6 minute read

Mahasiswa JSi tidak perlu bisa memprogram?

Mahasiswa JSi tidak perlu bisa memprogram ? O P I N I

Pak, apakah bapak punya judul TA yang tidak perlu memprogram ? Pertanyaan seperti ini sudah beberapa terlontar ke saya dari mahasiswa JSi. Saya hanya bisa menjawab sambil tersenyum bahwa untuk saat ini saya masih belum punya judul TA yang seperti itu.

Advertisement

Keputusan JSi untuk ”memproklamirkan” bahwa kemampuan memprogram bukan kompetensi utama bagi lulusan JSi sering disalahtafsirkan oleh sebagian mahasiswa JSi (penamaan) yang ditetapkan oleh DIKTI

Analogi yang sesuai adalah seperti kemampuan mengDisain Produk yang mensyaratkan kemampuan menggambar Sama seperti, apakah layak kalau ada lulusan JSi yang tidak bisa memprogram ?

Sebagai jurusan yang memiliki visi ke depan dan bertekad untuk go international, kemampuan memprogram sudah tidak lagi diletakkan sebagai kompetensi utama. Karena JSi berharap, lulusannya mampu bersaing secara global sehingga lulusan JSi harus memiliki kompetensi utama yang bisa menunjang persaingan global ini. Namun kompetensi utama

menjadi seolah-olah mahasiswa JSi dikuasai (seperti seorang arsitek yang tidak perlu bisa memprogram. Kemambisa mendesain rumah yang bagus tapi puan memprogram (programming skill) tidak bisa menggambar). Kemampuan bukan kompetensi utama dari lulusan memprogram adalah basic skill yang JSi melainkan kemampuan dasar harus dikuasai oleh seorang lulusan (basic skill) yang harus dikuasai oleh prodi yang berbasiskan IT, sebelum mesetiap lulusan JSi. Adanya standarisasi napak ke jenjang kompetensi yang lebih nasional untuk semua program studi tinggi. Ia merupakan sebuah fondasi (prodi) yang berbasiskan IT (Informautama yang menunjang kompetensition Teknology) dengan nomenklatur kompetensi yang ada di atasnya. (Direktorat Perguruan Tinggi, KementeMunculnya pertanyaan di paragraf rian Pendidikan Nasional) sebagai prodi pertama pada artikel ini juga menimbuldengan nama Sistem Informasi, Teknik Dr. Eng. Febriliyan Samopa, kan berbagai macam pertanyaan dalam Informatika, dan Sistem Komputer (SI, S.Kom.,M.Kom. benak saya seperti: ”Apakah sudah IF, SK), menyebabkan kemampuan tidak ada rasa bangga menjadi mahamemprogram tidak lagi menjadi kompetensi utama melainkan siswa sebuah program studi berbasis IT, sehingga merasa manjadi kemampuan dasar (karena semua prodi tadi memiliki tidak perlu memprogram ?”, ”Apakah mahasiswa hanya ingin kemampuan ini). enaknya saja, ingin dapat gelar Sarjana Komputer, tapi tidak

gambar di Jurusan Arsitektur. Menggambar bukan kompetenSebagai penutup, saya ingin mengajak diri saya dan sesi utama di Arsitektur tidak seperti di jurusan Disain Produk, muanya untuk merenungkan kembali pertanyaan ini: ”Apakah sebagai bukti Jurusan Arsitektur tidak pernah mensyaratkan pantas ada seorang Sarjana Komputer tapi tidak bisa mempkemampuan menggambar sebagai syarat masuknya (seperti rogram ?”. Semoga hasil renungan bisa membimbing kita seJSi yang juga tidak pernah mensyaratkan kemempuan mempmua untuk melangkah dengan mantap menuju keberhasilan rogram sebagai syarat masuknya) berbeda dengan Jurusan dan kesuksesan JSi yang kita cintai ini bersama-sama. ini menjadi tidak berarti jika basic skill yang harus ada tidak ingin memikul konsekuensi dari gelar tersebut ?”. sebagai syarat masuknya (karena itu Jurusan Disain Produk Catatan: Tulisan pada artikel ini hanyalah opini pribadi melaksanakan tes masuk sendiri, terpisah dengan tes penulis. Jika ada kata-kata yang salah atau merasa tersingSNMPTN yang dilakukan secara nasional). Tetapi apakah gung, dengan penuh rasa hormat penulis mohon maaf yang ada lulusan Jurusan Arsitektur yang tidak bisa menggambar ? sebesar-besarnya

K A R Y A

“IMPLEMENTASI OPTIMISASI ROBUST UNTUK PERMASALAHAN MANAJEMEN PROYEK DENGAN WAKTU PENYELESAIAN AKTIVITAS TIDAK TENTU”

Aswin Rachmat Pramono

Bidang minat Sistem Pengambilan Keputusan (SPK) telah diincarnya sejak awal, dia beranggapan jika SPK merupakan bidang minat yang keren dan banyak diambil oleh angkatan 2005. “Paradigma lama mengatakan jika SPK merupakan bidang minat paling keren jadi saya ikut-ikutan saja apa kata temanteman waktu itu” terang alumni SMA Negeri 5 Surabaya ini. TA yang dia angkat lebih mengarah ke proyek fiktif dengan melihat permasalahan manajemen proyek dengan waktu penyelesaian aktivitas tidak tentu merupakan permasalahan yang menarik untuk dibahas. Pada permasalahan ini terdapat variabel acak dalam rumusan waktu penyelesaian sebuah aktivitas yang membuat waktu penyelesaiannya sulit untuk diprediksi. Selain itu juga terdapat batasan waktu penyelesaian proyek yang harus dipenuhi dan batasan sumber daya yang dapat digunakan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Pada tugas akhir yang dikerjakan oleh pria kelahiran 11 Oktober ini, diajukan sebuah model untuk melakukan pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut menggunakan optimasi robust. Model awal dalam bentuk pemrogaman stokastik dengan batasan peluang, diubah menjadi bentuk robust dengan tujuan permasalahan lebih mudah untuk didapat jawabannya.

Walaupun hasil yang keluarkan oleh TA ini abstrak akan tetapi terdapat keuntungan yang didapat dari penggunaan model yang telah diteliti oleh Aswin, “Hal tersebut tergantung dari bentuk proyek yang diselesaikan. Semakin besar selisih, maka semakin besar pula penghematan yang dapat dilakukan oleh optimasi robust,” terangnya. Aswin berharap jika kedepannya bidang minat SPK akan lebih menghasilkan produk-produk yang dapat diimplementasikan oleh suatu institusi, “Sayang sekali jika TA yang dikerjakan dengan rumit pada akhirnya tidak dapat dipakai karena pada kenyataannya memang sulit diimplementasikan” jelas pria yang hobi membaca ini. Menurut dia suka duka pada pengerjaan TA dibentuk dari mindset orang yang mengerjakan TA itu sendiri “Teorinya sulit sekali, tapi ternyata programnya mudah untuk dibuat, seharusnya saya tidak terlalu terpaku pada teori saja kalau bisa kerjakan dulu apa yang bisa”.

Wisudawan yang satu ini memiliki cerita yang menarik di dalam pengerjaan TA ini, sebenarnya dia berencana untuk menyelesaikan studinya selama 3,5 tahun dan dengan ipk yang tinggi hal itu sangat mungkin sekali, “Kalau mengerjakan TA di lab saja, jangan dirumah karena faktor penghambatnya banyak” jelas pria yang mengerjakan program TAnya tersebut dalam jangka waktu hanya 2 minggu. “Terus motivasilah dirimu supaya tetap bersemangat dalam mengerjakan TA” pungkas alumni SLTP Negeri1 Surabaya yang bercita-cita ingin menjadi pengambil keputusan diperusahaan besar ini. Sukses Selalu untuk Aswin. (rak)

GengsiBoy yang satu ini merupakan wisudawan ke-100 ITS yang mengambil bidang minat Proyek Pengembangan Sistem Informasi. Suka duka dalam pengerjaan tugas menurut Anif, dukanya lebih pada materi yang digunakan sebagai referensi susah didapat sebab jarang publikasi dan penerapan IT Scorecard lebih pada internal perusahaan, sedangkan sukanya ialah mudah untuk dikerjakan sebab telah diajarkan pada matakuliah Perencanaan Strategi SI, “Sebenarnya bidang minat PPSI itu tidak hanya rancang bangun saja, contohnya saja IT Scorecard yang saya rasa cukup mudah dan dapat diimpementasikan pada suatu institusi,” tegas pria mendapatkan nilai A untuk Tugas Akhir (TA) tersebut.

Ketika ditanya mengenai metodologi TA yang dikerjakan, dia mengatakan jika ada beberapa tahapan yang harus dikerjakan dan jika ditelaah secara garis besar tahapan pengerjaan TA ini dimulai dengan menganalisa Portofolio dan Balance Scorecard (BSC), dengan melihat portofolio yang ada maka IT di suatu institusi dapat diketahui dan diukur dan alat yang digunakan sebagai pengukuran adalah IT Scorecard. “Dimulai dari review dokumen JSi, perbaikan Balance Scorecard (BSC) Jurusan, Cascading BSC hingga analisa” pungkas pria berkacamata kelahiran 18 November ini. Perlu diketahui jika proses cascading ialah proses dimana BSC institusi diturunkan ke level manajemen yang lebih randah, untuk kasus Anif ini dia menurunkannya hingga level departemen. BSC tentunya tidak asing lagi bagi sebagaian besar GengSiesta sebab Ir. A. Holil Nool Ali, M.Kom yang juga merupakan dosen pembimbing Anif, sering menyatakan jika perusahaan yang mengimplementasikan BCS di perusahaannya dapat mengukur KPI (Key Performance Index) sesuai dengan level manajemen yang dikehendakinya sehingga mudah untuk mengontrol capaian instutusi.

Anif Bahwal

Sarjana Komputer satu ini berharap jika TAnya dapat diimplementasikan, “Semoga Pak Danu dapat memakai tugas akhir saya di SI” terang alumni SMA Negeri 2 Surabaya.

Mulai dari seminar proposal hingga sidang TA, menurutnya pengalaman yang paling berkesan ialah sewaktu sidang TA, “Saya takut jika ada beberapa pertanyaan yang keluar dari ruang lingkup TA”. Anif berharap jika lulusan SI dapat diterima didunia industri, “Saya optimis jika lulusan Sistem Informasi kedepannya akan sangat diperhitungkan ” jelas angkatan 2005 yang pernah menjadi IT assessment di Dinas Pendidikan Propinsi ini. Anif berpesan agar mahasiswa yang mengambil bidang minat PPSI agar lebih mengenal materi apa saja yang dapat diangkat sebagai topik TA, “Saya berharap jika teman-teman tidak terpaku jika analisa hanya dimiliki oleh bidang minat SPK saja.” kata pria sebelumnya yang berniat mengambil bidang minat SPK untuk TAnya. Selamat dan Sukses untuk Anif Bahwal. (rak)

This article is from: