10 minute read

ANALISIS ISU DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi dan Analisis Isu Aktual

3.1.1 Identifikasi Isu

Advertisement

Penulis menentukan identifikasi isu dengan cara observasi selama dua minggu di salah satu ruangan yang termasuk pada Unit Kerja Bidang

Keperawatan, yaitu Ruang Kana. Ruang Kana merupakan ruang rawat inap bedah umum kelas III yang memiliki kapasitas 50 tempat tidur.

Identifikasi isu dilakukan dengan melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi dalam Sasaran Kerja Pegawai (SKP). Hal yang tidak sesuai dalam SKP bisa berpotensi menjadi suatu masalah. Berikut penjelasan setiap butir SKP:

Tabel 3.1 Penjelasan butir SKP

No Kegiatan Tugas Pokok Jabatan Kondisi Saat Ini Kondisi yang

1 Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi

2 Melaksanakan pendokumentasian tindakan keperawatan

3 Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan keperawatan sebagai ketua tim/perawat

4 Melakukan pemberian penugasan perawat dalam rangka melakukan fungsi ketenagaan perawat

Belum dilaksanakan secara optimal terkait personal hygienepasien pre operasi

Diharapkan

Dapat melaksanakan penanggulangan isu terkait SPO

PersonalHygiene pada pasien pre operasi

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

5

6

7

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan

SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan

SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan

SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO 12

11

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

13

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO 14

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

16 Memberikan dukungan/fasilitas kebutuhan spiritual pada kondisi kehilangan, berduka atau menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan

17 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi

18 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan eliminasi

19 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi

20 Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur

21 Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

22 Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan pengaturan suhu

23 Melakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi kompleks

24 Melakukan komunikasi dengan klien dengan hambatan komunikasi

25 Melakukan pemantauan atau penilaian kondisi pasien selama dilakukan tindakan keperawatan spesifik sesuai kasus dan kondisi pasien

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

26 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu

27 Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

28 Melakukan perawatan luka Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

29 Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan terhadap intervensi kesehatan pada individu

30 Melaksanakan manajemen surveilans Hais sebagai upaya pengawasan resiko infeksi dalam upaya preventif pada pelayanan keperawatan

31 Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar shift/unit/fasilitas kesehatan

32 Melakukan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO

Belum dilakukan dengan optimal terkait penyampaian informasi pada pasien dan keluarga tentang proses pemulangan pasien

Berkolaborasi dalam menyampaikan informasi terkait proses pemulangan pasien dengan jelas dan sesuai alur pasien pulang

33 Melakukan upaya peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar pada pasien/petugas/pengunjung

Sudah dilaksanakan Dilaksanakan sesuai SPO sebagai upaya pencegahan infeksi

34 Melakukan pendidikan kesehatan pada individu

Belum dilakukan dengan optimal terkait edukasi pada pasien dan keluarga tentang manajemen pencegahan jatuh pada pasien

Dilaksanakan edukasi mengenai manajemen pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga

Berdasarkan penjabaran butir SKP di atas, didapatkan isu-isu aktual sebagai berikut:

Tabel 3.2 Dampak isu sesuai SKP

Isu

Belum dilaksanakan secara optimal terkait personal hygiene pasien pre operasi dengan menggunakan chlorhexidine2%

Dampak Apabila Isu Tidak Ditangani

- Dapat menimbulkan maslah baru terkait kejadian IDO

- Memperpanjang hari rawat pasien

- Menurunkan angka kepuasan pasien terhadap pelayanan pasien

- Berpotensi terhadap penurunan tingkat mutu pelayanan ruangan/instansi

Belum dilakukan dengan optimal terkait edukasi pada pasien dan keluarga tentang manajemen pencegahan jatuh pada pasien

Menyebabkan munculnya kejadian tidak diharapkan (KTD) pada pasien, yang dapat memperberat penyakit yang diderita seperti lecet, memar, patah tulang, perdarahan, kecacatan bahkan sampai kematian.

Belum dilakukan dengan optimal terkait penyampaian informasi pada pasien dan keluarga tentang proses pemulangan pasien

Berpotensi terhadap penurunan tingkat mutu pelayanan ruangan/instansi

Berdasarkan hasil dari environmentalscanningyang telah dilakukan di Ruang

Kana selama dinas mulai tanggal 10 Mei 2022 sampai 22 Mei 2022 terdapat isu yang muncul, yaitu:

1. Kurang optimalnya pelaksanaanpersonalhygienedengan chlorhexidine

2% padapasienpre operasi oleh perawat di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Persiapan pre operasi dibagi ke dalam 2 tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi. Salah satu persiapan pre operasi adalah dengan melakukan personalhygiene. Pada Tindakan operasi sekecil apapun dapat menimbulkan resiko infeksi daerah operasi (IDO) jika tidak dilakukan sesuai prosedur saat pre/intra/post operasi). Chlorhexidine 2% merupakan salah satu desinfektan yang dapat digunakan sebelum melakukan prosedur aseptik guna mencegah terjadinya infeksi.

Ruang kana merupakan ruang bedah umum, ada operasi yang bersifat semi cito dan elektif. Beberapa dari pasien pre operasi tersebut baik dewasa ataupun anak-anak berangkat operasi dengan persiapan yang belum optimal yaitu mandi hanya dibilas air tanpa memakai sabun. 2 dari 3 pasien yang berangkat operasi pada hari yang sama dibilas seadanya oleh keluarga, yang terpenting sudah di bilas dengan air. Pada persiapan pre operasi perawat hanya memberikan edukasi untuk mulai puasa dan menganjurkan pasien mandi, tidak menjelaskan lebih detail fungsi mandi sebelum operasi dan tentang bahan chlorhexidine 2%, sehingga keluarga hanya melakukan sebisanya. Kapasitas Ruangan dengan 50 tempat tidur dengan perawat yang berdinas tiap shift 4-5 orang membuat pelaksanaanpersonal hygiene di ruangan belum optimal. Saat ini SPO dan media edukasi tentang penggunaan chlorhexidine2% untuk personalhyginepersiapan pre operasi sudah ada, namun sosialisasi yang dilakukan pada perawat tentang SPO dan media edukasi yang akan diberikan pada pasien belum dilaksanakan dengan optimal dan menyeluruh. Kurangnya sosialisasi pada perawat mengakibatkan pelakasanaan personalhygienepada pasien pre operasi ini juga tidak terlaksana dengan baik.

Jika hal ini terus berlanjut maka akan muncul kejadian yang tidak diharapkan pada pasien yaitu kasus IDO (infeksi daerah operasi) di ruangan. Kasus IDO ini juga akan berdampak pada lamanya pasien dirawat di Rumah Sakit. Hal ini juga dapat menimbulkan penurunan kepuasan layanan yang dirasakan oleh pasien maupun keluarga saat dirawat di Rumah Sakit.

2. Kurang optimalnya edukasi pada pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh pada pasien sebagai standar keselamatan pasien di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Pencegahan risiko jatuh merupakan bagian dari standar keselamatan pasien yang harus selalu diutamakan bagi rumah sakit. Keselamatan pasien di rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Di RSUP Dr. Hasan Sadikin, pencegahan risiko jatuh terhadap pasien sudah diterapkan. Setiap pasien yang datang ke RSUP Dr. Hasan Sadikin baik yang melalui rawat jalan maupun rawat inap akan dilakukan pengkajian mengenai risiko jatuh. Dalam praktek sehari-hari manajemen pencegahan jatuh belum tercapai optimal, terlihat dari masih adanya pasien dengan risiko jatuh tinggi yang tidak terpasang stiker kuning pada gelang identitas. Kemudian masih ada penunggu pasien yang tidak mengetahui tentang cara pencegahan jatuh pada pasien, seperti tidak memasang pagar tempat tidur saat tidak mendampingi, tidak mendampingi pasien saat turun dari tempat tidur menuju ke kamar mandi, penggunaan alas kaki yang licin, lupa mengunci roda tempat tidur dan masih banyak lagi faktor-faktor lain penyebab jatuh pada pasien. Jika hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan munculnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) pada pasien saat pasien terjatuh, yang dapat memperberat penyakit yang diderita pasien seperti lecet, memar, patah tulang, perdarahan, kecacatan bahkan sampai kematian, menyebakan hari perawatan pasien bertambah panjang, dan dampak berkelanjutannya yaitu dapat menurunkan mutu pelayanan rumah sakit.

3. Kurang optimalnya penyampaian informasi pada pasien dan keluarga tentang proses pemulangan pasien di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Penyampaian informasi kepada pasien maupun keluarga secara jelas merupakan salah satu tugas perawat, dalam hal ini termasuk informasi pada saat pasien pulang. Beberapa permasalahan muncul Ketika kurangnya koordinasi antara perawat dan dokter dalam penyampaian pasien dibolehkan pulang, hal ini akan menimbulkan kekecewaan dari pasien maupun keluarga yang merasa rumah sakit lamban dalam melakukan proses pemulangan pasien. Hal ini diperburuk dengan kurangnya informasi yang didapat keluarga maupun pasien tentang alur pasien pulang. Jika hal ini terus terjadi dan tidak terselesaikan maka akan berdampak pada penurunan mutu pelayanan yang diberikan oleh Rumah sakit.

3.1.2 Analisis dan Penetapan Isu

Berdasarkan isu aktual yang telah teridentifikasi, selanjutnya dilakukan proses penapisan isu dengan analisis kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan kelayakan (APKL). Teknik APKL yang dibuat yaitu teknik yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu masalah dengan memperhatikan empat faktor, yaitu: a. Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau masih belum terselesaikan hingga masa sekarang; b. Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar, ketentuan yang menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya; c. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung menyangkut hajat hidup orang banyak dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang; d. Layak (L), yaitu isu yang masuk akal, pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak, wewenang, dan tanggung jawab hingga akhirnya diangkat menjadi isu prioritas.

Tabel 3.3 Penapisan isu berdasarkan Kriteria APKL

1 Kurang optimalnya pelaksanaan personal hygiene dengan chlorhexidine 2% pada pasien pre operasi oleh perawat di Ruang

Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

2 Kurang optimalnya edukasi pada pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh pada pasien sebagai standar keselamatan pasien di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

3 Kurang optimalnya penyampaian informasi pada pasien dan keluarga tentang proses pemulangan pasien di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

5 5 4 5 19 I

5 4 4 4 17 II

5 4 3 3 15 III

Setelah mendapatkan isu dengan metode environmentalscanning, maka selanjutnya dilakukan penapisan isu untuk memahami isu-isu tersebut secara utuh.

Dalam proses penetapan isu, yang akan dijadikan bahasan dalam rancangan aktualisasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa metode USG. USG adalah salah satu metode yang digunakan untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Metode ini menitik beratkan pada 3 faktor, yaitu: a. Urgency: seberapa mendesaknya suatu isu harus di bahas, di analisis atau ditindaklanjuti b. Seriousness: seberapa serius suatu isu harus dibahas dan dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan c. Growth:seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak di tangani segera

Tabel 3.4 Penapisan isu menggunakan USG No

1 Kurang optimalnya pelaksanaan personalhygienedengan chlorhexidine

2% pada pasien pre operasi oleh di Ruang Kana RSUP Dr.

Sadikin Bandung

2 Kurang optimalnya edukasi pada pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh pada pasien sebagai standar keselamatan pasien di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

3 Kurang optimalnya penyampaian informasi pada pasien dan keluarga tentang proses pemulangan pasien di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin

Keterangan:

U = Urgency; S = Seriousness; G = Growth

Adapun perhitungannya menggunakan skala likert, yaitu:

1 = sangat kecil/rendah pengaruhnya

2 = kecil pengaruhnya

3 = sedang/cukup pengaruhnya

4 = besar/tinggi pengaruhnya

5 = sangat besar/sangat tinggi pengaruhnya

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode USG, maka diperoleh peringkat dari isu-isu yang telah ditemukan. Isu yang menjadi peringkat pertama atau coreissueadalah “Kurang optimalnya pelaksanaan personalhygiene dengan chlorhexidine2% pada pasien pre operasi oleh perawat di Ruang Kana

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”. Apabila ditinjau dari segi urgency, isu ini penting untuk dibahas karena isu ini mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Persiapan personalhygienepada pasien pre operasi penting dilakukan karena dapat menjadi salah satu langkah preventif dalam mengurangi kasus IDO di Rumah Sakit. Sedangkan ditinjau dari segi seriousness dan growth, apabila isu ini tidak segera ditangani maka akan menimbulkan kurangnya kedisiplinan perawat dalam menerapkan SPO yang telah ada yang berdampak pada munculnya kejadian tidak diharapkan yaitu kasus IDO pada pasien bedah elektif dan semi cito yang ada di ruangan. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi lamanya hari rawat di Rumah Sakit sehingga dapat menurunkan kepuasan pelayanan yang dirasakan oleh pasien dan keluarga.

3.1.3 Analisis Penyebab Isu

Method

Sosialisasi SPO yang baru setelah di revisi dan media edukasi pada pasien belum di sosialisasikan dengan optimal

Memberikan edukasi pada pasien sebatas lisan tanpa menggunakan media apapun dan belum sesuai dengan

SPO

Belum optimalnya pemberian cairan chlorhexidine 2% pada setiap pasien pre operasi

SPO Persiapan Pasien Pre Operasi Mandi Menggunakan

Chlorhexidine 2% sudah ada

Belum tersedianya wadah chlorhexidine 2% yang akan diberikan pada pasien pada persiapan pre operasi

Ketersediaan chlorhexidine 2% di ruangan cukup

Material

Belum optimalnya perawat dalam menerapkan SPO yang sudah ada

Man

Belum semua perawat melaksanakan personal hygiene sesuai SPO

Kurang optimalnya pelaksanaan personal hygiene dengan

Belum adanya media video visualisasi SPO untuk sosialisasi SPO yang sudah ada

Link untuk media edukasi pada pasien rusak/tidak dapat diakses (harus mencari manual di Instagram promkes RSHS)

Gambar 3.1 Diagram fishbone

Machine chlorhexidine 2% pada pasien pre operasi oleh perawat di Ruang Kana

RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung

3.2 Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk Mendukung Terwujudnya SmartGovernance

Penyebab isu “Kurang optimalnya pelaksanaan personal hygiene dengan chlorhexidine2% pada pasien pre operasi oleh perawat di Ruang Kana” dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah ketersediaan media edukasi yang belum bisa dijangkau dengan mudah, ketersediaan wadah sebagai tempat chlorhexidine

2% yang akan diberikan pada setiap pasien pre operasi juga belum tersedia dan penyebab yang paling mendasari adalah karena belum optimalnya sosialisasi SPO yang baru dan penggunaan media edukasi yang akan diberikan pada pasien, sehingga perawat belum melakukan pelayanan personalhygienesecara optimal.

Untuk mendukung terwujudnya Smart Governance, maka keterkaitan isu dengan prinsip manajemen ASN, Pelayanan Publik dan WholeofGovernmentantara lain sebagai berikut: a. Manajemen ASN: b. Pelayanan Pubik:

1. Melaksanakan kebijakan dan pelayanan publik dengan profesional terkait pelaksanaan personal hygiene dengan chlorhexidine 2% pada pasien pre operasi.

2. Pelaksanaan Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dilaksanakan dengan jujur, bertanggung jawab dan berintegritas tinggi.

1. Pelaksanaan Tindakan dilakukan sesuai dengan SPO yang berlaku di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan bagian dari prosedur pelayanan.

2. Kedisiplinan petugas dalam menjalankan SPO persiapan pasien pre operasi mandi menggunakan chlorhexidine2%.

3. Tanggung jawab petugas terhadap tindakan yang diberikan kepada pasien kelolaan.

4. Kemampuan petugas dalam melaksanakan personal hygiene dengan menggunakan chlorhexidine2% pada pasien pre operasi sesuai SPO untuk menjaga mutu asuhan keperawatan.

5. Tetap mengutamakan privacy pasien saat melaksanakan personalhygiene dengan menggunakan chlorhexidine2% pada pasien pre operasi.

c. WholeofGovernment:

Kerjasama perawat pelaksana dengan perawat pimpinan dan pengawas ruangan terkait pelaksanaan personal hygiene dengan menggunakan chlorhexidine 2% pada pasien pre operasi secara terintegrasi satu sama lain untuk membangun sinergisitas dalam meningkatkan pelayanan.

3.3 Alternatif Pemecahan Masalah sebagai Gagasan Kreatif

Gagasan pemecahan isu yang dilakukan bersumber dari SKP (Sasaran Kinerja

Pegawai) dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK (Berorientasi

Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif), prinsip manajemen ASN, Pelayanan Publik dan WholeofGovernmentserta diintegrasikan dengan nilai-nilai dan visi misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Isu yang diangkat yaitu kurang optimalnya pelaksanaan personalhygiene dengan chlorhexidine2% pada pasien pre operasi di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan

Sadikin Bandung. Gagasan pemecahan isu yang dipilih yaitu optimalisasi pelaksanaan personalhygienedengan chlorhexidine2% pada pasien pre operasi di Ruang Kana RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Tabel 3.5 Kegiatan Pemecahan Isu

No. Jenis Kegiatan Sumber Kegiatan

1 Melakukan konsultasi rancangan aktualisasi terkait optimalisasi pelaksanaan personal hygiene dengan chlorhexidine2% pada pasien pre operasi oleh perawat

2 Menyusun video visualisasi SPO Persiapan Pasien Pre Operasi

Mandi Menggunakan Chlorhexidine 2% yang akan disosialisasikan pada perawat

3 Melakukan konsultasi terkait video visualisasi SPO Persiapan

Pasien Pre Operasi Mandi Menggunakan Chlorhexidine 2% yang akan di sosialisasikan

4 Melakukan sosialisasi SPO Persiapan Pasien Pre Operasi Mandi

Menggunakan Chlorhexidine2% dengan media edukasi video visualisasi

5 Melakukan evaluasi pelaksanaan personal hygiene dengan chlorhexidine2% pada pasien pre operasi

6 Membuat laporan evaluasi kegiatan aktualisasi

This article is from: