Supportedby:
MediaPartner:
Diselenggarakanoleh
PASCASARJANA
ARKEOLOGIFIBUI2023
PENGARAHPAMERAN
Dr. Wanny Rahadjo Wahyudi
KETUAPELAKSANA
Nur Septiadi
KURATOR
Yasmin Nindya Chaerunissa
Asri Hayati Nufus
DESAIN
Khaesyar Nisfhan Akbar Rosadi
SEKRETARIS
Rezki Yulianti Bahtiar
MERCHANDISE
Mitta Sugiri
Muhammad Faiz
SPONSORSHIP
Sari Nila Puspita
Randy Kharisma Sudarno
PameranVirtual!
Sambutan
Prof.R.CecepEkaPermana
KetuaDepartemenArkeologiFIBUI
Dr.AliAkbar
“ “
Pameran ini terselenggara untuk kebutuhan tugas akhir mata kuliah eksibisi museum sebagai bentuk kolektif yang menghadirkan inovasi pengetahuan Apresiasi setinggitingginya untuk pengenalan kepada publik tentang makna “PERTAMA” yang berkaitan dengan pengalaman individu dalam mengenal arkeologi agar publik paham tentang menjaga dan merawat budaya Diharapkan dengan gambaran pameran ini, publik paham tentang apa yang menjadi tugas bersama dalam pemajuan kebudayaan
KetuaProgramStudiPascasarjanaArkeologiFIBUI
Apresiasi kepada penyelenggara atas terlaksananya pameran virtual berjudul “PERTAMA” sebagai bentuk pandangan pertama tentang arkeologi dan bagaimana menyikapi warisan budaya. Dengan pendekatan arkeologi yang dikemas dalam narasi menarik yang kekinian dalam pelaksanaannya, diharapkan memberikan kesan tersendiri kepada pameran ini
Sambutan
Dr.WannyRahardjoWahyudi
DosenPengampuMataKuliah EksibisiMuseum
Pameran “PERTAMA” memberi kesan tersendiri bagi saya bahwasanya arkeologi dapat disajikan lebih humanis dan sederhana Tujuan dari pameran ini adalah agar publik dapat memahami arkeologi melalui narasi sehari-hari dan terpicu untuk ikut melestarikan warisan budaya. Oleh karena itu, melalui pameran ini, diharapkan eksistensi pelestarian dapat terus terjaga dengan narasi membangun dan mengenalkan kepada berbagai generasi
“
PERTAMA: Sebuah Pendahuluan
Ada yang bilang, ketika kita mengalami kesulitan dan ingin menyerah, ingat saat pertama kali kita melakukannya. Ya, ingat saat pertama kali kita menyukainya. Namun, apa itu ‘pertama’?
Kata ‘pertama’ bisa dimaknai dari berbagai sudut pandang Misalnya, ‘pertama’ dalam konteks urutan waktu Hal ini bisa ditemui pada ungkapan cinta pertama, pekerjaan pertama, penggalian pertama, atau temuan pertama. Selain itu, ‘pertama’ juga dapat diartikan dalam konteks urutan kesan, seperti hal yang paling meninggalkan memori atau sesuatu yang memiliki tempat tersendiri di hati Namun, apakah yang pertama dari urutan waktu bisa juga menjadi yang paling berkesan? Tentu saja bisa
Pameran ini menitikberatkan pada pengalaman personal masingmasing individu terhadap arkeologi dari sudut pandang konsep ‘pertama’ Hal apa yang pertama kali membuat jatuh cinta pada arkeologi? Bagaimana ceritanya? Atau, hal apa yang paling berkesan saat menggeluti arkeologi? Mengapa demikian? Apa yang didapat dari sana?
Pengalaman dari masing-masing individu yang ada kemudian dihadirkan dalam bentuk foto, yang dibalut dengan narasi tertulis sehingga cerita yang ada dapat tersampaikan.
Pengalaman masing-masing individu, atau tepatnya pengalaman kami, mahasiswa S2 Arkeologi UI angkatan 2023, diharapkan dapat menjadi inspirasi yang mengingatkan para pengunjung pameran tentang hal-hal menarik nan penuh kesan antara dirinya dan ilmu yang sedang digeluti. Walau mungkin tidak selamanya berjalan lancar, atau bahkan kerap menemui kesulitan, ingatlah kembali saatsaat ‘pertama’ itu
Di Gelapnya Gua, Aku Bertemu Kamu
Kiki tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya ketika pertama kali mendengar cerita dari dosen arkeologi tentang bagaimana suatu kegiatan kunjungan gua dilakukan. Ia penasaran, bagaimana bentuk asli tinggalan budaya yang tersisa di gua-gua
Hari itu pun tiba Pertama kalinya Kiki mengunjungi gua, tepatnya Liang Tete Hatue. Ia dan teman-temannya menempuh rute perjalanan yang tidak mudah: melewati hutan, menyebrangi sungai, dan memanjat tebing Sesampainya di depan gua, dengan langkah yang hati-hati, ia dan temantemannya memasuki gua yang sunyi, gelap, dan penuh dengan kelelawar yang meninggalkan bau menyengat
Cahaya senter kepala menyinari dinding gua. Rupanya di gua tersebut tidak ditemukan lukisan-lukisan seperti yang biasa Kiki lihat di buku-buku sejarah Akan tetapi, kakinya terasa menyentuh sesuatu yang tidak biasa Ternyata, itu adalah fragmen tembikar, tepatnya jenis tembikar yang digunakan sebagai wadah penguburan.
Sejak saat itu, Kiki menjadi penasaran dan terus mencari tahu mengenai jenis-jenis tembikar yang ditemukan pada situs-situs arkeologi. Bahkan, tugas akhir Kiki saat S1 mengenai tembikar.
Dari Spiritual ke Saintifik
Era Indonesia Klasik memiliki kesan tersendiri bagi Bhikkhu Dhammiko Mahathera, yang biasa dipanggil Bhante Dhammiko, atau yang dikenal juga dengan nama Mitta Sugiri Kajian kesukaannya adalah mengenai tinggalan arkeologis berupa candi dan arca Menurut Bhante, perhatian masyarakat terhadap candi-candi besar sudah cukup baik, misalnya pada Candi Borobudur di Jawa Tengah, Candi Prambanan di Yogyakarta, dan Candi Bajang Ratu di Jawa Timur Akan tetapi, masih banyak juga candi lain yang minim dikunjungi dan diperhatikan oleh masyarakat umum, seperti Candi Jiwa dan Candi Blandongan, di Karawang, Jawa Barat.
Hati Bhante Dhammiko pun tergerak untuk ikut mengelola Candi Jiwa dan Candi Blandongan Pada tahun 2005, ia menjadi bhikkhu pertama yang mengunjungi kedua candi tersebut. Tidak hanya itu, pada Agustus 2006, Bhante Dhammiko menanam dua pohon bodhi di Candi Jiwa Tidak lupa, pada 2007, Bhante Dhammiko mengadakan kegiatan puja bakti detik-detik Waisak di Candi Blandongan dengan prosesi diawali dari depan rumah juru pelihara, pradaksina di Candi Jiwa, dan berlanjut dengan ritual Waisak di Candi Blandongan.
Kini, Bhante Dhammiko masih aktif mengantarkan umat mengunjungi candi-candi tersebut sembari melihat pohon bodhi yang ditanamnya tumbuh tinggi dan rimbun. Tidak hanya itu, kesukaannya pada kajian Indonesia Klasik kemudian mengantarkan Bhante untuk menjadi mahasiswa S2 Arkeologi UI
Seperti Cinta yang
Bersemi
Kembali
Pelajaran sejarah, utamanya tentang kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha adalah pelajaran kesukaan Yasmin sewaktu kecil Kesukaan itu kemudian meredup seiring berjalannya waktu Akan tetapi, seperti cinta lama bersemi kembali, pada awal 2022 kesukaannya kembali lagi. Yasmin mulai kembali mendalami kajian menyoal Indonesia klasik. Keinginannya satu: ingin bisa membaca prasasti
Jelang akhir tahun 2022, Yasmin bertemu seseorang yang bisa mengajarkannya membaca prasasti. Prasasti pertama yang Yasmin coba baca secara mandiri adalah prasasti Balingawan, dilanjut dengan prasasti Singhasari dan Kudadu Ketika awal tahun 2023, Yasmin berkunjung ke Candi Plaosan Lor dan setelah membaca prasasti yang terukir di candi-candi perwara yang ada, ia pun menyadari kecintaannya pada sejarah Indonesia klasik. Tidak tanggung, ia juga memutuskan untuk masuk S2 Arkeologi UI
Prasasti Munggu Antan adalah prasasti pertama yang ia kaji saat menjadi mahasiswa Dari prasasti ini, Yasmin menulis artikel arkeologi pertamanya tentang Rakai Gurunwangi. Yasmin percaya, kecintaannya pada pengetahuan tidak hanya membantunya menguak masa lalu, namun juga mengantarkannya ke hal-hal baru dalam hidupnya
Membaca Nukilan
MasaLalu
Seringkali muncul anggapan bahwa kebudayaan Indonesia di masa lalu sangatlah sederhana Namun, Asri yakin tidak demikian adanya Melalui tinggalan arkeologi seperti arca-arca, khususnya dalam kondisi yang masih utuh dan lengkap dengan semua ornamen yang terpahat di badannya, Asri dapat mengetahui bahwa kebudayaan masa lalu ternyata begitu kompleks dan kaya, lebih dari apa yang dibayangkan
Salah satu contoh arca yang berkesan bagi Asri adalah ketika ia mempelajari arca Ganesha dari masa Singhasari. Ganesha yang duduk beralaskan lapik dengan hiasan tengkorak menunjukkan bahwa aliran Tantra telah eksis dan dianut oleh raja pada masa tersebut Selain itu, arca Ganesha yang mengenakan pakaian dengan ragam hias yang kaya menandakan tren atau mode yang sedang berkembang di Singhasari kala itu.
Asri percaya bahwa belajar arkeologi bagaikan sedang membaca nukilan dari masa lalu untuk mencoba memahami kehidupan masyarakat Indonesia yang telah berlalu.
LoveatFirstSite
Waktu itu usianya baru tujuh tahun Seorang anak perempuan bernama Sari Nila tidak bisa melupakan kunjungan pertamanya ke salah satu museum di Indonesia. Di sana, ia mendapati artefak berupa arca, suatu hal yang tidak bisa ia lupakan, suatu hal yang membuatnya jatuh cinta pada museum
Waktu bergulir, kesukaannya pada museum ternyata tidak pernah pudar. Setiap ia melakukan traveling, baik di dalam maupun di luar negeri, Sari Nila kerap mengunjungi museum yang ada Namun, apa sebenarnya yang membuat Sari Nila begitu menyukai museum? Bagi Sari Nila, museum tidak hanya menyimpan memori masa lalu; lebih dari itu, ada keindahan dan makna yang terkandung di dalamnya
Kecintaannya pada museum mengantarkan Sari Nila untuk menjadi mahasiswa S2 Arkeologi di UI. Tidak hanya itu, ia juga berencana mengambil museologi untuk tugas akhirnya
Yang Paling Berkesan: UrbanArchaeology!
Bagi Faiz dan Khaesyar, kegiatan lapangan memberikan kisah dan pengalaman yang sangat berharga, lebih dari hanya sekedar teori pada buku teks. Ekskavasi yang dilakukan di wilayah urban di Jakarta, misalnya, hal tersebut memberikan pengalaman penggalian yang berbeda
Di sini, Faiz dan Khaesyar harus memikirkan bagaimana permukaan tanah yang berupa aspal, beton, dan gorong-gorong harus digali Penggunaan alat berat untuk mengupas permukaan adalah keharusan. Selain itu, faktor safety atau keamanan juga memainkan peran penting dalam kegiatan ini
Dari kegiatan lapangan tersebut, Faiz dan Khaesyar mulai mengenal safety kit. Safety kit ini juga menjadi rujukan banyak arkeolog lapangan lain untuk digunakan.
Arkeologi untuk Masa Depan
Bagi Adi dan Randy, arkeologi bukan hanya ilmu tentang gali menggali dan membicarakan masa lalu Lebih luas dari itu, arkeologi memiliki sumbangsihnya tersendiri bagi masa kini dan untuk masa depan
Hal ini seperti yang terlihat pada keseharian Adi dan Randy Mereka berkantor di instansi yang terlibat dan mengurusi langsung warisan budaya Sehari-hari, Adi dan Randy mengerjakan berbagai dokumen dalam perencana, pelestarian, dan pembangunan di lingkup daerah khusus yang bukan menjadi ibukota negara lagi. Di pekerjaannya itu, Adi dan Randy menyadari bahwa dalam arkeologi perlu adanya jembatan komunikasi antara pemerintah, komunitas, profesional, dan masyarakat berkaitan dengan pelestarian cagar budaya Kesemua hal ini membawa kesan tersendiri bagi Adi dan Randy.
Harapannya, walau hal ini hanya menarik bagi beberapa orang, seharusnya tetap dapat dirasakan manfaatnya bagi banyak orang agar kelak apa yang baik pada zaman sekarang dapat menjadi kompas penuntun bagi generasi yang akan datang terutama tentang pelestarian dan pembangunan yang berdampak pada Indonesia Emas 2045
PERTAMA yang Lalu
Setiap pertemuan ‘pertama’ adalah unik, membawa kesan berbeda bagi setiap individu dan meninggalkan jejak dalam perjalanannya. Kami sebagai mahasiswa telah menemukan jalan menuju arkeologi.
Lalu bagaimana dengan para pengajar kami? Seperti apa ‘pertama’ bagi mereka dalam arkeologi? Bagaimana perjalanan ‘pertama’ membentuk memori yang masih terus dikenang hingga dekade berikutnya?
Pada lembar selanjutnya, kita akan diajak berkeringat dingin bersama seorang ‘dosen muda’ yang dipaksa untuk mengajar pertama kali, ikut merasakan peluh, namun penuh haru karena menemukan harta karun dari masa lalu, memberanikan diri untuk menjelajah dalam petualangan di tempat antah berantah, dan mempelajari fragmen dari masa lalu untuk masa depan
Tontondisini!
Pertama kali menjadi dosen arkeologi, saya diminta secara tiba-tiba untuk mengajar di kelas oleh dosen senior Padahal, waktu itu belum ada persiapan apaapa
- Dr Wanny Rahardjo Wahyudi
“Saya masih ingat ekskavasi pertama saya, yaitu di Situs Batujaya dan Cibuaya Apa yang saya dan teman-teman saya mulai menjadi awal untuk ekskavasi selanjutnya.
- Dr Isman Pratama Nasution
Pengalaman paling berkesan bagi saya adalah mencari data di pedalaman Kalimantan untuk disertasi, padahal saat itu saya tidak mengenal siapasiapa di sana Belum lagi ada malaria yang mengintai
- Karina Arifin, Ph.D.
Hal yang berkesan dalam arkeologi adalah saat saya dapat mengenal akar sejarah kehidupan manusia
- Dr Andri Purnomo
“
“
“
Bukan Terakhir
Di ujung perjalanan yang penuh makna ini, kita kembali ke titik awal yang dipenuhi rasa keingintahuan dan kekaguman akan arkeologi Seperti yang pernah disuratkan, ‘Apa itu pertama?’ Pertanyaan ini membawa kita pada petualangan yang mengungkapkan kekayaan dan kompleksitas kebudayaan masa lalu.
Selama perjalanan, kita menelusuri kembali jejak-jejak yang telah tertinggal dari masa lalu, merenungkan makna dari setiap penemuan, dan menghargai warisan leluhur dengan penuh kebanggaan. Dalam setiap langkah, dalam setiap temuan, terdapat cerita yang menanti untuk diungkapkan.
Mari kita terus memelihara rasa penasaran, keberanian untuk menjelajah, dan keinginan untuk mempelajari masa lalu Dengan demikian, kita tidak hanya menyelami sejarah dan kebudayaan Indonesia, tetapi juga membawa inspirasi dan harapan untuk masa depan yang lebih baik
Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan ini Semoga api semangat arkeologi terus menyala dalam hati kita, menerangi jalan menuju pengetahuan yang lebih luas dan lebih dalam seperti samudra tempat kita mengarungi dunia
Semoga setiap perjalanan selalu menjadi ‘pertama’ untuk kita semua.
TERIMAKASIH
Tuhan Yang Maha Esa
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Departemen Arkeologi FIB UI
Laboratorium Arkeologi FIB UI
Pusat Konservasi Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta
Komunitas Indo Archaeology
JSA Production
Vihara Kusalacitta Kota Bekasi
Ibu Jing-Jing Wan Giem
Didukungoleh:
MediaPartner: