Surat Kabar Media Aesculapius (SKMA) edisi Mei-Juni 2021

Page 1

Media

Surat Kabar

Paradoks Kebijakan Pemerintah Indonesia: Larangan Mudik dan Pembukaan Tempat Wisata

Aesculapius

Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970

Lika-Liku Perjalanan Vaksin Nusantara

Jantung Kembali Berdetak, Apa Selanjutnya?

03/LII

Mei-Jun 2021 | ISSN 0216-4996


Daftar Isi

Headline

3

Lika-Liku Perjalanan Vaksin Nusantara

Asuhan Kesehatan

Pantang Panik Hadapi STEMI

MA Info

7

Jantung Kembali Berdetak, Apa Selanjutnya?

Seremonia

8

Dua Jam Bersama Maestro Fisiologi

Konsultasi

Cekatan dalam Penanganan Luka Bakar

Advertorial

Pemantauan Pasien Aleka dengan Aplikasi Remote Monitoring

Info Obat

Murah dan Praktis, Atasi Infeksi dengan Gentamisin

Arbeb

Minuman Kolagen, Ramuan Kecantikan Masa Kini

Kolom Umum Impian

6

9

Seremonia

Mewujudkan Kesehatan Keluarga melalui Peran Wanita Indonesia

11

Suka Duka

12

Kabar Almuni

13 14

Sang Spesialis di Balik Layar, dr. Ening Krisnuhoni, MS, Sp.PA (K)

Mandiri di Tengah Pandemi

Seputar Kita

Jangan Abai, Mari Perhatikan Asupan Gizi sejak Kehamilan!

Senggang

Lahirnya Inspirasi dari Hobi

Suara Mahasiswa

Paradoks Kebijakan Pemerintah Indonesia: Larangan Mudik dan Pembukaan Tempat Wisata

Daftar Isi

15

Segar

Kenali dan Sadari Serangan Asma

16 17 19 20 21 22

Ilustrasi Cover: Tania/MA

1

MEDIA

AESCULAPIUS


Dari Kami Salam sejahtera untuk kita semua, Berjumpa kembali dengan Surat Kabar Media Aesculapius edisi ketiga tahun ini. Bulan ini, kasus Covid-19 kembali meningkat tajam di hampir seluruh pelosok negeri dan mencetak rekor kasus harian baru sebanyak 21.807 kasus pada 30 Juni. Di satu sisi, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 juga terus dipercepat hingga mencapai 1,3 juta dosis pada 26 Juni dengan target 2 juta dosis per hari pada bulan Agustus. Mari bersama-sama berdoa agar gelombang kedua Covid-19 ini segera berlalu dan kita semua, terutama tenaga kesehatan, terus diberikan kesehatan. Vaksin Nusantara gagasan eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto terus menjadi buah bibir masyarakat. Meski izin untuk uji klinis tahap II tidak diberikan oleh BPOM, para pihak yang mendukung vaksin Nusantara terus maju pantang mundur. Apa saja sebenarnya masalah yang dimiliki vaksin Nusantara dan bagaimana nasibnya saat ini? Selain itu, bagaimana sebenarnya cara kerja vaksin berbasis sel dendritik yang menjadi dasar vaksin Nusantara? Simak selengkapnya di rubrik Headline. Luka bakar merupakan kasus yang cukup sering ditemui sehari-hari. Spektrum luka bakar begitu luas, dari yang dapat dokter umum tangani sendiri hingga kasus yang harus dirujuk. Hal yang pasti harus dilakukan adalah penanganan awalnya. Mari simak ulasan penanganan awal luka bakar dan indikasi rujuknya oleh ahlinya dalam rubrik Konsultasi. Menjadi dokter jaga IGD di masa pandemi dapat menjadi sangat menegangkan. Jika keluarga pasien meninggal akibat Covid-19 mendadak menolak pasien dimakamkan dengan protokol Covid-19 dan menuntut Anda ke jalur hukum, apa yang akan Anda lakukan? Ikuti kisah unik yang dihadapi oleh dr. Novitasari di rubrik Kabar Alumni. Terakhir, jangan lupa untuk menyegarkan kembali pengetahuan Anda seputar Asma dengan mengisi TTS. Mari jangan lelah untuk terus mengedukasi masyarakat mengenai Covid-19. Selalu patuhi protokol kesehatan dan jaga kesehatan bersama orang-orang di sekitar kita. Salam sehat!

Billy Pramatirta, S.Ked Pemimpin Redaksi

MEDIA AESCULAPIUS

Pelindung: Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, PhD (Rektor UI), Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP (Dekan FKUI) Penasihat: Dr. Tito Latif Indra, MSi (Direktur Kemahasiswaan UI), Dr. dr. Anggi Gayatri, SpFK (Koordinator Kemahasiswaan FKUI) Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius

Pemimpin Umum: Regine Viennetta Budiman. POSDM: Gabrielle Adani, Jessica Audrey, Arfian Muzaki, Engelbert Julyan Gravianto. Pemimpin Produksi: Tania Meirianty. Wakil Pemimpin Produksi: Hasbiya Tiara Kamila. Tata Letak dan Cetak: Ayu Saraswati, Auvan Lutfi. Ilustrasi dan Fotografi: Ayu Saraswati, Ayleen Huang. Infografis: Siti Noor Aqilla M, Nabilla Luthfia S. Staf Produksi: Sandra Princessa, Fahriyah Raihan M, Aisha Putri C, Chastine Harlim, Stella Clarissa, Indira Saraswati S, Arfian Muzaki, Aurelia Maria PS, Gita Fajri G, Hannah Soetjoadi, Marthin Anggia S, Mega Yunita, Sakinah Rahma S, Vina Margaretha M, Anthonius Yongko, Devi Elora G, Kania Indriani RP. Pemimpin Redaksi: Billy Pramatirta. Wakil Pemimpin Redaksi: Ariestiana Ayu Ananda Latifa. Chief Editor: Jonathan Hartanto, Aughi Nurul Aqiila. Redaktur Senior: Nur Afiahuddin T, Yuli Maulidiya S, Farah Qurrota A, Nathalia Isabella M, Dina Fitriana S, Afiyatul Mardiyah, Elvan Wiyarta, Mariska Andrea S, Lidia Puspita Hasri, Prajnadiyan Catrawardhana. Redaktur Headline: Amanda Safira Aji. Redaktur Klinik: Kareen Tayuwijaya. Redaktur Ilmiah Populer: Izzati Diyanah. Redaktur Opini & Humaniora: Ariestiana Ayu AL. Redaktur Liputan: Gabrielle Adani. Redaktur Web: Alexander Rafael S, Albertus Raditya D. Reporter Senior: Rayhan Farandy, M Ilham Dhiya R, Wira Tirta DP, Jessica Audrey, Leonaldo Lukito N, Sheila F Safety. Reporter Junior: Alessandrina Janisha P, Rejoel Mangasa S, Benedictus Ansell S, Laurentia, Nada Irza S, Hendra Gusmawan, Kelvin Kohar, Rheina Tamara T, Raisa Amany, Ryan Andika. Pemimpin Direksi: Laureen Celcilia. Wakil Pemimpin Direksi: Engelbert Julyan Gravianto. Staf Direksi: Rafaella Shiene W, Aulia Nisrina Y, Caroline Griselda W, Medhavini Tanuardi, Stella Kristi T, Stephanie Amabella P, Hubert Andrew, Gerald Aldian W, Gilbert Lazarus, Kevin Tjoa, Mochammad Izzatullah, Nur Zakiah Syahsah, Sean Alexander, Vincent Kharisma W, Andi Gunawan K, Bunga Cecilia S, Iskandar Purba G, Jeremy Refael, Lowilius Wiyono, Syafira Nurlaila D. Alamat: Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: medaesculapius@gmail.com, Rek. 157-00-04895661 Bank Mandiri Cabang UI Depok, website: beranisehat.com

MEDIA

AESCULAPIUS

2


Headline

Lika-Liku Perjalanan Vaksin Nusantara Meninjau kembali perjalanan vaksin “karya putra bangsa“ yang banyak menimbulkan tanda tanya

Chastine/MA

A

khir dari pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum terlihat. Setelah kenaikan kasus sempat stabil selama beberapa bulan terakhir, kini kasus Covid-19 di Indonesia kembali melonjak dan cukup mengkhawatirkan di beberapa daerah. Kenaikan angka tersebut menjadi penanda bahwa negara perlu melakukan penanganan dengan segera dan tepat untuk mencegah munculnya gelombang baru kasus dan kematian akibat Covid-19. Program vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi pandemi. Sayangnya, per tanggal 16 Juni 2021, baru 11,8 juta (4,5%) penduduk Indonesia yang telah mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19. Sejauh ini, vaksin yang beredar di Indonesia, seperti Sinovac dan AstraZeneca, merupakan hasil manufaktur luar negeri. Agar dapat lebih mandiri dan mempercepat program vaksinasi, lembaga-lembaga penelitian di Indonesia sudah mulai bergerak untuk mengembangkan vaksin Covid-19. Salah satunya adalah vaksin Nusantara, vaksin gagasan eks Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Terawan Agus Putranto. Vaksin Nusantara mengambil pendekatan berbeda dibandingkan vaksin

3

MEDIA

pada umumnya, yaitu dengan menggunakan teknologi sel dendritik. Sayangnya, eksekusi ide tersebut mengundang kontroversi dari berbagai ahli dan tokoh masyarakat. Vaksin Nusantara dan Berbagai Perkara Klinisnya Di samping isu politik terkait vaksin Nusantara yang juga menjadi kontroversi, beredar kabar mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) pada uji klinis fase I vaksin Nusantara, yaitu sebanyak 20 dari 28 (71,4%) subjek uji klinis mengalami efek samping. Menanggapi hal tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun mengevaluasi proses pengembangan vaksin yang dilakukan oleh tim peneliti. “BPOM sebagai regulator nasional memiliki otoritas untuk memantau dan memberikan catatan dari pelaksanaan fase I vaksin dendritik,” terang Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari Sp.A(K), M.TropPaed, Kepala Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI). Sebelum uji klinis vaksin diperbolehkan memasuki tahap selanjutnya, hasil evaluasi uji klinis tahap I harus dilakukan dan dipenuhi terlebih dahulu . Hal inilah yang

AESCULAPIUS


Headline menyebabkan vaksin Nusantara tidak mendapatkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis fase II dari BPOM. “Kalau BPOM sampai tidak memberi izin melanjutkan fase II, saya menduga hal yang harus dikoreksi dan laporan yang diminta BPOM itu tidak dilakukan sehingga prosesnya tidak bisa dilanjutkan,” tutur Dr. dr. Erlina Burhan, Sp.P(K), anggota Tim Advokasi Vaksin Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Beberapa ketentuan yang ternyata tidak dipenuhi oleh vaksin Nusantara antara lain tidak melakukan uji praklinik menggunakan hewan, komponen yang tidak pharmaceutical grade, serta keamanan dan efektivitas untuk meningkatkan antibodi yang masih diragukan. Meskipun demikian, hasil uji klinis yang kurang memuaskan dan mendapatkan teguran dari BPOM merupakan hal lumrah dalam penelitian, terutama ketika menyangkut vaksin yang akan digunakan secara massal pada manusia. BPOM memiliki wewenang sebagai pengawas untuk memastikan penelitian vaksin Nusantara memenuhi good clinical practice (GCP), good laboratory practice (GLP), dan good manufacturing practice (GMP). Hal ini seharusnya tidak perlu menimbulkan kehebohan di masyarakat. “Vaksin Pfizer, Sinovac, dan AstraZeneca itu telah melalui berbagai kegagalan. Jadi kalau ada yang harus diperbaiki pada fase satu, itu bukanlah suatu hal yang aneh. Memang tugas tim tersebut untuk melakukan perbaikan sehingga dapat dilanjutkan ke fase II,” jelas Hindra. Tak hanya menghadapi kendala perizinan melanjutkan uji klinis, vaksin Nusantara dengan basis sel dendritik dinilai tidak praktis sebagai solusi untuk menghadapi pandemi dibandingkan dengan vaksin lainnya. Penerapan teknologi sel dendritik yang bersifat individual membutuhkan waktu lebih lama, biaya yang lebih mahal, serta infrastruktur dan sumber daya manusia yang lebih banyak dibandingkan vaksin yang telah beredar. Padahal, vaksin harus bisa diproduksi secara massal dalam waktu yang relatif singkat untuk mencapai herd immunity atau kekebalan komunitas. “Untuk mencapai herd immunity di Indonesia, diperkirakan butuh 140 juta orang yang divaksin, sedangkan vaksin sel dendritik perlu dikerjakan satu per satu, lalu menunggu delapan hari untuk dimasukkan kembali ke dalam tubuh. Kapan selesainya kalau begitu?” ujar Erlina. Meneropong Masa Depan Vaksin Anak Bangsa Untuk mengakhiri polemik yang terjadi, Kemenkes RI, BPOM, dan pihak Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto menyepakati proyek vaksin Nusantara sebagai riset berbasis pelayanan di bawah pengawasan Kemenkes RI, bukan sebagai uji klinis. Untuk mengetahui efektivitas dari vaksin Nusantara dalam memberikan proteksi terhadap Covid-19, masih diperlukan publikasi dari hasil penelitian tersebut. “Selama ini, yang kita dengar hanya testimoni dan pidato, tetapi belum terdapat data ilmiah

MEDIA

Vaksinasi merupakan cabang ilmu kesehatan yang penting. Kita perlu mengembangkan ilmu ini dan memproduksi vaksin di tanah air secara mandiri. Ini tentunya membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari Sp.A(K), M.TropPaed yang dipublikasi. Jadi, kita tunggu saja bagaimana pelayanan yang dilakukan di RSPAD, apakah yang sudah disuntikkan kembali sel dendritiknya dapat memberikan proteksi terhadap Covid-19,” pungkas Erlina. Keberadaan vaksin Covid-19 buatan anak bangsa tentu menumbuhkan rasa bangga pada masyarakat. Melihat sumber daya manusia, kapasitas laboratorium, dan institut penelitian yang ada, membuat vaksin dalam negeri tidak menjadi hal yang mustahil bagi Indonesia. Meskipun begitu, menciptakan vaksin bukanlah proses yang sederhana. Diperlukan teknologi yang mutakhir, ketelitian, dan juga waktu yang tak sebentar. Kegagalan dan hambatan selama proses penelitian vaksin menjadi hal yang wajar terjadi. Mengingat sulitnya proses pembuatan vaksin, masyarakat juga harus mendukung proses penelitian yang telah dilakukan oleh pemerintah dan berbagai lembaga penelitian Indonesia. Selain vaksin Nusantara, saat ini ada banyak calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh beberapa lembaga, seperti UNAIR, UGM, UI, LIPI, dan Eijkman yang tergolong sebagai vaksin Merah Putih. “Vaksinasi merupakan cabang ilmu kesehatan yang penting. Kita perlu mengembangkan ilmu ini dan memproduksi vaksin di tanah air secara mandiri. Ini tentunya membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat,” tutur Hindra. Menilik perjalanan vaksin Nusantara yang berbatu dan penuh kontroversi, nampaknya vaksin ini tak dapat menjadi solusi atas pandemi Covid-19 di Indonesia dan hanya akan menjadi angin lalu. Meski demikian, patut ditunggu kelanjutan hasil penelitian yang akan dilakukan oleh RSPAD terkait vaksin Nusantara. Saat ini, upaya terbaik untuk menekan kasus Covid-19 adalah terus mengedukasi masyarakat untuk mau menggunakan vaksin yang telah beredar, apapun jenisnya. Vaksinvaksin tersebut sudah melalui uji klinis dan terjamin keamanan serta efektivitasnya oleh otoritas yang berwenang. sandrina, ryan

AESCULAPIUS

4


Headline

Vaksin Berbasis Sel Dendritik: Solusi untuk Pandemi?

T

Dikenal sebagai salah satu terapi kanker, bagaimana potensi vaksin dendritik untuk mencegah Covid-19?

ersiarnya kabar terkait dikembangkannya sebuah vaksin buatan anak bangsa untuk Covid-19, yakni Vaksin Nusantara, sempat membuat heboh masyarakat Indonesia. Bukan tanpa alasan, salah satu penyebab ramainya pendapat masyarakat terkait vaksin tersebut dipicu oleh bahan dasar yang digunakan untuk membuat vaksin. Mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, selaku penggagas Vaksin Nusantara, mengatakan bahwa vaksin tersebut berbasis sel dendritik dan bersifat personal. Lantas, apa itu sel dendritik? Sel dendritik adalah sel penyaji antigen yang berperan dalam respon imun tubuh. Dalam tubuh manusia, terdapat dua jenis sel yang berperan dalam imunitas adaptif, yakni sel limfosit B dan T. Sel limfosit B berperan dalam pembentukan antibodi, sedangkan sel limfosit T berperan dalam imunitas yang diperantarai sel. Setelah terpapar antigen, sel dendritik akan bermigrasi ke nodus limfa dan mempresentasikan antigen tersebut kepada sel limfosit B dan T yang akan memicu pembentukan antibodi. Pembuatan vaksin berbasis sel dendritik memanfaatkan mekanisme kerja yang telah disebutkan. Langkah pertama adalah mengambil darah orang yang akan divaksin. Sel prekursor dendritik yang terdapat dalam darah orang tersebut selanjutnya diinkubasi selama beberapa hari di laboratorium hingga menjadi sel dendritik. Selama masa inkubasi, sel dendritik akan

dipapari antigen. “Setelah terjadi ikatan antara antigen dengan sel dendritik, sel dendritik dimasukkan kembali ke dalam tubuh,” terang Erlina. Terapi berbasis sel dendritik rupanya sudah banyak digunakan untuk imunoterapi pasien kanker. “Sebetulnya, ini biasa dimanfaatkan untuk pengobatan kanker. Namun, hanya beberapa kanker jenis tertentu, yang lainnya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan,” ungkap Hindra. Keberhasilan metode sel dendritik dalam pengobatan kanker memacu para peneliti untuk mencoba memanfaatkannya dalam pencegahan penyakit akibat infeksi virus, seperti Covid-19. Sayangnya, penelitian terkait efektivitas vaksin berbasis sel dendritik untuk penanganan infeksi virus masih terbatas. Mengingat sifatnya yang individual dan biayanya yang sangat mahal, vaksin sel dendritik tampaknya tidak dapat menjadi solusi untuk pandemi yang menyerang masyarakat luas. Masih banyak platform vaksin lain yang dapat diteliti yang lebih cocok diaplikasikan untuk pencegahan Covid-19. Oleh karena itu, lembaga penelitian di Indonesia diharapkan terus menekuni ilmu vaksinologi. Terlebih dalam kondisi pandemi Covid-19, penelitian mengenai vaksin tentu akan sangat bermanfaat untuk masyarakat dan Indonesia yang berdikari melawan Covid-19. sandrina, ryan

SKMA untuk Anda!

!

Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik.

1. Apakah konten SKMA bermanfaat/relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya? Jawab dengan format: Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unit Kerja_Jawaban 1_Jawaban 2 Contoh: Rudiyanto_43_Jakarta Pusat_RSCM_Ya_Ya

Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0858-7055-5783 atau mengisi formulir pada http://bit.ly/EvaluasiSKMA21 Lima orang pengisi survei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius

5

MEDIA

AESCULAPIUS


Asuhan Kesehatan

Pantang Panik Hadapi STEMI

Jangan sampai Anda kagok menangani STEMI. Ingat, time is muscle!

S

T elevation myocardial infarction (STEMI) didefinisikan sebagai infark miokardium yang disertai dengan elevasi segmen ST pada pemeriksaan EKG. Penyakit ini merupakan salah satu bentuk sindrom koroner akut yang ditandai dengan munculnya kumpulan gejala khas, seperti rasa sesak yang memberat, berkeringat, mual, serta nyeri dada seperti tertindih yang menjalar hingga bahu, leher, dan lengan. STEMI termasuk salah satu kegawatdaruratan kardiovaskular yang bisa mengancam nyawa. Oleh karena itu, diperlukan tata laksana yang cepat dan tepat untuk menangani kejadian ini. Prinsip dasar menangani STEMI adalah penatalaksanaan segera sejak kontak pertama. Maka dari itu, penegakkan diagnosis STEMI perlu dilakukan dalam 10 menit setelah kedatangan pasien. Kecepatan dalam mendiagnosis sangat diperlukan agar terapi reperfusi—tata laksana utama STEMI—lebih efektif. Ada dua metode reperfusi yang dapat dipilih, yaitu intervensi koroner perkutan (IKP) dan terapi fibrinolitik. Pemilihan metode ini dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan fasilitas serta perkiraan waktu dimulainya reperfusi. Sebagai langkah awal setelah diagnosis kerja STEMI ditegakkan, terus pantau EKG dan segera pasang akses intravena. Pertimbangkan pemberian morfin intravena secara drip pada pasien yang mengalami nyeri hebat. Oksigen dapat diberikan hanya jika saturasi oksigen pasien < 90%. Dual antiplatelet therapy (DAPT) berupa aspirin dan penghambat reseptor ADP wajib diberikan. Aspirin diberikan per oral dengan dosis 160-320 mg. Sementara itu, penghambat reseptor ADP yang diberikan bisa berupa ticagrelor (dosis awal 180 mg dengan dosis pemeliharaan 90 mg dua hari sekali) atau klopidogrel

MEDIA

(dosis awal 600 mg dan dosis pemeliharaan 150 mg per hari). Setelah tata laksana awal, pemilihan metode reperfusi dimulai dengan melihat ketersediaan fasilitas IKP. Meski IKP primer lebih diutamakan, fibrinolitik boleh dipilih apabila tidak ada rumah sakit dengan fasilitas IKP yang dapat dijangkau untuk memulai IKP primer dalam waktu 120 menit. Pemilihan ini dilakukan karena keterlambatan reperfusi dapat menambah total waktu iskemik sehingga perlu ditekan hingga seminimal mungkin. Selanjutnya, pasien yang telah mendapat terapi fibrinolitik dapat dikirim ke rumah sakit dengan fasilitas IKP bila memungkinkan. Obat antikoagulan parenteral, seperti unfractioned heparin (UFH), harus diberikan selama IKP primer. UFH diberikan sebanyak 50-70 IU/kgBB bolus jika pasien juga menerima inhibitor GP IIb/IIIa. Pada terapi fibrinolitik, pasien juga diberikan aspirin dan klopidogrel dengan dosis yang s a m a seperti IKP primer. Pe m b e r i a n antikoagulan juga disarankan selama fibrinolitik hingga terjadi revaskularisasi atau selama lima hari dirawat. Pada dasarnya, p e m b e r i a n antikoagulan sangat A M / Ayu penting dalam kedua metode reperfusi. P e l a k s a n a a n reperfusi yang cepat dan tepat adalah kunci penting untuk keberhasilan tata laksana STEMI. Tenaga medis harus cermat mempertimbangkan kondisi fasilitas dan waktu agar dapat memilih metode reperfusi yang sesuai. Terjadinya keterlambatan dalam reperfusi sangat berbahaya karena dapat menambah total waktu iskemik jantung pasien. Karena itulah, pencegahan terjadinya keterlambatan reperfusi sangat penting agar risiko kematian akibat STEMI dapat menurun. nada

AESCULAPIUS

6


MA Info

Jantung Kembali Berdetak, Apa Selanjutnya?

A

Apa yang perlu dilakukan setelah sirkulasi telah kembali?

merican Heart Association (AHA) memperbarui pedoman resusitasi jantung paru (RJP) dan kegawatdaruratan kardiovaskular pada 2020. Henti jantung adalah penyebab mortalitas dan morbiditas yang mayor. Menurut edaran edukasi pasien Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 10 dari 100.000 orang tanpa penyakit yang berumur di atas 35 tahun akan menderita henti jantung. Sesuai dengan definisi AHA, henti jantung adalah berhentinya fungsi jantung secara mendadak. Diperlukan pembedaan antara henti jantung dan infark miokardial. Infark miokardial adalah terjadinya kerusakan akut miokardium dalam mengindikasikan iskemia miokardium akut. Infark miokardial d a p a t menyebabkan henti jantung, tetapi tidak s e m u a kasus henti jantung akan disebabkan i n f a r k miokardial. Manifestasi dari henti jantung sering merupakan penghentian sirkulasi yang disebabkan MA berhentinya aktivitas jantung. Ayleen/ Tatalaksana standar untuk pasien yang mengalami henti jantung adalah resusitasi jantung paru (RJP) setelah memastikan kelayakan dilakukan prosedur tersebut dengan hasil akhir ideal adalah return of spontaneous circulation (ROSC). Walaupun pedoman terbaru dari AHA juga menanggapi prosedur diagnosis dan tatalaksana, tidak sedikit dari artikel tersebut meliputi tatalaksana pasca-ROSC. Manajemen Setelah ROSC tercapai, beberapa parameter perlu pengawasan konstan. Salah satunya adalah saluran pernapasan. Dengan endotracheal tube (ETT) yang sudah dipasangkan, titrasi FiO2 untuk SpO2 92%–98% dimulai dengan 10 napas per menit dan target PaCO2

7

MEDIA

adalah 35–45 mm Hg. Jika saturasi oksigen tidak terukur dengan pulse oximeter atau saturasi oksigen tidak terukur dengan analisis gas darah arterial, pasien diberikan oksigen dengan konsentrasi tertinggi yang tersedia sampai salah satu dari parameter oksigen dapat ditentukan. Setelah itu, hentikan oksigen tinggi dan berikan oksigen dengan titrasi seperti yang telah disebut. Tekanan darah sistolik pasien dijaga agar di atas 90 mm Hg atau tekanan darah arterial dijaga agar di atas 65 mm Hg. Jika salah satu dari parameter tersebut tidak tercapai, administrasi cairan kristaloid, vasopresor, atau inotropika secara tersendiri atau kombinasi. Administrasi tersebut akan diteruskan untuk menjaga tekanan darah pasien yang sesuai. Hasil elektrokardiogram 12-lead juga harus segera disediakan. Jika pasien belum terhubung dengan elektrokardiogram 12lead, segera dipasangkan dan dibaca. Tujuan dari pembacaan tersebut adalah untuk memastikan keberadaan atau ketidakberadaan elevasi segmen ST atau masalah listrik lainnya. Jika ditemukan STEMI, syok kardiogenik tidak stabil atau bantuan sirkulasi diperlukan, segera mempertimbangkan intervensi segera. Dengan atau tanpa ketiga hal tersebut, periksa kemampuan pasien untuk mematuhi perintah. Apabila pasien sadar, pengukuran suhu sentral, penjagaan nomoksia, normocapnia, dan euglikemia, pengukuran elektroensefalogram (EEG) jika tersedia, dan ventilasi proteksi paru diteruskan. Jika pasien tidak memiliki kemampuan tersebut, segera melakukan CT otak dan memperketatkan pemantauan EEG untuk menilai kondisi neurologis. Selama itu, semua perawatan yang diberikan kepada pasien sadar diteruskan dan suhu

AESCULAPIUS


Seremonia pasien dijaga agar 32°C– 36°C. Jika pasien ditemukan dengan kejang dengan konvulsi, tatalaksana segera kejang tersebut dan pasien dihubungkan kepada EEG untuk diagnosis kejang. Kejang tanpa konvulsi dan hanya dengan indikasi EEG boleh diberikan tatalaksana, tetapi profilaksis kejang tidak disarankan pada pasien dewasa. Dengan penilaian yang sesuai, antibiotik, obat-obat antiprotektif, dan steroid dapat diberikan juga, tetapi tidak memberi manfaat yang nyata untuk pasien.

Kunci dari penanganan pasien yang baru saja ROSC adalah pengembalian secara bertahap kepada kondisi normal, tatalaksana kormorbiditas, dan pencarian etiologi dari henti jantung. Dengan ketiga hal tersebut, pasien terlindugi dari kerusakan multiorgan, terutama neurologis, yang sering seiring dengan henti jantung. ansell

Seremonia Dua Jam Bersama Maestro Fisiologi

S

Foto: Pihak Penyelenggara (IAIFI)

abtu (8/5/2021) menjadi hari yang istimewa karena Ikatan Ahli Ilmu Faal Indonesia (IAIFI) mengadakan kuliah tamu pertama secara daring yang diikuti oleh lebih dari 500 mahasiswa yang berasal dari 5 fakultas kedokteran berbeda di Indonesia. Acara yang mengambil tema fisiologi sistem respirasi ini menghadirkan narasumber yang menjadi icon dalam bidang fisiologi, yaitu Prof. Dr. Cheng Hwee Ming dari Universiti Malaya. Acara diawali dengan kuliah pendahuluan oleh Prof. Cheng dan dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif. Prof. Cheng, yang juga inisiator IMSPQ (Inter-Medical School Physiology Quiz), berhasil menunjukkan bahwa pembelajaran fisiologi seharusnya bisa berlangsung dengan mudah, asyik, dan menyenangkan. kinoe

Media Aesculapius menyediakan jasa pembuatan Symposium

JASA PEMBUATAN SYMPOSIUM HIGHLIGHT

Highlight. Symposium highlight adalah peliputan sebuah seminar atau simposium, yang kemudian hasilnya akan dicetak dalam sebuah buletin, untuk dibagikan pada peserta seminar. Simposium yang telah kami kerjakan antara lain PIT POGI 2010, ASMIHA 2011, ASMIHA 2016, ASMIHA 2017, JiFESS 2016, JiFESS 2017, ASMIHA 2018, AFCC-ASMIHA 2019, dan lain-lain.

Hubungi Hotline MA: 0858-7055-5783 (SMS/Whatsapp)

MEDIA

AESCULAPIUS

8


Konsultasi

Cekatan dalam Penanganan Awal Luka Bakar Jangan asal rujuk; ingat kembali tata laksana awal pasien luka bakar!

Pertanyaan “Sebelum merujuk ke burn centre, tata laksana awal apa yang bisa dokter umum lakukan untuk stabilisasi pasien luka bakar?” – dr. K, Jakarta

Jawaban

M

enurut WHO, luka bakar adalah luka pada kulit atau jaringan organik lain yang disebabkan oleh panas, radiasi, radioaktivitas, listrik, dan gesekan atau kontak dengan zat kimia. Masih belum ada data resmi luka bakar di Indonesia; Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mencatat 303 pasien luka bakar dirawat pada periode 2011-2012. Berdasarkan kedalamannya, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi luka bakar epidermal, superficial dermal, mid-dermal, deep dermal, dan fullthickness. Luka bakar dicirikan d e n g a n kemerahan, nyeri, bula (superfisial), hingga hilangnya A sensasi dan h/M Ise terbentuknya eskar (full-thickness). Terdapat dua prinsip utama penanganan pertama luka bakar, yaitu menghentikan proses pembakaran dan menurunkan suhu luka. Proses pembakaran dapat dihentikan dengan stop, drop, and roll, dan melepasan

9

MEDIA

pakaian yang terbakar atau terkena air panas. Menghentikan proses pembakaran akan mengurangi kerusakan jaringan. Penurunan suhu luka dilakukan dengan cara mengaliri luka dengan air dingin selama 20 menit. Hal ini akan meningkatkan viabilitas zona stasis luka bakar dan memberikan efek analgesik. Panduan yang banyak dipakai dalam tata laksana awal luka bakar adalah Emergency Management of Severe Burns (EMSB) oleh Australian and New Zealand Burn Association. Metode ini terdiri dari primary survey, first aid, dan secondary survey. Primary survey terdiri dari lima tahap. Tahap pertamanya adalah airway, yaitu menilai patensi jalan napas dengan cara menanyakan nama pasien. Apabila napas tidak paten, segera bersihkan dan buka jalan napas dengan manuver chin lift atau jaw thrust. Pada tahap ini, manajemen tulang belakang servikal perlu dilakukan dengan collar brace atau bantal pasir. Tahap kedua dalam primary survey adalah breathing. Pada tahap ini, ekspos dada pasien serta pastikan ekspansi rongga dada adekuat dan simetris. Selain itu, berikan oksigen 100% 15 lpm menggunakan n o n rebreathing m a s k , pasang pulse oximetry, dan nilai apakah ada keracunan CO yang ditandai dengan kulit berwarna merah buah ceri. Penting juga untuk mengidentifikasi luka bakar melingkar di dada (eskar) yang mengindikasikan perlunya eskarotomi. Tahap primary survey selanjutnya adalah circulation. Pada tahap ini, harus diperiksa tekanan darah, nadi, CRT sentral serta perifer, dan kontrol perdarahan dengan cara menekan pusat perdarahan. Selain itu, pasang dua akses intravena 16 G pada daerah

AESCULAPIUS


Konsultasi Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke Instagram @MedAesculapius

yang tidak terbakar sambil mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan lain yang diperlukan. Apabila didapatkan klinis awal syok, resusitasi cairan harus segera diberikan. Tahap keempat dalam primary survey adalah disability. Gunakan skala AVPU dan lakukan pemeriksaan refleks pupil untuk menilai kesadaran. Tahap terakhir dalam primary survey adalah exposure. Lepaskan semua pakaian dan perhiasan pasien. Setelah itu, miringkan pasien untuk visualisasi sisi posterior dan estimasi luas luka bakar dengan rule of nine. Tahap kelanjutan dari primary survey adalah first aid yang disebut sebagai FATT (Fluids, Analgesia, Test, Tube). Pada tahap ini, berikan resusitasi cairan dengan formula Parkland modifikasi (Fluid), titrasi morfin IV dosis 0,05-0,1 mg/kgBB hingga respons adekuat untuk analgesik (Analgesia), lakukan pemeriksaan radiologi sesuai indikasi klinis (Test), dan pasang NGT jika luka bakar lebih dari 20% pada dewasa atau 10% pada anak. Selanjutnya, secondary survey dapat dilakukan apabila kondisi yang mengancam nyawa telah diatasi. Terdapat kriteria yang dapat digunakan sebagai indikasi rujukan ke burn centre, yaitu SPAM. Rujuk pasien apabila luas luka bakar lebih dari 10% pada dewasa atau 5% pada anak (Size); pasien hamil, usia esktrem, atau dengan komorbid (People); luka bakar pada wajah, tangan, kaki, perineum, sendi mayor, sirkumferensial, atau paru-paru (Area); dan luka bakar akibat zat kimia, listrik, atau disertai trauma mayor (Mechanism). Pastikan tata laksana awal sudah dilakukan sebelum Anda merujuk ke burn centre.

Narasumber Dr. dr. Lynda Hariani, Sp.BP-RE(K) -

-

Staf Departemen Bedah Plastik & Rekonstruksi Estetika Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya Wakil Koordinator Burn Centre RSUD Dr. Soetomo Surabaya E-mail: lynda.hariani@fk.unair.ac.id

JASA TERJEMAHAN DAN PEMBUATAN BUKU Kabar Gembira! Media Aesculapius menyediakan jasa terjemahan Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia dengan waktu pengerjaan singkat (3 x 24 jam) serta hasil terjamin. Kami juga menyediakan jasa penyusunan buku yang sangat fleksibel baik dalam hal desain cover dan isi, ukuran dan tebal buku, maupun gaya penulisan termasuk menyunting tulisan anda. Tak terbatas hingga penyusunan saja, kami siap melayani distribusi buku anda. Adapun buku yang pernah kami buat: buku biografi tokoh, buku pemeriksaan fisik berbagai departemen, buku jurnal, dan Kapita Selekta Kedokteran.

MEDIA

AESCULAPIUS

10


Advertorial

Pemantauan Pasien Aleka dengan Aplikasi Remote Monitoring Dokter tanggap, pasien pun aman

P

enyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut data WHO, terdapat 17,9 juta nyawa yang hilang setiap tahunnya karena penyakit ini.Tidak memandang umur, penyakit ini dapat datang secara tiba-tiba. Selain itu, ancaman yang ditimbulkan sangat mengkhawatirkan, mulai dari gangguan ginjal, stroke, sampai kematian. Salah satu komplikasi yang paling sering ditemukan pada pasien adalah gagal jantung. Untuk mencegah perburukan, dokter akan memasangkan alat elektronik kardiovaskular implan (aleka) pada tubuh pasien yang bersangkutan. Beberapa contoh aleka adalah defibrilator kardioverter implan, terapi resinkronisasi jantung (TRJ), pacu jantung dan defibrilator, serta pacu jantung permanen. Keberadaan alat-alat ini sudah mendunia dan jumlah penggunanya senantiasa bertambah setiap tahunnya. Namun, pemasangan saja belum cukup karena kondisi klinis dan perkembangan penyakit pasien tidak boleh lepas dari pemantauan dokter. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sistem yang dapat menghubungkan alat implan dengan dokter. Stella/MA Salah satu metode cemerlang untuk pemantauan pasien aleka adalah dengan menggunakan remote monitoring (RM). RM terdiri atas sebuah reader yang diletakkan di atas aleka secara manual dengan tujuan mengambil data-data yang diperlukan. Selanjutnya, reader tersebut akan mengirimkan informasi via bluetooth menuju aplikasi yang terdapat di gawai pengguna. Akhirnya, informasi tersebut dikirimkan kepada tenaga kesehatan yang bersangkutan sehingga mereka tetap dapat memantau keadaan pasien dari jarak jauh. Dalam penggunaannya, pasien dapat memilih untuk menerima atau menolak transfer data dalam gawai. Melalui aplikasi ini, tim medis akan mendapatkan

11

MEDIA

notifikasi atau peringatan apabila ditemukan datadata yang abnormal, seperti atrial takikardia (AT) atau atrial fibrilasi (AF), ventrikel takikardia, dan lain-lain. Notifikasi mengenai hal-hal emergensi berbeda dari notifikasi data pasien reguler setiap harinya. Aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur edukasi yang berperan sebagai kartu identifikasi aleka pasien dan detail mengenai alat tersebut. Berkat adanya notifikasi, RM berbasis aplikasi membuat pasien dan dokter tetap dapat terhubung meskipun berbeda jarak dan waktu. Data yang terkirim melalui koneksi internet dapat mengurangi jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit. Dengan begitu, pasien dapat mengurangi waktu dan biaya kunjungan ke rumah sakit sehingga memberikan rasa aman kepada pasien maupun dokter. Seandainya kondisi pasien memburuk, dokter dapat melakukan intervensi lebih awal sesuai notifikasi yang diterima. Selain itu, berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di Kanada, penggunaan sistem ini secara rutin dapat menurunkan tekanan darah sistole dan diastole pasien secara signifikan. Meskipun dilengkapi dengan fiturfitur yang menarik, salah satu tantangan penggunaan alat ini adalah waktu dan penyampaian konsep RM kepada pasien. Dokter atau tim medis lain harus dapat menjelaskan setiap detail mengenai alat maupun prosedur yang harus segera dilakukan ketika emergensi dengan tepat. Selain itu, transfer data-data penting melalui situs online membuat data pasien terekspos. Namun, sistem RM dilengkapi dengan peningkatan pengamanan data oleh programer. Dalam penerapan klinis, RM saat ini tersedia untuk seluruh jenis aleka. Penggunaan RM dapat meningkat kan kualitas hidup pasien dan menurunkan risiko mortalitas akibat pemasangan defibrilator implan. Selain itu, RM juga dapat mendeteksi AF tanpa gejala lebih awal. Dengan demikian, penggunaan RM sebagai alat pemantauan pasien-pasien aleka sangat disarankan untuk diimplementasikan segera. rheina

AESCULAPIUS


Info Obat

Murah dan Praktis, Atasi Infeksi dengan Gentamisin Gentamisin sebagai terapi pilihan infeksi bakteri

D

ikenal masyarakat luas sebagai antibiotik, gentamisin yang merupakan golongan aminoglikosida bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri dalam tubuh. Gentamisin memiliki substansi untuk berikatan pada subunit ribosom 30S yang bermanfaat dalam menghambat sintesis protein pada bakteri. Oleh karena itu, indikasi utama terapi gentamisin adalah sebagai antibiotik pada pasien dengan diagnosis positif infeksi bakteri, khususnya jenis bakteri gram negatif. Obat gentamisin dapat digunakan oleh bayi, anakanak hingga orang dewasa. Obat ini dipakai dalam beragam kondisi seperti infeksi kulit, mata, dan telinga. Pada infeksi yang bersifat sistemik, misalnya syok sepsis pada anak, gentamisin juga terbilang cukup efektif. Bahkan, gentamisin juga dapat dipakai pada kasus meningitis bakteri. Sayangnya, obat ini tidak bebas dibeli di apotek dan pemakaiannya pun cukup terbatas. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Gentamisin merupakan salah satu obat yang sulit diserap melalui saluran cerna, namun baik diserap melalui otot. Oleh karena itu, obat ini diberikan melalui injeksi langsung ke otot maupun infus untuk bayi baru lahir yang mengalami sepsis. Meskipun termasuk golongan obat yang diabsorpsi secara cepat dan luas, gentamisin menembus cairan serebrospinal secara perlahan, sehingga obat ini tergolong cukup aman dalam menangani infeksi sistem saraf pusat. Dengan harga yang cukup terjangkau, gentamisin menjadi salah satu obat yang banyak diresepkan oleh dokter. Obat ini tersedia dalam bentuk vial injeksi, salep, krim, dan obat tetes. Di Indonesia sendiri, sediaan vial injeksi tergolong jarang beredar di pasaran dan hanya digunakan di rumah sakit untuk menangani kondisi sedang hingga berat, seperti sepsis pada bayi, endokarditis, pneumonia, fibrosis kistik, serta menjadi antibiotik yang diberikan setelah tindakan operatif. Sediaan topikal gentamisin dapat diresepkan kepada pasien yang mengalami infeksi mata, telinga, dan kulit. Pemberian dosis obat ini ditentukan berdasarkan kondisi medis,

MEDIA

berat badan, dan respons pasien terhadap pengobatan. Penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan ginjal juga perlu dilakukan untuk mencegah efek samping. Di samping manfaat dan kelebihan obat aminoglikosida ini, gentamisin sebaiknya tidak dikonsumsi oleh pasien yang sensitif terhadap kandungan obat tersebut. Penggunaannya juga tidak direkomendasikan pada ibu hamil dan menyusui karena dapat menembus plasenta maupun ASI. Selain itu, pasien dengan kondisi neurotoksisitas dan miastenia gravis tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi antibiotik jenis ini karena dapat memicu perburukan kondisi. Adapun untuk pasien lansia, pemberian terapi dengan gentamisin perlu dilakukan penyesuaian dosis serta pengawasan terhadap fungsi ginjal, kadar plasma, maupun fungsi pendengaran dan keseimbangan. Sebagai salah satu obat-obatan, gentamisin tentu tidak lepas dari adanya efek samping penggunaan. Beberapa pasien dapat mengalami efek samping ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya seperti demam, diare, dan kelelahan. Adapun pemberian dosis obat yang berlebih dapat menyebabkan toksis pada ginjal, gangguan vestibular, dan gangguan pendengaran pasien. Mengingat hal-hal tersebut, obat ini sebaiknya digunakan hanya sebagai terapi jangka pendek. Dosis dan jangka waktu penggunaan obat harus tetap dievaluasi dan dipantau Melihat fakta bahwa obat ini tergolong murah dan cara penggunaan yang mudah, gentamisin terbilang praktis serta banyak digunakan pada pasien yang mengalami infeksi berulang. Namun, faktor lain seperti penggunaan, dosis, dan jangka pemakaian gentamisin harus selalu diperhatikan untuk menghindari toksisitas maupun efek samping lainnya. Kesehatan pasien memang penting, tetapi aspek keamanan dan kenyamanan pengobatan juga menjadi hal yang perlu dicermati untuk mendukung kesembuhan pasien. laurentia

AESCULAPIUS

Na b

illa

/M

A

12


Arbeb

Minuman Kolagen, Ramuan Kecantikan Masa Kini

P

Bermanfaat untuk estetika atau sekadar tren belaka?

roduk kecantikan zaman sekarang tidak terbatas pada produk yang secara langsung diaplikasikan ke permukaan kulit. Produk ini pun telah merambah ke lingkup minuman kemasan. Salah satu yang paling sering dijumpai di pasaran adalah minuman yang mengandung kolagen. Minuman-minuman tersebut biasanya dijual dalam bentuk serbuk yang harus diseduh sebelum dikonsumsi. Berbagai merek pun menawarkan minuman ini dengan aneka warna dan rasa. Minuman kolagen digadang-gadang membawa banyak manfaat untuk kulit. Ia diklaim bisa menyehatkan dan mengencangkan kulit, mengurangi bekas jerawat hingga membuat konsumennya terlihat tetap awet muda. Dengan klaim semenarik itu, tentu tak sedikit yang tergiur untuk mencoba mengonsumsinya. Namun, apakah minuman tersebut benar-benar memiliki efek terhadap kecantikan dan kesehatan kulit? Kolagen adalah salah satu protein yang paling banyak terkandung dalam tubuh hewan dan manusia. Sebanyak tiga puluh persen protein di tubuh manusia merupakan kolagen yang mendominasi di jaringan ikat, seperti kulit dan tulang rawan. Adapun kolagen yang paling banyak ditemukan di kulit manusia adalah kolagen tipe I. Di kulit, zat ini diproduksi oleh sel-sel yang bernama fibroblas dan berperan utama dalam mempertahankan kekenyalan serta elastisitas kulit. Seiring dengan pertambahan usia, produksi kolagen di kulit akan semakin menurun. Hal ini dikaitkan dengan munculnya garis-garis halus serta kerutan-kerutan pada kulit yang menua. Beberapa penelitian ternyata pernah dilakukan untuk mengetahui efek minuman kolagen terhadap kondisi kulit. Sebagai contoh, suatu penelitian di Tiongkok dari Lin dkk tahun 2019 menunjukkan bahwa minuman kolagen memiliki efek antipenuaan dan menghambat radikal bebas. Studi yang sama juga menemukan bahwa minuman kolagen bisa memperbaiki fungsi dari sel fibroblas. Sementara itu, uji klinis lainnya mendapatkan temuan yang serupa. Pada uji klinis terhadap 33 wanita Jepang dan 106 wanita Perancis tahun 2015, konsumsi suplemen peptida kolagen ternyata menambah kelembapan kulit, khususnya setelah konsumsi selama delapan minggu. Adapun efek setelah konsumsi empat minggu adalah meningkatkan kepadatan kolagen dan mengurangi kerusakan jaringan kolagen di kulit.

13

MEDIA

Konsumsi suplemen yang mengandung kolagen, asam hialuronat, vitamin, dan mineral esensial juga dapat memperbaiki keriput di kulit wajah serta merangsang peningkatan elastisitas maupun kelembapan kulit.

Tiara/MA

Dari beragam hasil penelitian yang ada, tidak heran jika minuman kolagen dianggap sebagai ramuan dengan segudang manfaat kecantikan. Meskipun para ahli menyebutkan bahwa bukti yang ada sekarang memang cukup meyakinkan manfaat kolagen untuk kecantikan kulit wajah, beberapa ahli menilai perlu penelitian lebih lanjut. Hal ini khususnya bagi masyarakat Indonesia yang banyak menggunakan produk minuman kolagen dari luar. Impian untuk memiliki kulit wajah yang cantik dan sehat dengan mengonsumsi minuman kolagen merupakan hal yang wajar. Selain itu, membeli dan mengonsumsi minuman-minuman kolagen yang dijual di Indonesia juga sah-sah saja. Namun, masyarakat perlu memastikan produk kolagen yang dibeli benarbenar memiliki kandungan kolagen. Masyarakat yang bijak tidak terbuai dengan produk minuman serbuk biasa yang dilabeli dengan nama kolagen. Selain itu, perlu memperhatikan izin edar dari BPOM serta tanggal kedaluwarsa dari minuman yang akan dibeli. Dengan begitu, manfaat yang diharapkan dari minuman kolagen bukan tidak mungkin untuk menjadi kenyataan. taris

AESCULAPIUS


Kolom Umum

Impian

Impian saya telah tercapai, lantas mengapa semua masih terasa sama? “Maaf, kemampuanmu tidak sesuai dengan kualifikasi yang kami butuhkan” adalah kalimat pertama yang terucap oleh seorang penyanyi bar terkenal atas lamaran Rustam. “Lagi pula, pianis kami lebih baik darimu”, tambahnya. Rustam adalah seorang musisi andal sekaligus guru musik dari suatu kelompok musik anak-anak. Aliran musik jaz mengalir deras dalam darah yang diturunkan oleh ayahnya. Akan tetapi, ibunya tidak pernah menyetujuinya dalam bermain musik lantaran menganggap ayahnya telah gagal dalam menempuh jalan tersebut. Keseharian Rustam saat ini pun tidak jauh dari musik. Pada pagi hari, ia selalu mengajar kelompok musik anak-anak di sekolah, meski jumlah muridnya semakin lama semakin sedikit. Setelah itu, musisi andal ini menghabiskan waktunya untuk berlatih dan menyempurnakan teknik bermain pianonya. Berkeinginan menempuh karier yang lebih cemerlang, menjadi pianis di bar Mustard adalah mimpi yang diidamkannya selama ini. Suatu hari, telepon berdering kencang layaknya kabar darurat hadir. Rustam, yang saat itu masih tidur, tiba-tiba terbangun dan mengangkat gawai tua miliknya. “Halo, apakah ini Rustam?” Rustam balik bertanya, “Benar, dengan siapa ini?” “Kamu tidak perlu tahu siapa saya. Jika saya berikan kamu satu permintaan untuk mengubah hidupmu, apa yang akan kamu minta?” tanya orang misterius tersebut. Rustam terdiam sejenak, lalu menutup telepon tersebut sambil berkata “Orang gila, zaman sudah modern, penipuan masih menggunakan cara kuno.” Setelahnya, telepon berdering kembali, tetapi kali ini ada perasaan yang sangat menarik dari nomor orang yang tak dikenal tersebut. Rustam kembali mengangkat gawainya dan terdengar suara yang berbeda. “Apakah ini Rustam?” tanya orang tersebut. “Ya, saya sendiri. Tindakan penipuanmu sangat kuno,” jawab Rustam. Tak disangka, jawaban muncul “Hari yang buruk, bukankah? Saya ingin menawari Anda mengisi posisi pianis di bar Mustard. Kebetulan yang sebelumnya sudah saya pecat. Saya tunggu Anda lusa pukul 19.00 untuk ujian.” Rustam tertegun dan segera mengiyakan tawaran yang menghampirinya bagai mimpi tersebut. Hari berlalu, ia menyiapkan not-not piano terbaiknya untuk dibawakan nanti. Latihan rutin dilakukannya terus-menerus hingga tidak ada kesalahan yang terjadi. Rambutnya secara khusus ditata oleh tukang potong rambut di salon idamannya. Baju spesial yang ia kenakan berasal dari pemberian ayahnya. Tak lupa, ia juga meliburkan pengajaran di sekolah demi hari

MEDIA

Foto: dokumen pribadi

Kelvin Kohar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat II yang sangat penting tersebut. Waktu ujian tiba, nada piano ia mainkan dengan begitu indah terpadu dengan nyanyian khas yang dibawakan oleh penyanyi terkenal. “Mantap, permainan yang begitu bagus. Kalau begitu, mulai besok silakan kamu datang pada jam yang sama,” kata penyanyi sekaligus penentu kelulusan dirinya. Ia pulang dari bar tersebut dan merayakan keberhasilannya dengan sukacita. Menurutnya, hari tersebut seakan-akan menjadi penanda baru, pembuka jalan, dan pengubah nasib. Keesokan harinya, ia datang kembali dan pulang dengan kondisi yang sama. Begitu juga dengan hari-hari selanjutnya. Hari demi hari berlalu, siklus yang sama berulang dan terus berulang. Namun, muncul perasaan tidak puas di hati Rustam. Selama ini, ia yakin menjadi pianis di bar Mustard akan menjadi titik tolak perubahan hidupnya. Nyatanya, hidupnya tidak jauh berbeda. Satu minggu kemudian, setelah Rustam menyelesaikan pekerjaannya, ia bertanya kepada penyanyi terkenal yang menjadi pasangan kariernya sekarang, “Aku telah mencapai puncak dalam pegununganku, tetapi mengapa semuanya masih terasa sama dan biasa saja?”. Pertanyaannya dibalas dengan suatu perumpamaan, “Saya pernah mendengar sebuah cerita mengenai seekor ikan muda. Ia berenang mendekat ke ikan yang lebih tua dan berkata, ‘Aku sedang mencoba mencari sesuatu yang hebat, dikenal dengan nama samudra.’ ‘Samudra?’ Tanya ikan yang lebih tua kebingungan, ‘Kita sedang berada di samudra, nak’. ‘Ini? Oh tidak, ini hanyalah air. Yang saya cari adalah samudra,’ kata ikan muda tersebut. Pada akhirnya, ia masih terus mencari samudra hingga wafat.” kelvin

AESCULAPIUS

14


Suara Mahasiswa

Paradoks Kebijakan Pemerintah Indonesia: Larangan Mudik dan Pembukaan Tempat Wisata Demi menghambat laju persebaran Covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan mudik. Apakah kebijakan tersebut sudah tepat?

Foto: dokumen pribadi

Bayu Satria Utomo Ketua BEM FISIP UI 2021

P

ada libur lebaran tahun lalu, kebijakan larangan mudik merupakan salah satu kebijakan yang ramai diperbincangkan di tengah masyarakat. Pemerintah mengeluarkan kebijakan tersebut dengan dalih menghambat laju penyebaran virus SARSCoV2 di Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia masih terus berjuang dalam melawan laju penyebaran virus yang semakin meluas. Per tanggal 25 Mei 2021, angka kasus positif di Indonesia masih kian bertambah hingga mencapai 1,64 juta. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan masyarakat mengingat banyaknya kelompok masyarakat yang rentan terinfeksi Covid-19 di samping kondisi program vaksinasi yang belum merata. Namun, poin menariknya adalah pemerintah turut menetapkan sebuah kebijakan yang bertentangan dengan larangan mudik, yakni pembukaan tempat pariwisata. Penerapan kedua peraturan tersebut dalam satu waktu menghadirkan sebuah paradoks dalam kebijakan pemerintah.

15

MEDIA

Tradisi Mudik dan Larangannya Mudik merupakan sebuah tradisi yang sudah cukup mengakar di masyarakat Indonesia melihat banyaknya perantau yang mengadu nasib di perkotaan besar, seperti di ibu kota. Mudik sendiri erat kaitannya dengan masyarakat Jawa karena berasal dari istilah mulih dilik yang artinya pulang sebentar. Sayangnya, tradisi mudik tahun ini terpaksa ditunda akibat dikeluarkannya kebijakan Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 13 Tahun 2021 tentang Larangan Mudik Lebaran pada 6-17 Mei 2021. Namun, kenyataannya implementasi kebijakan dan pemberian sanksi tersebut masih belum maksimal. Dilansir dari Kompas.com, terdapat 109.327 kendaraan yang meninggalkan Jabodetabek pada tanggal 11 Mei 2021. Salah satu sanksi bagi para pemudik adalah perintah untuk tidak melanjutkan perjalanan mudik dan kembali ke rumah. Penyekatan pemudik dilakukan di beberapa titik di Indonesia, terutama daerah-daerah rawan pemudik seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera Barat. Di sisi lain, pemudik pun tak kalah cerdik. Tidak sedikit di antaranya yang justru mencari jalan lain agar tetap sampai ke kampung halaman. Terlebih lagi, semua orang mampu mengakses aplikasi peta yang dapat memberikan rute alternatif untuk mencapai tempat tujuan. Apabila kita berada di posisi pemudik, mengupayakan berbagai cara untuk melanjutkan perjalanan sangat wajar untuk dilakukan, terutama apabila seorang pemudik tertangkap penyekatan di titik yang sudah dekat dengan daerah tujuan. Apakah kita akan rela untuk kembali ke daerah asal? Tentu hal ini akan menjadi sebuah tantangan lantaran kembali ke kota asal berarti waktu perjalanan menjadi jauh lebih panjang. Pembukaan Tempat Wisata Hal lain yang menjadikan kebijakan larangan mudik menjadi tidak efektif adalah ditetapkannya kebijakan pembukaan pariwisata. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf ) mengatakan bahwa kebijakan pembukaan pariwisata

AESCULAPIUS


Seremonia diserahkan kepada daerah masing-masing. Selain itu, Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf ) juga menyampaikan bahwa seluruh tempat wisata di Indonesia tetap dibuka selama libur lebaran guna membangkitkan kembali ekonomi masyarakat di sekitar tempat wisata tersebut. Alih-alih membangkitkan ekonomi, pembukaan tempat wisata justru berujung pada membludaknya jumlah pengunjung. Pembatasan jumlah pengunjung memang tetap dilakukan guna memastikan berjalannya protokol kesehatan dan menekan penyebaran Covid-19. Namun, pembludakan pengunjung yang terjadi kian hebatnya hingga petugas keamanan kewalahan. Beberapa tempat wisata yang mengalami lonjakan pengunjung di antaranya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Pantai Kukup Gunung Kidul, dan beberapa pantai lainnya di Indonesia. Pengunjung tempat wisata tersebut ternyata adalah para pemudik yang tidak dapat kembali ke kampung halamannya sehingga mereka memilih untuk mencari hiburan ke tempat wisata setempat.

Pertunjukan Paradoks oleh Pemerintah Dua kebijakan tersebut sukses menampilkan sebuah pertunjukan paradoks dari pemerintah. Rasanya, larangan mudik hanya menjadi sebuah dalih agar pemerintah tidak dapat disalahkan apabila terjadi lonjakan kasus positif Covid-19. Hal tersebut didasari atas implementasi kebijakan yang masih jauh dari kata optimal. Dengan ini, pemerintah seolah menganggap kebijakan hanya merupakan sebuah produk normatif. Ini bukanlah kali pertama pemerintah berlaku inkonsisten dalam membuat aturan yang berlaku. Peristiwa selama minggu-minggu lebaran terakhir telah menggambarkan kepada kita semua bahwa pemerintah tidak tahu arah dalam menentukan sebuah kebijakan. Alur berpikir yang dibuat oleh pemerintah tampaknya perlu lebih dievaluasi sebelum diterapkan langsung ke masyarakat. Pemerintah belum terlihat fokus dalam menangani pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai, alasan ekonomi kemudian menjadi dalih atas semua ini. Padahal, kesehatan seharusnya menjadi fokus utama untuk membawa Indonesia bangkit lagi dari keterpurukan saat ini.

Mewujudkan Kesehatan Keluarga melalui Peran Wanita Indonesia

Seremonia

P

Foto: dokumen penyelenggara

ada tanggal 21-22 April 2021, Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyelenggarakan peringatan Hari Kartini 2021 melalui siaran YouTube live. Bertajuk “Dengan semangat R.A. Kartini Kita Wujudkan Keluarga Sehat 3 Generasi”, kegiatan yang dilaksanakan selama 2 hari ini mengundang banyak pembicara yang membawakan beragam materi terkait kesehatan dan keuangan yang bermanfaat bagi wanita dalam keluarga. Sesuai dengan sambutan yang disampaikan oleh Ibu Ida Budi Gunawan Sadikin, penasihat Dharma Wanita Persatuan Kesehatan, acara ini bertujuan untuk mengajak perempuan Indonesia memaksimalkan segenap potensi dalam mewujudkan kesehatan keluarga mulai dari diri sendiri, anak, dan cucu. rheina

MEDIA

AESCULAPIUS

16


Suka Duka

Sang Spesialis di Balik Layar, dr. Ening Krisnuhoni, MS, Sp.PA (K) Menelusuri perjuangan seorang dokter spesialis dalam mengenali kemampuan diri

D

r. Ening Krisnuhoni, MS, Sp.PA (K) merupakan seorang dokter spesialis yang tergabung sebagai Staf Divisi Patologi Saluran Cerna Departemen Patologi Anatomi FKUI-RSCM. Dokter kelahiran Kota Solo ini memulai pendidikan kedokterannya pada tahun 1985 di Universitas Gadjah Mada dan melanjutkan pendidikan residensi untuk menjadi dokter spesialis patologi anatomi di FKUI pada tahun 1997. Saat ini, Ening aktif melakukan berbagai penelitian di lingkup patologi anatomi saluran cerna dan hepatobilier dalam menjalani profesinya sebagai ahli patologi.

Selama menjalani masa residensi, Ening mengaku bahwa pendidikan spesialis patologi anatomi meninggalkan kesan yang menarik baginya. Kala itu, ia kerap merasa bahwa bidang yang ia jalani merupakan jalan yang tepat baginya. Tak lain karena ia dapat tetap mampu menganalisis penyakit tanpa harus berhadapan dengan pasien secara langsung. Dengan menganalisis spesimen setiap harinya selama menjalani pendidikan, Ening dapat membangun pola pikir yang bermanfaat apabila suatu hari ia akan melakukan penelitian atau menjadi seorang dosen. Berbagai pengalaman berkesan pun Ening alami selama menjalani Lika-Liku Pemilihan pendidikan residen Profesi patologi anatomi. Pada “Memilih profesi saat itu, lingkup patologi bukanlah hal yang anatomi tergolong sederhana,” begitulah sebagai bidang yang kalimat pembuka sepi peminat. Hal ini yang dilontarkan menyebabkan para Ening saat memulai residen mendapatkan m e m b a g i k a n beban kerja yang pengalamannya. cukup berat. Selain itu, Perempuan asal kota kurikulum pendidikan Solo ini menyebutkan spesialis patologi anatomi bahwa keputusannya untuk belum terkemas dalam batasan terjun ke bidang patologi materi yang terstruktur dengan anatomi berasal dari serangkaian baik. Akibatnya, mahasiswa harus pertimbangan akan pengenalan menempuh waktu pendidikan yang Sandra/MA kemampuan diri sendiri. Alasan ketertarikan panjang. Menolak untuk melihat sisi negatif, Ening Ening pada bidang patologi anatomi berawal dari beranggapan bahwa kondisi tersebutlah yang membuat pengalaman yang ia dapatkan selama menjalani masa pendidikannya menjadi lebih menarik. Kedua pendidikan profesi dokter umum atau koas. Pada masa kondisi tersebut memberikan Ening dan teman-teman itu, Ening kerap merasa kesulitan dalam beradaptasi seperjuangannya banyak kesempatan untuk memahami dengan pasien. Kesulitan ini membuatnya bimbang lebih banyak kasus patologi. Secara tidak langsung, lantaran merasa kepalang tanggung menempuh terbangunlah rasa percaya diri melalui analisis kasuspendidikan dokter yang telah ia lalui dalam waktu yang kasus tersebut. tidak bisa dibilang singkat. Dari pengalaman ini, Ening menyadari bahwa profesi sebagai klinisi bukanlah zona Suka Duka sebagai Dokter Spesialis Patologi yang tepat untuknya. Setelah melalui pertimbangan Anatomi panjang, Ening memilih untuk memantapkan hatinya Setelah berhasil menjadi dokter spesialis patologi ke Departemen Patologi Anatomi FKUI-RSCM. anatomi, Ening banyak mendedikasikan waktunya

17

MEDIA

AESCULAPIUS


Suka Duka

pentingnya untuk teliti dalam menganalisis spesimen sebelum memberikan keputusan final. Pesan dan Harapan Untuk Masa Mendatang Akhir kata, Ening berharap besar agar pemerintah dapat memperhatikan dan memfasilitasi kebutuhankebutuhan penelitian demi berkembangnya dunia riset di Indonesia. Fasilitas tersebut merupakan sebuah investasi jangka panjang yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh anak bangsa. Selain itu, penyediaan fasilitas tersebut juga dapat mendorong anak bangsa untuk berkarya, menghadirkan berbagai ilmu baru, serta memajukan kualitas pelayanan kesehatan Indonesia. Berbicara untuk perkembangan jangka panjang, hal ini juga dapat membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mempelajari pembuatan alat penelitian agar ke depannya dapat memproduksi secara mandiri. nada

Ada rasa bangga apabila sumbangsih karya dan pemikiran kita bisa bermanfaat bagi dunia kesehatan. Baik dalam bidang basic science maupun ilmu terapan. Terutama apabila karya kita dinanti oleh para klinisi untuk menangani pasien. dr. Ening Krisnuhoni, MS, Sp.PA

dalam berbagai riset di bidang patologi saluran cerna dan hepatobilier. Wanita pekerja keras ini mengatakan bahwa kendala terbesar dalam riset kedokteran adalah masalah biaya. Banyak kebutuhan riset—dimulai dari alat-alat kedokteran hingga reagen—yang belum tersedia di Indonesia. Keharusan untuk mengimpor alat dan bahan menyebabkan biaya penelitian kian membengkak. Hal ini sangat disayangkan karena fasilitas-fasilitas tersebut, khususnya reagen, merupakan salah satu kunci dalam pertimbangan kelayakan suatu studi untuk dipublikasi pada jurnal ternama. Tidak hanya sampai di situ, reagen yang sudah dibeli belum tentu dapat berfungsi secara optimal. Walaupun banyaknya tantangan yang harus dihadapi, Ening beranggapan bahwa seluruh kesulitan tersebut akan terbayarkan apabila hasil riset yang ia perjuangkan diterima oleh jurnal yang dituju.“Ada rasa bangga apabila sumbangsih karya dan pemikiran kita bisa bermanfaat bagi dunia kesehatan. Baik dalam bidang basic science maupun ilmu terapan. Terutama apabila karya kita dinanti oleh para klinisi untuk menangani pasien,” ujar Ening mengenai pengalaman menyenangkan selama penelitian. Tidak hanya dalam bidang penelitian, dokter spesialis ini juga turut berperan aktif dalam pengecekan spesimen guna membantu penegakkan diagnosis. Walaupun bagai orang dibalik layar, peran Ening sebagai dokter spesialis patologi anatomi terkadang dapat memberikan beban moral yang cukup berat. Proses pengambilan keputusan dari hasil pengecekan spesimen merupakan sebuah tanggung jawab besar yang ia rasakan selama praktik—ibarat hakim yang akan menetapkan vonis bagi terdakwa. Keputusan apapun yang kita ambil pastinya akan memengaruhi nasib pasien kedepannya, karena itulah Ening mengingatkan

MEDIA

dr. Ening Krisnuhoni, MS, Sp.PA (K) Staf Divisi II Departemen Patologi Anatomi FKUI Tempat, Tanggal Lahir: Solo, 1 September 1959 Riwayat Pekerjaan: - Staf Divisi II Departemen Anatomi FKUI

Patologi

E-mail: ening.krisnuhoni@yahoo.com

AESCULAPIUS

18


Kabar Alumni

Mandiri di Tengah Pandemi Pandemi bukan alasan untuk tetap gagah berani dalam mengabdi.

R

umah Sakit Islam Lumajang, Kecamatan Lumajang, Jawa Timur, adalah tempat dr. Novitasari Suryaning Jati mengabdikan dirinya kepada masyarakat sebagai dokter umum setelah selesai menjalani masa internship. Novitasari memulai masa praktiknya pada bulan Agustus 2020. Saat itu, wabah Covid-19 sedang marak di Indonesia. Selain itu, Jawa Timur sebagai salah satu provinsi dengan kasus Covid-19 terbanyak di Indonesia membuat kondisi rumah sakit cukup sibuk. Walaupun sekitar akhir bulan Februari hingga awal bulan April tahun ini angka kasus baru sudah tampak menurun, Novitasari sedikit ragu dengan kebenaran angka tersebut mengingat banyaknya orang yang enggan diperiksa dan takut ke rumah sakit. Walaupun demikian, penurunan kasus Covid-19 tersebut tetaplah kabar baik bagi tenaga kesehatan. Setelah menjadi dokter umum, perbedaan yang paling terasa baginya adalah kemandirian. Menjadi seorang dokter berarti harus bisa bertanggung jawab dan menangani pasien sendiri, dimulai dari anamnesis hingga tata laksana awal saat berada di Instalasi Gawat Darurat. Hal ini cukup berbeda saat masih menjalani internship karena ia masih dapat bertanya kepada dokter bila merasa ragu atau kurang paham. Saat menjadi dokter umum, segalanya harus bisa dilakukan sendiri. Walaupun ia dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis, kondisi kegawatdaruratan yang dapat terjadi kapan saja membuatnya harus tetap siap siaga. Di tengah kesibukannya menjadi dokter umum, Novitasari memiliki sebuah pengalaman yang tak terlupakan, yakni berhadapan dengan hukum. Peristiwa itu terjadi saat ia pertama kali bertugas sebagai dokter jaga di IGD pada tengah malam. Salah satu keluarga menolak untuk melakukan pemulasaran jenazah sesuai dengan protokol Covid-19 hingga memanggil pengacara untuk mengatasinya. Perasaan takut jelas memenuhi Novitasari, tetapi ia tetap memberanikan diri karena apa yang dilakukannya telah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pada akhirnya, ia dan pihak rumah sakit meminta tolong pihak kepolisian untuk memberikan edukasi kepada keluarga pasien.

19

MEDIA

Foto: dokumen pribadi

dr. Novitasari Suryaning Jati Kepala Instalasi Rawat Jalan RS Islam Lumajang Alamat: Tempeh, Lumajang, Jawa Timur E-mail: novitasari.jati@gmail.com Kontak: @novitasarisuryaning

Setelah mengalami kejadian tersebut, Novitasari berpesan kepada seluruh dokter umum dan calon dokter bahwa salah satu poin penting yang harus selalu diingat adalah edukasi. Meskipun kerap terlihat sebagai hal yang sepele saat menjalani program koas, edukasi merupakan hal yang sangat penting ketika telah terjun ke lapangan. Dengan memberikan edukasi yang baik kepada pasien dan keluarga, mereka lebih memahami mengenai kondisi dan mencegah dokter dari jeratan masalah di kemudian hari. Selain edukasi, apa pun yang dilakukan oleh seorang dokter harus sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku di lokasi tempat bekerja. Dengan demikian, terdapat dasar hukum yang kuat atas tindakan yang dokter lakukan. Ia berharap semangat dari seluruh rekan sejawat tidak dikalahkan oleh pandemi ini. raisa

AESCULAPIUS


Seputar Kita

Jangan Abai, Mari Perhatikan Asupan Gizi sejak Kehamilan! Menilik pentingnya asupan nutrisi selama 1000 Hari Pertama Kehidupan sang anak.

M

Foto: dokumen pribadi

asa kehamilan merupakan waktu yang dinantikan oleh para pasangan yang baru menikah. Sayangnya, masih banyak orangtua yang belum menyadari pentingnya periode emas yang optimal dalam tumbuh kembang sang buah hati. Di dunia, jumlah kasus anak dengan gizi kurang (stunting) masih menjadi momok serius dalam kesehatan. Salah satu faktor yang menyebabkan adalah kurangnya pengetahuan orang tua. Menanggapi kondisi tersebut, Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur ikut andil dalam mengedukasi masyarakat melalui webinar tentang pentingnya asupan nutrisi sejak kehamilan. Bertajuk “Sambut Suka Cita 1000 Hari Kehidupan Sejak Dalam Kandungan”, seminar ini dilaksanakan pada Jumat, 9 April 2021 dengan narasumber dr. Kusmaryati, SpOG melalui platform Zoom Meeting. Periode emas adalah masa ketika anak tumbuh dengan cepat dan optimal dalam kehidupannya. Masa ini berlangsung selama 1000 hari pertama sejak anak terbentuk dalam kandungan, yaitu 270 hari selama anak berada dalam kandungan dan 730 hari setelah lahir. Pemantauan periode emas dilakukan dengan supervisi dokter spesialis kandungan dan anak secara bertahap. Kehamilan yang sehat menjadi hal penting untuk menunjang keselamatan ibu dan bayi. Hal ini perlu didukung dengan adanya asupan nutrisi yang adekuat, yakni makronutrien dan mikronutrien. Banyak wanita yang hanya fokus dengan asupan makronutriennya— seperti karbohidrat, protein, dan lemak—dan melupakan mikronutrien. Padahal, mikronutrien yang terdiri atas senyawa vitamin dan mineral merupakan zat penunjang yang krusial dalam pertumbuhan dan perkembangan sel tubuh. “Kehamilan membutuhkan gizi khusus, termasuk vitamin dan mineral. Syarat kehamilan sehat adalah kalori yang cukup,” papar Kusmaryati.

MEDIA

Perkembangan bayi selama kehamilan terdiri atas tiga tahap: trimester pertama, kedua, dan ketiga. Trimester pertama dimulai dari terbentuknya janin hingga bulan ketiga perkembangannya. Periode ini penting dalam pembentukan sistem saraf pusat pada janin. Asam folat dan zat besi menjadi mikronutrien yang esensial pada tahap ini. Pemenuhan kebutuhan asam folat dan zat besi selama kehamilan harus didapatkan secara adekuat dengan makanan yang sehat dan konsumsi suplemen tambahan. Trimester kedua adalah periode ketika organ dalam janin mulai berkembang. Pada tahap ini, janin dalam kandungan dapat merespons rangsangan dan bergerak aktif dalam perut ibu. Perkembangan janin pada tahap ini membutuhkan asupan tambahan yang mengandung kalsium dan magnesium. Kecukupan mikronutrien ini dapat diperoleh dengan mengonsumsi makanan seperti sayuran hijau, susu, dan biji-bijian. Nutrisi pada trimester ketiga perlu diperhatikan untuk kelancaran persalinan. Vitamin C merupakan komponen yang signifikan selama periode kehamilan ini. Selain berfungsi sebagai zat antioksidan, vitamin C juga berperan dalam pembentukan zat besi untuk mencegah perdarahan saat persalinan. “Setiap ibu hamil wajib mengonsumsi gizi yang seimbang, mendapat tablet penambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan, menjaga kesehatan, dan mempersiapkan persalinan yang matang,” jelas Kusmaryati. Pada penghujung acara, Kusmaryanti memberikan tips untuk mempertahankan kehamilan yang sehat, “Jangan lupa untuk olahraga teratur yang tidak terlalu berat, seperti senam hamil dan jalan pagi. Perhatikan asupan nutrisi dengan konsumsi vitamin dan suplemen, kontrol ke dokter gigi untuk mencegah infeksi yang bisa mempengaruhi bayi, dan selalu jaga kesehatan emosi.” laurentia

AESCULAPIUS

20


Senggang

Lahirnya Inspirasi dari Hobi

Menemukan sisi menarik American Football dalam aspek ilmu kedokteran, karier, dan kehidupan seorang dokter

Foto: dokumen pribadi

P

endidikan doktoral di Université de Poitiers, Prancis, bukan hanya memberikan oleh-oleh berupa gelar kepada dr. Roman Ardian Goenarjo, M. Biomed, Ph.D., melainkan sebuah hobi baru yaitu berupa olahraga American Football. Olahraga yang satu ini memang tidak populer di Indonesia bila dibandingkan dengan sepak bola maupun basket. Namun di Prancis, olahraga rugbi yang mirip American Football justru menjadi olahraga yang populer. Ketertarikan tersebut dimulai saat salah satu teman laboratorium, seorang atlet American Football, mengajaknya bermain pada tahun 2016. Sejak itu, Roman mulai mencari tahu lebih lanjut terkait American Football mulai dari menonton pertandingan sampai melihat profil pemain-pemainnya. “Sebelumnya, saya punya pengalaman lebih sebagai penjaga gawang di sepak bola. Ternyata, keterampilan ini berguna untuk menjadi receiver saat main American Football,” kenang dokter kelahiran Hamburg ini. Walaupun kegemarannya belum berlangsung lama, Roman telah memiliki tim favorit: Cleveland Browns, sebuah tim asal Ohio yang bermain di National Football League (NFL). Keunikan tim ini adalah mereka tidak pernah memenangi playoff selama 25 tahun terakhir. Hal ini menjadi sebuah anomali sebab NFL selalu memberikan insentif yang cukup banyak bagi tim yang berperforma buruk. Keanehan tersebut membuatnya ingin tahu perkembangan tim ini lebih lanjut; apakah mereka dapat berkembang atau mempertahankan julukannya sebagai tim terburuk. Menurut Roman, American Football kaya akan ragam posisi pemain dan kebutuhan yang sangat spesifik untuk setiap posisi pemain. Jika dikaitkan dengan ilmu kedokteran, olahraga ini termasuk dalam jenis olahraga

21

MEDIA

permainan anaerobik yang dapat membuat tubuh semakin bugar serta meningkatkan kecepatan berpikir dan waktu bereaksi. Tentunya, manfaat ini akan sangat membantu kita saat perlu menentukan keputusan yang cepat dalam waktu yang mendesak. Seiring meningkatnya ketertarikan Roman pada American Football, ia menyadari bahwa perhitungan dan analisis data sangat didewakan dalam olahraga ini. Misalnya, setiap pemain akan dilakukan berbagai pemeriksaan seperti kecepatan berlari, kelincahan, dan fleksibilitas guna mengidentifikasi potensi dan kapasitas pemain. Berbagai tes dan analisisnya pun tidak lepas dari fisiologi yang menjadi kesukaan Roman. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan ilmu kedokteran dapat menunjang prestasi dunia olahraga. Hobi yang dijalani oleh dokter lulusan FKUI ini memang dilakukan di saat senggang. Sayangnya, ia sampai harus begadang untuk menonton NFL akibat perbedaan waktu hampir 12 jam dengan Amerika. Terlepas dari hal tersebut, anggota sport science dari PASI ini merasa senang dapat turut belajar bagaimana tim NFL melakukan latihan, mengukur parameter pemeriksaan kebugaran, serta mengamati protokol penyelenggaraan pertandingan selama menggemari olahraga ini. “Harapannya adalah mampu secara objektif mengukur kapasitas dari seorang pemain,” ujar Roman saat ditanyakan mengenai penerapan fisiologi pada dunia olahraga yang diamati, “Jadi, atlet di Indonesia yang prestasinya bagus ataupun yang kurang bagus bisa diobservasi secara rinci, nanti bagian yang mungkin kurang atau bisa ditingkatkan seperti stamina, fleksibilitas, ataupun pola makannya bisa teridentifikasi dan disesuaikan dengan cabang dan jenis olahraganya,” pungkas Roman. rejoel

dr. Roman Ardian Goenarjo, M.Biomed, Ph.D. Staf Pengajar Fisiologi Kedokteran FK UI, dan Team Sport Science PASI E-mail: roman.goenarjo@ui.ac.id No. Kontak: +33768877054

AESCULAPIUS


Segar

Kenali dan Sadari Serangan Asma Memperingati Hari Asma Sedunia – 5 Mei 2021

Mendatar

Menurun

6. Penanganan awal serangan asma 7. Asma yang terkait dengan alergi 9. Serangan asma 11. Jenis obat yang digunakan sebagai pengontrol 12. Napas berbunyi pada pasien asma

1. Gejala asma 2. Lokasi saluran napas utama terjadinya penyempitan pada pasien asma 3. Pemeriksaan untuk mengukur fungsi paru pada pasien asma 4. Obat asma yang sudah tidak digunakan lagi 5. Sel yang teraktivasi oleh immunoglobulin E pada asma 8. Jenis obat yang digunakan sebagai inhaler 10. Faktor utama pencetus asma

MEDIA

AESCULAPIUS

22


Media Aesculapius

@MedAesculapius | beranisehat.com | 0858-7055-5783 Temukan informasi selengkapnya pada akun Instagram dan website kami Anti-hoaks | Ensiklopedia penyakit | Guideline diagnosis dan penanganan penyakit | Berita dan artikel kesehatan terkini


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.