Bestari Epaper edisi 261/April/2010

Page 1

No. 261 /TH.XXIII/APRIL/2010

LOMBA Hari Ulang Tahun BESTARI ke-23

ISSN:0215-206X

STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987

Hal. 19

SUARA KAMPUS

Munas Tarjih Muhammadiyah ke-27 LARANG NIKAH SIRI, HARAMKAN BUNGA BANK? Hal. 8 LAPORAN UTAMA

Menyoroti Fenomena ACFTA MENANGKIS TARING MACAN ASIA Hal. 12 PERNIK MALANG

Menelusuri Jejak Cucak Hijau MASKOT YANG KINI TERLUPAKAN Hal. 16


2 BESTARI

JENDELA

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Salam Redaksi

Sebuah Keniscayaan Dalam sebuah organisasi, regenerasi adalah sebuah keniscayaan. Kepengurusan akan selalu berganti, generasi yang lebih muda menggantikan yang lebih tua. Inilah hukum yang berlaku jika menginginkan tongkat estafet keberlangsungan pembelajaran, kepemimpinan, dan tanggung jawab tersampaikan dan terdelegasikan dengan baik dalam roda perputaran kehidupan. Begitu pula dalam koran kampus ini. Diklat dasar jurnalistik dan perekrutan anggota baru akan segera dilaksanakan bulan Mei. Segala persiapan sudah dilaksanakan jauh-jauh hari dengan harapan tak ada satu pun yang terselip dan terlewat sehingga mengganggu jalannya kegiatan dan tujuan yang hendak dicapai nanti. Oleh karena itu, April bisa dikatakan bulan yang sibuk bagi seluruh reporter dan semua yang ada di jajaran kepengurusan Bestari. Namun, dalam kesibukan tersebut, kami masih setia menghadirkan rubrik-rubrik seperti biasa. ACFTA yang menjelma menjadi perwujudan hegemoni ekonomi Cina terhadap negara-negara ASEAN dikupas dalam Laput 261 ini. Serambi Kampus hadir dengan pusat studi Asia Timur, CEAS. Sementara itu, Pernik mencoba mengangkat tempat penangkaran burung ikon Kabupaten Malang, cucak hijau, yang justru terbengkalai. Tidak lupa, mendekati Piala Dunia 2010, Polling kali ini mengangkat pendapat mahasiswa tentang persepakbolaan Indonesia. Setelah berita-berita laporan, tidak ketinggalan Suka yang selalu menghadirkan berita up to date seputar kampus. Sayang kalau dilewatkan bagaimana jalannya Munas Tarjih Muhammadiyah yang dilaksanakan di Malang, pengelolaan sampah UMM yang bekerja sama dengan Belanda, sampai pada kegiatan mahasiswa dalam memperingati Hari Bumi. “Bumi ini bukan warisan nenek moyang kita, melainkan pinjaman dari anak cucu kita.” Ini adalah ungkapan yang tekenal dalam dunia kepecintaalaman. Nah, masih beranikah kita sewenang-wenang terhadap tempat yang hanya pinjaman ini? Tampaknya, kita juga perlu meminjam "mantra" yang wajib dihafal dan dipraktekkan para penelusur gua, “don’t take anything but picture, don’t leave anything but footprint, and don’t kill anything but time.” Terjemahan dan tafsir bebasnya, sebagai manusia tak layak kita mengeksploitasi berlebihan terhadap tanah pijakan kita, tak layak kita meninggalkan kerusakan tanpa upaya pemulihan, dan tak layak kita membuang-buang waktu tanpa melakukan sesuatu yang berguna dalam kehidupan. Maka, selain regenerasi, sebuah keniscayaan pula jika kita tidak berkawan dengan bumi, bumi akan bersedia berkawan dengan kita. Selamat membaca! Redaksi

Dapur p Red Redaksi daksi

umam/Bestari

Jelang Diklat: Kesibukan kru Bestari saat memeriksa data peserta Diklat jurnalistik 2010.

hib/Bestari

TERA

Buah Simalakama ACFTA Indonesia sering disebut sebagai bangsa terlambat menyadari. Rakyat dan bangsa ini baru sadar jika peristiwa demi peristiwa sudah bertubi-tubi menghantamnya. Bahkan, meski sudah dihantam bertubi-tubi pun kadang tidak membuat sadar. Lihatlah bagaimana pemerintah menyikapi banjir. Banjir selalu datang setiap waktu, tetapi tak banyak perbaikan revolusioner dilakukan. Bagaimana dengan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)? Kita pernah terpukul dengan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN yang dulu biasa kita sebut ASEAN Free Trade Area (AFTA). Banyak hal yang sudah menimpa Bangsa Indonesia ini tanpa persiapan matang, sehingga kita mengalami berbagai macam kerugian. Belum selesai kerugian akibat AFTA sudah datang ACFTA. Kebijakan kerjasama ASEAN-China ini juga menimbulkan problem yang belum terpecahkan. Ada pihak yang minta ditunda, namun ada pula yang menghendaki untuk diteruskan. Pihak yang setuju ACFTA ditunda mengatakan ACFTA perlu ditinjau ulang. Alasannya, hanya akan merugikan rakyat Indonesia, nasib produk lokal akan semakin terenggut oleh barang-barang impor. Lihat saja, produk-produk China sudah mulai membanjiri di sekitar kita mulai dari sepeda motor, barang-barang elektronik, dan lain-lain. Toh itu kebijakan warisan presiden sebelumnya (Megawati). Sementara yang setuju diterapkan mengatakan bahwa ACFTA adalah suatu keniscayaan sejarah, sesuatu yang harus diterima dengan berbagai konsekuensinya. Apa kita mampu menolak AFCTA? Apa pemerintah sudah tidak punya muka lagi di mata negara-negara ASEAN dan China? ACFTA justru berdampak positif karena mendorong pemerintah untuk segera mengambil kebijakan lebih konkrit terkait ACFTA, perkara ada kekurangan itu hal yang biasa. Masalahnya akan sangat merepotkan jika kita telah telanjur menjadi bangsa yang serba terlambat menyadari, ACFTA adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri kehadirannya, ia tidak bisa ditolak begitu rupa. Namun demikian, kelewat aneh jika bangsa ini tidak segera mengambil langkah yang bijak untuk menyongsongnya. Hal yang paling penting dan utama dan perlu dilakukan segera adalah melindungi produk-produk dalam negeri. Tentu saja, pemerintah perlu melakukan proteksi atas produk dalam negeri dan kalau perlu bertanggung jawab untuk mengembangkannya di masa datang. Tidak bisa dibenarkan jika bangsa ini justru mengimpor beras dari Thailand, misalnya. Mungkin saja karena alasan harganya lebih murah. Apakah bisa terjadi? Bisa. Dengan adanya ACFTA memungkinkan barangbarang luar negeri masuk ke Indonesia tanpa terkena bea impor. Jika pemerintah tidak melindungi para petani, dampaknya bak petani “mati di lumbung sendiri”. Sudah lama petani kita terombang-ambingkan oleh harga dasar gabah, tidak saja oleh para tengkulak, pengijon, tetapi juga permainan para pedagang. Dengan kata lain, harga dasar gabah di petani relatif murah, sementara ketika sudah sampai

konsumen harganya selangit. Jika suatu saat para petani yang sudah telanjur menjual gabahnya itu kehabisan beras, mereka juga harus membeli sesuai harga konsumen. Cukup ironis bukan? Tak terkecuali harga pupuk dan pembasmi hama juga kelewat mahal. Bahkan, menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) awal tahun 2010, nilai tukar petani terus merosot. Produksi memang naik, tetapi pendapatan riil tidak meningkat. Saya mempunyai teman di Magelang, Dia produsen mebel yang diekspor ke Jepang dengan harga yang tidak begitu mahal. Setelah sampai di Jepang barang tersebut diberi label perusahaan yang memesannya. Jadilah produk bukan made in Indonesia tetapi made in Japan. Bukan tidak mustahil barang-barang yang beredar di Indonesia berasal dari negara ini tetapi dengan label luar negeri. Hal-hal kecil seperti ini harus diperhatikan oleh pemerintah. Bagaimana jika perusahaan luar negeri itu mendadak tidak mau lagi dikirimi barang-barang itu? Siapa yang kemudian bertanggung jawab? Kenapa pemerintah tidak memproteksi barang-barang Indonesia kemudian memberikan kemudahan untuk diekspor? Kalau sudah begini siapa yang bertanggung jawab? Pemerintah berada di pihak paling depan, dialah pengambil kebijakan bangsa ini di masa datang. Hanya, peran pemerintah perlu mendapat dukungan kalangan dewan. Sebab, secara riil politik para anggota dewan yang terhormat itulah yang sebenarnya sedang berkuasa. Bagaimana dengan wakil rakyat itu sendiri? Kita tidak bisa berharap terlalu besar. Mereka sedang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, yakni sibuk mengurusi bagaimana mereka tetap berkuasa dengan gaji yang melimpah, sampai-sampai rangkap jabatan saja dilanggengkan. Semua serba politis. Sementara itu, masyarakat kecil sendiri tidak tahu menahu apa sesungguhnya yang terjadi. Pembentukan ACFTA sebenarnya sudah agak terlambat. Jika kita meneruskan program Bung Karno dan Gus Dur, kita tidak akan menjadi bangsa “pembebek”. Bung Karno punya ide membentuk poros Jakarta-Peking-Pyongyang untuk menyaingi kedigdayaan Amerika dan Uni Soviet. Intinya, bagaimana kita berdiri di atas kaki sendiri. Demikian juga pada era Gus Dur pernah akan dibentuk blok perdagangan antara Indonesia-China-India, yang mana kita ketahui sekarang negara China dan India adalah sedikit dari bangsa-bangsa di dunia yang tidak terpengaruh krisis finansial yang baru saja dialami negara-negara lain di dunia akibat ketidakstabilan perekonomian Amerika. Kita bisa membayangkan bagaimana jika tiga negara dengan jumlah penduduk terbesar ini bersatu dalam perdagangan? Amerika saja barangkali tidak bisa berbuat banyak. Namun, ide itu terus digerogoti oleh kepentingan individu atau kelompok politik yang tidak suka dengan program mereka. Akhirnya, kita tetap menjadi bangsa “pembebek”. Yang jelas, ACFTA seperti buah simalakama. Diterima merugikan, tidak diterima juga merugikan. Apakah kita akan tetap menjadi bangsa yang terlambat untuk mengantisipasi keadaan? Atau apakah menunggu sesuatunya hancur terlebih dahulu? Nurudin Wapemred Bestari

Cover Design: Muhibbuddin Foto: Agus Santoso

Penanggungjawab: Muhadjir Effendy. Pengarah: Mursidi, Sujono. Pemimpin Redaksi: Joko Widodo. Pemimpin Usaha: Agus Santoso. Wakil Pemimpin Redaksi: Nurudin. Sidang Redaksi: Santi Prastiyowati, Cekli Setya Pratiwi, Moch. Wakid, Warsono, Hany Handajani, Azhar Muttaqin, M. Salis Yuniardi, Nur Alif M, Djoni Djunaedi, Sugeng Puji Leksono, Indah Dwi Pratiwi. Redaksi Pelaksana: Nur Alifah, Devi Anggraini O., Silvia Ramadhani, M. Zakiya Al Khalim Staf Redaksi/Reporter: Lilis Lianatus S., Fibriana Eka C., Ropidin, Siti Yuliana, Annisa Rosyidah, Ika Romika, Multi Rahma, Nina Nurruwaida A.P., M. Rajab. Setting Lay-Out/Desain Grafis: Muhibbuddin. Tata Usaha/Sirkulasi: Siswanto. Redaksi menerima tulisan para akademis Mahasiswa dan Praktisi melalui karya tulis secara bebas dan kreatif. Tulisan tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa merubah isi. Pengiriman tulisan Paling lambat tanggal 10 tiap bulan. Iklan baris Rp.5000/brs, maksimal 5

BESTARI

baris. Iklan Kolom: minimal 1/16 halaman Rp. 155.000 (bw). Ukuran lain, silahkan datang ke kantor Redaksi Bestari. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Biaya ganti cetak Rp. 1.750/eks

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

ISSN:0215-206X

STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987

Gedung Student Center Lt. 1 Kampus III UMM, Jl. Raya Tlogomas 246 Malang Telp. (0341) 464318 Psw. 199 Fax. (0341) 464320 e-mail: redaktur_bestari@yahoo.com, homepage: www.bestari-umm.co.cc


BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

SERAMBI KAMPUS

3

Centre for East Asian Studies (CEAS) HI FISIP

Mulai dari Diskusi Hingga Belajar Diplomasi Asia Timur merupakan salah satu objek kajian jurusan Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP). Bagi sebagian mahasiswa HI, kajian tentang Asia Timur adalah obyek yang menarik untuk dipelajari. Sadar akan hal tersebut, UMM mendirikan Centre for East Asian Studies (CEAS). Pusat kajian HI UMM ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk memperdalam kajian tentang Asia Timur. Banyaknya mahasiswa yang berminat mengkaji Asia Timur menjadi dorongan utama bagi Tonny Dian Effendi dan Victor Pradhitama serta beberapa dosen lain untuk membuat pusat kajian tentang Asia Timur di jurusan HI FISIP 2008 silam. Oleh karenanya, keduanya kemudian mendirikan pusat kajian HI yang diberi nama CEAS. Dyah Estu Kurniawati, Kepala Jurusan HI menegaskan, banyaknya mahasiswa yang mempunyai minat untuk mengkaji Asia Timur memang menjadi alasan utama didirikannya CEAS. Hingga saat ini, keberadaan CEAS sangat mendukung perkembangan jurusan HI. Oleh karenanya, jurusan secara penuh mendukung baik dari sisi moril maupun materiil. “Kami akan mendukung setiap kegiatan baik yang sifatnya akademik maupun non-akademik,” jelas wanita asal Lamongan tersebut. Berhasil mendirikan CEAS, Victor Pradhitama, Sekretaris CEAS juga berharap akan ada keseimbangan antara pusat kajian Asia Timur dengan Timur Tengah. Pasalnya, beberapa mahasiswa juga ada yang berminat untuk mengkaji Timur Tengah. “Keberhasilan CEAS diharapkan bisa diikuti oleh peminat kajian yang lain,” ujarnya. Lebih Fokus pada Budaya Sejak awal berdirinya, CEAS banyak mengkaji berbagai nilai budaya, sosial, serta pendidikan negara-negara Asia Timur seperti Cina, Jepang, Korea Utara dan Korea Selatan. Pengkajian menitikberatkan pada budaya, sosial,

politik dan pendidikan. “Akan tetapi pendidikan tidak dikaji secara khusus, yang dikaji hanya bagaimana pendidikan ikut membangun budaya,” ujar Victor. Dipilihnya budaya sebagai kajian utama karena hingga saat ini budaya masih menjadi daya tarik terbesar bagi mahasiswa. “Yang penting mahasiswa senang dulu. Setelah itu baru mengkaji hal lain. Hal ini mengingat sebagian mahasiswa justru tertarik pada budaya Asia Timur karena awalnya senang menonton film Cina atau Jepang,” paparnya. Ungkapan Victor diamini Vicky Angelina, salah satu mahasiswi yang menaruh perhatian pada kajian Asia Timur. Mahasiswi semester delapan HI FISIP tersebut mengaku ingin fokus mengkaji Asia Timur, khususnya Cina. Hal ini lantaran Cina yang dulunya merupakan negara komunis bisa maju dalam waktu singkat. “Pasti ada hal menarik yang bisa kita pelajari dari negara tersebut (Cina.Red),” tandasnya.

ngan acara HI Fiesta, sebuah acara tahunan jurusan HI. Dalam Para anggota: acara pameran semua sedang boleh menikmati dan berdiskusi dalam ikut dalam kegiatan pertemuan rutin tersebut. “Tidak tertiap minggunya, batas pada anggota untuk yang mendaftar di membahas CEAS,” ungkap Victor. perkembangan “Pameran budaya teraterkini seputar khir yang digelar oleh negara se-Asia CEAS bertempat di Timur. kampus I UMM,” tambahnya. Selain beberapa kegiatan di atas, kegiatan lain yang pernah dilakukan pusat kajian tersebut adalah seminar internasional yang mendatangkan Konjen Jepang dan Cina di Aula BAU UMM. Kegiatan-kegiatan berupa kajian juga sering dilaksanakan, seperti diskusiheni/Bestari diskusi seputar budaya, sosial, dan politik Asia Timur. Terkadang juga mendatangkan Konjen dari negaraLebih lanjut, wanita asal Malang negara Asia Timur. Kajian atau distersebut berharap, dengan adanya kusi ini dilaksanakan secara berkala CEAS peluang beasiswa luar negeri daseminggu sekali. pat terbuka lebih lebar. “Saya berharap Vicky yang telah tercataat sebagai nanti ada informasi-informasi beasiswa anggota tetap di pusat studi tersebut ke negara-negara di Asia Timur,” merasa bersyukur dengan adanya CEucapnya. AS. Pasalnya, di usianya yang masih Senada dengan Vicky, Ferry Fadly, terbilang muda, CEAS telah banyak mesalah satu anggota CEAS berharap nyelenggarakan berbagai kegiatan. “Ada dengan adanya pusat studi tersebut diskusi, talkshow dan banyak lagi,” kata peluang untuk belajar di luar negeri Vicky. terbuka lebih lebar. Tak cukup itu, Secara garis besar, pusat kajian termahasiswa HI tersbut juga berharap sebut telah banyak memberikan keCEAS bisa menghasilkan karya-karya mudahan kepada mahasiswa HI untuk yang dapat dinikmati oleh mahasiswa menambah wawasan tentang Asia TiHI khususnya dan mahasiswa UMM mur. Selain itu CEAS juga membantu umumnya. mahasiswa untuk mengembangkan ilmu yang didapat dari kuliah. “Saya menKegiatan yang Menyenangkan dapat wawasan lebih dengan adanya Sebagai pusat studi yang konsen pusat studi ini,” ujar Vicky. pada Asia Timur, CEAS pernah Menurut Ferry Fadly, salah satu mengadakan kunjungan ke Konsulat mahasiswa yang aktif di pusat kaJenderal (Konjen) Jepang di Surabaya. jian tersebut, CEAS tidak hanya Tak hanya kunjungan, CEAS juga memberikan wahana diskusi-diskusi pernah menyelenggarakan pameran saja. Lebih dari itu CEAS juga mebudaya inter nasional. Pameran ngajari bagaimana metode meneliti budaya juga pernah dibarengkan dedan menulis yang baik. “Tentunya

tentang penelitian yang terkait dengan Asia Timur,” ucapnya. Mahasiswa asal Kalimantan Timur itu mengaku telah dua kali mengadakan penelitian bersama CEAS. “Tentang nasionalisme dan penjualan pulaupulau,” ungkapnya. Ferry yang masih duduk di semester empat itu bahkan mengaku paham dasar-dasar bahasa Mandarin karena ikut CEAS. Hal ini tidak lain karena meski tidak secara resmi membuka kursus bahasa Mandarin, tapi CEAS memfasilitasi mahasiswa untuk belajar bahasa Mandarin dan bahasa Inggris. Tak cukup pada kajian dan diskusi saja, komunitas belajar yang biasanya dikenal dengan diskusidiskusi dan penelitian tersebut juga mempunyai grup vokal yang pantas diperhitungkan. Dengan menyandang nama Vocal Group CEAS, mereka bahkan pernah tampil di Malang Town Square (Matos) dalam acara Pameran Kesehatan Gizi November 2009 lalu. Terbuka untuk yang Lain Sejak awal berdirinya CEAS sudah satu kali melakukan rekrutmen . Proses pendaftaran untuk menjadi anggota CEAS tidak sulit. Cukup mendaftarkan diri saat rekrutmen. Prosesnyapun tidak seformal acara seminar dan diklat-diklat yang lain. Proses rekrutmen hanya diawali dengan out bond di lapangan terbuka, dilanjutkan dengan pemberian materi kepada mahasiswa tentang Asia Timur. Menurut Victor, keanggotaan CEAS tidak tertutup untuk mahasiswa HI, akan tetapi terbuka untuk mahasiswa UMM yang lain juga. Meski demikian, mahasiswa HI tetap menjadi bidikan utama pusat kajian ini. Hal tersebut lantaran fokus kajian CEAS lebih mendukung peminatan mata kuliah di Jurusan HI. “Kalau ada mahasiswa selain HI yang mau ikut, monggo,” ujar pria asal Lumajang tersebut mempersilahkan. rjb

Perluas Peluang Beasiswa Asia Timur Sebagai Pusat Kajian Asia Timur yang baru didirikan 2008 lalu, CEAS telah memberikan banyak kontribusi bagi mahasiswa HI, khususnya yang berminat pada kajian Asia Timur. Untuk mengetahui CEAS lebih jauh, berikut hasil wawancara reporter Bestari, Muhammad Rajab, dengan Tonny Dian Effendi, Ketua CEAS. Mengapa CEAS didirikan? Tujuannya untuk mewadahi mahasiswa yang tertarik mempelajari negara-negara Asia Timur. Dengan CEAS kita berharap akan ada satu komunitas belajar bagi yang mahasiswa yang senang mengkaji Asia Timur. Sebenarnya, Asia Timur merupakan salah satu fokus kajian HI yang diminati mahasiswa. Pada mulanya, mahasiswa banyak yang berminat pada budayanya, dari situ merembet ke aspek lain seperti politik dan sosialnya. Apa saja kegiatan yang telah dilakukan? Kegiatan yang telah dilakukan cukup banyak, seperti seminar internasional, kunjungan ke Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang di Surabaya, dan diskusi-diskusi rutin tentang Asia Timur.

Manfaat CEAS bagi mahasiswa? Secara akademik CEAS hanya membantu mahasiswa, khususnya bagi yang mengambil fokus kajian Asia Timur. Mereka secara tidak langsung akan mendapatkan wawasan tambahan. Manfaat nyata yang sebenarnya didapat mahasiswa dari keeradaan CEAS adalah pengalaman. Ketika mereka bertemu dengan diplomat-

diplomat Asia Timur misalkan, mereka bisa lebih percaya diri. Hingga saat ini CEAS telah beberapa kali mengadakan kunjungan ke konsulat dan diplomat Asia Timur. Kita sebenarnya mempelajari budaya mereka untuk mengambil pelajaran dari mereka. Seperti sikap kerja keras dan semangat. Manfaat ini nampak dari para anggota CEAS

yang lebih semangat dalam kuliah. Tapi tidak menafikan mahasiswa yang lain juga. Sebagai contoh lagi, ketika kita mengadakan kunjungan ke Konjen Jepang kita tambah semangat dan gairah untuk mempelajarinya semakin besar. Dalam hukum internasional yang diterapkan dalam konsulat dan kedutaan adalah aturan mereka. Jadi di sana yang diberlakukan adalah sistem dan aturan Jepang, sehingga secara tidak langsung kita langsung tahu bagaimana cara kerja mereka. Selain itu, di sana kita juga mengadakan diskusi dengan Konjen Jepang. Jadi kita bisa mendapatkan dua keutungan, yaitu wawasan tentang Asia Timur sendiri dan pengetahuan yang mendukung mata kuliah diplomasi. Mereka tahu langsung bagaimana cara berkomunikasi dalam diplomasi. Hasil lainnya misalnya, sekarang sudah ada beberapa anak CEAS semester enam yang sudah mulai mengerjakan skripsi lebih dini meski sifatnya informal. Mereka mengangkat tentang isu-isu Asia

Timur. Mereka bisa mengumpulkan bahan-bahan dan informasi tentang Asia Timur dengan lebih leluasa. Apa rencana CEAS ke depan? Saya mencari banyak peluang di luar. Sebagai contoh Jepang. Jepang itu mau bantu membuat corner dengan syarat minimal kita punya puast kajian tentang mereka. Oleh karenanya, kami sedang mengusahakan kerjasama dengan Jepang seperti pertukaran mahasiswa, karena kami melihat banyak kesempatan di sana. Tidak hanya itu, kami juga sedang berusaha mencoba mencari kerjasama yang lebih luas di sana agar informasi-informasi tentang pendidikan, misalnya informasi beasiswa terbuka lebih lebar. Minimal kalau bisa kita nanti bisa mempunyai formulir beasiswa, tapi bukan berarti lewat kita, kita hanya menyediakan saja. Kami mencoba menghubungi beberapa institusi di Jepang yang membutuhkan publikasi dan kita bisa mewadahinya. Selain itu juga kami juga berencana mengumpulkan tulisan-tulisan hasil penelitian mahasiswa tentang Asia Timur. Harapannya, hasil karya tersebut dapat menjadi dokumen CEAS sehingga CEAS bisa menjadi pusat informasi Asia Timur di UMM, khususnya jurusan HI


4 BESTARI

SUARA KAMPUS

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

“Anak Kampoeng” Inspirator Tunas Bangsa Menyambut Muktamar Muhammadiyah Abad ke-1 di Yogyakarta Bulan Juli mendatang, Pusat Kajian Islam dan Filsafat (PSIF) UMM bekerjasama dengan Ma’arif Institut Jakarta dan Penerbit Gramedia mengadakan bedah novel (5/4). Kegiatan yang bertempat di Ruang Sidang Rektorat itu diikuti 120 peserta. Novel yang dibedah, Si Anak Kampoeng, menceritakan otobiografi tokoh bangsa serta mantan Ketua Umum Muhammadiyah, A. Syafi’i Ma’arif sejak kecil hingga menjadi orang ‘luar biasa’ di negeri ini. Acara tersebut dihadiri pengarang novel, Damien Dematra, Saryono, dan Ajang Budiman selaku pembanding serta Pradana Boy ZT selaku moderator. “Begitu kuatnya cinta segitiga antara Syafi’i, ibu, dan bapaknya. Novel ini banyak menggambarkan cinta kasih mereka,” ujar Ajang kagum. Sedangkan bagi Joko, kisah dalam novel tersebut patut dijadikan benteng atas kemerosotan moral yang terjadi di Indonesia. “Novel ini mengisahkan seorang tokoh bangsa, sehingga bisa dijadikan pondasi moralitas bangsa,” puji Guru Besar Universitas Negeri Malang itu.

umam/Bestari

Bagi Cerita Cerita: Damien Dematra, Dematra pen penulis lis novel no el Si Anak Kampoeng menceritakan pengalamannya dalam menulis karya.

Hadirnya novel yang rampung hanya dalam waktu empat hari itu, diakui Damien, adalah karena cintanya kepada Syafi’i. Baginya, Syafi’i dan Abdurrahman Wahid merupakan guru spiritual serta dua sosok yang sangat dikaguminya. “Mereka adalah tokoh dan guru spiritual saya,” tutur lelaki yang juga baru meluncurkan novel Sejuta Hati untuk Gusdur tersebut. “Buku ini saya tulis dalam waktu empat hari, termasuk istirahat serta

aktivitas lainya. Tapi, tujuh bulan dalam research,” terang pria yang telah menghasilkan 58 novel itu. Ia menjelaskan, otobiografi yang ditulisnya itu nantinya dipublikasikan dalam empat jilid. “Jilid ke-2, Si Anak Panah akan segera segera diterbitkan,” ungkapnya. “Untuk menginspirasi tunas bangsa guna mencapai pendidikan setinggitingginya,” jawabnya saat ditanya tentang tujuan hadirnya novel tersebut. mg_jun

UMM, Ditunjuk Tiga Menteri Indonesia Tiga Kementerian Indonesia, yakni Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), dan Kementerian Riset dan Teknologi menunjuk UMM sebagai pengembang inovasi berbasis Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI). UMM dinilai sebagai universitas yang memiliki produktivitas karya inovasi dan intelektual yang tinggi. Dengan demikian, UMM dipercaya pemerintah untuk menjadi pelopor sosialisasi, penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengkajian, dan pengabdian kepada masyarakat serta pemanfaatan informasi HKI. Muhadjir sendiri selaku rektor telah menandatangani nota kesepahaman tentang pengembangan inovasi Berbasis HKI dengan Direktur Jenderal HKI Kementerian Hukum dan HAM, Andy Someng di Graha Pangayoman Kantor Kementrian Hukum dan HAM, Jakarta (24/2) lalu. Acara penandatanganan yang

diikuti lima perguruan tinggi negeri dan swasta tersebut disaksikan Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, dan Wakil Mendiknas Fasli Jalal. “Saat ini Kementerian Pendidikan Nasional sangat serius mensosialisasikan HKI pada masyarakat. Hal itu ditunjukkan dengan dimasukkannya unsur perolehan atau aplikasi HKI oleh perguruan tinggi dalam penilaian akreditasi institusi,” terang Muhadjir. Pada poin itu, suatu perguruan tinggi memperoleh nilai A apabila telah mendaftarkan atau melakukan aplikasi HKI sejumlah 10 judul. Menurut penulis Profesionalisme Militer: Profesionalisasi TNI itu, UMM telah memiliki sekitar 20 judul aplikasi HKI pada saat akreditasi institusi tahun 2007. “Hingga tahun 2010 ini, aplikasi HKI UMM naik mencapai 40 judul,” tandasnya. Kepala Sentra HKI UMM, Maftuchah mengaku bersyukur karena perhatian pemerintah terhadap HKI semakin

baik, sehingga Kementerian Pendidikan Nasional telah mengeluarkan program insentif pembinaan dan pendaftaran HKI bagi para peneliti di lingkungan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas). ”Hal ini sebagai bagian dari reformasi hukum di Indonesia sehingga proses pengurusan HKI semakin cepat dan terbuka,” ujarnya. Wanita yang akrab disapa Uchah itu menjelaskan, melalui nota kesepahaman tersebut, UMM dengan Kemendiknas akan menjadi pusat pemahaman dan pemanfaatan sistem hak kekayaan intelektual. Wanita yang per nah menjabat Kepala Pusat Studi Biotek UMM itu juga menambahkan, Indonesia memiliki potensi HKI yang cukup tinggi. Selain memiliki puluhan ribu dosen dan temuan riset, banyak usaha kecil menengah yang kreatif serta kekayaan budaya yang khas. “Hal ini memerlukan keseriusan kita semua untuk melindunginya,” pungkasnya. mg_ros

Kunjungan Sekolah Teladan Nasional

Kenang Gus Dur, Putu Wijaya Menangis Memperingati 100 hari wafatnya Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, Putu Wijaya mengadakan road show bersama Teater Mandiri di Dome UMM (16/4). Tak sedikit mahasiswa UMM yang turut menyaksikan aksi sastrawan berdarah bangsawan itu. Acara tersebut menampilkan drama dimana Mpu Putu, sapaan akrab Putu Wijaya, menjadi pemeran utamanya. Adegan yang disetting dalam keadaan gelap itu tampak khidmat sekaligus menegangkan. Kemunculan lima lakon membuka drama yang mengangkat kepahlawanan Gus Dur tersebut. Selang beberapa menit, Putu keluar lengkap dengan kostum jubah hitam, peci, serta sorban yang melingkar di lehernya. Putu tampak sangat menghayati perannya sebagai anak bangsa yang mengagumi sosok mantan presiden RI ke-4 itu. Amarah dan kesedihan berhasil dibangunnya. Apalagi, ketika ia berkata “Gus, semua orang harus pergi, tapi kalau engkau pergi siapa lagi yang akan memberikan komentar-komentar terhadap keanehan-keanehan negeri ini?” tutur sastrawan dari Pulau Dewata itu. Dalam adegan tersebut, diceritakan bagaimana perasaan Putu

ketika orang yang dikaguminya telah tiada. Bahkan menurut ceritanya, Putu sempat kehilangan gairah dalam hidup. “Aku hanya diam, menangis, menangis dan menangis. Kemanakah orang besar itu telah pergi?,” kenang Putu sembari meneteskan air mata. Sastrawan bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya itu sengaja menciptakan naskah drama yang secara khusus dipersembahkannya kepada almarhum Gus Dur. Bagi Putu, Gus Dur adalah sosok pahlawan besar yang patut dikenang selama-lamanya. “Jika dulu Indonesia menyatakan akan memasang bendera setengah tiang karena kepergian Gus Dur, menurutku itu belum cukup. Harusnya bendera setengah tiang itu dipasang sebulan,” ungkap Putu bernada tinggi. Penjiwaan Putu malam itu mampu membuat penonton tercengang menyaksikan adegan demi adegan yang ditampilkannya. “Gus, Gus, Gus, saat kau masih ada, banyak orang yang tidak mendengarmu, banyak orang yang tuli dan pura-pura buta. Tapi sekarang, mereka sadar jika kaulah ‘orang besar’ itu,” ratapnya sembari memeluk boneka raksasa berwarna putih yang melambangkan sosok pujaannya. sya

umam/Bestari

Sang Empu: Aksi Putu Wijaya ketika bermain monolog di basement Dome UMM.

Kenalkan Energi AlternaƟf Sejak Dini Sebagai kampus yang memiliki laboratorium energi alternatif, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hidro (PLTMH) dan Biogas, tidak salah jika UMM dijadikan sebagai tujuan wisata kampus. Untuk pertama kalinya, Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 4 Surabaya berkunjung

Road Show Teater Mandiri

ke Kampus Putih (27/3) dalam rangka pengenalan energi alternatif kepada 239 siswa-siswinya yang sedang duduk di bangku kelas III. Sebelum berkeliling kampus, seluruh peserta wisata kampus diterima di tribun stadion UMM oleh ketua Pusat Studi Lingkungan Hidup, Wahyu

umam/Bestari

Wawasan: Siswa SD saat melihat Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Prihanta. “Kita akan mengajak para siswa mengunjungi Lab. Puspa, PLTMH, Green House, Biogas, dan terakhir Lab. Perikanan,” ungkap Wahyu. Ketua rombongan wisata kampus, Novita Utami mengungkapkan bahwa kunjungannya ke UMM bertujuan mengenalkan para siswa pada energi alternatif. “Pembelajaran tentang energi alternatif sejak dini sangat penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan anak ke depannya,” tutur Novita yang juga alumnus UMM tersebut. Selain itu, ia menambahkan bahwa pemilihan tujuan wisata tersebut didasarkan pada keberhasilan UMM menciptakan dan mengembangkan laboratorium energi alternatif. “PLTMH dan Biogas itu kan sudah berhasil dikembangkan UMM,” ucapnya mencontohkan. Salah satu peserta wisata kampus, Danendra Irza Ramadhan sangat bangga bisa turut serta ke UMM. “Senang bisa ke sini, alat-alatnya lengkap, masjidnya juga megah,” tutur siswa sekolah yang mendapat predikat Sekolah Teladan Nasional itu kagum. mg_mam

UMM Jadi Lahan Belajar Mahasiswa UM Selain dari SD Muhammadiyah 4 Surabaya, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) UMM juga menjadi tujuan kunjungan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Kali ini, PLTMH Kampus Putih menjadi lahan belajar mahasiswa semester empat Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin dan Otomotif UM. Pendamping rombongan, Wakidi, mengungkapkan kunjungan dalam rangka studi banding tersebut adalah untuk memenuhi mata kuliah Teknik Tenaga Listrik yang diampunya. Sehingga, kunjungan rutin mereka ke PLTMH UMM selama satu bulan (13/3 - 17/4) menjadi lahan survei langsung terkait materi mata kuliah tersebut. Baginya, UMM mudah dijangkau oleh peserta didiknya, “Ada PLTMH

lain, tapi keberadaanya sulit dijangkau karena berada di pelosok. Sedangkan UMM memiliki itu dan mudah dijangkau oleh mahasiswa UM,” terang lelaki asal Trenggalek tersebut Riski Maulana, mahasiswa semester empat Jurusan Otomotif UM, mengaku iri dengan adanya PLTMH yang dimiliki UMM. ”Mahasiswa di sini terfasilitasi dengan baik,” komentarnya. Sedangkan Wakidi berharap mereka terinspirasi dengan adanya PLTMH, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), serta Reaktor Bio Gas UMM yang mereka tinjau tersebut. “Semoga mereka dapat memahami serta membangunnya di daerah masing-masing karena dari sekian mahasiswa ini, 70 persen berasal dari luar Kota Malang,” harapnya optimis. mg_jun


BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

SUARA KAMPUS Rekrutmen Tim CC 2010

Dialog Dekanat-Mahasiswa Psikologi 2010

Proyeksikan Tim Solid Garda Depan

SoroƟ Kualitas Pelayanan Akademik

Dengan misi memperpendek masa tunggu lulusan Fakultas Psikologi (Fapsi) UMM melalui peningkatan ketrampilan dan keahlian di du nia kerja, Career Center (CC) kembali menggelar rekrutmen yang bertempat di Kantor CC Gedung Kuliah Bersama (GKB) I lantai IV (6/4). Pembina sekaligus Penanggungjawab CC Fapsi UMM, Zakarija Achmat menerangkan, tahun ini CC diproyeksikan memenuhi dua hal. “Pertama, CC sebagai pusat pengembangan karier Fapsi dan kedua, sebagai tempat pembelajaran tim CC sendiri yang notabene adalah mahasiswa,” ujarnya. Peserta rekrutmen yang ber jumlah 18 orang, selain diharuskan melengkapi persyaratan administratif pada akhir Maret, juga harus menjalani tes wawancara sebagai bagian dari proses seleksi. Diungkapkan Zakarija, rekrutmen tahun ini diharapkan akan menghasilkan tim yang solid dan siap menjadi garda terdepan Fapsi di bidang informasi dan pengembangan karier. “Sebagai langkah awal, ide-ide mahasiswa (Tim CC, red.) akan ditampung dan digabungkan, lalu disusun program yang sifatnya rutin dan insidental,” papar Zakarija yang juga menjabat Pembantu Dekan (PD) III Fapsi kepada Bestari. Selain dengan Pengembangan Karier Mahasiswa dan Alumni

mg_osa/Bestari

Wawancara CC Fakultas Psikologi: Zakarija Achmat, Pembina sekalgus Penanggung Jawab CC tengah mewawancarai calon magang CC

(PKMA) UMM, CC juga bekerjasama dengan alumni dan perusahaanperusahaan besar yang membutuhkan tenaga sarjana Psikologi. “Kita saling bertukar informasi dengan PKMA dan alumni. Semua untuk bisa mewujudkan misi CC, memperpendek masa tunggu,” ujar ahli Psikologi Industri dan Organisasi itu panjang lebar. Salah seorang staf CC, Fauzan Sya r i f ud di n ber har ap t en aga

magang hasil rekrutmen kali ini lebih potensial sehingga dapat mewujudkan visi bes ar CC. “Akan diselenggarakan rapat bersama, sehingga Tim CC siap mew ujudkan program kerja,” ujar pria penghobi desain itu. “Nanti juga direncanakan pem berian kuliah oleh alumni suk ses sebagai bukti konkret kesuk sesan alumni di dunia kerja,” pungkasnya. mg_osa

IkuƟ Ritual Sesaji, Perdalam Psikologi Sebagai wujud pembelajaran langsung, Fakultas Psikologi UMM mengirim 60 mahasiswanya untuk melakukan kunjungan ke Desa Babaran Kecamatan Ngajum, Malang dan Desa Tosari Kecamatan Tengger, Probolinggo (4 & 10/4). Kunjungan tersebut sebagai praktek Mata Kuliah Psikologi Lintas Budaya (PLB). Ketua Program sekaligus dosen mata kuliah PLB, Salis Yuniardi menuturkan bahwa visi kunjungan tersebut adalah untuk memperkuat praktikal skill mahasiswa. “Mahasiswa mengaplikasikan teori yang telah dibekalkan untuk menganalisis kemudian mengin tervensi masalah budaya di

5

Indonesia secara langsung,” paparnya. Tempat tujuan kunjungan, dituturkan Salis, haruslah yang memiliki nilai kebudayaan tinggi. Di Ngajum, 85 persen penduduknya menganut agama Hindu Jawa. “Disinilah letak nilai budayanya. Di era sekarang, sulit menemukan satu tempat yang hampir seluruh penduduknya beragama Hindu. Apalagi, mayoritas penduduk Indonesia menganut Islam,” terang Salis. Sedangan di Tengger, keunikan terdapat pada kepercayaan mereka akan hal-hal gaib. Hal itu ditandai dengan penyelenggaraan Upacara Kasodo, yakni upacara sesembahan

sesaji kepada arwah nenek moyang mereka. “Ini juga merupakan satu nilai berkebudayaan tinggi,” tambahnya. Mantan Ketua Bimbingan Konseling (BK) UMM itu juga memaparkan kegiatan lapangan yang dilakukan mahasiswa sesampainya di kedua lokasi tersebut. Di antaranya, penggalian langsung nilai budaya di masyarakat itu, seperti relijiusitas, konsep per kawinan, rit ual keagamaan dan pola asuh. “Setelah melakukan analisis, maka tugas mahasiswa adalah mencari hubungan nilai-nilai budaya dan pengaruhnya terhadap perilaku masyarakat,” tandasnya. sya

Menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia tak membuat Fakultas Psikologi (FP) UMM melupakan mutu pelayanan. Dengan Senat Mahasiswa Fakultas (SEMFA) Psikologi sebagai fasilitator, Dialog Dekanat-Mahasiswa FP 2010 digelar di Aula Lantai 1 Masjid A.R. Fachruddin (10/4). Acara yang berlangsung selama setengah hari itu dihadiri seluruh dosen serta dekan Fakultas Psikologi, Tulus Winarsunu beserta para pembantu dekan. Sepanjang dialog, forum difokuskan pada tanya jawab seputar peningkatan mutu dan kualitas pelayanan fakultas. Pembahasan seputar akademik menjadi pusat perhatian mahasiswa berbagai angkatan. Imroatul Mudzakkirah, mahasiswi Psikologi angkatan 2007, menyoroti kurang efektifnya proses pembelajaran saat ini. “Salah satu yang harus ditingkatkan adalah kualitas asisten dosen,” ujarnya bersemangat. Mahasiswi English Class FP itu menanyakan perihal kompetensi asisten dosen dalam membantu kelancaran akademik mahasiswa. Menanggapi kritik tersebut, Pembantu Dekan (PD) III FP, Zakarija Achmat menerangkan fungsi dan peran asisten pada seluruh mahasiswa.

Diuraikannya, asisten memang difokuskan membantu pelayanan administrasi meski ada beberapa yang membantu pelayanan akademik bagi mahasiswa. “Tentu, ke depannya pihak fakultas dan segenap jajaran dosen akan meningkatkan kualitas asisten dosen dan seluruh bidang secara serius sesuai moto FP UMM yaitu Menjaga Reputasi dengan Inovasi,” tegasnya. Dekanat juga menerima kritik mahasiswa perihal kualitas dosen dan orientasi kurikulum. “Hari ini memang condong ke bidang akademik ya?” ujar Zakarija menanggapi, disambut gelak tawa mahasiswa. Meski banyak dikritisi, pihak dekanat dan dosen memuji kesungguhan dan semangat mahasiswa untuk maju dan memberi kontribusi bagi fakultas melalui ide yang kritis namun tetap sopan dan membangun. Di akhir acara, Ketua Umum SEMFA Psikologi, Syafa’atul Irnawati berkomentar, hasil dialog kali ini harus segera ditindaklanjuti oleh jajaran dekanat dan para dosen demi menjadikan FP UMM lebih baik. “Saya harap hasilnya akan dijadikan pertimbangan untuk perbaikan fakultas,” harapnya mengakhiri. mg_osa

Pembinaan Tutor – Tutorial Idealis 2010

Persiapkan Tutor Man Jadda Wajada Setelah diluncurkan pada awal Maret lalu, Program Tutorial Idealis 2010 genap berjalan satu bulan. Dengan tujuan meningkatkan kualitas tutor program andalan Fakultas Psikologi tersebut, Tim Pembina Tutorial Idealis menyelenggarakan Pembinaan Tutor dengan menghadirkan trainer nasional, Ashofro Abiry (10/4). Bertempat di taman baca rektorat, pria yang akrab disapa Ifir itu mengupas tuntas konsep manusia berkualitas. Dengan menjadi manusia berkualitas, tantangan hidup seberat apapun akan siap dihadapi. Bagi para tutor, akan lebih tangguh dalam mengemban tugasnya jika telah menginternalisasikan konsep tersebut dalam diri masing-masing. Menurutnya, ada beberapa kriteria penting yang harus dipahami terkait konsep tersebut; selalu bergerak dalam hal positif, manajemen waktu yang selalu lebih baik, berkomitmen

kuat, bertanggung jawab dan punya tujuan hidup. “Di dunia ini ada banyak cara dan banyak solusi. Selama punya komitmen, dan berusaha menjadi manusia berkualitas, tujuan ke depan akan seimbang dengan hidup kita,” himbaunya. Pada kesempatan yang berlangsung selama 2 jam itu, Trainer Terbaik Beyond Circle Centra Time (BCCT) tingkat nasional itu menekankan pentingnya muhasabah dan upaya keras dalam menggapai cita-cita. “Tanamkan modal keyakinan yang kuat. Bismillah, terus kejar hingga berhasil karena selalu ada harapan dalam hidup kita. Man Jadda Wajada,” ujar pria asal Pangkal Pinang itu berapi-api. Pada sesi akhir, acara diisi dengan dialog antara Ifir dan para tutor. Selain itu, Tim Pembina juga menyajikan beberapa game menarik seputar kerja sama yang diikuti para tutor dengan antusias. mg_osa

KompeƟsi untuk SporƟvitas Komunikasi, Kunci Keberhasilan Dokter dan Silaturahmi

PelanƟkan dan Sumpah Dokter UMM

Bertempat di Aula Kampus II, 14 mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UMM menjalani proses Pelantikan dan Sumpah Dokter Periode III (10/4). Mahasiswa angkatan ke-7 tersebut resmi terikat oleh janji-janji profesi dan bersiap menghadapi Uji Kompetensi Dokter Indonesia Mei mendatang. Dekan FK UMM, Irma Suswati menuturkan, pelantikan dan sumpah merupakan langkah awal mempersiapkan kewenangan praktik kerja. Setelah disumpah, dokter harus mendapatkan sertifikat kompetensi. “Tahun ini saja, dari 120 dokter, 92 persen telah lulus uji kompetensi. Kami optimis mereka juga bisa melalui ujian tersebut,” tuturnya. Irma mengingatkan, ketika telah berwenang melakukan praktik, dokter harus melindungi masyarakat. Harus

ada komunikasi dua arah di antara keduanya. “Tak jarang dokter mendominasi cara kerja, padahal seharusnya tidak boleh ada ketimpangan dalam komunikasi. Dokter dan masyarakat harus seimbang,” terangnya. Kesembuhan pasien, kata Irma, dipengaruhi oleh perlakuan dokter. Pola komunikasi aktif dan kesetaraan dapat mempercepat pemulihan. “Dokter wajib membimbing dan bekerja sama dengan pasien. Pasien juga harus aktif mengungkapkan perasaannya untuk memudahkan kerja dokter,” paparnya. Untuk meningkatkan kualitas dokter lulusan UMM, Kampus Putih tengah menyiapkan rumah sakit pendidikan. Dalam sambutannya, Pembantu Rektor (PR) III Joko Widodo menjelaskan, globalisasi dan per-

saingan bebas memperberat tantangan dokter masa kini. “Dokter harus senantiasa mengasah diri dan mengikuti perkembangan. Kendati RS pendidikan mulai dikerjakan, UMM tetap bekerja sama dengan RS lain demi menjaga mutu,” ungkapnya. Salah satu dokter muda, Anna Mariana, mengungkapkan jika pengalaman dan pelajaran ketika melakukan praktik di rumah sakit bisa menjadi bekal utama menghadapi ujian. “Selama praktik, kami mendapat ilmu yang tidak kami peroleh di bangku kuliah. Kami sangat berterima kasih kepada bapak ibu dosen atas ilmu dan bimbingannya,” ujarnya. Pada pelantikan itu, diumumkan pula tiga dokter terbaik, yakni Novita Sari Indramega dengan IPK 3.25, Anna Mariana dengan IPK 3.23, dan Zulfan Fahrizal dengan IPK 3.06. mg_abi

Untuk memfasilitasi ekspresi bakat dan minat mahasiswanya, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT) menggelar kembali event tahunan Dekan Cup. Acara tersebut dibuka oleh Pembantu Dekan III FT, Alik Ansyori Alamsyah di Gedung Tehnik GKB III (3/4). Acara yang akan berlangsung selama satu bulan itu mengusung tema “Datang, Mainkan, Menangkan dengan Sportivitas”. Ketua BEM-FT, King Kiarto menjelaskan, visi tersebut bermaksud menarik partisipasi mahasiswa FT agar bermain dengan sportif. “Sportif lebih diutamakan dalam berkompetisi,” ungkapnya. Selain itu, Dekan Cup kali ini juga bertujuan mengeratkan kembali jalinan silaturahmi antar pengurus lembaga intra, birokrasi FT, dan khususnya antar mahasiswa FT sendiri.

Tak hanya itu, tahun ini ada dua bidang perlombaan baru, yakni keagamaan dan penulisan. Keduanya baru dilombakan pada Dekan Cup FT tahun ini. “Ide munculnya dua bidang perlombaan itu karena melihat adanya mahasiswa Teknik yang mendapatkan juara dalam bidang tersebut pada acara Student Day (acara untuk mahasiswa baru, red.) tahun lalu,” ungkapnya. Ajang kompetisi itu direspon baik oleh mahasiswa, terlebih dalam bidang olah raga, khususnya futsal. ”Peserta sudah terdaftar sampai batas maksimal yaitu 32 tim futsal,” jelas King sumringah. Ia berharap, kegiatan Dekan Cup di tahun yang akan datang lebih inovatif. ”Strategi untuk menarik minat mahasiswa harus lebih kreatif dan ditingkatkan lagi,” harapnya. mg_ihe


6 BESTARI

SUARA KAMPUS

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Sosialisasi Pimnas 2010

Mempertahankan Prestasi Lima Tahun

Sebagai upaya mempertahankan prestasi dalam pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) , Biro Kemahasiswaan UMM menghadirkan Ketua Direktorat Penelitian Pendidikan Tinggi (Dikti), Sundani untuk mensosialisasikan Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) 2010 (3/4). Bertempat di Aula Lantai 1 Masjid A.R. Fachruddin, acara tersebut dihadiri Pembantu Rektor III Joko Widodo, Kepala Biro Kemahasiswaan Atok Miftachul Huda, beberapa de-

kan dan para pembantunya serta mahasiswa penerima hibah Dikti PKM 2010. Dalam sambutannya, Joko menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan Pimnas 2010. Diantaranya, UMM harus mempertahankan prestasi yang telah bertahan lima tahun terakhir. “Mempertahankan memang lebih sulit, tapi melihat pekembangannya, alhamdulillah UMM mampu meningkatkan peringkatnya menjadi urutan 8, dari sebelumnya yang

Motivasi: Sundani (kanan) memberikan pengarahan dan kiat-kiat lolos Pimnas

berada di peringkat 10,” terangnya. Joko juga memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan berkarya melalui PKM karena PKM adalah salah satu pintu gerbang menuju Pimnas. “Mari kita tunjukkan kreativitas melalui program ini dan manfaatkannya untuk menembus Pimnas tahun ini,” ajaknya bersemangat. Joko berharap sosialisasi Pimnas tersebut dapat memberikan pengarahan dan pembekalan pada mahasiswa yang PKM-nya telah lolos pembiayaan agar mampu menembus Pimnas. "Kiranya pada kesempatan ini Bapak Sundani memberikan bekal pada mahasiswa kami, begitu juga dengan para dosen mohon dapat membimbing mahasiswanya secara cermat,” pintanya. ”Berhasil lolos Tahap I adalah bukti bahwa Anda kreatif,” ujar Sundani di sela-sela sosialisasi. “Kreativitas bisa timbul dari pikiran yang berpijak pada imajinasi persepsi nalar. Pikiran saja tidak cukup. Perlu perasaan dan ketrampilan,” tambahnya. Ia juga menekankan pentingnya orisinalitas karya mahasiswa. “Apapun hasilnya, sesuatu itu akan menarik jika karya sendiri,” tegasnya. ans/ mg_ihe

Field Trip Sebagai Bekal Lapangan Demi menjaga dan meningkatkan kualitas mahasiswanya, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP) memberikan sosialisasi mengenai prosedur Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Gedung Kuliah Bersama (GKB) II Kampus III UMM (5/4). Sosialisasi tersebut diikuti oleh mahasiswa baru. Ketua Jurusan (Kajur) Perikanan, Sri Dwi Hastuti menyatakan pentingnya pembekalan kepada mahasiswa sebelum terjun ke lapangan. ”Mahasiswa harus diberitahu dulu mengenai realitas di lapangan sebelum mereka benar-

benar terjun ke lapangan,” ungkap wanita yang akrap disapa Wiwik itu. Wiwik juga memaparkan bentuk pembekalan mahasiswa Perikanan UMM sudah dilakukan turun-temurun melalui field trip. Field trip adalah kuliah lapangan di mana mahasiswa diajak berkeliling tempat-tempat yang berkaitan dengan jurusan. Menurutnya, field trip yang dilakukan selama ini sangat terasa manfaatnya. “Untuk itu, kegiatan ini akan selalu menjadi agenda rutin Jurusan Perikanan,” katanya. ”Field trip sangat membantu Jurusan (Perikanan, red.) dalam menja-

lin kerja sama dengan instansi-instansi yang nantinya menjadi tempat PKL mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak kesulitan mencari tempat PKL lagi,” jelas wanita yang menjabat Kajur Perikanan selama dua periode berturut-turut itu. Untuk itu, Jurusan Perikanan telah menjalin beberapa kerja sama, di antaranya dengan Balai Induk Udang Gala di Bangil, Balai Benih Ikan Tawar di Kepanjen, Balai Besar Budidaya Laut di Bali, Unit Pelaksana Pembenihan Udang Windu di Situbondo, serta beberapa Dinas Perikanan di Jawa dan luar Jawa. sya

Donor Darah KSR PMI UMM

AkƟvitas Sosial Tanpa Sosialisasi Bekerjasama dengan PMI Kota Malang, Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) UMM kembali mengadakan donor darah (18/3). Acara tersebut dilaksanakan tanpa sosialisasi dan menargetkan 50 pendonor. Khunaipi, ketua pelaksana acara tersebut, mengungkapkan sosialisasi tidak dilakukan karena acara tersebut diselenggarakan secara rutin setiap satu setengah bulan. “Karena sudah rutin, kami yakin banyak orang yang mengetahuinya,” tutur mahasiswa Hu-

bungan Internasional itu. Bertempat di Lantai 2 Gedung Student Center, kegiatan tersebut berlangsung selama empat jam. Tak hanya mahasiswa, beberapa dosen turut men jadi pendonor. “Kami tidak mem batasi peserta. Yang penting harus memenuhi syarat,” papar mahasiswa semester enam tersebut. Sebagian peserta, dijelaskannya, terpaksa ditolak karena tidak memenuhi syarat. Tidak hanya berat badan, panitia juga memeriksa te-

kanan darah dan kadar hemoglobin calon pendonor. “Masalah yang paling sering yaitu kekurangan atau kelebihan hemoglobin. Kami terpaksa menolak untuk menjaga kualitas darah,” terang mahasiswa asal Cirebon itu. Saat mendaftar, calon peserta diminta untuk mengisi identitas dan data kesehatan. Blangko tersebut menanyakan informasi riwayat penyakit yang pernah diderita calon pendonor. “Data-data tersebut sebagai acuan kami dalam menilai kualitas darah pendonor,” pungkasnya. mg_abi

Kajian Fenomenologi untuk Skripsi Komunikasi Bertempat di Aula BAU, Jurusan Ilmu Komunikasi mengadakan kuliah tamu bertema “Penerapan Metodologi Penelitian Fenomenologi dalam Studi Komunikasi” (6/4). Kuliah tersebut menghadirkan Engkus Kuswarno, Guru Besar Komunikologi Universitas Padjajaran. Membuka pembahasan, Engkus menjelaskan tiga paradigma penelitian yang harus dibangun sebelum mengadakan penelitian. Ketiganya adalah klasik (menempatkan penelitian pada ilmu alam atau sebagai hukum sebab akibat), konstruktivis (penelitian sebagai analisis sistematis yang dilakukan melalui pengamatan langsung tentang pelaku sosial), dan kritis (menempatkan penelitian sebagai proses kritis).

Ia menyarankan agar penelitian diawali dengan penentuan cara pandang. “Cara pandang atau paradigma mempengaruhi metode penelitian. Akhirnya, hasil penelitian juga terpengaruh,” ucap pria berkacamata tersebut. Bagi penulis Buku Fenomenologi itu, penelitian fenomenologi mengungkapkan suatu fenomena yang tersembunyi untuk dijadikan fakta. Ia bisa dikatakan memiliki kriteria baik jika konsisten dengan paradigma, relevan dengan metode, dan diker jakan sampai tuntas. “Penelitian jika tidak dikerjakan hingga selesai tidak akan berguna dan tidak bernilai apaapa,” ujarnya. Dalam fenomenologi, kata Engkus, informan didapat dari beberapa

individu (several individuals). Tidak ada aturan jumlah minimal atau maksimal. “Hanya dengan satu informan saja, kita bisa menyelesaikan penelitian. Fenomenologi tidak pernah memunculkan hipotesis., tapi secara hati-hati mengamati pengalaman seseorang,” paparnya mengutip pendapat tokoh komunikasi, Little John. Selain itu, fenomenologi juga tidak memberikan batasan waktu. Penelitian fenomenologi bisa diselesaikan meskipun hanya dalam sehari. Peneliti juga tidak harus terjun langsung menemui informan. “Kita bisa diwakili orang lain. Namun, tentu saja ia harus mampu mengungkap fenomena yang tersembunyi,” tegasnya. mg_abi/ihe

Fun English Course FKIP UMM

Fun dengan Tujuh Metode Pembelajaran Fun English Course yang diselenggarakan Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) tampak berbeda pada tahun 2010. Selain membuka lebih banyak kelas, kursus Bahasa Inggris yang ditujukan bagi siswa young learner (siswa SD) tersebut menerapkan tujuh metode pembelajaran yang jarang digunakan secara penuh di sekolah-sekolah. Ketujuhnya adalah song, telling story, games, role play, demonstration, procedure, dan reading big book. “Dengan tujuh metode tersebut, siswa akan menguasai Bahasa Inggris secara lebih cepat, menyeluruh dan benar-benar meng alami learning by doing,” terang Ketua Jurusan Bahasa Inggris FKIP UMM, Fardini Sabilah. “Kebanyakan pengajaran Bahasa Inggris di sekolah masih banyak yang text book oriented (hanya merujuk pada buku teks, red.),” ungkapnya kepada Bestari. Pelaksanaan kursus yang dimulai 4 April lalu itu bertempat di Lantai 5 Gedung Kuliah Bersama (GKB) I Kampus III UMM. Seratus instruktur yang merupakan mahasiswa semester VIII dan tengah menempuh mata kuliah English for Young Learner (EYL)

III mendampingi para siswa belajar Bahasa Inggris hingga pertengahan Juni nanti. “EYL itu mata kuliah yang mengajarkan mahasiswa agar mampu menjadi guru Bahasa Inggris untuk anak usia SD,” terang Fardini. Salah satu instruktur kursus, Linda Mayasari menerangkan bahwa kursus kali ini akan lebih memudahkan siswa belajar dengan cepat dan fun. Pasalnya, selain tiap kelas masingmasing diampu oleh 3 instruktur, 3 orang advisor juga ditugaskan untuk membantu kebutuhan siswa. “Advisor membantu murid-murid kalau ada yang menangis, kurang paham proses pembelajaran, tidak bisa mewarnai, atau mau ke belakang (kamar mandi, red.),” ujar mahasiswi asal Jember itu. Kelas kursus dibagi menjadi 5 jenjang dan masing-masing diisi mak simal 25 siswa. Tujuannya, un tuk memberikan kesempatan siswa berkembang dan mendapat perhatian penuh pada proses belajar-mengajar. Linda berharap, s e l a i n m e n d a p a t i l mu ya n g bermanfaat, para siswa me rasakan nikmatnya belajar Bahasa Inggris dengan berbagai metode yang ada. mg_osa

Dialog Akademik Mahasiswa TI

Tuntut Akreditasi Jurusan Dialog akademik mahasiswa kembali digelar. Kali ini, giliran mahasiswa Jurusan Teknik Industri (TI) menyampaikan aspirasinya. Acara tersebut diselenggarakan di Aula BAU (5/4). Dialog membahas akreditasi jurusan, kurangnya kualitas laboratorium, dan beberapa masalah teknis jurusan seperti kewajiban mahasiswa untuk membeli jurnal jurusan. Dalam kesempatan tersebut, banyak mahasiswa melontarkan kekecewaannya terhadap Akreditasi C yang disandang Jurusan TI. Akreditasi tersebut dianggap membuat masyarakat memandang Jurusan TI dengan sebelah mata. Menurut mereka, hal itu bukan hanya terkait alumnus atau mahasiswanya, namun kredibilitas jurusan pun dipertanyakan. Para mahasiswa berharap akreditasi dapat segera ditingkatkan. Beberapa yang sudah melakukan Praktek Kerja Nyata (PKN) mengeluhkan status akreditasi yang cukup menjadi kendala bagi mereka di lapangan, terutama pandangan pihak perusahaan tempat PKN.

”Kami kurang dianggap dan cenderung dikesampingkan dibanding mahasiswa dari kampus lain yang nilai akreditasinya lebih baik,” ungkap Amelia, mahasiswa semester akhir. Menanggapi hal itu, pihak jurusan yang diwakili Ketua Jurusan TI, Annisa Kesy Garside, mengatakan dalam waktu dekat ini memang belum ada rencana peningkatan akreditasi. Namun, tim visitasi sudah terbentuk sejak awal. ”Yang sekarang kami butuhkan adalah kerja sama dari semua pihak, termasuk mahasiswa sendiri,” jelasnya. Sementara itu, menurut penuturan Kepala laboratorium TI, Dyah Retno P., berkas borang (formulir akreditasi, red.) sudah dikirim sejak 2009 lalu. Namun, karena peraturan dan tata tertib untuk tahun 2010 ini berubah, maka berkas-berkas borang itu pun harus disesuaikan dengan tata tertib borang terbaru. ”Untuk itu jurusan harus menyu sun ulang semua berkas akreditasi. Mudah-mudahan dalam wa k tu d e k a t b i s a te rl a k s a n a ,” harapnya. sya

Film, Jangan Hanya Ditonton “Film tidak hanya untuk sekadar ditonton karena di dalamnya juga mengandung pesan-pesan moral yang ingin disampaikan”, ujar Cindy Prihesti, salah satu pembedah pada aca ra Festival Film (6/4). Acara yang di motori Kine Club itu bertempat di Gedung Student Center (SC) UMM dan diikuti sekitar 30 peserta. Acara tersebut membedah tiga film, Cheng-Cheng Poo, Sarung Petarung, dan Persona. Ketiganya merupakan kategori film favorit versi Malang Film Video Festival (Mafvifest) Maret lalu. Cheng-Cheng Poo merupakan film dengan latar belakang perbedaan budaya. Dipaparkan Cindy, film berdurasi 30 menit tersebut berusaha menyatukan perbedaan budaya Cina, Jawa, dan Papua dalam persahabatan anak-anak Sekolah Dasar (SD).

Sedangkan Sarung Petarung mengusung pesan agar anak-anak usia Sekolah Menengah Atas (SMA) menjauhi pergaulan bebas, terutama free sex. “Film ini menjadi nominasi film dokumenter terbaik karena ide ceritanya banyak diminati anak muda sekarang,” ungkap Cindy. Sementara Persona merupakan kategori stop motion berdurasi tiga menit. Walaupun singkat, film bertemakan cinta dan kasih sayang sesama manusia itu berhasil menyentuh hati para pecinta film hingga menjadi salah satu film favorit. “Secara keseluruhan, ketiga film tersebut sudah memenuhi syarat teknis pembuatan film. Ketiganya patut ditonton siapa saja karena selain ide-ide yang disajikan sangat kreatif, pesan yang disampaikan pun dalam,” ujarnya mengakhiri. sya


BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

SUARA KAMPUS

7

Depot Film untuk UMM Baru: Mahasiswa UMM saat menikmati fasilitas depot video yang ada di perpustakaan pusat UMM.

umam/Bestari

Bertempat di Lantai 3 Perpustakaan Pusat UMM, Yayasan Kampung Halaman (YKH) dengan menggandeng

UMM me-launching Depot Film (13/3). Acara tersebut dihadiri perwakilan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata, dosen komunikasi dan sekretaris Perpustakaan Pusat UMM, serta diikuti beberapa komunitas film kampus di Malang, antara lain Kine klub (UMM) dan Societo (Universitas Brawijaya). Depot Video merupakan sebuah komputer berisi database video komunitas, yang penempatannya masih terbatas. Di Indonesia baru ada lima lokasi, salah satunya Malang, tepatnya UMM. Depot Video itu diharapkan bisa menunjang pendidikan di kalangan mahasiswa maupun para dosen. Demikian diungkap Sekretaris Perpustakaan pusat UMM, Tri Wahyuni, saat membuka acara tersebut. Satu Depot Video berisi 50 video dari 15 daerah berbeda. Pihak

Pendidikan Harus Tetap Diperjuangkan Menulis fiksi bukan hal mudah, apalagi jika dilakukan oleh seorang akademisi. Namun, tidak bagi Pradana Boy ZTF. Dia membuktikan bahwa siapa saja bisa menulis, fiksi maupun non fiksi. Novel per tamanya, Sang Penakluk Ombak dibedah dalam Forum Studi Pustaka (Forstupa) di Ruang Sidang Ekonomi (13/4). Dosen Sastra Indonesia, Arief Budi Wurianto yang saat itu bertindak sebagai pembanding mengaku harus mengacungkan jempol untuk novel berlatar budaya Lamongan itu. “Novel ini perlu mendapat apresiasi karena tidak mudah bagi seorang ilmuwan untuk menulis fiksi,” pujinya kepada Boy, panggilan akrab Pradana Boy.

Novel tersebut bercerita tentang seorang anak pesisir yang berjuang demi pendidikan, yang tidak lain adalah Boy sendiri. Ia menuturkan kisah nyatanya pada novel yang mulai dicetak Maret lalu. Bagi Boy, pengalaman masa kecilnya, ketika ia tidak mendapat tempat yang baik dalam pendidikan, perlu diberitahukannya kepada orang lain. “Saya rasa semua orang harus tahu bahwa pendidikan harus diperjuangkan setinggi-tingginya. Buku ini menceritakan perjuangan saya melawan kemiskinan demi pendidikan dan cita-cita dengan latar belakang budaya pesisir utara Lamongan yang terbuka dan egaliter,” aku dosen Syari’ah UMM tersebut.

Arif menyebut novel Boy termasuk dalam sastra tutur, sehingga tidak terlalu menggambarkan konflik. “Tidak terdapat konflik kuat dalam novel ini, hanya berupa penuturan penulis tentang pengalaman pribadinya,” ungkap dosen yang suka menulis puisi tersebut. Meski demikian, Arif tetap mengakui kehebatan Boy dalam menulis sebuah novel. Apalagi novel itu adalah cerita pribadinya sendiri. “Setidaknya dapat menjadi pemantik semangat dan gairah berkarya di kalangan mahasiswa dan dosen UMM,” ujarnya. “Kita adalah kampus besar dan harus menghasilkan karya-karya dan gagasan-gagasan besar,” harap Arif yang segera diamini Boy. sya

Koordinasi RuƟn Peace Corp

Bekali Sukarelawan dengan Pengetahuan Gender Sukarelawan asing asal Amerika yang tergabung dalam Peace Corp kembali mengadakan koordinasi rutin dua minggu-an. Mereka mengikuti pembekalan yang diadakan di Aula Sidang Pembantu Rektor I (2/4). Acara bertema “Lets Go to The Hub” tersebut diikuti oleh 20 orang sukarelawan dari berbagai negara bagian Amerika. Menurut penuturan koordinator mukim sukarelawan, Achmad Habib, selama tiga bulan ini mereka akan tinggal di desa-desa yang tersebar di Kota Batu yaitu Junrejo, Tlekung, dan Bumiaji. Tiap dua minggu diadakan koordinasi di pusat. Pada kesempatan itu, para sukarelawan mendapatkan materi mengenai hal-hal teknis yang terangkum dalam tujuh rangkaian materi, yaitu:

Community Meeting, Police Address, Gender Roles, First Aid and Avian Flu, Safe Transportation, Infectious Disease Medical Box, dan Debrief School Visit. Beberapa akademisi UMM ditunjuk menjadi pemateri. Salah satunya Fardini Sabilah yang berbicara mengenai gambaran gender di Indonesia. Sedangkan materi yang sifatnya teknis disampaikan oleh pakar di bidangnya, seperti Sukmawan dari kepolisian yang memberikan arahan tentang keamanan dalam berpergian. Menurut penuturan Habib, UMM hanya sebatas mitra kerja dan untuk penempatan sukarelawan menjadi urusan pemerintah. “Usai pelatihan ini, mereka akan tinggal selama dua tahun di berbagai wilayah di Jawa Timur,” ungkapnya.

Dosen FISIP tersebut menambahkan, peserta akan dikenalkan mengenai budaya, bahasa, dan cara pengajaran. “Mereka nantinya akan ada yang mengajar. Untuk itu, kami bekerjasama dengan SMU 8 dan MAN 3 Malang, ” terang Homestay Coordinator Peace Corp tersebut. Salah satu peserta bernama Collins mengungkapkan, motivasinya bergabung dengan Peace Corp adalah ingin menciptakan sesuatu yang berbeda di dunia ini. Wanita berusia 61 tahun itu mengaku tertarik menjadi sukarelawan setelah putrinya bergabung lebih dulu dan ditempatkan di Malawi, Afrika. “Saya sudah tua tapi semangat saya masih muda,” ujarnya dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata. ans

YKH mengajak para peserta untuk mengirimkan video hasil karya mereka ke YKH. “Video yang lulus seleksi akan dimasukkan ke dalam Depot Video. Videonya juga bisa diperbanyak dan disebarluaskan,” terang perwakilan YKH, Saskia Nur Anggraini. Kampung Halaman adalah yayasan yang mewadahi video-video komunitas dan saat ini membidik anak-anak muda untuk berkreasi. “Kampung Halaman bekerja bareng anak-anak muda untuk mengangkat kisah-kisah yang ada di lingkungan atau komunitas mereka,” jelasnya. Ditanya alasan penempatan Depot Video di Kampus Putih, wanita lulusan S1 Antropologi itu mengaku, UMM adalah kampus

swasta terunggul dan komunitas filmnya juga bagus. "Selain itu, sineas muda Malang biasanya ngumpul-nya di Kampus Putih,” ujarnya. Sementara itu, dosen Ilmu Komunikasi UMM, Novin Farid Styo Wibowo memaparkan pentingnya video komunitas. “Dengan video komunitas, maka kita akan mengetahui kondisi daerah-daerah di Indonesia yang selama ini tidak cukup terekspos,”ungkapnya. Dalam kesempatan tersebut juga ditayang kan tayangan video ka r ya mahasiswa Universitas Islam Jambi berjudul Susah Tapi Lalu dan video berjudul Aja Kawin Muda yang mengisahkan kebiasaan kawin muda di Indramayu. mg_ ynm

Pasar Minggu Kewirausahaan Mahasiswa

Wadahi Minat Usaha Wirausahawan Muda Ramai: Meskipun pertama dibuka, pasar minggu UMM langsung ramai dikunjungi mahasiswa dan masyarakat umum.

umam/Bestari

Bertempat di Lapangan Parkir Masjid A.R. Fachruddin, UMM menggelar Pasar Minggu Kewirausahaan Mahasiswa dan Wisata Kampus (11/4). Pasar yang buka perdana tersebut dimulai pukul 06.00 hingga tengah hari. Hafid Friadi, panitia penyelenggara, mengungkapkan pasar minggu yang digagas Fakultas Ekonomi (FE) UMM itu merupakan tempat untuk mengasah kemampuan wirausaha mahasiswa. Tidak hanya menyediakan berbagai stan, pasar itu juga menyajikan hiburan live music. “Pasar ini diselenggarakan oleh Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP). Namun, peserta tidak dibatasi dari kalangan mahasiswa UMM saja, warga lain juga bisa bergabung di sini. Biar sedikit rileks, kami suguhkan hiburan,” ujar Hafid. Pada pembukaan itu, pasar minggu menampilkan 74 stan. Selain makanan ringan dan berat, ada stand yang menampilkan hasil karya mahasiswa. “Alhamdulillah, meski baru pertama kali, seluruh stand terisi penuh. Bahkan, karena banyaknya permintaan, insya’allah minggu depan

kami menambah jumlah stan,” tuturnya. Bagi mahasiswa atau warga umum yang ingin bergabung, biaya sewa stand dipatok Rp. 15 ribu per harinya. Namun panitia memberi diskon jika menyewa selama satu bulan, yaitu cukup membayar Rp. 50 ribu. “Jika berminat, mahasiswa atau warga sekitar bisa mendaftarkan diri di stan kami,” tambahnya. Pembukaan dihadiri Pembantu Rektor II UMM, Mursidi. Saat memberikan sambutan, ia mengungkapkan bahwa pasar yang digelar mingguan tersebut merupakan ajang pembelajaran. “Usaha besar berawal dari usaha kecil yang terus dikembangkan. Mudahmudahan para mahasiswa bisa jadi pengusaha yang handal di masa depan,” harapnya. Mahasiswa, tambahnya, harus berusaha optimal dan sungguh-sungguh. Ia secara tegas mendukung dan mengapresiasi adanya pasar minggu tersebut. “Semoga kegiatan ini terus berlangsung dan berkembang. Selamat berbisnis dan berdagang,” ucapnya mengakhiri sambutan. mg_ abi

PB UMM Imbangi PB Profesional Panderman Kampus Putih mampu mengukir prestasi di dunia olahraga tidak hanya dari mahasiswanya. Dalam pertandingan persahabatan yang bertempat di Dome UMM (3/4), Tim Veteran Persatuan Bulutangkis (PB) UMM yang terdiri dari dosen dan karyawan berhasil mengimbangi tim profesional PB Panderman dengan agregat 7-7. PB UMM yang dipunggawai 16 atlet mampu bermain ketat dan mencetak tujuh kemenangan pada laga persahabatan melawan PB profesional asal Kota Batu tersebut. Pada tiga partai pertama, PB UMM berhasil memborong kemenangan dari PB Panderman. Pasangan Mimin-Kholis menang dengan skor 30-9, Suroto-Irji’i dengan

skor 30-12, dan pasangan NurudinSumali mampu unggul setelah bersaing ketat dengan skor 30-21. Sementara itu, 5 pasangan UMM lainnya yaitu Yoyok-Heri, WahidSutrisno, Sudjalil-Suwignyo, Supriyadi-Ridlo, dan Baiduri-Faqih harus legowo menerima kekalahan setelah berlaga menghadapi atlet professional persatuan bulutangkis yang bermarkas di Jalan Panderman itu. Di enam game terakhir, pasangan dari Kampus Putih berhasil mengejar ketinggalan setelah pasangan WahidRidlo, Sumali-Sudjalil, Ridlo-Heri, dan Mimin-Baiduri berhasil memetik kemenangan dengan skor masingmasing 30-11, 30-13, 30-29, dan 3025. Sedangkan pasangan SurotoSupriadi kalah dengan skor 15-30

dan pasangan Sumali-Sudjalil yang bermain untuk kedua kalinya ternyata harus berakhir pada skor 2430. Dengan memenangkan tujuh pertandingan dari total 14 partai, Sudjalil mengaku merasa bangga sekaligus puas dengan laga persahabatan yang berakhir tengah malam itu. “Dengan olahraga, dosen dan karyawan UMM dapat hidup lebih sehat sekaligus menjalin kekeluargaan. Jadi, kami tidak hanya mengejar kemenangan,” ujar dosen senior Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM itu antusias. PB Panderman dalam kesempatan tersebut memuji kepiawaian Tim Veteran PB UMM. Pasalnya, meski terbilang sudah tidak muda lagi,

atlet veteran Kampus Putih mampu bermain enerjik dan kompak sehingga mampu mengimbangi PB yang terdiri dari atlet profesional itu. “Dengan

bulutangkis kita jadi sehat dan pasti panjang umur,” ujar Gunawan Yuwono, atlet PB Panderman kepada Bestari usai pertandingan. mg_osa

dok/Bestari

Berpose: Tim bulu Tangkis PB UMM sesusai pertandingan


8 BESTARI

SUARA KAMPUS

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Munas Tarjih Muhammadiyah ke-27

Larang Nikah Siri, Haramkan Bunga Bank

umam/Bestari

Jelang Muktamar: Imam Baihaqie saat menjadi pemateri dalam lokakarya muktamar Muhammadiyah.

Semangat menyongsong Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta Juli mendatang, sekaligus sebagai usaha merumuskan konsep Tajdid Muhammadiyah, Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih Muhammadiyah ke27 dihelat di UMM (1-4/4). Sebanyak 160 ulama Tarjih Muhammadiyah seIndonesia hadir untuk merumuskan solusi permasalahan fikih serta agenda besar Muhammadiyah di usianya yang kedua abad nanti. Pada Pembukaan Munas yang bertema Tajdid Sosial yang Berkeadilan Menuju Masyarakat Utama (1/4), Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Nasaruddin Umar hadir mewakili Menteri Agama Republik Indonesia, Surya Dharma Ali.

Turut hadir pula Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, serta jajaran Ketua PP Muhammadiyah yakni Haedar Nashir, Yunahar Ilyas, juga Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah Syamsul Anwar serta Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Syafiq Mughny. Dalam iftitah (pembukaan, red.) Majelis Tarjih, Syamsul Anwar memaparkan perihal problem sosial yang coba dipecahkan dalam Munas, mulai dari masalah HAM, gender, hingga solusi menuju masyarakat utama. Syamsul menghimbau kepada seluruh elemen Muhammadiyah agar senantiasa memberikan bimbingan

dan pencerahan kepada masyarakat sesuai cita-cita luhur Muhammadiyah. Sementara itu, Din yang juga memberikan sambutan memperinci fikih-fikih yang akan digodok Munas selama 4 hari, diantaranya fikih perempuan, fikih tata kelola dan fikih al-Ma’un yang menjadi ciri khas Muhammadiyah. “Semuanya itu demi tujuan mulia untuk memberikan pencerahan, solusi, dan pemecahan problem ketidakadilan sosial dalam masyarakat,” ujarnya. Fatwa yang dihasilkan kemudian di antaranya pengharaman bunga bank swasta dan pemerintah karena termasuk riba, juga fatwa tentang rekrutmen yang sehat dalam pengisian posisi atau jabatan dalam organisasi pemerintahan yang diharapkan akan menyehatkan kondisi politik di Indonesia. Beberapa fatwa lainnya adalah pelarangan nikah siri dan sanksi bagi yang melanggarnya, kewajiban khitan, kewajiban suami memenuhi nafkah keluarga serta penentuan kembali waktu salat subuh. “Untuk menentukan waktu salat subuh bagi umat muslim diperlukan fatwa bahwa awal salat subuh di Indonesia harus memperhatikan posisi matahari 20 derajat di bawah ufuk,” papar Din saat membahas perihal wacana terlalu awalnya waktu salat subuh di Indonesia. Rangkaian acara Munas ditutup dini hari (4/4). Beberapa rekomendasi penting yang ditelurkan kemudian nantinya akan dibawa ke Yogyakarta untuk ditindaklanjuti keputusannya. sya/mg_osa

Said Tahuleley:

“DekaƟ Realitas, Temukan Akar KeƟdakadilan” Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Said Tahuleley kembali mengunjungi UMM (26/3). Dalam kajian singkat bersama beberapa jajaran dekanat UMM dan perwakilan lembaga intra UMM itu, ia mengatakan Muhammadiyah harus mulai mendekati realitas kehidupan masyarakat dan mencari akar ketidakadilan sosial di Indonesia yang berujung pada kemiskinan. Kedatangan Said ke Kampus Putih bersamaan dengan acara “Muhammadiyah Update” menjelang Muktamar 2010. Dijelaskan Said, pada Muktamar Muhammadiyah 2005, ditetapkan empat bidang penting yang akan ditangani oleh gerakan Muhammadiyah, yakni bidang pendidikan, persyarikatan petani, publik advokasi, dan pusat penanganan bencana. Program-program yang banyak berorientasi pada masyarakat kecil tersebut menurutnya harus terus disosialisasikan. Satu cara yang harus ditempuh untuk membantu

UMM, Center of Point Penanganan Sampah Indonesia Kerjasama segitiga antara Pemerintah Belanda, Kota Malang, dan UMM tentang landfill telah memasuki babak baru. Pemerintah Belanda yang diwakili oleh Willem Maaskant secara resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan UMM dan memperpanjang kontrak kerjasama dalam pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang, Malang (24/3). Selain itu, pada hari yang sama, Border Gateway Protocol (BGP) Engineering Belanda juga menyerahkan Laboratorium Flaring System kepada Kota Malang dan UMM sebagai pengelola, dalam Kuliah Tamu Teknik Sipil yang berlangsung di Auditorium Fakultas Ekonomi UMM. Pihak BGP Engineering telah mengalokasikan dana sekitar 200 ribu USD untuk proyek yang bertujuan mengurangi pemanasan global dan pencegahan perubahan iklim tersebut. Laboratorium untuk sistem pembakaran sampah tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia sebagai pusat pembelajaran dan penelitian mahasiswa, dosen, serta pihak pemerintah dari berbagai daerah di Indonesia. “Ada mata kuliah Solid Waste Management bagi mahasiswa Fakultas Teknik dan Ekonomi. Mereka bisa mempraktekkan ilmunya di laboratorium itu,” terang Sekretaris Centre for Energy Environment and Regional Development (CEERD) UMM, Cantika Yuli. Rektor UMM, Muhadjir Effendy, dalam sambutannya berharap agar

petani misalnya dengan melakukan pendampingan dan penyuluhan tentang pengurangan biaya produksi. “Hal ini bisa dimulai dengan mendampingi petani untuk mengurangi penggunaaan pupuk kimia, sehingga mereka tidak terikat dengan para penyedia pupuk,” jelasnya. Selain itu, Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu juga menyinggung tentang pola siklus hasil pertanian di Indonesia. “Ketika membeli pupuk, harga pupuk ditetapkan oleh penjual. Namun saat panen, harga beras ditentukan oleh pembeli. Dengan pola seperti ini maka para petani di Indonesia akan tetap miskin,” paparnya prihatin. Selain itu, dikatakan Said, saat ini kemampuan masyarakat untuk melakukan publik advokasi (pengambilan keputusan publik. red) lemah sehingga pola-pola ketidakadilan sosial masih terus bercokol di Indonesia, “Bahkan, kita seringkali menjadi rakyat-rakyat yang terjepit pada kebijakan-kebijakan dewan yang tidak realistis,” ujarnya. mg_ynm

umam/Bestari

Ayo Bangkit: Said Tuhuleley (tengah) memberikan dorongan semangat kepada gerakan mahasiswa UMM untuk turut serta berperan aktif dalam masyarakat.

Rumah VerƟkal, Rumah Masa Depan

umam/Bestari

Serah terima: Rektor UMM, Muhadjir Effendy didampingi Laode M. Kamaluddin menerima laboratorium flaring system dari Pemerintah Belanda.

laboratorium tersebut dimanfaatkan mahasiswa UMM dan pemerintah daerah sebagai pusat pembelajaran dan penelitian gas metan. “Bagi UMM, yang terpenting adalah untuk pendidikan dan penelitian,” ungkapnya. Sementara itu, Direktur PT. Daya Eco Carpenter, Laode M. Kamaludddin, dengan melibatkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang menargetkan UMM sebagai center of point di Indonesia dalam menangani masalah sampah dengan sistem Solid Waste Management. “UMM nantinya bisa menjadi

percontohan bagi pemerintah daerah di Indonesia sebagai pengelola sampah yang bisa menghasilkan energi listrik,” paparnya. BGP Engineering merupakan perusahaan Belanda yang bergerak di bidang pembaruan energi. Perusahaan tersebut memberikan pelatihan yang dilakukan di Belanda bagi tujuh dosen UMM. Tidak hanya itu, Kampus Putih juga mendapatkan kesempatan dari pemerintah Belanda untuk mengirimkan mahasiswanya ke sana. “Suatu saat dosen dan mahasiswa UMM mendapatkan kesempatan belajar ke Belanda,” ujar Laode. mg_umam/abi

Setelah sebelumnya mendapat kunjungan Kepala Bidang Rumah Susun Menengah dan Mewah, Kementerian Perumahan Rakyat beberapa bulan lalu (26/10), Rusunawa kembali mendapat kunjungan langsung dari Menteri Perumahan Rakyat (Menpera), Suharsono Monoarfa (26/2). Dalam kunjungan tersebut, Suharsono berkesempatan menyampaikan kuliah tamu dan berdialog dengan peserta Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK) Angkatan ke-22. Di depan para peserta P2KK, Suharsono mengatakan, masyarakat Indonesia akan terus berkembang dan lahan permukiman semakin sempit. Hal tersebut menjadikan rumah susun sebagai satu solusi alternatif di tengah semakin padatnya pemukiman. “Oleh karena tanah semakin sempit, maka rumah masa depan akan cenderung berbentuk rumah susun atau rumah vertikal seperti ini,” ungkap Menpera yang pernah menjadi murid Malik Fadjar pada tahun 70-an itu. Menjawab pertanyaan salah seorang peserta P2KK tentang ada

tidaknya kemungkinan pendirian rusunawa di setiap universitas oleh Kementerian Perumahan Rakyat, Suharsono menjawab hal tersebut memang menjadi harapan Pemerintah. Namun, karena keterbatasan dana, sebagai langkah awal pemerintah menstimulasi beberapa universitas terlebih dahulu. “Hari ini, konsep rumah idaman itu adalah baiti jannati (rumahku surgaku). Berdasarkan Undangundang Dasar (UUD) Nomor 28 H, rumah menjadi bagian dari hakhak asasi manusia, di mana setiap pemukiman harus diusahakan untuk menjadi hunian yang nyaman dan sehat,” tutur menteri yang pernah tinggal di Malang itu. Didampingi Rektor UMM, Muhadjir Efendy dan Mantan Rektor UMM, Malik Fadjar, Suharsono menyampaikan pemerintah akan berusaha mewujudkan setiap keluarga Indonesia mempunyai hunian yang sesuai dengan UUD. “Pemerintah mengusahakan dua juta rumah setiap lima tahun ke depan untuk keluarga Indonesia. Namun, sebenarnya itu masih jauh dari cukup,” ujarnya. nin


BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

SKETSA

9

Bosan yang Ilmiah, Rambah Fiksi Bagi Boy, sapaan akrab Pradana Boy ZTF, menuntut ilmu adalah sesuatu yang sangat penting. Hal ini ia buktikan dengan menyabet beasiswa studi Strata 3 ke Singapura pertengahan tahun 2010 ini. Diakui Boy, meski ini adalah ini adalah kali kedua keberangkatannya ke luar negeri melalui program beasiswa, meraih scholarship bukanlah tuk berhasil suatu hal yang mudah. Untuk kan sebuah mendapatkannya, dibutuhkan arus dicari. perjuangan. “Beasiswa harus stan,” tutur Kita tidak boleh berfikir instan,” tif di Pusat dosen yang juga saat ini aktif SIF) UMM Studi Islam dan Filsafat (PSIF) tersebut. da ilmu peDemi kecintaannya pada ngetahuan, pria kelahiran Lamongan tiga puluh empat tahun silam ini lmu, tidak mengkaji lintas disiplin ilmu, aja. Meski berhenti pada satu bidang saja. irinya tidak demikian, bukan berarti dirinya n ilmu. memiliki satu fokus disiplin ai bidang “Mempelajari berbagai ilmu bukan berarti kita belajar seus ada satu tengah-setengah. Tetap harus bidang ilmu yang dikuasai. Kemudian, bandingkan dari sinilah kita bisa membandingkan antara satu ilmu dengan ilmu lain,” ng mengisi papar dosen yang sering nal hingga berbagai seminar nasional internasional tersebut. engkaji Usahanya dalam mengkaji berbagai ilmu tak lantass beratan. Pria jalan mulus tanpa hambat an yang dianggap sebagian orang berpikiran liberal inii mengatakan ia tidak bisa menolak penilaian orang lain terhadap dirinya. “Itu kan penilaian orang dan orang berhak menilai apa saja. Bila dikatakan liberal dalam pemikiran, memang iya, tapi, hal ini tidak sampai merambah pada wilayah ibadah,”

tegas lulusan Master of Arts (Asian Studies) dengan beasiswa Pemerintah Australia di bidang gerakan dan pemikiran Islam kontemporer di Asia Tenggara tersebut. Lebih lanjut, Boy menegaskan tidak ada salahnya liberal dalam pemikiran asalkan tidak melampaui batas-batas yang seharusnya. “Pertama, tidak sampai merambah akhlak. Kedua, liberal tidak boleh terjadi pada wilayah ibadah. Ketiga, liberalisasi di sini adalah tentang bagaimana hubungan agama dengan sosial masyarakat agar dapat berjalan beriringan,”tegas Boy. Selain mantap mengkaji berbagai ilmu hingga ke berbagai negeri, Boy juga aktif menulis di berbagai media dan menghasilkan karya dalam bentuk buku. Pria yang berasal dari latar belakang pendidikan Muhammadiyah tersebut mengaku, kegemarannya menulis sudah muncul sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Dikisahkan Boy, untuk novel pertamanya, Sang penakluk Ombakk menceritakan tentang pertarungan anak pesisir melawan kemiskinan, keterbelakangan, dan keangkuhan.

Keangkuhan telah melahirkan hinaan dan cemoohan kepada kelompok yang miskin dan terbelakang. Tetapi, hinaan dan cemoohan itu telah menjadikan Abdul, tokoh utama dalam novel ini, bertekad menyejajarkan diri dengan para penghinanya. Kisah perjuangan yang digambarkan dalam novelnya akhirnya mengantarkann y a m e n j a d i sosok Boy yang sekarang. Kini, ia menjadi penu l i s, d o s e n , dan pembicara di berbagai seminar “Untuk melanjutkan kuliah S1

di sini dulu, Ayah saya sampai harus menjual tanah dan sapi. Hal ini karena memangterganjal persoalan dana,” kenangnya. Dulu, awalnya Boy berkeinginan untuk mengambil Jurusan Bahasa Inggris FKIP. Namun, karena keterbatasan dana, akhirnya ia mengambil Jurusan Syari’ah FAI UMM. Dengan bekal ilmu yang didapat ssejak duduk di bangku Madrasah (Seti tingkat Sekolah Dasar) hingga SMA M Muhammadiyah, Boy akhirnya bergelu lut pada bidang ilmu yang pada akhirn nya menjadikan ia sebagai pemikir pada b bidang Ilmu Hukum Islam. Kini, dosen yang menulis tesisn nya tentang tentang pertarungan pem mikiran di Muhammadiyah antara

kelompok yang berorientasi liberal (progresif) dengan konservatif ini tengah sibuk mempersiapkan novel keduanya. “Novel selanjutnya akan bercerita tentang kisah perjalanan kuliah saya di Australia, termasuk liku-liku perjalanan ketika anak pertama saya lahir di Canberra. Sangat menegangkan. ketika harus membagi waktu untuk studi dan keluarga, sementara studinya sendiri juga sangat ketat dan memerlukan konsentrasi tinggi,” ungkap dosen muda yang mengaku menulis novel karena merasa bosan menulis karya ilmiah, aktivitas yang selama ini dilakukannya. nin

BIODATA

Riwayat Pendidikan MI Muhammadiyah 05 Mencorek-Brondong-Lamongan (1989) MTs Muhammadiyah 02 Sedayulawas-Brondong-Lamongan (1992) SMA Muhammadiyah 09 Sedayulawas-Brondong-Lamongan (1995) S-1 hukum Islam, FAI Universitas Muhammadiyah Malang (1999) S-2 The Australian National University Canberra, Australia (2007) Pekerjaan dan Pengalaman Organisasi - Dosen FAI, Universitas Muhammadiyah Malang (2001-skrg). - Anggota presidium Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM). - Ketua Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat (LPAM) Pemuda Muhammadiyah Kota Malang. - Direktur Eksekutif Center for Religious and Social Studies (RëSIST) Malang. - Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. - Ikatan Remaja Muhammadiyah.

heni/Bestari

Pradana Boy ZTF

Karya-Karya Terbaru - Sang Penakluk Ombak (Novel) diterbitkan oleh RESIST Literacy Malang, 2010 - Semua Umatku Masuk Surga, Kecuali... (Masmedia Buana Pustaka, 2009). - Para Pembela Islam: Pertarungan Konservatif-Progresif di Tubuh Muhammadiyah (Gramata Publishing, Jakarta, 2009). - Fiqih Jalan Tengah: Dialektika Hukum Islam dan Masalah-masalah Masyarakat Kontemporer (Grafindo Media Pratama, Jakarta, 2008). - Era Baru Gerakan Muhammadiyah (UMM Press, Malang, 2008).

Tak Cukup Hanya dengan "Ingin" Untuk menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktekkannya. Orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakukannya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil tanpa ada usaha

heni/Bestari

dan kerja keras untuk memilikinya. Ungkapan Penulis terkenal asal Amerika, Stephen King itulah yang kemudian berusaha dipraktekkan oleh Muhammad Rajab Mahasiswa yang memiliki motto “Hidup Sekali, Hiduplah yang Berarti” ini sudah mulai menulis sejak duduk di bangku SMA. Akan tetapi, saat itu keinginan untuk mempublikasikan tulisannya tidak terfasilitasi. Hal ini tidak lantas membuat mahasiswa Jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam itu berhenti menulis. Saat ini, mahasiswa yang juga anggota Student’s Cultural Studies Club Lembaga Kebudayaan UMM tersebut telah banyak menulis artikel dan mengirimkannya ke berbagai media. keberhasilan yang diraihnya sekarang diawali dengan banyaknya kegagalan tulisannya menembus media waktu itu. Namun, hal ini justru membuat pria berkulit sawo matang tersebut tertantang untuk terus menulis dan mencari tahu dimana letak kekurangannya. Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh dia akan berhasil. setelah kega galan demi kegagalan, ker ja keras dan usaha Rajab pun

Muhammad Rajab

akhirnya terbayar. Beberapa tulisan hasil karyanya mendapat pengakuan dari media. Saat ini, mahasiswa yang selalu tampil sederhana itu telah menulis tidak kurang dari 150 artikel yang dimuat baik di media lokal maupun media nasional. Berbagi pengalamannya, Rajab menjelaskan bahwa buku yang saat ini telah banyak tersedia di beberapa toko buku tersebut, mulai ditulisnya sejak menempuh semester tiga. Terhitung sekitar satu tahun buku itu selesai dikerjakannya. Tidak puas hanya dengan menulis di media, mahasiswa asal Madura ini bersama seorang temannya bertekad menulis buku. akhirnya, dari tangan dingin keduanya, lahirlah The Secret of Friendship. Berbagi pengalamannya, Rajab menjelaskan bahwa buku yang saat ini sudah tersedia di beberapa toko buku ini mulai ditulisnya sejak semester tiga. terhitung agak lama, satu tahun, buku tersebut akhirnya berhasil diselesaikannya juga. Selama proses itu bukannya tanpa lika-liku. setelah buku selesai ditulis, Rajab masih harus berjuang keras untuk meyakinkan pihak penerbit. Lelah menunggu jawaban, Rajab dan temannya hampir putus asa dan hendak menarik kembali tulisannya dari penerbit pertama untuk dicoba di penerbit lain. Namun, tepatnya pada bulan Agustus 2009, ia mendapat konfirmasi dari pihak penerbit yang bersedia

untuk menerbitkan tulisannya. Akhirnya, setelah satu tahun mengendap di penerbit, pada bulan Maret 2010 buku pertama mahasiswa yang tengah menempuh semester enam itu, dilaunching. The Secrets of Friensdship merupakan sebuah buku motivasi yang menggambarkan keadaan sosial masyarakat dan makna sebuah persahabatan. Tidak hanya itu, buku tersebut juga mengulas bagaimana menjaga hubungan tersebut yang ditinjau dari berbagai perspektif, yaitu Islam, sosiologi, dan psikologi. Bagi pria kelahiran Sumenep dua puluh tiga tahun silam ini, kunci utama untuk menjadi penulis adalah memiliki keinginan dan mau memulai. Selanjutnya, harus ada ada kontinuitas yang melekat dalam diri si penulis. Hal ini menegaskan, baginya keinginan saja tidak cukup tanpa segera memulai menulis. “Setelah memulai menulis pun seringkali muncul kejenuhan dan tiba-tiba berhenti. Di sinilah kemauan untuk tetap melanjutkan atau kontinuitas itu perlu,” papar peraih Juara I lomba Debat Bahasa Arab PIMNAS 2008 Unisula Semarang itu. Untuk mengatasi kejenuhan dan mencari inspirasi, cara yang dipilihnya adalah dengan banyak membaca. “Dengan banyak membaca, ide-ide itu nanti muncul dengan sendirinya,”ujarnya. Disamping itu, sebagai mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi, kesibukan lain juga menjadi kendala tersendiri. “Perlu manajemen waktu

antara organisasi dan kuliah dengan kegiatan menulis. yang terpenting tentukan deadline,” ungkapnya. nin

BIODATA Nama : Muhammad Rajab NIM : 07110037 Jurusan : Tarbiyah FAI UMM TTL : Sumenep, 24 Juni 1986 Alamat : Angon-Angon Arjasa Sumenep Motto Hidup : Hidup Sekali, Hiduplah yang Berarti Riwayat Pendidikan - SDN Angon-Angon 1 Arjasa Sumenep lulus 2000 - Mts YPPMI Kalikatak Arjasa Sumenep lulus 2003 - Ponpes dan MA Al-Ishlah Bondowoso lulus 2006 - Jurusan Tarbiyah FAI UMM Sampai Sekarang Prestasi yang pernah diraih - Juara 1 lomba Debat Bahasa Arab PIMNAS 2008 Unisula Semarang - Lolos PIMNAS LKTM al-Quran 2009 Brawijaya Malang - Artikel tersebar di berbagai media nasional dan lokal (+ 150 artikel) - Menulis Buku The Secrets of Friendship, diterbitkan oleh PRESTASI Jakarta Pengalaman organisasi - Imaratus Syuunith Thalabah (IST) 2002-2003 - Ikatan Santri Al-Ishlah (ISLAH) 20042005 - Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) 2006-2007 - IMM Tamaddun FAI UMM 20082010 - Forum Studi Islam (Forsifa) 20082010 - Anggota Student’s Cultural Studies Club Lembaga Kebudayaan UMM 2010


10 BESTARI

SUARA KAMPUS

No. 260 /TH.XXII/MARET/2010

AkƟvitas Parkour Kampus PuƟh

Bukan Olah Raga Ekstrim Puluhan anak muda berlari dan melompat lincah di taman. Layaknya atlet profesional, mereka melompati pagar dan berguling cepat. Aksi melompat-lompat selincah Jackie Chan tersebut dilakukan sekelompok pemuda Parkour Cabang Malang saat melangsungkan latihan rutin di area Kampus Putih, (25/3). Kelompok bernama “Play-On” itu beranggotakan lebih dari 50 orang. Beberapa mahasiswa UMM tergabung di dalamnya dan menjadi anggota tetap olahraga yang diciptakan David Belle itu. Misal saja Syukron, salah satu alumnus Kampus Putih yang saat ini menjadi salah satu anggota terbaik Play-On dan kerap melatih anggota baru agar dapat melakukan gerakan

dengan benar. Parkour adalah seni bergerak dan metode latihan natural yang bertujuan membantu manusia bergerak cepat dan efisien. Menurut pelatih Play-On, Danial Syafhan, parkour dapat membuat pikiran dan tubuh menjadi lebih sehat. “Di parkour diajarkan untuk tidak mudah menyerah dan selalu optimis,” ujar atlet 22 tahun itu. Diungkapkan Danial, jika berlatih parkour dengan baik dan benar, tubuh bisa lebih sehat, pikiran fokus, dan jarang sakit. “Setelah rutin mengikuti latihan ini, mereka yang sudah bekerja bisa lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi,” terang Danial mengutip kesan dari anggota parkour.

Filosofi parkour adalah menghadapi rintangan dengan gerakan yang selaras dengan tubuh. Menilik sejarahnya, ayah David Belle adalah seorang ahli militer. “Gerakan parkour didasari gerakan serdadu saat melewati rintangan di peperangan,” terang Danial. Ke depan, ia dan segenap pecinta parkour berusaha secara intensif mengenalkan parkour kepada masyarakat. Dengan parkour, Danial yakin masyarakat akan lebih bersemangat hidup dan lebih produktif. “Parkour bukan olahraga yang ekstrim, melainkan jenis olahraga yang besar manfaatnya,” pungkasnya. mg_osa

PelaƟhan JurnalisƟk DIMPA 2010

Lahirkan Tulisan Lewat Ekspedisi Alam

umam/Bestari

Belajar: Arif selaku pemateri (berdiri) memberikan kiat-kiat dalam menulis kepada anggota DIMPA.

Ada yang berbeda dari aktivitas Divisi Mahasiswa Pecinta Alam (DIMPA) (31/3). Jika biasanya berekspedisi di alam terbuka, saat itu kelompok pecinta alam Kampus Putih itu menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik 2010 untuk meningkatkan kualitas anggotanya. Pelatihan yang bertempat di Ruang Sidang Student Center (SC) lantai IV itu disampaikan oleh Arief Hidayatullah.

“Berita adalah informasi yang disampaikan (ditulis. red) di media massa. Itu definisi jurnalistiknya,” ujar Dosen Ilmu Komunikasi UMM itu kepada peserta pelatihan. Ia menekankan, berita harus bersifat pasti dan tidak boleh dikarang karena merupakan pelaporan fakta atau persitiwa dengan benar dan sejelas-jelasnya. Standar penulisannya adalah dengan metode dasar 5W

dan 1H. “Yaitu what (apa), when (kapan), where (di mana), who (siapa), why (kenapa), dan how (bagaimana) terjadinya suatu peristiwa,” lanjut dosen yang ketika mahasiswa menjadi Redaktur Pelaksana Bestari itu seraya memberikan contoh. Dalam pelatihan yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itu, Arief mengajukan tantangan praktek formula 5W dan 1H yang disambut antusias oleh peserta pelatihan. Setelah menuliskan berita dengan formula penulisan tersebut, satu persatu peserta mempresentasikan tulisannya. “Meski mendadak, tulisan peserta sudah cukup baik untuk ukuran pemula,” ujar Arief saat mengomentari tulisan peserta. Menurut Ketua Pelaksana Pelatihan, Wiwid Sudarmawan, pelatihan yang merupakan program kerja Seksi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) DIMPA 2010 itu merupakan persiapan peliputan mandiri kegiatan DIMPA yang tidak terjangkau oleh pihak media. “Ke depan, diharap anggota DIMPA mampu menulis kembali dan membuat berita dari kegiatan yang dilakukan sehingga dapat dinikmati teman-teman lain yang tidak ikut kegiatan,” pungkasnya. mg_osa

Pentas Teater KatamaƟ FKIP

“Malam Jahanam” di Masjid A.R. Fachruddin “Bagaimanapun, dengan Soleman. dalam diri manusia Dengan alur cerita ada jahanamnya. Hayang unik dan dibumbui nya saja ada orang lawakan segar serta aksi yang sanggup untuk tinatural, kisah berakhir dak menjalankann ya ,” dengan kematian Solek a t a S o l e man yang man. Mat Kontan geram malam itu diperankan karena selain membunuh oleh Nuvanggit Riburung beonya, Soleman a n syahzudhitya, juga menghamili istrinya. mahasiswa Jurusan Penuh amarah, Mat KonBa ha sa Indonesia tan pun menghabisi SoleFa ku l tas Keguruan man karena dianggap dan Ilmu Pendidikan telah menghancurkan hiumam/bestari (FKIP) UMM pada dupnya. Pentas Teater KatamaTepuk tangan riuh Memukau: Pertunjukan teater katamati dengan lakon "Malam ti dengan lakon Malam beberapa kali terdengar meJahanam" membuat penonton terhibur. Jahanam (29/3). ngiringi pementasan. “Masosok sombong yang tidak peduli Bertempat di Lorong lam ini adalah malam paling lantai 1 Masjid A.R. Fachruddin dan dengan keluarganya. Setiap hari ia jahanam buat Mat Kontan,” ujar Dien dihadiri oleh undangan dari SD dan hanya sibuk mengurus burung beo Ratna Budiati, Pimpinan Produksi SMP Muhammadiyah se-Malang, kesayangannya. Pentas Teater Lakon tersebut. “AlhamSelanjutnya diketahui bahwa dulillah, meski anak baru, mereka pintar salah satu Lembaga Semi Otonom (LSO) FKIP itu menyuguhkan pentas ternyata Mat Kontan adalah pria bereksplorasi. Ke depan, kita akan mandul. Paijah, istri Mat Kontan membawa pentas teater ini menjadi teater yang terbilang unik. Dikisahkan, Mat Kontan (dipe- (diperankan Silvia, mahasiswi Bahasa pentas keliling ke Bojonegoro, Ngawi, rankan Eka Yusriansyah, mahasis- Indonesia 2009) yang sangat mengi- Madura dan Lumajang,” ungkap Ratna wa Bahasa Inggris 2009) adalah nginkan anak kemudian berselingkuh di sela-sela pementasan. mg_osa

Kenali Islam, Perbaiki Iman dan Takwa Berupaya mewadahi mahasiswa untuk lebih mengenal Islam, Unit Kegiatan Mahasiswa kerohanian Jamaah A.R. Fachruddin (UKMK-JF) menggelar acara Training Dienul Islam Intensif (Tradisi) II yang berlangsung di Ruang Multimedia Lt. 2 Masjid A.R. Fachruddin (12-14/3). Ketua panitia training, Ahyan Fuadi menjelaskan, kegiatan pencarian kader tersebut merupakan program kerja kepengurusan ke-12 Departemen Pengembangan Pemberdayaan Sumber Daya Muslim (PPSDM) yang kedua kalinya setelah Tradisi I pada Oktober (9-11) tahun lalu. “Selain mencari kader, kami bermaksud mengajak teman-teman untuk bersama-sama memperbaiki diri menjadi muslim yang sesuai dengan ketentuan Islam,” ungkap pria asal Balikpapan itu.

Selain seminar, acara yang berisi materi keislaman itu dikemas dalam bentuk kegiatan outbond dan nonton bareng. “Hal itu untuk mempermudah peserta dalam memahami dan mengenal Islam lebih jauh,” terang Ahyan. Ia menambahkan, dengan lebih mengenal Islam diharapkan peserta mampu meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya sebagai seorang muslim. "Berakhlak mulia merupakan kesempurnaan iman sebab akan membuahkan banyak hikmah dalam kehidupan kita. Sudah sepatutnya kita menjaga komitmen keislaman kita, seperti dengan beribadah dan berahklak baik,” terang Mursidi, Pembantu Rektor II UMM saat menyampaikan stadium general. mg_ineh

RAT IX Kopma

Agendakan Perluasan Lini Usaha Dengan tema “Reaktualisasi Semangat Koperasi Mahasiswa (Kopma) UMM demi Terwujudnya Generasi Kreatif, Inovatif, dan Solutif ”, Rapat Anggota Tahunan (RAT) IX Kopma UMM dihelat di Ruang Sidang Hukum Lantai II Gedung Kuliah Bersama (GKB) I, (3-4/4). RAT tersebut menghasilkan rencana perluasan lini usahanya. Seperti diutarakan Ketua Umum Kopma UMM 2009-2010, Agus Widodo, RAT kali ini membahas Laporan Pertanggungjawaban Pengurus tahun 2009-2010, rancangan kerja, serta pemilihan pengurus tahun yang baru. “Diagendakan juga pembangunan unit usaha baru. Ada catering dan juga konveksi,” ujar pria asal Jombang itu kepada Bestari. Untuk mewujudkan visi tema kegiatan “Generasi kreatif, inovatif, dan solutif ”, tahun ini Kopma akan melakukan perbaikan besar-besaran khususnya dalam bidang usaha meliputi administrasi, keanggotaan dan perbaikan lokasi Kopma saat ini. “Kita adalah koperasi, jadi tidak jauh dari usaha. Kami akan ditingkatkan

pembelajaran akuntansi keuangan agar Kopma lebih baik,” kata Agus menambahkan. Selain itu, rapat tersebut juga mewacanakan sistem baru keanggotaan Kopma yang akan diberlakukan bagi seluruh mahasiswa UMM. Tujuannya memberikan kemudahan pada mahasiswa dan wujud pengabdian Kopma kepada UMM ke depannya. “Dengan semua usaha ini, diharapkan Kopma bisa semakin berkembang dan terus maju,” papar Agus yang kini menjabat Dewan Pengawas Kopma. Dalam rapat yang dihadiri perwakilan Kopma se-Malang Raya dan utusan dari Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) itu, Rendy Fauzandy terpilih menjadi Ketua Umum Kopma UMM Periode 20102011. Sementara itu, dalam sambutannya, Kepala Bagian (Kabag) Minat Bakat UMM, Joko Siswanto menyampaikan ucapan selamat sekaligus harapan agar Kopma menjadi lebih baik lagi. mg_osa

Peringatan Hari Bumi 2010

Sehari Tanpa Asap dan Polusi

Tidak seperti biasanya, sejak pagi kampus UMM sepi dari lalulalang kendaraan bermotor (22/4). Mahasiswa yang membawa kendaraan bermotor harus memarkirnya di area Dome UMM yang jauh dari aktivitas mahasiswa. Pun, dosen yang selalu membawa masuk kendaraannya ke dalam kampus harus rela berjalan kaki untuk menuju kantornya masingmasing. Hal tersebut digagas oleh aktivis Divisi Mahasiswa Pecinta Alam (Dimpa) UMM dalam memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April. Mengusung tema “Melangkah Bersama, Menyelamatkan Bumi”, Dimpa menunjukkan aksi peduli lingkungan dengan membebaskan kampus dari asap kendaraan bermotor dan rokok. Meskipun aksi hanya dilakukan di areal kampus III UMM, ketua pelaksana kegiatan, Wiwid Sudarmawan yakin bahwa yang mereka lakukan bermanfaat bagi bumi. “Meski hanya di kampus, sedikit

banyak akan membebaskan bumi dari pengaruh global warming,” ujarnya. Aksi Dimpa tersebut mendapat dukungan dari jajaran rektorat dan dosen. Hal itu diungkapkan Pembantu Rektor III UMM, Joko Widodo saat membuka upacara peringatan Hari Bumi di depan wall climbing. “Saya dan Pak Rektor sangat mendukung kegiatan mahasiswa yang positif seperti ini. Jangan hanya satu hari saja, kalau bisa ke depannya lebih dari satu hari UMM dibebaskan dari polusi,” ungkapnya. Selain eliminasi asap polusi, Dimpa juga melakukan operasi semut dengan membersihkan kampus dari sampah, khususnya sampah non organik. Sedangkan di luar kampus, Dimpa melakukan penanaman 2010 pohon di Coban Talun (24/4) yang diikuti mahasiswa pecinta alam se-Malang Raya. mg_ umam


BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

SUARA KAMPUS

Pesantren Tarik Minat Mahasiswa Asing Bertempat di Ruang Sidang FISIP UMM, lima mahasiswa Australian Consortium For In-Country Indonesian Studies (ACICIS) melakukan “Work in Progress Seminar: 30th Group of ACICIS Student” (14/4). Thomas Edward Flemons mengawali seminar dengan presentasi penelitiannya terhadap novel Durga/ Umayi. Ia menilai, bahasa yang dipakai dalam novel tersebut cukup sulit dicerna. “Ada 4000 kata dalam Bahasa Indonesia yang sulit diterjemahkan,” papar pria asal London tersebut. Berbeda dengan Tom, sapaan akrab Thomas, Benita Kali Chudleigh meneliti kurikulum pondok pesantren di Jawa Timur. “Jumlah pondok pesantren tradisional mulai menurun. Namun, saya ingin mengetahui alasan orang tua menyekolahkan anaknya di pondok jenis ini,” jelasnya. Sementara itu, Lisa Clare Mapson, yang meneliti “Malingsia” dengan studi kasus ‘pencurian’ Reog Ponorogo. Ia mencoba mengungkap persepsi masyarakat terhadap pencurian yang dilakukan Malaysia. “Orang Ponorogo mencintai Reog. Saya ingin tahu apa peranan Reog dalam kehidupan mereka,” jelasnya.

umam/Bestari

Hasil Penelitian: Salah satu mahasiswa Acicis sedang mempresentasikan hasil penelitiannya di hadapan dosen pembimbing.

Ia menemukan, Reog diajarkan sejak kecil dan menjadi jati diri orang Ponorogo. Namun, tak sedikit orang desa yang tidak tahu dan acuh terhadap kasus penjiplakan tersebut. Selanjutnya, dalam presentasi keempat, Madison Nicole memaparkan penelitiannya tentang pembangunan pertanian di Indonesia yang mengadopsi SRI (System of Rice Intensification) melalui peran Sampoerna.“Keuntungan SRI ini sangat besar. Kalau biasanya petani mendapatkan

beras 5 ton per hektar, sekarang bisa 8 ton,” jelasnya. Terakhir, Brooke Gabriel Nolan yang meneliti kehidupan nelayan di Pulau Rote. Ia menemukan bahwa masalah batas perairan Indonesia dengan Australia sering berakibat penangkapan nelayan. “Di daerah Tanjung Pasir, sebagian besar (nelayan, red.) telah tiga kali ditangkap. Saya ingin mengkaji bagaimana kehidupan istri dan anak nelayan saat ditinggalkan,” ujarnya. mg_abi

Seminar “Brain Computer Interface”

Permudah Komunikasi Penderita Tunadaksa

Fakultas Teknik semakin menunjukkan perhatiannya terhadap teknologi terbaru. Terbukti, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT) kembali menyelenggarakan Seminar Nasional “Brain Computer Interface (BCI) Solusi Berkomunikasi dengan Penderita Lumpuh Total” dan Workshop Nasional “Microsoft Technology Update” (10/4). Bertempat di Ruang Teater Dome, kegiatan tersebut dihadiri lebih dari 300 peserta dan menghadirkan pakar teknologi dan psikologi nasional, di antaranya Mochammad Hariadi dan Amelia Pramono. BCI merupakan teknologi baru yang mengubah gelombang otak menjadi sinyal radio, sehingga dengan menggunakan BCI, penderita lumpuh

total sekalipun mampu menulis di komputer tanpa menggunakan keyboard. Alat tersebut tercipta melalui EEG (Electro EncephaloGram) Signal yang sifatnya menangkap sinyal dari otak. Ia mencontohkan implementasi BCI dalam pengendalian komputer dengan sinyal otak pada orang cacat, sehingga mampu berkomunikasi dengan orang normal. “Tidak diragukan lagi, BCI mampu menjadi alternatif user interface bagi tunadaksa,” ujar pakar kecerdasan buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu antusias. Sementara Amelia Pramono, pakar Psikologi Kecerdasan, mengungkapkan rahasia kecerdasan dan kreativitas manusia. “Sebenarnya, ti-

dak ada anak cacat atau tidak mampu. Yang ada adalah anak yang belum dioptimalkan,” terang Direktur Children Leadership Education pada seluruh peserta seminar. Di akhir pembahasannya, Hariadi menegaskan bahwa alat yang belum berkembang di Indonesia tersebut sebenarnya tidak sulit diciptakan karena alat-alat pendukung dalam pembuatannya sudah tersedia. Selanjutnya, pada Workshop “Microsoft Teknologi Update”, peserta dibuat kagum oleh aksi Tim Advanced Micro Devices (AMD) dan demo teknologi robot dari Microsoft Robotics Studio. Sesi tersebut merupakan tindak lanjut seminar sekaligus pemantapan kemajuan teknologi yang harus dipahami peserta. mg_osa/Ihe

Tanam Seribu Pohon di Tempat Wisata Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Kampus Putih menurunkan 156 mahasiswa FH UMM dan perwakilan OSIS SMA se-Malang Raya untuk menanam seribu pohon di Coban Rais, Batu (14/2). Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FH, Jefri Hari Akbar, mengungkapkan, kegiatan tersebut adalah sebagai bentuk sindiran ke pa da pemerintah Indonesia yang menurutnya kurang peduli ter hadap ling kungan. “Karena kenyataannya, belum ada tindakan

nyata untuk mena ngani merosotnya suplai air di Batu,” tandas mahasiswa semester 6 itu. Selain itu, kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut kegiatan Forum Penyelamat Lingkungan FH di Universitas Indonesia (UI) Oktober lalu. Salah satu program mereka adalah mendorong mahasiswa dan pelajar untuk tidak melupakan lingkungan. Lebih lanjut, Jefri mengatakan, Taman Wisata Coban Rais merupakan tempat pendukung suplai air terbesar di Batu. Jika tidak segera dilakukan reboisasi, maka ke depan suplai air

akan habis. “Keadaan air akhirakhir ini sudah memprihatinkan. Kalau semakin dicuekin, bagaimana nasib masyarakat nantinya?” ujarnya prihatin. Selain penanaman seribu pohon, dilakukan pula penyuluhan lingkungan dari perwakilam tim Greenpeace Indonesia dari Jakarta kepada masyarakat setempat. Dalam penyuluhan itu, masyarakat diberi penger tian mengenai pentingnya menjaga lingkungan, terutama menjaga keutuhan pepohonan agar keseimbangan suplai air tetap terjaga. sya

Workshop Sebagai SƟmulan KreaƟvitas Mahasiswa Dengan tujuan besar mempertahankan prestasi UMM sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) penghasil proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) terbanyak, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen gelar Workshop PKM 2010 (3/4). Bertempat di Auditorium 4 Gedung Kuliah Bersama (GKB) II, 53 mahasiswa Jurusan Manajemen dibekali tata cara penulisan proposal dan penggalian ide kreatif. Husamah, salah satu ahli penulisan PKM Kampus Putih, membagi kisikisi seputar penggalian ide kreatif dalam menulis. Menurutnya, motivasi dalam penggalian ide PKM sangatlah penting. Dengan adanya ide yang baik

dan motivasi yang tinggi, akan lebih mudah menulis PKM dan meraih sukses. Sedangkan Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi (FE), Warsono mencoba membuka wawasan mahasiswa seputar pengetahuan dasar PKM. Tata cara dan format PKM dikupas tuntas oleh Warsono sehingga memudahkan langkah mahasiswa dalam menyusun proposal. Dalam workshop yang berlangsung hingga tengah hari itu dilakukan juga pembentukan kelompok PKM secara langsung. Pembentukan kelompok bertujuan agar materi yang didapat peserta bisa segera ditindaklanjuti dengan langkah nyata. Peserta tampak

antusias. Hal itu ditunjukkan dengan segera menggali ide serta menyusun draf proposal bersama kelompok yang terbentuk. “Bapak Dekan meminta laporan daftar kelompok PKM, sehingga ke depan bisa dikontrol dan hasilnya riil,” ujar Octandika Firmandi Atmaja, ketua pelaksana workshop. Harapannya, workshop dan follow-up yang berkelanjutan akan memacu mahasiswa untuk berpartisipasi dalam PKM akhir semester ini. “Dengan adanya acara ini diharapkan banyak minat dari mahasiswa, sehingga dapat mempertahankan prestasi UMM tentunya,” pungkasnya. mg_osa

Pembukaan LKMMTD BEM FAI

11

Pemimpin Hebat Perlu Banyak Pertandingan Kebutuhan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Agama Islam (BEM FAI) terhadap pemimpin yang bertanggungjawab mendorong organisasi tersebut mengadakan Latihan Kepemimpinan Manajerial Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMMTD). Bertempat di Aula Lantai 1 Masjid A.R. Fachruddin (20/3), kegiatan dibuka oleh Pembantu Dekan III FAI, Muhammad Syarif. Saat membuka acara, Syarif mengemukakan sesungguhnya mahasiswa memiliki potensi menjadi pemimpin-pemimpin masa depan jika mereka mempunyai kemauan untuk melakukan perubahan. “Untuk menjadi pemimpin yang tangguh,

maka harus sering berlatih. Anda harus sering bertanding agar menjadi pendekar yang tangguh dan menjadi pemimpin besar suatu hari nanti,” pesannya. Ia menuturkan pula beberapa poin penting tentang kepemimpinan. Pendistribusian tugas dan kepercayaan pemimpin terhadap bawahannya adalah dua faktor penting dalam sebuah organisasi. Ia juga menegaskan pentingnya rasa tanggung jawab. “Pemimpin harus menanggung baik buruknya sebuah organisasi. Namun, meski demikian, baik buruknya kinerja organisasi bukan hanya di tangan ketua, namun hasil kerjasama,” tuturnya. mg_phi

Seleksi Mawapres UMM 2010

Sesuai dengan Sistem Penilaian Nasional

UMM kembali mengadakan seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 2010 Tingkat Universitas (17/4). Ajang prestasi yang diikuti 15 peserta itu akan menentukan siapa yang akan mewakili Kampus Putih ke tingkat Kopertis. Kegiatan itu bertempat di Ruang Sidang Lantai I Masjid A.R. Fachruddin. “Penyeleksian Mawapres guna menentukan siapa yang bakal mewakili UMM ke tingkat Kopertis Wilayah VII Jawa Timur dan nantinya bersaing dengan seluruh universitas swasta se-Jawa Timur,” jelas Kepala Bagian Bidang Penalaran Kemahasiswaan, Agus Santoso. Ia mengungkapkan, dalam penyeleksian itu hanya akan ditentukan peringkat I, II, III, dan IV. “Tapi

peringkat satu yang akan mewakili UMM di tingkat Kopertis,” terangnya. Kriteria penilaian, kata Agus, telah disesuaikan dengan sistem penilaian tingkat nasional. “Melihat pengalaman yang pernah diraih oleh UMM, yaitu 15 Besar Tingkat Nasional di tahun 2007 serta Terbaik I Tingkat Kopertis Wilayah VII tahun 2008, maka kali ini UMM optimis untuk meningkatkan prestasinya,” paparnya. Menambahkan apa yang disampaikan Agus, Dyah Ayu Shinta, mahasiswa Fakultas Kedokteran peserta peringkat I, mengaku bahwa untuk mengikuti seleksi Mawapres ini dibutuhkan persiapan baik dari karya tulis maupun dokumentasi pendukung. mg_jun

Debat Nasional FISIP

KompeƟsi Nasional, Karya Nyata untuk Bangsa

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM selenggarakan Debat Nasional bertajuk “Berkarya Nyata untuk Bangsa”. Acara yang berlangsung selama tiga hari (28-30/3) itu diikuti 12 kelompok dari berbagai universitas di Indonesia. Berlangsung di Aula Lantai I Masjid A.R. Fachruddin (28/3), acara dibuka oleh Pembantu Dekan (PD) III FISIP, Abdullah Masmuh. Dalam sambutannya, Masmuh menyampaikan empat kata kunci yang wajib dimiliki mahasiswa yaitu baca, pahami, sampaikan dan kerjakan. “Jika tidak melakukan empat hal itu, bisa jadi hanya menjadi mahasiswa yang no action,” ungkapnya. Kompetisi tersebut menggunakan sistem Parlementer Asia. “Dalam sistem ini kedua kelompok yang sedang berdebat menyebut kelompok mereka dengan sebutan dewan,” jelas Gandabhaskara selaku ketua tim juri

(adjudicator). Enam orang bertindak sebagai juri, tiga di antaranya berasal dari UMM dan tiga lainnya dari Universitas Negeri Malang (UM). Babak penyisihan lomba menyisakan dua kelompok yang berhak melenggang ke babak final. Keduanya adalah perwakilan dari Universitas Padjajaran (Unpad) yang beranggotakan Rizki Maulana Rahman, Abraham dan Siska melawan Tim A UMM yang beranggotakan Angga Okta, Rifan Ismail, dan Wildan. Final dan penutupan dilaksanakan di Ruang Teater Dome (30/3). Mendebatkan topik “Pemuda Bukan sebagai Komoditas Bangsa”, Tim UMM bertindak sebagai kelompok proposisi dan Tim UNPAD di kelompok oposisi. Sesi berakhir dengan kemenangan Tim Unpad sebagai Juara I, Tim UMM sebagai runner up serta Siska, anggota Tim Unpad, sebagai best speaker. mg_ynm

Belajar Dulu, Baru Menikah

Pernikahan itu ada ilmunya. Pendapat itu ditegaskan Klinik Keluarga Sakinah dalam Perkuliahan Pernikahan yang diadakan di Ruang ICMI Kampus II UMM (10/4) bertajuk ”Mengembangkan Kebiasaan Hidup Berkeluarga dengan Tuntunan Agama”. Klinik Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA)Kota Malang itu menegaskan pernikahan harus didasari pengetahuan yang cukup tentangnya. Beberapa materi yang diusung adalah Undang-undang Pernikahan, pengenalan karakter pasangan, peranperan dan penyesuaian diri dalam keluarga, keterampilan mengelola emosi dan masalah keluarga, serta masalah perawatan dan pentingnya

menjaga kecantikan, baik sebagai istri ataupun calon istri nantinya. ”Peserta nantinya akan kami beri pelatihan bagaimana membina rumah tangga sesuai dengan jenis karakternya,” ungkap Ketua PDA Kota Malang, Rukmini. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang, Achmad Taufik Kusuma, saat membuka perkuliahan yang akan berlangsung selama dua bulan (10/4– 5/6) itu mengatakan, pernikahan adalah aktivitas yang melibatkan seseorang dengan Sang Pencipta. "Pernikahan adalah perjanjian yang sangat besar. Murka pernikahan adalah murka Allah,” paparnya usai mengutip Surat Annisa ayat 27 dan 154. sya


12 BESTARI

LAPORAN UTAMA

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

MenyoroƟ Fenomena ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)

Menangkis Taring Macan Asia Ekspansi ekonomi Cina ditandai dengan keputusan bergabung menjadi anggota World Trade Organization (WTO). Perlahan, posisi Cina semakin kuat bahkan mulai menggeser produk elektronik, garmen, dan mesin-mesin negara lain. Sementara itu, Macan Asia itu kini taring ekonominya semakin menancap kuat di kawasan ASEAN dengan disahkannya ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) sepuluh tahun silam yang mulai berlaku sejak Januari 2010. Pemerintah telah membangun ken Cina sepakatan internasional dengan terkait area perdagangan bebas antara N, atau Cina dan negara-negara ASEAN, SEANyang sering disebut dengan ASEANFTA). China Free Trade Area (ACFTA). angani Kesepakatan tersebut ditandatangani gawan, pemerintah di Bandar Seri Begawan, vember Brunei, pada tanggal 6 November tahun 2001 silam. Melalui perjanjian tersebut, Indoainnya nesia bersama negara ASEAN lain asar mempersiapkan diri ghadapi pasar ari bebas kawasan ASEAN-Cina. dari us 10 anggota ASEAN, khusus negara ASEAN-6 (Indonesia,, Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Brunai) bahkan sudah mulai menerapkan bea masuk 0% per Januari 2004 untuk beberapa produk berkategori Early Harvest Package. Namun, benarkah Indonesia sebenarnya belum siap dengan keadaaan itu? Bukankah kala itu Indonesia setuju perjanian tersebut dengan tigaa an alasan? Pertama, penurunan dan atan penghapusan tarif serta hambatan luang nontarif di Cina membuka peluang katkan bagi Indonesia untuk meningkatkan volume dan nilai perdagangan ke near dan gara yang penduduknya terbesar memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia tersebut. Kedua, penciptaan rezim investasi yangg komeluang petitif dan terbuka membuka peluang k lebih bagi Indonesia untuk menarik ga, pebanyak investasi dari Cina. Ketiga, ningkatan kerja sama ekonomi dalam lingkup yang lebih luas membantu Indonesia melakukan peningkatan capacity building, technology transfer,dan managerial capability. Tuntutan Modernisasi Dalam konteks gobalisasi, tema perdagangan bebas dinilai wajar oleh Drs. Sulismadi, M.Si. Pembantu Dekan II Fisip sekaligus dosen mata kuliah Sosiologi Industri Terapan tersebut menjelaskan fenomena perdagagan bebas menjadi tuntutan semua negara saat ini. “Sekarang, orang tidak melihat lagi pembedaan antara masyarakat tradisional atau bukan. Semua dipandang siap menuju globalisasi,” terang pria ramah tersebut. Pria yang akrab disapa Sulis tersebut menambahkan, dalam pasar bebas posisi Indonesia sebagai konsumen. Misalnya dalam bidang teknologi industri seperti handphone. “Sejak sepuluh tahun lalu sebenarnya Indonesia sudah diperingatkan dengan ekspansi produk-produk dalam sarana bidang komunikasi,” tambahnya. Namun begitu, Sulis menjelaskan mata rantai antara konsumen dan produsen bukanlah hal yang tidak bisa berubah. Dengan proses globalisasi, justru tiap-tiap produk asli akan mempunyai nilai berbeda. Nilai tersebut hanya perlu dikemas dengan kualitas dan sumber daya manusia. Diakui Sulis, kerjasama semua lapisan masyarakat turut menentukan keberhasilan proses tersebut, di antaranya menanamkan keyakinan dan membuat masyarakat senang dengan produk Indonesia. Fenomena yang diamatinya, selama ini masyarakat lebih percaya dan memfavoritkan produk luar. Sehubungan dengan proses globalisasi dan kurangnya kesadaran masyarakat, Sulis memisalkan pada penggunaan produk anak negeri yang

kurang diapresiasi. Contohnya, karya atau hasil eksperimen mahasiswa yang selama ini hanya pada siklus teori dan praktek, seharusnya dapat

ratif produk. Menurutnya, efisiensi harus ditinjau dalam proses produksi namun tetap berusaha menghasilkan produk yang kompetitif. Kedua aspek yaitu

diterapkan.

keunggulan komparatif dan kompetitif tersebut akan menyelamatkan kelangsungan siklus kegiatan ekonomi. Kedua aspek tersebut, ditambahkan Sudarti, bisa diusahakan secara makro dan mikro. Wanita berjilbab tersebut mencontohkan tataran mikro bisa diusahakan perusahaan bagaimana memroduksi dengan membutuhkan modal sedikit namun memperoleh keuntungan sebanyakbanyaknya. Sedangkan secara makro, pemerintah dapat membuat kebijakan dan dorongan-dorongan. Mencermati posisi Indonesia sebagai konsumen, senada dengan Sulis, Sudarti mengungkapkan itu karena selama ini Indonesia memproduksi barang primer. Dengan kata lain, barang mentah seperti hasil pertanian atau pertambangan. Produk primer tersebut hanya bisa dijual dengan harga rendah karena masih memerlukan pengolahan di luar negeri. Ketika barang tersebut diimpor kembali, maka bentuk dan harganya akan berbeda jauh. Fenomena ini menyebabkan keuntungan Indonesia lebih kecil dibanding negara pengolah. Sudarti menjelaskan, selain produk berkualitas, berdaya saing, dan unggul secara komparatif, produsen harus fokus pada skala prioritas. “Kita harus tahu produk apa yang sedang digemari dan terus membaca peluang pasar,” pungkasnya berpesan.

Menur utnya, perdagangan bebas sebagai bentuk hegemoni globalisasi tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Pasalnya wacana yang berkembang dalam masyarakat terhadap dampak buruk ekspansi asing muncul dari kalangan industri kelas menengah ke bawah. Padahal, pasar industri tersebut masih dalam taraf lokal yang belum sampai memenuhi permintaan negara lain. Sulis menambahkan, masyarakat yang terkena dampak perdagangan bebas misalnya sektor ekspor-impor seperti pengusaha pertambangan atau penyedia bahan mentah. “Contohnya Freeport. Dapat dibayangkan siapa yang lebih dirugikan dan diuntungkan. Kita menjual bahan baku, diolah luar negeri, dan diimpor kembali dengan harga berkali lipat,” ungkapnya. Lahirkan Sistem Out Sourcing Dampak lain dari pemberlakuan ACFTA adalah sektor ketenagakerjaan. Sistem out sourcing yang distandarkan perusahaan asing mulai menjadi perhatian di perusahaan atau lembaga-lembaga bertaraf nasional dan internasional. Menurut Sulis, industri kemasyarakatan ini menuntut keahlian sumber daya manusia. Pengelolaan sistem out sourcing tampak pada fenomena seperti terbentuknya institusi, lembaga, atau CV yang menyediakan tenaga kerja ahli dan terlatih. Karena menjadi tanggung jawab institusi yang menyediakan tenaga kerja maka kontrol, gaji, dan pelatihan ditentukan pula oleh institusi tersebut. Sementara itu, perusahaan hanya menentukan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dan evaluasi terhadap tenaga kerja melalui institusi tadi. Di Indonesia, sistem out sourcing belum membudaya. Oleh karena itu, hal-hal seperti pembinaan, pendampingan, dan pengembangan perlu dipersiapkan. Kunci keberhasilan institusi penyedia sekaligus tenaga kerja itu sendiri adalah konsistensi. “Harus

konsisten dan konsekuen karena sistem ini menuntut kompetensi untuk terus bersaing,” tegasnya. Kelebihan sistem out sourcing dijelaskan Sulis, misalnya pada kejelasan tenaga kerja yang dalam hal ini disebut produk. Perusahaan masa kini berjalan secara sistematis. Dengan kejelasan input maka output juga mudah diperhitungkan, sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan dengan optimal. Input tersebut dalam hal ini tentu saja SDM atau tenaga kerja. Bagi pekerja sendiri, manfaat out sourcing adalah adanya jaminan gaji, asuransi, atau pembagian kerja yang jelas. Sedangkan kekurangannya misalnya pekerja hanya akan bekerja dalam ketentuan kontrak administratif, tidak serta merta menjadi pegawai tetap. Jika sewaktu-waktu pekerja dirasa kurang kompetitif, maka perusahaan bisa menghentikan orang tersebut pada instansi penyedia tenaga kerja. Sulis berharap, masyarakat Indonesia menghapuskan mental dan mindset budaya buruh. Pasar bebas tersebut dapat disikapi positif dengan meningkatkan kualitas, mengangkat nilai diferensial produk dalam negeri, dan yakin terhadap kesamaan kemampuan tenaga kerja. ACFTA dalam Perspektif Ekonomi Rentang waktu antara pengesahan dan pemberlakuan ACFTA sebenarnya dimaksudkan untuk mempersiapkan keadaan sosial dan ekonomi masingmasing negara. Mengomentari hal ini, Sudarti selaku dosen fakultas Ekonomi mengungkapkan kesiapan tersebut perlu ditinjau hingga ranah pedagang sekalipun. “Bukan hanya produsen, tapi pedagang apakah telah siap dengan serbuan barang asing yang lebih murah,” ujarnya. Sudarti sepakat tentang pentingnya mengangkat keunggulan kompa-

ACFTA dalam Perspektif Hukum Sementara itu, menurut Cekly Setya Pratiwi, dalam prespektif hukum, ACFTA sejatinya menjadi kunci untuk Indonesia ke depan. Menurut Pembantu Dekan III Fakultas Hukum UMM itu sudah terlambat untuk mengatakan Indonesia tidak siap. “Tinggal bagaimana Indonesia memanfaatkan peluang itu,” jelasnya. Wanita yang merampungkan kuliahnya di Belanda itu menjelaskan, pada prinsipnya ACFTA menganut prinsip undang-undang internasional, yaitu kebebasan berkontrak. Dalam

hal ini Cina bebas berkontrak dengan siapapun, termasuk dengan ASEAN siap yang Indonesia menjadi bagian di dalamnya. dala Namun begitu, menurutnya IndoN nesia nesi juga mempunyai kedaulatan untuk untu mengambil keputusan terhadap perjanjian tersebut. “Jika Indonesia perj menerima, maka harus siap dengan men segala sega konsekuensinya. Jika merasa tidak siap, ya diperbolehkan untuk menolak. Tentunya juga dengan segamen la konsekuensinya,” terangnya. ko Menurutnya, perjanjian tersebut mempunyai dampak multilateral. me Ar A tinya, seluruh aspek akan terkena imbasnya. “Tidak hanya k perdagangan saja yang kena, tep tapi masyarakat juga. Bayangkan saja kalau produk Cina dengan harga murah membanjiri Indonesia; masyarakat jadi konsumtif, mematikan UKM, dan akhirnya banyak terjadi pengangguran. Itu juga harus dipikirkan,” terangnya j dengan semangat. d Perjanjian tersebut juga mempunyai dampak yuridis yang bersifat pu mengikat. Artinya, kedua belah pihak harus menuruti segala isi perjanjian dan mematuhinya. Maka, segala perundang-undangan harus menyesuperu aikan perjanjian. Jika belum ada keaika tentuan tentang isi perjanjian maka tentu harus dibuat, dan jika sudah ada dan haru tidak relevan, maka undang-undang tersebut harus direvisi atau bahkan terse dicabut. dica Karena alasan di atas, dosen mata K kuliah Hukum Internasional itu mekulia nyarankan mengatur stategi untuk nyar menghadapi ACFTA. Menurutnya, Indonesia masih mempunyai kekuatan hukum untuk melindungi gempuran produk Cina. Pertama, dengan memperketat Standar Nasional Indonesia (SNI). Dengan begitu tidak sembarangan produk Cina bisa masuk Indonesia. Kedua, mengerahkan (Komisi Pengamanan Perdagangan Indonesia) KPPI untuk mengantisipasi persaingan pasar yang tidak sehat. Terakhir, dengan terus memotivasi pemahaman masyarakat mengenai kualitas barang. Berbeda dengan Cekly, M. Isrok.C.N lebih menekankan pada kepastian hukum dan efisiensi hukum di Indonesia. Menurutnya, ketidakpastian hukum di Indonesia juga bisa menjadi faktor tidak menentunya ekonomi Indonesia akibat ACFTA. “Investor dan para pengusaha pemula dibuat gerah dengan keadaan hukum di sini,” paparnya. Ia menjelaskan di Cina sudah menggunakan Economic Analysis of Law in China. Artinya, hukum tidak bersifat mempidanakan, tapi merangsang masyarakat untuk merespon secara ekonomi. “Di Cina, rakyat yang ketahuan berdagang, ditangkap untuk dibina dan diberi modal. Sedangkan di Indonesia, rakyat kecil untuk izin mendirikan usaha saja ribet peraturannya,” jelasnya mendeskipsikan. Isrok juga menyarankan kepada pemerintah untuk memproduksi hukum yang pasti dan efektif. Tidak hanya itu, semua kebijakan hukum, sebaiknya bisa mendorong masyarakat untuk merespon secara ekonomis. “Seperti Cina, listrik yang digunakan untuk rumah tangga lebih mahal dari pada listrik yang digunakan untuk pabrik. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk lebih produktif,” tegas bapak tiga anak itu mengakhiri. Lia/mg_rey/ros


BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

LAPORAN UTAMA

13

Barang Murah, Kualitas “Entahlah” Selama ini ada anggapan, produk luar pasti lebih bagus dari produk lokal. Mengomentari hal ini, Annisa Kesy Garside kurang sepakat. Kepala Jurusan Teknik Industri UMM itu berpendapat, meskipun harga produk Indonesia lebih mahal, tapi banyak produk yang kualitasnya lebih handal. “Misalnya baju Indonesia. Kemarin saya beli buat anak saya produk dari luar, tapi jahitannya ternyata tidak sekuat barang lokal,” ujar wanita penyuka warna hijau tersebut. Menurutnya, persoalan lebih kepada banyak industri Indonesia yang belum mampu bersaing dalam kancah ACFTA. Jika hal ini terus terjadi akan memicu penutupan pabrik-pabrik hingga pemutusan hubungan kerja. Selain itu, beberapa industri yang seharusnya menjadi mature industry (industri yang dewasa dan kuat) justru bergerak ke arah desentralisasi dan turut memperparah ketakseimbangan tersebut. Wanita yang mempunyai tiga putra itu menganalisa faktor infrastruktur Cina yang lebih siap membuat produksi jauh lebih optimal. Misalnya saja tersedianya akses jalan, pelabuhan, dan listrik yang memadai sehingga kecepatan perpindahan barang dan jasa juga tinggi. “Tahun 1978 total panjang jalan Cina hanya 89.200 km. Tahun 2002 sudah meningkat 170.000 km. Belum lagi jumlah pelabuhan Cina saat ini 3.800 pelabuhan angkut, 300 diantaranya mampu menerima kapal berkapasitas 10.000 MT. Belum listriknya yang sejak 2001 mampu menyediakan beban 14,7 triliun kwh dan menjadi salah satu PLTA terbesar di dunia 2009” jelasnya. Selain infrastruktur, kondisi industri Cina digambarkan Annisa mendukung perkembangan ekonomi. Cina mampu menguasai teknologi kimia dasar sehingga setiap waktu mampu memasok bahan baku manufaktur dengan harga murah tanpa impor. Selain itu, upah buruh murah, pinjaman bank mudah, dan

umam/Bestari

Produk luar: Produk buatan China banyak dipilih masyarakat karena harganya yang murah. Tampak salah satu pengunjung toko mainan anak-anak yang dibanjiri produk asal China.

penggunaan mesin modern bahkan pada industri kecil dan menengah. Kesiapan Cina bukan hal yang instan. Misalnya, Cina telah menyiapkan SDM keluar negeri untuk belajar sejak 1990. “Ada yang ke Harvard, Stanford, atau MIT. Di Harvard, ribuan mahasiswa Cina belajar sistem ekonomi terbuka. Dan mereka kembali ke asal untuk mengembangkan ekonomi Cina,” tegasnya. Selain itu, Cina memperkuat dunia penelitian dan riset di universitasuniversitas sejak 1986 untuk dikomersilkan. Hasil riset tersebut berekspansi dalam skala besar, sekaligus berperan sebagai basis pengembangan teknologi industri kecil dan menengah. Dipaparkan Annisa, usaha kecil dan menengah menjadi perhatian Cina sejak dahulu. Terbukti dengan The Spark Plan, program yang setiap tahun memberi pelatihan 200.000

pemuda desa. “Setelah pelatihan, akan ada riset di tingkat provinsi dan pusat agar lahir teknologi baru yang bisa diterapkan di tingkat desa. Kemudian diakhiri dengan program-program pilot project,” jelasnya. Menurut wanita yang mengajar mata kuliah Perencaan dan Pengendalian Produksi tersebut, pemerintah perlu memaksimalkan peran akademisi. Penelitian akademisi selama ini digambarkan Annisa kurang membumi hingga ranah industri kecil dan menengah. Padahal, kendala dunia usaha adalah teknologi dan metode yang tidak efisien dibanding luar negeri. Tentu saja pada titik tersebut akademisi dapat menjadi jembatan antara teknologi modern dan pelaku usaha kecil-menengah. Perlu Tingkatkan Teknologi Sementara itu, dari pandangan

pengusaha, perjanjian ACFTA memiliki dampak positif dan negatif. Seperti yang diungkapkan oleh Samuel Molindo selaku Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Malang, jika dilihat secara menyeluruh, perjanjian ACFTA berdampak negatif bagi para pengusaha kecil atau Usaha Kecil Menengah (UKM) karena kalah saing dengan produk-produk dari Cina. Menurut Sammy biasa dipanggil, industri kecil yang mendapatkan dampak besar dari perdagangan bebas Cina ke Indonesia di antaranya adalah industri garmen dan sepatu. Industriindustri kecil tersebut tidak mampu menandingi banyaknya produk Cina yang masuk ke Malang. Walaupun demikian, senada dengan Annisa, Sammy melihat produkproduk lokal tidak kalah kualitasnya. Ia mencontohkan, produk-produk

pakaian impor bermerek yang sedang diskon besar-besaran di beberapa mall Kota Malang kualitasnya tidak jauh berbeda dengan kualitas produk lokal. “Jangan salah, produk-produk Planet Surf yang lagi sale besar-besaran itu merupakan produk dari Malaysia dan Cina. Kalau dibandingkan dengan produk Indonesia seperti Gabrielle dan Emba, saya jamin milik kita masih lebih bagus. Hanya saja di kalangan muda atau mahasiswa nasionalismenya kan kurang jadi lebih suka barang-barang impor,” jelas bapak dua anak tersebut. Namun, Sammy mengungkapkan, UKM garmen maupun sepatu di Kota Malang mau tidak mau harus membeli mesin yang lebih baik untuk menghadapi persaingan produk Cina. “Itu mengingat teknologi yang digunakan oleh Cina sudah tinggi. Jadi jika ingin tetap bertahan, maka harus meningkatkan teknologinya menjadi lebih baik,” jelas pria yang menjabat sebagai Manager HRD Pabrik Rokok Cakra Kabupaten Malang tersebut. Sementara itu, untuk dampak positifnya, Sammy menjelaskan dengan diberlakukannya ACFTA di Indonesia juga memberikan banyak dampak positif bagi pelaku usaha maupun karyawan. Bagi karyawan, dengan semakin banyaknya kasus PHK yang dialami membuat mereka lebih kreatif dalam wirausaha. Sementara bagi pengusaha lebih kreatif dalam mengembangkan usahanya, misalnya saja dengan membuat inovasi-inovasi dalam produknya. Selain itu, mereka akan lebih selektif dalam menerima karyawan yang lebih terampil baik dari bagian personalia maupun yang lainnya. ”Dengan adanya barang-barang Cina yang masuk ke Indonesia, seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha maupun karyawan untuk mempelajari barang produk Cina tersebut. Setelah itu, pengusaha bisa membuat produk yang lebih berkualitas lagi,” harapnya mengakhiri. mg_rey/ros

Berimbas Pula ke Sektor Lain Dampak ACFTA tidak hanya dirasakan oleh para produsen barangbarang saja, melainkan juga merambah ke berbagai sektor di antaranya pertanian. Salah satunya pengusaha jeruk segar Kota Batu misalnya. Indah Setyawaty yang merupakan pemilik usaha jeruk segar di Kota Batu mengaku, semenjak jeruk-jeruk dari Cina masuk dengan bebas di Indonesia, ia tidak bisa lagi menjual jeruknya dengan harga yang lebih tinggi. “Untuk sekarang ini sudah agak sulit untuk menaikkan harga jeruk lagi,” ujarnya. Menurut Indah biasa dipanggil, sebelumnya ia bisa menjual jeruknya dengan harga termahal di Rp. 12.000 rupiah untuk grosir. Namun, pada saat ini ia hanya bisa menjual dengan harga termahal Rp. 6.500 rupiah. Hal tersebut dilakukannya karena harga jeruk impor dari Cina mematok harga di kisaran 12 ribu rupiah sehingga sulit untuk menaikkan harga di atas 12 ribu. Menurut Indah yang memiliki lahan kebun jeruk sekitar 35 hektar di daerah Boro Karangploso, harga jeruk setiap bulannya selalu berubah-ubah. Pada awal tahun harga jeruk sering mengalami penurunan dengan harga terendah hingga Rp. 4.500. Itu karena di pasaran persediaan jeruk masih banyak. Tetapi jika persediaan jeruk di pasaran sedikit,

maka harga jeruk bisa mencapai harga tertinggi yaitu Rp. 6.500 rupiah untuk saat ini. “Harga jeruk sesuai persediaan di pasar, kalau di pasar persediaan sedikit maka harga jeruk bisa tinggi namun jika sebaliknya maka harga jeruk akan rendah,” ungkapnya. Wa l a u p u n demikian, ia tidak merasa takut dengan ancaman produk-produk jeruk dari Cina yang masuk di pasaran Indonesia, karena ia yakin bahwa jeruk produk lokal terutama jeruk Java miliknya masih dibutuhkan untuk dikonsumsi oleh balita-balita di Indonesia. Selain itu, ia juga memiliki strategi khusus menghadapi serangan jeruk-j e r u k i m p o r yang masuk ke Indonesia tersebut dengan memperluas pasar di setiap kotanya. “Kalau biasanya pengiriman satu ton jeruk untuk satu orang, maka kami akan perluas dengan mengirimkan satu ton jeruk kepada tiga orang di tiap daerah. Dengan begitu pelanggan

kami akan bertambah banyak” jelas wanita asal Blitar tersebut. Mengenai kualitas jeruk dari Cina, Indah mengakui bahwa kualitasnya memang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk lokal. Se-

nada dengan Indah, Tatik salah satu konsumen jeruk dari Cina mengatakan jeruk dari Cina kualitasnya lebih bagus meskipun harganya relatif lebih mahal dari jeruk lokal. “Rasanya lebih manis. Kalau jeruk lokal kadang ada yang masam. Jadi, meskipun lebih mahal saya lebih suka membeli jeruk

impor. Kemasannya juga bagus, karena setiap biji dibungkus dengan plastik,” ungkapnya sambil memilih jeruk di salah satu kios buah Kota Batu. Saat ini pun Indah juga beranggapan bahwa jeruk lokal masih belum mampu menguasai pasar karena jeruk impor selalu masuk dan menguasai pasar di Indonesia. Namun ia optimis bahwa jer uknya masih tetap bertahan di masyarakat karena sejauh ini penjualan jeruknya ke Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Bali masih tetap lancar. “Masuknya Jeruk Cina di pasaran masih belum terlalu ngefek terhadap penjualan jer uk kami,” tutur walh5.ggpht.com nita berkacamata tersebut. Sementara itu, ia juga berharap kepada para petani jeruk yang lainnya supaya bersatu untuk mencari peluang agar penjualan jeruk lokal tidak kalah dengan jeruk dari Cina. Bahkan ia menuturkan keinginannya pada suatu saat nanti jeruk produk lokal bisa

mengalahkan kualitas jeruk produk Cina. Lain produsen, lain pula pedagang. Tak seperti produsen yang merasa sekali adanya imbas ACFTA, pedagang mainan justru merasa diuntungkan. Menurut Yuli, salah satu pedagang mainan anak-anak di Kota Malang, barang-barang Cina memang murah dan modelnya pun bervariasi. Oleh karena itu, banyak konsumen yang justru lebih memilih produk Cina ketimbang Indonesia. Hal senada juga diungkapkan Syahrul Latif, salah satu pengusaha dan produsen mebel kalangan menengah di Kota Malang. Menurutnya, sebagai pengusaha, meskipun ACFTA sudah diberlakukan sejak awal tahun lalu, tetapi produksi mebelnya tidak terimbas secara signifikan. Menurut Ayik biasa dipanggil, sejauh ini produk yang paling sering dipesan adalah mebel dari bahan kayu jati karena selain kuat juga bisa tahan sampai puluhan tahun. Oleh karena itu, ia merasa tidak tersaingi oleh mebel-mebel dari Cina. Ia yakin kualitas mebel miliknya jauh lebih bagus. Ia juga berharap suatu saat produk lokal bisa diekspor ke luar negeri. “Produk Cina saja bisa masuk ke Indonesia, harusnya produk lokal harus bisa diekspor ke luar negeri juga,” ujar Ayik berharap. mg_rey/ros


14 BESTARI

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Jumlah Responden

Populasi

300

Mahasiswa

Taraf Signifikasi

Sampel Area:

Taraf Kesalahan

98,69 %

UMM, Polinema, UM, ABM, UB, Uwika, Uniga, Poltekes, ITN, UNITRI, STIKI, UNIGA, Unmer, UIN, UNISMA

1,31 %

Menilik Dunia Persepakbolaan Indonesia

akar

Semua Sub Sistem Harus Bersinergi Pada dasarnya, olahraga sepakbola diselenggarakan bertujuan membangun jiwa sportivitas dan menjaga tubuh agar tetap sehat. Namun, paradigma ini mulai bergeser menjadi ajang unjuk kekuatan dan persaingan tidak sehat. Haris Thofly, Sekretaris Umum PSSI Malang, menjelaskan bahwa sepakbola merupakan sistem yang berkesinambungan antara pemain, pelatih, pembina, Haris Thofly wasit, supporter, pengawas perandingan, lembaga atau organisasi yang menaungi serta dukungan pemerintah. Beberapa subsistem ini harus bekerjasama dan bersinergi guna membentuk sistem yang baik dan benar. “Jika pemainnya hebat dan bertalenta namun tidak didukung pelatih yang berlisensi tinggi dan tidak berkemampuan sesuai dengan pola kepelatihan yang benar, maka hasilnya pun kurang maksimal,” tegas dosen Fakultas Hukum UMM itu. Selanjutnya, Haris menjelaskan, dalam sepakbola diperlukan adanya sportivitas. Sportif berarti berperilaku dan berpola pikir berdasarkan aturan. “Kalah menang itu biasa, tapi harus tetap menjunjung sportivitas tanpa rasa dendam dengan lawan main,” tutur pria ramah tersebut. Untuk mendapatkannya, semua pihak harus mengikuti rule of the game. Namun, faktanya tidak semua pihak mengetahui aturan permainan yang benar. “Perlu sosialisasi guna menghindari kesalahpahaman yang sering menyebabkan keributan,” ungkap pria yang hobi berolahraga itu. “Tugas media juga bukan hanya menyajikan berita bola yang sensasional, tetapi harus memperhatikan isi berita agar tidak memicu konflik,” tegas pria kelahiran 1967 tersebut. Membandingkan kondisi sepakbola Indonesia di masa lalu dengan sekarang, pria yang juga menjadi ketua Sekolah Sepak Bola (SSB) se-Malang Raya itu memaparkan adanya peningkatan yang tajam. Hal itu dibuktikan dengan semakin digalakkannya SSB guna membina pemain muda sejak dini. Bahkan, hingga kini sudah terdapat 96 SSB di Kota Malang. Untuk hasil yang lebih maksimal, Haris menghimbau kepada pemerintah segera membentuk liga pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinngi (PT). “Jika permainan sepakbola disinergikan dengan pendidikan, maka akan menghasilkan pemain bermental bagus dan berintelektual. Sepakbola bukan sekadar olah gerak, tapi juga olah pikir yang melibatkan kemampuan IQ untuk membaca dan menganalisa strategi permainan,” ungkap pria asal Sampang itu. Di akhir Haris berharap dunia persepakbola Indonesia akan lebih berkembang dan semua subsistem berjalan dengan baik. Untuknya, pemerintah harus memberikan dukungan dalam bentuk moril maupun materil.“Yang penting adalah setiap pihak harus ikut menjaga sportivitas,” pungkasnya. mg_uva

Kualitas Meningkat, SporƟvitas Menurun? Sepakbola mampu menyedot perhatian semua tingkatan usia. demi sepakbola, orang rela begadang semalaman untuk menontonnya. geliat aktivitas menggiring si kulit bundar ini pun mulai terasa seiring semakin berkembangnya persepakbolaan Indonesia. Seberapa jauh responden mengetahui perkembangannya dunia persepakbolaan Indonesia? Berikut hasil penelusuran tim Poling BESTARI.

S

ebanyak 43,85 % responden mengaku hanya sekadar tahu saja tentang perkembangan persepakbolaan di Indonesia. Sebut saja Adi, mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang itu melihat perkembangan permainan tim sepak bola Indonesia saat ini cukup baik dibandingkan dulu. Namun, mahasiswa yang aktif berorganisasi itu menyayangkan banyaknya dominasi pemain asing, sehingga pemain Indonesia yang berbakat kurang mendapatkan kesempatan bermain. “Seharusnya jumlah pemain asing lebih dikurangi, sehingga lebih menggali potensi pemain lokalnya,” jelasnya. Berbeda dengan Adi, Ertaz yang mewakili 23,26 % responden yang mengaku sangat tahu perkembangan persepakbolaan Indonesia. Mahasiswa Unisma Jurusan Mesin itu berpendapat bahwa PSSI kurang profesional dan masih banyak yang korupsi. “Seharusnya ada perombakan di kepengurusan PSSI,” ujarnya. Ertaz menambahkan sulitnya Timnas Indonesia menembus kompetisi internasional dikarenakan kualitas permainan liganya masih rendah. “Jika kualitas liganya sudah bagus, maka permainan timnas pasti akan bagus juga,” ungkapnya bersemangat. Menilai tingkat sportifitas dunia persepakbolaan Indonesia, 47,51 % menyetujui bahwa sportifitas yang ada di persepakbolaan Indonesia masih lemah. Rofina Dadi, mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi berpendapat hal ini karena seringnya terjadi kesalahpahaman antar pemain dan suporter. “Tidak jarang menimbulkan konflik dan keributan,” ujarnya. Berdasarkan penelusuran tim Bestari, sebesar 39,94 % responden berpendapat sportifitas di dunia persepakbolaan Indonesia memang perlu ditingkatkan. Dalam hal ini, banyak yang dapat dilakukan, salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Viaga Karismanta. “Mengurangi fanatisme suporter dan pemain dengan cara mengajak diskusi dari hati ke hati,” ungkapnya. Di sisi lain Amir, mahasiswa Universitas Gajayana Malang yang mewakili 26,17 %n responden berpendapat hal utama yang harus diperbaiki dalam persepakbolaan Indonesia adalah kualitas pemainnya. “Perbaiki liga dulu, sehingga kualitas Timnas juga akan meningkat,” ujar mahasiswa asal Sumenep itu. mg_uva

laan

kbo ersepa ncah p m a k i d aingan erbaiki dala ip ya pers ketatn yang perlu d in k a apa t sem Meliha enurut anda esia? n m dunia, kbolaan Indo pa perrse nya

26,17%

s Kualita

pemain

i Strateg 14,05% 39,94%

inan

perma

ain dan

as pem portifit

er suport

S

rter

po akan s ekomp K % 7 ,3

9

10,47%

a Lainny

Tahukah anda tentang perkembangan persepak persepakbolaan kbolaan di Indonesia? Indonesia? Tidak tahu Kurang tahu

26,25 %

43,85 %

6,64 %

23,26 6%

Tahu Sangat tahu

24,92 % Kompetisi antar tim semakin ketat 11,96 % Tim kesebelasan makin berkualitas 47,51 % Kurang sportif karena sering terjadi konflik 10,96 % Biasa saja 4,32 % Lainnya grafis:hib

0,33% Abstain

Perbaiki Seluruh Elemen Persepakbolaan

Senada dengan Tri, Aditya mahasiswa asal Surabaya juga menyatakan agar PSSI ditingkatkan lagi kualitasnya. “PSSInya saja gak sehat, apalagi konsep liganya,” tambah penggemar sepakbola tersebut. Meskipun sebagian pendapat responden menilai konsep liga Indonesia kurang bagus, akan tetapi ada juga yang menilai konsepnya sangat bagus. 12,29 % suara responden tersebut diwakili oleh Stenly Menurut anda, bagaimana Richard, salah konsep liga sepakbola di satu mahasiswa Indonesia? di Universitas Merdeka Malang. sangat bagus 12,29 % “Pertandinganya semakin seru cukup bagus 55,48 % saja, karena ada tingkatan atau kurang bagus 29,57 % divisi-divisi dalam liga Indonesia,” Abstain 2,66 % tutur mahasiswa jurusan ilmu

komunikasi yang juga penggemar sepak bola tersebut. Terkait bentuk sportifitas dalam persepakbolaan, Idham Ahmad sebagai perwakilan dari 53,16 % responden menyatakan bahwa bentuk sportifitas adalah menerima kekalahan tim serta berusaha berlapang dada atas kekalahan itu. “Hal demikian agar kita dapat mengetahui cara bermain yang baik itu seperti apa dan selalu berusaha memperbaiki kekurangan tim kita,” ujar mahasiswa jurusan Arsitektur Institut Teknologi Malang (ITN) yang hobi menonton bola tersebut. Berbeda dengan Idham, Atta, mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan UMM yang mewakili 8,31% responden, menjelaskan definisi sportifitas adalah fair play. “Antar pemain dan suporter harus bisa menerima kekalahan. Setidaknya dengan memberikan ucapan selamat kepada tim pemenang karena inilah sebuah per-

tandingan yang sportif,” papar mahasiswi semester empat tersebut. Sedangkan sejumlah 23,59 % responden menyatakan bahwa bentuk sportifitas adalah dengan sadar untuk selalu melakukan perbaikan diri demi terukirnya prestasi. Sebut saja Yusuf, mahasiswa asal Kalimantan Timur itu berpendapat bahwa bentuk sportifitas dapat diwujudkan dengan terus

melakukan introspeksi diri. “Seharusnya para pemain selalu berusaha melakukan perbaikan dan belajar dari sebuah kegagalan. Maka di masa datang akan lahir para pemain yang professional karena kegagalan merupakan awal dari sebuah kesuksesan,” tutur mahasiswa kedokteran UMM yang juga gemar sepak bola tersebut. mg_fik

53,16% Menerima kekalahan tim dan belajar dari kemenangan tim lain

Menurut anda, seperti apa bentuk sportifitas dalam persepakbolaan?

Dalam kancah persepakbolaan Indonesia saat ini terjadi banyak problematika yang meresahkan para pemain dan suporternya. Tri Wahyudi, mahasiswa jurusan kedokteran UMM, menilai bahwa liga persepakbolaan di Indonesia sangat buruk karena salah satu institusi memainkan praktek korupsi. “Mana ada wasit main suap,” tandasnya menggebu-gebu.

8,31% memberi ucapan selamat kepada lawan yang harus dianggap sebagai kawan 23,59% Sadar untuk memperbaiki diri demi mengukir prestasi dimasa mendatang 8,97% bermain dengan apik, karena sepakbola selain olahraga tapi juga hiburan

2,99% lainnya 2,99% Abstain

grafis:hib


BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

FanaƟsme Berujung Konflik

1,00 % Abstain

1,00 % Tidak berpengaruh

28,90 % Cukup berpengaruh

69,10 % Sangat berpengaruh

Dalam kancah persepakbolaan Selain itu, keputusan wasit yang Indonesia, dukungan suporter sangat cenderung tidak adil bahkan tidak Menurut anda apakah dukungan dari suporter mempengaruhi keberhasilan tim. Hal jarang membuat suporter berlaku mempengaruhi keberhasilan tim? ini diakui Dewan Adi Praja, maha- anarkis di dalam maupun di luar stasiswa Universitas Malang Kucecwara dion,” tegas mahasiswa asal Malang yang mewakili 69,10 % responden tersebut. lainnya. “Dukungan suporter bisa Sementara, rasa mencintai klub membangkitkan semangat para pe- yang berlebihan merupakan penyebab main sehingga bisa termotivasi dan utama suporter menjadi sangat fanatik efeknya mampu menjadikan per- terhadap klub kebanggaannya. Hal mainan tim menjadi semakin baik,” ini diakui Alfa, mahasiswa Jurusan tandasnya. Manajemen Universitas Malang Meski suporter kerap disebut- Kucecwara yang mewakili 69,77 % sebut sebagai pemain ke 13 dalam tim responden lainnya. sepak bola, namun keberadaannya Di samping itu, sebanyak 10,96 juga kerap menjadi pemicu konflik % responden menyatakan dengan dan kerusuhan yang berujung pada tidak adanya rasa kekeluargan baik perkelahian. antar klub atau suporter klub lain Beberapa penyebab terjadinya merupakan penyebab utama suporter kerusuhan dituturkan 13,60 % bola menjadi sangat fanatik terhadap lantaran fanatisme suporter. Hal ini klub yang didukungnya. mg_hul diakui Bagus Julianto, Mahasiswa Widyakarya asal Bojonegoro yang mewakil responden lainnya. “Fanatisme suporter memang menjadi pemicu utama perkelahian dan Menurut Anda, faktor apa yang menyebabkan Apa penyebab utama suporter bola menjadi tterjadinya konflik dan kerusuhan antar suporter? kerusuhan antar suporter,” ungsangat fanatik? kapnya. 19,14% Permainan bola yang tidak sehat Di sisi lain, sebanyak 23,93 % 23,93% Kepemimpinan wasit yang kurang adil responden menyatakan kepemim69,77% Rasa mencintai tim yang berlebihan 10,58% Kurang Profesionalnya Kerja panitia pinan wasit yang kurang adil adalah 3,78% Aparat yang over acting faktor yang menyebabkan terjadinya 10,96% Tidak ada rasa kekeluargaan baik antar klub atau suporter klub lain 25,44% Suporter yang anarkis konflik dan kerusuhan antar suporter. 13,60% Fanatisme suporter Hal ini ditegaskan oleh Moh. Hasyim 9,97% Persaingan yang tidak sehat Asy’ari, mahasiswa Jurusan Tarbiyah 3,53% Lainnya 7,64% Sekedar ingin eksis UMM. “Kurang profesionalnya wasit saat memimpin pertandingan memicu 1,66% Abstain kemarahan dan emosi penonton. grafis:hib

Butuh Perbaikan di Berbagai Aspek Kesan pertama masyarakat ketika pertama kali mendengar kata sepakbola bukan hanya sekadar pertandingannya saja, melainkan cenderung ke suporter anarkis dan kerusuhan. Sepakbola bukan lagi ajang untuk berprestasi dan mengasah sportivitas, tetapi juga ajang adu kekuatan dan permusuhan. Mulai kerusuhan suporter yang disinyalir akibat kekalahan tim yang dibela atau mungkin kepemimpinan wasit yang kurang adil. Oke Harwanputra, mahasiswa Jurusan Hukum Universitas Brawijaya menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi pemain dan fasilitas sepakbola Indonesia.

A

tmosfer persepakbolaan Indonesia sering diwarnai dengan konflik dan kerusuhan antar supporter. Terkait hal tersebut, Siswanto, mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang memaparkan bahwa kondisi persepakbolaan Indonesia saat ini sudah bagus dalam pembinaan. Masalahnya justru datang dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sendiri yang kurang baik dalam menjalankan permainan, misalnya wasit cenderung membela klub yang menjadi tuan rumah dalam pertandingan. Striker Persema Malang juga menjelaskan, sebenarnya perlu ada pembenahan dari dalam tubuh PSSI. Lebih lanjut mahasiswa semester dua tersebut mengungkapkan, seiring ketatnya persaingan di

“Kurangnya pembinaan pemain muda menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas pemain. Jadi, pembinaan pemain muda sejak dini harus ditingkatkan”, ujarnya. Mahasiswa semester 4 itu juga menambahkan pentingnya peningkatan fasilitas latihan. “Peningkatan kualitas tempat latihan juga menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi peningkatan kualitas permainan,” tandasnya. Sementara itu, Dian Kurmasih Wahyu Ari, mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang juga berharap adanya perombakan dari semua subsistem di badan persepakbolaan sebagai

bentuk perbaikan citra persepakbolaan Indonesia. “Bukan hanya kualitas pemain dan lapangan saja. Suporter, wasit, dan manajemen pengelolanya juga harus diperbaharui,” tandasnya. Diah juga berharap adanya pencarian bakat pemain baru di daerah-daerah yang potensi masyarakatnya belum tergali. Sedikit berbeda dengan Oke dan Diah, Firmansyah, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya berharap ada perbaikan di tubuh PSSI yang sekarang ini citranya semakin memburuk. Melengkapi beberapa harapan lain, Jhonny, mahasiswa UM memiliki harapan, tim Indonesia banyak belajar dari tim luar negeri. “Kualitas pemain lokal bisa menyamai atau bahkan lebih baik dibanding pemain asing,” katanya beralasan. mg_uva

15

Simpul KeƟdakpuasan Menjadi Penyebab Utama Warna-warni konflik yang terjadi di dunia persepakbolaan Indonesia akhir-akhir ini memunculkan beribu pertanyaan mengenai penyebabnya. Realitanya, pendapat yang dilontarkan responden juga beragam. Tak sedikit yang menilai kericuhan dan konflik terjadi karena tindakan suporter yang anarkis. Tulus Winarsunu Dikaji lebih lanjut dari sisi k l i k i h d psikologi, kericuhan dan k konflik bisa ditinjau sebagaimana diungkapkan Tulus Winarsunu. “Pada dasarnya, kericuhan dan konflik muncul akibat adanya sebuah kerumunan masyarakat, bukan karena permainan sepak bolanya,” ungkapnya. Dekan Fakultas Psikologi UMM ini juga memaparkan, pada dasarnya kerumunan mempunyai energi yang sangat kuat sehingga menimbulkan rasa kebersamaan dan secara tidak langsung akan menghilangkan sifat keindividualistikan. “Berbeda halnya ketika hanya seorang atau dua orang saja yang menyaksikan suatu pertandingan, maka konflik antar suporter tidak akan terjadi,” paparnya. Selain itu, Sekretaris Bidang Akademik Fakultas Psikologi tersebut menuturkan sebab terjadinya kericuhan juga karena ada rasa ketidakpuasan pada diri suporter. “Bisa jadi lantaran kekalahan tim, merasa dihina, atau bahkan dilecehkan oleh tim lawan,” tutur dosen yang pernah menempuh S2 di Universitas Indonesia tersebut. Dosen yang telah menempuh S2-nya tahun 2000 tersebut menyarankan mereka harus didewasakan melalui berbagai penyadaran di antaranya betapa pentingnya arti sebuah perdamaian. Tulus menilai sportivitas adalah menerima kekalahan tim bahkan mengakui keunggulan lawan main. “Mereka justru bisa belajar dari kekalahan tersebut untuk memperbaiki permainan agar pertandingan selanjutnya menjadi lebih baik,” jelasnya bijaksana. Berkenaan dengan pengaruh suporter terhadap keberhasilan suatu tim, pria yang pernah menempuh S1 di IKIP Malang tersebut sependapat dengan mayoritas responden. Tulus menilai, keberadaan suporter sangat urgen terhadap keberhasilan tim persepakbolaan. “Semua aktivitas akan berefek positif karena pengaruh lingkungan. Begitu juga dengan suporter sepak bola yang selalu memberikan energi positif tersendiri bagi para pemain,” jelasnya bersemangat. Kenyataannya suporter itu bisa memberikan reinforcement atau penguatan positif bagi para pemain. “Biasanya pemain yang bertanding di kandang sendiri bisa menang karena mendapat energi dahsyat dari para pendukung seperti suara sorakan semangat,” ujar pria yang pernah menempuh S1 Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling tersebut mengakhiri. mg_fik

Junjung Tinggi SporƟvitas kancah persepakbolaan dunia, Indonesia perlu mengadakan pembinaan pemain mulai usia dini, memanfaatkan pemain-pemain muda untuk meningkatkan kualitas pemain dan strategi permainan. Harapannya, beberapa tahun yang akan datang persepakbolaan Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara di tingkat internasinal seperti Brazil, Argentina, Italia, Jerman, dan Spanyol. Mahasiswa asal Kalimantan Timur itu juga mengungkapkan, pada dasarnya konsep liga sepak bola di Indonesia sudah sangat bagus karena memiliki pengklarifikasian liga menurut jenjang umur pemain, misalnya U-21 yakni liga sepak bola yang diperuntukan khusus untuk pemain yang berusia maksimal 21 tahun, U-12, U-18, U-23, dan yang lainnya. Siswanto juga menjelaskan, dukungan suporter sangat mempengaruhi keberhasilan tim karena semakin banyak dukungan semakin semangat

pula para pemain dan akan timbul rasa percaya diri yang besar dalam diri para pemain sehingga pola permainan mereka akan bertambah baik dan bagus. Di samping itu, para pemain akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa memenangkan pertandingan tersebut lantaran tidak mau mengecewakan suporter yang telah mendukungnya. “Para pemain akan semakin bersemangat lantaran adanya suporter yang mendukungnya,” tandasnya. Mahasiswa semester dua itu juga mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dan kerusuhan antar suporter. Diantaranya, tidak adanya kelapangan dada pada diri suporter untuk bisa menerima kekalahan yang dialami oleh tim nya, kepemimpinan wasit yang kurang adil, permainan bola yang tidak sportif, dan adanya fanatisme suporter. Menurut Siswanto, untuk meng-

atasi permasalahan tersebut perlu ada perjanjian antar ketua suporter untuk tidak lagi membuat konflik dan kerusuhan. Selain itu, juga perlu ada sanksi bagi yang melanggar perjanjian. Ia memaparkan, penyebab utama suporter menjadi sangat fanatik terhadap tim atau klub yang didukung dan dibanggakannya bisa lantaran klub tersebut berasal dari daerahnya, permainan tim tersebut bagus, adanya rasa mencintai tim yang berlebihan termasuk kurangnya lapang dada pada diri suporter. Di akhir Siswanto berharap Indonesia memanfaatkan kehadiran pemain-pemain muda di kancah persepakbolaan nasional. “Dan perlu adanya perbaikan dalam tubuh PSSI dari dalam serta menjunjung tinggi sportifitas pertandingan,” harapnya. mg_hul

Siswanto

heni/Bestari


16 BESTARI

PERNIK MALANG

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Menelusuri Jejak Cucak Hijau

Maskot yang Kini Terlupakan

Sebagai maskot Kabupaten Malang, keberadaan burung satu ini bisa dikatakan memprihatinkan. Kerusakan habitat menyebabkan populasinya terus berkurang dari tahun ke tahun. Bagaimanakah sebenarnya kelanjutan keberadaan si cucak hijau ini? Berikut penelusuran tim Pernik. Sekilas, tidak ada yang istimewa pada cucak hijau. Tubuh yang didominasi warna hijau tua dan paruh kehitaman, bukanlah faktor yang menyebabkan mengapa burung jenis tersebut sangat digemari. Menurut penuturan beberapa penghobi burung, cucak hijau memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh burung jenis lain. Kemampuan cucak hijau untuk menirukan berbagai kicauan jenis burung, disebut-sebut sebagai keunikan yang langka. Hal itu pula yang menyebabkan cucak hijau kian diburu dan diminati. Tak heran harga jualnya pun sangat tinggi. Perawatan burung tersebut terbilang cukup mudah dan tidak rewel. Pakan utama berupa bubur jangkrik sangat mudah didapat karena memang banyak dijual di pasar-pasar burung maupun toko-toko penyedia pakan ternak. Tak hanya bubur jangkrik, cucak hijau juga tidak menolak jika diberi pakan berupa buah-buahan seperti pisang dan pepaya. Hanya saja, harus tetap diselingi pakan utama untuk menjaga kualitas dan keindahan suaranya. Menurut Suyatno, salah seorang penjual burung di Kota Malang, cucak hijau merupakan salah satu jenis burung kicau yang paling banyak dicari karena keindahan suaranya. Tak jauh berbeda dengan cucak rawa, kerabat dekatnya, cucak hijau juga memiliki kicauan yang sangat khas. “Suara kicauannya bagus, jadi banyak yang mencari. Kalau didekatkan burung nuri, cucak ini dengan sendirinya bisa menirukan suara burung itu, begitu juga jika didekatkan burung lain,” ujarnya. Meskipun tergolong spesies endemik Malang, jumlah cucak hijau dewasa ini tidaklah banyak. Di alam liar, diperkirakan jumlahnya kini hanya tinggal beberapa puluh ekor saja. Kerusakan hutan dan perburuan liar menyebabkan populasinya terus menurun drastis. Habitatnya yang melingkupi hutan-hutan sekitar wilayah Malang selatan, membuat keberadaan burung tersebut semakin terdesak akibat perambahan hutan. Untuk mencegah kepunahan, Pemerintah Kabupaten Malang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata berupaya untuk melakukan penangkaran, salah satunya dengan mendirikan Taman Burung Desa Jeru, Kecamatan Tumpang. Taman yang berdiri mulai tahun 1997 itu diharapkan mampu meningkatkan kembali populasinya.

Seharusnya Dilindungi

Taman Burung Desa Jeru merupakan salah satu dari sekian banyak tempat penangkaran yang ada di Kabupaten Malang. Berbagai jenis burung langka seperti kakak tua hitam, kakak tua putih, dan merak dirawat serta dikembangbiakkan di tempat tersebut. Ada satu hal yang membedakan Taman Burung Desa Jeru dengan taman burung lainnya. Di taman burung tersebut terdapat salah satu spesies burung yang menjadi kebanggaan Kabupaten Malang, yakni cucak hijau. Sejak diresmikan pada tahun 2000 oleh M.Said, yang kala itu menjabat sebagai Bupati Malang, Taman Burung Desa Jeru cukup banyak menyita perhatian publik, terlebih menjelang akhir pekan dan libur panjang. Berbagai event bergengsi seperti lomba kicau Bupati Cup pun sering diselenggarakan di tempat tersebut tiap bulannya. Selain sebagai sarana wisata

Kosong: Salah satu kandang burung tetap dibiarkan kosong dan tidak terawat sehingga banyak ditumbuhi tumbuhan liar.

umam/Bestari

pendidikan, tujuan lain berdirinya taman burung tersebut yaitu untuk melestarikan beberapa spesies burung yang hampir punah. Pada perkembangannya, Taman Burung Desa Jeru tidak hanya menangkarkan burung saja, beberapa jenis reptil seperti kura-kura, biawak, buaya, iguana, dan ular juga turut menjadi penghuni taman seluas 116.490 m2 itu. Untuk menarik minat pengunjung, pengelolapun menambahkan berbagai wahana mainan anak kecil. Tiket masuk area taman burung itu juga relatif murah, yakni berkisar Rp 2.500,- untuk pengunjung dewasa. Menurut Ismail, penjaga taman, pada awal berdirinya taman tersebut menangkarkan sekitar 50 ekor cucak hijau yang dikumpulkan dari 14 kecamatan di Kabupaten Malang. Seiring berjalannya waktu, jumlah tersebut semakin berkurang akibat tingkat reproduksi yang sangat rendah. Sebelum memasuki penangkaran, sebenarnya burung-burung tersebut sudah menjalani karantina terlebih dahulu selama beberapa bulan untuk memastikan kondisi kesehatannya. Tidak hanya itu, tim dokter pun disiapkan untuk mengantisipasi jika terdapat burung yang sakit. Namun, langkah preventif yang dilakukan ternyata tetap saja tidak mampu meningkatkan daya reproduksinya. Meskipun perawatan cucak hijau dikatakan mudah, namun burung tersebut sangat sulit beradaptasi dan bereproduksi dalam lingkungan buatan. Pada pertengahan 2005, keadaan tersebut semakin parah. Sebanyak 41 ekor cucak hijau mati akibat kesalahan pemberian pakan. “Kami ditawari ulat sutra oleh pedagang di pasar, katanya bagus untuk pertumbuhan cucak hijau. Setelah diberikan ternyata semua burung mati karena tidak kuat,” ujar bapak dua putra tersebut. Ismail menambahkan, selain akibat pengelolaan yang kurang, merebaknya virus flu burung juga berpengaruh besar terhadap perkembangan burung-burung penghuni

taman itu. Banyak di antaranya yang terpaksa dimusnahkan akibat terinfeksi virus ganas tersebut. Dengan semakin langkanya spesies ini, meskipun sebagian pihak menyatakan bahwa cucak hijau sudah termasuk satwa yang dilindungi, namun belum ada kepastian jelas mengenai perlindungan hukum maupun sanksi bagi yang melanggarnya. Sebagai warga sekaligus pecinta burung, Dwi Adi merasa sangat kecewa akan kurangnya perhatian pemerintah. Menurutnya, sebagai satwa yang dijadikan maskot, sudah seharusnya cucak hijau mendapat perlindungan hukum untuk menjaga kelestariannya. Selain itu, Adi juga menyayangkan akan kurangnya perhatian pemerintah terhadap usaha penangkarannya. “Kalau memang sudah menjadi maskot, pemerintah seharusnya benar-benar melindunginya dengan undangundang agar tidak punah. Selain itu, penangkarannya juga harus mendapat perhatian yang serius,” tutur pria asal Batu itu menyayangkan. Meskipun jumlahnya kian hari kian berkurang, sebagian pedagang burung yang berada di Kota Malang ternyata tidak terlalu memperdulikannya. Terbukti, salah seorang pedagang di pasar burung Kota Malang masih bersedia membelinya jika ada pengunjung yang menawarkan cucak hijau. Nilai ekonomis yang tinggi kerap dijadikan alasan oleh sebagian orang untuk tetap melakukan transaksi jual-beli cucak hijau. “Jika memang ada orang yang mau menjual cucak hijau, saya dengan senang hati mau membelinya, Mas. Harga jualnya lumayan dan pastinya banyak yang mencari. Kalaupun ketahuan petugas paling hanya dirampas,” ungkap pria yang tidak mau disebutkan identitasnya tersebut sambil tersenyum.

Kini Terlupakan

Kurangnya perhatian tidak hanya terjadi pada burung-burung penghuni

Taman Burung Desa Jeru. Nasib penjaga taman, Ismail, juga terluntalunta akibat ketidakjelasan statusnya sebagai pengurus taman. Pria berusia 77 tahun tersebut menuturkan, selama ini dirinya hanya digaji 300 ribu rupiah tiap bulannya, padahal Ismail harus menjaga taman tersebut 24 jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Tidak ada istilah hari libur bagi Ismail. Di usia senjanya, Ismail berharap pengabdiannya selama 13 tahun pada taman tersebut mendapat perhatian yang sepantasnya dari pemerintah. Sejak Taman burung Desa jeru sepi pengunjung, Ismail harus berjuang menjaga dan merawat taman itu seorang diri. “Awalnya ada 8 penjaga lain dari dinas, setelah taman sepi pengunjung, semua penjaga dipindah ke pemandian Wendit,” kenang bapak yang akrab disapa Mbah Mail itu. Selain gaji yang sangat minim, Ismail juga mengeluhkan keterlambatan pembayaran yang diterimanya. Ismail mengaku, kerap pembayaran baru keluar menjelang pertengahan bulan, padahal ia harus menghidupi istri dan kedua anaknya. Untuk menambah penghasilan, sehari-hari Ismail harus bekerja sebagai buruh pencari rumput untuk pakan ternak. Selain itu, Ismail juga bekerja di sebuah peternakan ayam tidak jauh dari taman burung. Usaha Ismail untuk menambah pundi-pundi keuangannya tidak hanya sebatas itu saja. Merasa penghasilannya masih kurang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Ismail juga menjalani profesi sebagai paranormal. Nama Ismail justru lebih dikenal di kalangan masyarakat karena profesi terakhirnya tersebut. Tidak hanya di Malang, nama Ismail juga dikenal di luar daerah bahkan sampai ke Cilacap. Sebagai penjaga taman burung seorang diri, risiko yang dihadapi Ismail cukup berbahaya. Merebaknya virus flu burung kala itu bisa saja merenggut nyawanya. Belum lagi ditambah dengan aksi pencurian yang kerap terjadi di sekitar lokasi. Ismail mengaku sempat merasa takut

dan khawatir tertular virus, namun berbekal keyakinan dan rasa ingin mengabdi, ia tetap menjalani profesi tersebut. “Keluarga sempat menyuruh saya berhenti karena takut tertular virus waktu itu, apalagi waktu itu gaji saya hanya 275 ribu, tapi saya tetap ingin mengabdikan hidup saya demi burung-burung yang ada di taman ini,” pungkas Ismail. Ismail berharap jika suatu saat taman burung tersebut hidup kembali, dirinya masih bisa mengabdi pada taman yang sudah bertahuntahun ditempatinya tersebut. Kini Ismail mengisi hari-harinya dengan mengurus tiga ekor burung merak yang masih tersisa. Selain itu seharihari Ismail juga tetap menjaga kebersihan taman dengan memotong semak belukar yang tumbuh liar di sekitar taman. Harapan terbesar Ismail agar pemerintah segera merealisasikan pembangunan kembali Taman Burung Desa Jeru itu. Sejak mulai ditinggalkan pengunjung lima tahun silam, keberadaan Taman Burung Desa Jeru seakan terhapus dari ingatan masyarakat. Lebih ironis lagi, masyarakat sekitar yang sebelumnya menggantungkan hidup dengan berjualan dilokasi, kini tidak tahu lagi apakah taman tersebut masih berpenghuni atau tidak. Terbukti, ketika tim Pernik mencoba menelusuri lokasi, warga sekitar taman seolah bingung mengenai keberadaan taman burung tersebut. Berbekal keterangan dari beberapa warga, akhirnya tim Pernik berhasil menemukan lokasi yang ternyata cukup jauh dari perkampungan warga itu. Berdasarkan penuturan Isnan Hadi, warga Desa Jeru, masyarakat sudah bertahun-tahun tidak pernah lagi memasuki taman tersebut. Lokasinya yang berada 2 km di luar desa membuat warga enggan untuk sekadar berkunjung, apalagi harus melewati perkebunan tebu dan jalanan berlubang untuk mencapainya. Kini keberadaan taman tersebut ibarat pepatah “hidup segan, matipun tak mau”. rpd/mg_phi


BESTARI

PERNIK MALANG

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

17

Menunggu Niat Baik Pemerintah Pagar tembok tinggi masih berdiri dengan kokoh, berhiaskan kawat berduri yang mengelilinginya. Berbagai jenis semak belukar tumbuh dengan liar, menambah kesan lama tak terjamah dan terlupakan. Demikianlah keadaan Taman Burung Desa Jeru yang sempat menjadi kebanggaan Kabupaten Malang tersebut. Siapa yang mengira, di balik pagar tembok yang menjulang tinggi terdapat sebuah taman yang sempat menjadi daya tarik masyarakat. Sisasisa masa kejayaan taman tersebut dapat terlihat jelas dari bangunan yang sebagian sudah menghijau tertutup lumut itu. Berbagai wahana mainan anak-anak juga tampak mulai berkarat tanpa pernah mendapatkan sentuhan renovasi. Gerbang bertuliskan selamat datang, kini mulai rusak dimakan waktu dan jalan menuju lokasi yang tidak lagi beraspal semakin menguatkan kesan bahwa taman tersebut telah mati dan dilupakan. Memasuki bagian depan taman, aneka tanaman hias yang tidak terawat, tetap setia menanti pengunjung. Aneka bunga dan pohon jambu pun dibiarkan tumbuh tak terarah. Semakin dalam menelusuri taman, tampak kandang-kandang kosong, hanya tinggal sebuah kandang yang dihuni sepasang burung merak. Di kandang tersebut, dulunya beraneka ragam burung pernah hidup dan berkembang biak, tidak terkecuali cucak hijau. Jalan sepanjang taman yang dulunya tertutup paving, kini berganti oleh rerumputan yang tampak tidak pernah dipotong. Taman yang berdiri di atas tanah milik Pemerintah Kabupaten Malang (Pemkab) tersebut memang tidak dikelola lagi secara serius sejak lima tahun silam. Menurut keterangan Muhammad Gufron Yasin, pegawai Sunrise Holidays, pusat informasi wisata Malang, keberadaan taman tersebut memang sudah tidak tercantum lagi dalam daftar wisata yang dipromosikan. Ketidakseimbangan antara dana operasional dengan jumlah pengunjung yang datang memaksa pemerintah menghentikan operasional taman burung yang sudah berdiri sejak 1997

IF

US L K EKS

Diminati: Burung cucak hijau banyak diburu untuk dipelihara karena keunikannya.

itu. “Dari awal memang pemerintah sepertinya setengah-setengah dalam mengelola tempat-tempat wisata di Malang. Padahal kalau dikelola dengan baik, pariwisata Malang bisa mandatangkan PAD yang sangat besar,” ungkap pria yang akrab disapa Gufi itu. Sekadar mengenang, Gufi pun menceritakan bagaimana taman itu beberapa tahun silam, sebelum ditelantarkan pemerintah. Gufi menambahkan, selama ini perhatian pemerintah justru lebih terkonsentrasi pada wisata-wisata seperti Jatim Park maupun Batu Night Spektakuler (BNS), yang justru kurang menarik minat wisatawan man canegara. “Kalau dibanding dengan Disney Land, Jatim Park masih kalah jauh jadi sangat tidak mungkin wisatawan asing akan tertarik. Mereka justru lebih tertarik pada wisata pedesaan dan wisata pendidikan yang memang sangat potensial di Malang. Jadi, harusnya

itulah yang diperhatikan pemerintah,” tandas pria yang juga merangkap sebagai koordinator pelaksana lapangan Himpinan Pramuwisata Indonesia (HPI) tersebut.

Menanti Renovasi

Namun, kondisi perhatian yang kurang pada cucak hijau beberapa lama ini tampaknya akan segera mendapat angin segar kembali. Untuk menyambut program Pemerintah Provinsi Jawa Timur yakni Visit East Java 2012, Pemkab Malang berencana menghidupkan kembali Taman Burung Desa Jeru. Nantinya taman tersebut akan menjadikan cucak hijau sebagai maskot utama Kabupaten Malang. Sebagai langkah awal, pada pertengahan 2010 akan dilakukan grand opening program tersebut. Untuk mengumpulkan cucak hijau yang berperan sebagai maskot, pemerintah memulai program pencarian cucak

hijau ke berbagai penjuru Kabupaten Malang. Cucak hijau yang sudah terkumpul selanjutnya akan dikarantina, sebelum ditangkarkan kembali. Proses karantina dimaksudkan untuk mencegah masuknya berbagai macam penyakit pada saat proses penangkaran. Selain untuk menghindari penyakit, karantina juga bertujuan untuk mengamati perilaku cucak hijau, dengan harapan nantinya akan dapat bereproduksi dengan baik. Demi mencegah terulangnya penanganan yang kurang profesional, pemerintah berencana menggandeng sejumlah sukarelawan asal Perancis yang selama ini memang sudah aktif mengelola Volcano Tourism di Poncokusumo. Dengan adanya kerjasama tersebut, diharapkan nantinya Taman Burung Desa Jeru tidak hanya dikenal di Malang, akan tetapi sampai ke luar negeri. Sebagai ajang promosi, pemerintah juga akan menjadikannya paket wisata terpadu

dengan lokasi-lokasi lain yang berdekatan seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan Volcano Tourism sendiri. Mendengar rencana pemerintah untuk menghidupkan kembali taman burung di desa Jeru, warga menyambut antusias. Setianingsih, salah satu warga Desa Jeru berharap, dengan kembalinya taman burung, perekonomian masyarakat sekitar akan turut terangat seperti keadaan lima tahun silam. Setianingsih yang kala itu berjualan makanan kecil di sekitar lokasi taman, merasakan betul pengaruh tempat wisata itu terhadap perekonomian di Desa Jeru. Senada dengan Setianingsih, Tri Susanto juga berharap dengan kembalinya taman burung, dirinya bisa kembali berjualan di tempat tersebut. “Dulu di sini ramai sekali menjelang liburan. Jadi warga bisa berjualan makanan sebagai penghasilan tambahan. Mudah-mudahan apa yang direncanakan pemerintah dapat berjalan sehingga kami bisa seperti dulu lagi,” harap Tri yang sekarang berprofesi sebagai penjaga peternakan ayam. Menghidupkan kembali apa yang sudah pernah ada memang bukan perkara mudah. Menurut Gufi yang sudah enam tahun malang melintang di dunia pariwisata, hal itu jauh lebih sulit daripada membangun tempat wisata yang baru. “Jika sesuatu yang pernah ada ingin dihidupkan kembali, itu memerlukan perjuangan keras dan promosi besar-besaran. Selain itu, kita juga harus mampu menawarkan nilai lebih dibanding dengan keadaan sebelumnya,” pungkas pria asal Probolinggo itu. Menutup perbincangan, Gufi berharap apa yang diwacanakan pemerintah tidak hanya menjadi wacana di atas kertas belaka. Gufi menganggap, sudah saatnya pariwisata Malang kembali bergairah. “Saya sangat berharap pemerintah lebih konsisten dengan apa yang mereka wacanakan. Selama ini pemerintah hanya bersikap pasif, baru melirik setelah dianggap sukses. Jangan sampai hal itu terulang kembali,” pungkasnya. rpd

“Dari Malang, (Harus) Kembali ke Malang”

Usaha pelestarian cucak hijau di Malang memang boleh tidak berhasil, tapi siapa yang menyangka, ternyata burung kebanggaan masyarakat Malang tersebut justru sukses ditangkarkan di Jawa Tengah. Seolah mendapat secercah harapan, pemerintah pun kembali bersemangat untuk melestarikannya. Berikut wawancara Ropidin bersama Budianto Hermawan, S.H.,M.Si, Kepala Bidang Kapasitas Kelembagaan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Malang. Dengan semakin berkurangnya jumlah cucak hijau, usaha apa yang sudah dilakukan pemerintah? Untuk saat ini, memang belum banyak yang bisa dilakukan pemerintah. Setelah melihat keberhasilan penangkaran di Jawa Tengah, kami terilhami untuk kembali mencoba. Rencananya, ke depan kita akan menggandeng berbagai pihak untuk mensukseskan penangkaran tersebut. Adapun pihak yang nantinya akan kami gandeng meliputi komunitas para pecinta burung, LSM-LSM yang bergerak di bidang lingkungan, dan beberapa heni/Bestari

perguruan tinggi. Tujuannya, kami bersama pemerintah ingin mengembalikan maskot kebanggaan Kabupaten Malang tersebut kembali ke sini (Malang, red.). Adakah bentuk perlindungan hukum untuk mencegahnya dari kepunahan? Sebenarnya ada, yaitu undangundang untuk perlindungan satwa langka. Namun, undang-undang tersebut masih belum spesifik melindungi cucak hijau. Agar lebih mengerucut, maka dikeluarkanlah Surat Keputusan (SK) Bupati. Dalam SK yang ditelurkan tahun 1997 tersebut, Bupati mengamanatkan tentang ikon Kabupaten Malang, yaitu apel dan cucak hijau. Dengan adanya SK itu, maka secara tidak langsung keberadaan cucak hijau pun terlindungi payung hukum. Namun, lagi-lagi pelaksanaannya memang belum sesuai dengan SK tersebut. Buktinya, walaupun SK Bupati sudah jalan sejak 1997, perburuan cucak hijau tetap ramai. Kenapa pemerintah terkesan lamban dalam menangani kasus cucak hijau ini? Ya itulah birokrasi. Segala sesua-

tunya harus ada perintah dulu dari atas, baru dilaksanakan. Kami juga tidak mungkin bergerak sendirian, kecuali memang ada perintah dari lembaga yang otoritasnya lebih tinggi. Namun demikian, kami tetap mencoba merangkul berbagai Satuan Kerja (Satker) yang ada di pemerintahan, jangan sampai hal semacam ini hanya menjadi tanggung jawab salah satu pihak. Toh cucak hijau juga menjadi kebanggaan bersama. Kami selalu menghimbau kepada masing-masing Satker agar menyisihkan paling tidak sedikit ruang untuk cucak hijau. Pernahkah BLH melakukan sweeping atau sidak? Sejauh ini kita belum pernah mengadakan sweeping, Sidak, maupun tindakan-tindakan semacamnya. Untuk melakukan tindakan semacam itu, jelas kita membutuhkan kerjasama dengan instansi lain, paling tidak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Secara pribadi, saya menganggap hal demikian akan percuma saja. Kita susah-susah melakukan sweeping, begitu ditinggal mereka akan kembali bertransaksi memperjualbelikan cucak hijau. Kami lebih banyak bergerak

untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa ini (cucak hijau) merupakan milik bersama, dan harus dijaga bersama pula. Selama ini masyarakat memang menyayanginya namun dengan cara yang salah, dikurung, diperjualbelikan, dan dipakai sebagai ajang perlombaan. Kalau seperti itu, bagaimana mereka akan berkembang biak?. Apa harapan Anda untuk kelestarian cucak hijau ke depannya? Sebagai seorang yang bergerak di bidang lingkungan dan sebagai pribadi yang juga mencintai kelestarian cucak hijau, saya sangat berharap cucak hijau bisa kembali menjadi kebanggaan Kabupaten Malang. Dan setelahnya, semoga terjalin k e s a daran

untuk menjaga kelestarian tersebut. Harapan kedua, saya ber harap dan memohon kepada semua pihak untuk lebih peduli, terutama pemerintah. Setelah seluruh instansi pemerintah sadar, barulah kita bersama-sa ma menyadarkan masyarakat, sehingga cucak hijau tidak hanya lestari sampai saat ini, akan tetapi berpuluh-puluh tahun ke depan.

Budianto Hermawan


18 BESTARI

POLEMIK

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Menyorot Jumlah dan Ragam Koleksi Perpustakaan

Perpustakaan Harus Up To Date Dalam dunia pendidikan, keberadaan perpustakaan merupakan sarana penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kepedulian UMM terhadap pengadaan dan perkembangan perpustakaan terbilang cukup tinggi. Terbukti sejak 1964, Kampus Putih telah mendirikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan yang masih berkembang hingga saat ini. Namun, sekarang perkembangan tersebut tampaknya kalah cepat dengan semakin bertambahnya jumlah mahasiswa dan kebutuhan yang menyertainya. Beberapa mahasiswa mengeluh referensi di perpustakaan banyak yang kadaluwarsa, kalaupun ada yang baru jumlahnya terbatas. Misalnya saja, Anas Wijayanto, mahasiswa Fakultas Pertanian Peternakan (FPP) itu mengaku koleksi di perpustakaan pusat Kampus Putih lumayan lengkap. Namun, untuk buku-buku teori terbaru sangat terbatas. ”Terkadang kita harus berebut untuk mendapatkannya. Bayangkan seangkatan jumlah mahasiswanya misalnya 20 orang, tapi buku di perpustakaan hanya dua,” keluh mahasiswa Agroteknologi itu. Mahasiswa semester empat tersebut menambahkan, jika teori penetahuan apalagi mengenai penelitian setiap tahun pasti mengalami perubahan. Menurutnya, sebaiknya ada pembaharuan judul buku yang rutin supaya tetap up to date. Hal senada diutarakan Agus Harianto, selain jumlah koleksi yang minim, pengadaan buku baru sepertinya jarang dilakukan. “Koleksinya banyak yang sudah lawas, sehingga kesulitan mencari referensi terbaru. Padahal, buku-buku perkembangan teori-teori terkini sangat dibutuhkan,” jelas mahasiswa Bahasa Inggris itu. Selain koleksi buku yang kurang memadai, beberapa mahasiswa juga merasa kesulitan menemukan buku yang dicari. Yosi, mahasiswi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) merasa sulit mencari buku yang diinginkan meskipun sudah melalui sistem Online Public Acces Catalog (OPAC). ”Ketika saya lihat melalui OPAC ada, tapi waktu dicari di rak ternyata tidak ada,” keluhnya. Yosi

heni/Bestari

Akses: Mahasiswa sedang menelusuri koleksi buku lewat OPAC berharap UPT Perpustakaan dapat melakukan pembaharuan secara rutin dan disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa. Ketika Bestari meminta tanggapan tentang pengaduan tersebut, bagian pengelolaan bahan pustaka, Ani yang enggan menyebutkan nama lengkapnya, merespon baik pengaduan tersebut. Wanita yang berdomisili diperumahan IKIP Tegalgondo itu menyaranakan mahasiswa menuliskan semua keluhanya di kotak saran. “Di perpustakan telah tersedia layanan kotak saran malalui OPAC. Anda boleh menulis apa pun di situ,” tandasnya menjelaskan. Lebih lanjut, Ani menjelaskan proses pengadaan buku berawal dari usulan fakultas yang mengajukan ke Biro Administrasi Akademik (BAA). ”Selanjutnya BAA kroscek ke perpustakaan, apakah buku yang diminta fakultas sudah ada atau belum. Setelah itu, pihak perpustakan memberikan daftar nama buku yang sudah ada dan yang belum ada. Terakhir, BAA melakukan

pembelian buku yang belum ada di perpustakaan.“ terangnya. Lebih lanjut wanita ramah tersebut menjelaskan, jika ada mahasiswa tidak menemukan referensi yang dicari, bisa mengusulkan pihak Jurusan atau Fakultas untuk merekomendasikan supaya BAA mengadakan buku yang dibutuhkan di perpustakaan. Hal sama dilontarkan Tri Wahyuni. Sekretaris Perpustakaan tersebut menjelaskan pengadaan buku berdasarkan rekomendasi dari dosen. Di samping itu, menurutnya pihak perpustakaan juga berusaha mencari sendiri, tidak semata-mata menunggu rekomendasi para dosen. Misalnya saja, novel, buku computer, dan buku lain yang dianggap menunjang perkuliahan mahasiswa. ”Kita cari sendiri ke Togamas atau Gramedia,” tambah wanita asal Surabaya itu. Menanggapi keluhan sulitnya mencari referensi bagi para mahasiswa yang diminta dosen di perpustakaan, wanita yang tinggal di Sukun tersebut mengungkapkan mahasiswa itu terlalu menurut apa ka-

ta dosen. Ketika dosen menyuruh mencari referensi A karya si B maka mahasiswa hanya terpaku pada hal itu. ”Padahal, di perpustakaan banyak tersedia karya sejenis. Judulnya sama hanya penulisnya beda,” ungkapnya. Lebih lanjut, Tri Wahyuni juga menjelaskan di perpustakaan yang diperbanyak bukan jumlah buku dari penulis yang sama, tetapi memperbanyak jumlah judul buku. Didik Harianto, bagian sirkulasi menyarankan kepada mahasiswa untuk menuliskan semua informasi tentang referensi baru yang perlu diadakan di perpustakaan. ”Tulis saja di kotak saran, supaya perpustakaan bisa mengusahakannya,” saran pria ramah itu. Mengenai referensi yang ada di OPAC tapi di rak tidak ada, pria asli Malang itu menjelaskan terkadang ada koleksi yang terbawa ke kampus dua atau kampus satu dan belum terdeteksi. Untuk lebih mudahnya, mahasiswa bisa bertanya ke petugas yang menata buku. ”Kalau mahasiswa tanya kami usahakan

untuk membantunya. Masalahnya, terkadang mahasiswa tidak mau tanya. Malu bertanya ya sesat di jalan, Mbak.” ujarnya berkelakar. Didik menambahkan, koleksi kadang susah dicari karena perbuatan mahasiswa sendiri. Mereka sering meletakkan buku seenaknya dan tidak di tempat semula, padahal sudah disediakan rak tandon. ”Sebenarnya sudah diatur sedemikian rupa agar mudah dicari. Dalam sehari, kami juga merapikan buku paling tidak tiga kali yaitu pagi, siang, dan sore,” terang Didik. Perihal pengadaan buku baru, Kepala Biro Administrasi Akademik (BAA), Khozin menjelaskan ada beberapa mekanisme yang ditempuh, di antaranya BAA mengidentifikasi judul buku berdasar silabus program studi, setelah itu mengkonfirmasikan ke Perpustakaan. ”Jadi kalau ada buku yang tidak ditemukan di perpustakaan, bukannya tidak ada. Tapi memang belum diadakan,”ujar pria asal Lamongan itu. Khozin menambahkan ketiadaan buku kemungkinan bisa karena ada pembaharuan silabus dari dosen dan belum dilaporkan ke BAA Sementara itu, Tulus Winarsunu, Dekan Psikologi menyarankan supaya pihak perpustakaan proaktif mengikuti perkembangan buku-buku baru. Menurut Tulus perpustakaan dikelola oleh orang yang berprofesi sebagai pustakawan. ”Semua yang disebut profesi harus profesional, hunting berbagai macam buku baru. Kalau fakultas hanya sebatas usulan saja. Intinya harus proaktif,” ujar pria ramah tersebut. Sedangkan menurut Romlah, Pembantu Dekan 1 Fakultas Agama Islam (FAI), untuk mengetahui perkembangan referensi perkuliahan hendaknnya pihak perpustakaan secara langsung memberitahukan para dosen untuk melaporkan perkembangan referensi yang dipakai. ”Dengan adanya pemberitahuan tersebut, para dosen bisa langsung merekomendasikan ke kepala jurusan (kajur) masing-masing, sehingga prosesnya lebih cepat, gak ribet karena Kajur bisa langsung menyampaikan ke pihak perpustakaan,” usul Romlah. rom/mg_rif

Terbuka untuk Usulan Mahasiswa Untuk menunjang kebutuhan referensi, pengadaan dan pembaharuan buku di perpustakaan harus rutin dilakukan. Hal itu demi menjaga mutu dan kualitas perpustakaan sebagai media pembelajaran mandiri dalam dunia pendidikan. Bagaimana UPT perpustakaan Kampus Putih menjalankan proses tersebut? Berikut wawancara reporter Bestari Arif Sugianto dengan Kepala UPT Perpustakaan Dr. Erny Iskartati, M.P

Erny Iskartati dok. Perpustakaan

Bagaimana Anda menanggapi keluhan mahasiswa tentang kurangnya referensi di perpustakaan? Sebenarnya kami sangat menyayangkan keluhan tersebut karena pihak perpustakaan telah memberikan fasilitas kepada mahasiswa dan dosen dengan membuka program yang dapat diakses untuk mengajukan buku-buku apa saja yang dipergunakan dalam perkuliahan karena mereka lebih mengetahui apa yang dibutuhkan. Kami juga menghimbau mahasiswa untuk minta langsung ke pihak perpustakaan melalui kotak saran sehingga kami bisa mengadakannya secara cepat. Sebenarnya, kami akan sangat terbantu bila ada dosen mau membeli dahulu buku yang dibutuh-

kan atau menginformasikan ke pihak kami. Siapa sebenarnya yang berhak memberikan kebijakan pembaharuan dan penambahan referensi di perpustakaan? Pada dasarnya tidak ada yang menyuruh atau memberi kebijakan, hanya saja universitas memberikan kebijakan bahwa setiap mahasiswa dianggarkan 150 ribu rupiah untuk buku, selain itu jumlah mahasiswa yang masuk akan menjadi pertimbangan pihak keuangan dalam mengucurkan dana untuk pengadaan buku. Namun, kami tidak terlalu kaku misalkan saja ada jurusan yang sedikit mahasiswannya tapi membutuhkan banyak buku, maka akan kami penuhi. Mengenai pengadaan buku pada jurusan tergantung peran serta mahasiswa dan dosen dalam mengusulkan pada kami. Intinya, terletak pada usulan dosen dan mahasiswa. Seperti kantin dan aquarium di perpustakaan sebenarnya usulan dari mahasiswa. Berapa waktu sekali perpustakaan mengadakan pembaharuan dan pengadaan referensi ? Pada awalnya kita merencanakan

setiap semester sekali, akan tetapi berhubung sistem yang telah disepakati tidak berjalan, maka pengadaanya diadakan secepat mungkin. Untuk meningkatkan animo pengunjung, bagaimana prinsip-prinsip pelayanan di sini (perpustakaan, red.)? Kami berusaha memaksimalkan mahasiswa yang sedang part time untuk melayani mahasiswa. Dengan dilayani sesama mahasiswa akan lebih komunikatif. Untuk karyawan tetap kami berusaha seminimal mungkin dalam hal pelayanan kepada mahasiswa. Inovasi apa saja yang dilakukan perpustakaan untuk meningkatkan kualitas dan mutu layanan? Dalam hal ini, inovasi yang dilakukan lebih pada sistem, misalnya dalam pengadaan buku kami telah menggunakan program online order sistem (OOS). Sayangnya, penggunaanya belum dimaksimalkan oleh mahasiswa. Harapan kami, dengan program ini perpustakaan lebih dekat dengan mahasiswa. Selain itu, kami juga melakukan kerja sama dengan pihak luar

misalnya pengadaan depot video. Sebentar lagi kita juga akan menambah corner-corner baru kerja sama luar negeri, membuka kerja sama dengan toko buku untuk bedah buku, atau yang lainnya. Kita juga merencanakan di lantai tiga ada studio mini. Selain itu, kami mewajibkan mahasiswa part time sesering mungkin mengadakan kegiatan. Sedang untuk sumber daya manusianya kita mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam melayani. Menurut Anda bagaimana menjadikan perpustakaan UMM ideal? Perpustakaan yang ideal adalah perpustakaan yang membuat nyaman pengunjungnya. Untuk itu, kami berusaha memaksimalkan kenyamanan kepada pengunjung dengan program-program baru. Akan tetapi perlu diketahui bahwa nyaman bagi kita belum tentu nyaman bagi mahasiswa, maka dari itu kita tunggu masukan-masukan dari mahasiswa, karyawan, dan dosen untuk membuat nyaman perpustakaan ini.


19

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

IPTEK

Berkendara Aman dengan Navigator Keamanan

S

emakin pesatnya teknologi kadang membuat banyak orang kurang memahami dengan seksama hasil teknologi tersebut. Contoh, seorang pengemudi mobil yang tidak tahu persis dunia otomotif akhirnya kurang paham tentang keamanan berkendaraan. Misalnya saja, tentang batas suhu mesin, batas RPM yang aman, kerapatan tiap pintu, pemasangan seat belt dan juga lupa melepas hand brake sebelum mobil dijalankan. Itu semua bila diabaikan bisa berakibat fatal bagi pengendaranya. Dengan adanya hal tersebut maka perlu dibuat suatu alat bantu “Navigator Keamanan Pengemudi Mobil” yang mampu bekerja secara otomatis memberi informasi pengemudi agar aman dalam berkendaraan. Informasi tersebut selain ditampilkan lewat lamp display juga perlu dikeluarkan dalam bentuk suara agar cukup jelas dan mudah dipahami. Dengan perancangan dan pembuatan alat ini, diharapkan tercipta sistem pengontrol perlengkapan dan keamanan pengemudi dan memonitor kinerja mesin dengan menggunakan microcontroller R8C/13 dan voice processor sebagai media penampil suaranya. Dalam perancangan alat ini diperlukan beberapa komponen elektronik yang digunakan agar dapat bekerja secara maksimal. Komponen utama adalah microcontroller yang berfungsi untuk mengatur semua komponen yang akan digunakan. Adapun cara kerja microcontroller adalah sebagai berikut: microcontroller akan mengambil data dari hand brake switch (rem tangan), seat belt switch (sabuk pengaman), door switch (pintu), oil pressure switch (tekanan oli), RPM linier (batas kecepatan), fuel tank sensor (tangki bahan bakar) dan, temperature sensor (suhu kendaraan). Kemudian data dari switch-switch yang berupa data digital akan diolah oleh microcontroller

untuk dapat ditampilkan lewat loud speaker berupa suara dan lewat isyarat lampu oleh lamp display. Switch-switch dan sensor-sensor akan mendeteksi keadaan bagian-bagian mobil apakah sudah dalam kondisi aman. Sedangkan cara kerja dari switchswitch dan sensor-sensor diatas adalah sebagai berikut: Hand brake switch merupakan saklar push off, yaitu jika dalam keadaan normal atau terlepas output tidak akan mengeluarkan tegangan dan saat dalam kondisi terkunci output akan terhubung dengan ground. Seat belt switch menggunakan reed switch yang cara kerjanya yaitu contact akan terhubung apabila ada medan magnet. Jadi, saat seat belt tidak terpasang atau kurang rapat output akan terhubung dengan ground dan saat seat belt keadaan terpasang dan sudah rapat contact reed switch dengan ground akan terlepas dan output tidak bertegangan. Door switch merupakan saklar push off. Output akan terhubung dengan ground saat pintu belum rapat dan saat pintu tertutup atau sudah rapat maka contact dengan ground akan terputus atau ouput tidak bertegangan. Oil pressure switch berprinsip sama dengan saklar push off. Jika volume oli mesin dalam keadaan normal maka output switch akan terhubung dengan ground dan jika volume oli mesin dalam keadaan low atau kurang maka contact dengan ground akan terlepas atau output tidak bertegangan. RPM limiter memanfaatkan medan magnet yang ditimbulkan coil atau busi. Medan elektromagnetik dari coil atau busi yang ditangkap lilitan pada rangkaian RPM limiter selanjutnya diolah oleh rangkaian sehingga bisa menjadi sinyal digital. Fuel tank sensor adalah variabel resistor yang keluarannya berupa tala dari ground. Tahanan akan semakin besar apabila volume bensin kurang. Temperature sensor yang digunakan

grafis: Hib

adalah jenis NTC (Negative Temperature Coefficient) dimana nilai tahanannya akan berkurang seiring dengan bertambahnya temperatur. Tegangan output menghasilkan ground yang ditala karena input terhubung dengan ground. Data-data dari switch dan sensor kemudian diolah oleh microcontroller Renesas R8C/13. Keluaran/output dari microcontroller merupakan sinyal on dan off berupa kode biner yang telah diatur timer dan urutan kerjanya. Keluaran dari microcontroller yang pertama terhubung dengan rangkaian ISD25120 yang berfungsi memberi suara peringatan yang kemudian diperkuat oleh power amplifier, dan selanjutnya suara dikeluarkan melalui loudspeaker. Keluaran microcontroller yang kedua yaitu lamp display, yaitu peringatan akan ditampilkan juga melalui LED. Keluaran microcontroller yang ketiga terhubung dengan rangkaian cut-off engine relay, yang berfungsi untuk mematikan mesin jika temperatur mesin melebihi batas normal temperatur mesin. Untuk lebih jelasnya simak contoh cara kerja komponen-komponen tersebut, bila sudah terpasang di mobil:

LOMBA Hari Ulang Tahun BESTARI ke-23 1. Cerpen : - Tema bebas - Minimal 7 halaman - Dikumpulkan dalam bentuk hardcopy (A4) dan softcopy dengan format *.doc atau *.rtf 2. Esai: - Tema “Budaya Lokal Malang” - Minimal 5 halaman - Dikumpulkan dalam bentuk hardcopy (A4) dan softcopy format *.doc atau *.rtf 3. Karikatur: - Tema “Kampus Putih Tercinta” - Menyerahkan karya dalam bentuk A3

Untuk informasi lebih lanjut bisa datang langsung ke kantor redaksi Bestari atau hubungi contact person kami: Lia: 081553549007 Ropidin: 085642600849

4. Fotografi: - Tema “Kebudayaan Malang” - Foto BW atau colour - Rekayasa hanya sebatas yang bisa dilakukan dalam kamar gelap - Ukuran 12R (tanpa list) dan menyerahkan softcopy dalam bentuk CD (format JPEG, skala min.8, ukuran min. 6 Megapixel) - Sertakan nama, alamat, no. telp, Judul foto, peristiwa, lokasi, dan data teknis pada belakang foto - Masukkan karya ke dalam amplop tertutup

Ketentuan Umum: - Peserta mahasiswa UMM - Melampirkan fotokopi KTM - Tiap peserta hanya boleh mengikuti satu kategori - Mengisi formulir (dapat diambil di kantor Bestari, Gedung SC UMM Lt.1) - Karya dimasukkan dalam amplop dan menuliskan jenis/kategori pada kanan atas amplop - Karya milik pribadi dan belum pernah dipublikasikan - Semua karya yang diserahkan menjadi hak milik panitia sepenuhnya. - Batas maksimal pengumpulan tanggal 15 Mei 2010 pukul 17.00 WIB

Switch dan sensor akan diaktifkan saat pengemudi mengaktifkan mobilnya (kontak mobil ON), karena switch yang dipakai semuanya adalah push off buttton switch, maka kondisi normalnya adalah terhubung dengan ground. Sistem akan selalu memeriksa switch dan sensor secara terus menerus sesuai dengan urutannya. Contohnya jika hand brake belum terlepas dan pintu belum tertutup, maka yang terjadi adalah hand brake switch dan door switch mengirimkan logika rendah ke microcontroller dengan urutan scanning yang telah ditentukan yaitu hand brake switch dahulu kemudian door switch. Sedangkan untuk tampilan LED dan suara, suara yang dikeluarkan adalah sesuai dengan switch dan sensor yang aktif. Urutan suara keluar adalah sesuai dengan scanning dari microcontroller. Saat switch atau sensor dalam keadaan aktif, maka

microcontroller mendapat masukan logika rendah, sehingga pada output microcontroller akan keluar kode biner yang sudah diprogram sesuai dengan konfigurasi dari ISD25120 untuk mengaktifkan suara sesuai dengan data yang diterima dari switch atau sensor yang aktif tadi. Untuk memastikan pengemudi aman alat ini juga dilengkapi dengan fungsi cut-off engine yakni pemadaman fungsi mesin ketika terjadi panas berlebih pada mesin mobil, namun sebelum mesin dimatikan pengemudi diberikan peringatan selama 5 menit untuk segera menepi dari jalur kendaraan/jalan raya. Setelah batas waktu terlampaui, microcontroller akan mengirimkan pesan ke pulser untuk mematikan mesin dan memberikan waktu untuk mendinginkan mesin. Dengan demikian pengemudi dapat berkendara dengan aman. Data disunting oleh: Zakiya Al Khalim

Biodata Penelitian Judul penelitian Nama peneliti Fakultas/jurusan Dosen Pembimbing Tahun penelitian

: Perencanaan dan Pembuatan Navigator Keamanan Pengemudi Mobil dengan Suara Berbasis Mikrokontroler R8C/13 : Arifin Hadi Prayitno : Teknik/Teknik Elektronika : Ir. M. Irfan, MT : 2009

SAHABAT ORGANIK @rdl vegetabel product

"Makanan tidak cukup dengan halal tetapi juga baik (Toy ib)" MARI BUDAYAKAN HIDUP SEHAT DENGAN MENGKONSUMSI HASIL PERTANIAN YANG BEBAS DARI BAHAN KIMIA (ORGANIK) MENERIMA PESANAN JENIS SAYUR:

1. Sawi Daging 2. Sawi Caisim 3. Kangkung 4. Bayam 5. Terong 6. Lombok Kecil, Besar 7. Kubis

PANEN 2 KALI SEMINGGU PKM KEWIRAUSAHAAN 2010

8. Brokoli 9. Tomat 10. Kailan 11. Jagung Manis 12.Selada 13. Kacang Panjang 14. Buncis Untuk pemesanan dan kerjasama hubungi (Ardi) Telp : (0341) 8106829 Hp : 081233742708


20 BESTARI

KATA MEREKA

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Demo anarkis mahasiswa, apakah cermin agent of change?

Keterpaduan Moralitas dan Intelektualitas Potret penegakan hukum dan peradilan di Indonesia diwarnai dengan berbagai reaksi yang timbul sebagai respon dari stimulus yang ada. Misalnya saja mengenai masalah kenaikan BBM, korupsi dana Century, dan berbagai bentuk KKN lainnya yang mengakibatkan pengurangan anggaran departemen hingga ke berbagai sektor, mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, serta sektor-sektor lainnya. Hal ini menjadi perbincangan di seluruh lapisan masyarakat, mulai dari kalangan akademisi, politisi, hingga kalangan masyarakat biasa. Tidak heran jika hal tersebut sering dijadikan sebagai topik pembicaraan yang tidak pernah ada putusnya. Salah satu reaksi yang muncul sebagai akibat permasalahan ini adalah menjamurnya aksi demonstrasi di kalangan akademisi yang didasari oleh alasan mewujudkan aspirasi dalam reformasi. Dalam hal ini, mahasiswa terpilih sebagai pelaku yang memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan yang memiliki tugas sebagai kontroling dan penyalur aspirasi rakyat. Oleh karena itu, demo dijadikan sebagai wadah dalam melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang tidak memihak rasa kemanusiaan dan kebenaran. Tak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa telah menjadi bagian dari perjalanan suatu bangsa dalam mencapai suatu pemerintahan adil makmur. Dalam sejarahpun, peran pemuda khususnya mahasiswa telah termaktub di dalam Sumpah Pemuda. Sehingga, peta sejarah demokrasi Indonesia selalu melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan serta pelopor dan penggerak roda reformasi. Mahasiswa tidak selayaknya hanya menjadi kaum akademisi, namun juga harus menjalankan tujuan bangsa Indonesia. Salah satu yang menjadi karakter

Oleh : Rahmawaty Parman*

mahasiswa adalah idealis yakni sosok yang memiliki cita-cita dan harapan serta tidak terbelenggu oleh pemikiran di luar dirinya namun percaya terhadap pandangan yang dimilikinya secara murni. Mahasiswa bebas memilih dalam menempatkan dirinya pada posisi terbaik tanpa memihak kecuali pada kebenaran serta menduduki posisi yang netral tanpa embel-embel lainnya. Dengan demikian, akan tercermin peran sesunggahnya dari mahasiswa tersebut yakni sebagai agent of change atau agen perubahan yang menjadi esensi utama dari sebuah perjuangan. Namun, jika kemudian timbul permasalahan dalam mencapai esensi dimaksud, yakni demo yang sebelumnya dijadikan sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi rakyat berubah fungsi menjadi wadah untuk mewujudkan sikap agresifitas yang berujung pada anarkisme, maka hal ini perlu ditinjau lebih lanjut. Karena

sejauh ini, tidak ada demo mahasiswa yang sengaja diseting untuk anarkisme. Artinya, kita harus melihat lebih jauh mengenai pemicu terjadinya demo anarkis tersebut, apakah karena keinginan dari mahasiswa itu sendiri atau karena adanya pemicu di luar mahasiswa yang bermaksud untuk memanfaatkannya demi kepentingan pribadi. Tidak bermaksud untuk menyalahkan salah satu pihak dan membela pihak lainnya, namun demikianlah yang terlihat secara nyata di kehidupan sosial yang ada. Demo yang berujung pada kekerasan itu menimbulkan berbagai kasus seperti bentrok yang terjadi antara mahasiswa dan pihak kepolisian, pembakaran terhadap aset-aset negara, serta perusakan dan penangkapan terhadap para aktivis. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah adanya demo anarkis yang mengatasnamakan mahasiswa tersebut adalah cerminan dari peran mahasiswa sebagai agent of change? Hal ini tak perlu dijawab panjang lebar, namun sebagai mahasiswa yang memiliki daya pikir kritis yang tinggi, serta sosok yang seharusnya menginterpretasi dan mengangkat fenomena sosial yang ada, maka marilah kita renungkan bersama apa yang mestinya kita benahi. Sejauh ini apa yang sudah kita berikan untuk masyarakat yang menyerahkan kepercayaannya kepada mahasiswa demi tersalurkannya suara mereka dalam rangka terwujudnya keadilan dan tegaknya hukum di Indonesia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya keterpaduan antara moralitas dan intelektualitas demi terwujudnya harapan bersama yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. * Mahasiswa Fakultas Psikologi UMM 2009

Dibutuhkan, Mahasiswa yang KriƟs dan SoluƟf Setiap hari kita melihat berita di televisi yang tak pernah kosong dengan aksi demo mahasiswa yang berisi kritikan maupun protes pedas kepada pemerintah maupun instansi tertentu yang selalu di hujat seolah tiada setitik kebaikan di balik keburukan. Parahnya lagi, pengrusakan terhadap fasilitasfasilitas milik umum telah menjadi hal yang biasa terjadi dalam setiap aksi, Hal itu jelas sangat mengganggu dan merugikan masyarakat pada umumnya. Akhirnya, khalayak ramai berpendapat bahwa aksi demo itu adalah suatu tindakan tiada guna, hanya membuang-buang waktu dan tenaga. Pantaslah jika mereka kemudian berpendapat lebih baik mahasiswa itu belajar saja. Lantas, apakah hanya itu peran mahasiswa sebagai penerus bangsa? Akibat merebaknya demo mahasiswa yang diwarnai anarkisme, citra mahasiswa di mata masyarakat jatuh dan tidak ada harganya, Itu semua hanya mencerminkan suatu kaum intelektual bermental “tempe”. Ironisnya, tidak semua mahasiswa yang berdemonstrasi itu mengerti isi maksud diadakannya aksi tersebut, hanya ikut ikutan agar dicap sebagai aktivis, Siapakah yang salah sebenarnya? Mahasiswa mengkritik dan menyalahkan pemerintah sedangkan mahasiswa itu sendiri pembuat onar. Bukannya rampung masalahnya, yang ada malah menambah masalah. Ibaratnya, “maling teriak maling”. Padahal, jika

Oleh : Jeffri Lukmana Lazaroni*

dilihat dari rentetan sejarah, peran pemuda sangatlah vital sebagai motor penggerak perubahan kehidupan bangsa dimulai dari peristiwa sumpah pemuda hingga turunnya pemerintahan rezim Soeharto. Perlu disadari bersama bahwa tidak semua yang dilihat, dirasakan, dan dilakukan merupakan suatu kebenaran, Kita perlu merubah sikap dan pola pikir sendiri menjadi lebih baik sebelum merubah orang lain. Mampu memberikan solusi dan ide kreatif terhadap suatu masalah yang dihadapi merupakan tindakan positif yang patut ditanamkan kepada setiap insan bernama mahasiswa yang di-

gadang-gadang menjadi harapan bangsa ini sehingga terwujud the real agent of change. Pada dasarnya, masa muda merupakan masa keemasan untuk mengukir sejarah dalam membangun peradaban dengan berbekal kematangan jasmani, perasaan yang menggebu-gebu, dan pikiran yang masih segar untuk menuangkan gagasan cemerlang. Tidak mengherankan jika para mahasiswa atau pemuda mempunyai kepekaan yang lebih dibandingkan masyarakat pada umumnya dalam setiap permasalahn yang dihadapi bangsa ini. Di masa kebebasan berekspresi untuk berpendapat ini, tidak ada salahnya aksi demo itu dilaksanakan sebagai reminder kepada pemerintah dalam mengambil keputusan atau tindakan yang dinilai merugikan rakyat. Tentunya, hal itu harus dibatasi dengan koridor etika berpendapat yang sehat. Alternatif lain selain demo untuk menyelesaikan suatu problematika adalah seperti berdialog dengan pihak terkait. Tentu ini lebih mencermikan mahasiswa yang berakhlak mulia, tanpa turun ke jalan, lebih hemat, efektif, dan efisien. Indonesia sangat membutuhkan para sosok pejuang aktivis mahasiswa yang menjadi pihak penengah dan mediator penyampai aspirasi kepada kalangan atas untuk selalu berbenah diri agar tercipta suatu pemerintahan yang jujur, adil, dan harmonis.

*Jurusan Budidaya Perairan 2009

c Kuliah juga Butuh Facebook Kepada Yth. UPT Internet Pemblokiran Facebook di UMM menjadi masalah bagi sebagian mahasiswa. Pasalnya, sebagian dosen UMM ada yang memanfaatkan Facebook untuk pembelajaran di kelas maupun dalam pemberian tugas kuliah karena memang Facebook dianggap lebih komunikatif dari pada media yang lain. Saya sebagai mahasiswa yang menerima mata kuliah media pembelajaran dan teknologi pembelajaran sekarang sering mendapatkan tugas memanfaatkan media Facebook dalam pembelajaran, seperti membuat kelas online, grup, dan lain sebagainya. Selama ini memang ada el-mu. Akan tetapi fasilitas el-mu kurang efektif. Banyak mahasiswa yang tidak mengerti penggunaan el-mu karena sosialisasinya juga kurang merata. Selain itu, el-mu sering bermasalah, kadang susah diakses, bahkan mati. Semoga tulisan ini mendapatkan perhatian dan tanggapan dari UPT Internet. terima kasih Mahasiswa Teknik UMM

Lebih Baik Pacaran?

Kepada Yth. Tim BK Assalamu’alaikum wr. wb. Kampus UMM ini adalah kampus yang bernafaskan ide-ide Muhammadiyah yang notabene adalah ide-ide Islam dan mahasiswanya pun mayoritas muslim. Tapi, dalam konsultasi Biro Konseling di Koran Bestari kami seringkali mendapati solusi yang diberikan oleh Biro Konseling seringkali keluar dari koridor Islam. Salah satu contohnya adalah konsultasi di Koran Bestari No. 260/TH.XXIII/MARET/2010 yang berjudul “Lebih Baik Pacaran”. Di situ klien (Kris) memiliki permasalahan dihantui perasaan dan suasana hati yang dikatakan oleh kebanyakan orang sebagai cinta. Dia (Kris) merasa sangat ingin sekali pacaran tapi terbentur dengan norma dan nilai-nilai yang dia pegang karena dulu dia adalah orang yang cenderung memperdalam pengetahuan dan mengasah akidahnya, yaitu agama Islam. Dengan permasalahan semacam itu, seharusnya dia diberikan solusi yang benar menurut akidah yang dia yakini dan norma yang dia pegang. Tapi, di dalam solusi itu kenapa disebutkan ada istilah “pacaran sehat”?. Bukankah dalam Islam tidak ada solusi pacaran, bahkan diharamkan karena merupakan aktivitas yang mendekati zina? Klien juga disarankan untuk mengikuti hati nurani (dalam wacana tsb, mengarah ke pacaran, dengan kata-kata “Apa salahnya jika sesekali mengikuti hati nurani? Nurani adalah selalu baik untuk diri orang yang mengamininya, apalagi didukung dengan adanya akal sehat ketika menjalaninya, dengan begitu Anda tidak akan merasa terbelenggu dengan apa yang selama ini mengganggu perasaan dan pikiran”. Nurani,hanya cenderung kepada kebaikan dan kebenaran. Kemudian nurani mana yang bisa menerima pacaran sebagai solusi? Dari sini kami berharap tulisan ini bisa menjadi masukan kepada pengelola Biro Konseling untuk lebih hati-hati menyikapi permasalahan klien dan memberikan solusi yang sesuai dengan Islam, mengingat kampus Muhammadiyah kita tercinta. Kami juga mengajak kepada semua elemen khususnya mahasiswa dan organisasi –organisasi mahasiswa intra kampus untuk tetap kritis menyikapi apa yang terjadi di kampus milik kita bersama ini. Terima kasih kepada Bestari yang telah memuat tulisan ini. Wassalamu’alaikum wr.wb Hanief Mahasiswa FKIP

Prinsip Pelayanan kok Kurang Ramah? Kepada Yth. Penjaga Perpustakaan Masjid Banyaknya tugas kuliah membuat kami mau tidak mau sering ke perpustakaan masjid lantai dua. Namun, kemudian kami mendapati petugas yang berjaga di sana kurang bisa bersikap ramah. Padahal, segala kegiatan aktivitas yang berkaitan dengan interaksi dengan orang lain dan pelayanan membutuhkan—bahkan wajib—senyum dan keramahan. Karena pelayanan yang terkesan ketus dan kurang ramah tersebut, kami sebagai pengunjung sering kali memilih tidak berurusan dengan petugas meskipun kami sebenarnya memerlukan bantuan. HE Mahasiswa FAI

Tema "Kata Mereka" Edisi 263 (Juni): "Sensus penduduk ideal, sistem de facto atau de jure?"


BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

KONSULTASI

Biro

Konseling

Teman Sekamarku Cerewet

Cerry, panggil saja aku seperti itu, aku mahasiswi yang baru berumur 20 tahun. Sebenarnya saya ingin cerita banyak secara langsung ke tim BK, namun bingung mau cerita pada siapa dan juga malu kalau bertemu secara langsung dengan tim BK. Begini ceritanya, saya sekarang sedang punya masalah dengan teman satu kamar saya di kos. Mungkin memang bukan masalah yang tidak tampak secara mata, tapi di hati sangat terasa. Saya sering kali jengkel dengan kebiasaan teman saya yang selalu mengomentari setiap tindak-tanduk saya. Selain itu, saya juga masih menyimpan “ga enak hati” dengannya, garagara dia pernah lancang membuka barang titipan dari orang tua saya untuk teman kakak saya yang ada di Malang tanpa sepengetahuan saya, sehingga saya harus memberikan “paket” yang sudah tidak utuh lagi. Saya merasa malu sekali pada teman kakak saya tersebut, karena harus menyerahkan paket yang menurut saya sudah tidak layak lagi untuk diserahkan, saya merasa seperti itu tidak hanya karena dia teman kakak saya namun juga karena teman kakak saya itu adalah orang yang sangat baik terhadap keluarga kami. Saya benar-benar jengkel. Selain itu, teman satu kamar saya ini, sangat perhitungan dalam segala hal, ibarat kata Rp 500an pun dihitung, padahal saya sama sekali tidak pernah perhitungan dengan apapun yang saya miliki. Selain itu, kebiasaan teman saya yang sering kali menerima telepon saat tengah malam sangat mengganggu saya, ditambah lagi suaranya yang “over loud” membuat saya risih. Tidak cukup itu saja, dia juga tidak peduli saat itu saya lagi sakit atau sehat, dia tetap dengan suka hati melakukan kebiasaannya tersebut. Selain itu, dia tidak pernah bisa berhenti “mengoceh”, sedangkan saya orangnya kurang suka ngobrol, apalagi untuk masalah-masalah yang kurang penting. Meski adakalanya saya mau mendengarkan semua cerita-ceritanya itu. Sampai saat ini, dari sebegitu banyaknya hal yang membuat saya merasa kurang cocok dengannya, sering kali saya tidak mau bertemu, apalagi ngobrol-ngobrol, dan hal ini bisa saya lakukan berhari-hari. Saya benar-benar bosan dengan kebiasaan-kebiasaan teman saya tadi. Apalagi kegemarannya yang selalu berkomentar itu, saya benar-benar gerah dan jenuh. Terus saya harus bagaimana mas / mbak? Apa yang

seharusnya saya lakukan? mohon bantuannya ya... Terima kasih Jawab: Mbak Cerry yang lagi bingung dan bête. Terima kasih telah mempercayakan BK sebagai tempat curhat. Memang tidak mudah memahami dan menerima kekurangan orang lain. Apalagi hampir 24 jam kita bertemu dengannya. Ditambah setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Namun semuanya tak lepas dari komunikasi yang baik antar individu. Mungkin mbak Cerry belum pernah mengutarakan apa yang dirasakan, sehingga dirasa perlu untuk mengutarakan apa yang menjadi keluhan mbak Cerry selama ini. Minimal beban yang dirasakan sedikit berkurang karena temanmu mengetahui apa yang kamu rasakan. Respons yang nantinya timbul pun juga dapat menjadi pembelajaran tersendiri bagi kalian berdua. Pada dasarnya tidak bisa kita menuntut orang lain menjadi apa yang kita inginkan. Namun semuanya membutuhkan proses dan komunikasi yang baik untuk dapat menjalin hubungan dengan orang lain. Setidaknya kita dapat mengambil pelajaran dari masalah yang kita hadapi dan mampu menyelesaikannya, bukan menghindarinya. Namun jika mbak Cerry merasa tidak ingin mengutarakan apa yang dirasakan, mungkin alternatif lain adalah pindah kamar atau kos. Karena dengan satu kamar satu penghuni, selain mengurangi masalah dengan orang lain, privasi kita juga lebih sedikit terjaga. Meskipun tidak menutup kemungkinan kita menemukan masalah yang baru di tempat yang baru pula. Namun dengan banyaknya pengalaman dalam hidup, membuat kita banyak belajar kok.. Apapun pilihan yang diambil Mbak Cerry, mudah-mudahan itu memang yang terbaik dan telah dipikirkan. Proses belajar dan penyelesaian yang bijaksana dapat membuat anda menentukan pilihan terbaik bagi anda. Selamat berjuang Tim UPT BK Masjid AR Fachruddin Lantai I Kampus III UMM Penanggungjawab : Hudaniah, M.Si.,P.Si konseling_bk@yahoo.com Telp : 0341-464318 ext 180

21

Nurani Gayus dan Ayat Akuntan Ayat terpanjang dalam Al-Qur’an (Q.S. Al Baqoroh: 282) adalah ayat yang oleh orang-orang Akuntansi disebut sebagai ayatnya Akuntan. Mengapa? Karena ayat ini berbicara tentang kewajiban untuk mencatat transaksi ekonomi (muamalah) oleh juru tulis dan disaksikan oleh 2 orang saksi: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orangorang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Baqoroh: 282) Lantas, apa kaitannya ayat ini dengan kasus Gayus? Pertama, Gayus tidak ‘mengenal’ ayat ini, atau kalaupun dia tahu, dia tidak memahaminya dengan baik dan benar. Buktinya? Penghujung ayat ini jelas ditutup dengan kalimat “Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. Kalimat penutup ini mengisyaratkan bahwa memang dalam transaksi ekonomi (baca: muamalah), ruang dan peluang untuk terjadinya ‘penyimpangan’ itu sangat besar. Karena muamalah itu menyangkut kebutuhan, uang, dan dominasi.

Kedua, ayat ini secara tegas memerintahkan adanya 2 orang saksi laki-laki, atau 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Allah telah memberikan rambu-rambu untuk meminimalisir ‘penyimpangan’ dan ‘pertikaian’ dalam aktivitas ekonomi melalui keberadaan saksi yang dituntut oleh Allah untuk berlaku jujur. Dalam konteks ini, jelas yang dilakukan oleh Gayus (dan teman-temannya) telah menyimpang dari aturan Allah. Catatan yang dibuat, saksi yang dihadirkan, dan pengakuan yang disampaikan, tidak bersandar kepada nilai-nilai ketaqwaan sebagaimana dituntut oleh ayat ini. Ketiga, menjaga dan menyampaikan amanah adalah wajib. Jabatan dan pekerjaan adalah amanah. Maka menjalankan pekerjaan atas suatu jabatan adalah juga suatu kewajiban. Tidak ada alasan yang dapat membenarkan seseorang untuk memperkaya diri melalui jabatan dan pekerjaannya, di luar ketentuan yang memang berlaku atas dirinya. Meskipun, atas pekerjaan dan jabatan itu, dia hanya mendapatkan ‘imbalan’ yang (menurutnya) ‘tidak layak’. Gaji yang diterima Gayus plus remunerasinya, mungkin menurutnya masih terlalu kecil untuk kapasitas dan kemampuannya. Namun hal itu tidak bisa dijadikan alasan untuk mencari sumber pendapatan lain dengan memanfaatkan jabatan dan pekerjaannya!! “Gayus” kah kita? Sebagai catatan penutup, saya ingin mengajak kepada kita semua untuk menghisab diri masingmasing. Jangan-jangan kita cuma pandai menuding dan mencela tindakan dan perilaku Gayus, namun ternyata kita tidak pandai menilai diri sendiri... Apakah kita telah tertib menjaga ‘amanah’ dana negara? Apakah kita telah ‘amanah’ terhadap diri kita sendiri? Bagaimana dengan dana-dana hibah yang kita terima tiap tahun itu? Apakah telah sesuai peruntukannya? Apakah kita tidak memanipulasi bukti transaksi? Apakah bukti transaksi yang kita buat itu “sah” di hadapan Allah? Apakah kita ‘memaksa’ diri kita untuk menganggap bahwa semua itu boleh-boleh saja? Mari tanyatakan pada hati nurani....... Wallahu a’lam

Ihyaul Ulum MD. Dosen Akutansi dan Pemateri P2KK

Kerja Sama Berbuntut Laporan Polisi BKBH Assalamu’alaikum, Wr.Wb. Pengasuh Rubrik Konsultasi Hukum Yang saya hormati, saya Anton dari Surabaya. Saya ingin menanyakan permasalahan yang sedang saya hadapi. Pada tanggal 15 April 2009, saya membuat perjanjian kerja sama dalam bentuk permodalan usaha dengan seseorang bernama AD. Perjanjian tersebut dibuat untuk jangka waktu 5 tahun. Dalam perjanjian tersebut disepakati bahwa AD akan menginvestasikan uangnya sebesar Rp 100.000.000 juta pada usaha jual beli mobil bekas yang saya kelola. Dalam perjanjian tersebut disepakati mengenai pembagian keuntungan dengan sistem bagi hasil dan saya harus mengembalikan modal AD secara bertahap dalam jangka waktu 6 bulan sejak ditandatanganinya perjanjian tersebut. Beberapa bulan berjalan, saya memenuhi kewajiban saya yaitu menyerahkan bagian keuntungan dan cicilan hutang modal pokok kepada AD disertai laporan keuangan dari setiap transaksi yang saya lakukan. Pada bulan Juli 2009, saya mengalami musibah kehilangan 1 unit mobil dengan kerugian kurang lebih Rp 150.000.000, peristiwa tersebut tentu saja mempengaruhi roda usaha saya. Setelah peristiwa tersebut,

saya tidak dapat memberikan bagian keuntungan maupun cicilan hutang modal pokok kepada AD selama 2 bulan. Pada bulan Oktober 2009, AD memperingatkan saya untuk segera melunasi sisa hutang modal pokok dan saya diberi waktu 3 bulan. Saya sudah mencoba menjelaskan dengan sejujurnya mengenai musibah yang saya alami, namun AD tetap tidak mau mengerti. Saya akhirnya mencari pinjaman kepada saudara saya. Namun uang pinjaman tersebut hanya cukup untuk mencicil sebagian dari sisa hutang modal pokok sampai modal saya pribadi habis (nol). AD ternyata menolak menerima pembayaran cicilan hutang modal pokok dari saya dan hanya mau menerima pembayaran seluruh sisa utang modal pokok. Saya mencoba melakukan negosiasi dengan AD, namun AD membuat perjanjian baru yang berjudul “ SURAT UTANG ”. Disebutkan dalam surat hutang tersebut saya diberi waktu 3 bulan untuk melunasinya. Namun hingga saat ini terus terang saya belum benar-benar belum bisa melunasinya. Beberapa saat kemudian datang surat dari kepolisian setempat yang isinya panggilan kepada saya sebagai “ Tersangka Kasus Penipuan, KUHP 378”. Saya benar-benar merasa terjepit dan tertekan. Yang ingin saya tanyakan adalah :

1. Sebagaimana saya ketahui, masalah kerja sama dan utang piutang adalah masuk ranah hukum perdata, mengapa sekarang bisa berubah jadi pidana? 2. Apakah tindakan saya seperti yang saya uraikan di atas mengandung unsur kriminal? 3. Apa yang harus saya lakukan untuk solusi masalah ini? Demikian konsultasi saya ini, besar harapan saya agar mendapatkan jawaban untuk menyelesaikan permasalahan yang saya hadapi ini. Atas jawaban dan saran pengasuh, saya sampaikan terima kasih. Jawab : Wa’alaikum salam, Wr.Wb. Bapak Anton yang saya hormati, saya turut prihatin atas permasalahan yang sedang anda hadapi. Berdasarkan kronologi kasus yang anda uraikan, perlu anda ketahui bahwa hubungan hukum antar anda dengan AD saat ini bukan lagi hubungan kerja sama usaha, tetapi telah berubah bentuk menjadi hubungan utang piutang antara debitur dengan kreditur. Hal ini tentu saja didasari surat utang yang telah anda tanda tangani. Saya memiliki asumsi dan kesimpulan yang sama dengan anda bahwa masalah yang sedang anda hadapi sekarang adalah murni masalah perdata. Persengketaan yang muncul antara

anda dengan AD adalah murni sengketa perdata, sebagaimana dipertegas dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 11-3-1970 Nomor 93 K/Kr/1969 yang menyatakan bahwa “Sengketa tentang utang-piutang merupakan sengketa perdata”. Dengan demikian, tindakan anda sama sekali tindak mengandung unsur kriminal/unsur pidana. Namun karena AD terlanjur melaporkan anda kepada kepolisian, maka yang bisa anda lakukan sekarang adalah memenuhi panggilan kepolisian untuk memberikan keterangan dalam status sebagai tersangka. Selanjutnya tunggu saja hasil pengembangan penyidikan yang dilakukan kepolisian. Dalam pengembangan penyidikan nantinya, apabila penyidik menemukan fakta bahwa perkara yang diperiksanya ternyata bukan merupakan tindak pidana, maka penyidik harus menghentikan penyidikan, sebagaimana diatur dalam pasal 109 KUHAP. Kalaupun perkara ini nantinya tetap sampai ke Pengadilan, anda masih punya kesempatan untuk melakukan pembelaan dalam persidangan nantinya. Perlu diingat, dalam hal seseorang berstatus “tersangka” tidak berarti bahwa kesalahan yang dituduhkan adalah benar adanya. Seseorang hanya dapat dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan adanya suatu putusan pengadilan yang berkekuatan hukum

tetap. Kemudian berkaitan dengan penolakan AD atas pembayaran cicilan utang modal pokok, dalam Pasal 1390 KUHPerdata disebutkan bahwa “Seorang debitur tidak dapat memaksa kreditur untuk menerima pembayaran utang dengan angsuran, meskipun utang itu dapat dibagi-bagi”. Artinya, meskipun debitur memiliki niat baik membayar hutang tersebut dengan cara mencicil, kreditur memiliki hak untuk menolak pembayaran dengan cara angsuran tersebut. Dalam hal ini sifatnya sangat subjektif sekali karena tergantung pada kemauan dan kebijakan si kreditur kepada debitur. Saran saya, anda hendaknya tetap melakukan upaya pendekatan secara persuasif kepada AD agar ditemukan jalan tengah yang menguntungkan kedua belah pihak, di samping anda juga harus bersikap kooperatif dengan penyidik. Berikan keterangan yang sebenar-benarnya dan sewajarnya kepada penyidik, tentunya dengan didukung alat bukti yang ada. Demikian jawaban dan saran saya, semoga dapat membantu menyelesaikan permasalahan anda. Wassalamu’alaikum, Wr.Wb. Tim UPT BKBH Masjid AR Fachruddin Lantai I Kampus III UMM bkbh_unmuh@yahoo.com Telp : 0341-464318 ext 193


22 BESTARI

OPINI

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Corak Drama Korea dan Dorama Jepang versus Ular Terbang Betapa. Manusia Indonesia mungkin perlu bersyukur karena dikaruniai imajinasi yang tinggi. Kita perlu mengapresiasi karya anak bangsa yang berkecimpung dalam dunia layar kaca dengan two thumbs up. Kalau perlu jempol kaki sekalian. Bagaimana tidak? Lihatlah (tak perlu sebut merek) betapa sinetron Indonesia begitu beragam. Ada yang penuh intrik seperti telenovela. Ada peran baik selalu baik terus tanpa pernah berbuat cela. Yang jahat juga demikian, selalu jahat terus tanpa ada sisi baiknya. Ada pula sinetron yang dipenuhi bermacam binatang yang bisa berubah-ubah bentuk; dari ular melata yang bisa terbang sampai seluruh jenis isi kebun binatang bisa hadir di sana—yang kalau melihat visual effect-nya hampir-hampir tidak tega. Saya pribadi bahkan tidak tahu apakah harus memutuskan untuk geleng-geleng kepala, tertawa, atau pergi saja. Saya sampai speechless kalau pas duduk di depan televisi dan melihat teman menontonnya. Belum lagi ada sinetron terbaru—yang (sepertinya) mirip salah satu film produksi Bollywood—dengan makhluk asing dari pesawat Unidentified Flying Object (UFO) berbicara “preketek, preketek, preketek….” Oh! Artis-artisnya juga begitu wah. Tentu saja karena barang-barang yang disandangnya juga lux. HP keluaran merk ternama dan mobil mewah bernuansa serupa. Lalu, apakah ada di antara kalian pernah melihat drama Korea atau dorama (drama Jepang)? Apa yang menarik di sana? Beberapa mungkin akan menjawab aktor dan aktrisnya, beberapa mungkin menyukai budayanya, dan beberapa lagi mungkin lebih melihat pada alur ceritanya. Sah-sah saja. Toh, melihat mereka berarti kita suka. Suka berarti menarik. Menarik berarti karena memang dikemas demikian. Dikemas demikian karena ada tujuan. Nah!. Namun, terlepas dari itu semua, ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya. Apakah itu? Film paling tidak bisa menjadi sarana. Atau, bisa pula mengandung misi. Lihatlah bagaimana cerdiknya Amerika menyuntikkan pemikiran dan budayanya lewat film ke Mesir. Negara adidaya ini membantu Mesir menghijaukan negaranya dengan imbalan ijin—yang sepertinya sepele— untuk memasarkan filmnya. Maka, meski negara ini di Indonesia terkenal dengan Al Azhar-nya, kehidupannya tak jauh beda dari Jakarta (kata yang pernah ke sana). Mungkin, mungkin saja ya karena kebetulan saya juga belum pernah berbicara dengan pemerintah sana, film-film drama Korea ataupun Jepang juga memiliki misinya meski dalam sisi yang berbeda. Ketika sedang asyik menonton, coba perhatikan bagaimana aktor dan aktrisnya begitu bangga memegang HP merk Samsung atau mengendarai Hyundai. Pun, lihatlah merk Toshiba ataupun Sony yang digunakannya pada barang-barang elektroniknya. Kita luput berpikir ke sana tetapi ternyata tanpa sadar justru itu iklan yang ampuh untuk membuat kita begitu gandrung dengan produk mereka. Artinya, ternyata lewat film pengaruh bisa ditancapkan dengan kuat. Lantas, apakah Indonesia sudah berpikir untuk menggunakannya sebagai media beriklan? Apakah pemerintah bersama pengusaha perfilman sudah duduk semeja saling sepakat bekerjasama? Semoga saja sudah, toh kita hanya bisa berharap kepada pemerintah dan semua lapisan masyarakat untuk bahu-membahu memajukan industri dalam negeri terutama setelah ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) mulai berlaku. Semoga saja lewat film ataupun sinetron Indonesia, kita bisa memperkenalkan produk-produk lokal kita dan suatu saat mengekspornya. Dan yang penting—ini yang paling penting dan perlu diingat—semoga saja kita tidak mengekspor ular terbang dengan visual effectnya yang “………..” ke Cina karena mereka sudah punya Liong (Naga). Nur Alifah Redaktur Pelaksana

Sejarah dan MaƟnya Gerakan Intelektual Muslim di Indonesia Berangkat dari adanya sikap diskriminasi dan segregasi penguasa kolonial pada abad ke-19, para intelektual muslim membentuk wacana pemikiran yang mampu mendorong umat muslim untuk melawan sikap depotisme dan menerobos spasial ruangan publik yang di bentuk oleh pemguasa kolonial. Langkah awal yang diambil adalah membentuk kolektifitas yang bersifat reaktif reformis-modernis dalam menginterpretasikan hakikat Islam. Langkah ini muncul pada akhir abad ke-19. Pada saat itu intelektual muslim diartikan sebagai ”intelektual pemikir”. Peran yang dimainkan oleh mereka adalah peran pembaharuan umat muslim konservatif menuju modernis. Sehingga dengan langkah ini ”intelektual pemikir” yakin akan mampu melawan kebijakan kolonial yang dianggap diskriminatif terhadap kaum muslim. Akhir abad ke-20, gerakan ”intelektual pemikir” mulai membuahkan hasil. Hal ini dibuktikan oleh adanya intelektual muslim yang menduduki posisi birokrasi dalam institusi negara. Yudi Latif (2005,2) mengatakan signifikansi politik dari intelegensia muslim semakin nyata pada masa pemerintahan (transisi) Habibie, yaitu ketika para anggota kabinet dan pejabat senior birokrasi kebanyakan berasal dari para anggota ICMI. Saat yang bersamaan, kepemimpinan Partai Golkar (yang merupakan penerus Orde Baru) mulai didominasi oleh para mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).Capaian politik Intelegensia Muslim ini memuncak dengan terpilihnya Almarhum Abdurrahman Wahid (mantan ketua Tanfidziayah Nahdlatul Ulama) sebagai presiden pasca- Habibie, yang disusul dengan penunjukan figur- figur muslim sebagai pejabat- pejabat senior negara. Dalam waktu yang sama, kemenangan politik Islam pada akhir abad ke-20 menciptakan ruang disintegrasi pergerakan intelektual muslim. Akhirnya kemenangan intelektual muslim disebut sebagai kemenangan yang

Oleh: Salahudin, S.IP* tidak ”murni”, artinya kemenangan yang hanya menciptakan pemisahan identitas atau ideologi dalam tubuh Islam. Hal ini disebabkan oleh adanya arogansi elit politik Islam. Yudi Latif, mencatat meskipun peran intelegensia muslim pada akhir abad ke-20 telah mampu mencapai kredibilitas intelektual yang lebih kuat, juga menempati posisi- posisi politik dan birokratik yang lebih baik, partai politik muslim secara keseluruhan tak kunjung memperoleh dukungan suara mayoritas. Pada Pemilihan Umum 1998, jumlah suara yang diperoleh oleh semua partai politik muslim, hanya sebesar 37,46% dari total kursi di DPR (yakni, 173 kursi dari total 462 kursi yang ada). Lebih dari itu, saat posisi politik dan birokratik dari intelegensi muslim meningkat, sebagian besar dari para pemimpin senior Islam menjadi kurang terobsesi dengan klaim- klaim Islam. Era reformasi intelegensi muslim semakin menyebar dan bercerai-berai. Hal ini ditandai oleh munculnya partai-partai politik muslim yang membawa bendera yang berbeda. Perbedaan bendera, sesungguhnya menandai adanya perbedaan metode politik yang diterapkan untuk mencapai tujuan ”suci” seperti yang disebutkan di atas. Partai muslim tersebut dikelompokan oleh Yudi Latif kedalam dua kelompok yaitu partai muslim liberal dan yang non liberal (konservatif). Kondisi tersebut mengundang perdebatan identitas muslim dalam pengklaiman atau pengakuan sebagai identitas yang ”murni” yaitu identitas yang benar atau ekstremnya adalah sebagai identitas yang suci berdasarkan prespektif keagamaan. Yudi Latif (2005;4) mengatakan pertarungan ideologi dan identitas politik baik antar maupun intra tradisi- tradisi intelektual yang berbeda dan ekspresi yang beragam. Di sini, politik Islam mengalami fragmentasi internal dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, hal ini ditandai oleh banyaknya partai politik Islam yang saling merebut kekuasaan. Sepanjang era reformasi, intelegensia muslim yang pernah bersatu dalam Ikatan Cendekiawa Muslim Indonesia (ICMI) menjadi tercerai- berai kedalam beragam orientasi partai. Orientasi

partai muslim tidak hanya lagi terfokus pada pengklaiman perjuangan ideologi Islam dalam tatanan kenegaraan. Bahkan, ada partai politik muslim yang ekstrim untuk memisahkan politik dengan Islam. Orientasi partai tersebut biasanya disebut partai sekuler (nasionalis). Di sisi lain, ada juga partai muslim yang mempertahankan idealitas untuk membangun nilai-nilai Islam dalam tatanan kenegaraan. Dalam proses yang panjang, partai politik sekuler (nasionalis) dan non-sekuler (konservatif) menciptakan perdebatan yang alot untuk mempertahankan identitas dalam tatanan kenegaraan. Internal partai politik yang non-sekuler (konservativ) mengalami fragmentasi untuk mempertahankan identitasnya dalam tatanan kenegaraan, misalnya PBB, PKB, PKS, PPP, PBR, dan masih banyak yang lainya. Sederetan partai Islam tersebut memiliki metode yang berbeda dalam mencapai tujuan yang sama. Perbedaan motode tersebut seringkali memunculkan perdebatan untuk mendapatkan posisi yang ternama di antara yang lainya. Kondisi ini dimanfaatkan oleh partai politik yang sekuler untuk mengambil posisi kenegaraan yang sesuai dengan orientasi awal mereka yaitu memisahkan asas Islam dalam perpolitikan. Puncak perjuangan partai politik sekuler mencapai kemenangan dengan di syahkannya Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik yang mempertegaskan asas tunggal, yaitu Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Artinya asas Islam disingkirkan dalam perpolitikan. Dan semua partai muslim yang non sekuler yang berasaskan Islam harus berasaskan Pancasila dan UUD 1945. Gerakan intelektual muslim yang nonsekuler untuk melakukan revivalisme nilai- nilai islam dalam perpolitikan, sesungguhnya tidak mampu menembus gerakan kaum intelektual Muslim sekuler yang benar-benar terfokus dalam memperkuat nilai-nilai persatuan (nasionalis) yang tanpa menyibukan diri dalam memperklaimkan kesucian identitas dalam perspektif keagamaan. Pengklaiman kesucian identitas sesungguhnya menghambat dalam mencapai kekuasaan untuk memegang kendali ruang publik. Gerakan yang terfokus dalam bidang politik adalah salah satu strategi untuk mencapai kemenangan. *Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas

Pembatalan UU BHP

Sebuah Oase Menuju Pendidikan Humanis

Kontroversi tentang UU BHP terjawab sudah. Selasa 31 Maret 2010 Mah kamah Konstitusi akhirnya membatalkan UU BHP yang selama ini meresahkan masyarakat Indonesia. Beberapa pasal yang dinilai merugikan mahasiswa dan calon mahasiswa menjadi landasan bagi MK untuk membatalkan UU no 9 Tahun 2009 tersebut. Kita ketahui bersama kemunculan UU BHP membuat dunia pendidikan khususnya PTN kelimpungan dalam hal pendanaan yang akan digunakan untuk operasional PTN tersebut. Kebijakan pemerintah menjadikan lem Dampaknya, PTN beramai-ramai mengambil langkah yang kurang humanis, yaitu membuat kebijakan terkait pembiayaan pendidikan. Beberapa cara pun mulai ditempuh seperti memperluas “kawasan” pendidikan, menaikkan biaya kuliah, menerima calon mahasiswa baru dengan beberapa jalur penerimaan sampai membuka profit center untuk menunjang kebutuhan kampus-kampus tersebut. Imbasnya tentu saja menimpa mahasiswa dan calon mahasiswa, karena ketentuan dalam UU BHP menempatkan peserta didik bukan sebagai warga negara yang berhak mendapatkan akses pendidikan.

Oleh :

Radfan Faisal* Pendidikan Wong Cilik Berbicara pendidikan di Indonesia tidak akan habis untuk dibicarakan. Ia bak raja ”zalim” yang mengangkangi hak-hak rakyat. Pendidikan tidak pernah berpihak pada rakyat miskin, ia hanya terpaku dan dinikmati kaum berduit. Betapa tidak masuk taman kanak-kanak saja harus mengeluarkan jutaan rupiah, apalagi pendidikan yang lebih tinggi. Solusi yang ditawarkan pun hanya berganti baju namun dengan aplikasi yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya yang kita kenal dengan BHMN. Pencabutan subsidi pendidikan mengakibatkan perguruan tinggi BHMN menaikkan harga dengan alasan meningkatkan mutu. Alasan peningkatan mutu pendidikan dengan mematok harga tinggi tidak selamanya dapat dibenarkan. Harga mahal tidak berarti peserta didik menjadi mandiri. Salah satu contoh penindas gaya baru dalam UU BHP pada pasal (2) yang menyatakan bahwa ” Semua perguruan tinggi harus menjadi badan hukum perguruan tinggi”. Sebenarnya BHP adalah kelangsungan dari keinginan pemerintah untuk cuci tangan dari masalah pendidikan. Swastanisasi pendidikan nasional tak ubahnya melanggengkan pendidikan kolonial yang menginginkan adanya korporasi dalam

dunia pendidikan. Artinya, dahulu pendidikan kolonial menghendaki orang dari golongan ningrat saja yang dapat mengenyam pendidikan, sedangkan kaum pribumi tidak boleh sekolah dan hanya di dalam rumah menjadi buruhburuh kaum majikan. Dengan sistem seperti ini , masyarakat miskin akan semakin msikin dan bodoh yang nantinya akan menjadi tamu di negeri sendiri karena yang kaya akan menindas dengan kepandaiannya. Pemerintah seharusnya mengusahakan subsidi bagi rakyatnya dan segera merealisasikan amanat Undang-Undang untuk anggaran pendidikan sebesar 20%. Selama ini keputusan yang diambil pemerintah justru melanggar konstitusi dan melanggar pasal 31 UUD 1945 yang bermakna pendidikan adalah hak segala bangsa, hak setiap warga negara. Pasal itu menegaskan bahwa pendidikan adalah elemen tak terpisahkan dalam membangun bangsa. Dalam dunia pendidikan kita, rakyat kecil (wong cilik) hanya sebagai pelengkap. Pendidikan yang terjangkau ternyata ”jauh panggang dari api”. Akibat lebih luas lagi banyak anak didik putus sekolah, ketika semakin banyak anak yang putus sekolah maka tunggulah saat kehancuran bangsa ini. Maka untuk menghadapi realita diatas sudah semestinya langkah MK kita dukung bersama sebagai bentuk kepedulian kita pada nasib pendidikan di Indonesia. * Mahasiswa Sosiologi 2009


BESTARI No. 260 /TH.XXII/MARET/2010

HUMANIORA Sebuah Catatan Perjalanan ke Jepang

23

Aishiteru, Sekelumit Cerita dari Negeri Sakura Ohaiyo Gozaimasu! Ketika pertama kali menjejakkan kaki di negeri yang ketika menjajah Indonesia terkenal dengan Nippon ini, hembusan angin yang tidak terlalu dingin mulai menerpa wajahku. Namun, ketika sampai di Narita sekitar jam 7 pagi, kehangatan mataharilah yang kutemui. Jalan-jalan lumayan sepi sepanjang rute limousine bus yang membawaku dari Narita ke Tokyo. Jalanan juga sangat bersih. Bahkan, aku hampir tidak pernah mendengarkan suara klakson mobil berbunyi. Hmm…sesaat pikiranku melayang ke Indonesia. Betapa kontrasnya. Saat itu hatiku berkata, inilah awal perjalananku di negeri para samurai, Jepang. Bulan-bulan pertama aku disambut dengan pemandangan indah di setiap sudut taman Tokyo. Sisa-sisa akhir musim gugur masih sempat menyapaku dengan hamparan tamannya yang menyemburatkan aneka ragam warna daun dengan dominasi warna kuning. Kebetulan lembaga penelitian tempatku meneliti ini menyediakan sebuah ruangan kantor lengkap untukku. Dari jendela, aku bisa puas memandang panorama indah taman Hibiya yang berada di belakang istana kaisar, kantor Perdana Menteri dan parlemen Jepang. Alhamdulillah, itulah kalimat yang selalu aku ucapkan. Jauh di luar dugaanku, The Japan Institute of International Affairs, lembaga tempatku meneliti adalah salah satu lembaga elit di Jepang. Selain itu, hal yang sangat aku syukuri adalah kesempatan bertemu dengan banyak orang penting seperti Perdana Menteri Hatoyama dan berdiskusi dengan Presiden Meksiko. Aku juga berkesempatan melihat langsung keluarga Kaisar Jepang Akihito yang hanya bertemu publik dua kali setahun. Dalam proses penelitian ini, aku mendapatkan kesempatan sebagai peneliti di bawah bimbingan Profesor Furuta dari University of Tokyo, universitas terbaik di Jepang sekaligus presentasi di hadapan mahasiswa universitas ini. Penelitian tentang diplomasi publik Jepang, mau tak mau membuatku larut dalam kehidupan masyarakat Tokyo. Aku mulai terbiasa berjalan cepat, menyeberang jalan dengan

RESENSI “...seorang yang ingin mengikat tali kasih dengan sahabatnya harus berani berkorban, baik berupa harta, tenaga, pikiran, dan lain sebagainya karena suatu saat sahabat kita pasti membutuhkan bantuan kita.” Itulah penggalan isi buku dari penulis yang salah satunya masih berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Agama Islam UMM itu. Bahasanya sederhana, kupasannya ringkas dan sistematis, namun uraiannya begitu mendalam. Tak hanya persahabatan, The Secrets of Friendship juga menawarkan kiat praktis membangun keharmonisan hubungan sosial dalam masyarakat Buku karya dua penulis yang memang sudah bersahabat ini menggambarkan makna hakiki sebuah persahabatan sejati. Tak hanya melulu pengalaman dan pendapat pribadi, penulis juga memperkayanya dengan nasihat para sahabat nabi, untaian mutiara kata Khalil Gibran, khasanah persahabatan dalam Islam, dan butiran kalimat penuh hikmah dari Al-Qur’an. Dengan bahasa

tertib, tepat waktu, dan kerja keras. Selain itu, penelitian ini juga membawaku masuk dalam bermacam lapisan masyarakat Jepang mulai dari pelajar, mahasiswa, orang biasa, pegawai, politisi, anggota parlemen, dan kementrian. Aku blusukan ke berbagai tempat di Tokyo terutama yang berkaitan dengan masalah pop culture. Satu tempat yang tidak bisa dilewatkan adalah Harajuku! Tempat ini hanya berjarak satu stasiun dari Shibuya atau sekitar dua menit perjalanan. Sementara itu, Shibuya dari apartemenku hanya sekitar 10 menit atau dua stasiun. Tokyo: Mengunjungi Harajuku, Akihabara, dan Shibuya Harajuku seperti yang dikenal di Indonesia adalah pusat fashion Jepang. Harajuku sebenarnya adalah nama sebuah stasiun tua dan pertama di Tokyo. Orang Jepang masih mempertahankan keaslian bangunan stasiun ini, meskipun di seberang jalannya berdiri bangunan modern. Yang paling terkenal adalah takhesita dori, jalan kecil dengan toko-toko fashion di kanan kiri yang selalu padat dengan pengunjung. Yang menarik dari Harajuku adalah di belakang stasiun ini terdapat sebuah taman besar dan kuil Meiji. Bisa dikatakan Harajuku merupakan perpaduan dunia modern dan tradisional. Di depan gerbang kuil Meiji terdapat sebuah jembatan besar (jingo bridge). Di situlah biasanya anak muda Jepang berkumpul dengan dandanan yang kadang aneh yang kita kenal dengan harajuku style. Di sini pula aku membuktikan bahwa diplomasi menjadi indah dilakukan dengan pendekatan budaya, saat pada suatu minggu aku bisa bermain gitar dan bernyanyi lagu Jepang-Indonesia “Eien no Ai” dari Ten 2 Five bersama orang Jepang di sini. Tempat lain yang menjadi “langganan” selama proses penelitian adalah di Akihabara. Akihabara adalah pusat elektronik, anime, dan manga. Mudah sekali menemukan otaku (penggemar anime dan manga) berkumpul di sini. Tak perlu heran, di Akihabara, sudah menjadi hal yang bias ajika melihat orang-orang memakai pakaian ala komik dan film kartun Jepang (cosplayer).

Oleh: Tonny Dian Effendi* Saat itu, mataku menangkap sesosok yang populer bagi penggemar kartun di tanah airku sendiri. Dengan berpakaian ala Naruto, ia berkeliaran kesana-kemari memberikan brosur. Di sudut lain, maido girl (gadis Jepang yang berdandan ala gadis Eropa) menawarkan tissue gratis. Ada juga beberapa gadis yang berpakaian seperti Sailormoon. Yang paling sering ditemui di segala sudut Tokyo dan Jepang secara keseluruhan adalah para pelajar putri yang bangga sekali memakai jas seragam sekolah mereka. Jas almamater mereka melambangkan gengsi dan fashion, maka tidak aneh jika di beberapa sekolah elit, jas almamater lengkap dengan seragamnya bisa mencapai 10 ribu Yen atau 1 juta rupiah. Tahun baru di Tokyo menjadi hal yang baru dan aneh. Aku berkeliling Tokyo mencari tempat yang biasa dipakai orang-orang berkumpul merayakan tahun baru, tapi tak satu pun kujumpai. Ternyata, mereka banyak menghabiskan waktu di kafe atau restoran untuk makan bersama dan sebagian yang lain pergi ke kuil untuk berdoa. Makanya, ketika tahun baru tiba, justru beberapa kuil besar seperti di Asakusa ramai dengan orang yang berdoa. Akhirnya, tahun baru kurayakan di Shibuya, sebuah pusat simpang lima yang selalu ramai dengan orang. Di tempat ini pula salah satu adegan film Too Fast Too Furious dibuat. Berbeda dari umumnya yang banyak kutemui, perayaan tahun baru di Shibuya tidak menggunakan perhitungan mundur (count down) maupun tiupan terompet. Kebanyakan yang berkumpul di situ adalah orang asing. Salju, Geisha, dan Bom Atom Di Tokyo sangat jarang turun salju, meskipun dalam bulan Januari–Februari, suhu rata-rata berkisar 1-5 derajat celcius dan kadang minus. Alhamdulillah aku mendapatkan undangan ke Niigata untuk menghadiri pertemuan regional negara-negara Asia Timur Laut. Niigata adalah kota pelabuhan Jepang yang

langsung menghadap ke Korea. Di sini baru bisa kujumpai salju-salju tebal menghampiriku dan menemani perjalananku di jalan-jalan kota Niigata. Perjalanan Tokyo-Niigata pulang pergi kutempuh dengan Shinkansen, kereta cepat Jepang yang bertingkat. Dalam pikiranku, menumpang kereta ini layaknya naik pesawat terbang. Kyoto menjadi pilihan selanjutnya. Ibukota Jepang sebelum beralih ke Tokyo ini memberikan pemandangan yang sangat jauh berbeda dengan Tokyo. Di sana tidak ada gedung-gedung tinggi seperti di Tokyo. Dari beberapa yang ada, salah satunya adalah stasiun Kyoto yang memiliki sebuah taman di atas gedungnya. Perjalanan ke Kyoto membawaku pertama kali ke Kinkaku-ji atau Rokuon-ji, sebuah kuil berlapis emas murni yang bediri di tengah danau. Di sinilah aku mendapatkan cerita bahwa salah satu alasan mengapa Mongolia pernah menyerang Jepang adalah untuk mendapatkan emas tersebut. Namun akhirnya, ribuan pasukan Mongolia tewas bukan karena perang namun tenggelam terkena badai ketika menyeberangi laut dalam perjalanannya ke Jepang. Peristiwa itulah yang kemudian membuat kamikaze atau angin dewa menjadi ikon penting di Jepang. Tujuan berikutnya adalah Kiyomizu-dera, sebuah kuil yang berada di puncak gunung. Dari sini, pemandangan kota Kyoto akan jelas terlihat. Tempat lain yang tidak akan terlupakan adalah jalan-jalan kecil di Gion. Untuk pertama kalinya aku melihat apa yang pernah diceritakan di film dan buku yaitu maiko atau satu tahapan perempuan yang ingin menjadi geisha. Jalan yang kutapaki di Gion telah berumur ribuan tahun dan masih tetap terjaga asli bahkan rumah-rumahnya. Kyoto membawaku ke satu sisi kehidupan lain dari Jepang. Orang berjalan dengan lebih lambat, tenang, dan tidak banyak orang berteriak menawarkan barang seperti yang kutemui di Tokyo. Setelah dari Gion, Hiroshima menjadi tujuan akhir perjalanan menyusuri Honshu. Tentu saja tempat yang tidak kulewatkan adalah memo-

rial park dari bom atom dan juga Hiroshima dome. Salah satu yang membuat bangga adalah bahasa Indonesia ternyata menjadi salah satu bahasa pengantar penjelasan isi museum tersebut. Sebelum meninggalkan Hiroshima, tidak lupa kutorehkan tanda tangan dan pesan untuk mendukung perdamaian dunia bebas senjata nuklir. Setelah kembali ke Tokyo, aku tidak ingin melewatkan tempat bersejarah penting lain yaitu kuil Yasukuni. Kuil ini menjadi penting karena pernah menjadi sumber permasalahan antara Jepang-China dan Korea. Hubungan Jepang dengan dua negara tetangga tersebut sempat memanas karena PM. Koizumi mengunjungi kuil ini. Sebenarnya, kuil ini dipersembahkan untuk arwah para tentara Jepang yang berjuang demi tanah airnya. Bunga sakura mulai mekar di mana-mana menjelang hari-hari terakhirku di sana. Warnanya yang indah menyemarakkan setiap sudut taman kota Tokyo. Di bawahnya, banyak orang berkumpul untuk makan dan minum yang dikenal dengan tradisi hanami. Orang-orang tersebut menggelar tikar di bawah pohon sakura, ngobrol, dan makan-minum untuk merayakan cherry blossom dan plum blossom. Mereka melakukan tradisi ini tidak hanya di siang hari namun juga di malam hari (yosakura). Biasanya, mereka ditemani lentera atau lampion yang berdiri dan berjejer dengan indah. Jepang, sebuah negeri yang mempesona dengan masyarakat yang makmur dan sangat menghargai tradisi. Kehidupan di Jepang banyak menginspirasiku untuk berfikir kembali tentang bagaimana seharusnya hidup berjalan. Banyak pelajaran yang kudapat dari negeri Matahari Terbit ini. Akhirnya, hanya bisa kuucap rasa terima kasih yang tak terhingga atas kesempatan berharga ini. Arigatou Gozaimasu. *Penulis adalah dosen Hubungan Internasional UMM, sekaligus peneliti visiting fellow pada The Japan Institute of International Affairs.

Menyelam Bebas dalam Indahnya Samudra Persahabatan Tanpa Batas penyampaian yang “mengena”, buku ini mengajak kita untuk lebih menghargai makna hadirnya sahabat di samping kita. Sejak terlahir ke dunia, pada dasarnya manusia sudah bersahabat. Keluarga adalah sahabat pertama. Karena kasih sayang mereka, seorang bayi dapat hidup dan tumbuh sebagai manusia dewasa. Ketika anak mulai tumbuh, sahabat bisa muncul dalam wujud seorang ayah, saudara, guru, ataupun teman bermain. Merekalah sumber cahaya dalam kegelapan dan saat diri kehilangan arah dalam kehidupan. Namun, seiring berjalannya waktu, manusia sering kali lupa makna penting persahabatan dan nilai luhur sahabat itu sendiri. Bahkan, tidak jarang dijumpai persahabatan berubah menjadi permusuhan akibat kurangnya ilmu dan rasa saling memahami (tafahum). Padahal, hadirnya sahabat merupakan kebutuhan jiwa tiap insan. Pada bagian awal buku pertama Muhammad Rajab ini, pembaca diajak menyelami makna lautan

persahabatan. Apa itu persahabatan, indahnya persahabatan, cinta dalam persahabatan, hingga arti penting seorang sahabat dijabarkan penulis dengan begitu dalam dan indah. Pada bagian kedua, giliran penulis menyajikan kiat-kiat membangun

rahasia penting persahabatan, bagaimana menjaganya agar tetap kokoh karena manusia pasti tidak lepas dari salah dan dosa. Sahabat pun pasti pernah berbuat salah atau menyakiti kita, begitu juga sebaliknya. Penulis juga menguraikan bahwa menjaga persahabatan bukanlah suatu hal yang mudah. Orang yang tidak pandai menjaga persahabatan akan terus dilanda kesulitan dan kesedihan akibat kehilangan makna persahabatan yang dibangunnya. Untuk itu, pada bagian akhir, dengan semangat berbagi yang begitu terasa dalam tiap kalimatnya, penulis menjabarkan rahasia menjaga persahabatan agar tetap utuh sehingga mampu memperkaya ruh kejiwaan seseorang. Tak lupa, dalam tiap penjabaran, Judul Buku

simpati dan kepercayaan orang lain karena persahabatan yang dibangun dengan nilai-nilai luhur akan terasa lebih indah dan langgeng. Pada bagian selanjutnya, penulis mengungkap

Penulis Cetakan Tebal Buku Penerbit Peresensi

penulis selalu mencantumkan sumber gagasannya sehingga memudahkan kita untuk menelusuri lebih dalam suatu topik yang disajikan dalam daftar pustaka. Akhirnya, melalui serangkaian kata bijak yang mudah dicerna, kita sebagai seorang manusia akan dirangkul untuk memasuki dunia persahabatan yang mungkin belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Dengan hadirnya buku ini pula, kita akan mendapat kesempatan untuk menggali solusi kehidupan bermasyarakat dewasa ini yang mulai sarat krisis moral dan pudarnya nilai ketulusan persahabatan. Sayang jika buku yang satu ini dilewatkan. Selamat membaca dan menyelami samudra persahabatan tanpa batas!

: The Secrets of Friendship, 40 Pintu Sukses Membangun Persahabatan : Muhammad Rajab, Abdul Wahid Shomad : Cetakan Pertama, Maret 2010 / Rabi’ul Awwal 1431 H : 174 Halaman : PRESTASI : Demosa Neva Sukmono, Mahasiswa Fakultas Psikologi UMM


calendar design by. zack


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.