2 minute read

TheFutureCareer

Next Article
PSYCHOPRENEUR

PSYCHOPRENEUR

Khoif Aprilianto

Kalian tau gak lagu yang judulnya “Takut” dari Idgitaf? Ada lirik yang berbunyi ‘Takut tambah dewasa, Takut aku kecewa, Takut tak seindah yang kukira..’ Lirik itu secara singkat menjelaskan ketakutan akan masa depan. Untuk menghadapi masa depan, kita harus merencanakan itu dengan baik. Nah, sekarang kita akan ngobrolin mengenai The Future dengan Kak Khoif dari angkatan 2019. Ayo disimak ceritanya!

Advertisement

Menurut Kakak, apa saja yang harus dilakukan agar seseorang dapat mempunyai pandangan akan masa depan dan impian yang dimiliki?

Pertama, menentukan tujuan atau apa yang mau dilakukan.

Setidaknya apa yang aku pelajari dan apa yang aku terapin kediriku untuk masa depanku kurang lebih nentuin tujuan aku maunya apa terlebih dulu. Kita juga tidak dapat memprediksi masa depan.

Kita pun tidak menutupi kemungkinan kalau masa depan yang sudah direncanakan tidak akan tercapai. Maka dari itu, kita harus punya back up atau berbagai plan, agar misal plan A tidak terwujud, kita tidak terlalu larut dalam kekecewaan di plan yang gagal dan dapat berlanjut ke plan yang lain.

Menurut Kakak, apa saja yang harus dilakukan agar seseorang dapat mempunyai pandangan akan masa depan dan impian yang dimiliki?

Biasanya, berdasarkan passionnya. Meskipun tidak tahu passionnya apa, dicoba aja dulu namun bukan berarti di gambling. Misalnya, kita sudah diberi kesempatan yang minim dengan pilihan yang terbatas.

Kita bisa enjoy dulu dengan pilihan yang ada dengan cara bermindset bahwa mencoba aja dulu agar tau rasanya berada di tujuan yang ada dan tahap-tahap untuk mencapai tujuan yang ada. Misal, kita hanya diberi pilihan satu jurusan di kuliah dan itu bukan yang kita minati. Kita bisa mengembangkan soft skill (mengikuti organisasi, dll.)

Apakah kita sebagai mahasiswa harus terburu untuk mengejar masa depan dan impian apabila sudah menjadi target awal?

Secara teoritis, kita dapat membuat Action Plan (membuat plan-plan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan kita). Misalkan untuk menjadi

Psikolog, apa saja tahap-tahapannya. Nanti itu dilist. Namun aslinya, semua tergantung dari kapasitas diri kita. Kita pun harus realistis, tidak bisa terlalu idealis. Bukan sebagai keharusan juga untuk mencapai tujuan (contoh: harus lulus 3,5 tahun, dll.) kalau misalkan kita sadar atas kemampuan diri sendiri dan tidak dapat mencapai tujuan tersebut, tidak usah dipaksa. nanti jadi beban mental sendiri. Bila misalkan hal tersebut tidak bisa kita lakukan dengan maksimal, carilah hal lain yang dapat membuat kita maksimal.

Terkadang, kita harus mencoba hal-hal baru untuk menemukan hal yang dapat membuat kita menjadi maksimal.

Apakah kita sebagai mahasiswa harus terburu untuk mengejar masa depan dan impian apabila sudah menjadi target awal?

Sebenarnya, aku masih bingung sih. Namun untuk urusan karir dan plan idealisku, aku ingin membuat suatu start up psikologi atau bidang layanan psikologi mengenai psikotes, dll. Aku terinspirasi dari berbagai macam platform psikologi yang ada saat ini karena sebagian besar dari founder tersebut merupakan S1 Psikologi namun dapat membuka lapangan pekerjaan untuk S2 Psikologi dan aku terpukau karena hal tersebut. Inspirasi ini muncul ketika pandemi. Step awal yang aku lakukan adalah dari langkahlangkah kecil seperti membuat podcast lalu membuat konten media mengenai psikologi. Seiring berjalan waktu, aku juga dipercayakan sebagai presiden BEM dan dari pengalaman itu, aku dapat belajar cara memanage dan melatih cara memimpin orang lain. Aku juga dapat kesempatan untuk magang di suatu platform psikologi dan dari situ, aku mendapatkan ilmu mengenai cara membangun platform sebesar itu atau membuat konten.

This article is from: