BS4
Sukabumian
Serahkan kasus ini kepada pihak kepolisian, dan jika ada isu dukun santet lagi segera laporkan biar kami yang mengungkapnya.”
JUMAT, 13 JANUARI 2017
Ada Surat Pernyataan Pembasmian Ilmu Hitam
Miris, Pembunuhan Karena Isu Santet Terjadi Lagi
BERITASUKABUMI/01
ADA yang membuat miris di balik pembunuhan guru ngaji Mumuh (65) warga Kampung Cilangkop RT 04/02, Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Diduga, dia tewas akibat itnah karena dituduh dukun santet. Informasi yang dihimpun BeritaSukabumi dari pihak kepolisian mengungkapkan, pembantaian terhadap lansia ini akibat adanya provokator yang menyebarkan isu dukun santet kepada warga. Bahkan, warga sempat disuruh untuk membuat surat pernyataan tentang pembasmian orang yang memiliki ilmu hitam. Kasus ini terungkap setelah salah seorang tersangka bernisial SP warga kampung Cilangkop, Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas, yang juga tetangga korban, diduga menjadi provokator dan menebar isu dukun santet tersebut kepada warga. Informasi menyebutkan, para pelaku berusaha memprovokasi masyarakat setempat untuk menandatangani surat pernyataan pembasmian terhadap korban yang dituduh memiliki ilmu hitam. “Warga dipaksa untuk menandatangani surat kesepakan tersebut, karena dihasut oleh pelaku. Akhirnya sebagian warga ikut menandatangani kertas persetujuan ini,” demikian diungkapkan Kapolres Sukabumi AKBP M Ngajib. Dari tangan tersebut, polisi juga menyita barang
bukti lembar surat pernyataan yang sudah ditandatangani warga yang isinya yang menjadi salah satu pemicu pembantaian guru ngaji ini. Bahkan, untuk memperkuat aksinya, tersangka seperti mendapat restu dari warga padahal masyarakat secara terpaksa membubuhi tanda tangan yang dilakukan oleh 89 orang warga. Namun demikian, AKBP M Ngajib telah memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait isu santet tersebut, karena dikhawatirkan konlik serta itnah tentang ilmu hitam makin berkepanjangan dan meluas. “Serahkan kasus ini kepada pihak kepolisian, dan jika ada isu dukun santet lagi segera laporkan biar kami yang mengungkapnya,” tegasnya. Sementara, anak kandung korban, Darus (30) mengatakan, beberapa hari sebelum ayahnya jadi korban pembantaian dengan dalih isu dukun santet, beberapa kali menerima ancaman bakal dibunuh oleh orang tak dikenal melalui layanan SMS atau pesan pendek handphonenya. Ancaman itu dikaitkan karena Mumuh dianggap sebagai dukun santet. “Memang bapak sempat diancam mau dibunuh yang katanya dukun santet. Itu semua itnah, bapak saya adalah petani, guru ngaji dan pernah mengajar di sekolah madrasah,” katanya. (bs-01)
KEMATIAN Mumuh, 60 tahun itu, warga Kampung Cilangkap RT 02/04, Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas, menambah lagi daftar kasus pembunuhan di balik beredarnya isu dukun santet di Kabupaten Sukabumi.
J
asad Mumuh ditemukan oleh keluarga di perkebunan tak jauh dari rumahnya, hari Selasa, (10/1/2017) lalu. Sehari-hari, korban diketahui mengajar sebagai guru ngaji. Kasus pembantaian yang
berasal dari isu dukun santet di Kabupaten Sukabumi yang menimpa Mumuh, bukan untuk pertama kali di Sukabumi. Justru, kasus ini seperti membuka luka lama kejadian kelam di daerah terluas di Pulau Jawa dan Bali ini. Dari catatan yang dihim-
Pembunuhan Awal Tahun di Kebun Sebelah MUMUH, petani yang juga guru ngaji, menjadi korban pertama di awal 2017 ini. Mumuh dibunuh di kebun milik Gunawan, di Kampung Leuweung Talaga, Desa Cibenda, Kecamatan Ciemas,juga karena dituduh dukun santet. Petugas Polres Sukabumi dan Polsek Ciemas sangat cepat mengungkap kasus ini. Lima tersangka ditangkap. Mereka adalah R (32) dan S (46) serta HD (42). Ketiganya diketahui adalah warga Kampung Cilangkop, Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas. Tersangka keempat adalah JH (25) warga Kampung Bojongsawah RT 04/07, Desa Mekarsari, Kecamatan Ciracap, dan tersangka keempat adalah YD warga Kampung Pasirbaru, RT 05/09, Desa Mekarsari kecamatan Ciracap. Saat dilakukan penangkapan, petugas terpaksa mengeluarkan tembakan. Karena, para tersangka melakukan perlawanan. Akibatnya, tiga dari lima tersangka ditembak di bagian betisnya oleh petugas yang hendak menangkapnya. Kapolres Sukabumi AKBP Mokhamad Ngajib mengungkapkan, diduga kuat motif pembunuhan tersebut diawali karena balas dendam terhadap korban. Hasil pemeriksaan mengungkapkan, para pelaku menyangka bahwa korban
merupakan dukun santet yang membunuh salah satu anggota keluarga tersangka berinisial SP, yang juga diduga menjadi otak di balik pembunuhan tersebut. “Pada tahun 2015 -2016 ada anggota keluarga dari salah satu tersangka yang diobati oleh korban, namun setelah diobati menurut mereka keluarganya tersebut meninggal akibat disantet,” ungkapnya. Dari tangan tersangka, polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa tiga bilah golok dan tiga potong kayu serta satu bongkah batu, sepasang sendal, kaos warna merah muda, celana panjang hitam, sepeda motor merk Yamaha Vixion D 6368 UBN dan Honda Revo hitam F 5611 LJ. “Kami jerat mereka dengan pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman minimal 20 tahun kurungan penjara dan maksimal hukuman mati,” kata Kapolres. AKBP Ngajib mengatakan, pihaknya masih mengembangkann kasus isu santet ini. Terutama untuk membongkar siapa yang awalnya menebarkan berita HOAX
tersebut kepada warga. Bahkan, pihaknya juga menemukan adanya surat pernyataan untuk membasmi dukun berilmu hitam yang ditanda tangani oleh 89 orang. “Kasus ini masih terus dikembang-
!
kan, agar tidak ada lagi korban yang tidak bersalah karena dituduh sebagai dukun santet padahal belum tentu kebenarannya,” kata AKBP Ngajib. (bs-01/rohman)
pun, terungkap bahwa pada 2000 lalu, terjadi pembantaian tujuh orang terduga dukun santet yang terjadi di Desa Bangabayang, Kecamatan Tegala Buleud, Kabupaten Sukabumi. Saat itu, ratusan warga Bangabayang dengan menumpang 14 truk bahkan menyerang Mapolres Sukabumi. Pada tahun itu, isu dukun santet begitu santer beredar di masyarakat. Bahkan, para pelakunya pembantaiannya menggunakan penutup wajah yang kemudian dikenal dengan sebutan Ninja. Dari catatan, kasus pembantaian dengan dalih dukun santet terjadi di beberapa
Pada tahun itu, isu dukun santet begitu santer beredar di masyarakat. Bahkan, para pelakunya pembantaiannya menggunakan penutup wajah yang kemudian dikenal dengan sebutan Ninja...” lokasi. Seorang warga kampung Citangkil, Desa Limus Nunggal, Kecamatan Warungkiara tewas dibunuh karena dituduh dukun santet. Kemudian seorang lelaki warga Desa Sukamaju, Kecamatan Jampangkulon tewas akibat tebasan benda tajam di leher dan kepalanya, korban diketahui bernama Herman alias Khoer.
BERITASUKABUMI/ ROHMAN
Tiga hari berselang, seorang warga Desa Purwosedar, Kecamatan Ciracap yang merupakan seorang Polisi Pamong Praja bernama Baedi. Korban ditemukan meninggal setelah salat Jumat di masjid dekat rumahnya. Aksi pembantaian dijalankan ketika Baedi sedang menunaikan salat muadah. Isu dukun santet di Kabupaten Sukabumi juga tidak berhenti. Pada 2013 lalu, seorang pria yang diketahui bernama warga Kecamatan Tegalbuleud tewas dibantai tetangganya karena diduga menjadi dukun santet. (rohman)
Hasil Rapat Dengan Sesepuh dan Muspika, Situasi Aman Terkendali KEPOLISIAN Resor Sukabumi langsung turun ke lapangan untuk mengantisipasi semakin meluasnya isu dukun santet. Petugas dari Polres Sukabumi diturunkan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, karena dikhawatirkan konlik serta itnah tentang ilmu hitam makin berkepanjangan dan bisa saja terjadi aksi balas dendam. Kapolres Sukabumi, AKBP M Ngajib mengimbau kepada kepada warga untuk tidak mudah terprovokasi terkait isu ilmu hitam atau santet. Karena akibatnya fatal, bahkan bisa membuat orang yang teritnah bisa terbunuh. Hingga saat ini, setelah melakukan rapat dan berkoordinasi dengan sesepuh desa, tokoh pemuda dan masyarajat serta unsur
Alhamdulilah ,setelah kita berikan pencerahan kepada masyarakat kondisi saat ini sudah kembali kondusif...” Muspika Ciemas kondisi keamanan sudah terkendali dan kondusif. “Alhamdulilah ,setelah kita berikan pencerahan kepada masyarakat kondisi saat ini sudah kembali kondusif dan masyarakat pun menyerahkan kasus ini sepenuhnya kepada kami,” kata AKBP M Ngajib. Kasus itnah isu santet di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi memang menjadi hal yang fatal. Karena tidak hanya sekali saja isu tersebut membuat nyawa orang tidak bersalah melayang. Dari catatan kepolisian, sejak 2000 kasus serupa pernah terjadi beberapa kali. Bahkan di awal tahun 2000, tujuh warga di selatan tewas
karena dibantai dengan tuduhan dukun santet. Maka dari itu, pihaknya mengimbau kepada warga agar di era globalisasi ini jangan terlalu percaya terhadap hal-hal yang berbau mistis, jika ada isu seperti segera laporkan kepada pihak keamanan untuk ditindak lanjuti. “Kasus mistis memang sulit diungkap, namun warga kami imbau agar tidak main hakim sendiri dan serahkan sepenuhnya kepada kami jika ada warga yang diduga terkena santet,” tambahnya. Sementara, Kepala Desa Sidamulya, Yusup Supiani mengajak warganya untuk tetap tenang terkait isu dukun santet yang telah menewaskan seorang petani yang juga guru ngaji. Karena kasus ini sudah ditangani oleh pihak kepolisian. Selain itu, warga juga agar tidak main hakim sendiri jika ada infomasi yang belum tentu kebenarannya. Pihaknya juga sudah memanggil beberapa tokoh pemuda dan masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan daerahnya. (bs-01/rohman)