Teraju - Republika, 10 Oktober 2011

Page 2

Teraju

REPUBLIKA SENIN, 10 OKTOBER 2011

24

FOTO-FOTO CINAHISTORYFORUM.COM

PEMBANTAIAN DAN PEMBUNUHAN CINA 1603 - MANILA, FILIPINA

1887 - SNAKE RIVER, OREGON, AS

Khawatir akan dominasi Cina, Spanyol membantai 24 ribu Mandarin yang datang ke negeri kepulauan itu pada era Dinasti Ming.

Sebanyak 31 penambang Cina terbantai dalam dua hari pesta kekerasan.

1890-AN - SAN FRANCISCO & SEATTLE, AS 1662 - MANILA, FILIPINA Sebanyak 30 ribu penduduk Cina dihalau keluar Filipina lewat laut. Mereka yang tertangkap di luar Parian, gheto Cina Minila, dipenggal.

Ribuan orang Cina diserang dalam peristiwa yang dikenal sebagai ‘pesta potong taucang’ yang dilakukan penganggur kulit putih sebagai akibat ketakutan akan Bahaya Kuning.

1942 - SINGAPURA (OPERASI SOOK CHING) 1639-1640 - MANILA, FILIPINA

Kekerasan anti-Cina.

Lebih 70 ribu orang Cina disiksa atau terbunuh dalam Operasi Sook Ching yang dilakukan Kampeitai, pimpinan Kolonel Tsuji Masanobu. Operasi Sook Ching adalah tindakan pemurnian atau pembersihan etnis Cina yang mendukung RRT melawan invasi Jepang.

1740 - BATAVIA, HINDIA-BELANDA

1942 - MALAYSIA (OPERASI SOOK CHING)

VOC memaksa orang-orang Cina menaiki kapal untuk dibuang ke Sri Lanka. Muncul isu, mereka yang dibawa ke Sri Lanka ditenggelamkan ke laut. Kapten Nie Hoe Kong memprovokasi pemberontakan Cina di dalam Kota Batavia. VOC merespons dengan keras. Sebanyak 10 ribu orang Cina terbunuh dalam peristiwa itu.

Operasi Sook Ching juga berlangsung di Malaysia. Di negeri ini, Kampeitai membunuh kira-kira 40 ribu etnis Cina.

Sebanyak 20 ribu tewas dalam kerusuhan anti-Cina.

1686 - MANILA, FILIPINA

1763 - MANILA, FILIPINA Kekerasan anti-Cina.

Pada 1890-an, masyarakat AS sempat dihinggapi ketakutan Bahaya Kuning. Oleh Teguh Setiawan ndonesia bukan satu-satunya negara yang memiliki sejarah pembantaian etnis Tionghoa. Catatan Cinahistory Forum menunjukkan, Filipina memiliki sejarah paling kelam dalam hubungannya dengan Hoakiao—atau masyarakat Cina perantauan. Setidaknya, 74 ribu pemukim Cina tewas di Manila sepanjang kurun waktu 1603 sampai 1640. Ribuan lainnya diyakini menemui ajalnya di pertengahan abad ke-18. Namun, setelah kekerasan anti-Cina terakhir pada 1763, relatif tidak ada lagi kerusuhan skala besar di Filipina. Pembantaian, lebih tepatnya kekerasan, terhadap etnis Cina juga terjadi di Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura. Jauh dari Asia Tenggara, AS juga mengalami beberapa tragedi yang melibatkan etnis Cina sebagai korban. Tidak sulit mengidentifikasi berbagai pembantaian ini. Di Filipina, pembantaian kerap dipicu persaingan dagang dan ketakutan kolonialis Spanyol akan dominasi Hoakiao di tanah jajahan mereka. Situasi serupa juga terjadi di Indonesia pada peristiwa 1740 dan perebutan konsesi pertambangan di Kalimantan Selatan tahun 1823.

OPERASI SOOK CHING:Pembersihan etnis yang dilakukan serdadu Jepang di Singapura.

Sedangkan, aksi pembantaian di Thailand dan Vietnam lebih disebabkan konflik politik. Pemberontakan sekelompok Cina di Thailand memberikan legitimasi bagi Raja III melakukan pembantaian untuk menekan populasi Hoakiao. Di Vietnam, keterlibatan etnis Cina dalam politik—dengan memihak ke salah satu penguasa saat itu—memancing penguasa lainnya merasa perlu melakukan pembantaian untuk melemahkan posisi lawannya. Perang Dunia II dan persaingan ideologis yang mewarnai Asia Tenggara sepanjang pertengahan abad ke-20, turut memicu pembantaian etnis Tionghoa. Inggris mempersenjatai kelompok komunis Cina untuk melawan Jepang di Malaysia dan Singapura. Tindakan serupa juga dilakukan AS dengan mempersenjatai Hukbong Bayan Lapan sa Hapon (Hukbalahap)—pasukan rakyat antiJepang yang berideologi komunis—sebelum Jenderal Douglas McArthur meninggalkan Filipina. Komunis di Singapura dan Malaysia serta Hukbalahap di Filipina melancarkan perang gerilya selama pendudukan Jepang. Setelah Jepang hengkang, Inggris memerangi pasukan Cina komunis yang dibentuknya. AS juga melakukan hal serupa di Filipina. Spanyol, Belanda, Inggris, dan AS tidak sendirian melakukan pembantaian terhadap Tionghoa. Mereka memprovokasi pribumi. Pemukim dan prajurit Spanyol yang berjumlah sekian ribu tidak mungkin menghadapi puluhan ribu pendatang Cina. Di Batavia, Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier memprovokasi para kelasi kapal-kapal asing yang sedang berlabuh, penduduk setempat, dan pribumi dari luar benteng untuk bersama melakukan pembantaian terhadap Tionghoa. Ia harus melakukan cara ini karena tidak mungkin kekuatan pasukannya sanggup menghadapi belasan ribu penduduk Cina di dalam kota. Di Sarawak, Raja Brooke menggunakan pasukan Dayak untuk mengalahkan Liu Shanbang. Orde Baru menggunakan Dayak untuk menghancurkan PGRS/Paraku yang didominasi etnis Cina dan memburu sisa-sisa PKI. Ketika perang berlangsung, hampir semua etnis di Kalimantan Barat menjadi sasaran pembunuhan Lasykar Pangsuma—milisi Dayak bentukan Oevaang Oeray. Jamie S Davidson dan Douglas Kammen, dalam Indonesia Unkhown War and Lineages of Violence in West Kalimantan, menulis pembantaian ini juga dipicu motif ekonomi, yaitu pembangunan zona ekonomi Anjungan–Mandor–Menjalin, dengan Dayak sebagai etnis dominan di dalamnya. Di Malaysia, populasi Cina yang signifikan membuat Melayu kesulitan membentuk pemerintahan dominan. Di Kuala Lumpur dan Selangor, partai Cina memenangkan pemilihan umum 1969. Kerusuhan etnis tak terhindarkan. Meski tidak sehebat di Asia Tenggara, AS juga punya sejarah pembantaian etnis Cina. Bahkan, masyarakat kulit putih AS sempat dihinggapi ketakutan akan Bahaya Kuning yang memicu penyerangan terhadap warga bertaucang sepanjang 1890-an. ■

1792 - CHOLON, VIETNAM (HO CHI MINH CITY) Sebanyak 10 ribu orang Cina dibantai saat Gerakan Tay Son mengambil alih Cholon dari kekuasaan Nguyen Anh dan memproklamasikan diri sebagai penguasa baru wilayah selatan Vietnam. Catatan Nguyen menyebutkan, seorang pembantu dekat Nguyen Nhac dibunuh oleh pasukan Nguyen Anh yang kebetulan berasal dari etnis Cina. Nhac marah dan melakukan aksi balas dendam dengan membunuh etnis Cina—anak-anak dan wanita. Spekulasi yang beredar menyebutkan, tindakan itu bertujuan menghancurkan monopoli dagang etnis Cina.

1823 – KALIMANTAN BARAT Sekitar 10 ribu sampai 20 ribu Cina terbunuh ketika penambang Hakka menolak meninggalkan wilayah konsesi pertambangan emas. Para sultan secara sepihak menjual semua wilayah konsesi pertambangan yang dikelola orangorang Hakka ke Belanda.

1824-1851 RAJA RAMA III - THAILAND Sekelompok pemberontak Cina merebut dan menjarah Kota Chachengsao. Penduduk mayoritas Siam meninggalkan kota. Pemerintahan Raja Rama III merespons dengan mengirim pasukan untuk mengambil alih kota. Setelah terjadi beberapa pertempuran, sejumlah pemimpin pemberontak membelot dan memimpin pasukannya mengejar pentolan pemberontak lainnya. Sisa pemberontak melarikan diri dari kota dan terkepung. Penduduk asli Siam kembali dan melakukan aksi balas dendam; membunuh semua etnis Cina yang dijumpai di kota itu. Banyak etnis Cina melarikan diri dengan menyamar sebagai biksu, tapi gagal. Banyak yang gantung diri untuk menghindari penyiksaan sampai mati.

1946 - MALAYSIA Penarikan pasukan Jepang menimbulkan kevakuman kekuasaan di Malaysia. Malayan People’s Anti-Japanese Army (MPAJA)—kelompok perlawanan yang didominasi etnis Cina keluar dari hutan dan menyebut diri sebagai wakil sekutu yang memenangkan perang. Mereka mengaku, mendapat restu dari Inggris untuk memasuki kota dan desa dan memulihkan kekuasaan dan menerapkan undang-undang sebelum kedatangan kembali Inggris. Yang terjadi adalah aksi balas dendam terhadap kolaborator Jepang dan personel polisi yang kebanyakan orang Melayu. Jepang menganakemaskan Melayu dan menyingkirkan Cina. Konflik terpolarisasi antara Cina dan Melayu. Orang Melayu, di bawah pimpinan Kiai Saleh, membentuk Red Band dan mengobarkan perang sabil. Sisa tentara Jepang, yang marah oleh aktivitas MPAJA selama pendudukan, bergabung dengan orang Melayu di Batu Pahat— kawasan negara bagian Johor. Mereka membersihkan kota dari elemen Cina. Pertempuran meluas ke seluruh semenanjung Malaya. Kontak senjata terhebat berlangsung di utara negara bagian Johor dan Perak. Ribuan orang dari kedua pihak tewas dalam pertempuran ini, tapi seluruh kawasan berhasil dibebaskan dari pemukim Cina. Sisa-sisa MPAJA melarikan diri ke kota-kota besar. Sekilas tentang MPAJA, tahun 1941, Inggris membentuk Oriental Mission di Singapura untuk merencanakan dan mengoperasikan aktivitas subversif di wilayah yang akan diduduki Jepang. Inggris melatih 13 ribu penduduk Cina. Ketika Jepang datang, pasukan terlatih ini masuk hutan dan melancarkan perang gerilya. Tahun 1943, kelompok ini menyebut diri MPAJA dan mengadopsi ideologi komunis. Setelah Inggris datang, MPAJA masuk hutan lagi dan melancarkan perang gerilya melawan sang tuan.

1948 - BATANG KALI, MALAYSIA Sebanyak 14 tentara Inggris yang mencari gerilyawan komunis memasuki Batang Kali, desa yang didominasi etnis Cina. Mereka menembak seorang pria tak bersenjata dan membakar desa.

1857 - SARAWAK, KALIMANTAN UTARA Liu Shanbang, pemimpin masyarakat Hakka, mengerahkan 600 penambang bersenjata dari Bau Lama menyerang Kuching, Ibu Kota Sarawak, pada 18 Februari 1857. Ia berhasil menguasai Kuching, tapi gagal membunuh James Brooke—penguasa Sarawak yang biasa disebut Raja Brooke. Shanbang menjadi Rajah of Sarawak, tapi hanya lima hari, yaitu dari 19 sampai 23 Februari. Tuan Muda Charles Brooke, anak James Brooke, mengerahkan kekuatan Dayaknya dari divisi kedua untuk memulihkan kekuasaan. Liu Shanbang mundur. Charles Brooke memerintahkan pengejaran. Liu Shanbang terbunuh di Jugan pada 24 Februari. Seluruh keluarga dan orang-orangnya juga dibunuh atau mati lemas di kawasan Mau San dan Goa Hantu. Lainnya melarikan diri ke wilayah Hindia-Belanda.

1965-1966 - INDONESIA Lebih 500 ribu orang tewas dalam kekerasan antikomunis. Ribuan dari mereka adalah etnis Cina setempat dan lainnya yang tergabung ke dalam Partai Komunis Indonesia (PKI) hanya karena tertarik dengan program partai. Banyak korban tak berdosa dalam kekerasan ini.

1969 - KUALA LUMPUR, MALAYSIA Kelompok politik Cina memenangkan pemilu di daerah pemilihan Selangor dan Kuala Lumpur yang mengakibatkan sulitnya membentuk pemerintahan negara bagian dengan dominasi Melayu. Koalisi partai-partai Melayu juga gagal menguasai dua pertiga kursi di parlemen yang biasa memicu terjadinya perubahan konstitusi tanpa referendum. Kerusuhan etnis tak terhindarkan. Korbannnya adalah 1500 sampai 2.000 etnis Cina.

1871 - LOS ANGELES, CALIFORNIA, AS Seorang pekerja Cina tanpa sengaja membunuh penduduk kulit putih. Warga kulit putih Los Angeles mengamuk dan membantai 19 orang Cina.

1877 - CHICO, CALIFORNIA, AS Kerusuhan anti-Cina.

1885 - ROCK SPRINGS, WYOMING, AS Kerusuhan anti-Cina.

1998 - JAKARTA, INDONESIA Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak 1997 berubah menjadi krisis multidimensi. Presiden Soeharto gagal mengendalikan keadaan yang berakibat pada aksi kerusuhan pada Mei 1998 di sejumlah kota. Ribuan rumah dan toko milik etnis Tionghoa menjadi sasaran penjarahan dan pembakaran. Terjadi eksodus etnis Tionghoa besar-besaran, yang bertahan mempersenjatai diri untuk melawan. ■


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.