 Sarinah, Jakarta Pusat, malam itu. Satu persatu lagu-lagu cantik seperti Autumn Leaves (Frank Sinatra), When You Tell Me That You Love Me (Diana Ross), hingga tembang ciamik; Esokkan Masih Ada (Utha Likumahuwa) meluncur indah melalui performa Ega and Friends Band.

Menariknya, semua personel dari grup band yang digawangi oleh Ega Setiawan (keyboard), Mafud (lead guitar), Imam Jaya Saputra (bass), Semi Frendi Mandala (drum/vocal), dan Cecile (vocal), merupakan penyandang tunanetra.

Kendati demikian, Ega dan kawan-kawan mampu membuat takjub pengunjung yang menyaksikan performa mereka.

“Alhamdulillah, kami diberi kesempatan oleh pihak Masterpiece dengan memberikan ruang sekaligus panggung kepada Ega and Friends,” kata lelaki yang juga memprakarsai terbentuknya Sanggar Pelita Monas di bawah binaan Lions Club Jakarta Monas, untuk mewadahi ruang gerak dan kreativitas penyandang disabilitas netra berkarya.

Dengan keterbatasan yang mereka miliki, namun kemampuan bermusik kelima personel itu boleh disandingkan dengan musisi kondang yang memiliki kesempurnaan fisik.

Tak heran jika kelebihan mereka ini dilirik oleh Dadank I Hasan, untuk mendampingi dan memperkenalkan Ega and Friends di pentas musik nasional.

Menurut pengusaha yang mengaku terlahir dari seorang ibu penyandang tunanetra ini, selain memiliki kemampuan mumpuni, personel Ega and Friends memiliki ambisi, kemandirian dan harapan yang sangat wajar. Itu sebabnya, mereka pantas untuk disupport. Ke depan, ia berharap Ega and Friends bisa memperoleh ruang yang cukup untuk menunjukkan aksi mereka, sehingga bisa lebih dikenal oleh publik.

Pengusaha di bidang ekspedisi (logistik dan rantai suplai) ini terusik untuk memberikan ruang dan semangat kepada Ega and Friends.

“Mereka memiliki talenta luar biasa. Tujuan kami mengadakan acara ini untuk mempromosikan dan membuktikan bahwa mereka mampu mandiri,” ujar lelaki kelahiran Makassar yang tercatat sebagai member Lions Club Jakarta Monas sejak 9 tahun lalu.

30 | Better Lives

Harapan lainnya, sambung Dadank, tentu saja target untuk menelurkan album. Di sisi lain, melalui kiprah mereka nanti, Ega and Friends juga bisa menjadi inspirasi bagi penyandang tunanetra lainnya, bahwa mereka juga mampu mandiri, berkarya dan berprestasi. Bahkan, tak kalah dengan umumnya orang normal. m

Edisi 1 • 2015