




Pernikahan adalah sesuatu yang sakral yang hanya akan terjadi satu kali dalam hidup anda. Tentunya moment ini tidak ingin dilalui dengan pesta yang biasa saja. Tempat yang indah serta dikelilingi oleh keluarga besar yang selalu tersenyum bahagia sepanjang pesta pernikahan anda menjadi penyempurna hari terindah sepanjang hidup pasangan pengantin. namun untuk mencari tempat yang indah juga membutuhkan tenaga yang lebih. Sebagian orang memilih tempat terbuka dengan pemandangan nan menawan untuk mengabadikan moment sakral mereka. Tetapi hal itu pun tak akan sepenuhnya berakhir indah, musim hujan yang tak menentu bisa membuyarkan mimpi indah anda di saat hari h tiba.
Belum lagi mendatangkan keluarga besar anda ke tempat terbuka nan indah itu juga akan jauh lebih sulit. Sebab sebagian dari mereka akan keberatan karena tuntutan pekerjaan mereka masing-masing.
Di situasi seperti ini, agaknya ballroom yang lengkap dengan fasilitas bulan madu yang nyaman di tengah kota lah yang menjadi pilihan paling sempurna.
namun tak semua ballroom di pusat kota Surabaya memiliki fasilitas yang diinginkan. hanya ada satu hotel yang menawarkan fasilitas wedding impian anda, yakni The empire Palace yang terletak di JL Blauran no 57-75 kota Surabaya.
The empire Palace memiliki sedikitnya 17 ballroom yang bisa memuat 8.000 undangan hingga 20 undangan sekalipun. Dan uniknya di The empire Palace, semua ballroom yang ada memiliki bentuk serta interior yang berbeda-beda. Sehingga anda bisa memilih tema dan interior yang cocok untuk pernikahan anda.
Tak hanya itu saja ballroom di setiap lantainya juga menawarkan pemandangan kota Surabaya yang berbedabeda pula sehingga para tamu-tamu yang datang ke pesta tak akan jenuh dan memiliki banyak spot berfoto yang menarik, apalagi di zaman yang sedang booming dengan aksi foto selfi saat ini.
Dan yang paling menarik bagi pasangan pengantin baru, adalah tersedianya paket ballroom dan kamar bulan madu nan indah di The empire Palace. Sehingga anda bak raja dan ratu sehari sesungguhnya. Berbicara tentang pesta yang sempurna tentu juga harus ditunjang oleh makanan dan kudapan yang istimewa pula. The empire Palace memiliki chef-chef handal dibidangnya. Berbagai macam menu internasional dan tradisional siap memanjakan lidah para tamu. Dan sebagaian besar menu yang dihidangkan akan berbeda rasa dan sensasinya dengan citarasa hotel-hotel lainnya yang pernah anda kunjungi.
Tak hanya itu saja The empire Palace juga sangat cocok untuk acara Gathering perusahaan maupun keluarga, pesta Ulang Tahun anak hingga perayaan ulang tahun pernikahan hingga bisnis meeting dan aktivitas keagamaan pun bisa dilakukan di ballroom The empire Palace yang indah.
The empire Palace bisa menampung banyak event sekaligus, sebab fasilitas pendukungnya yang sudah sangat memadai. Diantaranya terdapat escalator yang menghubungkan lantai G1 dengan lantai 1 serta 8 unit lift mulai dari kapasitas 15 orang hingga 40 orang sehingga para tamu maupun peserta seminar akan lebih nyaman dan cepat ke ballroom yang hendak mereka tuju.
Fasilitas lainnya adalah area parkirnya yang luas dan mampu menampung ribuan kendaraan roda empat dan roda dua dalam satu waktu. Terdapat juga 2 akses masuk dan 3 akses keluar parkiran sehingga memperlancar arus keluar-masuk tamu saat event sedang berlangsung.
Fasilitas penunjang lainnya, The empire Palace terletak di jantung kota Surabaya. Diantaranya dekat dengan Jl Tunjungan yang menjadi pusat perbelajaan terbesar di Surabaya dan pasar Blauran. Posisinya yang berada di tengah kota juga memungkinkan untuk menjelajahi kota Surabaya dengan mudah.
Omzet Occupansi empire meningkat
Semenjak dipegang langsung oleh Gunawan angka Widjaja, peningkatan occupansi omset dari gedung empire Pallace semakin meningkat.
kuasa hukum Gunawan angkawidjaja, Teguh Suharto Utomo menyatakan sewa ballroom di empire justeru meningkat tajam dan sangat jauh apabila dibandingkan waktu pengelolaan dipegang Trisulowati alias Chin Chin. Yang mana saat itu untuk pemasukan sewa 10 lokasi ballroom sangat sedikit, yakni jumlah dari total penyewaan puluhan ballroom tersebut, setara dengan biaya sewa dua ballroom.
namun, saat ini, biaya tersebut diklaim berbalik 180 derajad, yakni penghasilan dua ballroom sama dengan penghasilan 10 ballroom full booked. Beberapa indikasi dinilai menjadi faktor utama peningkatan tersebut.
hingga saat ini, pihak manajemen empire Pallace dikatakan Teguh masih menangani banjir pemesanaan biaya sewa dari tiap-tiap ruang gedung yang dikhususkan untuk convention maupun penginapan ini. uci/but/adv
Tertarik, maka anda tinggal menghubungi
The emPire PaLaCe
Jl Blauran no 57-75 Surabaya atau via telp di 031-5329999 atau 031-5329888. maka anda akan mendapatkan pelayanan dengan standar internasional
beritajatim
inTerneT adalah paradoks. Sulit membantah bahwa pande emas asal Jerman bernama Johannes Gutenberg bertanggung jawab terhadap percetakan portabel, yang menurut Francis Bacon dalam Novum Organum, ‘mengubah wajah dan kondisi segala sesuatu di muka bumi’. Banyak orang kehilangan otoritas keilmuan dan pengetahuan setelah mesin cetak menggandakan injil dan bukubuku babon peradaban lainnya.
Namun internet yang berkembang menjadi world wide web menghantam peradaban melebihi mesin cetak Gutenberg atau televisi. Walter Isaacson dalam The Innovators menyebut, awalnya ini bagian dari persekutuan militer, dunia akademis, dan korporasi swasta yang diprakarsai seorang profesor MIT yang khawatir Amerika Serikat kalah dalam perang dunia, bernama Vannevar Bush. Ini bukan sesuatu yang sengaja ditujukan sebagai bagian dari demokratisasi. Tapi sebagaimana saat mesin cetak ditemukan pertama kali, tak ada yang bisa menghalanginya untuk berkembang menjadi milik publik.
jasa media sosial justru cenderung paranoid berhadapan dengan media tersebut.
Membatasi penggunaan internet pada dasarnya merefleksikan lumpuhnya hukum dan ketidakmampuan aparat untuk menyentuh para penyebar kebohongan itu. Meringkus kebohongan di dunia maya memang melelahkan. Tapi seharusnya itu bukan dalih untuk melakukan penyederhanaan penyelesaian masalah melalui pemberangusan yang berpotensi menggunakan standar ganda dan membunuh kritisisme.
Kuasa atas informasi adalah kunci. Mesin cetak memang telah menggusur tokoh agama, para bangsawan, tokoh politik, tetua masyarakat dari puncak piramida penguasa dan agen informasi. Mesin cetak lantas menciptakan agen-agen dan penguasa baru bernama perusahaan media massa, yang digerakkan dengan modal dan memiliki sepasukan wartawan yang berkeliaran ke sana kemari menelisik berbagai persoalan untuk dikabarkan kepada publik. Lahirlah jurnalisme modern dengan doktrin mulia: melayani publik.
Internet membuat piramida kuasa informasi menjadi terbalik. Publik sebagai konsumen informasi yang semula berada di dasar piramida kini berada di puncak. Doktrin jurnalisme tentang informasi melayani publik mendadak seolah tak lagi relevan, karena publik tak perlu dilayani dengan munculnya blog dan jejaring media sosial seperti Friendster, Facebook, Twitter, atau Instagram. Warga kini menjadi pemain baru dalam pertarungan atas kuasa informasi.
Lalu mendadak internet menjadi Kotak Pandora dalam demokrasi. Dalam mitologi Yunani, Kotak Pandora mengeluarkan apapun yang buruk dan meracuni dunia. Orang tak lagi berbagi informasi, tapi juga berbagi kebohongan. Akunakun anonim bertebaran di media sosial dan mengabarkan apa saja yang entah bagaimana itu bisa muncul dalam khayali mereka. Situs-situs tanpa pengelola jelas menggantikan surat kaleng dan surat kabar gelap yang menyebarkan tautan opini yang diklaim sebagai berita. Tanpa verifikasi.
Sialnya, hasrat publik terhadap sensasi dan hal-hal yang menghebohkan menyuburkan itu semua. Jemari kita riuh menggantikan mulut untuk bergosip, dan mendadak menjadi bagian dari rantai kebohongan yang meluas.
Tak semua pemerintahan betah menghadapi ini semua dan menggunakan cara-cara lama untuk membungkam keriuhan itu. Republik Rakyat China mengontrol ketat internet. Namun kita tahu, di sana tak hanya kebohongan terbatasi, namun juga hak publik untuk mendapatkan informasi alternatif yang tak melulu dari bibir birokrat terpangkas.
Kita tidak tahu apakah pemerintahan Joko Widodo berminat mengadopsi cara pemerintah China untuk memberangus kecerewetan di dunia maya. Namun langkah-langkah pemerintah dan wacana yang muncul mulai menggelisahkan, seperti ancaman penutupan sejumlah situs berita yang kritis terhadap pemerintah, yang malangnya, tak semuanya situs gelap.
Kita semua di Indonesia tak ingin internet benar-benar menjadi Kotak Pandora, tentu saja. Tapi kita juga tak boleh ahistoris, bahwa internet menjadi bagian dari Reformasi 1998 yang meruntuhkan rezim Soeharto. Setelah media massa diberedel saat itu, kelompok kelas menengah yang menggerakkan reformasi mendapatkan informasi alternatif dan berkomunikasi melalui internet. Internet adalah bagian penting dari konsolidasi demokrasi. Tentu akan menjadi lelucon gelap sejarah jika kemudian pada era kebebasan dan demokrasi, internet justru dianggap sebagai ancaman di Indonesia.
Kita juga tidak boleh ahistoris dan amnesia dengan kemenangan Joko Widodo dalam pemilihan presiden yang dicapai salah satunya karena kerja-kerja kampanye di media sosial. Tentu agak ironis, jika seorang presiden yang melambung karena
Problem terbesar di Indonesia memang problem kultural. Problem masyarakat yang tak pernah matang dalam setiap fase peradaban: belum tuntas fase oral ke fase literasi, kena hantam fase tontonan atau visual. Lagi asyik-asyiknya nonton sinetron dan tayangan gosip, kena serbu ‘gadget’ murah dan mendadak dunia seperti bunyi iklan: ‘berada dalam genggamanmu’. Mungkin kita adalah wajah masyarakat kosmopolit dengan mentalitas abad pertengahan yang lebih doyan mempercayai gosip getok tular ketimbang berhati-hati dan bersikap bijak. Kita seperti berada di tengah pasir hisap atau lubang hitam yang menyedot segalanya. Bahkan seorang begawan intelektual seperti Goenawan Mohamad pun sempat terjatuh dan tersedot dalam lubang itu saat mengunggah kabar politisasi agama takmir sebuah masjid di Jakarta. Dia belakangan mengunggah informasi bantahan sebagai bagian dari keseimbangan dan pertanggungjawaban. Tapi, suka atau tidak, ia sudah menjadi bagian dari rantai kebohongan yang merusak itu.
Dalam kondisi ini, harapan terbesar sebenarnya ada pada media massa arus utama yang memekerjakan jurnalis-jurnalis profesional, yang bergerak di bawah panduan etika dan regulasi. Namun media massa juga harus membereskan pekerjaan rumah terlebih dulu: mengembalikan kepercayaan publik. Pemilu 2014 adalah awal meledaknya apatisme publik terhadap media arus utama. Keberpihakan media massa terhadap kepentingan politik pemodal membuat orang mudah bertanya-tanya: apakah doktrin ‘melayani publik’ memang masih relevan.
Para jurnalis pun kini dihadapkan pada persoalan lebih kompleks daripada masa Orde Baru. Prosedur verifikasi tak hanya harus melewati gerbang kepentingan negara, tapi juga hasrat dan kuasa pemodal. Surat kabar The New York Times punya semboyan yang diciptakan pendirinya Adolf Ochs: All the news that’s fit to print Semua berita yang memang layak untuk dicetak. Di Indonesia, sebagai bagian dari dunia jurnalisme, saya harus dengan berat hari menghadapi tudingan dan kecurigaan publik bahwa hari ini yang berlaku adalah ‘all the news that’s fit to owner’s political interests’. Semua berita yang layak untuk kepentingan politik pemodal. Pelecehan yang dialami sejumlah wartawan saat meliput beberapa aksi politik menunjukkan betapa rentannya posisi mereka saat ini. Mereka terjepit antara kecurigaan publik dan kepentingan politik pemodal.
Ini memang pekerjaan rumah yang sulit dibereskan segera. Menepis tudingan publik bahwa media massa bukanlah bagian dari oligarki politik negeri ini hanya bisa dilakukan dengan menegakkan doktrin ‘pagar api’: tidak mencampuradukkan kepentingan pemodal dengan obligasi moral redaksi. Para jurnalis boleh saja memiliki kecenderungan politik dan ideologi. Namun selama mereka bekerja mengikuti disiplin verifikasi dan tergoda oleh sederet pertanyaan terus-menerus, maka semua kecenderungan itu bisa ditekan. Hanya itu cara satu-satunya menjadi jawaban terhadap sisi paradoks internet yang telah membalik piramida kuasa informasi tersebut.
Beritajatim.com tahun ini memasuki usia ke-11. Sebagai media massa dalam jaringan (online) regional terbesar di Jawa Timur, kami tentu tak boleh lengah menghadapi semua tantangan. Tidak hanya dari aspek persaingan bisnis, tapi juga tantangan untuk menegakkan tanggung jawab moral sebagaimana diamanatkan doktrin jurnalisme. Kami berusaha keras agar tak tersedot dalam pasir hisap di hutan rimba informasi dengan berihktiar sekuat mungkin mematuhi disiplin verifikasi. Sesekali mungkin kami silap, sesekali boleh jadi kami khilaf. Namun hal terpenting adalah tak ada niat buruk dalam setiap kesalahan tersebut dan kami menjadikan itu sebagai bagian dari perbaikan dan koreksi terus-menerus. Kami yakin dengan demikian, peradaban tetap akan terjaga di tengah kepungan kabar bohong dan tipuan.wir
beritajatim
aWak media beritajatim. com terus menjaga tradisi juara karya tulis jurnalistik. Dalam satu tahun terakhir, lima wartawan beritajatim. com mampu meraih penghargaan, baik skala regional maupun nasional. Tercatat ada nama Rahardi J Soekarno, Temmy Pratima PA, Tulusno Budi Adarrma, Oryza Ardiansyah Wirawan, dan Ribut Wijoto.
Rahardi Soekarno Junianto yang akrab disapa Antok kembali meraih juara Lomba Karya Tulis Wartawan (LKTW) Pemprov Jatim pada tahun 2016.
Tulisan berjudul ‘Kerja Keras Bojonegoro Melawan Stigma Kemiskinan’ meraih juara I dan berhasil mengungguli 37 wartawan kelompok kerja (pokja) Pemprov Jatim. Tulisan diperoleh saat LKTW diadakan di Kabupaten Bojonegoro, 3-4 September 2016.
Sebelumnya pada tahun 2015, Antok juga meraih juara dengan tulisan berjudul “BH Batok Kelapa ‘Si Ibien’ Melancong ke Jamaika”. Tulisan diperoleh saat LKTW diadakan di Banyuwangi dan Situbondo.
Setahun ini, Antok juga mencatatkan namanya sebagai salah satu pemenang lomba ‘Kopi Jawa Timur, Dalam Secangkir Kopi ada Sejuta Solusi’ yang digelar Juli hingga 31 Juli 2016.
Reporter bertubuh tambun ini menulis karya jurnalistik berjudul “Gus Ipul, Antara Kopi Susu dan Kopipah”. Pada tulisan itu, Antok membeberkan beragam jenis kopi di Tanah Air. Sekaligus menjabarkan tentang tradisi ngopi yang melekat di masyarakat. Antok juga memberi apresiasi kepada Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang memiliki perhatian serius terhadap sektor perkebunan kopi.
Adapun Temmy Pratima Parama Andani menjadi salah satu dari tujuh peraih Anugerah Jurnalistik Migas (AJM) 2016 yang diselenggarakan Kangean Energy Indonesia (KEI).
Dalam lomba penulisan migas bertema ‘Transformasi Masyarakat Sekitar Operasi Perusahaan Melalui Program Tanggung Jawab Sosial’, Temmy meraih penghargaan melalui tulisan berjudul ‘Menyemai Harapan di Balik Emas Hitam’.
Penghargaan dalam AJM yang digelar akhir 2016 tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Perwakilan SKK Migas Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabanusa), Ali Masyhar pada tanggal 2 Februari 2017.
Jurnalis beritajatim.com, yang bertugas di Kabupaten Bojonegoro, Tulusno Budi Adarrma menyabet juara tiga lomba karya tulis dan foto jurnalistik 2016.
Lomba yang diselenggaran oleh operator minyak dan gas bumi (migas) Blok Tuban, Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB PPEJ) itu diikuti oleh wartawan wilayah Tuban, Bojonegoro dan Surabaya.
Ajang prestisius ini mengangkat tema Kinerja Operasi dan CSR JOB PPEJ Sepanjang Tahun 2016.
Kegiatan itu merupakan puncak kegiatan yang dilakukan oleh JOB PPEJ setelah melakukan beberapa pelatihan karya tulis terhadap wartawan. “Itu terbukti bahwa karya tulis yang dikirim bagus-bagus,” ujar Admin Manager JOB PPEJ, Endang Retnowati.
Di bidang pariwisata, hasil liputan wartawan beritajatim.com ternyata juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Kali ini Ribut Wijoto yang meraih juara 3 lomba karya jurnalistik wisata yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim 2016.
Karya jurnalistik Ribut berjudul ‘Watukarung, Bukan Sebatas Ombak dan Pasir’ terbit di beritajatim.com Kamis (25/8/2016). Tulisan ini memaparkan keelokan pantai Watukarung di Pacitan. Tentang pasirnya, bebatuannya, rindang pepohonannya, dan ombaknya yang kerap ditunggangi peselancar luar negeri.
Oryza A. Wirawan melengkapi kedigdayaan beritajatim.com dengan meraih juara kedua lomba karya tulis mengenai pergulaan nasional yang digelar PT Perkebunan Nusantara XI pada 2016.
Wartawan yang baru-baru ini menerbitkan buku ‘Pembunuhan di Ladang Tebu’ dan ‘Merindukan Anfield’ ini menulis artikel berjudul ‘Janji Jokowi, Air Mata Rini, dan Mimpi Buruk yang Berulang’ terbit Minggu, 31 Juli 2016.
Dalam tulisannya, Oryza secara apik memadukan data dan analisa. Dengan merunut sejarah perkebunan tebu, Oryza menemukan fakta bahwa regulasi pemerintah belum pernah berpihak pada nasib petani tebu. Ironi yang berulang-ulang sejak zaman penjajahan Belanda sampai pemerintahan Jokowi.teddy ardianto
beritajatim
Edisi Cetak Khusus memperingati huT ke-11
laporanutama
Pilgub jatim 2018: Masih Samar, Menunggu Petunjuk dari Jakarta hal 7
Penerbit:
PT. beriTajaTim cYber media
Media Online: beritajatim.com
Direktur Utama ainur rohim
Penanggung Jawab ainur rohim dwi eko Lokononto
Teddy ardianto hendrawan
Pemimpin Umum & Pemimpin Redaksi dwi eko Lokononto
Redaktur Pelaksana
Teddy ardianto hendrawan
Koordinator Liputan kuntoro rido a
Redaktur ribut Wijoto
Sekretaris Redaksi & Administrasi sulton
Reporter Surabaya arief Fajar a. ragil Priyonggo renni susilawati
Wahyu hestiningdiah rahardi soekarno j nyuciek asih Fahrizal Tito
Reporter Daerah m smail [Sidoarjo] misti P [Mojokerto]
Yusuf Wibisono [Jombang]
Lucky aditya ramadhan [Malang - Batu] nanang masyhari [Kediri]
oryza ardiansyah W [Jember]
samsul arifin [Pamekasan]
Zamachsari [Bangkalan-Sampang]
Temmy P [Sumenep]
brama Yoga kiswara [Malang]
Pramita kusuma [Madiun Raya]
shohibul hujjah [Pasuruan-Probolinggo]
harry Purwanto [Lumajang] m munthohar [Tuban]
deni ali setiono [Gresik-Lamongan]
rindi suwito [Banyuwangi-Situbondo]
Tulus adarrma [Bojonegoro]
Manajer Marketing & Promosi saptini darmaningrum
Promosi & Kreatif niko karismantoko
Desain & Teknologi Informasi agus rudi Purnomo achmad sultoni
Cover: ( bueheart d-sign )
Umum: riyanto & aris
Alamat Redaksi, Iklan, dan Sirkulasi: jl. ciliwung no 65, surabaya 60241 jawa Timur
Telp. [031] 566 7326, Fax. [031] 566 7362 email: beritajatim@gmail.com
Menengok Sejarah 2008 & 2013
Jika mencermati hasil Pilgub Jatim 2008 dan 2013 terlihat fakta sangat menarik. Ini karena Pakde Karwo berhasil memenangkan pertarungan melawan rival terkuatnya Khofifah Indar Parawansa sebanyak dua kali pilgub. Dan duaduanya juga harus melewati mekanisme gugatan perselisihan hasil suara di Mahkamah Konstitusi (MK). hal 12
PrOFiL
Dia Yang Terlipat dalam Sejarah hal 18
Polemik Makam Tan Malaka hal 20
Tan Malaka Membela Diri hal 23
HUKUm&KrimiNaL
Goresan Tak Bertepian Bos Empire Palace Untuk Sang Buah Hati hal 28
eKONOmi
budaya
Pabrik Rembang PT Semen Indonesia (Persero) Tbk: Bisnis Oke, Ramah Lingkungan Hidup Itu Pasti Pelebaran dan pemadatan akses jalan masuk ke kawasan pabrik Semen Rembang di Desa Pasucen dan Desa Kajar, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jateng terus dilakukan. Mesin untuk meratakan tanah bekerja efektif. Konstruksi fisik pabrik sendiri telah mencapai 99%. Pabrik semen dengan kapasitas 3 juta ton per tahun ini tak lama lagi bakal ready untuk operasional. hal 32
Tak Sekadar Mempertebal Isi Kantong hal 34
Ir Sigit Wahono, MM | Kabiro Komunikasi Korporasi
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk: Berjuang Keras
Bertahan Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri hal 35
Pendalungan dan Identitas Jember yang Sedang Dicari hal 46
sOsOK
Teguh Suharto Utomo:
Pengacara Sekaligus Penghobi Berat Harley Davidson & Martial Art hal 50
laporanKhusus
Mengelola Wisata Hutan, Tak Semudah yang
Dibayangkan hal 52
Potensi Wisata Hutan di Kabupaten Kediri
Ribuan Kera Turun di Hutan Simpenan, Turun dan
Bersahabat hal 56
Di Balik Eksotis Wisata Banyuwangi hal 60
Melihat Pacitan dari Atas Bukit hal 63
NgOPi
Harum Kopi di Tengah Deburan Ombak hal 66
Segar Kopi Blend di Kafe Bioskop hal 67
Kopi Modern Tak Kalah Sensasinya hal 68
Teori Kapitalisme dalam Secangkir Kopi hal 69
Mengakhiri Kutukan Arabika hal 72
OLahraga
Kau yang Mulai, Kau yang
Mengakhiri hal 76
beritajatim
Edisi Cetak Khusus memperingati huT ke-11
OlEh: RahaRdi SoekaRno J
TongkaT estafet kepemimpinan Soekarwo (Pakde Karwo) sebagai gubernur di Jatim akan berpindah tangan dua tahun ke depan melalui pilgub Jatim 2018. Pakde Karwo jelas tidak bisa mencalonkan kembali karena sudah memimpin dua periode provinsi berpenduduk 38 juta jiwa ini: 20092014 dan 20142019.
Masa jabatan duet Pakde KarwoGus Ipul akan berakhir tepat pada 12 Februari 2019. Yang berpeluang maju mencalonkan diri sebagai calon gubernur adalah Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang dua periode mendampingi Pakde Karwo sebagai ‘ban serep’.
Gus Ipul sendiri saat ini terus dan intensif ‘tebar pesona’ menjelang Pilgub Jatim 2018 dengan sering turun ke tingkat grassroot. Apakah Gus Ipul
memiliki kendaraan parpol untuk maju pilgub?
Gus Ipul memang pernah berkecimpung di dunia perpolitikan jauh sebelum menjadi wagub Jatim: Pernah jadi kader PDIP, PKB, dan PPP.
Gus Ipul juga pernah dipercaya Presiden SBY sebagai Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid I.
Gus Ipul pernah mencicipi menjadi Komisaris BRI. Saat ini Gus Ipul menjadi salah seorang Ketua PBNU hasil Muktamar NU di Jombang, Agustus 2015 lalu. Info yang diperoleh beritajatim.com, ada beberapa nama kepala daerah dan politisi yang disebutsebut bakal mendampingi Gus Ipul sebagai L2, jika Gus Ipul benarbenar nantinya akan diusung PDIP.
Siapa mereka? Di antaranya Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Bupati Ngawi Budi ‘Kanang’ Sulistyono, Walikota Surabaya Tri Rismaharini,
Walikota Batu Eddy Rumpoko, Bupati Trenggalek Emil Dardak dan Ketua DPD PDIP Jatim Kusnadi (Wakil Ketua DPRD Jatim). Di luar nama itu, juga ada Bupati Bojonegoro Suyoto (Kang Yoto) dan mantan Bupati Lamongan Masfuk (Ketua DPW PAN Jatim).
sikaP PdiP jaTim?
DPD PDI Perjuangan Jatim akan mulai tancap gas memanaskan mesin partainya untuk Pilgub Jatim 2018, setelah pilkada Kota Batu selesai 15 Februari 2017 kemarin. Di mana pasangan PDIP Dewanti RumpokoPunjul Santoso menang telak.
“Sekarang ini survei sudah mulai dilakukan PDIP di 38 kabupaten/ kota. Ini untuk mengetahui aspirasi masyarakat bawah secara langsung. Hasil survei baru diketahui April 2017,” kata Sekretaris DPD PDIP Jatim Sri Untari dikonfirmasi beritajatim.com
Menurut dia, pada survei itu akan memasukkan nama kader internal dan eksternal. Di antaranya adalah Wagub Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Ketua PDIP Jatim Kusnadi, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Mensos Khofifah Indar Parawansa, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Walikota Batu Eddy Rumpoko, Ketua DPRD Jatim Abdul Halim Iskandar, dan Bupati Ngawi Budi ‘Kanang’ Sulistyono.
Apakah PDIP akan mengusung kader sendiri atau eksternal? “Kader sendiri atau orang luar itu tergantung figurnya dan komunikasinya dengan partai. Kader sendiri kalau nakal ya sama saja,” tuturnya.
DPD PDIP Jatim hanya akan menjaring nama bakal calon gubernur dan wakil gubernur saja. Keputusan tetap ada di tangan Ketua Umum PDIP Megawati.
“DPP yang menentukan siapa pasangan yang akan diusung. DPD akan menyetor maksimal empat pasangan nama ke DPP. Nanti DPP akan merekom siapa pasangan yang diusung.
Petunjuknya Ketua Umum (Megawati Soekarnoputri) kami diminta harus menang setiap pilgub. Tak peduli itu kader internal atau eksternal, yang penting menang,” jelasnya.
Sri menjelaskan, semua kader internal atau eksternal punya kesempatan dan peluang yang sama. “Kami lihat konsep keJawa Timurannya seperti apa,” imbuhnya.
Bagaimana hubungan PDIP dengan incumbent Gus Ipul? “Alhamdulillah kami baik dengan Gus Ipul dan sering berkomunikasi. Setiap acara partai dan ketua umum, Gus Ipul selalu datang. Ketika kami terjun ke bawah, banyak masyarakat membicarakan sosok Gus Ipul yang terkenal slogan ngopi barengnya. Mereka bilang ke saya cocok itu Gus Ipul,
mbak,” tuturnya.
hasiL PiLkada serenTak 2015 dan 2017
Gus Ipul ketika maju pilgub Jatim memang harus memiliki kendaraan politik. Jika menilik ke belakang, Gus Ipul saat maju mendampingi Pakde Karwo pada pilgub 2008 dan pilgub 2013 diusung Partai Demokrat (PD) dan PAN serta didukung aliansi parpol nonparlemen (APNP). Pasangan KarSa (SoekarwoSaifullah Yusuf) berhasil mengandaskan rival terberatnya: Khofifah Indar Parawansa saat bertarung di dua pilgub Jatim terakhir (2008/2009 dan 2013).
Paling tidak Gus Ipul harus melihat peta politik pasca pilkada serentak 2015 dan 2017. Di mana PDIP dan Partai Gerindra paling banyak memenangkan pilkada di 20 pilkada serentak di Jatim pada 9 Desember 2015 dan 15 Februari 2017 (Pilkada Kota Batu). PDIP berhasil memenangkan 14 pilkada, sedangkan Gerindra 12 pilkada.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun beritajatim.com: Kemenangan pilkada serentak berdasarkan parpol pengusung adalah:
no ParPoL menang
1 PDIP 14
2 Gerindra 12
3 PAN 10
4 NasDem 9
5 Demokrat 8
6 PKB 8
7 PKS 7
8 Golkar 7
9 Hanura 5
10 PPP 1
Pilgub Jatim 2018 akan menjadi menarik jika
Khofifah yang saat ini menjabat Menteri
Sosial (Mensos) RI dan Ketua Umum PP Muslimat NU kembali turun gelanggang kali ketiga un
beritajatim
tuk bertarung menghadapi Gus Ipul.
sikaP Pakde masih misTeri
Ketua DPD Partai Demokrat (PD) Jatim yang juga Gubernur Jatim Soekarwo masih menyimpan rapatrapat ketiga nama yang akan disetorkan kepada DPP PD akhir Februari 2017. Nantinya, Majelis Tinggi PD akan memutuskan siapa nama yang bakal diusung di pilgub Jatim 2018, pada September 2017.
“Sekarang kan ada dua kandidat yang muncul di permukaan. Ada Gus Ipul (Wagub Jatim saat ini), ada Pak Halim (Ketua DPRD Jatim dan Ketua DPW PKB Jatim). Kalau Bu Khofifah (Mensos) mau maju, ya kami laporkan juga ke DPP,” tuturnya kepada wartawan.
Jika melihat pernyataan Pakde Karwo itu, besar kemungkinan tiga nama yang disetor ke DPP PD adalah Gus Ipul, Pak Halim dan Khofifah Indar Parawansa. Pakde juga mengatakan, Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mulai tertarik membahas Pilgub Jatim, setelah anaknya AHY kurang beruntung maju ke putaran kedua Pilgub DKI Jakarta.
SBY menanyakan siapakah calon potensi bakal calon gubernur yang layak kepada Pakde Karwo.
“Pertengahan Februari saya sudah konsultasi. Saya diminta laporan, memberikan gambaran dan yang berpotensi di Jatim siapa saja,” tukasnya. Ketika ditanya apakah nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang baru saja kalah di pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017 juga ikut disetorkan ke DPP. “Tak ada,” tegasnya.
Meski akan menyetorkan tiga nama, tahapan penyaringan dan penjaringan tetap dilakukan Demokrat. Sedangkan finalisasi nama cagubcawagub yang akan diusung partai tetap di tangan SBY. “Nanti finalisasi pada September 2017,” jelasnya.
Gus Ipul baru kali ini membuat penegasan bahwa dirinya tidak akan maju melalui jalur independen pada Pilgub Jatim 2018. Artinya, Ketua PBNU ini merasa optimistis akan maju
beritajatim
diusung partai politik.
“Kami selalu bertemu dengan para ketua parpol untuk menyamakan frekuensi. Memang perlu ada komitmen dan skala prioritas yang sama. Kami baru melakukan komunikasi. Kami terus melihat di lapangan apa sih yang dibutuhkan masyarakat untuk mempercepat pembangunan di Jatim. Baru itu yang kami lakukan, belum bisa berkomentar banyak, selebihnya tergantung ketua parpol,” tegas Gus Ipul kepada wartawan usai acara Forum Kebangsaan Jatim, pertengahan Februari lalu.
Gus Ipul menyerahkan sepenuhnya keputusan apakah dirinya akan diusung dan didukung partai untuk maju pilgub Jatim 2018. “Yang jelas saya tidak akan maju lewat independen. Kalau diberi kesempatan partai, ya saya akan kerahkan sekuat tenaga. Kalau tidak ada yang mengusung, ya kami penuh keikhlasan menerima itu. Belum ada parpol yang melamar saat ini, kami tetap dialog terus dengan semua pimpinan partai di Jatim. Secara umum sambutan mereka bagus,” jelasnya.
Apakah siap digandengkan dengan Walikota Surabaya Risma? “Dalam politik tidak ada yang nggak mungkin. Semua serba mungkin dalam politik. Seperti di pilkada DKI Jakarta, pada injury time kan pasangan baru diputuskan. Untuk pasangan, yang menentukan adalah partai politik. Saya serahkan kepada partai politik,” pungkasnya.
Di sisi lain, Ketua DPRD Jatim sekaligus Ketua DPW PKB Jatim Abdul Halim Iskandar (Pak Halim) benarbenar menepis isu yang menyebut dirinya akan mundur dari pertarungan pilgub Jatim 2018. Untuk itu, kakak kandung Ketua Umum PKB Cak Imin ini menegaskan akan deklarasi resmi pencalonannya pada Juni 2017.
“Bulan Juni saya akan deklarasikan sebagai cagub Jatim 2018 mendatang. Kalau untuk urusan cagub sudah pasti tutup peluang bagi calon lain. Kalau urusan cawagub masih terbuka,” tegasnya kepada wartawan di DPRD Jatim.
Pak Halim menegaskan, dengan adanya deklarasi tersebut akan menutup peluang tokoh lainnya untuk diusung PKB yang memiliki 20 kursi DPRD Jatim.
Pak Halim mengaku ada beberapa parpol yang sudah menjalin komunikasi politik dengan PKB. Tapi sayang dirinya enggan menyebut parpol yang sudah melakukan komunikasi itu.
Sekretaris DPW PKB Jatim Badrut Tamam menambahkan, ada dua tempat yang sedang dipertimbangkan untuk menjadi tempat deklarasi Pak Halim. Menurut Badrut, sebagai partai yang membawa spirit Nahdlatul Ulama (NU) deklarasi ini sedang mempertimbangkan untuk dilaksanakan di Bangkalan atau Jombang.
“Spirit yang diusung PKB kan spirit Nahdlatul Ulama (NU), karenanya kami sedang mempertimbangkan untuk digelar di Asta Syaichona Kholil Bangkakan atau juga di Jombang,” ungkap politisi yang disebutsebut bakal maju cabup Pamekasan ini. Badrut menegaskan bahwa deklarasi ini tidak lepas dari restu NU dan para kiai NU. Dengan kepastian deklarasi ini, maka peluang calon calon lain untuk maju melalui PKB sudah tertutup.
Belum ada lembaga survei yang melempar hasil risetnya soal Pilgub Jatim 2018 ke media. Kebanyakan lembaga survei disewa beberapa parpol untuk melakukan survei internal dan masih bersifat rahasia. Salah satu survei yang sudah diumumkan ke publik adalah milik Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ja
tim. Mereka mengadakan survei untuk mendapatkan pemimpin maslahah di Jatim melalui netizen perspektif.
“Ada 400 responden yang kami survei melalui cara pengumpulan data Internet Survey. Area riset meliputi seluruh Jatim. Waktu survei 1830 Nopember 2016. Riset menggunakan pendekatan riset kuantitatif,” kata Ketua Litbang IKA PMII Jatim Sunan Fanani kepada wartawan di selasela Muswil I IKA PMII Jatim, Hotel Sahid Surabaya, pertengahan Desember 2016.
Dalam survei itu, ada empat tokoh Jatim alumni PMII yang dianggap layak memimpin Jatim yang maslahah. Mereka adalah Menpora Imam Nahrawi dengan hasil survei 1,6 persen, Mensos Khofifah Indar Parawansa 10,8 persen, Ketua DPRD Jatim Pak Halim 8,5 persen dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar 1,0 persen. “Yang paling dominan dari empat kader PMII itu adalah Khofifah 10,8 persen persen dan Pak Halim 8,5 persen,” ujarnya.
Sementara itu, di luar kader PMII, ada beberapa nama yakni Wagub Jatim Gus Ipul (incumbent dan sudah dikenal masyarakat) dengan hasil survei 26,5 persen, kemudian disusul Bupati Banyuwangi Azwar Anas (ISNU) 14,4 persen.
Selain itu, ada nama anggota DPR RI Hasan Aminuddin 7,5 persen dan Bupati Bojonegoro Kang Yoto 2,0 persen. “Yang tidak tahu masih sebanyak 19,3 persen atau swing vooters. Ini masih jadi peluang suara untuk diperebutkan,” jelasnya.
membaca PeLuang kandidaT
Sosok yang hampir bisa dipastikan bisa maju mencalonkan sebagai calon gubernur (cagub) hanya Abdul Halim Iskandar, karena dia merangkap sebagai Ketua DPW PKB Jatim yang memiliki modal 20 kursi di DPRD Jatim dan mampu memenuhi persyaratan dukungan maju di pilgub Jatim, tanpa koalisi.
Sementara Kandidat lainnya belum memiliki kendaraan politik. Pakar ko
laporanutama
munikasi politik dari Unair Surabaya Suko Widodo menilai hanya ada tiga kandidat yang dinilai sanggup memenuhi persyaratan dukungan maju lewat jalur perseorangan, meski Gus Ipul telah menegaskan tidak akan maju lewat independen.
Mereka adalah Gus Ipul, Khofifah Indar Parawansa, dan Hasan Aminuddin.”Ketiga figur itu memiliki akar kuat di lingkungan warga Nahdliyyin. Sehingga, sangat mungkin menjadi calon alternatif maju lewat jalur perseorangan, jika mereka tidak jadi diusung parpol,” ujarnya.
Namun pilihan maju lewat jalur perseorangan itu, kata dia, peluangnya kecil dilakukan oleh Gus Ipul maupun Khofifah.
Alasannya, keduanya memiliki tingkat popularitas, elektabilitas dan akseptabilitas yang cukup tinggi sehingga peluang menang di Pilgub Jatim mendatang juga besar.
“Saya kira semua partai yang ingin memenangkan pilgub Jatim pasti memasukkan kedua nama itu sebagai bakal calon yang akan diusung. Hanya tinggal mencocokkan frekuensinya saja yang belum didapat, jadi kita tunggu waktu saja,” kelakar pria murah senyum ini.
Sebaliknya, peluang Hasan Aminuddin (anggota DPR RI dari Fraksi NasDem) maju lewat jalur perseorangan memang paling terbuka. Sebab, Partai NasDem hanya memiliki modal empat kursi DPRD Jatim. Apalagi, fakta di lapangan alat peraga kampanyenya hampir tersebar di seluruh wilayah Jatim.
“Bisa jadi Pak Hasan sengaja menyiapkan maju lewat jalur perseorangan karena elemen tim pemenangannya sudah tersebar di seluruh Jatim, sehingga memudahkan dalam mencari dukungan masyarakat dalam bentuk bukti fotokopi KTP,” ungkapnya.
Peluang mantan Bupati Probolinggo dua periode ini memenangkan Pilgub Jatim juga masih terbuka. Asal, tambahnya, pasangannya berasal dari wilayah Mataraman dan dari kelompok Nasionalis. “Bisa saja pasangannya itu dari tokoh politik atau tokoh kultural karena kepercayaan masyarakat ter
hadap parpol juga mulai pudar,” tambahnya.
Di sisi lain juga sangat dimungkinkan, kendaraan jalur independen yang disiapkan Hasan Aminuddin itu sengaja disiapkan untuk alternatif bagi Khofifah atau Gus Ipul jika keduanya tak berhasil mendapatkan dukungan parpol untuk maju di pilgub. “Dalam politik itu semua kemungkinan bisa terjadi, bisa saja nanti Hasan digandeng Khofifah atau Gus Ipul,” tegasnya.
Sementara itu, konsultan politik dari Bangun Indonesia Agus Mahfudz Fauzi menilai peluang adanya calon perseorangan atau independen di Pilgub Jatim mendatang sangat kecil.
Pasalnya, persyaratan dukungan masyarakat sangat besar karena harus memenuhi 3 persen dari total daftar pemilih tetap (DPT). Selain itu, calon perseorangan atau tim pemenangannya harus memiliki basis massa yang riil.
“Saya kira kalau dari figurfigur bacagub yang sudah muncul, hanya Khofifah dan Gus Ipul yang tidak terlalu berat memenuhi persyaratan itu.
Pasalnya, Khofifah memiliki jaringan Muslimat NU yang solid, dan Gus Ipul juga memiliki jaringan NU maupun
GP Ansor yang cukup militan,” terang mantan Komisioner KPU Jatim ini. Untuk sosok Hasan Aminuddin, lanjut Agus, dinilai agak berat jika maju lewat jalur perseorangan karena ketokohannya hanya meliputi wilayah
Tapal Kuda. “Tapi kalau dilihat dari peredaran alat peraga kampanye Hasan yang hampir merata di wilayah Jatim, bisa jadi dia sanggup me
menuhi persyaratan dukungan jalur perseorangan,” ungkap Agus yang juga dosen Unesa ini.
Dia mengakui bahwa Eggi Sudjana bisa maju lewat jalur perseorangan pada Pilgub Jatim 2013 lalu itu bukan karena dia memiliki basis massa riil, melainkan ‘dibantu’ tokohtokoh yang menginginkan ada calon alternatif, seandainya Khofifah gagal maju ketika itu karena kekurangan dukungan parpol.
Agus juga memprediksi peluang kendaraan politik bagi Khofifah maju di pilgub adalah PKB. Ketua Umum PP Muslimat NU itu memiliki hubungan emosional dengan partai yang didirikan kiai kiai NU tersebut. Apalagi NU sudah lama ingin mewujudkan impian Gubernur Jatim berasal dari kader NU. “Bisa jadi Pak Halim akan mengalah memberikan kendaraan PKB bagi Khofifah, karena peluang menangnya lebih besar dibandingkan kakak kandung Cak Imin itu,” dalihnya.
Sedangkan peluang Gus Ipul maju, lanjut Agus tetap ada di tiga parpol pengusung sebelumnya yaitu koalisi Demokrat, PAN dan PKS. Namun PDIP juga berpeluang besar mengusung Ketua PBNU ini untuk dipasangkan dengan kader PDIP.
Ini karena pada pilkada serentak 2017 ini, partai Banteng moncong putih ini banyak mengalami kekalahan di sejumlah daerah. Dari 101 pilkada, PDIP kalah di 44 pilkada dan menang di 57 pilkada.
“Gus Ipul juga sudah melakukan penjajakan dengan mendatangi Megawati dan dia pernah dibesarkan PDIP saat menjadi anggota DPR RI. Kalau PDIP lebih memilih mengusung Risma, saya rasa sulit untuk menangkan pilgub” jelasnya.
Selain berpasangan dengan kader PDIP, tambah Agus, Gus Ipul juga berpeluang dipasangkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) usai melakukan ‘uji coba’ di pilgub DKI Jakarta. Pasalnya, jaminan Demokrat mengusung Gus Ipul ada di tangan SBY.
“Bisa jadi target sebenarnya Demokrat adalah AHY dipersiapkan untuk menggantikan Pakde Karwo
memimpin Jatim berpasangan dengan Gus Ipul. Sekaligus AHY ingin kembali ke kampung halaman karena bapaknya berasal dari Pacitan,” ujarnya. Diakui Agus, ketidakpastian parpolparpol besar di Jatim bakal mengusung pasangan calon di pilgub Jatim mendatang justru menguntungkan parpol menengah seperti Gerindra, Golkar, PAN dan PKS untuk memainkan peran yang sangat menentukan berapa pasangan calon yang bisa maju di pilgub Jatim lewat jalur parpol. Pilkada serentak tahun 2018 di 18 kabupaten/kota di Jatim yang berbarengan dengan pilgub Jatim, kata Agus, sangat menguntungkan sosok cagub atau cawagub. Sebab, fungsi parpol nantinya hanya sebagai pemberi tiket (kendaraan politik) karena parpolparpol akan lebih fokus pada
maju di perhelatan politik tersebut. Mereka adalah incumbent Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Mensos RI Khofifah Indar Parawansa, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Pengamat politik dari FISIP Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, M Asfar, memberikan pandangannya kepada beritajatim.com, soal peluang figur atau tokoh yang berpeluang besar masuk bursa Pilgub Jatim 2018.
Hal ini terkait kemungkinan PDIP akan mendukung incumbent di Jatim, seperti halnya Ahok pada pilgub DKI Jakarta 2017. Tapi, tambah Asfar, hal itu juga bukan harga mati.
“Kalau saya bisa bilang dukungan PDIP ke Ahok di pilkada DKI Jakarta tidak terkait incumbent tidaknya, tapi lebih terkait pada peta politik tingkat elite secara nasional. Ini menjadi rangkaian yang tak bisa dipisahkan,” tuturnya.
pemenangan pilkada kabupaten/kota. “Pilgub Jatim 2018 konstelasi politiknya sangat berbeda dengan dengan 5 tahun lalu. Figur pasangan cagub dan cawagub akan lebih dominan dalam peluang memenangkan pilgub, daripada mesin parpol pengusung dan pendukung,” jelasnya.
kandidaT PunYa kans maju
Konstelasi politik di Jatim mulai menghangat. Ada beberapa nama kandidat yang sudah muncul ke permukaan, tapi hanya empat nama kandidat gubernur yang berpeluang kuat diusung
“Belajar pengalaman Pilgub Jatim 2013 lalu, Bu Mega kan tak mendukung Khofifah. Akhirnya, PDIP kalah di pilgub dengan mengusung Bambang DHSaid. Seandainya ketika itu PDIP mengusung KhofifahBambang DH, besar peluang bisa mengalahkan Pakde KarwoGus Ipul. Tapi faktanya tak menyerahkan pilihan ke Khofifah. Pilihan yang masuk akal adalah ke Gus Ipul,” jelasnya.
Artinya, menurut Direktur Pusdeham Unair Surabaya ini, jika PDIP menjatuhkan pilihannya kepada Gus Ipul, bukan karena Gus Ipul adalah incumbent, melainkan karena peta politik secara nasional yang ada menghendaki demikian.
“Jokowi sedang melakukan manajemen risiko. PDIP tradisinya kalau incumbent kuat, pasangan akan disiapkan dari PDIP. Itu juga bisa terjadi di pilpres, bisa Ridwan Kamil, Ahok, Prananda, Puan atau Risma menjadi pasangan Jokowi,” katanya.
Asfar menjelaskan, ada beragam pandangan di PDIP terkait Pilgub Jatim 2018. Pandangan pertama, menginginkan Gus Ipul jadi cagub Jatim dan berpasangan dengan kader internal partai ini. Pandangan kedua bukan Gus Ipul. Ini karena kemungkinan besar calon ada dua: Gus Ipul dan Khofifah.
Pandangan lain yang menolak Gus Ipul berpendapat PDIP belum pernah punya gubernur di Jatim. Kesempatan satusatunya ada di pilgub Jatim 2018. “Now or Never (sekarang atau tidak pernah sama sekali). Satusatunya orang yang bisa kalahkan Gus Ipul dan Khofifah adalah Risma. Ini jika kita bicara tanpa melibatkan kekuasaan. Risma itu no activity no declare tapi angka di survei cukup bagus. Tinggal deklarasi saja, titik Risma akan sama dengan tokoh lainnya,” jelas Asfar. Asfar melihat, fenomena Risma untuk pilgub Jatim 2018 ini sama dengan fenomena SBY saat pilpres 2004. Ini juga sama dengan fenomena munculnya artis dangdut Inul Daratista yang tak bisa dibendung ketika itu. Memenangkan Risma, bagi dia, biaya politiknya lebih murah, dan jauh lebih mudah dibanding memenangkan kandidat lainnya.
Bagaimana dengan Khofifah? Besar kemungkinan kalau Mensos ini maju di ajang Pilgub Jatim 2018, maka sumber dukungan politiknya untuk tampil adalah dari barisan parpol yang selama ini merapat ke kekuasaan, seperti Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Hanura, dan lainnya. Kans politik Khofifah di partaipartai tersebut cukup besar dan tinggi.
Asfar menggarisbawahi yang perlu diperhatikan dalam konteks Pilgub Jatim 2018 adalah munculnya figur dari kubu Partai Demokrat. Besar kemungkinan kalau Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tak beruntung di Pilgub DKI Jakarta 2017, maka yang bersangkutan akan ditour of dutykan ke Jatim. “Saya prediksi 99,99 persen AHY akan running maju Jatim jika tak menang di DKI Jakarta,” tegas Asfar.tok/air
Jika mencermati hasil Pilgub Jatim 2008 dan 2013 terlihat fakta sangat menarik. Ini karena Pakde Karwo berhasil memenangkan pertarungan melawan rival terkuatnya Khofifah Indar Parawansa sebanyak dua kali pilgub. Dan dua-duanya juga harus melewati mekanisme gugatan perselisihan hasil suara di Mahkamah Konstitusi (MK)
Pilgub terakhir yakni pemilihan gubernur dan wakil gubernur untuk periode 20142019 digelar pada 29 Agustus 2013. Istilah ‘El Clasico’ menjadi sebutan banyak pengamat yang memprediksi bahwa pertarungan politik di Pilgub Jatim 2013 merupakan tanding ulang pilgub 2008 sebelumnya.
Rupanya ramalan ini menjadi sebuah kenyataan tak terelakkan. Fakta ini sekaligus menunjukkan kepada publik bahwa ranah politik dan sosial Jatim masih milik mayoritas warga muslim tradisional (NU).
Tampilnya Saifullah Yusuf (Gus IpulKetua PBNU) sebagai cawagubnya Pakde Karwo (Ketua DPD Partai Demokrat Jatim) selama dua kali pemilihan dan Khofifah Indar Parawansa sebagai Cagub (2008 dan 2013) terbukti mampu menenggelamkan kekuatan pasangan ‘merah’ atau PDIP selama dua periode pemilihan dilangsungkan.
Sebagai pemohon adalah pasangan Khofifah Indar ParawansaHerman S Sumawiredja (Berkah) dengan kuasa pemohon Otto Hasibuan. Dengan acara sidang pengucapan putusan, nomor perkaranya adalah nomor 117/ PHPU.DXI/2013.
Sebagai termohon adalah KPU Jatim dan termohon terkait pasangan SoekarwoSaifullah Yusuf (KarSa).
Sebelum digugat ke MK, hasil akhir rekapitulasi KPU Jatim yang diperoleh memang tidak jauh berbeda dengan hasil quick count beberapa lembaga survei. Pasangan Pakde KarwoGus Ipul (KarSa) dan Pasangan KhofifahHerman (Berkah) adalah dua pasangan teratas yang mendapat mayoritas suara rakyat Jatim.
KPU Jatim, melalui Surat Keputusan bernomor 24/KPTS/KPUProv014/2013, memastikan pasangan petahana SoekarwoSaifullah Yusuf, sebagai pemenang pemilukada Jatim, periode 20142019.
Pasangan KarSa yang diusung Partai Demokrat dan didukung 31 partai politik (parpol) parlemen dan nonparlemen, berdasarkan hasil rekapitulasi
Kota Probolinggo, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kota Blitar, Batu, Bondowoso, Situbondo, Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Tulungagung, Kota Malang, dan Lumajang.
Sedangkan Berkah unggul di 12 daerah: KabupatenGresik, Pamekasan, Tuban, Lamongan, Kabupaten Mojokerto, Sumenep, Sidoarjo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Jember, dan Banyuwangi.
PiLgub 2008
Munculnya lima pasangan calon dalam Pilgub Jatim 2008 memberikan pilihan yang relatif banyak kepada masyarakat.
massa, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi masyarakat (ormas) tampak sibuk. Mesin partai relatif bekerja dibandingkan dengan pilgub putaran pertama.
Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya suara pasangan Khofifah Indar ParawansaMudjiono (Kaji) pada putaran kedua, setelah PDIP bergabung dan menyokong Khofifah, suara antarkeduanya tidak terpaut jauh.
olehan hanya selisih 60.223 suara atau 0,4 persen, dan 506.343 suara dinyatakan sebagai tidak sah.
Hasil inilah yang lantas menuai protes tim Kaji dengan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Sampai akhirnya MK mengabulkan gugatan dengan menggelar pemilihan ulang di Bangkalan dan Sampang, Madura, serta hitung ulang di Pamekasan. Hanya saja, hasil pemilihan dan hitung ulang tetap memenangkan pasangan KarSa atas Kaji.
Seperti halnya Pilgub Jatim 2008 yang harus berakhir di MK, Pilgub Jatim 2013 juga harus berakhir di tangan MK. Mahkamah Konstitusi mulai membuka acara pembacaan putusan untuk sengketa Pilgub Jatim pada Senin, 7 Oktober 2013 pukul 16.00 WIB.
Hasilnya, MK menolak seluruhnya permohonan penggugat Berkah. Dan, artinya menguatkan kemenangan KarSa yang telah ditetapkan melalui rekapitulasi KPU Jatim. Ini adalah kemenangan KarSa untuk kali kedua melawan Khofifah sejak Pilgub Jatim 2008.
KPU Jatim memperoleh 8.195.816 suara atau 47,25 persen. Peringkat kedua diraih Berkah diusung PKB dan didukung beberapa parpol nonparlemen meraih suara
6.525.015 suara atau 37,62 persen. Pasangan ‘merah’ Bambang DHSaid Abdullah diusung PDIP, berada di urutan ketiga hanya mengumpulkan 2.200.069 suara atau 12,69 persen.
Sedang pasangan Eggi SudjanaM Sihat (Beres) dari jalur perseorangan mendapat 422.932 suara atau 2,44 persen.
Dalam coblosan yang dilaksanakan, Kamis (29/8/2013), KarSa berhasil unggul di 26 dari 38 kabupaten/kota di Jatim. Ke26 daerah: Bojonegoro, Kota Mojokerto, Bangkalan, Sampang, Nganjuk, Jombang, Ngawi, Surabaya, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Magetan,
Meskipun Wakil Gubernur (Soenarjo) dan Sekda Jatim (Soekarwo) ikut dalam pilgub Jatim 2008, hasil akhir pilgub putaran pertama menunjukkan bahwa keduanya tak mampu mendominasi suara pemilih.
SoekarwoSaifullah Yusuf (KarSa) berada pada posisi teratas dengan 26,44 persen suara, Khofifah Indar ParawansaMudjiono (Kaji) di posisi kedua dengan 24,82 persen suara, SutjiptoRidwan Hisjam (SR) di posisi ketiga dengan 21,19 persen suara, SoenarjoAli Maschan Moesa (Salam) di posisi keempat dengan 19,34 persen suara, dan AchmadiSuhartono (Achsan) di posisi kelima dengan 8,21 persen suara.
Dengan komposisi perolehan suara seperti itu, Pilgub Jatim 2008 harus dilaksanakan dua putaran, yang diikuti oleh KarSa dan Kaji. Putaran kedua pilgub yang dilaksanakan tanggal 4 November 2008 menarik untuk dikaji, khususnya berkaitan dengan peran aktor: siapa melakukan apa dengan mengandalkan modal apa untuk melakukan perannya tersebut.
Aktoraktor, baik dari partai politik, birokrasi maupun pengusaha, media
Hasil rekapitulasi 38 KPU kabupaten/kota menunjukkan bahwa pasangan Kaji mendapatkan suara 49,8 persen dan pasangan KarSa 50,2 persen. Kaji menang di 16 kabupaten/kota dan Karsa menang di 22 kabupaten/kota. Ini berarti Karsa menang 0,4 persen.
Sedikit mencengangkan memang hasil Pilgub Jatim 2008. Berdasar hasil quick count tiga lembaga survei menyatakan pasangan Kaji unggul dari KarSa. Sekalipun quict count bukan acuan utama penetapan pemenang dalam sebuah pilkada, tapi itu bisa menjadi sejarah di Indonesia.
Untuk pertama kalinya hasil quick count dari tiga lembaga survei salah bersamaan, dan penghitungannya berbanding berbalik dengan hasil penghitungan KPU Jatim. Ketiga lembaga quick count pada putaran kedua Pilgub Jatim 2008 adalah, Lembaga Survei Indonesia (LSI) dengan hasil pasangan Kaji mendapat suara 50,44 persen, dan Karsa 49,56 persen.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) hasilnya, pasangan Kaji 50,76 persen dan Karsa 49,24 persen. Yang terakhir, Lembaga Survei Nasional (LSN) dengan hasil pasangan Kaji 50,71 persen dan Karsa 49,29 persen. Sementara hasil penghitungan manual KPU Jawa Timur, pasangan KarSa mendapat 7.729.944 suara atau 50,20 persen, dan pasangan Kaji mendapat 7.669.721 suara atau 49,80 persen. Per
Hasil akhir Pilgub Jatim 2008, Soekarwo Saifullah Yusuf (Karsa) memperoleh 7.660.861 suara, sedangkan KhofifahMudjiono (Kaji) meraih 7.626.757 suara. Hasil penghitungan suara tersebut sudah ditambahkan dengan hasil pemilihan ulang di Kabupaten Bangkalan dan Sampang, serta penghitungan ulang di Kabupaten Pamekasan seusai keputusan Mahkamah Konstitusi (MK).
Di tiga kabupaten tersebut KarSa unggul dari Kaji. Di Bangkalan, KarSa mendapat 253.981 suara dan Kaji 144.238 suara. Sedangkan di Sampang, KarSa mendapat 210.052 suara dan Kaji memperoleh 146.360 suara. Hasil penghitungan ulang di Pamekasan juga tidak jauh berbeda. KarSa memperoleh 216.293 suara dan Kaji mendapat 195.117 suara.
Pada Pilgub Jatim 2018, Pakde Karwo tentu tidak bisa maju kembali karena sudah dua periode. Gus Ipul sebagai wakilnya yang akan meneruskan tongkat estafet untuk maju sebagai calon gubernur ke depan. Apakah Khofifah yang saat ini menjadi Menteri Sosial (Mensos) RI di kabinet JokowiJK akan maju kembali bertarung untuk kali ketiga? Ataukah PDIP sebagai pemenang pilkada serentak giliran mendulang sukses pada pilgub nantinya? Siapa di antara mereka yang ketiban pulung Gubernur Jatim?tok
Namanya sudah tidak asing di kalangan masyarakat Jawa Timur. Terutama di daerah Tapal Kuda, kawasan Madura, sebagian besar Mataraman dan Pantura. Ia adalah Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si. Mantan Bupati Probolinggo dua periode yang kini menjadi anggota Komisi VIII DPR RI dari Partai NasDem.
PengaLamannYa di panggung politik dapat ditelusuri sejak awal tahun 1990-an. Di usianya yang relatif masih muda, tepatnya pada tahun 1992, beliau terpilih menjadi anggota DPRD di daerah kelahirannya Probolinggo dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Pasca reformasi, karir politiknya semakin cemerlang, setelah ia terpilih menjadi Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo periode 1999-2004 dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Setahun sebelum mengakhiri masa jabatannya sebagai Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo, pria yang akrab disapa Pak Hasan itu, terpilih menjadi Bupati Probolinggo untuk yang pertama kalinya di era reformasi masa bhakti 2003-2008.
Jabatan bupati itu kembali disandangnya hingga tahun 2013, setelah Pak Hasan memenangkan kompetisi politik dalam Pilkada yang dipilih langsung oleh masyarakat pada tahun 2008, dengan raihan suara sebesar 425.579 suara (67 persen).
Kini, posisi orang nomor 1 di Kota Bawang itu digantikan oleh istrinya, bernama Hj Puput Tantriana Sari sebagai Bupati Probolinggo.
Seiring dengan dinamika politik yang terjadi di negeri ini, karir politik politisi andal asal Probolinggo itu, terus melaju pasti dan meroket hingga menghiasi panggung politik regional dan tingkat nasional.
Setelah tak lagi menjabat Bupati Probolinggo, suami Bupati Probolinggo itu kembali ke gelanggang politik praktis melalui Partai NasDem. Pengabdiannya di NasDem diawali menjadi Ketua Ormas Nasional Demokrat Jawa Timur pada tahun 2010 dan dijabatnya sampai sekarang.
Ketika Ormas bentukan H. Surya Paloh itu bermetamorfosis menjadi partai politik di tahun 2011, Hasan Aminuddin dipercaya menjadi Ketua DPP Partai NasDem Bidang Agama dan Masyarakat Adat merangkap Ketua Dewan Pertimbangan DPW Partai NasDem Jawa Timur.
Pada Pemilu 2014 silam, pria yang juga akrab disapa Bindereh Hasan itu terpilih menjadi anggota DPR-RI dari Daerah Pemilihan Jatim 2 (Probolinggo-Pasuruan), dengan raihan suara yang sangat mengesankan, yakni 190.226 suara.
Nama Hasan Aminuddin kemudian masuk dalam kategori caleg terpilih dengan predikat ‘The Best Ten’ bersanding dengan nama-nama politisi tersohor lainnya, seperti Puan Maharani (PDIP), Edhie Bhaskoro Yudhoyono (Partai Demokrat), Nusron Wahid (Partai Golkar), A Hanafi Rais (PAN) dan sebagainya.
Pengasuh PonPes
Selain menjadi anggota Komisi VIII DPR-RI Fraksi NasDem yang membidangi Agama, Sosial, Bencana Alam, serta Kesehatan Ibu dan Anak, kini Hasan Aminuddin menjadi pengasuh Pondok Pesantren Hati, yang didirikannya pada tahun 2010 silam di Kraksaan, Probolinggo.
Sejak menjadi pengasuh Pondok Pesantren,
sebagian masyarakat memanggilnya dengan sebutan kiai, sebuah sebutan kehormatan yang lazim diberikan kepada pengasuh pesantren. Pesantren yang didirikannya itu berbeda dengan pesantren-pesantren konvensional lainnya. Pesantren ini sengaja didesain dengan model yang memadukan konsep kearifan lokal (local wisdom) dan kemodernan, atau pendekatan yang mengkombinasikan model salaf dan khalaf. Para santri yang belajar di lembaga ini berasal dari anak-anak fakir miskin yang berprestasi, dengan tanpa dipungut biaya sepeserpun.
Selain dibekali dengan ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu umum, santri-santri yang belajar di Pesantren Hati tersebut juga dididik untuk menguasai bahasa asing, seperti Bahasa Arab dan Inggris, serta ketrampilan-ketrampilan praktislainnya. Tenaga pengajar Pesantren Hati berasal dari kalangan profesional dengan tingkat pendidikan minimal S2.
Pendirian Pesantren Hati tersebut adalah sisi lain dari sekian banyak bentuk pengabdian (amal jariyah) Pak Hasan kepada masyarakat, bangsa dan Negara, serta agama, yang tidak akan pernah terputus pahalanya.
Dengan berbekal pengalaman menjadi bupati dua periode, dan menjadi Wakil Rakyat, serta investasi sosial yang cukup, Hasan Aminuddin siap mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Jawa Timur atau Calon Wakil Gubernur Jawa Timur pada Pilkada serentak yang akan digelar di tahun 2018 mendatang.
Sikap ini diambil sebagai konsekuensi dari seorang tokoh yang sejak awal telah mendedikasikan hidupnya untuk memberikan sebesarbesarnya manfaat bagi orang lain.
miriP bung karno
Sepak terjang Hasan Aminuddin dalam kancah politik tak diragukan lagi. Berawal karir menduduki jabatan politik sebagai Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo, kemudian dilanjut menjadi Bupati Probolinggo dua periode, dan saat ini mendapatkan amanah menjadi anggota DPR-RI, membuat Hasan Aminuddin semakin matang berpolitik dan diperhitungkan di kancah perpolitikan nasional.
Jadi tak salah jika Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, mempercayainya menduduki
jabatan Ketua DPP Bidang Agama dan Masyarakat Adat Partai Nasdem. Apalagi kemunculan Hasan Aminuddin dalam Pileg 2014 lalu mampu meraup suara terbanyak di antara Calon Legislatif (Caleg) yang lain di Partai Nasdem, dan membuatnya masuk sepuluh (10) besar peraihan suara terbanyak Caleg tingkat nasional dari berbagai Partai Politik (parpol).
Terlepas dari kesuksesan karirnya di dalam politik, sisi lain yang menjadi ‘buah bibir’ di masyarakat yakni cara berpidatonya yang disebut-sebut mirip Sang Proklamator Kemerdekaan RI sekaligus Presiden pertama RI, Ir Soekarno, yang lantang dan penuh semangat. Tak hanya itu, Hasan Aminuddin dinilai mampu beradaptasi dengan audience, sehingga penyampaiannya mudah dicerna dan dimengerti.
Kelebihan cara berpidato yang dimiliki suami dari Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari ini, bukan hanya diakui oleh kalangan politisi saja, namun menyentuh dan membuat kagum kalangan ulama yang ada di pesantren.
Seperti yang disampaikan Muhammad Halil, Kepala Pondok Pesantren (ponpes) Darut Taqwa yang terletak di Desa Kedung Rejoso, Kecamatan Kota Anyar, Kabupaten Probolinggo.
“Kalau diabstraksikan, nilai penyampaian dan endingnya itu ada. Jadi tidak membosankan, karena sisi humoris dan seriusnya tersusun benar. Sehingga tidak menghilangkan nilai atau esensi dan penyampaiannya pun mudah dipahami oleh semua kalangan,” jelas alumni UIN Malang ini. Ustadz muda yang akrab disapa Gus Holil ini tidak menampik jika cara berpidato Hasan Aminuddin disebut mirip Bung Karno. “Ya, gaya orator pidato Pak Hasan mirip Bung Karno. Bisa membuat audience menikmati dan tercengang. Hanya saja beliau (Hasan Aminuddin) berpidato di daerah, jadi sedikit beda,” tukasnya.
Tak sekadar baduT PoLiTik Anggota DPR RI berdarah NU yang juga fungsionaris DPP Partai NasDem Hasan Aminuddin menegaskan dirinya tidak ingin sekadar menjadi ‘Badut Politik’ dalam perhelatan pilgub Jatim 2018. Saat ini dirinya tengah melakukan check sound dengan melakukan pendekatan ke masyarakat secara kultural.
“Saya masih melakukan pendekatan kultur supaya bisa didukung rakyat dan dicalonkan parpol. Istilahnya, saya masih mengukur baju, manakala baju gubernur cukup ya saya teruskan, tapi jika tidak ya bisa jadi juga cawagub. Yang pasti saya bukan badut politik yang hanya jadi sekadar calon pelengkap,” tegas Hasan kepada beritajatim.com Mantan Bupati Probolinggo dua periode ini menegaskan, tidak serta merta menerima tawaran menjadi cawagub, jika cagub yang akan dipasangkan dengan dirinya tidak ‘menjual’ baik secara popularitas, elektabilitas, kredibilitas maupun akseptabilitas. “Saya akan lihat L1 (cagubnya) siapa dulu,” tukasnya.
Ia juga menolak maju lewat jalur independen karena Hasan menilai dirinya sudah menjadi bagian dari parpol, bahkan menjadi pendiri dua parpol yaitu PKB dan NasDem di Jatim. “Partai NasDem memang hanya memiliki empat kursi di DPRD Jatim, karena itu harus berkoalisi dengan parpol lain di Jatim,” jelasnya.
Hingga saat ini, kata Hasan, DPP Partai NasDem belum memutuskan mendukung siapapun pada pilgub Jatim mendatang. Namun dia mengaku sudah minta izin dan direstui Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh untuk melakukan manuver politik menghadapi pilgub Jatim.
“Partai NasDem memiliki mekanisme sendiri dalam penentuan calon pilkada. Saya juga siap mengikuti mekanisme parpol lain yang berkoalisi dengan NasDem. Jadi nggak benar kalau ada pengurus DPP atau DPW Partai NasDem Jatim yang mendukung salah seorang calon. Itu bukan pernyataan partai, melainkan pribadinya,” tegasnya.
Gerakan sosialisasi kultural di Jatim, lanjut Hasan juga sudah mendapat dukungan dari berbagai daerah. “Di Jember ada relawan Sahabat Hasan, di Probolinggo namanya Kancanah Hasan, di Madura Tretan Hasan, di Surabaya Koncone Hasan dan masih banyak lagi,” ujar suami Bupati Probolinggo saat ini.
Disinggung soal tokoh-tokoh di Jatim yang layak maju di pilgub Jatim 2018, Hasan menyatakan ada beberapa yang layak maju. Mereka adalah Khofifah Indar Parawansa, Gus Ipul, Abdul Halim Iskandar, Tri Rismaharini dan dirinya sendiri. “Mereka itu juga bagian dari warga Nahdliyyin. Mereka semuanya layak maju,” pungkasnya.antok/adv
OlEh: YuSuf WibiSono
SEJaRaH
republik ini sangat panjang. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan lembar. Namun dari lembaranlembaran itu ada halaman yang terlipat, atau lebih tepat sengaja dilipat. Lembar halaman itu bernama Datuk Ibrahim Tan Malaka. Ada kekhawatiran, jika lipatan itu terbuka bisa memicu rasa cemas juga waswas. Karena pada lembaran itu mengandung ‘racun’ merah.
Maka tidak heran, nama Tan Malaka tidak mengkilat seperti Bung Karno, Bung Hatta, atau Sutan Sjahrir. Tan Malaka tenggelam dalam gelombang sejarah. Kematiannya misterius. Tan sudah kenyang dengan penangkapan yang dilakukan agen interpol. Dia dijebloskan dari satu penjara ke penjara lainnya. Namun ironis, nyawanya justru direnggut ujung bedil tentara republik.
penjara.
Tan Malaka bukan hanya sosok yang identik dengan dari penjara ke
Namun predikat itu bertambah menjadi dari pusara ke pusara. Hal itu menyusul pemindahan makamnya di Selopanggung, Kediri, ke kampung halamannya. Memang itulah sosok Tan Malaka. Selalu dalam lingkar misteri dan kontroversi. Baik saat hidup maupun mati, baik berada dalam penjara maupun terbaring di pusara. Kini polemik itu berupa perebutan
jasad sang pejuang di jalan sunyi. Satu sisi, pihak keluarga meminta agar jasad tersebut dilayar ke tanah Minang, namun di sisi lain, Pemkab dan warga Kediri tetap kukuh agar makam tersebut tetap bertahan di Selopanggung.
Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka, lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 dan meninggal di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, 21 Februari 1949 pada umur 51 tahun. Menariknya, separuh dari usia itu ia habiskan di luar negeri. Rinciannya, enam tahun belajar di negeri kincir angin Belanda, sedang 20 tahun dihabiskan menjadi pelarian politik. Predikat buron politik itu disandang sejak 1922. Dalam pelariannya, Tan Malaka menjelajahi tak kurang dari 21 tempat dari 11 negara dalam kondisi sakitsakitan serta pengawasan ketat dari agenagen interpol.
Selama itu pula, Tan menggunakan sejumlah nama samaran dan 13
alamat rahasia. Di Manila dia dikenal sebagai Elias Fuentes dan Estahislau Rivera. Sementara di Filipina bagian selatan, pria berdarah melayu ini dikenal dengan Hasan Gozali. Di Shanghai dan Amoy, Tan adalah Ossario, wartawan asal Filipina. Ketika masuk ke Burma, dia merubah namanya menjadi Oong Soong Lee, orang Cina kelahiran Hawai. Sementara di Singapura saat menjadi guru bahasa Inggris di sekolah menengah atas, dia bernama Tan Hong Seng. Menjelang kemerdekaan Tan kembali ke Indonesia dan bekerja di sebuah pertambangan kawasan Bayah, Banten. Dia menyamar sebagai
Ilyas Hussein.
Tan terlipat dalam sejarah bukan tanpa sebab. Itu semua tidak lepas kiprahnya dalam PKI (Partai Komunis Indonesia). Bahkan, pria asal Suliki ini pernah menjabat menjadi pucuk
pimpinan PKI setelah Semaoen. Popularitas Tan di partai komunis cepat melesat. Dia diangkat oleh komunis internasional sebagai pengawas untuk Indonesia, Malaya, Filipina, Thailand, Burma, dan Vietnam.
Akan tetapi Tan akhirnya tersingkir sesudah pemberontakan PKI 1926. Dia dituding sebagai biang kegagalan pemberontakan melawan kolonialisme Belanda itu. Dia dicap sebagai pengkianat partai. Memang, dari awal Tan sudah tidak setuju dengan rencana pemberontakan tersebut. Bahkan dia berupaya mencegah aksi yang dirancang oleh kelompok Prambanan. Kelompok Prambanan adalah para pentolan PKI masa itu. Di antaranya Semaun, Alimin, Musso, dan Darsono. Mereka merencanakan pemberontakan di Prambanan Solo, awal 1926. Namun respon Tan justru sebaliknya. Dia melempar sejumlah argumen agar pemberontakan tersebut digagalkan. Salah satu alasannya adalah kekuatan pergerakan belum matang.
Dengan kata lain, masih diperlukan pembenahan organisasi partai guna menggalang basis massa yang kuat dan meluas. Tan kemudian menyarankan agar para pemimpin PKI melakukan aksi ‘pemanasan’ dan agitasi di tempat masingmasing. Tan menyimpulkan jika pemberontakan itu tetap dilakukan maka akan berakhir blunder. Dengan kata lain, bisa menjadi bumerang terhadap partai komunis, bahkan organisasi pergerakan secara umum.
Analisa Tan tembus, namun Tan dituding sebagai Brutus. Pemberontakan 1926 gagal. Organisasi yang didirikan 1920 itu hancur. Para aktivisnya dijebloskan ke penjara dan dibuang ke Digul. Sejak itu Tan berpisah jalan dengan PKI. Dia kemudian mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) di perantauan Bangkok. Bukan kali itu saja Tan menantang arus. Dalam
Kongres Komunis International (Komintern) ke4 di Moskow pada 1922, dia melontarkan gagasan mengejutkan. Tan menolak kebijakan Komintern yang cenderung mencurigai Pan Islamisme (kelompok Islam) sebagai pesaing di gerakan internasional. Justru sebaliknya, tokoh asal Hindia (Indonesia) ini menyarankan agar komunis menggandeng kelompok islam dalam mengusir penjajahan. Tan kemudian membeberkan berbagai argumen. Termasuk mencontohkan kondisi obyektif yang terjadi di Indonesia. Namun gagasan Tan bertepuk sebelah tangan. Orientasi Tan melompat jauh ke depan. Betapa tidak, dia sudah menggagas konsep Republik Indonesia sejak 1925. Konsep itu tertuang dalam bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia). Tentu saja, konsep tersebut jauh lebih dulu ketimbang tulisan Mohammad Hatta berjudul Indonesia Vrije (Indonesia Merdeka) yang dibacakan sebagai pledoi di pengadilan Deen Haag pada 1928, dan Sukarno yang menulis ‘Indoensia Merdeka’ pada 1933.
Tan Malaka bercitacita mewujudkan Indonesia yang terlahir dari revolusi. Semua tindakan kompromi dengan kaum kolonial Belanda tidak ada dalam kamus hidupnya. Hal itu pula yang memantik kekecewaan Tan terhadap SoekarnoHatta. Ketika rakyat semangat mengangkat bambu runcing, dwi tunggal justru melakukan pendekatan berunding. Bagi Tan, meja perundingan hanya bisa dilakukan setelah ada pengakuan kemerdekaaan 100 persen dari Belanda. Oleh karena itu, Tan tetap mengobarkan perang gerilya.
Karena semangat antikompromi itu pula, hidup Tan berakhir tragis. Dia ditangkap bersama tumpukan bukubukunya oleh sekelompok tentara. Pria lajang ini digiring dengan tangan terikat ke belakang, disekap di sebuah lumbung padi, kemudian ditembak mati. Ironisnya pelaku penembakan itu adalan tentara republik sendiri. Sejak itu nama Tan Malaka terlipat dari lembar sejarah.suf
OlEh: nanang MaSYhaRi
SEPanJang akhir 2016 hingga awal 2017, masyarakat Internasional mendadak menoleh ke Kediri, Jawa Timur. Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia Datuk Ibrahim Tan Malaka yang diyakini meninggal dunia dan dimakamkan di Kediri, jenazahnya akan dibawa pulang ke tanah kelahirannya.
Ahli waris bersama Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat berencana memindahkan jenazah Tan Malaka dari pemakaman umum Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri ke tanah kelahirannya di Suliki, Bukittinggi, Sumatera Barat.
Rencana pemindahan jenazah Tan Malaka ini disampaikan langsung oleh Wakil Bupati Limapuluh Kota Fehrizal Ridwan saat bersilaturahmi di Kediaman Wakil Ketua DPRD Kota Kediri Oing Abdul Muid Sokhib, di Lingkungan Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Kamis (17/11/2016). Menurut Fehrizal, kedatangannya bersama Direktur Intitut Tan Malaka saat itu tak lain untuk menindaklanjuti permohonan keluarga Tan Malaka.
“Pihak keluarga meminta Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota untuk membantu pemindahan jasad Tan Malaka ke tanah kelahirannya. Kami datang kemari dalam rangka menindaklanjuti surat permohonan keluarga ahli waris,” tutur Fehrizal kepada sejumlah wartawan.
Atas nama Pemkab Limapuluh Kota, Fehrizal mengaku, rencana pemindahan jasad pahlawan Nasional ini dilakukan melalui proses panjang, dimulai pada 15 Januari 2017. Proses pemindahan dikemas dalam acara kirab melewati lokasilokasi yang pernah disinggahi Tan Malaka. Kirab ini ditargetkan sampai di Kediri, pada 21 Februari 2017.
Dalam upaya memindahkan jenazah Tan Malaka, Pemkab Limapuluh Kota datang ke Kediri, untuk kedua kalinya, pada Rabu (21/12/2016). Bersama ahli waris, dan Tan Malaka Institut, Wakil Bupati Fehrizal menghadiri seminar
Tan Malaka di Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri.
Dalam dialog dengan perwakilan Pemkab Kediri dan kalangan mahasiswa, Fehrizal menyampaikan upaya yang sudah ditempuh dalam memindah jenazah
Tan Malaka, diantaranya mengirimkan surat ke Kemensos RI. Pihaknya juga menyampaikan permintaan itu langsung dalam acara diskusi tersebut.
Menurut Fehrizal, ahli waris atau keluarga memiliki hak untuk membawa jasad Tan Malaka ke tanah kelahirannya. Sebab, di kampung halamannya, Tan Malaka merupakan raja adat Bumustangkai keempat yang membawahi 140 datuk. Bagi keyakinan mereka, Tan Malaka harus pulang dalam kondisi apapun.
Rencana itu tentunya mengagetkan. Setelah sekian lama, sejak Tan Malaka menghembuskan nafas terakhirnya, pada 21 Februari 1949 silam, namanya jarang sekali diperbincangkan. Tempat pasti wafat dan juga pemakamannya juga masih menjadi misteri.
Para sejarawan yang melakukan riset sampai sekarang ini belum sampai pada titik akhir kepastian. Hanya nama Kediri yang berketepatan. Namun, dimana tepatnya masih perlu kajian. Disisi lain, masyarakat Kabupaten Kediri, khususnya sekitar pekuburan Desa Selopanggung, Kecamatan Semen tegas untuk menolak rencana pemindahan jasad Tan Malaka. Mayoritas warga Desa Selopanggung
menolak dengan alasan mereka juga merasa memiliki. Masyarakat minta supaya jasad pahlawan Nasional Kemerdekaan RI itu tetap berada di Kediri. Bagi ahli waris atau keluarga yang ingin berziarah ke makam Tan Malaka, masyarakat, mempersilahkannya.
“Pokoknya warga tidak setuju kalau jasad Tan Malaka dipindah. Karena sudah lama disini,” kata Sarwan di makam yang ditemui pada Kamis (19/1/2017). Warga setempat mengenal sosok Tan Malaka sebagai pahlawan kemerdekaan. Mereka khawatir apabila jasad Tan Malaka dipindah, Desa Selopanggung menjadi sepi. Warga sudah lama memimpikan kawasan makam tersebut dijadikan sebagai tempat wisata sejarah.
“Di dekat makam Tan Malaka ada Batu Jagul. Batu besar di tepi sungai ini menjadi daya tarik wisata. Pemerintah desa akan membangunnya menjadi tempat wisata dengan ikon Batu Jagul dan Tan Malaka. Jadi jangan sampai jasadnya dipindah,” tuturnya.
Selama ini memang ada beberapa orang wisatawan yang datang dengan tujuan berziarah ke makam Tan Malaka. Bagi masyarakat setempat, apabila kawasan pekuburan tersebut sudah dibangun menjadi tempat wisata, maka jumlah wisatawan yang datang bakal lebih banyak lagi.
Kepala Desa Selopanggung Waji yang dikonfirmasi secara terpisah di kantornyanya berjanji untuk selalu berpihak kepada warganya yaitu, mempertahankan jasad Tan Malaka. Keyakinan pemerintah desa ini semakin kuat, setelah mengetahui apabila rencana pemindahan jasad Tan Malaka oleh keluarganya belum memperoleh izin dari Kementerian Sosial RI.
“Kalau pun mereka (Pemkab Lima Puluh Kota) ngotot, saya akan menyerahkan kepada masyarakat. Silahkan langsung meminta persetujuan dari masyarakat. Jangan sampai muncul kabar bahwa, desa menjual Tan Malaka apabila nantinya jasad itu jadi dipindahkan,” tegas Waji dengan nada tinggi.
Secara kelembagaan desa, Waji mengaku, belum pernah diajak berkomunikasi oleh Pemkab Lima Puluh Kota maupun keluarga Tan Malaka perihal rencana pemindahan jasad tersebut. Itu sebabnya, sampai saat ini Pemerintah Desa Selopanggung tetap berada pada pendiriannya untuk mempertahankan.
Pemerintah Desa Selopanggung semakin serius untuk mempertahankan Tan Malaka. Melalui dana Alokasi Dana Desa (ADD), kini sudah dibangun undakundakan di jalan menuju makam. Sebelumnya, jalan setapak ini berupa undakan dari tanah. Tetapi kini telah dirubah menjadi undakan cor dari semen.
Keseriusan Desa Selopanggung mendapatkan apresiasi dari Kemensos RI. Melalui kunjungannya beberapa waktu lalu, pihak Kemensos melihat keseriusan dari warga yang menghendaki agar Tan Malaka tetap berada di Kediri dan tidak dipindahkan.
Ada indikasi Kemensos tidak meyakini jasad di pusara Desa Selopanggung itu adalah Tan Malaka. Justru di sinilah letak keanehannya, Pemkab Limapuluh Kota, Sumatera Barat justru ngotot ingin membawa pulang pahlawan nasional itu ke tanah kelahirannya di Suliki, Limapuluhkota, Sumbar.
Keinginan yang nekat itu membuat Pemkab dan DPRD Kabupaten Kediri kaget. Karena sama sekali tidak ada pembicaraan serius sebagai lembaga negara. Padahal yang akan dibawa adalah pahlawan yang sudah menjadi milik bangsa.
Wajar bila kemudian ada aksi penolakan dari pemuda Kediri yang tergabung da
lam Gerakan Pemuda Nusantara (GPN). Selain itu, DPRD Kabupaten Kediri ikut meradang mendengar keinginan pemindahan itu tetap dilaksanakan. Mengingat, sampai ada buka donasi untuk keberangkatan tim penjemputan.
Kondisinya semakin membuat gesekan terbuka. Apabila dibiarkan hal ini bisa menyebabkan dampak yang jelek bagi hubungan dua daerah. Sampai saat ini keinginan Pemkab Limapuluh Kota tidak ada kejelasan. Mulai dari pemindahan makam atau jasad, lalu bawa pulang segumpal tanah sebagai simbol, dan terakhir menjalankan adat pergantian baju di depan makam untuk menjemput gelar Tan Malaka.
Penting menjadi perhatian adalah soal kebenaran makam di Selopanggung.
Ialah Mbah Gapar, saksi sejarah yang masih mengingat kejadian pembunuhan Tan Malaka oleh para tentara. Kala itu Indonesia baru saja merdeka didatangi kembali Belanda dalam agresi militer keduanya. Tan malaka yang dituduh sebagai matamata penjajah dihabisi pada tengah malam, lalu jenasahnya dihanyutkan ke Sungai Brantas.
“Tan Malaka dibawa kesini dari Semen. Dia dianggap mata mata Belanda dan mau dibunuh. Setelah itu dibunuh di tepi Sungai Brantas. Dan jenasahnya dihanyutkan,” jelasnya Mbah Gapar yang ditemui di rumahnya, Jumat (20/1/2017).
Keesokan harinya, Mbah Alip, warga setempat melihat jenazah Tan Malaka yang terbunuh menyangkut di tempat
Entah bagaimana ceritanya, makam itu sudah hampir mencapai kebenaran bila yang terkubur di dalamnya adalah jasad pahlawan nasional dari Suliki, Limapuluh Kota.
Di tengah polemik pemindahan, muncul versi lain tentang kematian Tan Malaka. Belakangan mengemuka apabila Tan dibunuh dan jenazahnya dihanyutkan ke Sungai Brantas, sekitaran Desa Petok, Kecamatan Mojo. Bukan seperti cerita yang mengemuka selama ini yaitu dimakamkan di pemakaman umum Desa Selopanggung, Kecamatan Semen.
Tugu Tan Malaka ini menjadi salah satu bukti peristiwa kelam pembunuhan sang pahlawan revolusioner asal Sumatera Barat itu, sekitar 68 tahun silam. Tugu prasasti ini menancap di tepi Sungai Brantas tepatnya, di Desa Petok, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.
penyeberangan perahu getek. Karena ketakutan dia kemudian mendorong jenasah itu ke tengah sungai hingga akhirnya benarbenar terhanyut.
“Saya dengar cerita ini langsung dari Mbah Alip. Beliau saksi mata yang melihat jasad itu tersangkut di tambangan perahu,” kata Mbah Sapar dirumahnya. Mbah Gapar mengaku, Tan Malaka bukanlah orang sembarangan. Saat pembunuhan terjadi, peluru tentara yang diarahkan ke kepalanya terpental. Tan akhirnya terbunuh setelah tembakan kedua tepat mengenai tenggorokannya.
“Ditembak satu kali mengenai dahinya tidak apaapa. Malah ‘murup’ (mengeluarkan cahaya). Baru setelah ditembak bagian leher tepat ditenggorokannya, kemudian meninggal,” imbuhnya. Sebagai salah satu saksi sejarah, Mbah Gapar kerap menjadi jujugan orang yang
ingin tahu cerita Tan Malaka. Sampai saat ini ia masih menyimpan buku tentang Tan Malaka yang ia dapat dari keluarga Mantan Presiden RI KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pernah mengunjunginya.
Buku itu berjudul memoar Datuk Ibrahim. Tertulis besar di sampul depannya gelar Tan Malaka 1897 1949. “Buku ini dibagikan oleh adik Gus Dur sewaktu berziarah kemari. Masyarakat disini diajak tahlil bersama. Setelah itu, tugu Tan Malaka dibangun sebagai tanda sejarah dan tempat berziarah,” bebernya.
Kepastian makam itu seharus disertai penjelasan dan bukti otentik yang berlandas pada hasil uji forensik tes deoxyribo nucleic acid (DNA). Pada tahun 2009 silam sebenarnya sudah pernah dilakukan pengujian DNA, namun hasilnya tidak pernah dipublikasikan. Alasannya, ketika pembongkaran atas permintaan pihak keluarga. Jadi hasil tes DNAnya hanya boleh diketahui keluarga.
Padahal hasil itu sangat penting diketahui publik, mengingat Datuk Ibrahim Tan Malaka adalah pahlawan. Kepastian makam Tan sangat dibutuhkan untuk
meluruskan perjalanan tokoh bangsa yang konon tewas di tangan anak bangsa sendiri.
Keyakinan bahwa kuburan itu bukanlah jasad Tan Malaka sebenarnya bukanlah tanpa dasar. Hasil pertemuan Kemensos yang bertandang ke Pemkab Kediri juga menduga bila yang dimakam bukanlah Tan Malaka seperti yang dipercaya banyak orang selama ini. Ditambah ada ada pengakuan bahwa penunjukan awal makam tersebut hanya ingin menjadikan lokasi wisata baru di Desa Selopanggung.
Lalu versi kerangka ketika dibongkar masih terngkurap dengan posisi tangan di belakang tak ada satu pun yang punya gambarnya. Sementara ada kabar bila kerangka yang ditemukan saat itu adalah kerangka kepala bayi. Sayang Harry A Poeze tidak sedang di Kediri untuk menjelaskan persoalan temuannya. Sebab selain, di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, ada pula Tugu Tan Malaka di Desa Petok, Kecamatan Mojo, pada 2003.
Anggota DPRD Kabupaten Kediri Dodi Purwanto mengaku, khawatir apa
bila jasad yang diboyong pulang oeh Pemkab Limapuluh Kota bukan Tan Malaka. Munculnya versi lain tentang cerita perjalanan hidup, kematian dan pemakaman Tan Malaka sudah seharusnya menjadi bahan pertimbangan bagi ahli waris yang ngotot menghendaki pemulangan jasad.
“Melalui uji DNA, maka dapat diketahui identik dan tidaknya jasad di dalam pemakaman Desa Selopanggung dengan keluarganya. Sebab, hasil tes DNA yang pernah dilakukan, pada tahun 2009 silam sampai sekarang ini belum keluar. Jangan sampai kita ramairamai soal pemindahan, ternyata jasadnya belum jenas,” kata Dodi saat ditemui di Gedung DPRD Kabupaten Keiri, Senin (23/1/2017).
Hal terpenting lagi, menurut politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini adalah keinginan warga sekitar makam yang menolak pemindahan jasad Tan Malaka. Pemerintah telah menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional, sehingga seluruh masyarakat indonesia memiliki hak terhadapnya.nng
OlEh: oRYza a. WiRaWan
Tan Malak adalah pahlawan nasional yang paling sering disalahpahami. Front Pembela Islam (FPI) pernah membubarkan acara diskusi mengenai Tan Malaka di Surabaya beberapa waktu lalu. Keterkaitan Malaka dengan komunisme menjadi motif yang dikedepankan. Tak bisa ditampik, dalam sejarah, Tan Malaka adalah tokoh gerakan kiri terbesar di Indonesia. Namun benarkah ia seorang antiTuhan?
Sayang, Tan Malaka sudah meninggal dunia, sehingga tak bisa mem berikan bantahan atau pembelaan diri atas tuduhan tersebut. Namun beruntung, dia melahirkan banyak karya luar biasa, salah sa tunya Madilog (Materialisme Dialektika Logika). Dalam salah satu bab, ia menjelaskan masalah Islam sebagai bagian dari kepercayaan manusia.
Demi upaya menciptakan perimbangan informasi, saya mencoba mewawancarai Tan Malaka secara imajiner. Semua jawaban Tan Malaka saya kutipkan dari Madilog. Dengan kata lain, anggap saja ini upaya pembelaan diri Tan Malaka dari dalam kubur. Bukankah dia pernah berkata: suaraku akan terdengar lebih keras dari dalam kubur. Saya tak menambah atau mengubah kutipan dari Madilog sebisa mungkin, kecuali memperbaiki ejaannya. Yang saya lakukan adalah mengontekstualisasikan pernyataan Malaka melalui pertanyaanpertanyaan, sehingga mempermudah orang untuk membacanya.
kaum proletar, rakyat kecil, rakyat jelata, di Indonesia.
Madilog unik. Buku ini ditulis Malaka di selasela pelariannya dari sergapan tentara Jepang. Dalam pengantar bukunya, ia menyebutkan, Madilog ditulis dalam waktu delapan bulan, mulai dari 15 Juli 1942 hingga 30 Maret 1943. Buku ini ratarata dikerjakan tiga jam sehari.
Yang mengagumkan, Malaka menulis Madilog dengan referensi di luar kepala.
terang sekali kepada kita,” katanya. Malaka menggunakan teknik menghapal yang disebut; jembatan keledai. Teknik ini sudah dipelajarinya sejak kecil. Ia menilai, ‘jembatan keledai’ sangat penting bagi seorang pejuang yang tengah berada dalam pelarian. Berikut petikan wawancara imajiner saya dengan Tan Malaka:
Bung, sumber apa yang Anda gunakan untuk menyinggung soal Islam dalam Madilog? Sumber yang saya peroleh untuk pasal ini adalah sumber yang hidup. Saya lahir dari keluarga Islam yang taat. Ketika sejarah Islam di Indonesia bisa dikatakan masih pagi, di antara keluarga tadi sudah lahir seorang alim ulama, yang sampai sekarang dianggap keramat. Ibu bapak saya keduanya taat, takut pada Allah, dan menjalankan sabda Nabi.
Madilog sendiri adalah salah satu buku yang berpengaruh, sebagaimana Perjuangan Kita karya Sutan Sjahrir, Demokrasi Kita karya Hatta, atau Di Bawah Bendera Revolusi karya Soekarno. Malaka menulisnya untuk
Ia adalah pemburu buku sejati. Namun koleksi bukunya yang berpetipeti terpaksa ditinggalkannya saat meloloskan diri. “Saya terlepas dari bahaya, tapi juga terlepas dari pustaka,” tulisnya. Namun, Malaka tak putus asa. Ia meniru langkah AlGhazali, pemikir Islam terkemuka, yang pernah menjadi korban penyamun. “Penyamun merampas semua bukunya. Sesudah itu AlGhazali memasukkan semua isi bukunya ke dalam otaknya dengan menghafalkan. Kegunaan menghafalkan itu buat Al Ghazali, sekarang sudah
Pengalaman relijius apa yang berkesan saat Bung masih muda? Saya saksikan ibu saya sakit, menantang malaikat maut sambil menyebut juz Yasin berkalikali dan sebagian besar isi AlQuran di luar kepala. Masih kecil saya sudah bisa tafsirkan AlQuran dan dijadikan guru muda. Ibu menceritakan soal Adam dan Hawa dan Nabi Yusuf. Tidak jarang dia kisahkan pemuda piatu Muhammad bin Abdullah, yang entah karena apa, mata saya terus basah mendengarnya.
Bung bisa berbahasa Arab? Bahasa Arab sampai sekarang saya anggap sempurna, kaya, merdu, jitu, dan mulia. Pengaruhnya pada Bahasa Indonesia di masa lampau tidak sedikit. Saya sendiri tidak sempat meneruskan pekerjaan berbahasa Arab yang saya pelajari berpuluh tahun silam dengan cara surau seder
hana yang tentunya sekarang sudah melayang sama sekali.
Bung tertarik pada Islam?
Semua perhubungan dengan Islam dan Arab dahulu di Eropa pasti menarik minat saya. Dengan mengikat pinggang lebih erat, di Negeri Belanda saya membeli sejarah Dunia berjilidjilid, salinan bahasa Jerman ke bahasa Belanda, karena di dalamnya ada sejarah Islam dan Arab yang ditulis dengan lebih sempurna dari yang sudahsudah. Terjemahan Quran dalam bahasa Belanda dulu beberapa kali saya tamatkan, serta semua buku dan diktat almarhum Snouck Hurgronje tentang Islam sudah saya baca.
Bagaimana Bung memandang sejarah Islam?
Sejarah Islam dalam lebih kurang 1.200 tahun sesudah Muhammad SAW, yaitu sejarah yang condong pada politik seperti pengangkatan Imam baru menurut partai Ali atau meneruskan pilihan yang demokratis seperti pengangkatan Abu Bakar, Umar, dan Usman; perbedaan mazhab Imam Sjafei, Hanafi, Hambali, dan Maliki; aliran Islam ke arah mistisisme pada satu pihak (Imam Gazali) dan rasionalisme sampai ke ketiadaan Tuhan (ateisme) di pihak lain(Mutaziliten); pergerakan Islam baru yang kita kenal sekarang seperti Wahabi, Muhammadiyah, dan Ahmadiyah, semuanya ini mesti ditimbalbalikkan dengan sejarah politik, ekonomi, seperti kondisi geografis dan teknologi masyarakat muslim di Eropa Selatan, Afrika, Asia Barat, dan Tengah.
Bagaimana Bung memandang sosok Muhammad SAW?
Pada masa Muhammad SAW, bangsa Arab terdiri dari beberapa suku dan menyembah bermacammacam berhala. Perang saudara yang kejam keji tiada putusputusnya berlaku. Di tengah masyarakat semacam itu lahirlah Muhammad bin Abdullah. Dari kecil sudah mengenal susah melarat di tengahtengah masyarakat saling sengketa dan gelap gulita. Buah pikiran kita, bisakah dalam keadaan
masyarakat semacam itu timbul paham, perangai, dan budi seperti Muhammad bin Abdullah? Tapi memang intan itu bisa diselimuti, tapi tak bisa dicampur lebur oleh lumpur.
Tidaklah mengherankan sama sekali kalau Muhammad bin Abdullah tertarik pada Tuhan Esanya Nabi Ibrahim, Musa, dan Daud. Di sini Tuhan itu lebih terang keesaannya. Bagi Muhammad SAW Tuhan itu sematamata rohani dan berada di manamana. Seorang muslim bisa berhubungan langsung dengan Dia, tanpa perlu memakai kasta rabbi atau pendeta sebagai perantara atau sebagai tengkulak. Agama monotheismenya Nabi Muhammad SAWlah yang paling konsekuen, terus lurus. Maka itulah sebabnya menurut logika, Muhammadlah yang terbesar di antara nabi monotheisme.
Perkara kasih sayang, Muhammad SAW juga seperti Nabi Isa. Nabi Muhammad SAW berada dalam masyarakat sebenarnya, sebagai pemimpin propaganda dalam pertarungan, peperangan, dan masyarakat. Muhammad SAW berjuang dengan menggunakan tangan dan pedangnya, bersama dengan pengikutnya yang bisa dihitung jumlahnya dengan 10 jari saja. Perbedaan dengan para pengikutnya cuma pada keberanian dan kepandaian.
Seperti jenderal ternama Iskandar, Hanibal, Caesar, dan Napoleon, maka Muhammad sebagai pemimpin perang juga berlaku ‘di depan dalam menyerang di belakang bila mundur’. Sebagai jenderal ulung, Muhammad juga menjalankan tipu muslihat: memusatkan semua kekuatan pada urat nadi musuh. Tak ada yang di luar akal dalam semua peperangan Muhammad SAW.
Tapi Muhammad SAW dengan memaafkan musuh yang dulu hendak menewaskannya, mengubah musuh itu menjadi pengikut setia dan dianggapnya saudara kandung. Ketika seluruh Mekkah memusuhi, mengancam jiwanya, Muhammad SAW bersabda: Walaupun di sebelah kiri ada bintang dan di sebelah kanan ada matahari yang melarang, saya mesti
meneruskan perintah Tuhan. Sekali lagi, dalam Islam keesaan Tuhan itu sampai ke puncaknya.
Ahli Barat juga mengakui Muhammad sebagai pemikir besar! Usaha yang lama dan sungguh mencari hakikat sebagai jawaban pertanyaan tentang makna dunia dan hidup ini berakhir pada firman Tuhan yang diterimanya.
Bagaimana Madilog memandang Tuhan?
Keberadaan Tuhan yang Esa, jiwa, akhirat dan lainlain itu bukanlah perkara yang bisa dipraktekkan, disusun menjadi hukum dan dilaksanakan seperti ilmu pengetahuan. Semuanya berdasar pada keyakinan yang tak sama pada beberapa orang dalam satu waktu atau pada satu orang dalam berlainan waktu.
Bila dihubungkan dengan keesaan Tuhan, ialah kalau seperseribu detik saja yang Maha Kuasa itu membatalkan bumi kita ini menarik matahari dan bintang, maka bumi kita ini akan ditarik matahari dan meletus serta menghancurluluhkan kita ke jurusan matahari yang panas dan terik itu.
Kalau sekiranya seperseribu detik saja yang Maha Kuasa itu bisa membatalkan hukum tolak dan tarik sekalian bintang, matahari, dan planet di alam raya ini, seperti semua kereta dihentikan dalam satu kota pada satu saat, maka kita manusia, hewan, dan benda yang sekarang lekat pada bumi akan terpelanting ke awangawang terusmenerus terbang.
Menurut Madilog, selama alam ada dan selama alam raya itu ada, selama itulah pula hukum alam raya berlaku. Berhubung dengan ini, maka yang Maha Kuasa, jiwa yang terpisah dari jasmani, surga atau neraka di luar alam raya, berada di luar Madilog dan tidak dikenal oleh ilmu pengetahuan. Semua itu jatuh ke daerah kepercayaan sematamata.
Ada atau tidaknya hal itu pada akhirnya berpulang pada kecondongan perasaan masingmasing orang. Tiaptiap manusia itu merdeka menentukan dalam kalbu sanubarinya sendiri.wir
beritajatim
Edisi Cetak Khusus memperingati huT ke-11
Provinsi Jawa Timur memiliki kekayaan sumberdaya ikan melimpah, termasuk didalamnya ikan-ikan asli Indonesia. Salah satu jenis ikan asli Indonesia yang ada di Jawa Timur adalah ikan wader.
Terdapat dua jenis ikan wader yang ditemukan yaitu dari wader cakul (Puntius javanicus) dan wader pari Rasbora sp). Kebutuhan konsumsi ikan wader yang meningkat mengakibatkan tingginya penangkapan ikan wader di alam. Namun tidak sebanding dengan populasi ikan wader di alam yang semakin menu run jumlahnya, sehingga keberadaan nya di alam bisa terancam punah.
Dinas Kelautan dan Perikanan (Diskan) Provinsi Jatim melun curkan inovasi publik baru yang akan dilombakan di tingkat na sional yang diadakan Kemen PAN-RB pada tahun ini. Apa inovasi itu? Inovasinya di namakan Gertak Wader atau Gerak an Pelestarian Ikan Wader.
“Ikan Wader ini sudah dikonsumsi se jak zaman Majapahit pada tahun 1293. Kerajaan Majapahit yang berlokasi di daerah Trowulan, Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berjaya di tahun 1293 hingga 1500 M,” kata Kadis Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim Heru Tjahjono kepada beritajatim.com di kantornya. Meskipun sulit menemukan bukti autentik resep tradisi keluarga kerajaan tersebut, namun di sejumlah prasasti serta sejumlah karya sastra lain yang ditemukan pada awal 900 hingga 940-an Masehi menyebutkan bahwa Jukut Harsyam dan Wader goreng merupakan jenis makanan khusus para Raja-Raja Majapahit dan disajikan untuk acara-acara besar di masa itu.
rana,” jelasnya.
Berdasarkan informasi dari masyarakat, dahulunya untuk memenuhi kebutuhan ikan wader konsumsi, sumbernya adalah dari Kolam Segaran dan sungai di sekitar kawasan tersebut.
Sehingga banyak warung masakan khas wader yang berdiri di sekitar kolam. Ikan wader bahkan menjadi ikon kuliner masyarakat Mojokerto saat ini. Ikan Wader Terancam Punah, Harus Dilestarikan. Heru menjelaskan, ikan wader konsumsi hanya diperoleh dari hasil tangkapan alam. Ikan wader merupakan salah satu jenis ikan yang berukuran kecil dan hidup di alam liar. Ikan ini biasa menempati danau dan sungai, bahkan selokan yang berair jernih. Ikan wader biasa ditemukan bersama spesies wader lainnya daerah tropis mulai dari pantai hingga daerah berketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut dengan kisaran PH 6-6,5 dan suhu perairan 240-260 C. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan wader di masyarakat sampai saat ini hanya berasal dari tangkapan di alam, sedangkan konsumsi ikan wader semakin meningkat. Kebutuhan konsumsi ikan wader yang meningkat mengakibatkan tingginya penangkapan ikan wader di alam.
Selama ini belum ada upaya baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk melaksanakan usaha budidaya ikan wader. “Permintaan kebutuhan konsumsi ikan wader untuk memenuhi kebutuhan sumber protein di Jawa Timur yang cukup tinggi serta kurang pahamnya masyarakat tentang bagaimana morfologi ikan wader
sebenarnya inilah alasan kami membudidayakannya,” tukasnya.
“Untuk itu kami sejak tahun 2012 mulai melakukan domestikasi. Dari ikan wader yang ada di alam liar dimasukkan ke dalam kolam yang terkontrol. Kami melakukan pembudidayaan dan pembenihan. Kolam Segaran Trowulan menjadi tempat perjamuan Raja Majapahit. Menu yang disuguhkan adalah menu ikan wader,” tuturnya.
Mengapa harus ikan wader? Heru menjelaskan bahwa kandungan pada ikan wader adalah omega 3 dan tidak ada kandungan yang membahayakan. Masyarakat Jatim rata-rata juga lebih suka mengkonsumsi ikan wader. Ini karena harganya terjangkau dan secara ekonomis bisa dibudidayakan serta nantinya akan dikembalikan ke perairan umum.
“Kami mulai melakukan Restocking wader pada tahun 2014. Ada perintah dari Pak Gubernur (Gubernur Jatim Soekarwo, red) untuk membudidayakan wader sejak tahun 2012. Nantinya kami juga mengembangkan Nugget Wader, Abon Wader, Bakso Wader dan Crispi Wader. Produk olahan ikan dengan nilai tambah itu akan dijual di Kampung Wader di Trowulan Mojokerto. Sementara ini anggaran yang disiapkan sebesar Rp 200 juta dalam bentuk indukan wader, benih, pakan dan sarana prasa-
Dari berbagai jenis ikan lokal yang ada di Jawa Timur, ikan wader merupakan ikan yang paling di kenal dan disukai oleh masyarakat untuk dikonsumsi dibanding jenis ikan lokal lainnya dikarenakan rasanya yang enak, gurih dan bisa langsung dimakan tanpa membuang durinya. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa kebutuhan konsumsi ikan wader di warung kuliner Trowulan, mencapai 150-300 kg/hari. Lalu di warung kuliner Wader Ngantang, Kabupaten Malang mampu mencapai 100 kg/ hari. Faktanya, kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi dikarenakan menurunnya jumlah hasil tangkapan ikan wader dari alam. Sehingga ikan yang dijual di kuliner wader pada umumnya bukan murni ikan wader sesungguhnya. Kondisi yang terjadi di tingkat pedagang bahkan menyebut semua ikan-ikan kecil hasil tangkapan dari sungai, tetaplah diakui sebagai ikan wader. Ikan-ikan kali yang berukuran kecil dianggap tergolong ikan wader antara lain ikan bader putih, bader merah, muarganting, bekepek, keting, nila, mas, nilem, cethol dan bethik. Rata-rata harga ikan wader berkisar Rp 20.000 sampai dengan Rp 30.000 per kilogram. Sedangkan harga wader goreng bisa mencapai harga yang cukup tinggi berkisar Rp 10.000 sampai Rp 15.000 per ons-nya. Inovasi Gertak Wader diluncurkan karena ikan wader merupakan salah satu jenis ikan endemik lokal Jawa Timur yang terancam punah dan kurangnya kesadaran masyarakat. Banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya populasi ikan wader ini antara lain eksploitasi berlebih, pencemaran air dan kerusakan lingkungan. Masuknya ikan impor atau invansif di perairan umum, turut juga memicu penurunan jumlah benih ikan wader menjadi makin tak terkendali. Untuk menjawab permasalahan tersebut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur melalui UPT Pengembangan Budidaya Air Tawar Umbulan melakukan upaya konkret berupa inovasi Gertak Wader (GERakan pelesTArian iKan Wader). Inovasi Gertak Wader ini telah melahirkan penemuan teknologi baru tentang budidaya ikan wader dan telah menstransfernya kepada masyarakat.
Kegiatan tersebut melibatkan pihak-pihak terkait yang terdiri dari unsur pemerintah (antar Bidang di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim, Dinas Perikanan Kabupaten/Kota), LSM Lingkungan Hidup dan masyarakat pembudidaya ikan agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan dapat diterima oleh semua pihak. “Maksud dan tujuan dari inovasi ini adalah mengajak masyarakat untuk turut serta membudidayakan sekaligus menjaga kelestarian ikan wader dengan me-restocking kembali ke alam. Sehingga dapat meningkatkan populasi ikan wader di alam dan pemenuhan kebutuhan ikan wader konsumsi melalui usaha budidaya dan restocking,” ujarnya.
Dengan Inovasi gerTak Wader kelestarian ikan wader dapat terjaga dan terhindar dari ancaman kepunahan serta diharapkan dapat memberikan dampak peningkatan pendapatan pembudidaya ikan dan dapat memberikan sumber mata pencaharian yang layak bagi masyarakat di Jawa Timur.adv/antok
beritajatim
Gunawan Angka Widjaja bos gedung megah Empire Palace ini sedang dirundung masalah, orang-orang yang dulu amat ia cintai perlahan mulai menjauhinya. Namun ia tetap semangat, pria kelahiran Pasepen Surabaya ini percaya jika Tuhan Maha adil dan tidak pernah salah dalam menghukum umatnya. Apa yang ditanam, itulah yang akan dituai.
MESkiPun mendapat hujatan dari semua sudut, Gunawan tetap berusaha tegar. Tiada hari tanpa perjuangan, tiada waktu tanpa tantangan dan tiada saat tanpa tetesan keringat.
“Semuanya itu bermuara kepada satu titik sentral bermakna yakni demi si buah hati, anakku,” ujar Gunawan.
Bagi Gunawan, dia tak perlu mencatat berapakali dia jatuh bangun berjuang, juga tidak berharap anakanaknya menghitung berapa banyak tetesan keringat mengalir. Toh itu dia lakukan bukan untuk mengharap balas jasa, apalagi belaskasihan, jelas bukan.
Namun dia yakin sejarah dan fakta yang akan bertutur kepada anakanaknya ketika mereka dewasa kelak betapa mulianya perjuangan seorang ayah.
“Dengan apa yang terjadi saat ini, prinsip saya adalah “salurah nafas” anak saya tidak boleh tersendat apalagi berhenti. Saya menginginkan mereka tumbuh dan berkembang dengan layak,” ujar anak pertama dari tiga bersaudara ini.
Gunawan merasa apa yang dia miliki sudah menjadi milik anakanaknya.
Tak ada lagi tersisa kecuali kasih yang akan tetap abadi, tak pernah berkurang . Itu tidak akan pernah punah entah bagaimana pun sikap dan perbuatan anakanaknya terhadapnya.
“Ingatlah anakanakku di mana engkau bersikap cuek, membantah, melawan disitu juga kasih semakin berlimpah bagimu. Sisa nafasku, tetap menggerakkan naluriku sebagai seorang ayah, untuk memafkanmu,” ujar Gunawan.
Gunawan hanya bisa berpesan pada anakanaknya, walau kadang ia merasa kehabisan kata untuk memberikan nasehat namun dia tidak pernah sedikit pun menyesal mempunyai anak seperti Jeanice, James, Lawrance dan juga tidak pernah menyesal menjadi ayah mereka.
“Bagaimanapun sikapmu, betapa menyakitkan tindakanmu, engkau adalah kekayaanku dan harta terindah keluarga,” ujar Gunawan.
Bagi Gunawan, bila anakanaknya lupa akan semua pengorbanannya, tidak apa, asal mereka jangan lupa akan diri mereka dan imannya.
“Memang ayah yang baik dan bijak tidak selalu berharap anaknya harus mengingat jasa ayahnya,” tegas Gunawan.
konFLik dengan isTeri
Menjalin mahligai rumah tangga bersama Trisulowati Jusuf alias Chin Chin membuat harihari Gunawan Angka Widjaja terasa lebih bersemangat.
Diawal pernikahan, mereka diuji dengan vonis dokter yang menyatakan jika Chin Chin susah untuk memiliki anak. Namun berkat kegigihan ibu mertuanya yakni Linda Anggraeni, yang dengan telaten mengantarkan Chin Chin ke dokter baik dalam negeri maupun luar negeri.
Akhirnya Tuhan memberikan kepercayaan pada Chin Chin untuk melahirkan buah hati pertama yang diberi nama Janice Angka Widjaja, disusul ditahun berikutnya James Angka Widjaja dan Lawrence Angka Widjaja.
Berkah dari Tuhan semakin melimpah dirasakan Gunawan dan Chin Chin paska kehadiran ketiga buah hatinya. Dengan kegigihan dan semangat keduanya serta dukungan dan doa dari orangtua membuat bisnis property mereka berkembang dengan pesat.
Pundipundi rupiah berhasil dikumpulkan hingga keduanya masuk dalam daftar pebisnis yang cukup diperhitungkan di negeri ini.
beritajatim
“Apa yang saya rasakan, baik itu kebahagiaan dalam berumah tangga, kebahagiaan sebagai seorang pengusaha, dan sukacita dalam keluarga, masih saya rasakan, mulai dari kelahiran anak kami yang pertama, kedua hingga yang ketiga. Namun, bencana dalam rumah tangga kami itu mulai terasa di empat atau lima tahun belakangan ini,“papar pria kelahiran 1968 ini.
Banyaknya bisnis yang digeluti Gunawan membuat anak pertama ini harus menyerahkan sebagian perusahaan miliknya untuk dipegang dan dikelola Trisulowati Jusuf, diantaranya adalah PT Blauran Cahaya Mulia (BCM) dan PT Dipta WB.
Khusus dalam hal pengelolaan Empire Palace, Gunawan mengatakan, bahwa ia dan istrinya tersebut harus bekerja keras, bahu membahu memajukan tempat yang selama ini dikenal sebagai gedung yang disewakan untuk pernikahan ini.
Sebagai seorang suami, Gunawan tidak mempermasalahkan berapapun uang yang sudah digunakan Chin Chin selama ini baik untuk kebutuhan pribadinya maupun untuk menyenangkan ketiga anaknya.
Hal itu Gunawan lakukan, tak lain ingin menjaga keutuhan rumah tangga dan menyenangkan Chin Chin sebagai seorang istri dan ibu dari ketiga anaknya.
“Namun, sebagai seorang direktur utama, Chin Chin juga harus mempertangungjawabkan semua keuangan yang sudah dipakainya selama ini, sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sebagai seorang istri yang menduduki jabatan sebagai Direktur Utama, dia harus juga melaporkan assetasset perusahaan, penambahan atau pengurangan harta perusahaan yang selama ini ia kelola, begitu juga dengan pengelolaan keuangan perusahaan,“papar Gunawan.
Tapi harapan Gunawan mendapat tanggapan lain dari Chin Chin yang merasa seolaholah jiwanya terancam dengan permintaan Gunawan untuk lebih profesional dalam mengelola perusahaan. Gunawan juga merasa bagaimana wanita yang ia nikahi selama 16 tahun itu berusaha membunuh karakter dia dan keluarganya dengan mengungkapkan ke publik seolaholah dia adalah wanita
paling menderita selama hidup bersama Gunawan.
“Tapi ya sudahlah, biarkan orangorang itu menilai saya seperti yang sudah
Chin Chin ungkapkan dalam persidangan. Sebagai seorang lakilaki dan ayah dari ketiga anakanak saya, saya harus ikhlas dan tabah menerima tuduhan dan caci maki itu. Masih banyak orang yang sudah mengenal karakter saya, yang tidak akan percaya dengan ucapan Chin Chin di persidangan itu. Dan saya meyakini itu, “ jelas Gunawan.
Gunawan mengatakan, sebagai bentuk pengampunannya kepada wanita yang sudah mengkhianatinya itu, saat ini ia sudah memaafkan semua ben
Gunawan mengatakan, bahwa hal itu harus dilakukan karena Chin Chin sudah berupaya untuk menggerogoti keuangan perusahaanperusahaannya yang dikelola oleh Chin Chin, kemudian uang dari perusahaan Gunawan tersebut dipakai Chin Chin untuk membentuk perusahaan lain (PT Kiani Realty Tiga Bersaudara, PT Kiani Properties Tiga Bersaudara, PT Kiani Tiga Bersaudara) tanpa sepengetahuan Gunawan, bersama dengan saudara lakilaki Chin Chin. Dan inilah yang dianggap Gunawan sebagai bentuk pengkhianatan seorang istri kepada suami yang tidak bisa dimaafkan dan tidak akan bisa dilupakan seumur hidupnya.
tuk penghinaan yang sudah dilakukan Chin Chin kepadanya, termasuk sudah memakimaki Chin Chin dengan katakata kasar, sebagaimana yang Chin Chin tuduhkan kemudian Chin Chin tulis dan dibacakan dimuka persidangan. Namun, satu hal yang tidak bisa Gunawan lupakan dan ingin diminta adalah masalah keadilan dan penegakan hukum.
Sebagai seorang Direktur Utama di PT. BCM, Chin Chin harus bisa mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, termasuk adanya dugaan penggelapan dan dugaan pencurian di PT BCM yang sudah dilaporkan Gunawan yang saat ini sudah masuk ke persidangan, termasuk dugaan penipuan penggelapan yang mana laporannya masih ditangani Polda Jatim.
Gunawan menambahkan, tidak hanya dalam hal pengelolaan Perusahaan yang membuat ia dan Chin Chin berkonflik namun dalam hal mendidik anak juga keduanya sering berbeda pandangan. Menurut Gunawan, Chin Chin cenderung memanjakan anakanaknya sehingga membuat mereka cenderung menjadi anak yang ekslusivitas. Sedangkan Gunawan lebih mengajarkan nilainilai real kehidupan yang bakal dialami kelak kalau anak sudah dewasa supaya bisa menjadi makhluk sosial yang bisa membaur dengan semua lapisan masyarakat dan berguna untuk nusa & bangsa Indonesia tercinta ini, tidak menjadi pribadi yang eksklusiv karena menjadi anak orang kaya dan menjadikan mental krupuk yang tidak mempunyai fighting spirit serta tidak punya keuletan untuk
berjuang demi keberhasilan.
“ Saya khawatir anakanak nanti hanya menjadu pribadipribadi yang cuma bisa menikmati hasil jerih payah orang tuanya saja,” ujar Gunawan.
Dalam seharihari menurut Gunawan, Chin Chin sengaja membenturkan kemauan anakanak yang cenderung dimanja dengan sikap pendidikan yg diterapkan oleh Gunawan. Secara tidak sadar anakanak diarahkan menjadi tidak nyaman bila disamping Gunawan karena selalu mendapat masukan, nasihat dan sebagainya sehingga menjadi alergi bila ketemu Gunawan.
Tapi bagi Gunawan tidak menjadi masalah dijauhi anak karena faktor adu domba dari Chin Chin.
“Prinsip saya yang penting telah bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menitipkan anakanak yang pintar kepada saya jadi saya harus mempertanggungjawabkan itu pada Tuhan,” ucap Gunawan.
ibunda gunaWan angkaT bicara
Linda Anggraeni, ibunda dari Gunawan Angka Widjaja merasa perlu meluruskan pernyataan Chin Chin ke sejumlah media bahwa menantunya tersebut yang membangun kerajaan bisnis anaknya.
“Kapan Chin Chin menjadi pengusaha kaya? Suruh bilang di hadapan saya, coba tanya ke Chin Chin dimana mamanya tinggal sampai saat ini? Dari dulu sampai sekarang, mamanya Chin Chin masih tinggal di terminal Blitar,” ujar Linda.
Linda mengaku terpaksa menyatakan hal itu karena Chin Chin sudah dianggap keterlaluan. Terlebih lagi, Chin Chin pernah menyatakan jika dirinyalah yang merubah Gunawan dari pria Pasepen menjadi Raja.
“Semenjak Chin Chin menjadi menantu saya, dia sudah langsung tinggal di jalan Tidar dan tidak pernah tinggal di Pasepen. Bagaimana dia bisa bilang seperti itu, wong rumah di Pasepen itu seperti apa juga tidak pernah tahu,” ujar Linda.
Linda menambahkan, awal diperkenalkan dengan Chin Chin adalah sebagai sales sepeda motor. Dan orangtuanya juga tidak memiliki latar belakang bisnis apapun.
“Begitu jadi isteri Gunawan yang bertempat tinggal di pusat kota Surabaya yakni jalan Tidar dan dijadikan tempat tinggal Chin Chin selama 17 tahun yang mana biaya hidup dan kebutuhan anakanaknya ditanggung mertua. Apa Chin Chin nggak mengingat itu?,” tambahnya. Linda masih ingat bagaimana seorang Chin Chin dari anak desa terminal Blitar, belum mengetahui luar negeri dimana saat itu menikah dengan Gunawan dan susah mempunyai anak.
“Pernah melakukan bayi tabung gagal, kemudian menangisnangis di depan mertuanya, anak desa yang tidak mengerti harus bagaimana menyelesaikan kemandulannya, kemudian oleh mertua diantar ke Singapura dan diobatkan kepada dokter terkenal yaitu Dr Chang We Cheng di Thomson Hospital yang dijaga oleh mertuanya di Singapura,” ujar Linda.
Hal itu kata Linda tidak hanya dilakukan sekali saja, namun beberapa kali sampai akhirnya membuahkan tiga anak, yang sekarang dicuci otaknya supaya menjelekjelekkan nama ayahnya dan dengan dalih kata tertekan.
“Apa tidak takut kena karma? Kalau selalu membalikan fakta?,” tambahnya.
Linda juga mengingatkan Chin Chin
kuasa hukum Chin Chin ronald Talaway membantah jika kliennya ingin membuka bisnis pribadi dengan memakai uang Gunawan.
menurut ronald, Chin Chin tidak mungkin berani melalukan itu tanpa sepengetahuan Gunawan dan untuk kepentingan PT BCm
“Terkait cara mendidik anak, yang benar Bu Chin Chin mendidik anak dengan penuh kasih sayang dan mengutamakan kepentingan anak,” ujar ronald.
agar tak menjadi kacang lupa kulitnya, dimana sang mertua mau memberi kesempatan dan mau mempercayai gambargambarnya yang ia pelajari dari buku buku mahal yang dibelikan mertuanya.
“Mana ada rasa terimakasih dari orang yang bernama Chin Chin pada mertuanya, malah berani menjelekjelekkan mertuanya,” ujarnya.
Linda justeru menuding Chin Chin sebagai seorang wanita yang tidak bersyukur dengan apa yang ia dapat selama ini. Diberi kesempata untuk mengelola bisnis sang mertua dan suaminya justru mau mengambil kesempatan memperkaya dirinya sendiri dan akhirnya membabi buta, gelap mata ketika diminta pertanggungjawaban.
“Jadi pernyataan Chin Chin itu bohong semua, semua bisnis yang dibangun adalah biaya dari saya. Secara logika, bagaimana dia bisa membangun gedunggedung berpuluhpuluh banyaknya kalau tidak ada campur tangan saya. Jadi kalau mau bohong itu dipikir dulu,secara logika masuk akal apa tidak,” ujar Linda.
Linda mencurigai bahwa apa yang dilakukan Chin Chin saat ini merupakan sebuah rencana besar yang sudah tersusun sebelumnya. Sehingga Chin Chin begitu siap dan tersusun untuk mengarang cerita guna menghancurkan nama baik keluarganya.
“Chin Chin itu seperti pemain watak, sehingga apa yang dia katakan didepan sama dibelakang sangat berbeda. Dia bisa menjadi wanita lugu tapi disisi lain dia bisa berubah menjadi sosok yang begitu sadis. Tapi sudahlah, semua pasti akan berbalas. Satu yang harus diingat Chin Chin, jika karma itu ada. Pasti semua akan berbalas, apa yang kau tanam itulah yang akan kau tuai,” ucap Linda.ucik
domestic utilization sekitar 74%.
Pelebaran dan pemadatan akses jalan masuk ke kawasan pabrik Semen Rembang di Desa Pasucen dan Desa Kajar, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jateng terus dilakukan. Mesin untuk meratakan tanah bekerja efektif. Konstruksi fisik pabrik sendiri telah mencapai 99%. Pabrik semen dengan kapasitas 3 juta ton per tahun ini tak lama lagi bakal ready untuk operasional.
jaLan pembangunan pabrik
Semen Rembang milik PT Semen Indonesia (Persero) Tbk begitu terjal dan berliku. Setelah aktifitas groundbreaking pada semester I 2014 lalu, status hukum--terutama izin Amdal--pabrik ini digugat ke Peradilan Tata Usaha Negara. Alasannya: Keberadaan dan operasional pabrik Semen Rembang dikhawatirkan mengganggu lingkungan di kawasan Pegunungan Kendeng.
Perkara ini sampai ke Mahkamah Agung (MA). Peradilan tingkat I, II, dan dalam Peninjauan Kembali (PK), penggugat dinyatakan menang. Izin Amdal lama dicabut, ditinjau ulang, dan kemudian diterbitkan izin Amdal baru pada 23 Februari 2017 setelah melalui sidang Amdal yang melibatkan banyak stakeholder
Pabrik Semen Rembang dalam perspektif teknis mesti mampu menjawab kekhawatiran sebagian kalangan akan keselamatan lingkungan hidup saat pabrik semen berop-
erasi. Dalam konteks ekonomi-bisnis, pabrik Semen Rembang ditargetkan bisa mengisi teritori Jateng dan DI Yogyakarta yang dipandang ‘tak bertuan’ sekaligus meningkatkan market share PT SI secara nasional.
“Diharapkan keberadaan pabrik Semen Rembang dan pabrik lain di bawah PT SI lain kita mampu jadi tuan rumah di negeri sendiri dengan market share sebesar 41,2% pada 2016 dan tahun ini bisa berkembang. Saat ini persaingan bisnis semen sangat keras dan kita tak bisa hanya bertahan di pasar domestik,” tegas Kepala Biro Komunikasi PT SI, Sigit Wahono.
Pada 2-3 tahun terakhir ini, market semen di Indonesia mengalami over supply. Tingkat serapan pasar tak lebih dari 80 juta ton, dengan tingkat pertumbuhan sekitar 5% per tahun. Di sisi lain, domestic capacity 15 pabrikan semen di Indonesia mencapai 106,3 juta ton (Data lebih detail lihat tabel I), dengan tingkat production capacity sekitar 74,0 juta ton per tahun dan
Dalam 5 tahun terakhir, 3 pemain besar bisnis semen di Indonesia: PT Semen Indonesia, Indocement Tunggal Prakarsa, dan Lafarge Holcim Indonesia, mendapat serangan tajam dari pabrikan semen dari China dan Thailand. Dari 106,3 juta ton per tahun domestic capacity 15 pabrikan semen di Indonesia, memang 3 pemain lawas ini memiliki total kapasitas produksi sebesar 74,9 juta ton. “Meski demikian kita harus bekerja keras dan memiliki keuntungan kompetitif dibanding pabrikan semen lain dalam bisnis semen sekarang. Kalau tidak, pasar kita bisa diambil produsen lain,” tambah Sigit.
Kehadiran pabrikan Semen Rembang yang direncanakan bisa operasional pada April 2017 ini diharapkan mampu memperkuat market share Semen Indonesia secara nasional lebih dari 41%. Produksi pabrik Semen Rembang diproyeksikan bakal memenuhi permintaan semen di kawasan Jateng dan Pulau Jawa bagian Barat. Selama ini pasar Jateng-DIY dipandang merupakan teritori tak bertuan, mengingat pabrikan semen besar belum memiliki pabrik di kawasan ini dan sekaligus bertujuan meningkatkan market share PT SI di kawasan Jateng-DIY dan Pulau bagian Barat.
Hingga Maret 2017, tingkat market share PT SI Jatim tetap tertinggi dengan 67,0%, dibanding dengan Jateng dengan 42,3%,
dan Jabar dengan 18,3% (Data lebih detail lihat tabel II). Di Pulau Jawa, Jatim merupakan pasar tradisional terbesar Semen Indonesia dibanding 5 provinsi lain di Jawa. Kendati domestic capacity pabrik semen secara nasional jauh di atas kebutuhan nasional dengan tingkat pertumbuhan berkisar 5% per tahun, manajemen PT SI tetap memilih strategi meningkatkan kapasitas produksi, memperlancar rantai distribusi, peningkatan kualitas layanan sales, dan hilirisasi produk lain berbasis semen.
Tahun ini, korporasi sedang menyelesaikan tahap akhir fase proyek pabrik Semen Rembang di Jateng dan pabrik Semen Indarung VI PT Semen Padang di Sumbar, dengan total kapasitas produksi kedua pabrik itu 6 juta ton per tahun. Korporasi juga sedang membangun grinding mill di Jabar dan waste heat recovery power generation (Data selengkapnya lihat tabel III). Infrastruktur bisnis lain yang dimiliki korporasi adalah warehouse di 30 lokasi, packing plant di 24 lokasi, dan sea port di 12 lokasi di seluruh Indonesia.
euroPa sTandarT
Dari sudut power consumption untuk pabrik Semen Rembang kurang dari 90 kwh/ton, sedang pabrik Semen Tuban (IV) dengan 105 kwh/ton. “Ini berdampak pada pengurangan emisi rumah kaca,” tegas Heru Indra, alumni Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang ini. Sedang heat consumption pabrik Semen Rembang mencapai 730 kcal/ kg clinker, sedang pabrik Semen Tuban (IV) dengan 750 kcal/kg clinker. Heru Indra mengutarakan, sejumlah peralatan mesin dan pendukungnya pabrik Semen Rembang didatangkan dari sejumlah negara di Eropa, seperti Jerman, Denmark, Italia, dan negara lainnya. Kendati demikian, tingkat lokal kontennya tetap tinggi: sekitar 75%. “Cement mill, packer, crusher, dan storage kita datangkan dari Jerman. Sedang palletizing machine dari Italia,” jelas Heru Indra.
Domestic capacity pabrik semen Di inDonesia (dalam juta ton/tahun)
Semen Indonesia 35,5
Indocement TP 24,9
Lafarge Holcim Indonesia 14,5
Semen Merah Putih 7,5
Semen Bosowa 7,0
Semen Anhui Conch 4,5
Semen Baturaja 3,8
Semen Pan Asia 1,9
Siam Cement Grup 1,8
Semen Jui Shin 1,5
Semen Serang/Haohan 1,2
Semen Jakarta 1,0
Semen Hippo/Sun Fook 0,6
Semen Kupang 0,3
Semen Puger 0,3
ToTaL 106,3
Domestic market share semen inDonesia
Jawa Timur 67,0%
Jateng 42,3%
Jawa Barat 18,3%
Kalimantan 43,7%
Dalam perspektif teknis-operasional, pabrik Semen Rembang tak sekadar bisa berproduksi secara efektif dan maksimal. Lebih dari itu, pabrik Semen Rembang harus mampu menjawab kekhawatiran sebagian kalangan bahwa pabrik semen itu tak ramah terhadap lingkungan hidup. Head of Engineering and Construction Division pabrik Semen Rembang, Heru Indrawidjajanto mengatakan, secara teknis pabrik Semen Rembang lebih canggih dan ramah lingkungan hidup dibanding pabrik Semen Tuban (IV). “Dalam konteks ini kita pakai teknologi standar Eropa,” jelas Heru Indra.
Sejumlah keunggulan teknis pabrik Semen Rembang yang berdampak pada lingkungan hidup, di antaranya: Dust emision for all stacks pabrik Semen Rembang mencapai 30 mg/Nm3, sedang pabrik Semen Tuban (IV) dengan 40 mg/Nm3. Batasan standar yang ditetapkan pemerintah sebesar 80 mg/Nm3. Untuk alat penangkap debu di pabrik Semen Rembang memakai main back filter, sedang pabrik Semen Tuban (IV) dengan electric precipitator.
“Saya kira, masalah debu bisa diselesaikan dengan penggunaan teknologi penangkap debu terkini dan berstandar Eropa. Di pabrik Semen Rembang ini kita mempergunakan teknologi terkini dengan kemampuan menyerap hampir di bawah 30 miligram per normal meter kubik. Itu jauh di bawah ketentuan yang di bawah 80 miligram per normal meter kubik,” kata Kabiro Komunikasi Korporasi PT SI, Sigit Wahono.
Pabrik Semen Rembang didesain secara teknis lebih ramah lingkungan dengan pemakaian teknologi terkini di industri semen tingkat dunia. Berdasar izin pemerintah, lahan tambang batu kapur yang bisa dieksploitasi seluas 293 hektar dan tanah liat dengan 130 hektar. Lahan tambang batu kapur dan tanah liat seluas itu bisa dimanfaatkan selama 30 tahun. Pabrik semen Rembang bisa berproduksi 3 juta ton semen/tahun. Saat fase proyek berlangsung, pabrik Semen Rembang mampu menyerap 5.500 pekerja dan 1.000 pekerja di antaranya dari Kabupaten Rembang. “PT SI tak sekadar berpikir bisnis dan profit semata. Kami juga memikirkan warga di sekitar pabrik. Kami ingin memberikan manfaat sebesar-besarnya dan operasi pabrik semen itu bukan hal menakutkan,” tandas Kepala Departemen CSR PT SI, Wahyudi Heru.air
Sulawesi 66,4%
Bali dan NTT 35,3%
Indonesia Timur 50,4%
Sumatera 39,2%
1. Pabrik Indarung VI (Sumbar), kapasitas 3 juta ton/tahun, nilai proyek USD 352 ribu
2. Pabrik Rembang (Jateng), kapasitas 3 juta ton/tahun, nilai proyek USD 403 juta
3. Grinding Mill Jabar, kapasitas 2,0 juta ton/tahun, nilai investasi USD 61,1 juta
4. Waste Heat Recovery Power Generation, kapasitas 30,6 MW, nilai investasi USD 49,3 juta
Kini fase kontruksi pabrik Semen Rembang milik PT Semen Indonesia (Persero) Tbk telah mencapai 99%. Pabrik ini belum operasional. Masih tahap commisioning. Proses produksi belum dimulai. Di sisi lain, hantaman kiri-kanan tiada henti.
asPek kelestarian lingkungan jadi senjata tajam untuk membidiknya. Manajemen PT SI terus bekerja, bekerja, dan bekerja. Pabrikan semen yang mulai berdiri di Kota Gresik, pada Agustus 1957 dan diresmikan Presiden Soekarno (Bung Karno) ini, tetap istiqomah mensintesakan nilai profit korporasi, nilai keseimbangan dan kelestarian alam, dan nilai pemberdayaan dan pembangunan manusia sebagai pilar operasi korporasinya.
Saat gendang proyek pabrik Semen Rembang mulai ditabuh, program corporate social responsibility (CSR) berjalan beriringan dengan fase konstruksi pabrik. “Prinsip PT SI dalam mengoperasikan pabrik semen adalah bukan sekadar mencari keuntungan, tapi komitmen kami pada kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat tetap diperhatikan dan berjalan seiring,” kata Kepala Departemen CSR PT SI, Wahyudi Heru, saat sosialisasi izin penambangan dan pembangunan pabrik Semen Rembang di Desa Kadiwono, Kecamatan Bulu, Rembang.
Data yang ada menyebutkan, nilai kucuran CSR PT SI di Kabupaten Rembang berlangsung sejak 2014, saat awal groundbreaking pabrik Semen Rembang. Pada 2014 nilai CSR yang dikucurkan sebesar Rp 7 miliar. Tahun 2015 meningkat jadi Rp 10,35 miliar, dan tahun 2016 dengan Rp 25 miliar.
Pada 2017 ini, ditargetkan besaran nilai CSR untuk Rembang lebih tinggi lagi. Program aksi CSR PT SI di Rembang menyentuh banyak dimensi kehidupan. Pembangunan dan rehabilitasi tempat ibadah, beasiswa, bantuan modal dan pelatihan UKM, bakti kesehatan, bantuan sembako, pembuatan embung desa, jambanisasi, pembenahan infrastruktur desa, pipanisasi air bersih, dan lainnya telah dijalankan PT SI di Rembang.
Ada buah embung buatan yang telah dibangun. Satu embung di lokasi pabrik Semen Rembang dan lainnya di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem. PT SI merencanakan pembuatan dua embung tambahan di desa ring II dan ring III pabrik Semen Rembang. Selain itu, embung yang ada di Desa Kadiwono, Kecamatan Bulu segera direvitalisasi.
“Rencananya, kita segera menjalankan program jambanisasi sebanyak 50 unit di desa-desa ring pabrik Semen Rembang di Kecamatan Bulu dan Gunem. Sebab, ada atau tidak adanya jamban ini mempengaruhi penilaian indeks pembangunan satu daerah,” katanya.
Pembuatan embung di desa-desa ring I, II, dan III pabrik Semen Rembang sejalan dengan policy Gubernur Ganjar Pranowo.
Orang pertama di Jateng memiliki ekspektasi membangun 1.000 unit embung di seluruh wilayah provinsi ini. “Kita dukung program Pak Ganjar soal pembuatan embung. Ini juga penting untuk kelestarian lingkungan,” tegas Wahyudi.
“Sudah banyak program CSR yang dilakukan PT SI di Desa Timbrangan,” kata A Ahid, tokoh warga Desa Timbrangan.
Penegasan senada disampaikan Sakri, tokoh warga Desa Pasucen dan M Sholeh, tokoh warga Desa Kadiwono. “Dari mulai bakti kesehatan, bantuan sembako, pelatihan keterampilan, bantuan pendidikan, bantuan perbaikan tempat ibadah, bantuan UKM, dan lainnya,” tambah Sakri dan Sholeh.
Bukti faktual sentuhan kebijakan CSR PT SI di Rembang, berdampak positif dirasakan banyak kalangan masyarakat, baik di kawasan ring dan II maupun warga Rembang secara keseluruhan. Ragil Bambang Sumantri (35), peternak kambing
etawa di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rembang termasuk kelompok sasaran yang menikmati program CSR PT SI terkait pengembangan UMK ternak kambing etawa yang dikelolanya.
“Usaha ini pertama saya rintis pada 2009. Tahun 2014 memperoleh bantuan pinjaman sebesar Rp 35 juta dari PT SI.
Kini kami memiliki 26 anggota peternak kambing etawa di desa ini,” kata Ragil Bambang, alumni Teknik Arsitektur ITN Malang ini. Rata-rata kepemilikan kambing etawa di kelompok peternakan ini berkisar 3-8 ekor/peternak. “Kalau saya sendiri memiliki 55 ekor kambing etawa,” tambah Ragil Bambang.
Ragil Bambang yang memimpin kelompok peternak kambing etawa Gill Farm-KTTT Margomulyo ini, optimistis akan masa depan bisnis kambing etawa yang dia geluti bersama anggota kelompoknya. Kambing etawa ini diambil susu dan kotorannya diproses sebagai pupuk organik. Per 10 ekor kambing etawa bisa menghasilkan 8-10 liter susu, dengan harga jual Rp 40 ribu/liter. Sedang pupuk organik yang dihasilkan mencapai 300 sak/ bulan, dengan harga jual Rp 20 ribu/sak.
Lilik Hardjanto, pengepul dan pedagang lobster dari Desa Sukohardjo, Kecamatan Rembang Kota adalah pelaku UKM lain yang merasakan manfaat program CSR PT SI. Pada 2013, Lilik memperoleh kucuran pinjaman Rp 40 juta dari PT SI dengan bunga 0%. “Wah tambahan modal itu sangat membantu,” katanya.
Dengan tambahan modal tersebut, perputaran omzet bisnis lobster yang dikelolanya berputar makin cepat dan besar. Saat ini, dia bisa mengirim lobster 2-3 koli/hari ke Jakarta, Surabaya, Semarang, dan kota besar lainnya. “Omset bisnis lobster milik saya bisa mencapai Rp 200 juta per bulan,” ungkapnya.
“PT SI itu bagian dari NKRI. Karena itu, kami juga perhatikan pemberdayaan masyarakat ring I dan sekitarnya ketika kami mengoperasikan satu pabrik semen di tempat tertentu,” tegas Wahyudi Heru.air
ir siGiT Wahono, MM | KabIRo KoMunIKaSI KoRPoRaSI Pt SeMen InDoneSIa (PeRSeRo) tbK
Jalan itu sungguh berliku dan menanjak. Tak mudah bagi manajemen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk merealisasikan pembangunan dan operasional pabrik Semen Rembang di Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jateng.
isu lingkungan begitu menohok. Semua kritikan itu dijawab manajemen SI dengan penerapan teknologi pabrik semen paling ramah terhadap lingkungan, program pemberdayaan masyarakat bersifat riil dan berbasis kebutuhan di akar rumput, dan policy manajemen bersifat prudent arif, dan bersandar aspek legalitas yang bertanggung jawab.
Bagaimana cita besar pabrik Semen Rembang itu diwujudkan?
Gambaran proses berliku yang dilalui dan implementasi program CSR yang berbasis kebutuhan lokal disinergikan untuk mendukung capaian cita besar itu?
Untuk menjawab itu, wartawan beritajatim.com ainur rohim melakukan wawancara dengan ir sigiT Wahono, mm alumni S1 Teknik Kimia ITS Surabaya dan Magister Manajemen (MM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang sejak lebih setahun lalu dipercaya sebagai Kepala Biro Komunikasi Korporasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, di kantornya, Selasa (14/3/2017) kemarin. Berikut petikannya: Bagaimana manajemen PT Semen Indonesia menghadapi tantangan berat pembangunan pabrik Semen Rembang?
Terkait Semen Rembang komitmen manajemen SI dari awal sudah clear. Kita mentaati seluruh proses yang ada, baik secara legal maupun administratif. Ketika kemarin diputuskan Pak Gubernur (Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng) mencabut izin lingkungan, kita menghentikan operasi. Ketika izin lingkungan sudah diperoleh kembali setelah melalui beberapa tahapan, seperti sidang Amdal, sosialisasi, dan lainnya tentunya saat ini manajemen sedang melengkapi izin lain yang diperlukan. Target kita pabrik Semen Rembang dapat segera memberikan manfaat kepada perusahaan dan masyarakat secara luas.
Isu lingkungan terus membayangi proyek pabrik Semen Rembang dan jadi perhatian publik. Bagaimana manajemen SI menjawab tantangan seperti itu?
Jadi, untuk isu lingkungan secara umum ada 3 hal. Pertama, masalah debu. Masalah ini sudah diselesaikan dengan penggunaan teknologi penangkap debu terkini dan berstandar Eropa. Di pabrik Semen Rembang ini kita mempergunakan teknologi terkini dengan kemampuan menyerap hampir di bawah 30 miligram per normal meter kubik. Itu jauh di bawah ketentuan yang di bawah 80 miligram per normal meter kubik.
Kedua soal air. Kekhawatiran warga bahwa keberadaan pabrik semen ini nanti akan menyebabkan kekeringan. Proses produksi pabrik semen adalah proses kering, sehingga tak ada penggunaan air dalam proses produksinya. Sedang kebutuhan air hanya digunakan untuk pendinginan mesin. Nah perusahaan tak menutup kekhawatiran warga. Kita telah membuat langkah, di antaranya membangun embung, yang saat ini telah selesai dua buah. Satu
embung di pabrik dan embung kedua di kawasan ring I (Desa Tegaldowo) pabrik Semen Rembang. Ke depan masih dibangun 2 embung lagi, yakni di desa ring II dan ring III. Harapannya, dengan embung ini, kebutuhan air untuk pertanian dan masyarakat dapat terpenuhi. Beberapa waktu lalu kita membangun pipanisasi di Desa Kajar dan Desa Pasucen yang selama ini warga harus ngangsu air sejauh 1-2 kilometer dari desanya. Ketiga, kekhawatiran akan hilangnya lahan pertanian. Lahan tambang kita itu secara natural adalah batu kapur dan tanah liat. Bukan lahan subur. Lahan tambang dan pertanian harus ada keselarasan dan hal itu bisa kita lihat di Tuban.
Bagaimana gambaran keselarasan lahan tambang semen dengan pertanian di sekitar pabrik Semen Tuban?
Di sana lahan yang belum ditambang akan dibuat green belt dan di areal green belt ini lahan-lahan sebelum ditambang dimanfaatkan warga untuk pertanian. Setelah ditambang, lahan dihijaukan kembali. Itu kita lakukan secara bertahap. Kita tak langsung all dalam menambang.
Makna pabrik Semen Rembang bagi SI dalam 10 tahun ke depan dalam konteks kompetisi bisnis semen yang makin ketat?
Pertama, keberadaan pabrik Semen Rembang bagi SI cukup penting dalam arti untuk pemenuhan supply semen di Pulau Jawa bagian tengah dan barat. Letak Rembang di tengah Pulau Jawa, sehingga mengakses Jawa bagian tengah dan barat lebih mudah. Sedang pabrik kita di Jatim untuk memenuhi supply di Intim dan Kalimantan sinergi dengan Semen Tonasa. Selain itu, sumber daya mineral berupa batu kapur dan tanah liat di Rembang cukup besar.
Apa makna strategis pabrik Semen Rembang menghadapi serangan semen asing?
Jadi, dengan tambahan kapasitas dari pabrik Semen Rembang dan Indarung VI (Semen Padang), maka SI diharapkan lebih fokus pada strateginya saat ini, di mana 75% digunakan domestik, 15% hilirasi produk, dan 10% ekspor ke pasar regional. Pada tahun ini Semen Padang berhasil masuk ke pasar Australia. Harapannya ke depan bisa kontinyu. Sedang Semen Tonasa yang letak geografisnya dekat Philipina, tahun lalu (Juni 2016) telah mengekspor semen ke sana. Diharapkan adanya pabrik Semen Rembang dan pabrik-pabrik lain di bawah PT SI lainnya kita mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan market share sebe-
sar 41,2% pada 2016 dan tahun ini bisa berkembang. Sekarang ini kita tak bisa lihat pasar domestik saja, tapi kita memiliki keunggulan kompetitif di pasar Asia Tenggara dan kawasan lain. Karena saat ini persaingan sangat keras dan tak bisa hanya bertahan di pasar domestik.
Bagaimana program hilirisasi di PT SI? Produk turunan itu sejak lama kita punya, seperti PT Varia Usaha Beton. Tapi 2014 kita lebih fokus lagi. Di mana Varia Usaha Beton kita sinergikan jadi PT Semen Indonesia Beton. Harapannya, kita lebih ekspansi lagi. Mereka fokus pada produk turunan semen. Kita memperbanyak produk turunan semen. Bagaimana planning dan implementasi program CSR di pabrik Semen Rembang? Jadi, program CSR di Rembang secara umum selaras dengan kebijakan SI di bidang CSR. Program CSR di SI mengusung tema besar: Bersinergi. Ada SI Prima, SI Lestari, SI Peduli, dan SI Cerdas. SI Cerdas di bidang pendidikan. SI Lestari di bidang lingkungan. SI Prima di bidang produk turunan semen di masyarakat. SI Peduli adalah bantuan sifatnya diperlukan masyarakat. CSR di Rembang sejak 2014. Sebelum pabrik Semen Rembang beroperasi, kita sudah cukurkan CSR dengan nilai Rp7 miliar, tahun 2015 dengan Rp10,5 miliar, dan tahun 2016 secara total masih dihitung (nanti saya
Dinas Pu bina marga Provinsi Jatim
jaringan jalan provinsi di Jawa Timur yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sepanjang 1.421,00 km. Ini terbentang mulai dari ujung barat sampai ujung timur Provinsi Jawa Timur dengan jembatan yang berjumlah 1.206 buah setara dengan 14.952,90 meter panjang.
“Pengelolaan jalan ini bertujuan utama melayani masyarakat pengguna jalan dengan mewujudkan jalan yang memadai, aman, nyaman dan lancar,” kata Kepala Dinas PU Bina Marga Provinsi Jatim Gatot Sulistyo Hadi kepada beritajatim.com di kantornya.
Untuk mewujudkan jalan provinsi yang memadai, aman, nyaman dan lancar, berbagai upaya terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Yaitu dengan melakukan perubahan manajemen pemeliharaan jalan berbasis konvensional menjadi manajemen pemeliharaan jalan berbasis teknologi.
“Ini didukung dengan peralatan modern, material yang baik dan tepat serta tenaga terampil yang berkompeten,” ujarnya.
Di samping itu, menurut mantan Kepala Biro Administrasi Pembangunan (AP) Setdaprov Jatim ini, juga tetap melaksanakan program dan kegiatan unggulan lainnya yang berupa rekonstruksi atau peningkatan struktur jalan provinsi serta pengembangan dan peningkatan kapasitas jalan provinsi. Kemudian, juga pengembangan jaringan jalan dalam rangka penyediaan aksesbilitas yang baik terutama pada daerah strategis dan potensial.
Perubahan manajemen pemeliharaan tersebut pada dasarnya dilakukan karena sebagian besar ruas jalan provinsi di Jatim telah melampaui umur layanan atau sering diistilahkan dengan melampaui umur rencana pelayanan jalan.
Selain itu, lanjut dia, kondisi aktual di lapangan saat ini yang memaksa untuk dilakukan penanganan cepat dan tepat. Ini karena kerusakan jalan yang terjadi sangat cepat dan tidak dapat terprediksi dengan tepat.
“Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca saat ini yang ekstrem dan tidak menentu serta repetisi lalu lintas yang dilayani berkembang sangat pesat sejalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan yang sangat tinggi,” jelasnya.
tan kerusakan jalan akibat kondisi-kondisi tersebut. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan berbasis teknologi dilakukan dengan menggunakan peralatan modern berupa Cold Milling Machine, Finisher, Grader dan Pemadat baik Vibrator Roller maupun Tire Roller.
Selain dengan menggunakan peralatan modern tersebut, juga didukung oleh Satuan Tugas (Satgas) terampil dan profesional serta mutu material yang dapat dipertanggungjawabkan. Ini mengingat bahwa material yang digunakan merupakan material hasil produksi Asphalth Mixing Plant (AMP) atau Unit Produksi Campuran Beraspal Panas dengan pengawasan mutu yang sangat ketat.
Gatot menjelaskan keunggulan dari pemeliharaan jalan berbasis teknologi tersebut salah satunya adalah waktu pelaksanaan yang relatif sangat cepat, serta kualitas atau mutu hasil pekerjaan yang tinggi. Sehingga, mampu mengantisipasi dan menjawab permasalahan kerusakan jalan provinsi di Jatim.
dan dikembangkan pada tahun 2017 ini serta tahun-tahun mendatang. “Dengan tujuan dan target utama adalah jalan provinsi bebas lubang (zero hole) dan pada gilirannya secara bertahap mewujudkan juga jalan provinsi bebas retak (zero crack ),” tuturnya.
Upaya-upaya yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan pengelolaan jalan provinsi
Penanganan jangka Pendek
a. Pemeliharaan rutin
Dilaksanakan secara terus menerus sepanjang tahun pada seluruh ruas
Penanganan preventif sebelum jalan tersebut rusak harus segera ditangani dengan Pemeliharaan jalan.
Pemeliharaan jalan agar lebih optimal dilakukan dengan cara-cara modern dengan menggunakan peralatan mekanik dan tenaga terampil.
b. Pemeliharaan berkala pada ruas jalan pada kondisi sedang dan rusak ringan
Di samping keunggulan pada waktu pelaksanaan dan mutu yang tinggi juga pada efektifitas serta efisiensi pelaksanaan pekerjaannya. Salah satunya adalah tenaga kerja, dalam 100 km pemeliharaan jalan hanya dibutuhkan lebih kurang 18 orang tenaga terampil. Hal ini dapat menekan biaya pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan provinsi di Jatim.
c. Rekonstruksi pada ruas jalan provinsi dalam kondisi rusak berat untuk peningkatan struktur.
Penanganan jangka Panjang
a. Pelebaran seluruh jalan provinsi yang belum memenuhi standart (pelebaran jalan menjadi lebar minimal 7 meter)
b. Peningkatan kapasitas jalan provinsi menjadi 4 lajur pada ruasruas strategis tertentu
c. Pelebaran jalan provinsi kolektor primer strategis menjadi 2 lajur plus
d. Pembangunan Jaringan Jalan Baru terutama untuk meningkatkan konektivitas utamanya pada wilayah/daerah strategis dan potensial.
Pada tahun anggaran 2017
Rencana Capaian Kinerja yang direncanakan adalah
Pemeliharaan rutin jalan 1.421 Km, dengan target Zero Hole dan menuju Zero Crack.
Pemeliharaan berkala jalan 125,972 Km
Rekonstruksi/Pelebaran jalan 75,90 Km
Pemeliharaan rutin seluruh jembatan provinsi
Strategi pemeliharaan jalan berbasis teknologi yang didukung peralatan modern ini merupakan upaya preventif agar dapat menghambat percepa-
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan berbasis teknologi telah diterapkan di seluruh UPT milik Dinas PU Bina Marga Provinsi Jatim sejak akhir tahun 2016. Ini akan terus dilaksanakan
Rehabilitasi/pelebaran jembatan sejumlah 46 buah = 410 M
Pemeliharaan Jembatan Rangka Baja dan Jembatan Khusus. antok/adv
kemenTerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI memberikan penghargaan kepada Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sebagai Role Model Penyelenggaraan Pelayanaan Publik kategori “A”.
Penghargaan itu diterima Bupati Sidoarjo H. Saiful Ilah SH, M.Hum yang didampingi Kepala Dispendukcapil Drs. Medi Yulianto MSi dan Direktur RSD Sidoarjo dr Atok Irawan Sp.P, dari Menteri PAN-RBP Asman Abnur, SE, M.Si di kantor Kementrian PAN-RB Jakarta Kamis, (2/3/2017).
"Saya terus memotivasi dan mendukung terobosan terbaik dalam hal pelayanan publik, agar terus ditingkatkan dan masyarakat merasa terlayani dengan baik," kata Bupati Sidoarjo H. Saiful llah SH, MHum.
Bupati Sidoarjo, H Saiful llah SH, MHum menerima penghargaan dari Men PANRBP didampingi Kepala Dispendukcapil Drs. Medi Yulianto MSi dan Direktur RSD Sidoarjo dr Atok Irawan Sp.P.
Penghargaan yang diterima Kabupaten Sidoarjo itu diberikan berdasarkan hasil evaluasi terhadap 59 kabupaten/ kota sebagai role model penyelenggaraan pelayanan publik kementerian PAN-RB. Kabupaten Sidoarjo menjadi salah satu dari 26 kabupaten/kota penerima penghargaan dengan nilai “A” untuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Penghargaan tersebut diberikan kepada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Sidoarjo yang sekarang berubah nama menjadi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Selain Dinas Penanaman Modal dan PTSP, ada dua instansi lain di Sidoarjo yang menerima penghargaan tersebut. Yakni Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta RSD Sidoarjo. Dua instansi tersebut menerima penghargaan untuk kategori “B”.
Pelayanan publik dengan sistem online, terus mulai disuguhkan Perangkat Daerah (PD) kepada masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan membuat inovasi Sistem Informasi Pelayanan Perijinan Terpadu yang disingkat Sippadu.
Untuk inovasi berbasis teknologi berupa SMS Antri
RS yang disingkat Santri RS dibuat untuk memberikan kenyamanan kepada pasien rawat jalan di RSU Sidoarjo agar tidak menunggu lama saat akan check up ke poli atau dokter yang dituju.
Dengan Santri RS, keluarga pasien atau dan pasien yang bersangkutan cukup SMS ke nomer operator RSUD untuk mendaftarkan antrean dan mengetahui nomor antreannya.
Inovasi lain yang ditampilkan adalah aplikasi M-Bonk dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Penataan Ruang (PR).
Dengan aplikasi ini masyarakat dapat melaporkan kondisi fisik jalan yang menjadi kewenangan Kabupaten Sidoarjo tersebut melalui handphone. Dari laporan yang ada, Dinas PUPR lansung menindaklanjutinya.
Begitu pula dengan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan & Aset yang menelurkan inovasi e-SPTPD atau Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Elektronik. Dan yang paling menarik perhatian tim verifikasi adalah inovasi Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten) dan inovasi Berkas Mlaku Dewe (BMW) dari Kecamatan Sukodono. "Sesuai arahan dari Pak Bupati, kami terus berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan yang baik untuk masyarakat," papar Camat Sukodono Moh. Ainur Rahman AP MSi.isa/ted
laPOran: Oryza a. W raWan
HaRi itu, 23 Maret 2016. Faida di Papuma. Pantai Pasir Putih Malikan. Bukan, bukan. Dia tak sedang menjalankan roda pemerintahan sebagai bupati di sana. Hari itu, ia rehat dan menjadi artis sehari, membintangi film pendek (klip) yang mempromosikan pariwisata Jember.
“Hari ini, saya apa kata Pak Sandi,” kata Faida menunjuk Kepala Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Sandi Suwardi Hasan.
Sandi tertawa.
Sang sutradara Sendy Aditya Saputra memang berharap Faida melepaskan atribut bupati. “Nanti dalam scene pertama, aku ingin Ibu bukan seorang bupati. Ibu seorang traveler dan penulis. Tidak boleh ada gesture bupati,” katanya.
Faida mengangguk. “Lebih susah gaya bupati. Kalau bupati aku masih belajar,” katanya.
Sendy menjelaskan, ada enam adegan yang diambil di Papuma. Dua di antaranya adalah saat Faida berjalan dan disapa dua anak muda, dan adegan ia menyapa tiga gadis lalu mengajak mereka makan malam bareng di tepi pantai, sembari menyaksikan sekelompok penari menarikan Lahbako, tarian khas Jember ciptaan Bagong Kusudiharjo.
“Pesan yang ingin disampaikan adalah Ibu dan Jember itu welcome sama siapapun,” kata Sendy.
Sendy memutar musik latar untuk trailer itu. “Dalam dunia musik, chord mayor lebih happy. Ini chord minor, lebih sendu,” katanya, menunjuk adegan di mana Faida duduk di dekat tebing puncak Sitinggil, menatap men
tari di barat cakrawala, menulis di atas buku catatan. Puncak Sitinggil adalah nama salah satu tebing di Papuma yang menghadap laut lepas.
Faida memanggil Winardi Nawa Putra, jurnalis dan orang kepercayaannya. “Win, pikirkan kalimat yang mau ditulis,” katanya.
Sendy juga cerewet soal kostum.
Ia meminta Faida memakai pakaian serba merah. “Kalau ibu pakai warna biru, kalah sama langitnya. Tapi ketika ibu pakai baju merah, ibu jadi mayor. Nanti mata viewer (penonton) tertuju ke Ibu, bukan ke alam sekitar,” jelasnya.
Untuk apa semua keribetan ini?
“Kami sudah berkomitmen bupati
Faida sebagai bintang utama. “Ibu perempuan, cantik, eye catching. Beliau memiliki talenta kuat di bidang promosi wisata, dan ada ruh jaringan,” katanya.
Konsep trailer pariwisata Jember ini bertema a thousand smile. Seribu senyuman. “Senyum orang Jember benarbenar tulus, dan menjadi lovely destination. Jember adalah ikon cinta. Video promo ini akan ditukar dengan kedutaankedutaan,” kata Sendy.
Berdasarkan pemetaan Sendy pada 2012, ada beberapa ikon Jember, antara lain Papuma dan Kafe Kolong.
“Kemarin aku ke Belanda, Papuma masuk dalam best landscape dunia. Kafe Kolong satusatunya di dunia (terletak berada di bawah jembatan),” katanya.
Pemerintah Kabupaten Jember memang tengah mencari tema besar untuk mempromosikan sektor pariwisata kota tersebut. Pendalungan, atau sebagian menyebutnya Pandalungan, menjadi pilihan identitas yang ingin ditonjolkan. Ini sebutan bagi kultur khas Jember. “Ndalung memiliki makna kreativitas, tidak diam, dinamis, dan memiliki makna bahwa masyarakat Jember adalah masyarakat cerdas dengan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis nilainilai lokal tanpa harus alergi terhadap modernitas,” kata Sandi Suwardi.
Ini sebenarnya perpaduan yang menarik. Dari segi karakter etnis, Jawa dan Madura sering diposisikan diametral. Madura cenderung dipandang berwatak keras, terbuka, pekerja keras, dan memiliki kekerabatan yang kuat. Sementara masyarakat Jawa dinilai memiliki watak yang lembut, cermat, penyabar, dan cenderung tertutup dan tak seterus terang masyarakat Madura. Kuntowijoyo menyatakan, latar belakang geografis menentukan karakter tersebut. Biasa tinggal di daerah yang tak subur, masyarakat Madura cenderung lebih individualis. Sementara masyarakat Jawa, cenderung bersifat komunal dan dekat dengan alam. Mengacu Yuswadi, dari sini bisa disebutkan beberapa ciri umum masyarakat Pendalungan, antara lain:
1. Masyarakatnya cenderung bersifat terbuka dan mudah beradaptasi.
2. Sebagian besar lebih bersifat ekspresif, cenderung keras, temperamental, transparan, dan tidak suka basabasi.
3. Cenderung bersifat paternalistik, keputusan bertindaknya mengikuti keputusan yang diambil para tokoh yang dijadikan panutan.
4. Menjunjung tinggi hubungan primer, memiliki ikatan kekerabatan yang relatif kuat, sehingga penyelesaian persoalan seringkali dilakukan secara beramairamai (keroyokan).
Jember menjadi ambasador pariwisata, karena itu dalam pembuatan media promo apapun, khususnya audio visual. Kami membuat skenario Ibu sebagai talenta utama. Trailer ini dibuat untuk diunggah di media sosial dan ditayangkan di berbagai momentum,” kata Sandi.
Sandi punya alasan menunjuk
Ada perdebatan panjang mengenai hari lahir kota ini. Namun tak bisa ditampik jika Jember adalah daerah baru dengan narasi sejarah yang tidak ditentukan sendiri oleh masyarakatnya. Terletak di daerah tapal kuda dengan luas area 3.293,34 kilometer persegi, Jember adalah pertemuan dua kultur besar: Jawa dan Madura. Secara geografis, warga Jawa dan Madura terbelah dalam dua posisi, yakni Jember barat dan selatan (Jawa, terutama Mataraman) dan Jember bagian utara dan timur (Madura). Masyarakat Jawa dan Madura didatangkan pada zaman kolonial Belanda. Mereka adalah buruh perkebunan dari bagian barat Jawa Timur dan Madura.
5. Sebagian besar masih terkungkung oleh tradisi lisan tahap pertama (primary orality) yang memiliki ciriciri suka mengobrol, ngrasani (membicarakan aib orang lain), takut menyimpang dari pikiran dan pendapat yang berlaku umum (solidaritas mekanis).
6. Sebagian besar agraris tradisional, berada di pertengahan jalan antara masyarakat tradisional dan masyarakat industri; tradisi dan mitos mengambil tempat dominan dalam keseharian (Sutarto, 2006). Di dua sisi geografis, masyarakat Madura dan Jawa masih mempertahankan kultur masingmasing. Etnis Tionghoa dan sejumlah etnis lain juga
hidup di antara mereka dalam jumlah populasi yang kecil. Seni janger, reog, kuda lumping, jaranan, campur sari, can macanan kadduk, hingga barongsai masih terawat.
Namun, di sejumlah kantong, terutama di pusat kota, masyarakat Jawa dan Madura bertemu dan menciptakan budaya campuran yang unik, baik dari sisi bahasa maupun tradisi. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa ngoko (kasar), namun dengan logat Madura. Penggunaan bahasa ini cenderung egaliter.
Modernitas memperkaya kota ini. Kehadiran Jember Fashion Carnaval, sebuah karnaval fesyen di jalanan, menjadi pengungkit kreativitas dan memiliki gema hingga luar negeri. Alhasil, JFC identik dengan Jember dan sebaliknya.
menjadikan seniseni tradisi lokal melengkapi keunggulan dan kemegahan JFC, sehingga terciptalah keseimbangan. “Semua seni tradisi lokal dihormati sebagai bagian dari khazanah kekayaan kultur Jember,” kata Sandi.
Tradisi dan modernitas tak harus terpisahkan dan terbedakan. “Kami
dengan banyaknya pesantren dan ulama sepanjang sejarah kota ini,” kata Ketua DPRD Jember Thoif Zamroni, mengingatkan kentalnya kultur Nahdliyyin di kawasan ini.
di sejumlah kantong, terutama di pusat kota, masyarakat jawa dan madura bertemu dan menciptakan budaya campuran yang unik, baik dari sisi bahasa maupun tradisi. bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa ngoko (kasar), namun dengan logat madura. penggunaan bahasa ini cenderung egaliter.
justru meminta para budayawan dan seniman untuk tak segansegan mengeksplorasi khazanah kekayaan seni dan budaya,” kata Sandi.
Kultur relijius ini sebenarnya sudah dipetakan oleh Sandi, sebelum dia mengundurkan diri dari jabatan Kepala Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Jember. Salah satu cetak biru yang telah dirancangnya adalah paket kunjungan wisata berbasis akar tradisi, kekayaan alam, dan kekuatan modernitas, salah satunya pesantren. “Tahun 2016 kami mengkaji beberapa jenis pesantren yang bisa menjadi bagian dari paket wisata bertema relijiusitas,” kata Sandi.
Kekayaan tradisi lokal Jember pun tenggelam. Pekerjaan rumah besar Pemerintah Kabupaten Jember adalah
Pemilihan Pendalungan sebagai identifikasi Jember sempat diprotes parlemen. “Jember ini kota santri,
Pesantren pertama adalah Pesantren Al Falah yang diasuh Wakil Bupati Jember KH Abdul Muqit Arief. Selama ini Muqit dikenal sebagai salah satu ulama di Jember yang sangat
dekat dengan semua golongan dan agama, serta membina pluralism. Sejumlah tokoh lintas agama beberapa kali berkunjung ke sana untuk memperbincangkan banyak hal.
Sosok Abdul Muqit Arief sudah tampil dalam video promosi Jember.
“Konsepnya, Jember walau memiliki kehidupan Islam yang kuat, tapi damai. Konsep adegannya: semua pemuka agama dirangkul Pak Wabup di pesantren,” kata Sendy.
Pesantren lain adalah Al Qodiri yang dipilih karena memiliki akar tradisi berdoa, wirid atau zikir bersama, yang bisa menghadirkan puluhan ribu orang jamaah dari berbagai tempat di Indonesia. Sebagian jamaah juga berasal dari Malaysia. “Ini potensi kekayaan kultural luar biasa,” kata Sandi. Pondok Pesantren Darus Sholah menjadi pilihan berikutnya karena kemampuan memadukan tradisi pesantren dengan pendidikan formal. Pesantren ini juga merespons pengembangkan kebudayaan modern.
Pondok Pesantren lainnya adalah Ponpes Sumberwringin yang sangat kental dengan tradisi dan nilainilai masa lalu. Terakhir, Pesantren Al Falah Assuniyah di Kecamatan Kencong, yang memadukan tradisi dan modernitas. “Di pesantren ini tradisi skolastik berkembang baik,” kata Sandi.
Dalam cetak biru Sandi, setiap pesantren tersebut nantinya menyediakan setidaknya lima kamar untuk para tamu yang ingin mendalami ilmu agama dan kehidupan relijius seperti wirid dan ritual sejenisnya dalam jangka waktu pendek. Sandi optimistis paket wisata khusus ini diminati wisatawan. “Tak jarang ada orang Jakarta yang ingin berekreasi rohani. Kami tinggal melakukan kanalisasi. Khusus di Pesantren Al Falah, Silo, kami akan modifikasi dan kemas bagi mereka yang ingin datang dan hendak belajar soal terorisme, gerakan primordialisme, maupun rasisme. Kami sudah mulai merumuskan paket wisatanya seperti apa,” katanya.
Mengeksplorasi kultur Pandalungan memang mengasyikkan. Menurut Sandi, dari Pandalungan, lahir bahasa Ndalung khas Jemnber, batik khas, lagulagu daerah, cerita rakyat, hingga makanan khas, yang semuanya dipadukan dengan destinasi wisata alam seperti Watu Ulo dan Rembangan. “Semua kami modifikasi sebagai kekayaan lokal dan diajarkan untuk muatan lokal kurikulum sekolah dasar hingga sekolah menengah atas,” kata Sandi.
Pada akhirnya, Jember memang harus mulai menunjukkan kekuatan identitas untuk bersaing di era global, seperti yang ditulis Faida di atas buku kecil di puncak Sitinggil. Setidaknya dalam sebuah film yang berdurasi sekitar tiga menit. wir/but
Jember is Pendalungan City
Miniature of Indonesia
A thousand smile lovely destination Thanks, Jember...
PerisTiWa 39 tahun lalu masih membekas dibenak seorang Teguh Suharto Utomo, pengacara yang biasa disapa Teguh ini pernah mengalami kejadian dimana rumahnya diteror, dilempari batu dan didatangi pembunuh bayaran. Saat itu dia masih usia lima tahun, peristiwa yang tak mungkin dia lupakan tersebut merupakan resiko dari profesi sang ayah yang menjadi seorang pengacara.
Ya, pengacara gaek Edward S.J Santoso SH MH adalah ayah dari Teguh, sehingga dunia hukum sudah tak lagi asing bagi
Teguh lahir dari pasangan Edward S.J Santoso SH MH dan Jeanita SE. Teguh lahir pada 1 Agustus 1978, latar belakang keluarganya yang keras dan disiplin membawa sosok Teguh menjadi salah satu pengacara muda yang diperhitungkan.
Berbagai macam organisasi pernah ia ikuti untuk mendukung profesinya, ia menjadi Ketua DPC Kongres Advokat Indonesia (KAI) Surabaya tahun 2008-2011 dan tahun 2017-2020.
Teguh bergelut di dunia pengacara sejak tahun 2005, berbagai pengalaman dia
hukum tapi tokoh rohani yaitu Romo, jadi Ketua Pengadilan, Kapolres, Kapolda harus minta ijin dulu kepada Romo jika mau bertindak atau melakukan upaya hukum. “ Dulu waktu sidang disana tahun 2005 membebaskan pengusaha tambang mineral, pernah dibayar pakai adat, diangkat jadi warga pedalaman setempat. Jam dua siang sudah tidak ada lampu dan listrik, waktu itu sangat ketakutan saya pikir disandera dan disuruh kawin dengan penduduk setempat.Ternyata mereka sangat baik sambutannya,” ujar Teguh.
SMP ini dapat lolos dari hukuman hingga sampai Mahkamah Agung. Itulah dukanya menjadi seorang Advokat.
Sebagai Advokat secara pribadi Teguh mengaku sangat sedih dengan penegakan hukum dan penerapan hukum di Indonesia yang dianggap masih abu abu, susah untuk diterapkan, banyak rakyat terzolimi dengan penguasa bersembunyi dibalik dasar-dasar hukum yang abu-abu.
memukul teman yang Bapaknya adalah Kapolres dan dan yang satunya anak dari komandan koramil pada waktu itu. Tapi itu adalah masa lalu, saya sekarang berkawan baik dengan kedua teman saya ini yang sekarang jadi polisi dan yang satu jadi hakim,” ujar Teguh.
Nama Lengkap: Teguh suharto utomo
Nama Panggilan: Teguh
Orang Tua: Edward SJ Santoso SH MH, Jeanita SE
Pendidikan
SD 1983-1989
SMP 1990-1993
SMA 1994-1997
Universitas Fak Psikology 1998
Universitas Fak Hukum 1998
Universitas Narotama Strata 2 thn 2004-2006
Universitas Narotama Strata 2 Magister
Manajemen thn 2008 - 2014
Universitas Airlangga Strata 3 (Doktor) thn 2015 - masih pendidikan
PengaLaman organisasi
Ketua DPC K.A.I (2008-2011)
Ketua DPC K.A.I (2017-2020)
Sekretaris Daerah Kyokushinkai Pembinaan Mental Karate (2008-2010)
Ketua 2 Forki Jatim (2010)
“ Kelak suatu saat saya berharap apabila jadi Pejabat, saya akan mengubah paradigma hukum yang selama ini abu abu,” ujarnya.
masa keciL
Teguh dibesarkan di kota pahlawan Surabaya, ia mengenyam pendidikan SD di St.Clara dilanjutkan, SMP St.Clara dan SMA Karitas III. Ketika masih kanak-kanak Teguh mengaku sering dibully teman-temannya karena badannya yang gendut.
“Gembul” adalah panggilan dari temantemannya waktu kecil. “ Mungkin karena saya waktu kecil gendut dan menggemaskan sehingga teman-teman memanggil saya Gembul,” ujar Teguh sambil tersenyum.
Dibully dan dipalak oleh teman-temannya waktu kecil adalah pengalaman yang tidak mengenakkan bagi Teguh, terlebih lagi apabila dia tak kasih uang maka dia dipukul, ditendang dan tempeleng oleh teman-temannya. Pengalaman itulah yang membawa Teguh begitu getol belajar bela diri. Alhasil, berkat bekal beladiri itulah akhirnya dia menjadi sosok pemberani untuk melawan siapapun yang mengganggunya.
“Tapi akhirnya sedikit kebablasan, saya pernah dikeluarkan dari sekolah gara-gara
Belajar beladiri yang dilakukan Teguh tak sia-sia, segudang prestasi dia dapat dari olah raga keras ini. Teguh tercatat sebagai atlit Wushu Sanshou 2000-2005. Bapak dua anak ini juga menjadi juara Nasional mewakili Jawa Timur Atlit Karate Kyokushinkai dan berlanjut Juara Nasional tahun 2006-2011.
hobi naik moTor gede
Berawal dari iseng, yakni naik motor sejak di bangku sekolah dasar (SD) membuat Teguh ketagihan. Akhirnya, hobi naik motorpun ia teruskan sampai saat ini. Kini Teguh salah satu dari orang yang memiliki hobi berat naik motor gede alias moge. Awal mula Teguh menggandrungi mo tor sport adalah ketika ia duduk dibangku SMA, waktu itu Teguh diajak temannya di Amerika tepatnya di Los Angeles.
“Saya mulai aktif di Harley Davidson waktu itu di HDMC Singapore Head Off Asia. Saya juga sudah pernah touring keliling Indonesia dari Sabang sampai Merauke,” ujar Teguh.
Tour keliling Indonesia merupakan pengalaman yang mengesankan buat Teguh, pemandangan yang indah nan mempesona di sudut-sudut Indonesia yang sebelumnya tak pernah dia ketahui akhirnya bisa dia saksikan sendiri.
“ Pemandangan di Indonesia jauh lebih asyik apalagi di Kelok 9 Sumatera,” ujar Teguh diakhir ceritanya.uci
Ketua Pengda Karate Kyokushinkan Indonesia (2012-2015)
Ketua bidang Hukum Yayasan Little Sun School 2016
Ketua RT Manyar Surabaya (2009-2012)
Koordinator Keamanan (2014-2017)
Wakil Ketua LKMK, 2017
PresTasi
Atlit Wushu Sanshou 2000-2005
Juara Nasional Mewakili Jatim
Atlit Karate Kyokushinkai
Juara Nasional tahun 2006-2011
hobY
1.Martial Art Guru Beladiri (Karate, Aikido, Jujitsu)
2.Menembak dan berburu
3.Golf
4.Berdoa
BerPeTUaLanG: medan berat yang harus dilalui untuk masuk ke alas Purwo Banyuwangi. kelelahan terbayar saat menyaksikan keelokan pantai Plengkung.
PERTaMatama adalah fakta bahwa Jawa
Timur diberi anugerah luar biasa oleh Tuhan, wisata hutan. Kedua, banyak wisata hutan yang telah berhasil mendatangkan pendapatan bagi pemerintah dan warga. Ketiga, lebih banyak lagi, ratusan atau mungkin ribuan potensi wisata hutan yang belum digarap. Keempat, menciptakan wisata hutan tidaklah mudah. Kelima, selalu ada jalan keluar.
Banyuwangi memiliki Pulau Merah, Pacitan punya Goa Gong, Jember lekat dengan Papuma, Bromo di Probolinggo, dan banyak lagi. Hampir semua daerah di Jawa Timur memiliki potensi wisata hutan. Jika wisatawan
manca negara ingin mendatangi satu per satu, niscaya, waktu setahun belum tentu cukup.
Dalam rentang 10 tahun tahun terakhir, Kabupaten Banyuwangi bergerak lebih dulu menangkap potensi wisata hutan ini. Pergerakan yang didukung oleh infrastruktur yang memadai. Ditambah dengan kemunculan kepala daerah mumpuni dan murah senyum, yakni Bupati Azwar Anas.
Maka, orangorang melihat, Banyuwangi tumbuh begitu pesat. Hotelhotel anyar berdiri, home stay menjamur, bisnis rental mobil kewalahan menerima order, pusat perbelanjaan ramai, seratus lebih festival budaya digelar dalam setahun, APBD (Angga
ran Pendapatan dan Belanja Daerah) meningkat, piagam penghargaan datang bertubitubi.
Seakan ingin seperti Banyuwangi, daerahdaerah lain di Jawa Timur berlombalomba menengok hutan masingmasing. Ternyata tidak hanya ada, potensi wisata hutan sangat banyak. Dipoles sedikit saja, disertai potretpotret selfie yang disebar melalui media sosial, wisata hutan sanggup menyedot kedatangan wisatawan. Tentu saja wisatawan lokal terlebih dahulu.
Tetapi, untuk membuka wisata hutan secara resmi, mungkin banyak pemerintah daerah baru menyadari, bahwa itu tidak mudah. Akan lebih mudah membangun jembatan
dibandingkan membangun wisata hutan.
Sebab, secara teritori, hutan masuk wilayah pemerintah daerah. Tapi secara pengelolaan, hak dimiliki oleh Perum Perhutani. Ketika ada beberapa daerah yang secara tibatiba membuka wisata hutan, mereka berhadapan dengan Perhutani. Beberapa kasus ini berakhir di pengadilan, beberapa kasus lain buntu dan wisata hutan terpaksa ditutup kembali.
Kasus tersebut sebenarnya tidak hanya dialami oleh pemerintah daerah yang belum lama menggarap potensi wisata. Pemkab Banyuwangi pun, yang telah sukses, masih mengalami kendala yang sama. Masih banyak potensi wisata di Banyuwangi yang belum bisa dibuka untuk publik. Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, M. Yanuarto Bramuda mengakui, selama ini merasakan kesulitan menjalin kerjasama pengembangan wisata bersama dua pihak dari Perhutani. Upaya Pemerintah Daerah seolah tak kuasa menghadapi benturan tembok tinggi nan tebal yang terbangun atas Undangundang.
“Koordinasi yang kita lakukan sudah sampai puncak, sudah sampai Kemenhut tapi tetap saja mentok. Balik lagi kebijakan yang mengatur itu, sehingga kita kesulitan sekali menyentuh daerah wisata yang berada di dalamnya. Sayang sekali, karena hampir semua destinasi wisata terbaik Banyuwangi sebagian besar ada di situ,” terangnya.
Tetapi, tentu saja, Banyuwangi tidak menyerah. Mau tidak mau, akal harus tetap berjalan meski satu jalan buntu tak mampu terlewati. Karena kekayaan Bumi Blambangan ini masihlah melimpah untuk dirayu menjadi pemantik wisatawan dari berbagai daerah untuk datang. Ujungnya, Banyuwangi masih punya aset daerah yang tak kalah indah untuk menggoyah gairah pecandu para karunia alam. “Kita masih punya Pulau Tabuhan, Pantai Mustika, Air Terjun Jagir, Grand watu dodol atau Pantai Blimbingsari. Ada juga Pantai Pandanan di Kawasan Pulau Santen yang tak
kalah indah untuk ditawarkan. Nanti, kawasan ini akan dijadikan wisata khusus untuk perempuan,” ujarnya. Terobosanterobosan yang sama pun mulai dilakukan pemerintah daerah yang lain. Gayung bersambut. Pihak Perhutani sebenarnya juga berposisi sama. Samasama ingin memaksimalkan potensi wisata. Demi menciptakan wahana hiburan bagi masyarakat. Demi mendapatkan pemasukan dari sektor wisata.
Tapi sekali lagi, aturan tetap aturan. Perhutani menyadari bahwa ada beberapa fungsi hutan yang tidak bisa diganggu gugat. Perubahan peruntukan fungsi hutan untuk kawasan wisata membutuhkan kajian mendalam. Perhutani tidak bisa begitu saja mengubah fungsi hutan, yang sebenarnya, telah dipetakan sejak zaman Belanda.
Sekadar diketahui, hutan terbagi
fungsi ekologisnya yang menyangkut kesuburan tanah dan tata air dapat tetap berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Adapun hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan, utamanya kayu. Demi memaksimalkan potensi dan pengelolaan hutan, Pemerintah telah beberapa kali mengeluarkan regulasi. Rujukan pertama adalah regulasi zaman Belanda, yakni terbentuknya Jawatan Kehutanan dengan Gouvernement Besluit (Keputusan Pemerintah) tanggal 9 Februari 1897 nomor 21, termuat dalam Bijblad 5164. Setelah Kemerdekaan RI, wewenang dialihkan kepada Jawatan Kehutanan Republik Indonesia. Pemerintahan Soekarno lantas membentuk Perhutani melalui Peraturan Pemerintah Nomor 17 sampai dengan Nomor 30, tahun 1961. Peraturan ini mengubah
SenJa: Suasana senja yang khusyuk di pantai klayar Pacitan. Debur ombak khas laut selatan Jawa yang membuat orang terbawa ke situasi kontemplatif.
dalam beberapa jenis, yakni hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi, agar
status Jawatan Kehutanan menjadi Perusahaan Negara yang bersifat komersial. Komersialisasi hutan semakin menguat setelah Pemerintahan Soeharto menerbitkan PP Nomor 15 Tahun 1972, yaitu pembentukan Perusahaan Umum Kehutanan Negara atau disingkat Perum Perhutani. Melalui perubahanperubahan lain semasa Orde Baru hingga Reformasi, Perhutani yang saat ini sebagai bagian
dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu memiliki satu fungsi strategis memberikan kontribusi kepada negara dalam bentuk pundipundi penerimaan negara. Perhutani harus menjadi lokomotif pertumbu
han perekonomian nasional. Selain fungsi utama, yaitu pelestarian hutan. Sayangnya, praktek ‘menjadi lokomotif pertumbuhan nasional’ kerap kali dilakukan dengan terlalu semangat. Imbasnya terjadi ekploitasi
besarbesaran terhadap hutan. Bahkan, unsur korupsi pun turut melekat. Beberapa petinggi Perhutani terjerat kasus memperkaya diri sendiri (korupsi). Mereka pun mendekam di balik jeruji besi penjara.
Memang, zaman Belanda hingga Orde Baru, Perhutani terkenal dengan sebutan ‘lembaga penjual kayu’. Kini, pintu lain terbuka, yakni sektor wisata. Pembukaan kawasan wisata dimungkin dengan cara mengubah peruntukan hutan.
Belajar dari pengalaman di masa silam, perubahan ini tampaknya dilakukan secara berhatihati. Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) membuka kran perubahan fungsi hutan itu melalui Peraturan Pemerintah RI nomor 104 tahun 2015. PP ini mengatur bahwa perubahan fungsi hutan, salah satunya untuk kepentingan wisata, harus melalui kajian ahli dan uji coba. Melibatkan pemerintah daerah, kementrian (Menteri BUMN dan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia), dan persetujuan DPR.
Melewati pintupintu tersebut tentu saja tidak mudah. Tapi bukan berarti tidak bisa dilewati. Justru sebaliknya, pemenuhan aturan bakal menghindarkan para pemangku kepentingan dari jeratan hukum. Segalanya dalam koridor aturan. Selebihnya adalah kreativitas. Berbekal penggarapan wisata, pundipundi rupiah terus mengalir ke Perhutani. Di Jawa Timur misalnya. Pengelolaan wisata hutan kelas besar ditangani oleh Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Wisata dan Jasa Lingkungan Jawa Timur Divisi Wisata & Agribisnis. Sedangkan obyek wisata lain diserahkan langsung kepada Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH).
Dari 13 obyek wisata Jawa Timur yang ditangani KBM saja, Perhutani mampu meraup pendapatan lebih dari 20 miliar rupiah per tahun. Terdiri dari wana wisata Kakek Bodo, Putuk Truno, Padusan, Dlundung, Air
Terjun Grenjengan, Tanjung Papuma, Pulau Merah, dan lainnya.
Belum lagi obyek wisata lain yang dikelola oleh KPH. Misalnya dari KPH
Malang. Pendapatan tahun 2016 lalu sebesar Rp 9,4 miliar. Ada 101 tempat wisata yang dikelola KPH Malang.
Pendapatan terbesar dari Pantai
Regent di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur yang tahun lalu menyumbang pendapatan kotor Rp 3,1 miliar.
Begitulah, potensi wisata hutan Jawa Timur tidak hanya menyejahterakan masyarakat. Wana wisata juga mengalirkan uang ke pemerintah daerah dan Perhutani. Yang dibutuhkan saat ini adalah pengelolaan yang sesuai dengan koridor aturan. Selebihnya adalah kreativitas. Kreativitas itu pula yang menuntun
Pemkab Pacitan untuk menyewa Goa Gong ke warganya sendiri. Jadi lokasi Goa Gong berada pada hutan rakyat, milik warga. Bukan milik Perhutani. Untuk mengelola goa yang katanya terindah di Asia Tenggara itu, Pemkab
Pacitan menyewa sebesar ratusan juta rupiah kepada warga, bernama Pairin. “Kami berani menyewa. Karena Goa Gong selalu menjadi sumber PAD terbesar dari tahun ke tahun dibanding tempat wisata lain. Istilahnya kita menyewa tidak rugi karena banyaknya pengunjung tiap tahunnya,” kata Budi Hartoko, Kabid Promosi Dinas Parwisata Kepemudaan dan Olahraga Pemkab Pacitan. Memang butuh modal, butuh investasi, agar obyek wisata dikenal masyarakat, juga menggoda wisatawan manca negara. Jalanjalan dibangun, dirawat. Obyek wisata penunjang dididirikan, jangan sampai obyek wisata tanpa dilengkapi oleh MCK (mandi, cuci, kakus) yang bersih. Wahana permainan dipercantik, agar anakanak betah di lokasi wisata. Selanjutnya promosi. Tanpa itu semua, obyek wisata yang cantik bakal tetap kesepian di antara pohon dan semak belukar di tengah hutan.but
beritajatim
kEdiRi merupakan kota terbesar ke tiga di Jawa Timur setelah Kota Surabaya dan Kota Malang. Kota ini memiliki banyak tempat wisata yang sangat menarik yang layak untuk dikunjungi. Selain wisata modern, wisata sejarah, wisata religi hingga wisata alam hutan. Seperti Kawasan Hutan Lindung di Dusun Simpenan, Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Tempat wisata ini masih alami. Di hutan sini terdapat ribuan ekor kera hutan yang turun dan bisa diajak bermain oleh para pengunjungnya langsung.
Hutan Lindung Simpenan memilik luas lahan sekitar 12 hektare. Ribuan kera yang turun berasal dari hutan. Uniknya, hewan hutan ini meskipun liar, tampak bersahabat dengan manusia. Bahkan, anakanak kecil pun bisa bersentuhan langsung dengan kerakera ini.
“Keranya masih liar, tetapi bisa diajak bermain. Begitu juga dengan kenampakan hutannya yang masih sangat alami. Banyak pohonpohon besar menjulang tinggi. Udaranya masih sangat sejuk, nyaman untuk anakanak bermain,” aku Amalia Putri, seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri.
Wisata Hutan Lindung Simpenan belum dikelola dengan baik oleh pemerintah. Padahal wisata ini memiliki potensi besar. Setiap harinya banyak yang datang mengunjungi. Terlebih saat hari libur panjang sekolah dan juga bulan suci Ramadan. Menurut, Jumadi, penjaga hutan, jumlah kunjungannya bertambah banyak. Dalam catatan pengelola, pada hari libur jumlah pengunjung yang datang tidak kurang dari 100 orang. Karena belum terpublikasi dengan baik, kebanyakan yang datang baru berasal dari sekitaran saja, seperti kecamatan Pare, Kepung dan juga Kandangan.
“Untuk objek wisata alam yang kini tengah dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kediri masih terfokus
pada Gunung Kelud. Seperti saat ini, kami sedang membangun wisata terpadu Gunung Kelud. Kita sebut dengan istilah Agrowisata Terpadu Margomulyo karena memang dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD) Margomulyo, badan usaha milik Pemkab Kediri,” ungkap Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Kabupaten Kediri Krisna Setiawan yang ditemui di ruangannya. Satu lagi tempat wisata alam lahir dari desa yang belum dikelola dengan baik yaitu, wisata tubing menyusuri sungai di Desa Kanyoran, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Destinasi wisata baru ini berada di Lereng Gunung Wilis, bagian barat Kabupaten Kediri. Tempat wisata ini menjawab kebutuhan masyarakat yang mungkin sudah bosan mencari hiburan di mall atau swalayan.
Berwisata alam, bisa menikmati sejuknya udara pedesaan dan hijau tanaman yang tumbuh disana. Karena wisata ini memiliki panorama yang begitu mempesona. Dataran tinggi Kanyoran terdapat pemandangan alam berupa perbukitan, hamparan terasering persawahan dan juga sungai bebatuan yang cocok untuk
berwisata alam.
Kepala desa Kanyoran mengaku, berusaha keras untuk menggali potensi yang ada di desanya. Berkat dorongan dari temantemanya yang juga sesame kepala desa yaitu Deddy Saputra Kepala Desa Joho dan Kepala Desa Pagung mulai merintis wisata baru di desa ini yaitu olah raga “Tubing”. Olahraga tubing hampir mirip dengan rafting, bedanya alat yang dipakai adalah ban dalam jenis kendaraan besar, kalau rafting yang dipakai adalah perahu karet diisi sampai enam orang, tapi tubing ini setiap ban hanya digunakan untuk satu orang. Jadi berlaku secara individual.
Olahraga ini sangat cocok dengan kondisi sungai di Desa Kanyoran yang bebatuan. Olahraga tubing ini start dari sungai yang ada di Desa Pagung dengan melintasi sungai sejauh 3 Kilometer dan finish di Sungai Kanyoran. Dijamin adrenalin akan terpacu tenaga akan terkuras, setelah finish akan terobati dengan menikmati makan khas di desa ini yaitu nasi tiwul, nasi jagung sambil menikmati keindahan alamnya.
“Jika nanti olahraga tubing ini bisa dikenal oleh masyarakat dan ramai
beritajatim
pengunjung, saya akan menggerakkan pemuda karang taruna untuk ikut andil dalam pengembangan wisata di desa ini. Pengangguran di desa ini pasti akan berkurang karena dapat pemasukan dari keikutsertanya membangun desa,” jelas Yitna Menurut Kadis Kominfo Kabupaten Kediri Krisna Setiawan, wisata alam Tubing Kanyoran saat ini masih dalam tahap trial. Perlu rekomendasi dari pihak terkait agar aman saat dinikmati oleh pengunjung. Sebab, lokasi wisata yang ekstreem tersebut memang harus memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP).
“Itu kemarin kita shoundingkan. Sebenarnya potensinya luar biasa. Di lokasi start dan finish bisa dijadikan sebagai sentra UMKM. Tetapi, karena tempat tersebut masih baru dan perlu adanya kajian yang komperhenship, maka kini sedang dalam proses itu. Kita harus melihat resikonya, dikaji dulu airnya, harus ada FS (Feasibilty study) oleh profesional,” tandasnya. Sementara itu, berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri menyebutkan, jumlah wisatawan yang berkunjung setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 lalu, tercatat sebanyak 1.766.838 orang, tahun 2016 kemarin naik menjadi 1.991.817 orang, naik lebih dari 200.000 orang.
Di sisi lain, Perhutani Kediri memberikan kesempatan yang seluasluasnya bagi pemerintah daerah (pemda) di wilayah kerjanya yang ingin bekerjasama dalam mengembangkan potensi wisata alam hutan. Dengan Pemkab Kediri, Resort Pemangku Hutan (RPH) Kediri telah bekerjasama mengembangkan dua objek wisata alam yaitu, Sumber Podang di Kecamatan Semen dan Air Terjun Ironggolo di Kecamatan Mojo.
“Kerjasama dengan pemerintah daerah yang selama ini sudah berjalan di Kabupaten Kediri ada dua lokasi. Pertama di Sumber Podang dan kedua di Ironggolo. Selain itu, kini Lembaga Masyarakat Desa Hutan (PMDH) tengah merintis beberapa titik kawasan hutan yang bisa dikembangkan potensinya menjadi wisata yaitu di Bukit Ongakan dan Bukit Gandrung,” ujar Kepala ADM Perhutani Kediri
Maman Rusmantika. Dua kawasan ini, menurut Maman, memiliki potensi yang besar untuk bisa dikembangkan. Itu sebabnya, masyarakat setempat melalui LMDH tengah merintisnya. Dirinya berharap, ke depan lokasi tersebut bisa lebih berkembang. Utamanya, selain bisa mendatangkan pendapatan bagi LMDH, pemerintah daerah, pemerintah desa, juga pendapatan bagi masyarakat setempat.
Masih kata Maman, selain kedua lokasi tersebut, sebenarnya ada beberapa titik yang memiliki potensi sama. Seperti halnya di tempat wisata alam air terjun Ngleyangan, dan Air Terjun Paridjoto. Saat ini, perhutani bersama pemkab, dan LMHD dan petani masih dalam taraf survei lokasi. Lalu bagaimana sebuah kawasan hutan bisa disulap menjadi objek wisata alam hutan? Menurut Maman, lokasi terjadi harus representatif, dan memiliki potensi wisata. Setelah melalui tahap survei, tempat itu kemudian diuji cobakan. Apabila mendapat respon yang bagus dari para pengunjung, LMDH dapat mengusulkan menjadi tempat wisata baru ke pihak Perhutani.
“Namun perlu diingat bahwa dalam mengembangkan kawasan wisata alam hutan, ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan. Di antaranya adalah tidak mengurangi fungsi hutan. Kita ketahui bersama bahwa, hutan memiliki fungsi untuk menyerap air dan oksigen. Oleh karena itu, ses
uai peraturan perundangundangan, mengelola hutan untuk wana wisata, tidak boleh mengubah hingga lebih dari 10 persen. Yang dimaksud adalah fasilitas atau saranan prasananya ini,” tutur Maman.
Diakui Maman, dalam mengembangkan wisata hutan dengan pihak terkait, terutama dengan pemerintah dan LMDH yang sudah berjalan selama ini, mengalami beberapa kendala. Di antaranya adalah persoalan berbagi peran. Ada kecenderungan, setelah berubah menjadi wana wisata, muncul kelompok masyarakat yang terkotakkotak.
“Oleh karena itu, yang perlu kami tekankan dalam kerjasama ini adalah berbagi peran. Antara Perhutani, Pemerintah Daerah, LMDH, Karang Taruna. Jangan sampai timbul seperti kelompok kelompok yang terkotakkotakkan. Harus ditata dan diatur dengan baik dalam berbagi peran ini,” pesan Maman.
Diakui Maman, kerjasama pemanfaatan hutan menjadi tempat wisata alam ini, cukup memberikan pendapatan yang besar bagi Perhutani, begitu juga bagi pihakpihak yang terlibat di dalam pengelolaan. Bisa dibayangkan, untuk wilayah hutan di Kabupaten Kediri saja, pendapatan dari sektor retribusi yang diterima mencapai Rp 60 juta per tahun. Sementara, jika dari seluruh wilayah hutannya, meliputi Kabupaten Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk dan Kediri sebesar Rp 1,1 milyar per tahun.nng/but
beritajatim
Edisi Cetak Khusus memperingati huT ke-11
daLam mengkonsolidasikan partai dengan tema baru yakni ‘Berkhidmat untuk Rakyat’, Arif HS merasa perlu terjun langsung ke 38 kabupaten/ kota di seluruh Jawa Timur.
Arif HS sudah ‘dipaksa’ safari kemanusiaan, sebab saat itu banyak bencana yang menimpa berbagai daerah di Jawa Timur. Mulai bencana longsor di Pacitan, Trenggalek, dan Magetan. Hingga Banjir di Tuban, Pasuruan, Lamongan, Sampang.
“Saya harus mendampingi para relawan dan kader PKS yang turun ke lokasi bencana. Tanpa harus bicara panjang lebar, kami buktikan langsung khidmat PKS kepada rakyat,” ujar Arif.
Dan, Arif merasa beruntung sebab para relawan dan kader PKS disebutnya punya otot khidmat yang kuat.
Jawa Timur, disebut Arif HS, dalah wilayah rawan bencana. Sebab menurut data BPBD, ada 22 daerah di Jatim yang rawan longsor, 30 daerah yang rawan banjir, dan titik-titik bencana lain seperti ancaman gunung meletus, gempa bumi.
Berangkat dari kenyataan ini, dan pengalaman di berbagai lokasi bencana itulah, pada Milad PKS ke-18 tahun lalu, Arif HS mencanangkan Pusat Khidmat di seluruh DPD PKS se-Jawa Timur. “Sekarang sudah hampir setahun, alhamdulillah Pusat Khidmat sudah berdiri di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Dan mayoritasnya dilengkapi pula dengan Mobil Khidmat sehingga mobilitasnya cukup tinggi,” tambah pria yang pernah menjadi anggota DPRD Jawa Timur
Semenjak terpilih menjadi
Ketua Umum Dewan
Pengurus Wilayah (DPW)
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Timur pada
akhir tahun 2015, harihari
Arif Hari Setiawan (Arif HS) semakin berwarna.
pada periode
2009-2014 ini.
Ia kemudian menjelaskan bahwa Pusat Khidmat dan Mobil Khidmat dimintanya untuk terus mengembangkan layanan dan jangkauan. “Awalnya berupa Rumah Siaga Bencana, kini sudah banyak Pusat Khidmat yang menjelma menjadi klinik pengobatan, bimbingan belajar, konseling keluarga, sekolah pranikah, sampai pada bilik aspirasi. Semua potensi kaderkader PKS saya minta untuk digunakan melayani, membela, dan memberdayakan rakyat lewat Pusat Khidmat,” jelas politisi kelahiran Singosari, Malang ini.
Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) PKS Jawa Timur di Hotel Mercure 12 Maret 2017 lalu, di depan para pengurus DPD PKS se-Jawa Timur, Arif HS meminta kepada seluruh jajarannya memperluas Pusat Khidmat hingga tingkat kecamatan.
Bahkan Arif meminta setiap rumah kader PKS menjadi Rumah Khidmat. “Saya yakin tiap kader PKS di Jatim punya sesuatu yang bisa disumbangkan kepada masyarakat. Sesedikit apapun akan sangat berarti pada mereka yang membutuhkan. Berkhidmat itu tidak harus menunggu berkuasa,” papar Arif.
Selain itu, Arif juga menugaskan Fraksi PKS di DPRD Jawa Timur untuk memperjuangkan perbaikan infrastruktur di daerah-daerah rawan bencana di Jawa Timur.
“Kami ambil contoh jalur pantura yang sering putus di Pasuruan akibat luapan Sungai Welang. Itu mesti dibuatkan bendungan. Namun hingga kini belum terealisasi. Banyak kasus seperti ini. Padahal bencananya datang secara rutin. Tapi tidak juga segera ditangani. Ini menjadi tugas anggota dewan untuk memperjuangkan,” tukasnya. Lebih dari itu, menurut dia, sebenarnya ini merupakan tugas Pemprov Jawa Timur. Pemprov harus bisa menyelesaikan persoalan-persoalan infrastruktur ini. “Pemprov harus bisa menghadirkan rasa aman bagi warga Jatim. Rasa aman dari bencana,” pungkas Arif menutup perbincangan.antok
banyuwangi semakin menahbiskan dirinya sebagai kabupaten dengan sejuta wisata yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Bahkan, tak dipungkiri daerah berjuluk The Sunrise Of Java ini, semakin menjadi jujukan dan sorotan mata dunia. Puncaknya, setelah mampu mencekram predikat juara dunia di ajang United Nations World Tourism Organization (UNWTO) Awards ke12 yang berlangsung di Madrid, Spanyol.
Uniknya, daerah ini tak hanya menyajikan destinasi wisata yang layak dikunjungi saja. Tapi juga menyuguhkan inovasiinovasi menarik yang mampu memikat hati para pecandu wisata dari seluruh dunia. Mulai dari wisata indahnya bentang pantai dengan gulungan ombak menawan, gunung yang menjulang tinggi, hingga keelokan ragam budaya serta wujud hasil modifikasi seni lainnya.
Wujud bentang alam yang patut dibanggakan daerah di ujung timur Pulau Jawa ini adalah potret wisata pantainya. Karena patut diketahui, kota yang dulunya terkenal dengan daerah klenik memiliki garis pantai terpanjang di antara daerah lain di Jawa Timur. Sehingga tak salah jika bibir lautan menjadi salah destinasi wisata unggulan daerah ini. Mayoritas destinasi wisata daerah ini berada di wilayah strategis kawasan tiga komponen Perhutani, Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyuwangi Sela
tan, Utara dan Barat.
PuLau merah
Contoh destinasi wisata di tengah naungan Perhutani, sebut saja, Pulau Merah yang terletak di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran ini. PM begitu warga menyebutnya, mulai mencuat kala dikenalkan ke publik oleh pemerintah daerah bersama Perhutani melalui atraksi selancar air tingkat internasional pada 2013 lalu. Memang, destinasi yang berada di kawasan KPH Banyuwangi Selatan, BKPH Sukamade, RPH Pulau Merah dengan luas 6,9 Ha itu, memiliki ombak yang tinggi. Sehingga cocok untuk para penikmat olahraga papan di atas air.
Sementara ini, Pulau Merah atau Red Island inilah yang dapat dipamerkan ke publik sebagai buah tangan kesepakatan kerjasama wisata antara Pemerintah Banyuwangi dan Perhutani. Mekanismenya, perolehan hasil pengelolaan wisata itu dibagi 5050. Namun belakangan, ada tiga komponen yang masuk untuk dilibatkan dalam Perjanjian Kerjasama (PKS)
“Pulau Merah ini ada tiga komponen, Pemda, Perhutani dan masyarakat. Awalnya memang dari MoU dan kesepakatan kita bagi hasil fifty-fifty, tapi sekarang ada keterlibatan Pokmas sehingga pembagiannya diatur 50 di kami, Pemda dapat 20 dan 30 Pokmasnya,”
ungkap Humas Perhutani, KPH Banyuwangi Selatan, Didik Nurcahyo.
Meski demikian, tak menutup kemungkinan Perhutani KPH Banyuwangi Selatan bakal membuka asa untuk menjalin kerjasama pengelolaan wisata di lokasi lainnya. Walaupun, angan itu masih sebatas impian yang berharap menjadi kenyataan. Salah satunya, objek wisata Pantai Wedi Ireng yang berada di kawasan hutan lindung Petak 70c, RPH Pulau Merah, BKPH Sukamade, wilayah Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran.
“Rencananya, ada wisata Wedi Ireng yang akan coba kita buka kerjasama. Tapi ini belum MoU atau jalin kesepakatan,” janji Didik.
Sebenarnya, kawasan Perhutani KPH Banyuwangi Selatan menyimpan segudang hamparan karya alam yang menakjubkan. Namun sayang, dari kesemua itu banyak yang masih sukar untuk dimunculkan ke permukaan. Sebut saja, mulai wana wisata pantai Grajagan, dan Rowo Biru. Sementara, terdapat pula destinasi wisata religi di antaranya situs Candi Purwo, dan Makam Eyang Suryo Bujonegoro atau Mbah Dowo.
Sama halnya, destinasi wisata di kawasan KPH Banyuwangi Barat yang juga menyimpan sejuta keindahan. Luas alamya yang membentang mencapai 42 ribu Hektar membentuk karunia
tersembunyi yang layak untuk dinikmati. Namun, berbeda dengan kawasan Perhutani sebelumnya, daerah ini tak memiliki view pantai yang ditawarkan. Hanya saja tak perlu khawatir, karena suguhan alam yang terbentuk alami tak kalah indah untuk dinikmati.
omah Pinus
Pertama, masyarakat Banyuwangi pasti tak akan asing dengan wana wisata bernama Rowo Bayu. Daerah ini berada di ujung desa bernama Bayu, Kecamatan Songgon atau masuk di kawasan hutan RPH Bayu, KPH Banyuwangi Selatan. Wisata ini terkenal dengan kolam air yang luas di kaki Gunung Raung, yang diyakni sebagai pemadian para putri. Lokasi ini juga dijadikan tempat sakral bagi warga Banyuwangi, karena menjadi bagian saksi sejarah cikal bakal lahirnya Banyuwangi. Kini, dengan sedikit sentuhan tangan pemangku hutan setempat bersama warga yang bernaung di bawah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), tempat ini semakin lebih tertata. Daya tarik yang ditawarkan, selain menikmati suasana alam yang asri, wisatawan juga dapat menikmati air sumber abadi tepat di sisi petilasan atau pertapaan Raja Blambangan, Prabu Tawangalun. Tapi, kini mata wisatawan akan mulai samar melihat lokasi itu. Karena Banyuwangi Barat telah memiliki destinasi baru yang dinilai lebih kekinian. Berdiri di bawah tegakan hutan produksi pinus, Perhutani mulai menggarap wisata Omah Pinus bersama LMDH Rimba Ayu, di Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon. Baru enam bulan berjalan, lokasi seluas 4 hektare yang dulu tampak tumbuh rimbun pohon menjulang serta perdu yang berserak tak beraturan itu, kini bertransformasi menjadi lokasi yang
lebih ramah. Sentuhan konsep kekinian ala seribu payung warnawarni, bungabunga nan elok di bawah rerimbunan pohon pinus menambah eksotik view kala mata memandang. Ditambah lagi adanya ornamen buatan semi permanen dari bilahbilah papan yang tertempel rapi di atas pohon pinus membentuk rumah melayang, semakin menyentil keinginan mata untuk memandang. Bahkan, tak jarang memancing hasrat para peselancar dan pemburu foto diri.
Dari atas pohon ini, betapa wisatawan akan bertambah manja kala mampu mengabadikan kontruksi serpihan dunia di lokasi itu. Konsep pepohonan pinus yang tertata rapi, gemercik air sungai Kali Badeng dari kaki Gunung Raung, nada burung liar yang bernyanyi menawarkan kesan asri dan damai. Udara yang segar, pemandangan yang menawan sungguh tak akan pernah terbayangkan kala terbangun niat untuk beranjak pulang.
Bagian Komunikasi Perusahaan (Komper) Perhutani, KPH Banyuwangi Barat, Adi Raharjo mengatakan, pada dasarnya, wisata Hutan Pinus dan Omah Pohon ini berawal dari kebun pohon pinus yang dibudidayakan untuk diambil getahnya guna diolah sebagai bahan dasar berbagai produk seperti cat, pelapis ban, tinta, plastik, sabun, semir sepatu, lem, dan tentunya sebagai paruparu dunia.
“Dulu Perhutani hanya mengandalkan hutan produksi sebagai sumber penghasilan negara dengan perbandingan 60 – 40 persen. Kini justru berbanding terbalik, produksinya hanya 40 dan 60 persennya untuk pengembangan wisata,” terang Adi Raharjo.
Pihaknya meyakini, sungguh peran media sosial dan didukung keuletan warga sekitar menjadikan lokasi ini semakin sedap dipandang mata. Tak han
ya itu, bukti ekologi dan ekonomi mampu berjalan sama rata dan sama rasa di tengah masyarakatnya. Alhasil, berbagai dampak positif kian muncul dan mengurangi kesan negatif yang pernah tersemat di kalangan warganya. Lokasi hutan pinus Songgon, cukup terjangkau bagi para wisatawan. Karena hanya berjarak 30 Kilometer dari pusat kota Banyuwangi. Apalagi, mereka juga tak perlu khawatir karena ditunjang akses jalan masuk yang cukup mudah. Tiket masuk di wisata hutan pinus cukup terjangkau, pengunjung hanya dikenakan biaya tiket masuk Rp. 5000/orang dan parkir kendaraan roda dua Rp. 2000 dan Rp.5000 roda empat.
“Semua mekanisme kerjasama dikerjakan dengan sistem sharing. 30 persen untuk Perhutani, sisanya diberikan kepada LMDH dengan konsekuensi setelah dipotong oleh biaya korporasi untuk Pemerintah Daerah,” jelasnya.
Berkibarnya wisata ini juga semakin membuat komposisi destinasi lain mulai ikut berkompetisi untuk unjuk gigi. Namun, hal itu tak serta merta membuat Perhutani Banyuwangi Barat menerima dengan tangan terbuka. Pasalnya, masih ada berbagai aspek yang harus dilewati sebagai syarat agar destinasi di kawasan hutan dapat dinikmati untuk umum.
“Sekarang semakin tumbuh rasa ingin memiliki dari berbagai masyarakat yang menjadi mitra kami untuk mengembangkan kawasan serupa. Tapi kami masih melihat dan menyeleksi kawasan wisata itu. Karena tak semua kawasan dapat dibuka untuk wisata,” ujar Adi. Serpihan destinasi wisata lain yang terpapar di kawasan KPH Banyuwangi Barat di antaranya, Karo Rafting dan XBadeng di Songgo. Air Terjun Watugedek di Kecamatan Sempu dan wisata Legomoro,
laporan khusus
Margomulyo, Kecamatan Glenmore. Sementara ada lagi yang tak kalah menarik, yakni wisata Air Terjun Lider yang terletak di hutan lindung petak 74, Blok Lider, di lereng timur Gunung Raung atau di kawasan RPH Jambewangi, BKPH Kali Setail, KPH Banyuwangi Barat.
bukiT WaTudodoL
Seiring berpacu dengan semangat yang terus menyala, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas tetap optimistis, wisata masih menjadi alat ampuh untuk memutar roda perekonomian warganya. Usai membuka gerbang kemandirian di balik tenarnya pantai Pulau Merah, kini orang nomer satu di tanah Blambangan ini berhajat akan menyingkap wajah baru di Bukit Watudodol.
Bukit yang berada di kawasan hutan Perum Perhutani KPH Banyuwangi Utara, petak 66 H, RPH Selogiri, BKPH Ketapang tersebut memang semakin hits. Lokasi itu, kian hari menjadi jujukan para muda mudi untuk berlomba mengabadikannya melalui lensa kamera. Landscape yang indah dengan landmark patung Gandrung berlatar Selat Bali, yang kian memanjakan mata. Pepohonan keras khas bebatuan penopang dahan hijau yang meranggas menghasilkan warna kontras dengan birunya langit dan laut cocok untuk penggila fotografi.
“Bukan Grand Watudodolnya, tapi yang di atas. Bukit di atas Watudodol itu yang nantinya kita akan coba kembangkan,” Janji Bupati Anas.
Sejalan dengan keinginan Pemerintah Daerah Banyuwangi, Perhutani KPH Banyuwangi Utara pun bersambut. Bukit Watu Dodol yang berada di atas jalur utama menuju Kabupaten Situbondo itu kini pun mulai bersolek. Di atas ketinggian sekitar 20 meter, pengunjung akan menemukan sebuah spot yang indah dengan pemandangan langsung menuju
Selat Bali serta pengunjung. Di bukit yang berada di kawasan hutan Perum Perhutani KPH Banyuwangi Utara, petak 66 H, RPH Selogiri, BKPH Ketapang tersebut dilengkapi dengan kursikursi kayu membelakangi Selat Bali. Pohonpohon hijau serta sebagian yang meranggas menghasilkan warna kontras dengan birunya langit dan laut cocok untuk penggila fotografi.
“Selain bukit Watu Dodol, nantinya kita akan kembangkan juga wisata situs yang ada di sana. Menuju ke atas dengan jalan setapak, ada gua peninggalan Jepang yang berjarak 6 kilomater, nanti juga kita siapkan untuk wisata adventure,” kata Bagian Komunikasi Perusahaan (Komper) Perhutani, KPH Banyuwangi Utara, Tri Sugiharto.
Meski memiliki kawasan hutan produksi yang cukup luas mencapai 56 ribu hektare. Namun, kawasan KPH itu tergolong miskin dari gemerlap pariwisata. Tapi, kini Perhutani memang berkomitmen untuk mengembangkan kawasan itu sebagai kawasan khusus wisata. Bahkan, telah menyiapkan lahan khusus di daerah itu seluas 10,2 hektare untuk pengembangan wisata.
“Kalau di Banyuwangi Barat itu memang hanya satu ini. Selain itu tidak ada lagi. 10,2 hektare telah di plot sebagai kawasan wisata,” jelasnya.
Tak berbeda dengan langkahlangkah dua KPH sebelumnya, KPH Banyuwangi Utara juga mengandalkan kinerja warga sekitar sebagai mitranya. Melalui LMDH, Perhutani bekerjasama untuk mengembangkan destinasi wisata itu sebagai pendorong roda ekonomi.
“Cukup membayar tiket sebesar Rp 2.000 dan parkir, pengunjung bisa mendaki bukit Watu Dodol yang berada tepat di seberang pantai Watu Dodol Kecamatan Wongsorejo. Tidak jauh hanya sekitar 300 meter melewati jalan setapak,” katanya.
Beberapa bulan terakhir, lokasi ini makin ngehits karena semakin berjubel mudamudi yang mengabadikan spot menarik itu. Dari jejaring sosial mereka, keindahan alam Banyuwangi mulai tereksplore hingga seantero negeri.
PuLuhan desTinasi Tidur Panjang Namun sayang, berjuta destinasi wisata hutan di kawasan Perhutani di Banyuwangi ini belum mampu tergarap tuntas. Karena, Pemerintah Daerah tak bisa sembarangan memberikan campur tangan maksimal. Sehingga tak sedikit, surga wisata di daerah itu tak tersentuh, bahkan enggan bangun dari tidur panjang. Semua seolah tertimbun rapi dibalik bayangbayang semu kebijakan yang sulit untuk dinyalakan.
Hasilnya, hingga kini Pemerintah Banyuwangi baru meyakini hanya satu destinasi yang telah Goal dalam artian berhasil merengkuh kekuasaan bersama di kawasan Perhutani. Yakni wisata Pantai Pulau Merah di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Kerjasama yang ditawarkan antar kedua belah pihak mencapai sepakat dengan mekanisme pengelolaan yang cukup panjang. Sementara, bagaimana dengan nasib puluhan bahkan ratusan destinasi lainnya? Jawabannya masih dalam antrean jurus jitu antara dua instansi ini.
Setara pernyataan Perhutani, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi menjelentrehkan mengenai hal itu. Wisata berbasis hutan di kawasan Perhutani yang telah bekerjasama dengan pemerintah Banyuwangi masih satu. Itupun harus melibatkan sejumlah komponen di dalamnya.
“Semua pendapatan kotor dari hasil, dikurangi biaya operasional dibagi dua 5050,” kata Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, M. Yanuarto Bramuda.rin/but
bERbicaRa hal ihwal pariwisata di Kabupaten Pacitan tidak akan ada habisnya. Mungkin, Pacitan masih booming dengan julukannya Kota Seribu Satu Goa. Pun ada juga julukan Pacitan Pardise. Ya tidak salah, kabupaten yang berada paling barat di Provinsi Jawa Timur ini menyimpan destinasi wisata, baik yang lama booming maupun yang baru booming.
Ketika 2017 ini banyak wisata hutan baru bermunculan di antero tanah air, Pacitan pun mempunyainya. Lokasi Wisata bernama Pinus Kita yang berada di Jalan Raya PacitanPonorogo, masuk Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan. Wisata yang baru dibuka dua bulan ini memang berada di tengahtengah jalan yang berliku antara Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Ponorogo.
Bagi yang melakukan perjalanan, baik menuju Pacitan maupun Ponorogo memang tempat pas untuk istirahat. Karena, lokasinya tepat di pinggir jalan besar. Hanya saja, harus naik sekitar 200 meter untuk ke lokasi yang dimaksud.
Wisata Pinus Kita memang menyuguhkan hutan. Maksudnya, ada ribuan pohon pinus. Selain itu juga ada rumah pohon yang biasanya digunakan pengunjung untuk berfoto. Namun sayang, wisata yang terhitung gres tersebut belum terlalu ramai, kecuali akhIr pekan.
Saat beritajatim.com mengun
jungi Pinus Kita pada hari kerja, tidak ada tiket masuk yang ditarik oleh warga setempat. Saat berada di spot foto selfie, bisa dikatakan keren. Karena berada di bukit, bisa selfie dengan pilihan background yang beragam.
Wisatawan juga bisa melihat Pacitan dari atas bukit. Layaknya wisata bukit bintang di perbatasan Kabupaten Gunung Kidul dengan Kota Yogyakarta.
“Pinus Kita memang lokasi wisata baru. Bukan milik Pemkab Pacitan. Itu semuanya diserahkan pada desa. Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga hanya memantau saja. Termasuk dana yang masuk juga ke desa,” kata Budi Hartoko, Kabid Promosi Dinas Parwisata Kepemudaan dan Olahraga Pemkab Pacitan, beberapa waktu lalu. Toko –panggilan akrab—Budi Hartoko, menjelaskan bahwa Pinus Kita bukan dalam wlayah hutan yang dimiliki Pemkab Pacitan. Juga bukan hutan rakyat. Namun hutan milik Perhutani. Toko mengatakan, Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga hanya memantau saja. Untuk tiket masuk pun, tidak terhitung dalam target Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Untuk wisata lain yang berada di wilayah hutan, Kabupaten Pacitan, lanjut dia, ada beberapa lokasi. Namun belum dibuka oleh Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga. Dia mengaku, yang terdata selain wisata Pinus Kita adalah wisata Goa Gong, Wisata Susur Sungai Maron, dan Wisata Pan
tai Ngiroboyo. goa gong
Goa Gong adalah salah satu tempat wisata yang berada di lokas hutan. Namun ada fakta menarik, goa yang seharusnya milik Pemkab ternyata bukan milik Pemkab Pacitan. Goa yang dibuka pada tahun 1995 merupakan goa pribadi milik salah satu masyarakat bernama Pairin.
Saat beritajatim.com mencoba menulusuri sejarah goa yang berjarak 30 km dari pusat kota tersebut memang bukan milik pemkab Pacitan secara resmi. Awalnya tim Geologi turun ke Pacitan setelah ditemukan di hutan rakyat yang ber ada di Desa Bomo, Kecamatan Donorejo. Saat itu, belum ada masyarakat yang mengakui Goa Gong menjadi tempatnya.
Namun seiringnya berjalan waktu, ada warga yang mengakui goa tersebut berada pada hutan rakyat miliknya. Pemkab Pacitan sempat bagi hasil dengan pemilik Goa Gong. Namun dua tahun belakangan, Pemkab Pacitan memilih menyewa dengan harga sewa per tahunnya ratusan juta rupiah.
“Kami berani menyewa. Karena Goa Gong selalu menjadi sumber PAD terbesar dari tahun ke tahun dibanding tempat wisata lain. Istilahnya kita menyewa tidak rugi karena banyaknya pengunjung tiap tahunnya,” kata Toko.
Pemkab Pacitan juga tidak akan
laporan khusus
menuntut tentang kepemilikan Goa Gong. Toko menjelaskan, baik Dinas maupun Bupati tidak ambil pusing tentang kepemilikan Goa Gong. Karena memang pihak Pemkab Pacitan sendiri mengakui Goa Gong berada di hutan rakyat bukan di lahan milik Perhutani amupun milik Pemkab Pacitan.
Dia mengaku, Pacitan sudah terlalu lekat dengan julukan kota seribu satu goa. Apalagi dengan daya tarik Goa Gong. Toko mejelaskan, Goa Gong mendapat penghargaan interna sional wisata goa terindah. Peso na Goa gong Pacitan bersumber dari panorama yang indah dari staklatit dan stalagmit.
Jika masuk ke Goa Gong, suguhan stlaghit dan stlagh mit luar biasa. Wisatawan bisa melihat staklatit dan stalagmit yang menyala.
Tidak rugi jika menyelusuri Goa yang berudarasi 2 jam tersebut.
sungai maron dan Pan ngiroboYo
Wisata lain yang berada di wilayah hutan yakni Susur Sungai Maron dan Pantai Ngiroboyo. Dua destinasi wisa ta yang baru berumur 4 tahunan ini memang satu paket. Namun berada pada kecamatan yang berbeda.
gkan di sepanjang sungai Maron. Karena memang berada di tengahtengah hutan yang ditumbuhi dengan pepohonan yang hiaju. “Kalau disini memang kanan kiri hutan, Mbak. Awalnya saja di dekat dermaga ada pemukiman. Kalau di perjalanan ya sungai dan hutan,” kata Sujadi, salah satu pemilik perahu.
merusak alam. Akhirnya hanya dibuka wsiata pantainya,” kata Wardoyo, salah satu warga.
TikeT murah meriah dan jumLah WisaTa
Untuk masalah restribusi, Toko megatakan, menyerahkan semua kepada pengurus desa. Karena dari wisata yang berada di lokasi hutan semuanya dikelola oleh pemdes. “Sesuai petunjuk Bupati, semua dikelola oleh Pemdes. Hanya Goa Gong yang resmi ke Pemkab Pacitan dan wisata lainnya,” uajrnya ketika ditanya masalah restribusi.
Wisata susur sungai Maron berada di Desa Darsono, Kecamatan Pringkuku. Sedangkan Pantai Ngiroboyo berada di Desa Sendang, Kecamatan Donorojo. Namun jika ingin menikmati dua wsiata sekaligus bisa dilakukan sekaligus.
Sungai Maron bisa disebut Amazonnya Indonesia. Karena keeksotisan dan keindahan panoramanya. Karena airnya berwarna hijau, persis dengan sungai Amazon. Namun jika musim hujan, berwarna coklat pada bagian tengahnya.
Wisatawan bisa menyewa perahu kecil yang muat sampai lima orang penumpang. Menyusuri sungai Maron yang dalamnya mencapai 20 meter. Panjang sungai yang dilewati mencapai 4.5 km untuk mencapai Pantai Ngriboyo.
Panorama hijau tidak bisa dihilan
takan, pembukaan susur sungai Maron juga karena viralnya wisata hutan saat ini. Karena banyak yang ke sungai Maron untuk foto, akhirnya dibuka lah susur sungai Maron yang berujung di Pantai Ngiroboyo.
Sementara, Pantai Ngriboyo, juga berada di tengah hutan. Cuma pada pintu masuk sebelah utara, sudah pemukiman warga. Untuk pintu masuk sebelah barat, pintu masuk bagi wisata yang melalui susur sungai Maron.
Seperti pantai yang berada pada laut Selatan pada umumnya, Pantai Ngriboyo mempunyai ombak yang ganas namun tidak mematikan. Dengan pasir putih yang berbalut hitam. Karena memang sbeelum dibuka sebagai tempat wisata, Pantai Ngriboyo sempat menjadi sengketa.
Karena Pantai Ngriboyo mempunyai tanah yang bisa dibuat biji besi. “ Dulu kan tambang. Ada yang mau menyewa. Tapi warga tidak mau. Nanti
Toko mengatakan, untuk restribusi yakni Rp 5.000 pada hari biasa baik dewasa anak. Sementara hari Sabtu/Minggu anak dikenai biaya Rp 10.000. Sementara untuk susur Sungai Maron, tiket masuk ke wilayah Sungai Maron dikenai biaya Rp 4.000 dan untuk menyewa perahu sebesar
Untuk pantai Ngriboyo wisatawan harus membayar restribusi sebesar Rp 4.000 untuk menikmati pantai dengan pasir putihnya. Pun untuk Pinus Kita, pengunjunjung dikenai biaya Rp 3.000. “Tapi semua masuk ke Desa. Pemkab tidak ada mengambil bagian. Hanya pada Goa saja,” ujar Toko. Toko mengatakan, untuk jumlah pengunjung di 29 destinasi yang terdata yakni 1.500.738 untuk tahun 2016. Dia menjelaskan, setiap tahun memang angka wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri mencapai angka 1.5 juta per tahun.
Sementara Dinas Pariwisata, Olahraga dan Kepemudaan ditarget jumlah pengunjung 3.000.000 pada tahun 2020 nanti. Dengan jumlah PAD lebih daari Rp 10 Milyar setiap tahun. “Tahun ini kita sudah mencapai Rp 9.6 M sendiri. Melebih target PAD dari Bupati, yakni Rp 8.5 M,” ujarnya.
Toko menjelaskan, untuk jumlah pengunjung terbanyak di tahun 2016 yakni Pantai Klayar. Namun biasanya dari tahun ke tahun, lanjut Toko, Goa Gong menjadi primadona. Hanya ta
hun 2016 pengunjungnya sedikit menyusut.
PeraWaTan WisaTa di WiLaYah huTan
Dinas Pariwisata, Olahraga dan Kepemudaan sadar betul akan perawatan untuk destinasi wisata. Toko mengaku, biasanya untuk restribusi tidak sepenuhnya masuk ke Dinas. Namun ada berapa persen yang masuk untuk pembangunan fasilitas serta penjagaan alam serta kebersihan.
Sementara untuk Goa Gong sendiri, memang sudah mendapat rekomendas oleh Geologi segera ditutup. Dia mengatakan, perawatan berupa memberi akses blowe masuk biar tetap pengap dan ada airnya. Pun menggunakan listrik berkekuatan rendah. “ Suhu manusia saja bisa merusak. Karena Tim Geologi sudah meyaranka Goa Gong ditutup untuk umum,” katanya. Dia mengaku, jika ditutup memerlukan waktu 2025 tahun lagi baru dibuka. Goa Gong akan ditutup jika pihak Pemkab Pacitan menemukan
destinasi wisata goa yang seindah Goa Gong. Karena seperti diketahui Goa Gong menjadi salah satu destinasi istimewa se Asia Tenggara.
jangan merusak Pohon
Kawasan Penguasaan Hutan (KPH) LAWU DS, mengaku memang Pinus Kita berada pada wilayahnya. Di Pacitan sendiri ada dua dua destinasi yang mulai dibabat oleh KPH Lawu DS, yakni Pinus Kita dan Hutan Mahoni.
Namun sekarang yang sudah digarap dan muncul embrionya adalah Pinus Kita. Sementara Hutan Mahoni nanti rencanya terletak di pusat kota Pacitan. “Pinus Kita sudah kami survei. Namun belum ada perjanjian kontraknya. Berapa persennya belum ada,” kata Kepala Urusan Komunikasi Perusahaan KPH Lawu DS, Dwi Sulistyo Rini, di ruang kerjanya.
Untuk sistemnya, lanjut dia memang bagi hasil. Namun bukan bagi hasil kepada pemkab Pacitan. Melainkan kepada desa. Karena memang di Pacitan, semua diserahka di desa.
jumLah backlog hunian perumahan di Jawa Timur berdasarkan rekapitulasi data perumahan di 17 kab/kota dari total 38 kab/kota di Jawa Timur tahun 2016 adalah 993.020 rumah, sedangkan berdasarkan perkiraan atau asumsi data dari Susenas BPS tahun 2015, jumlah backlog hunian perumahan pada tahun 2016 adalah sebesar 1.038.000 rumah.
Oleh karena itu Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur melakukan beberapa upaya dalam menekan angka backlog perumahan tersebut. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain meliputi: renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang bekerjasama dengan Kodam V/Brawijaya, Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), bantuan sarana prasarana dan utilitas perumahan (PSU) bekerjasama dengan pengembang perumahan di Jawa Timur serta pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
Hal ini disampaikan Sekretaris Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Provinsi Jatim, Ir. BAJU TRIHAKSORO, MM. yang didampingi Kepala Seksi Pengendalian dan Pengembangan Rumah Susun, Dr. HERRY SINURAT, ST. MMT. SH. MH.
Lis – panggilan akrab—Dwi Sulistyo Retno—mengatakan Pinus Kita berada pada wilayah hutan milik KPH Lawu DS. Berada di atas lahan seluas 2 hektare. Ke depannya akan dibangun dek foto untuk selfie lebih sempurna dibanding yang sekarang.
Pun perkembangan hutan Pinus menjadi wisata, lanjut Lis, akan ada pertanggungjawabannya. Yakni baik pengunjung maupun pengelola ada tulisan tidak boleh merusak. Karena bagaimanapun juga pohon perlu selalu dirawat.
“Nanti akan kami pasang peraturan di beberapa titik untuk tidak merusak pohon. Pembangunan wahana juga dipastikan tidak merusak pohon dan alam. Karena memang ada rencana pembangunan wahana baru,” ujarnya. Sementara berbicara jumlah kunjungan, Lis menolak mengatakan secara gamblang. Dia beralasan sampai saat ini masih dalam tahap uji coba. Menurutnya belum maksimal seperti wisata hutan lainnya seperti Sarangan Magetan.mit/but
kegiaTan renovasi rTLh
Rumah tidak layak huni adalah rumah yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya (Permenpera Nomor 22/PERMEN/ M/2008). Rumah tidak layak huni ini dapat dikatakan sebagai pengejawantahan dari kemiskinan, karena pada umumnya rumah tidak layak huni ini erat kaitannya dengan pemukiman kumuh karena pada dasarnya di daerah inilah kita dapat melihat masyarakat miskin tinggal. Selain itu, menurut salah satu pengamat masalah ini, yang memberikan pemahamannya mengenai rumah tak layak huni, ada tiga kriteria rumah layak huni, antara lain aman terhadap gangguan sosial lingkungan, nyaman (memenuhi aspek kesehatan), dan terjangkau.
Adapun kriteria Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) adalah: Luas rumah RTLH minimal 24 m²,
lantai rumah belum diplester, dinding rumah masih terbuat dari bilik bambu (gedeg/sesek). Tidak memenuhi standard kesehatan karena tidak memiliki jendela dan ventilasi udara. Tanah milik pribadi dan tidak bermasalah, hanya memiliki rumah dan tidak memiliki aset lain di luar rumah sebesar Rp. 500.000, pekerjaan tidak tetap (buruh serabutan)/ penghasilan di bawah UMR/Janda. Pelaksanaan Renovasi Rumah Tidak Layak Huni di Jawa Timur Tahap XIII tahun 2017, pekerjaan fisiknya dilaksanakan melalui kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan KODAM V/ Brawijaya dengan pendampingan dari dinas Perumahan rakyat, kawasan Permukiman dan cipta karya Provinsi jawa Timur
Kondisi existing RTLH dan Tapahan Kemajuan Pelaksanaan: Tanah menjadi Plesteran, dinding sesek dan Papan menjadi tembok bata semipermanen. Atap rangka kayu dan bambu dilakukan perapian dan penggantian kayu yang lapuk. Nama Pemilik Rumah KAtiran, alamat di Desa Gendaran RT.07 RW.09 Dusun Ngantir, Keamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan. kegiatan pendampingan dan renovasi rTLh bersama babinsa setempat dan anggota kodam v brawijaya. Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Jawa Timur berdasarkan hasil realisasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta kegiatan renovasi RTLH yang dilakukan oleh Kodam V/Brawijaya hingga saat ini berkurang dari angka 303.094 unit menjadi 279.877 unit pada tahun 2016, dengan perincian sebagai berikut: Kegiatan pembangunan PSU pada RST di Jawa Timur merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam membantu pengurangan angka backlog perumahan. Kegiatan ini dilaksanakan secara periodik oleh Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur. Hingga tahun 2015 telah terealisasi 194.548 unit rumah yang mendapat bantuan PSU. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
OlEh: WahYu heStiningdiah
koPi bukan hanya menjadi suguhan para orang tua seperti dulu, kini banyak anak muda yang mulai menjadi kopi lover. Terutama bagi kalangan anak muda di kota metropolitan Surabaya.
Berbagai kedai kopi mulai tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Dari menengah ke bawah hingga menengah ke atas. Mereka berlomba menawarkan keunikan jenis seduhan kopi kepada konsumen. Seperti salah satunya kedai kopilot kopi, dengan konsep manual ia menyediakan berbagai jenis kopi tradisional khas Indonesia dengan cara minum dan venue yang unik.
Konsumen bisa memilih langsung jenia kopi yang sudah siap giling sesuai dengan selera. Bahkan ia dapat memilih cara penyajian yang ditawarkan oleh pemiliknya. Dengan pilihan Frecnh Press, V60 dan Pour Over para pecinta kopi bisa menyeduh
kopi ini sembari menikmati deburan ombak dan suara pluit kapal di kawasan Tanjung Perak Surabaya.
“Konsep kita memang beda dengan kedai kopi yang banyak menjamur di Surabaya. Bukan hanya jenisnya, cara menyeduhnya juga beda. Konsumen bisa memilih dengan seduhan rendam, tetes atau siram,” ungkap Rochman Arief, Pemilik kedai kopi yang berada di kawasan wisata Surabaya Nort Quay kepada beritajatim.com
Dua jenis kopi khas dalam negeri pun menjadi pilihan sang pemilik untuk dijual. Bukan karena anti kopi import, namun lebih menyukai jenis rasa khas kopi dari Indonesia. Selain dengan konsep merakyat, ia juga bisa memberikan edukasi kepada konsumen jika minuman kopi itu digiling bukan digunting.
Artinya setiap konsumen yang akan menikmati kopi robusta dan arabika milik kedai, bisa memilih dan me
nyaksikan langsung bagaimana proses pembuatan dan penyeduhan kopi ini secara langsung. “Kita menjual kopi di tempat ini secara fresh. Artinya, setiap pembeli bisa langsung memilih jenis kopi asli lalu cara penggilingannya dan cara penyeduhannya,” imbuh pria dua anak ini.
Berbagai macam kopi khas Indonesia bisa dicicipi ditempat ini, yakni kopi lanang kintamani, Luwak, gayo aceh hingga kopi Dampit Malang. Namun konsumen Surabaya yang menjadi langganannya lebin condong menyukai jenis Kopi Gayo Aceh dan Kopi Dampit Malang.
“Penikmat kopi lover ini cenderung suka kopi arabika jenis Gayo Aceh rasa kecut, asam, pait dan sedikit aroma kakao. Kopokopi itu memiliki daya tarik tersendiri. Kalau jenis robusta, konsumen lebih sering memilih kopi Dampit Malang,” kata Rochman sembari menunjukkan kopi yang dimaksud.
Bagiamana soal harga? Rochman membeberkan bahwa harga yang dibanderol cukup terjangkau. Mulai dari Rp 12 ribu hingga Rp 35 ribu sesuai dengan jenis kopi. Nah, dengan merogoh kocek sebesar itu, para kopi lover berbagai kalangan bisa menikmati sensasi kopi asli tanpa kemasan sambil menikmati pemandangan. Para kopi lover bisa merasakan harumnya kopi di tengah deburan ombak laut.way
OlEh: WahYu heStiningdiah
bEda harga beda kualitas, serta beda pula cara menikmati kopi. Jika sebelumnya kita mengulas tempat nongkrong atau ngopi dengan suasana pinggir laut. Kini di Surabaya juga ada tempat ngopi serasa di gedung bioskop.
Di tempat itu kita bisa menikmati sensasi racikan kopi modern dengan tempat nongkrong yang kekinian. Berkonsep ala biskop dengan tempat suasana yang dingin dan nyaman. Caffe Bioskop yang berada di kawasan Klampis, Surabaya ini lebih menyajikan konsep kopi dengan seduhan modern untuk kalangan yang tidak terlalu menyukai kopi tradisional.
Berbagai pilihan menu kopi modern disediakan dengan pilihan blend coffe atau jolly molly affogato. Namun konsumen yang mayoritas anak muda ini lebih sering memilih butterfly effect. Di mana minuman ini memiliki rasa dan aroma khas alkohol, meski sebenarnya minuman ini tidak ada campuran alkoholnya.
Dengan bahan campuran double sweet milk, choco powder, frappe base, syrup irish cream, ice batu lalu diblend dengan campuran ice cream vanila jadilah minuman favorit konsumen kopi modern.
“Butterfly ini tidak mengandung alkohol. Namun aromanya seperti alkohol. Racikan ini menjadi salah satu menu favorit. Selain unik, rasa dalam minuman racikan kopi in lebih segar,” ungkap Julian, Supervisi bioskop cafe kepada beritajatim.com
Bukan hanya menyajikan kopi modern dengan bahan campuran susu, cream dan tambahan ice cream, di tempat ini juga menyediakan kopi tradisional namun tak sebanyak menu kopi modern. Semacam coffe late, mocachino, capucino atau kopi blend yang lain.
Kopi Gayo Aceh dan Kintamani menjadi pilihan cafe berkonsep movie. Dengan harga Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu, konsumen yang hobi nongkrong di tempat kekinian bisa ngobrol dan selfi bareng sahabat, tentunya sembari menikmati kesegaran kopi blend.way
KOPI kini sudah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, selain untuk merelaksasi pikiran, juga menghilangkan galau. Sensasi kopi ini memang bisa menjadi semangat sebelum melakukan aktivitas.
Seperti gadis asli Mojokerto ini, Selvy Prisca. Dalam satu minggu ia bisa menikmati tiga hingga empat kali kopi. Namun yang ia sukai bukan jenis kopi tradisional dengan rasa asam, pahit dan manis.
Ia lebih menyukai jenis kopi modern, di kedai kopi yang cukup disinggahi kaum sosialita atau pengusaha. Capucino atau moccachino menjadi minuman favoritnya, karena memiliki rasa yang unik serta memiliki sensasi rasa yang berbeda.
“Saya suka kopi, tapi bukan kopi tradisonal melainkan kopi modern
yang sudah dicampur dengan cremer atau susu. Karena perpaduan ini memilik sensasi rasa yang beda dan tidak terlalu berat,” kata Selvy Priska. Lebih lanjut, gadis berparas oriental ini mengaku lebih suka nongkrong di kedai kopi modern dibandingkan dengan kedai kopi tradisional yang lebih condong menu kopinya berat. Karena dikedai kopi modern lebih banyak varian kopi blend yang cocok dengan seleranya.
“Karena kedai kopi modern ini lebih cocok dengan selera saya, jadi saya lebih nyaman dan suka jika nongkrong di tempat lebih kekinian,” ujarnya.
Kini untuk Anda kopilovers, tentukan pilihan Anda untuk menikmati tempat nongkrong. Bisa memilih yang lebih merakyat dengan harga terjangkau atau memilih tempat nongkrong lebih modern dengan hawa dingin AC dan iringan band acustik dan berkonsep disetiap sudut ruangannya. way
mencari secangkir kopi dengan harga lebih murah.
SEcangkiR kopi tetaplah secangkir kopi di mana saja. Namun kapitalisme yang menerbitkan budaya pop membuatnya berbeda. Hari ini, secangkir kopi menunjukkan bagaimana kapitalisme bekerja memanfaatkan waktu luang kelas menengah untuk bersantai. Kafe maupun kedaikedai kopi di sejumlah tempat di dunia, memilih lokasi sibuk dan padat, di mana orang membutuhkan sedikit waktu untuk rehat.
Sekitar sepuluh meter dari pintu keluar stasiun metro Dupont Circle di Washington, Amerika Serikat, ada sebuah kedai kopi bernama Cosi. Di Waterloo Station, kedai kopi AMT menjadi tempat bersantai di tengah jam sibuk. Harga secangkir kopi memang pada akhirnya menjadi lebih mahal. Namun orangorang yang memiliki uang berlebih namun kecapekan tentu tak keberatan merogoh kantong lebih dalam.
Tim Harford, penulis buku The Undercover Economist, menyebut lokasi menjadi penting dalam konteks ini. Dalam kondisi lelah dan butuh rehat, tak semua orang mau mencari lokasi lain yang mungkin lebih jauh hanya untuk
Dan ketika minum kopi bertemu dengan budaya pop yang merupakan bagian lain dari kapitalisme, maka terbitlah gaya hidup. Dalam gaya hidup, orang tak lagi ngomong menyeruput kopi sebagai rutinitas di pagi hari, sebagaimana yang saya lakukan selama kuliah tiap pagi di warung Pak Thoyib. Ia bukan lagi sekadar bicara soal cita rasa, tapi juga suasana. Gengsi.
Kapitalisme berhasil mengeksploitasi gengsi melalui strategi yang disebut Harford sebagai selfincrimination: perasaan merasa bersalah. Costa Coffee maupun Starbucks menggunakan strategi ini ketika “menggiring sebagian pelanggan untuk mengaku bahwa mereka tak terlalu peduli soal harga”.
Lantas di manakah posisi petani dalam budaya pop dan kapitalisme? Dalam sistim pasar yang sempurna, idealnya, kenaikan maupun turunnya harga kopi di pasaran dunia juga akan dirasakan petani. Iklim yang buruk akan memicu peningkatan permintaan kopi tanpa ketersediaan yang cukup. Harga naik. Namun di negara dengan informasi pasar yang hanya dikuasai perusahaan milik pemerintah, petani hanya pembudidaya, dan kenaikan harga hanya dinikmati pemerintah.
Di Barat, kemiskinan petani kopi kembali mendapat tempat untuk dieksploitasi sebagai metode penjualan. Costa Coffee menawarkan kopi ‘fair trade’ yang dibuat dari cafedirect. Cafedirect, sebagaimana asosiasiasosiasi kopi ‘fair trade’, berjanji memberikan harga bagus kepada petanipetani kopi di negara miskin.
“Selama be
berapa tahun, pelanggan yang ingin membantu para petani di dunia ketiga diminta membayar 10 penny lebih banyak untuk setiap cangkir kopi yang mereka minum. Mereka barangkali percaya bahwa 10 penny itu akan sampai ke tangan petani. Dalam kenyataan, bukti menunjukkan bahwa sumbangan Anda hampir sebagian besar mengalir ke Costa,” tulis Harford. Di Indonesia? Saya kok ragu, para buruh tani yang bekerja di perkebunanperkebunan kopi milik swasta maupun negara pernah mengincipi kopi luwak yang harganya mungkin melebihi pendapatan mereka dalam sehari. Saya juga hakkul ragu para petani itu pernah nongkrong di kafekafe di pusat kota, setelah antre menerima upah di tengah kebun. Mungkin ada baiknya kita menengok tepi hutan Baban Silosanen, Jember, di sebuah desa bernama Mulyorejo. Desa ini terletak di Kecamatan Silo, dan meliputi lima dusun: Baban Timur, Baban Barat, Baban Tengah, Batu Ampar, dan Silosanen. Sebanyak 5.106 keluarga di desa tersebut tinggal di tepi, bahkan di dalam hutan.
Jalan menuju ke sana tak beraspal. Jika musim kemarau, laju sepeda motor dan kendaraan roda empat menerbangkan debu ke manamana, menempel ke pakaian. Baju warna putih bisa berubah agak kecoklatan. Saat musim hujan, jalanan berubah menjadi lumpur. Warga terpaksa membelitkan rantai ke roda sepeda motor mereka, agar tak mudah tergelincir saat melewati jalanan. Warga setempat punya humor kecil untuk jalanan desa mereka: ini jalan cinta. Disebut jalan cinta, karena itu tadi: debu menempel ke baju saat kemarau, dan lumpur lengket ke pakaian saat hujan. Lengket seperti orang jatuh cinta. Desember 2007, saya bersama Komandan Distrik Militer 0824 Letnan Kolonel Infantri Mulyoaji mengunjungi hutan Baban. Kami merasakan sendiri sulitnya medan jalanan di sana. Mulyoaji sempat terjatuh dari sepeda motor trail yang ditungganginya, saat
ngopi
melewati jalan yang sulit. Ia terpaksa memakai kayu penyangga untuk berjalan beberapa bulan. Tulang kakinya retak. Sebagian besar warga di sana hidup dari budidaya tanaman kopi. Mereka menyulap hutan menjadi kebun kopi. “Ikut fatwa Gus Dur: hutan milik rakyat,” kata Kepala Desa Mulyorejo Asiruddin, tersenyum.
Tahun 1998, saat reformasi bergulir, Indonesia memang berada dalam situasi tanpa tatanan. Chaos. Warga yang selama puluhan tahun ditekan dengan kekuatan militer, melampiaskan amarah dan rasa takut selama ini dengan menduduki lahan perkebunan dan hutan yang semula dikuasai negara.
yar pajak untuk penggunaannya. Satu hektare lahan bisa menghasilkan 1 1,5 ton biji kopi. Kisaran harga penjualan kopi sekitar Rp 1720 ribu per kilogram di tingkat tengkulak. Mereka merasa cukup makmur menjalani hidup dengan harga kopi sebesar itu.
Saya tidak tahu bagaimana kemakmuran didefinisikan oleh mereka. Bagi saya, orang kota, dan juga para petugas Badan Pusat Statistik, sebagian besar warga Mulyorejo masuk kategori miskin.
Rumah mereka terbuat dari bambu. Sebagian ada yang memakai batu bata, memang. Namun di bagian lain dinding rumah tetap terbuat dari anyaman bambu. Sebagian besar rumah warga juga
Pendudukan lahan hutan memun
culkan benturan dengan aparat Perhutani. Ini sebetulnya melanjutkan cerita lama. Tahun 1970an, Perhutani dan masyarakat sekitar hutan pernah bersepakat: warga dipersilakan menanam kopi, namun Perhutani mendapat bagian dari hasil penjualan. Kesepakatan itu buyar, setelah perusahaan perkebunan memprotes Perhutani, yang dianggap melakukan usaha di luar tugas dan fungsi institusi itu.
Selanjutnya, aparat Perhutani mulai membabati kopi milik rakyat. Perlawanan meletus. Warga tidak bisa menerima penjelasan apapun dari Perhutani.
Kini, warga masih mengusahakan kopi di hutan dan tepian hutan Baban Silosanen. Tanah seluas 1.174 hektare sudah disertifikasi dan menjadi milik warga.
Tinggal 6.300 hektare lahan masih belum disertifikasi, namun warga memba
pok kelas menengah mengeluarkan duit per kapita per hari 220 dollar Amerika Serikat, atau sekitar Rp 19 180 ribu per hari. Jadi jelas, para warga di tepi hutan itu bukan bagian dari kelas menengah versi Bank Dunia. “Rp 15 ribu cukup untuk di desa,” kata Asiruddin.
Asiruddin boleh jadi benar, jika hanya menghitung elemen pangan sebagai kebutuhan hidup. Namun, kehidupan tak hanya urusan makanan seadanya, tapi juga kelayakan. Departemen Sosial memberikan batasan garis kemiskinan pada sejumlah rupiah untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2.100 kilo per kalori per orang setiap hari, dan kebutuhan di luar pangan seperti rumah, pendidikan, kesehatan, pendidikan, dan lainlain.
Pencapaian pendidikan jelas membutuhkan biaya tak sedikit. Infrastruktur sekolah di Mulyorejo hanya memenuhi kebutuhan pendidikan sembilan tahun.
M. Ilyas, salah satu warga Mulyorejo mengatakan, mereka lebih suka menggunakan uang penjualan kopi untuk mendaftarkan haji bersamasama. Sekitar 70 persen warga Dusun Baban Barat sudah berhaji.
Warga agak enggan menggunakan uang hasil penjualan kopi untuk memperbaiki rumah. “Biaya bahan material bangunan bisa tiga kali lipat harganya,” kata Ilyas. Ini dikarenakan jauhnya jarak pemukiman warga dengan pusat kota kecamatan. Maka, tak heran jika kemudian, menurut Asiruddin, sekitar 70 persen rumah warga masih terbuat dari bambu dan berlantai tanah liat.
tidak teraliri listrik. PLN masih memiliki arti Perusahaan Listrik Negara, dan belum berubah menjadi Perusahaan Listrik Nekat yang mau membangun instalasi jaringan di sana dengan ongkos besar.
Pemerintah Kabupaten Jember hanya mampu memberikan bantuan pembangkit listrik tenaga surya untuk kurang lebih 200 rumah. Sekitar 30 persen warga patungan menggunakan generator. Namun sebagian lainnya menerangi malam dengan lampu teplok alias ublik. Ini yang repot. Minyak tanah sulit didapat. Sekalipun ada, harganya mencapai Rp 15 ribu per liter. Mereka akhirnya berinovasi dengan menggunakan aki sebagai pemicu tenaga listrik. Tentu saja, lampu tak sangat benderang di sana.
Ratarata pengeluaran mereka per hari untuk membiayai kebutuhan hidup paling banter sekitar Rp 15 ribu, bahkan kurang. Bank Dunia menyatakan, kelom
Robert Kennedy. Kennedy memang tidak mengkritik statistik kemiskinan. Namun ia mengkritik angkaangka produk domestik bruto yang menjadi parameter tingkat kesejahteraan sebuah negara: “PDB mengukur segala hal kecuali halhal yang membuat hidup kita berarti...”
Memasukkan elemen kebahagiaan dalam urusan statistik kemiskinan tentu bukan urusan gampang. Penulis buku tentang kebahagiaan, Carol Graham menyatakan, konsep kebahagiaan lebih rumit ketimbang pendapatan. Ipsos, Sebuah perusahaan riset global menyatakan, ‘51 persen orang Indonesia mengaku sangat bahagia’. Di sisi lain, J.B. Soedarmanta menulis, jika biaya hidup dua dollar AS per hari versi Bank Dunia dijadikan standar, maka orang miskin mencapai 52 persen dari populasi penduduk Indonesia.
Pertanyaan besar filosofisnya: apakah petani kopi di Baban termasuk dalam irisan himpunan ‘mereka yang sangat bahagia’ namun ‘miskin’? Bagaimana bisa seseorang yang miskin di saat yang sama begitu berbahagia? Bukankah da
lam konsep Marxian, kemiskinan adalah tanda adanya alienasi atau keterasingan dari alatalat produksi?
Ada paradoks memang, membandingkan kebahagiaan dengan standar kemiskinan. Namun sesungguhnya paradoksal ini menjadi sinyal, bahwa negara tak bisa menjadikan indeks kebahagiaan sebagai pembenar untuk melakukan pembiaran terhadap kemiskinan di Baban. Kebijakan fiskal negara tetap dibutuhkan, mengingat Pemerintah Provinsi Jawa Timur sendiri pernah melansir: sebagian besar warga miskin tinggal di daerah tepi hutan dan perkebunan. Asiruddin mengatakan, warga membutuhkan perbaikan akses infrastruktur jalan. “Mobil kalau mengangkut material batu bata untuk membangun rumah lewat jalan desa, bisabisa separuh batu bata yang diangkut pecah,” katanya. Namun, dalam pandangan pengamat ekonomi pertanian H.S. Dillon, pembangunan infrastruktur tidak cukup, tanpa dibarengi penguatan kegiatan ekonomi masyarakat. Tanpa itu pembangunan infrastruktur hanya dijadikan alat oleh
pemodal yang kuat untuk memperoleh manfaat maksimal.
Penguatan kelembagaan ekonomi bagi warga tepi hutan adalah dengan tidak membiarkan mereka bertarung sendirian mengikuti kaidah ‘tangan tak kasat mata’ Adam Smith. Pasar bebas tak selamanya ramah.
Pemerintah Kabupaten Bondowoso memberikan contoh bagaimana sebuah intervensi kebijakan dilakukan. Di sana, pemerintah setempat menggandeng lembaga lain seperti Bank Indonesia, Bank Jatim, dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia untuk mendongkrak kualitas petani. Hasilnya: kopi 30 kelompok tani di Bondowoso sudah bisa diekspor dan dijual ke eksportir dengan harga Rp 38 ribu per kilogram.
Jika kekuatan kelembagaan ekonomi warga di tepi hutan sudah terbangun, tentu saja kesejahteraan tak hanya hadir dalam asumsi kebahagiaan atau kebanggaan saja. Kemakmuran pada akhirnya datang seiring pertumbuhan pendapatan ekonomi dan kemampuan pembiayaan hidup yang berkualitas. wir
Ini bukan mendramatisasi lirik lagu kelompok musik rock God Bless: ‘Hanya bilik bambu tempat tinggal; kita, tanpa hiasan tanpa lukisan...beralaskan tanah. Namun semua ini milik kita’. Kondisi itu memang sudah cukup membuat mereka bahagia. Pembukaan lahan kopi di hutan berarti perbaikan perekonomian. “Masyarakat di sana tidak bingung mencari makan dan tak perlu jadi urban di kota,” kata Asiruddin.
Tentu saja, pada akhirnya, statistik silap membaca ini. Angkaangka pendapatan dan pengeluaran keluarga untuk melakukan kategorisasi miskin dan kaya tak bisa menjelaskan banyak hal, termasuk bagaimana orang begitu bangga dengan gelar haji tanpa menghiraukan keterbatasan ekonomi.
Sedikit banyak kesilapan angkaangka parameter dalam makro ekonomi, pernah dikritik Senator Amerika Serikat
beritajatim
OlEh: oRYza a. WiRaWan
koPi jenis Arabika bagaikan terkena kutukan di Indonesia. Hari ini, kita mengenal kopi jenis ini hanya bisa dibudidayakan di daerah dataran tinggi. Sejumlah kopi khusus (specialty) arabika yang diminati pasar dunia dibudidayakan di ketinggian di atas seribu meter di atas permukaan laut. Berkebalikan dengan kopi jenis robusta yang ditanam di dataran rendah.
Namun, sejatinya, sejarah menunjukkan, kopi jenis arabika justru pertama kali ditanam oleh pemerintah kolonial Belanda di dataran rendah, yakni di Kebun Kedawung Batavia, Jakarta. Bibit kopi jenis ini dibawa oleh Henricus Swaardecroon, komisaris VOC, sebuah kamar dagang Belanda, di Malabar, Srilangka.
Saat itu, kopi arabika dibudidayakan di sejumlah titik perkebunan di Jakarta, yakni Bidaracina, Jatinegara, Palmerah, dan Kampung Melayu. Sementara di Jawa Barat, kopi ini dibudidayakan di Sukabumi dan Sudimara.
Kopi menjadi salah satu komoditas unggulan pemerintah dan pedagang Belanda saat itu, Tahun 1711, VOC mengekspor kopi pertama kali ke Amsterdam, Belanda, dengan harga 6,47 gulden per kilogram. Kopi yang dikirim ke sana adalah produksi Bogor (Buitenzorg), Bandung (Preanger), Cirebon (Cheribon), Kadoe (Kedu), Semarang, dan Malang.
Berikutnya, VOC memonopoli perdagangan kopi Indonesia pada 1725. Tahun 1793, perkebunan di Batavia mampu mengekspor 86 ribu pikul biji kopi. Jumlah yang sangat menggiurkan saat itu, sehingga Belanda meresmikan Kebun Raya Bogor untuk mengembangkan kopi di seluruh nusantara. Sistem kapitalisme berwajah merkantilisme yang dianut
negaranegara Eropa saat itu menjadikan negaranegara nonbarat sebagai sumber bahan mentah sekaligus pasar.
Sistem kapitalisme ini dikritik keras oleh Soekarno. Dalam buku biografi yang ditulis wartawan Cindy Adams, ‘Soekarno Penyambung Lidah Rakyat’, ia menyebut kapitalisme ‘tumbuh hingga mengenyangkan lapangan eksploitasi dalam masyarakat mereka sendiri’.
“Barangbarang yang sebelumnya diimpor dari Timur, sekarang sudah diekspor ke Timur; jadi Timur menjadi pasarpasar tambahan untuk barangbarang berlebih. Daerah Timur menjadi suatu pasar untuk modal berlebih yang tidak lagi bisa memperoleh jalan keluar. Liberalisme dalam ekonomi lalu membawa Liberalisme dalam politik. Untuk men
jaan Belanda. Kas kerajaan jebol, karena harus membiayai peperangan di negaranegara jajahan. Maka, pada 18301877, Gubernur Johannes Graaf van den Bosch menerapkan sistem tanam paksa sejumlah komoditas tanaman, terutama kopi.
Tanam paksa, menurut sejarawan ekonomi R.E. Elson, bertujuan meningkatkan secara pokok kapasitas produksi pertanian orangorang Jawa demi keuntungan perbendaharaan Kerajaan Belanda. “Di bawah sistem tanam paksa itu kaum tani diharuskan bekerja 4 atau 5 kali lebih lama dari jam kerja yang dituntut pada masa sebelum 1830,” tulisnya dalam artikel berjudul ‘Kemiskinan dan Kemakmuran Kaum Petani pada Masa Sistem Tanam Paksa di Pulau Jawa’.
gendalikan ekonomi dari negara lain, terlebih dulu negara itu harus ditaklukkan. Pedagangpedagang menjadi penakluk; bangsabangsa AsiaAfrika dijajah,” kata Soekarno.
Soekarno benar. Titik balik terjadi saat krisis ekonomi menerjang Kera
Sistem ini menyulitkan petani, karena diwajibkan membuka hutan dan membuat lahan perkebunan, menanam bibit dan merawatnya sampai berbuah, memetik bijibijinya, lalu menjemurnya dan mengupasnya. “Setelah selesai tugas ini mereka diwajibkan menyerahkan hasil panen itu ke salah satu dari sejumlah gudang kopi pemerintah yang dibangun di daerah pedalaman,” tambah Elson.
Budidaya kopi paling berhasil di lahan yang disebut ‘woeste gronden’ (tanah gurun) di Jawa Barat (Priangan), Jawa Tengah bagian selatan (Kedu) dan daerah ujung timur pulau Jawa (Pasuruan dan Besuki). Tahun 1840, petani Jawa menghasilkan lebih dari satu juta karung kopi. Penjualan kopi ini berhasil menutup hutang kerajaan sebesar 12 juta gulden.
Namun kejayaan tak bertahan lama. Tahun 1875, kopi arabika di dataran rendah terserang hama karat daun (Hamileia vastatrix). “Mungkin kuwalat karena sistem tanam paksa ini,”
beritajatim
kata Yusianto, peneliti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, dalam seminar mengenai prospek kopi arabika di Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang diselenggarakan di kampus Fakultas Pertanian Universitas Jember, Sabtu (18/5/2013).
Hanya kopi arabika di dataran tinggi yang selamat dari karat daun. Maka tahun 1900, Belanda mengimpor kopi robusta dan mulai membudidayakan komoditas jenis ini secara masal di dataran rendah. Hingga saat ini, kopi robusta menguasai Indonesia. “Produksi robusta kita hampir 600 ribu ton, kadang turun sebanyak 100 ribu ton,” kata Yusianto. Sementara itu, kopi jenis arabika hanya ditanam di 70 ribu hektare lahan. Namun, menurut Yusianto, ada tren peningkatan yang semula hanya 10 persen dari total produksi kopi Indonesia, kini menjadi 15 persen. “Kami harapkan nantinya arabika bisa mencapai 30 persen produksi kopi Indonesia dalam waktu 10 tahun ke depan. Tapi tentu saja semua tergantung petani sendiri,” kata Yusianto.
Dari sisi harga, sebenarnya kopi arabika lebih menguntungkan daripada robusta. Harga jual kopi robusta hanya separuh atau sepertiga harga jual kopi arabika. Namun persoalannya, petani masih kesulitan ‘mengulang sejarah’, yakni mengembangkan kopi arabika di dataran rendah. Ada anggapan, bahwasanya cita rasa kopi terpengatuh pada ketinggian dataran tempat budidaya. “Padahal cita rasa tidak ada hubungan dengan dataran,” kata Yusianto.
Cita rasa kopi lebih dominan dipengaruhi jenis, klon, varietas tanaman, dan kesehatan tanaman dibandingkan pengaruh iklim, tanah, daerah asal, dan ketinggian. Faktanya, di Hawaii ada kopi arabika yang dikembangkan di dataran rendah dan mendapat predikat kopi khusus (specialty), yakni Kona Coffee. Kopi Arabika Gayo dibudidayakan di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut, dan pernah menjadi juara ketiga kontes kopi ‘specialty’ Indonesia.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao In
donesia meneliti pengembangan kopi arabika pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Proses transformasi dari robusta ke arabika bisa dilakukan dengan cara ‘sambung pucuk’. Setelah pertumbuhan tanaman kopi arabika semakin bagus, maka secara bertahap jumlah tanaman kopi robusta akan dikurangi.
Arabika yang tumbuh di dataran
rendah hendaknya tidak diberi imej kopi khusus (specialty) Java Coffee. Menurut Yusianto, perlu ada imej dan citra baru sebagai ‘specialty coffee’. ‘Specialty’ di sini, menurut International Trade Centre UNCTAD/WTO (2005), merujuk pada biji kopi yang dijual khusus, dan minuman kopi yang dijual pada kedai kopi khusus. Ini meliputi kopi berkualitas tinggi, baik ‘single origin’ maupun blend, kopo yang bercitarasa spesial, kopi dengan latar belakang ‘tidak umum’, atau kopi dengan riwayat khusus atau aneh.
Istilah ‘specialty coffee’ ini jamak digunakan di Amerika Serikat. “Ini digunakan untuk menjelaskan produk olahan kopi yang dijual di kedaikedai kopi bergengsi, dengan maksud membedakan dari produkproduk kopi umum yang dijual di supermarket atau tokotoko pengecer lainnya. Kata ‘gourmet’ juga digunakan, tapi ‘gourmet’ sekarang digunakan pada banyak produk, sehingga kehilangan kekhasannya pada kopi,” papar Yusianto.
Di Jember, budidaya kopi rakyat
dikembangkan oleh petani desa hutan. Dari 50 lembaga masyarakat desa hutan (LMDH), 32 lembaga menggarap kopi. Sebanyak 18 LMDH tersebar di lereng pegunungan Argopuro dan 14 LMDH di wilayah Perhutani di Sempolan, Sumberjambe, Ambulu, dan Mayang.
Ketua Asosiasi LMDH Jember Imam Buchori mengatakan, ratarata satu LMDH bisa menghasilkan 200 ton biji kopi. Diperkirakan ada 32 ribu hektare tanaman kopi di kawasan hutan, namun informasi Perhutani, hanya sembilan ribu hektare yang produktif.
Sebagian besar adalah penggarap kopi jenis robusta. “Dari 30 ribu hektare kopi yang ditanam di kawasan hutan produksi dan lindung di Jember, hanya 500 hektare yang kopi arabika. Terbanyak di kawasan Kecamatan Panti,” kata Imam. Padahal potensi pengembangan kopi arabika di Jember cukup terbuka. Lereng pegunungan Argopuro memiliki ketinggian 500 1.200 meter dari permukaan laut. Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memberikan bantuan 500 ribu bibit untuk rintisan kopi arabika seluas dua ribu hektare.
Eksportir PT Indokom Citra Persada menyediakan kepastian pasar bagi kopi arabika olahan basah yang berkualitas. Tahun 2012 lalu penjualan kopi olah basah menghasilkan perputaran uang Rp 10 miliar.
Potensi tersebut akan tersiasiakan, jika sejumlah kendala tak segera diatasi. Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia Jember Misbachul Khoiri Ali mengatakan, budaya memetik buah kopi yang benarbenar masak atau berwarna merah masih kurang. Sumber daya manusia petani minim, dan ratarata tidak memiliki unit pengolahan hasil (UPH). Jadi mereka menjual biji kopi dalam bentuk ‘asalan’ atau sebagaimana aslinya saat dipetik, tanpa memperhatikan kualitas.
Kendala lain yang mengganggu adalah masih adanya ketergantungan terhadap tengkulak dengan sistem rajutan (ijon). Jan T.M. van Laanen, peneliti asal Belanda dalam artikel ‘Di
Antara De Javasche Bank dan Ceticeti Cina: Perbankan dan Kredit di Indonesia pada Zaman Kolonial’, menyebut, sistem ijon dalam dunia pertanian di Indonesia sebagai kelaziman yang berkaitan erat dengan jiwa gotong royong, di mana anggota masyarakat saling memberikan kredit, atau disebut “kredit bumiputera.”
Van Laanen mengatakan, “suatu sumber kredit yang penting bagi petani kecil, adalah yang diberikan para pedagang yang memborong hasilhasil tani mereka untuk diekspor atau dijual kembali di dalam negeri. Dengan pembayaran uang muka, para pedagang itu mendapatkan hasil bumi tersebut dengan harga yang lebih murah. Apa yang disebut sebagai sistem ijon (pembelian sebelum panen) adalah biasa.”
Sistem ijon ini bertahan di kalangan petani kopi rakyat karena desakan kebutuhan finansial dan sulitnya akses permodalan. Petani bisa meminjam uang dari tengkulak 34 bulan sebelum panen, untuk memenuhi kebutuhan
PeLaYanan publik prima di Kabupaten Sidoarjo yang mendapat perhargaan dari pemerintan pusat, mendapat apresiasi dari pemerintahan daerah dari luar kota Sidoarjo. Bahkan kali kesekian, sistem pelayanan kepada masyarakat berbasis IT yang terus didukung oleh DPRD Kab. Sidoarjo itu yang dijadikan percontohan oleh pemerintah daerah lainnya.
Seperti halnya yang disampaikan oleh rombongan Komisi A DPRD Kabupaten Kendal Jawa Tengah yang melakukan kunjungan kerja di DPRD Sidoarjo. Rombongan wakil rakyat Kabupaten Kendal itu Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Kendal
Jawa Tengah Sholikhin, mengatakan, tujuan kunjungan kerja ke DPRD Sidoarjo ini untuk mengasah ilmu dan menggali informasi yang menjadi tuntutan
seharihari dan ongkos operasional tanaman. Tentu saja, kompensasi harga jual kopi kepada tengkulak tidak setara atau di bawah harga di pasaran.
Misbachul meminta agar petani optimistis. Ia memulai pengolahan kopi arabika dengan memperhatikan mutu (olah basah) dengan tertatih. “Kelompok saya belum mapan, permodalan belum kuat, kesadaran petani untuk memetik (buah) kopi yang betulbetul merah belum muncul, dan mesin pengolahan belum ada,” katanya.
Misbachul memaksa berjalan dengan daya upaya sendiri. Akhirnya kegigihannya bisa meyakinkan perbankan. Ia bisa memperoleh pinjaman dari Bank Syariah Mandiri sebesar Rp 1 miliar. Bank Jatim juga siap mememberikan pinjaman.
Namun mengharapkan dari ikhtiar murni petani kopi sendiri tentu sulit. Tak semua petani memiliki stamina dan keuletan seperti Misbachul. Maka, petani tak bisa dibiarkan sendirian dan perlu mendapat dorongan dari pemerin
tah dan perbankan. Kabupaten Bondowoso, tetangga Jember, bisa dijadikan teladan sinergi pemerintah, perbankan, investor, dan petani sendiri.
Melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI), kelompok tani, Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Perhutani, Bank Jatim, eksportir, dan Bank Indonesia mengembangkan aspek budidaya kopi arabika di kawasan hutan, dari hulu hingga hilir dan aspek permodalan.
Hasilnya cukup bagus. Tahun 2011, para petani itu berhasil mengekspor 18 ton kopi arabika dengan nilai 80,47 ribu dolar Amerika Serikat atau satu kontainer ke Swiss. Terakhir, ekspor sudah mencapai 234 ton kopi ose (kering) dengan nilai 1,29 juta dolar AS, dengan tujuan masih ke Swiss. Amerika Serikat dan Australia menjadi negara tujuan ekspor berikutnya.
Sedikit demi sedikit, kutukan ‘dosa tanam paksa’ terhadap kopi arabika agaknya bakal segera berakhir.wir
undang undang dan masyarakat Kendal. Tuntutan yang di maksudkan, kata Sholikhin, terkait pelayanan publik prima di tingkat kecamatan hingga kelurahan. “Kami ingin meniru apa yang sudah diterapkan di Kabupaten Sidoarjo,”
DPRD Sidoarjo Taufiqulbar yang didampingi Wakil Ketua H. Matali dan H. Kusman menyatakan, sistem pelayanan publik yang disuguhkan kepada masyarakat, sudah seharusnya tidak memberatkan masyarakat. “Dengan sistem kecanggihan IT saat ini, pelayanan publik juga diselaraskan,”
Anggota Fraksi Golkar Bintang Persatuan itu mengaku akan terus mendorong peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Sidoarjo. “Pelayanan yang terbaik harus selalu di kedepankan,” papar politisi Partai Bulan Bintang itu. Selain rombongan anggota
DPRD Kabupaten Kendal Jawa Tengah, DPRD Kabupaten Sidoarjo mendapat kunjungan anggota Komisi B DPRD Kabupaten Lampung Tengah, yang membahas masalah pendapatan daerah dan lain sebagainya.isa/adv
SEkiTaR awal Oktober 2016 lalu, seorang teman sekaligus narasumber mengatakan kepada saya, “Sudah, Persebaya deal dengan Jawa Pos. Sahamnya 70 persen yang dibeli”.
Mendengar kabar itu, saya tidak kaget. Cuma yang mengganggu, bagaimana tingkat eksklusifitas media lain terkait pemberitaan Persebaya?
Pasti terbatas. Apalagi, susunan manajemen Persebaya yang baru, hampir 90 persen adalah orang Jawa Pos.
Lalu, bagaimana pula asas kemerdekaan pers (seperti terdapat pada Pasal 2 UU Pers No.40/1999)?
Apakah masih diemban secara murni oleh Jawa Pos nantinya?
Misalnya saja, klub berjuluk ‘Bajul Ijo’ itu tengah mengalami rentetan kekalahan; andaikata dilanda konflik internal; bila di suatu kesempatan diputuskan bersalah oleh Komisi Disiplin PSSI karena melanggar aturan, dan upaya banding ditolak oleh Komisi Banding; seandainya ada permasalahan berkaitan dengan kontrak yang tidak jelas atau gaji yang tersendat? Bagaimana sikap Jawa Pos?
Sebab secara normatif, perusahaan pers harus bersikap netral, independen, cover both side dalam liputan, dan tidak berpihak. Inilah dua sisi yang mungkin bakal berbenturan. Tapi bagi saja, apapun yang dilakukan Jawa Pos, sahsah saja.
Terlebih bicara soal bisnis, bersatunya Jawa Pos dengan Persebaya, cukup menggiur kan karena samasama dianggap bisa saling mengun tungkan.
Dengan memiliki back up media yang kuat, ‘value’ Persebaya sebagai klub akan meningkat. Sementara bagi Jawa Pos dan jejar ingnya, Persebaya akan menjadi ‘konten’ berwujud tim sepakbola beserta penggemar dan industrinya.
Strategi mengakuisisi konten olah raga sebenarnya bukan hal baru bagi Jawa Pos. Jauhjauh hari, Jawa Pos per nah menjadi media di belakang Mitra Surabaya, bahkan juga Persebaya di masa lalu. Sepakbola bahkan sangat identik dengan Jawa Pos itu sendiri. Lalu belakangan, Jawa Pos melahirkan Deteksi Basket League yang kini menjadi Develop ment Basket ball League (DBL). Bahkan, Jawa
OlEh: kunto
Pos sempat menjadi operator Indonesia Basket League (IBL).
Persebaya sebagai konten, ibarat artis dengan begitu banyak penggemar. Dan mediamedia Jawa Pos, akan menjadi ‘bioskop’ untuk menonton aksi panggung mereka yang sangat lengkap dan menyenangkan. Jurus ini bisa menjadikan Jawa Pos tetap eksis di era media digital. Di luar negeri, ikatan antara perusahaan pers dengan klub olahraga alias Pro, juga banyak terjadi (baik itu secara resmi mau pun tidak). Misalnya di Italia, Tuttosport yang pro dengan Juventus; Mundo Deportivo dengan Barcelona atau Marca dan Harian As (Spanyol) yang cenderung memihak Real Madrid. Bahkan seorang jurnalis harian As, yakni Tomas GomezDiaz Ron
cero atau Tomas Roncero, secara terbuka mengaku jika dirinya adalah pendukung Real Madrid. Dan bagi saya, tidak masalah seorang jurnalis membeberkan pengakuan ‘ideologi sepakbola’nya.
Di beritajatim.compun demikian. Rekan saya, seorang jurnalis untuk wilayah Jember, yakni Oryza A. Wirawan, pun demikian. Selain fans berat Liverpool, dia juga secara terbuka mengaku bahwa dirinya adalah Bonek alias pendukung Persebaya. Toh, saya yakin, sebagian rekan jurnalis lain pasti memiliki ideologi sepakbola ‘kedaerahan’ yang sama (baca pendukung klub di daerah masingmasing). Yang penting, selama bisa menempatkan posisi dan keberpihakan ketika harus menulis opini, semuanya masih lumrah.
Oleh sebab itu, ketika Jawa Pos menjadi sangat pro dengan Green Force, maka kita perlu memaklumi sebagai keniscayaan. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, tetap independen dan tetap netral, maka itu adalah hal yang luar biasa dan patut mendapat apresiasi.
Yang jelas, dengan rekam jejak pengelolaan yang profesional, Persebaya di bawah kepemilikan manajemen PT.Jawa Pos Sportainment (PT. PJS), Bajul Ijo bisa menjadi lebih baik. Baik dari sisi manajemen pengelolaan klub maupun lebih moncer dalam prestasi.
jangan cederai Perjuangan emPaT Tahun
Kembalinya Persebaya, tidak terlepas dari peran Bonek yang sangat
sentral. Selama 4 tahun, mereka ikut berjuang agar Persebaya kembali diakui PSSI sebagai anggota yang sah dan berhak mengikuti kompetisi resmi.
Hanya saja, image negatif Bonek masih melekat di sebagian besar masyarakat Indonesia. Tapi bagi saya, dengan kembalinya Persebaya bersama Jawa Pos, adalah titik balik yang sangat tepat untuk mengembalikan citra Bonek yang dulunya negatif.
Sebab diakui atau tidak, Jawa Pos juga punya peran atas citra Bonek yang dulunya dikenal cuma Bondo Nekat. Nah, karena sekarang Persebaya sudah dikelola Jawa Pos, ada kesempatan bagi perusahaan milik Dahlan Iskan itu untuk mengubahnya. Dulunya yang cuma Bondo Nekat, sekarang harus bisa berubah jadi berani Bondo dan berani Nekat. Ibarat sebuah lagu, lantunannya seperti ini, ‘Kau yang mulai, kau yang mengakhiri’.
Tapi, mengubah image Bonek tidak mudah. Sebagai salah satu basis suporter terbesar di Indonesia, Bonek tersebar di seluruh antero nusantara, bahkan dunia. Namun saya yakin, Persebaya di bawah pengelolaan Jawa Pos, image negatif Bonek akan luntur secara perlahan.
mengubah image bonek tidak mudah. sebagai salah satu basis suporter terbesar di indonesia, bonek tersebar di seluruh antero nusantara, bahkan dunia. namun saya yakin, persebaya di bawah pengelolaan jawa pos, image negatif bonek akan luntur secara perlahan.
Aksi LA Mania memberikan sumbangan nasi bungkus saat Bonek melintasi Lamongan menuju Jakarta, adalah salah satunya. Jujur, melihat peristiwa itu, mata saya sempat berkacakaca. Saya pun berandaiandai kala itu. Seandainya aksi itu menjadi titik awal perdamaian seluruh suporter di Indonesia atas rivalitas negatif selama ini. Tidak ada lagi tawuran dan saling bunuh antar suporter. Yang ada, mereka bernyanyi bersama, bergandengan bersama di dalam dan di luar stadion sebagai saudara sesama pendukung klub.
Tapi sekali lagi, pendukung sepakbola dengan basis massa besar, pasti sangat susah untuk dikendalikan. Mereka sangat mudah disusupi oleh pelaku kriminal atau provokator berbaju suporter sejenis.
Saya tidak menuduh Bonek Liar yang identik dengan perilaku negatif. Tapi anehnya, yang merusak citra Bonek adalah merekamereka yang berada di luar koordinasi. Kenapa?
Karena sejatinya, itu semua bisa. Saya ambil contoh di setiap pertandingan Tim nasional. Hampir seluruh suporter di Indonesia, di dalam stadion mereka bisa beriringan dan bergandengan tangan. Mereka rela melepaskan ego dan rivalitas kedaerahan demi mendukung Tim Nasional.
Pemandangan ketika Bonek dan Aremania, Bonek dan Jakmania, Bonek dan LA Mania atau Jakmania
dan Viking berjalan beriringan, jujur saja membuat saya terharu. Mungkin bukan cuma saya saja, tapi seluruh masyarakat pecinta sepakbola, pasti juga merindukan kedamaian dari sebuah hiburan yang mempertemukan dua kesebelasan di tengah lapangan stadion di Indonesia. Tanpa tawuran, tanpa rusuh.
Perjalanan Bonek memperjuangkan nasib Persebaya selama kurun 4 tahun, juga sempat membuat saya trenyuh dan simpati. Begitu juga beberapa kelompok suporter yang sebelumnya sebagai rival mereka.
Ya mungkin karena tujuan mereka berbeda. Bukannya mendukung dengan membeli tiket masuk ke stadion, tapi mereka justru memanfaatkan momen tumpahan massa untuk berani melakukan tindakan negatif.
Nah, di tengah upaya Persebaya dan Bonek membangun citra usai melalui perjuangan panjang, inilah tantangannya. Jika manajemen Persebaya sudah mulai melangkah menuju tahap profesional. Maka, setidaknya Bonek pun wajib mengikutinya. Sebab jangan sampai, perjuangan selama 4 tahun lalu, tercoreng dan siasia garagara perilaku oknum, yang menurut saya justru bukan pendukung Persebaya sebenarnya. kun