Klub Sinau Magazine edisi 2 th 2008

Page 1

1 Klub Sinau Magazine edisi 02 tahun 2008


Hak Cipta (c) 2008 Klub Sinau. Izin diberikan untuk menyalin, mendistribusikan dan/atau memodifikasi dokumen ini sesuai aturan Lisensi Dokumentasi Bebas GNU, Versi 1.2 atau semua versi yang lebih baru yang dipublikasikan oleh Free Software Foundation; dengan Bagian Invarian adalah KLUB SINAU MAGAZINE, dengan Teks Sampul Depan adalah KLUB SINAU MAGAZINE, dan dengan Teks Sampul Belakang adalah KLUB SINAU – KOMUNITAS HOMESCHOOLING SIDOARJO. Satu salinan lisensi ini disertakan pada bagian berjudul "Lisensi Dokumentasi Bebas GNU" yang dapat dilihat di www.klubsinau.com.

2 Klub Sinau Magazine edisi 02 tahun 2008


What's up Dari Redaksi Metode Homeschooling: Unschooling: Self Directed Learning Kelompok Belajar Klub Sinau: Apa dan Bagaimana? Resource Homeschooling: Buku Summer Hill School Sharing: Sentuhan Ibu, Sentuhan Menentukan Tips Homescholing: Form Pencatatan Field Trip Meet the Family: Keluarga Wahyudi Prabowo Sharing: Unschooling keluarga kami Agenda Klub Sinau

MELIHAT dari sudut pandang yang berbeda, melihat yang tak terlihat oleh orang lain, berpikir dari sisi yang tak pernah dipakai oleh orang pada umumnya, membicarakan suatu ide baru. Mungkin itu ciri-ciri orang yang cerdas, jenius dan sekaligus unik. Homeschooling sebagai sebuah alternatif cara belajar sangat memungkinkan untuk menumbuhkan pribadi yang unik. Jenius? Mungkin juga.. tapi jangan melupakan faktor genetik sebagai penentu kejeniusan. Summer Hill School adalah sebuah sekolah yang dipimpin oleh orang yang jenius dan kreatif. Memiliki pandangan yang unik tentang bagaimana seharusnya sebuah sekolah yang bisa meluluskan siswa yang tidak hanya pandai secara tertulis, tapi memiliki motivasi internal untuk bertanggung jawab. Menjalankan Metode unschooling dalam homeschooling sangat mirip dengan apa yang terjadi di Summer Hill School. Bukan bermaksud untuk meniru persis apa yang terjadi di Summer Hill School, tapi edisi kali ini ingin memberi ide bagi pembacanya tentang suatu metode yang memungkinkan anak mampu bertanggung jawab dengan sukarela, mendorong motivasi internal untuk belajar, dan dari sisi orangtua sendiri untuk tidak memaksakan anak belajar hal yang tidak mereka sukai dengan cara yang tidak sesuai dengan anak. Selamat belajar! Salam HS! Maria Magdalena editor & designer A genius is someone who shoots at something no one else can see, and hits it.

3 Klub Sinau Magazine edisi 02 tahun 2008

edisi 02 tahun 2008 April 2008

editor: Retno Wulandari Maria Magdalena designer: Maria Magdalena Klub Sinau Magazine adalah sarana untuk memperluas wawasan keluarga homeschooling yang tergabung sebagai anggota website www.klubsinau.com Kami menerima tulisan, baik dalam bentuk opini, artikel, sharing, tips, maupun resensi buku atau situs yang mendukung pembelajaran melalui metode homeschooling. Tulisan dapat dikirimkan melalui email ke: webmaster@klubsinau.com


Unschooling

Child Directed Learning Istilah unschooling pertama kali digunakan oleh John Holt untuk pengertian 'tidak mengirim anak ke sekolah'. Pada perkembangan selanjutnya, istilah ini mengalami perubahan makna terutama bagi orang yang menolak model sekolah bagi proses homeschooling. Istilah lain yang berkaitan dengan unschooling adalah natural learning, child-led learning, discovery learning, dan child-directed learning. Bagi penganut metode ini, tidak ada pemisahan antara saat 'schooling' dan 'unschooling', karena tidak ada saat 'schooling'. Belajar dan mencoba hal baru dilakukan sepanjang hari. Filosofi dasarnya adalah belajar yang berpusat pada anak. Anak-anak yang menentukan apa yang dipelajari, mengapa mereka belajar, bagaimana mereka belajar, dan mengapa mereka belajar. Tidak ada tingkatan, kelas, semester, atau ujian. Orangtua menawarkan atau menganjurkan tapi tidak memaksakan atau menawarkan reward. Penganut metode ini meyakini bahwa anak memiliki kecintaan belajar yang alami. Memaparkan anak pada lingkungan yang kaya stimulus dan keterlibatan penuh orang tua akan mengembangkan kemampuan anak dengan maksimal. Unschooling bukan 'tidak belajar' atau 'tidak diajarkan', unschooling juga bukan pembatasan. Unschooling adalah sebuah filosofi tentang kesempatan dan ketertarikan. Kita menawarkan, mengarahkan, mendukung, memfasilitasi, membimbing (jika diminta) – kita memastikan anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi apapun yang mereka minati. Unschooling berpendapat bahwa belajar adalah proses yang alami dan penuh kesenangan. Unschooling juga percaya bahwa anak adalah penilai yang baik tentang apa yang siap mereka pelajari dan kapan mereka siap untuk memperlajarinya. Karena tiap anak dilahirkan dengan membawa perbedaan, maka cara belajar mereka pun berbeda. Ada yang belajar dengan membantu ibunya

memasak, ada yang dengan membuat furnitur dari kayu bersama ayahnya. Apapun yang mereka pelajari, tiap hari adalah petualangan. Unschooling – kebalikan dari sekolah biasa – diyakini dapat mendorong kemandirian, keyakinan diri, motivasi pribadi, ketahanan yang lebih besar terhadap tekanan sebaya, kenikmatan belajar seumur hidup, dan kesadaran diri. Dibandingkan dengan unschooling, metode sekolah biasa lebih mendorong anak untuk tergantung secara mental, bekerja berdasarkan motivasi eksternal, ketergantungan pada teman sebaya, rasa bosan pada belajar, dan tidak yakin pada dirinya sendiri. Proses belajar yg dikendalikan oleh anak pada dasarnya adalah aktif. Unschooling lebih fokus pada ide belajar dimana anak adalah pusat kegiatan dan sumber dari aktivitas daripada berfokus pada kegiatan mengajar (dengan guru sebagai pusat kegiatan dan sumber aktivitas). Ini tidak hanya membuat belajar jadi lebih efektif, tapi mendorong anak untuk mengembangkan dasar-dasar: kemandirian, kepercayaan diri, dan rasa tanggung jawab. Anak belajar bahwa jika dia ingin sesuatu terjadi, maka dia harus berusaha menjadikannya. Lebih mudah bagi kita untuk mengerti tentang unschooling jika kita berpikir dari sudut pandang bagaimana orang dewasa belajar. Apa yang kita lakukan ketika ingin memperlajari sesuatu? Kita membaca buku-buku, mengambil kursus, mencari sumber-sumber di internet, mencari seseorang yang sudah mengetahuinya, bertanya, dll. Setelah melakukan riset awal bisa jadi kita menemukan bahwa kita ternyata tidak benar-benar tertarik. Atau kita malah bercabang ke area yang lain. Atau malah menggelutinya terus hingga benar-benar ahli. Semua pilihan ini bisa diterima oleh orang dewasa. Seperti pepatah lama bilang, “anak-anak adalah manusia juga�, cara mereka belajar tidak jauh beda dari cara kita belajar. Anak-anak secara alami termotivasi untuk belajar. Pada sebagian besar anak, tanpa instruksi formal sama sekali mereka belajar berjalan dan berbicara, keduanya adanya adalah pencapaian yang mengagumkan. Anak-anak tidak kehilangan rasa ingin tahunya dan kehausannya akan belajar kecuali kita memaksakannya. Tertarik untuk menerapkan unschooling? Why not? Setiap hal yang dipelajari tetap harus memiliki pencatatan. Website Klub Sinau memberikan form pencatatan unschooling yang bisa didownload oleh member pearl. (Maria)

4 Klub Sinau Magazine edisi 02 tahun 2008


Apa dan bagaimana...

Kelompok Belajar Klub Sinau Visi Kelompok Belajar Klub Sinau... Menjadi rintisan bagi berdirinya tempat belajar untuk kaum marjinal atau apapun sarana penyebarluasan ilmu pengetahuan dan budi pekerti.

Misi Kelompok Belajar Klub Sinau... Bersama-sama membimbing anak untuk mengembangkan seluruh aspek kecerdasan yang dimiliki anak.

Mulai tanggal 11 April 2008, Klub Sinau menambahkan kegiatan lagi bagi homeschooler di Sidoarjo. Kegiatan ini dalam bentuk Kelompok Belajar Klub Sinau. Kelompok Belajar Klub Sinau didirikan untuk melengkapi pembelajaran bagi homeschooler, karena Kelompok Belajar ini tidak semata-mata mengajarkan pelajaran akademis, tapi juga kerjasama, kerja tim, dan kepemimpinan, bidang yang sangat sulit diajarkan jika tidak berada dalam sebuah kelompok dalam pertemuan rutin. Diasumsikan bahwa homeschooler telah mendapatkan pelajaran akademis yang maksimal dari rumah, maka Kelompok Belajar Klub Sinau hanyalah mengulangi pelajaran akademis tersebut dalam setting kerja kelompok dan tim. Dengan mengembangkan kemampuan kerjasama ini diharapkan seluruh aspek kecerdasan homeschooler dapat dikembangkan. Kegiatan Kelompok Belajar Klub Sinau sangat beragam, meliputi membaca, menulis, berhitung, observasi, experiment, menyanyi dan menari (melemaskan otot-otot, melancarkan peredaran darah, menciptakan suasana ceria dan bersemangat), art & craft, story time, bercerita, melatih kemampuan bekerjasama. Semua dilakukan dalam suasana ceria, aktif, dan dengan bimbingan penuh kehangatan khas keluarga. Hari Senin adalah exhibition day, waktu untuk memamerkan mainan kesukaan pada teman-teman melalui kegiatan bercerita (untuk melatih kemampuan anak untuk bercerita dan keberanian untuk berbicara di depan teman-temannya). Pertemuan rutin diadakan pada hari Senin, Rabu dan Jumat mulai pukul 08.00 – 10.30 dengan istirahat makan siang pukul 09.30 – 10.00. Pada istirahat makan siang ini, homeschooler tidak perlu membawa makanan sendiri dari rumah. Makan siang berupa nasi, sayur dan lauk pauknya disediakan oleh Kelompok Belajar Klub Sinau. Mengapa demikian? Pada waktu makan pun, kerjasama bisa diajarkan. Homeschooler diajarkan untuk berbagi, tidak mengganggu teman yang sedang makan, dan bersyukur atas makanan yang disediakan.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan homeschooling yang mengacu pada minat dan ketertarikan masing-masing anak, sehingga kegiatan antara anak yang satu dengan anak yang lain sangat mungkin berbeda tapi dengan sasaran yang sama, tidak pukul rata dalam hal cara belajar. Homeschooler akan diarahkan untuk mengkoordinir perbedaan ini agar menemukan makna bahwa berbagai perbedaan jika disatukan akan menjadi bentuk yang indah dan kompak. Selanjutnya ketika anak mulai dapat belajar dengan mandiri, tidak tertutup kemungkinan adanya saling educate antar anak-anak dengan dimoderatori tutor. Sebagai acuan kurikulum, digunakan kurikulum dari Cambridge International Examination dengan tujuan agar homeschooler memiliki kesiapan untuk terjun dalam dunia pendidikan global. Homeschooler juga disiapkan untuk mengikuti ujian dari Cambridge International Examination yang menjadi benchmark bagi kemampuan homeschooler. Dalam mempersiapkan anak menuju kebahagiaan dan kemandirian dalam pemenuhan hak atas pendidikannya, Kelompok Belajar Klub Sinau juga memberikan pengajaran tentang kepedulian sosial melalui program Teman Asuh. Melalui program Teman Asuh ini homeschooler tidak hanya diajarkan untuk peduli dengan 'hanya' menyumbangkan uang untuk teman yang tidak mampu, tapi juga mengajak mereka belajar bersama, berdampingan pada saat yang sama. Dengan demikian diharapkan homeschooler dapat mengembangkan kepedulian dan kesadaran bahwa bantuan bagi sesama tidak hanya dalam bentuk pemberian uang.

(webmaster)

5 Klub Sinau Magazine edisi 02 tahun 2008


resource homeschooling

Buku Summer Hill School Sebuah sekolah yang siswanya bebas berekspresi? Sudah biasa! Kalau sekolah yang siswanya bebas memilih untuk mengikuti pelajaran atau tidak? Sepertinya belum ada. Kalau sekolah yang peraturannya ditentukan oleh siswa? Belum ada juga. Semua itu bisa ditemukan di Summer Hill School. Topik review resource homeschooling kali ini memang adalah tentang sebuah sekolah formal, tidak masalah kan? Sebab homeschooling tidak anti terhadap benda yang bernama sekolah formal. Apalagi jika sekolah tersebut menggunakan pendekatan homeschooling dan sangat menghargai hak anak atas pendidikan dan keunikan anak. Seperti sekolah formal pada umumnya, Summer Hill School memiliki jadwal yang seharusnya dipatuhi oleh semua komponen sekolah. Apalagi Summer Hill School adalah sekolah berasrama, tentu dalam bayangan kita ada jadwal bangun, jadwal tidur, jadwal makan yang ditaati semua siswa, guru, dan pengelola sekolah. Kenyataannya memang demikian, hanya saja, yang mengikutinya secara teratur hanya guru dan pengelola sekolah saja, sedangkan siswa mentaatinya hanya ketika mau. Didirikan di Jerman pada tahun 1921 oleh AS Neil, sekolah unik ini membebaskan siswanya, boleh tidak ikut pelajaran selama berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan. Karena sekolah ini sifatnya 'membersihkan efek traumatis dari sekolah yang lama'. Dalam homeschooling, hal ini diistilahkan sebagai 'deschooling'. Ketika seorang siswa telah menjalani deschooling ini, biasanya akan timbul motivasi internal untuk bergabung bersama temantemannya di kelas. Begitu juga dalam proses pengambilan keputusan, semua siswa dilibatkan dalam Rapat Umum. Semua orang yang ada di Summer Hill School, baik itu siswa, guru, pengelola sekolah, maupun AS Neil sendiri sama-sama memiliki 1 suara sehingga tidak ada figur otoritas. Bahkan dalam pengambilan suara, pemilik sekolah tidak berdaya jika suaranya kalah dengan siswanya walaupun siswanya itu masih dalam jenjang TK.(Summer Hill School memiliki jenjang dari TK hingga SMA). Summer Hill School sangat jauh dari kesan sekolah ideal. Ruangannya tidak rapi, anak-anak membuat proyek yang tidak terstruktur, bahkan ruangan AS Neil pun sangat berantakan. Tapi

6 Klub Sinau Magazine edisi 02 tahun 2008

berbeda jauh dengan penampilan sekolahnya dan sistem yang terasa sangat aneh dan asing bagi sebuah sekolah, sekolah ini meluluskan siswa-siwa yang dewasa secara kepribadian, memiliki motivasi internal yang kuat untuk belajar, dan bahagia secara psikologis. Bagaimana mungkin sekolah yang 'kacau' ini bisa menghasilkan alumni yang berhasil? Rahasianya terletak pada kebebasan yang diberikan bagi semua siswa. AS Neil percaya bahwa semua anak dilahirkan baik dan memiliki dorongan yang baik pula. Yang dilakukan oleh AS Neil hanyalah memberikan gambaran tentang konsekuensi yang harus ditanggung oleh siswanya ketika memutuskan sesuatu. Dengan demikian siswanya dapat berpikir, apakah dia mampu menanggung konsekuensi tersebut. Bahkan ketika ada seorang siswa yang berhasil mempengaruhi teman-temannya untuk melakukan hal yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku selama ini dan melakukan perbuatan yang merusak, AS Neil membiarkannya saja karena dia tahu bahwa sebenarnya ada keinginan di dalam diri siswa tersebut untuk tunduk pada peraturan yang berlaku, hanya saja dorongannya untuk berkuasa mengalahkan ketaatannya. Ketika dorongan berkuasa itu dibebaskan, suatu saat dia akan terpuaskan dan kembali menjadi pribadi yang dewasa. Setelah berbulan-bulan siswa tersebut berlaku anarki, akhirnya dia menyerah dengan senang hati dan kembali mentaati peraturan yang berlaku dengan bahagia. Buku Summer Hill School memberikan tuntunan bagi penyelenggaraan kegiatan belajar, termasuk homeschooling yang menghasilkan anakanak yang berkepribadian positif. Satu hal yang mendasari kepiawaian AS Neil dalam menghadapi siswanya adalah rasa kasih sayang. Kasih sayang ini membantu AS Neil memahami siswa-siswanya tanpa terpaku oleh tuntutan akademis dan kurikulum. Hanya dengan keinginan tulus untuk mendidik siswanya dengan penuh kasih sayang menghasilkan kejutan-kejutan dalam caranya yang tidak umum. Membaca buku ini kita serasa dibawa pada petunjuk cara-cara mengakrabkan diri dengan anak, bahkan anak yang paling sulit sekalipun. (mar)


Sentuhan Sentuhan Ibu, Ibu, Sentuhan Sentuhan Menentukan Menentukan

Sharing

Oleh: Ririn Wiandari Sebagai seorang ibu dari 3 anak – Sisca, Saga, dan Saka, yang sedang beranjak besar, membaca buku tentang bagaimana yang terbaik mendidik mereka adalah hukumnya wajib. Dan salah satu buku yang kubaca, ada sebaris kalimat yang selalu menari-nari di pelupuk mataku dan insya Allah menjadi 'pengingat' bagiku sebagai seorang ibu, yaitu bahwa 'sentuhan ibu, sentuhan menentukan'. Ada seorang penyair yang mengatakan (penyair Hafizh Ibrahim): “Ibu adalah sekolah, bila engkau mempersiapkannya (dengan baik) maka pada dasarnya engkau telah mempersiapkan sebuah bangsa yang berperilaku baik.” Seorang penyair lainnya mengatakan: “Bukanlah yatim itu semata-mata karena ayahnya telah tiada dan meninggalkannya dalam keadaan terhina. Namun sungguh yatim itu adalah orang yang mendapatkan ibu yang tidak mempedulikan dan ayah yang sibuk.” Menjadi seorang ibu harus pintar. Bila ibunya pintar, ia akan lebih baik dalam mendidik anak. Salah bila beranggapan bahwa menjadi ibu rumah tangga

tidak perlu berpendidikan tinggi. Bahkan di Jepang (menurut salah satu buku yang kubaca) banyak ibu rumah tangga yang berpendidikan setingkat S3. Sentuhlah dan asuhlah mereka dengan kasih sayang. Karena kasih sayang dan sentuhan ibu bisa mencerdaskan jiwa anak. Kasih sayang ibarat guyuran air segar yang menyuburkan pohon keluarga, sehingga akan keluar darinay buah hati yang ranum jiwanya, manis akhlaknya dan lezat budi pekertinya. Ibu yang penuh sentuhan kasih sayang akan menjadikan rumahnya bagaikan Syurga yang penuh kedamaian dan cinta kasih. Sungguh, RUMAH ADALAH TEMPAT YANG MENYENANGKAN. Di dalam rumah kita menemukan rasa aman dan tenang. Rumah tempat kita bernaung, tempat kita berlindung, tempat tertimbunnya rasa cinta dan kreativitas yang baik dan diberkati. Rumah adalah tempat pertama kali anak menimba ilmu. Penuhilah rumah dengan SENTUHAN KASIH SAYANG terutama dari seorang ibu karena “Sentuhan Ibu, Sentuhan Menentukan”. (rin)

Dari penulis: “Bukan bermaksud menggurui, sekedar sharing dan membagi ilmu, mohon maaf”.

Tips homeschooling:

Form Pencatatan Field Trip Klub Sinau secara rutin mengadakan field trip 2 bulan sekali. Pada kesempatan ini anak-anak hs mengunjungi berbagai tempat yang memiliki nilai pembelajaran. Tempat yang pernah dikunjungi adalah peternakan kelinci, perkebunan, stasiun kereta api, dan monumen kapal selam. Bagi homeschooler, field trip tentu saja tidak semata-mata berkunjung ke suatu tempat, berwisata, mendengarkan petunjuk guide di sana. Tapi, kesempatan field trip tidak boleh disia-siakan, sehingga harus benar-benar ada pengetahuan yang dipelajari di sana. Website Klub Sinau bulan ini mengeluarkan Form Pencatatan Field Trip yang bisa didownload oleh member Pearl. Form ini berisi berbagai catatan yang berguna untuk mengevaluasi field trip sesuai dengan tujuan diadakannya field trip.

Tempat-tempat yang menjadi tujuan kunjungan field trip, seperti tempat-tempat pada umumnya, seringkali berubah dari tahun ke tahun. Jika kita melihat adanya nilai edukasi di suatu tempat tujuan field trip pada saat ini, beberapa tahun kemudian bisa jadi nilai edukasi tersebut hilang atau berkurang atau berubah. Demikian juga ingatan kita. Memandang hal ini, maka pencatatan yang akurat tentang field trip sangat dibutuhkan. Apa saja yang dapat dicatat dalam form ini? Form ini mencatat lokasi field trip, tujuan edukasi dari field trip, tanggal dilangsungkannya field trip, biaya yang diperlukan untuk field trip, dan informasi lain yang berkenaan dengan field trip. Lebih baik lagi jika di form ini disertakan fotofoto penting selama field trip, misalnya benda-benda di museum, foto bagian-bagian kereta api, dsb. (webmaster)

7 Klub Sinau Magazine edisi 02 tahun 2008


Meet The Family:

Keluarga Wahyudi Prabowo Demi menimbang perlunya memaksimalkan kemampuan anak, Pak Wahyudi Prabowo dan Ibu Annisa Wardani memilih homeschooling sebagai cara bagi Nadia Aexia Amani (3 tahun) untuk mendapatkan pembelajarannya. Homeschooling mereka pahami sebagai proses belajar dari mana saja, dimana saja, kapan saja, untuk menambah wawasan dan pengetahuan lifeskill learning dengan orang tua sebagai fasilitator dominan dan utama. Dengan pengertian seperti ini, konsekuensinya tentu saja kedua orangtua Nadia harus menyediakan waktu khusus untuk proses pembelajaran Nadia. Untungnya, Ibu Anisa adalah ibu rumah tangga yang bekerja dari rumah, sehingga secara otomatis pembelajaran Nadia yang dominan adalah dengan mamanya. Peran pak Wahyudi sebagai ayah Nadia juga tidak kalah penting. Setiap pulang kantor dan weekend selalu menjadi kesempatan untuk menemani putrinya belajar. Rasa ingin tahu yang besar adalah ciri setiap anak yang pintar dan eksploratif. Memiliki anak yang seperti ini haruslah menyediakan waktu dan tenaga yang cukup untuk menjawab keingintahuannya. Sayang sekali jika keingintahuan yang besar itu tidak diiringi dengan kepedulian orang tua, jika demikian yang terjadi, maka potensi kepandaian anak akan tersalur pada hal lain yang kemungkinan akan dianggap sebagai perilaku destruktif oleh orang tuanya. Beruntung sekali Nadia memiliki orang tua yang peduli akan keingintahuannya. Setiap kali Nadia menemukan hal baru yang menarik baginya, dia akan langsung bertanya dengan ceriwis. Begitu pun kedua orangtuanya akan menjawab keingintahuannya hingga Nadia puas. Bahkan, ketika sang ibu tidak bisa menjawab pertanyaan Nadia, Bu Anisa tidak ragu-ragu untuk pergi ke toko buku hanya untuk mencari jawaban atas pertanyaan putrinya. Proses homeschooling Nadia sendiri sebenarnya telah dimulai sejak Nadia dilahirkan. Sejak usia 2 bulan, sang ibu sering membacakan cerita. Penggabungan metode homeschooling seringkali menjadi sebuah metode yang paling baik bagi suatu keluarga. Menerapkan hanya satu metode saja pada umumnya akan menjadikan

8 Klub Sinau Magazine edisi 02 tahun 2008

homeschooling sebagai proses pendidikan yang kaku. Semua ini tentu saja disesuaikan dengan kemampuan dan cara belajar anak. Penggabungan antara metode Waldorf, Mason, Unschooling, dan Montessori dipilih keluarga ini. Kurikulum yang diterapkan adalah penggabungan kurikulum dari Teach Me Mommy dan Shirley Erwee ABC Fun. Saat ini halangan dan tantangan yang dihadapi keluarga ini adalah untuk komitmen dalam jadwal dan tenaga, juga untuk fleksibel terhadap minat anak. Dengan tantangan yang seperti ini, Ibu Anisa lebih memilih untuk tidak perfeksionis, memberi keleluasaan dan kebebasan belajar, dan lebih banyak menerapkan unschooling. Tantangan lain berasal dari lingkungan yang sering mempertanyakan mengapa Nadia tidak ke sekolah (formal)? Dan anggapan bahwa homeschooling itu sifatnya eksklusif, tidak ada ruang untuk sosialisasi, atau bahkan “bermain saja di rumah, menuruti keinginan anak yang malas belajar�. Dalam menjawab tantangan ini, Bu Anisa memiliki cara yang unik, yaitu dengan memberikan copy eksemplar eMagazine Sekolahrumah yang memberikan penjelasan tentang homeschooling secara lengkap. Dengan menjalankan homeschooling yang pada prakteknya 'tidak berjadwal', keluarga Wahyudi juga mengikutkan Nadia di Kelompok Belajar Klub Sinau untuk proses belajar yang berjadwal. Belajar bersama teman-teman hs-nya, Nadia tampak ceria dan at home, senang mengerjakan tugas-tugasnya dan senang melakukan observasi dan eksperimen. Sambil bermain, aktivitas belajar yang dijalani Nadia semakin efektif karena dilakukan dengan senang hati. (Maria)


Unschooling Keluarga Kami Sejak kami menerapkan homeschooling, yang ada dalam pikiran kami adalah: mematuhi jadwal. Beberapa bulan pertama semuanya berhasil, berlalu sesuai harapan. Hari ini belajar berhitung, mewarna. Besok menggambar bebas dan menulis. Besoknya lagi belajar membaca, dan seterusnya. Anak kami juga terlihat enjoy dengan jadwal yang demikian. Pikirku OK, kita terapkan school at home. Apa yang terjadi dalam perkembangannya? Pandu mulai menentukan apa yang mau dia pelajari. Buku-buku yang mau dia hadapi, worksheet yang mau dia kerjakan, dan makin hari, malahan Pandu menentukan juga cara dia belajar. Dia mulai tidak mau mengerjakan worksheet, tapi aku pikir, aku harus membuat dia mau mengerjakan worksheet agar terbiasa. Karena, bukankah itu yang dialami anak ketika dia sekolah formal? Maaf, waktu itu aku masih memakai acuan cara belajar seperti di sekolah formal. Masih belum ada pengertian tentang apa itu unschooling. Lama-lama Pandu malah sama sekali tidak mau mengerjakan worksheet apapun baik itu belajar menulis atau menghitung. Dia hanya membuka-buka ensiklopedi, browsing Wikipedia, belajar di starfall.com,

Sharing

main CD-ROM interaktif Pustaka Lebah, dan CD-ROM edubuntu, pokoknya apapun selain worksheet. Menggambar bebas adalah yang paling dia suka. Jadwal? Bisa seharian kalau dia dilayani melakukan itu semua. Aku pikir, tidak ada salahnya dia tidak menyukai worksheet, Baik aku ikuti saja kemauannya, selama masih ada proses belajar didalamnya. Pandu juga senang melihat dan mempelajari mesin mobil, seringkali dia minta dibukakan kap mobil hanya untuk melihat bagian-bagian mesin mobil. Ada yang sangat mengherankan buatku ketika suatu kali Pandu berucap, “Aku punya satu Muyu (keong besar peliharaan Pandu), kalau aku beli saut lagi aku jadi punya dua, kalau aku beli satu lagi aku jadi punya tiga, kalau aku beli dua lagi aku jadi punya lima.” Ternyata dia sudah mempelajari penjumlahan! Tanpa aku ajari secara khusus. Unschooling memang ajaib. Memang dibutuhkan kerelaan dan kecermatan untuk masuk melalui ketertarikan anak. Tapi hasilnya sungguh mengherankan. Pandu juga bisa menuliskan nama temannya “SAKA” dengan sendirinya tanpa kami ajarkan secara khusus. (mar)

Agenda Klub Sinau

– April '08

Field Trip Kereta Api Akan diadakan pada : Sabtu, 19 April 2008 pukul 09.45 – selesai, kumpul di stasiun Sidoarjo pukul 09.45 pas Detail acara : Pengenalan bagian-bagian stasiun Pengenalan cara membeli ticket kereta komuter Pengenalan bagaimana menunggu kereta datang dengan cara yang aman dan nyaman Belajar bagaimana naik komuter Mengunjungi monkasel Setelah dari Monkasel acara bebas, pulang sendiri-sendiri Kontribusi : Rp. 10.000,- per orang (meliputi: ticket komuter pergi, ticket monkasel, snack) 9 Klub Sinau Magazine edisi 02 tahun 2008


10 Klub Sinau Magazine edisi 02 tahun 2008


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.