Edisi 03 - Buletin Opini Kami

Page 1

Edisi 03 20 Desember 2021

Jurnalistik Yes!, Rebahan No!

H

Source : Pixabay

idup adalah kreativitas. Sepertinya kalimat tersebut cukup sederhana dan tidak terlalu ilmiah, namun mempunyai makna yang mendalam bahwa hidup jangan cuma diam dan monoton tanpa ada perubahan ke arah yang positif. Life is change. Begitu juga bagi teman­teman mahasiswa. Jika dunia perkuliahan hanya dijalani dengan kuliah, belajar, makan dan tidur, tentu sangat membosankan. Mahasiswa sebagai orang­orang yang berada di jenjang pendidikan tertinggi mempunyai kedudukan lebih di

masyarakat. Selain penuntut ilmu, mahasiswa merupakan gudang kreativitas, penyalur aspirasi, pemilik ide­ide yang membangun, dan kritisi yang berkualitas. Tetapi pada kenyataannya kebanyakan mahasiswa zaman sekarang hanya berorientasi pada keberhasilan di dunia kerja. Lalu apa hubungannya dengan jurnalistik ? Sekilas tentang jurnalistik, definisi jurnalistik sangat banyak. Namun pada hakekatnya adalah sama. jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau hal­ihwal pemberitaan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary). Dalam bahasa Belanda “journalistiek” artinya penyiaran catatan harian. Menurut (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau


02

Buletin Opini Kami - By BEM STAI Darul Hikmah Bangkalan

media berkala lainnya. Dalam jurnalistik harus ada unsur kesegaran waktu (timeliness atau aktualitas). Aktivitas utama dalam jurnalistik adalah pelaporan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana (yang dikenal dengan 5W+1H) dan juga menjelaskan kepentingan dan akibat dari kejadian atau tren. Bahkan setiap harinya kita berhadapan dengan jurnalistik, seperti menyaksikan berita, membaca novel, majalah, artikel, surat kabar atau sekedar melihat group WhatsApp kampus. Menikmati berbagai produk jurnalistik tersebut menjadikan hari­hari yang melelahkan terasa lebih berwarna. Namun tidak semua orang mengetahui bagaimana semua itu sampai di depan mata, terutama bagi mahasiswa. Menjadi konsumen bagi output jurnalistik adalah hal yang biasa. Tetapi menjadi bagian dari behind the scene, jurnalistik bukan perkara yang mudah, semudah menikmatinya. Hal itulah yang sekarang kurang dimiliki mahasiswa, sehingga eksistensinya mulai meleset dari peranan yang semestinya. Bila diamati mahasiswa cenderung suka berbicara alias ngomong doang tanpa dasarnya ketimbang berbuat atau paling tidak menyalurkan kreativitas dan aspirasinya melalui bentuk nyata. Orang yang verbalnya baik belum tentu pintar

menulis karena menulis memerlukan pemikiran, pengetahuan, imajinasi, dan keseriusan. Orang yang pintar secara akademik juga belum tentu mampu berinteraksi dengan berbagai narasumber sebagai seorang reportase, atau melihat objek yang bagus untuk diabadikan melalui lensa kamera. Untuk itu diperlukan adanya latihan. Jurnalistik merupakan proses pembelajaran bagi mahasiswa untuk menambah wawasan dan terus berkarya. Tujuan jurnalistik ini pertama, memberikan fasilitas kemampuan menulis dan analisis baik dalam bentuk tulisan maupun dokumentasi. Kedua, membudayakan menulis kepada mahasiswa yang selama ini memang sangat lemah. Ketiga, mengembangkan minat dan bakat mahasiswa agar dapat menumbuhkan kreator­kreator muda dalam dunia jurnalistik. Tak heran jika setiap kampus mempunyai media jurnalistik tersendiri sebagai wadah mahasiswa­mahasiswi yang gemar melakukan aktivitas jurnalistik, di sela­sela waktu kuliah. Serta juga banyak diadakan berbagai lomba jurnalistik yang tentunya bertujuan meningkatkan


Edisi 03 - 20 Desember 2021

motivasi kita untuk berkarya. Menjadi seorang ‘mahasiswa’ memang selalu dihadapkan pada pilihan­ pilihan. Salah satunya adalah pilihan untuk jadi mahasiswa ‘jurnalistik atau rebahan’. Jurnalistik merupakan arena mendulang kreativitas, menuangkan gagasan­gagasan dan jalan menuju perubahan. Sedangkan mahasiswa merupakan sumber bakat yang tiada habisnya dalam berbagai inovasi. Sebaliknya rebahan. Dari namanya saja, hobinya memang berbaring. Dalam bahasa maduranya ‘Dung-Tedungan’ Entah itu di kasur, ranjang atau di tempat lainnya. Asal bisa rebahan, maka itu dikatakan sebagai mahasiswa rebahan. Mungkin prinsipnya memang menikmati hidup selagi bisa. Sekali dua kali, kaum rebahan ini tetap datang ke kelas, meskipun kadang disangka orang asing oleh dosen yang bersangkutan. Tapi jangan salah, ada kaum rebahan yang dia nggak ada ambisiusnya sama sekali untuk mengikuti mata kuliah, tapi justru aktif di tempat lain (Organisasi). Kaum Rebahan menjadi kata yang populer untuk kalangan millenials sekarang ini.

03

“Kaum Rebahan” adalah julukan untuk orang­orang yang sangat menyenangi kegiatan berbaring. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk kaum rebahan ini. Banyak dampak yang akan dirasakan ketika menjadi kaum rebahan salah satunya mahasiswa. Dengan mengandalkan kegiatan rebahan di waktu yang lama itu akan menjadikan mahasiswa malas dan apatis karena terlalu nyaman dalam kegiatan rebahan tersebut. Akibatnya, banyak yang terbengkalai, tugas­tugas tidak dapat terselesaikan dengan baik, dan akan menurunkan kadar prestasi mahasiswa dalam kegiatan belajar di perkuliahannya. Oleh karena itu, lebih baik mahasiswa mengatur pola hidupnya agar kegiatan rebahan yang terlalu lama tidak menjadikan kegiatan tersebut menjadi sebuah rutinitas. Mahasiswa yang dikenal sebagai Agent Of Change tentu tidak hanya berdiam diri duduk santai sembari mengamati setiap permasalahan yang selalu timbul tidak ada habisnya, justru dengan inilah kita wajib mengambil bagian dari proses pembelajaran dan pembentukan jati diri. Mahasiswa tidak bisa melupakan tugas serta tanggung jawab, yakni control sosial serta agent pembaharu. Dalam kondisi seperti ini, upaya yang bisa dilakukan untuk berpartisipasi dalam hal memberikan informasi­informasi serta edukasi bagi


04

Jurnalistik Yes!, Rebahan No!

mahasiswa, khususnya orang­orang yang masih awam pengetahuan tentang penyebaran berita yang tidak jelas sumbernya yang seringkali terjadi lingkungan sekitar kita. Agar mereka paham serta bijak dalam menyikapinya. Seiring perkembangan zaman, informasi maupun berita sangat mudah diperoleh melalui berbagai sumber. Baik cetak maupun non cetak. Tanpa adanya filterisasi berita. Hal inilah yang memicu adanya berita palsu atau hoax news. karena semua orang memiliki kebebasan menulis opini tanpa seleksi atau filterisasi konten berita dan sulit untuk berpihak pada kebenaran. Karena semua, ada di atas kepentingan. Maka di situlah peradaban tumbang. Belajar jurnalistik itu penting. Tentu bukan untuk jadi wartawan. Apalagi mau jadi pemimpin redaksi. Tapi belajar jurnalistik agar tahu caranya berpihak pada kebenaran. Sudah seharusnyalah generasi muda bangsa bangkit, melaksanakan peranannya yang semestinya dengan menyalurkan aspirasi, menuangkan ide­ide kreatif dan melahirkan karya­karya baru melalui jurnalistik. Serta mengembangkan kemampuan softskil kita. Let’s we begin.

Susunan Direksi Penerbit Departemen Media BEM STAI Darul Hikmah Bangkalan Penasehat & Penanggung Jawab Farid Najibulloh Pemimpin Redaksi Ibnuh Sulaiman Editor Ilham Ramadhani Ibnuh Sulaiman Content Writer Khoirunnisa Ibnuh Sulaiman Design & Layout Ibnuh Sulaiman Alamat Direksi Kampus STAI Darul Hikmah Bangkalan - Jln. Raya Langkap Burneh Bangkalan (Ponpes Darul Hikmah Bangkalan)

Tentang Penulis Ilham Ramadhani, Si melankolis yang kadang sanguinis. Lahir 21 thn lalu tepat tanggal 9 Mei 2000 di Desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Menulis bukanlah bakat baginya, akan tetapi sekedar hobi. Sekarang tercatat sebagai Mahasiswa aktif di Green Campus STAIDHI BANGKALAN


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.