Edisi 11 - Buletin Opini Kami

Page 1

Edisi 11 14 Februari 2022

Mahasiswa (sih) Katanya

A

Source : Pixabay

pa yang terlintas dipikiran kalian ketika mendengar kata MAHASISWA ?. Tentu kalian akan berpikir tentang seseorang yang berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, dan mempunyai intelektual berkualitas. Yah, memang seharusnya seperti itulah seorang mahasiswa. Namun sayang, banyak dari mereka yang hanya bangga akan gelar sebagai Mahasiswa, tapi lupa akan tanggung jawabnya. Mahasiswa yang seharusnya menjadi harapan bagi masyarakat

sebagai Agent of Change. Mahasiswa yang ditunggu oleh masyarakat aksi nyatanya. Kini telah jauh dari harapan. Kebanyakan dari mereka kini hanya menjadi mahasiswa kupu­kupu (kuliah pulang, kuliah pulang). Ada lagi sebagian dari mereka yang hanya mengejar IPK. Ada juga yang kuliah hanya untuk bersenang­senang dan menuruti gengsi. Katanya sih mahasiswa harus mandiri, namun sebagian dari mereka masih saja mengandalkan kinerja orang lain. Mengerjakan tugas hanya bermodalkan nama. Apa itu yang namanya Mahasiswa Mandiri? Sekadar kilas balik dulu, saat menjadi mahasiswa baru begitu banyak alasan seseorang memilih menjadi seorang mahasiswa misalnya, agar mudah mencari sebuah pekerjaan, hanya untuk meningkatkan status sosial saja, ada juga yang bingung setelah lulus tamat sekolah mau ke mana. Lebih baik


02

Buletin Opini Kami - By BEM STAI Darul Hikmah Bangkalan

kuliah dulu layaknya seperti berjalan tanpa tujuan, mendayung tanpa henti. Kini semakin saya sadari bahwa di balik kenyataan tersebut mungkin sebutan mahasiswa ada baiknya perlu kita koreksi bersama menilik perubahan zaman yang begitu pesat serta kondisi lingkungan yang terus menerus mengubah diri. Maha dalam KBBI diartikan sebagai sangat, amat, teramat. Kata “Maha” biasanya digunakan untuk penyebutan kepada Tuhan, seperti yang Maha Kuasa, Maha Mendengar, dan Maha Adil. Namun, di Indonesia kata “Maha” juga diberikan kepada manusia yaitu Mahasiswa dan Mahaguru. Entah ada sejarahnya atau tidak saya berpendapat demikian, setelah 12 tahun menempuh pendidikan dengan status sebagai siswa terbentuklah kata mahasiswa yang dianggap sebagai seorang yang terpandang, berilmu, dan berkedudukan agak tinggi. Mahasiswa sendiri mempunyai dua tanggung jawab yang wajib diemban yaitu memahami teori dari dosen sisanya tergantung pada kesadaran pribadi

masing­masing dan kedua terlibat dalam masyarakat memberikan pendapat serta solusi berdasar pada pengetahuan yang sangat terbatas, mengingat salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah melakukan pengabdian pada masyarakat. Terwujudkan dalam program KKN, PPL, ataupun PKL semua program universitas tersebut wajib dilewati oleh setiap mahasiswa bukan karena memang kemauan murni kita sendiri kan? Nyatanya, semakin hari semakin terlihat bahwa kata “Maha” ini, dalam mahasiswa itu harus diganti atau lebih baik dihilangkan. Sekarang semakin mudah orang menduduki kursi perkuliahan dan juga kampus­kampus telah banyak bertebaran di sepanjang ruas jalan, sebuah kemajuan yang patut diapresiasi. Untuk akses belajar di universitas tak sesulit zaman mbah dulu. Sarjana sudah dianggap biasa dan sekarang sebagai syarat mendapatkan pekerjaan serta banyak yang menetapkan harus lulusan S1 yang mana secara otomatis mau tidak mau bukankah harus menjadi seorang sarjana? Menyandang gelar mahasiswa


Edisi 11 - 14 Februari 2022

merupakan suatu kebanggaan tersendiri sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang dimiliki seorang mahasiswa begitu besar. Dimana Pengertian mahasiswa itu adalah seorang agen pembawa perubahan yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat bangsa ini. Akan tetapi, masih ada mahsiswa yang tidak sadar atas tugas dan tanggung jawabnya menjadi seorang mahasiswa. Mahasiswa itu agen perubahan, katanya. Mahasiswa itu generasi intelektual yang masih idealis sehingga diharapkan saat terjun ke masyarakat, mereka dapat membawa angin segar untuk memperbaiki yang bobrok, iya itu dulu. Akan tetapi sekarang mahasiswa sudah mulai mengalami pergeseran dan mereka lupa tugas dan tanggung jawab yang dimiliki seorang mahasiswa. Tetapi saat ini tak terihat sedikitpun kegelisahan para mahasiswa di negeri ini, ia merasa tenang dengan keadaannya (zona aman/netral), banyak yang bertanya “apa bedanya mahasiswa dengan kami yang tidak menempuh bangku perkuliahan, ataukah hanya di status kami? Yang tidak dapat memakai

03

seragam dan tidak dapat melanjutkan pendidikan?” Lebih baik tidak menjadi seorang mahasiswa, daripada diam dan asik dengan diri sendiri! Mahasiswa selalu di junjung sebagai penyambung lidah rakyat, Sebagai penerus perjuangan para penerus bangsa, yang haus akan penegetahuan, mengkritik setiap kebijakan pemerintah dengan saran­saran yang baik untuk negeri ini sebab negeri ini butuh pengubah suatu tatanan yang lebih baik. Jangan jadikan kampus sebagai penjara yang membelengguh, tetapi jadikan kampus sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas, seperti halnya dengan berorganisasi. Kita saat ini tidak terjajah dalam bentuk fisik, tapi kita terjajah dalam bentuk pemikiran. Buku yang seharusnya menjadi teman kita tetapi perlahan di jauhi dengan gadget yang lebih kita utamakan. Mahasiswa sekarang mengalami penurunan daya tempur sebagai mahasiswa, mereka lebih banyak menuntut, enggan bekerja keras, inginnya instan, maunya yang gampang, cenderung malas kerja tugas, hedonis, ingin santai tetapi cepat lulus, dan ingin mempunyai IPK yang cetar membahana.


04

Mahasiswa (sih) Katanya

Wahai mahasiswa, sadarlah! berapa banyaknya yang suka nitip absen, datang terlambat ke kampus, keluar ruangan dengan sesuka hati, dan bahkan masih ada diantara mereka yang main gadget asik chatting di media sosial pada saat dikusi berlangsung, dan tugasnya pun biasanya instan hasil copy paste dari internet. Sungguh tragis mahasiswa sekarang. Namun saya yakin, tidak semua mahasiswa seperti yang saya katakan itu. Para mahasiswa sekarang memiliki nilai IPK tinggi­tinggi lambai menjuntai akan tetapi kuliah itu bukan tentang nilaii Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Kuliah itu tentang pengalaman, orang­orang yang kalian temui, serta skill yang kalian dapatkan selama kuliah. IPK yang tinggi bukannya tidak penting, sebenarnya penting akan tetapi ada hal yang lebih penting dari sekedar angka­ angka IPK itu. Yaitu, kompetensi. Kompetensi adalah sebuah keharusan baik itu teknis, akademis, dan yang paling penting adalah kompetensi sosial (soft skill). Ok, sekarang kalian sebagai mahasiswa tetap mau stagnan di zona nyaman terus, apa mau berubah ?. Pilihan ada di tangan kalian!

Susunan Direksi Penerbit Departemen Media BEM STAI Darul Hikmah Bangkalan Penasehat & Penanggung Jawab Farid Najibulloh Pemimpin Redaksi Ibnuh Sulaiman Editor Ilham Ramadhani Ibnuh Sulaiman Content Writer Khoirunnisa Ibnuh Sulaiman Design & Layout Ibnuh Sulaiman Alamat Direksi Kampus STAI Darul Hikmah Bangkalan - Jln. Raya Langkap Burneh Bangkalan (Ponpes Darul Hikmah Bangkalan)

Tentang Penulis Ilham Ramadhani, Si melankolis yang kadang sanguinis. Lahir 21 tahun lalu tepat tanggal 9 Mei 2000 di Desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Menulis bukanlah bakat baginya, akan tetapi sekedar hobi. Sekarang tercatat sebagai Mahasiswa aktif di Green Campus STAIDHI BANGKALAN


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.