Pdf narrative Selayang Pandang PLS di Jember dengan foto

“SELAYANG PANDANG” KOMUNITAS TANOKER, HMJ PLS UNEJ, PKBM ASY-SYIFA” Oleh: Arif Nur Rohman Widya Eka Wahyu Lestari Rosida D.F.

Berawal

dari hal yang kecil

semudah yang dibayangkan, apalagi ketika kuliah yang dipikirkan salah

ternyata mampu membuat pengalaman

masuk jurusan, hal yang sangat fatal

yang

Mengenyam

dan perlu di luruskan. Semenjak

pendidikan di perguruan tinggi tidak

semester 1 mulai dari ospek hingga

luar

biasa.

sekarang hampir 2 tahun menjalani perkuliahan, selama perjalanan ini kami yaitu Arip, widya dan Rosy, kami selalu berjalan berdampingan layaknya sobat karib yang selalu bertengkar dan masalah kecilpun diperdebatkan, kami selalu mencari cari makna jurusan yang kita jalani ini yakni Pendidika Luar Sekolah. Tidak banyak orang yang mengetahui jurusan ini, namun kami selalu optimis dengan jurusan kami, yaah memang sebelum-sebelumnya kami sempat galau dengan jurusan yang kami pilih. Namun setelah kami menjalani selama hampir 2 tahun ini dengan mengikuti organisasi kampus dengan tujuan untuk memperdalam ilmu kePLSan. Mulai dari mengikuti desa mitra dimana kami langsung terjun dan berinteraksi dengan masyarakat sampai kami melakukan study banding atau bisa dikatakan observasi di luar daerah Jogja. Kami mendapat mata kuliah Aplikasi Komputer Dasar, dari situlah kami mahasiswa PLS angkatan 2013 diharuskan untuk melakukan observasi di luar kota dengan mendatangi 2 lembaga.

Selasa siang yang cerah tepatnya pada pukul 09.00, saat itu mata kuliah Aplikasi Komputer Dasar berlangsung dengan dosennya yang bernama bapak Luthfi Wibawa sebelum-sebelumnya berlatih mengenai corel draw tiba-tiba “selamat pagi, assalamualaikum Wr. Wb.” Buka pak lutfi dengan sapaan dan tak ketinggalan dengan senyuman hangatnya. “Pagi paaaaak, wa’alaikumsalam Wr. Wb.” Sahut dengan kompak anak-anak kelas kami. Dengan sigap menginformasikan suatu hal yang berkaitan dengan mata kuliah beliau. “Yaa saudara, ini sedikit informasi bahwa kelas tetangga sudah diumumkan bahwa untuk matakuliah ini diadakan observasi namun di luar kota, kira-kira saudara setuju atau tidak?, keputusan ada pada kalian. Jika berkenan monggo ketua kelas list kota yang akan dituju.” Sekejap suasana kelas berubah seolah-olah pasar demangan. Ngrumpi sendiri-sendiri, entah apa yang diperbincangkan. Setelah itu pak lutfi menerangkan teknis dalam melakukan observasi tersebut, kami langsung ya ya, namun ada yang masih bingung juga, karena kelompok diperkenankan untuk memilih sendiri, ada yang sudah seneng karna dapet kelompok yang pas, namun ada juga yang masih bingung karna belum dapat kelompok. Yaaaaah,….

Mungkin pertamanya kami memang keberatan karena

masalah “fuulus”, sampai-sampai kami menjual nasi goreng dan keuntungannya bisa untuk menambahi membeli tiket. Namun ada cerita sebelum keberangkatan kami.

Saat itu, siang kira-kira jam tangan menunjukkan pukul 11.00 WIB, Rosy, Arip, dan Wiwit, sibuk membahas tanggal keberangkatan dan tanggal pulang, setelah berlama-lama berdebat, akhirnya kami menentukan tanggal yaitu tanggal 12 April 2015 sampai tanggal 17 April 2015 kami putuskan untuk tanggal keberangkatan sekaligus pulang. Saat itu juga Wiwit dan Rosy bergegas untuk izin saat perkuliahan, dan memutuskan cuuus menuju stasiun lempuyangan. Namun ketika itu Wiwit dijalan tibaba keluar pertanyaan, “Rosss dalane ngendi??? Aku bingung??”. “Hadeeeeehhh, wit… wit… kirain kamu tahu jalan.” Sahut Rosy sambil tertawa ngakak. Namun akhirnya kami sampai di Stasiun lempuyangan dan memarkir motor. Kelucuan tak berhenti, lagi-lagi kami membuat kekonyolan, masuk lewat pintu gerbang yang salah dan akhirnya kami harus berbalik arah, heeeemft akhirnya sampai juga di dalam stasiun lempuyangan. Dengan muka PD, dan sok tahu rosy langsung menuju tempat antrian, setelah 5 menit, 10 menit menunggu tibalah saya didepan loket, ditanya oleh petugas, “selamat siang mbak, maaf ada yang bisa kami bantu? Silahkan nomor antrian!” dengan muka terkejut, “haaaaa?? Nomor antrian?? Oo harus mengambil nomor antrian ya mbak di sebelah mana mbak?” “sebelah pojok selatan maaf silahkan mengambil nomor antrian terlebih dahulu” jelas mbak-mbak petugas. Dengan sigap kami segera mengambil nomor antrian dan menulis di kertas dengan tujuan yang telah ditentukan, ternyata kami mendapat nomor antrian 099, padahal saat itu antrian bari sampai 035, yaah sekitar 2 jam kami luntang-lantung di stasiun. Duduk… berdiri …duduk berdiri. Disitu kami sebagai mahasiswa PLS sempat berfikir, jika saja di stasiun ini terdapat, taman bacaan atau tempat outbond, tentu ndak bakal para antrian-antriwati ini mondar mandir, duduk berdiri gak jelas. Hahaha, karena si Rosy sering berimajinasi dan bermimpi yang tidak-tidak maka sampai memikirkan hal-hal yang kadang susah untuk dinalar. Hmmm namun itu perlu difikirkan looo, haaai para PLS masa depan, kami ada karna kalian ada. 1 jam pun berlalu, nomor antrian menunjukkan angka 067, sembari ngrumpi tiba-tiba nomor

antrian menunjukkan angka 097, Rosy langsung saja lari ke depan loket antrian, dan akhirnya mendapat tiket, karna kami suka eksis jadi foto dulu sama tiket, hahaha.

Waktu yang kita tunggu-tunggu akan datang, H-1 hari keberangkatan, kami mengumpulkan uang iuran untuk bekal di kereta, dan Rosy yang mengatur segala keuangan. Akhirnya kami melakukan observasi tersebut ke kota yang jauh dari jogja, kota tersebut berada di ujung timur sebelum banyuwangi, biasanya disebut kota suwar-suwir, lebih tepatnya adalah kota jember. Disini kami akan memaparkan selayang pandang saat kami melakukan observasi mulai dari pra pemberangkatan yang tadi sudah kami singgung diawal, hingga kami kembali lagi di jogja. Banyak pengalaman yang kami dapat disana dan di perjalanan. Dimana kami dapat merasakan PLS itu seperti apa? Mau tahu???? Penasaran ???? oke simak kami di beberapa sesi perjalanan yang kami lakukan.

Malam tanggal 11 menuju tanggal 12 wiwit dan Rosy mulai tak nyenyak tidur karena belok harus berangkat pagi-pagi. Tepat pukul 04.30 waktu kosannya Rosy, kami mulai menghubungi satu sama lain untuk mengingatkan segera bersiap-siap. Pukul 06.30 HP Rosy bunyi “kliiing… kliiing kliing” setelah dibuka ternyata BBM dari arif, pesantersebut berisi, “Ross lek ndang, lek ndang aku wes neng stasiun” dengan wajah terkejut dan menahan tawa Rosy membaca bbm tersebut padahal si Rosy belum mandi Kami berangkat dari jogja untuk observasi di dua lembaga, yaitu PKBM AsySyifa dan Tanoker. Lembega tersebut kami ketahui dari teman-teman PLS jember, dan setelah melihat TupperWare She Can. Cerita kami akan dimulai dari PKBM Asy-syifa yanga ada dijember. Mula-mula kami mendiskusikan tempat tujuan kami di PKBM tersebut dengan teman HMP PLS jember, dan ternyata mereka sangat menerima diskusi kami dan bersedia mmebantu kami dalam observasi.

Waktu itu kami berangkat 12 Maret 2015, tepatnya jam 08.55 dan didampingi oleh kereta logawa dengan tujuan jember, dan satu kejadian sebelum masuk kereta yaitu arif bahwa sebelumnya kami telah merundingkan jika besok pagi datang paling lambat

jam8.15 dan terserah mau datang ke stasiun jam berapa saja. Yaitu arif datang lebih awal yaitu tepatnya pukul 07.30. diitu kami mulai memiliki cerita lucu. Tak lama kemudian steelah kami telah berkumpul lama sekitar 30 menit di stasiun, ada panggilan bahwa penumpang tujuan jember siap diberangkatkan kan untuk 10 menit kemudian dan kami bergegas lari dan masuk dalam kereta.

Sampainya di kereta kami merundingkan apakah ada barang yang kurang dibawa dan yang lain-lainnya dan ternyata tidak ada. Saat kereta berjalan kami benarbenar menikmati perjalanan di dalam kereta, terutam widya yang ternyata baru pertama kalinya menaiki kereta dan dia bercerita bahwa terakhir naik kereta ketika umur 4 tahun. Perjalanan kami sekitar 10-11 jam dikereta, sesampainya kami di jember jam 19.30 kami di jemput oleh teman-teman HMJ PLS Jember yaitu Mas Wahyu, Mas Nicko, dan Mas Miftah. Kami bertanya-tanya dimana kami tinggal besok untuk beberapa hari nanti dan ternyata kami berdua singgah sementara di kos Mbak Anila dan Arif di kos Mas Miftah. Pertama kami di hantarkan terlebih dahulu di kontrakan mbak Anila, kami instrahat sejenak minum teh anget, makan gorengan dan berbincang-bincang kecil dengan teman-teman PLS Jember tersebut. Ketika waktu sudah larut malam, kami tetap di kos Mbak Anila dan Arif ikut dengan Mas Miftah. Ternyata air disana menurut kami dingin, dan segar setelah itu kami mandi, lalu mulai tidur sekaligus istirahat.

Tak disangka sudah pukul 3.30 pagi kami lalu bergegas bangun, ternyata mbak Anilapun juga sudah bangun. Dan yang dilakukan mbak Anila saat itu adalah membuatkan kami sarapan pagi dan menyiapkan nasi goreng untuk dijual. Mbak Anila disamping sibuk dengan kuliahnya dia juga menjual sarapan untuk temantemannya dikelas. Hari pertama kami di jember yaitu menelusuri kota jember dengan jalan kaki. Setelah kami berunding kami memutuskan untuk menuju alunalun jember. Di jalan kami melihat beberapa masalah sosial yang ada, yang tidak jauh dengan apa yang ada di jogja yaitu masih ada juga beberapa pengemis dan pengamen. Lalu kami berjalan kaki sekitar 15 Km, sekitar 2 jam dan kami sering sekali berhenti dri beli minuman, beli topi, sampai setiap melewati dinas yang berbau ke-PLSan

kami berhenti untuk selfie, di depan badan pemberdayaan masyarakat,dan di depan kementrian hukum dan ham. Sampainya di alun-alun kami mulai merasa lelah, kami istirahat lalu mencari indomaret terdekat dan memutuskan foto-foto di alun-alun lalu segera pulang kembali ke kos mbak Anila dengan angkutan kota, disana namanya adalah LAN. Dihari kedua kami di jember yaitu hari selasa, kami diantarkan dengan teman-teman jember ke Universitas Jember sekitar jam 08.00, dan disitu ternyata teman-teman HMJ Jember mengadakan acara untuk kami seperti sharing-sharing tentang HIMA PLS UNY dan kebetulan kami juga adalah anggota dari HIMA setidaknya kami bisa bercerita. Setelah acara sharing-sharing kami diajak berkeliling UNEJ terutama di FKIP. Selesainya acara kami bergegas pulang menuju kos mak Anila dan Arif menuju Kos mas Miftah waktu itu sekitar pukul 17.00.

MENUJU PKBM ASY-SYIFA Jl. Ledokombo No. 09 Cumedak Sumber Jambe JEMBER

Dihari selanjutnya agenda kami yaitu menuju PKBM Asy-Syifa, dan ternyata tempat tersebut jauh dan teman-teman jember memutuskan untuk mengantar kami dengan menggunakan mobil dari salah satu teman HMJ Jember yaitu Mas Nicko, di perjalanan, kami masih mengganjal masalah surat untuk PKBM Asy-Syif karena sampai saat itu juga surat via email kami tidak dibalas namun teman-teman HMJ Jember seperti mas miftah, mas nicko dan mas wahyu menanggapi bahwa di PKBM Asy-Syifa insyaAllah akan menerima kedatangan teman-teman PLS UNY disana selagi kita membawa surat yang asli. Sesampainya kami di PKBM Asy-Syifa kami sangat senang karena akhirnya terealisasi juga observasi di satu lembaga tersebut dan kami berdoa semoga kami diterima untuk observasi disana. Kami turun dari mobil, dan lalu menemui Bapak Hasan, dan doa kami terkabul. Kami menjelaskan tujuan kami setelah itu kami sangat di terima dan di diizinkan untuk observasi disana. Dengan senang hati beliau mengantarkan kami menuju ke tempat PAUD Asy-Syifa, TK, dan panti asuhan yang dimiliki PKBM Asy-syifa.

Pertama kami menuju PAUD dan TK Sy-Syifa, para murid dan para woali murid sangat antusias dengan kedatangan kami. Anak-anaknya sangat lucu-lucu, selanjutnya kami bagi-bagi tugas rosi menanyakan apa yang ingin diperoleh informasi dengan gurunya, lalu widya menemui anak-anak dan ibu-ibu yang menunggu. Dan dari hasil informasi yang pertama dari ibu-ibu yang anaknya duduk dibangku PAUD mereka merasa bingung karena jika menunggu anaknya sampai pulang rasanya begitu membosankan juga dan anaknya pun jarang yang mau ditinggal. Lalu ternyata dari Bapak Hasan, beliau memang sudah berkeinginan ingin memberikan fasilitas untuk para ibu-ibu yang menunggu seperti taman bacaan bagi ibu-ibu, atau parenting. Dan informasi yang kami peroleh dari anak-anak mereka sepertinya memang sangat suka dan senang jika masuk PAUD dan TK Asy-Syifa, karena di sekitar lingkungan daerah ledokombo sekolah yang paling favorit adalah Asy-Syifa, dan disana juga dari TK da PAUD nya telah memakai seragam dan disela-sela kegiaan mengajar anak-anak diberikan pembelajaran untuk mengaji. Setiap hasil belajar anak-anak tersebut ditempatkan di rapot mereka setiap harinya, dan setipa guru mampu memantau anak didiknya jika mengalami kesulitan atau tidaknya dalam belajar. Dikompleks itu juga terdapat ruang ketrampilan bagi masyarakat berupa ketrampilan pembuatan kali grafidan ketrampilan yang lain dari gedebog pisang. Tapi sayangnya usaha yang dikelola tersebut masih kurang produktif karena masih kurangnya peminat sehingga pemasarannya belum banyak. Lalu setelah kami mengunjungi ruang ketrampilan tersebut, salah satu teman kami melihat hasil karya dari masyarakat tersebut yang dipajang di ruangan tersebut, yaitu hasil karya berupa kapa yang berasal dari limbah penebngan pohon, dan kaligrafi yang terbuat dari kayu yang belum diberi warna masih polos.

Selanjutnya kami mengunjungi Panti Asuhan yang berada di tengah-tengah ruang TK dan PAUD, disana kami berbincang-bincang dengan kepala sekolah TK dan PAUD Asy-syifa serta Bapak Hasan. Kami membicarakan usulan yang

dikeluhkan oleh ibu-ibu yang menunggu anak-anaknya sekolah, dan memang benar adanya bahwa jika ingin diberikannya program bagii ibu-ibu tersebut, namun masih dengan beberapa pertimbangan. Dan disana juga memiliki panti asuhan yang dikelola oleh Bapak Hasan juga dengan beberapa staff ahli yang terstuktur, ada juga yang dipanggil Bunda. Dan disana kami juga diceritakan bagaimana terbentuknya panti, dan niat dari pemilik PKBM tak lain juga dengan tujuan dan visi misi ke-PLS an yaitu membantu masyarakat dalam memperoleh hak pendidikan di masyarakat melalui prgram pendidikan kesetaraan, keaksaran, life skill, PAUD, serta prgram pemberdayaan yang dilaksanakan disana. Dan PKBM Asy-syifa memiliki hasil produk yang dihasilkan dari program pemberdayaan masyarakat yaitu dari gedebog pisang yang dibuat menjadi tempat tisu, tempat pensil, tempat aqua, tempat tisu lipat, kaligrafi, pensil boneka, tempat botol minum, dompet, tempat map. Semua jenis barang tersebut telah dikirim ke beberapa kota, ya namun masih beluma semua kota dapat mendisatribusikan barang tersebut dan dengan barang tersebut memiliki harga yang terjangkau pula.

Setelah kami berbincang-bincang, kami justru disuguhi buah duren 3 buah disitu kami juga merasa bahwa kedatangan kami sangat di terima. Sambil berbincangbincang bapak hasan juga berkata bahwa di PKBM Asy-syifa memiliki TBM yang menurut kami lengkap, buku bidang keaksaraan, kesetaraan, lifeskill, paud, dan buku-buku yang lain. Di pkbm Asy-syifa uniknya tbm disana selama seminggu sekali berkeliling kerumah warga dan keberapa sekolah, dan antusias para warga serta anak-anak sangat bagus dan tidak hanya dibaca saja mereka juga diperbolehkan meminjam buku selama seminggu dan jika masih ingin dibaca pengelola tbm asy-syifa pun menawarkan kembali perpanjangan peminjaman buku tersebut. Jadi tbm disana memang benar-benar untuk memudahkan warga belajar dalam memperoleh pendidikan. Buku-buku yang terdapat di TBM tersebut berasal dari sumbangan warga-warga yang mampu,sumbangan dari pejabatpejabat yang ada di sekitar, sumbangan dari mahasiswa-mahasiswa, serta dinasdinas terkait pendidikan. Fasilitas di TBM tersebut dapat dikatakan cukup lengkap, karena memiliki ruang pojok belajar yang bisa digunakan para pembaca.

Selain itu juga terdapat Al-Quran yang berukuran sangat besar yang pernah di ikut sertakan dalam karnaval.

Setelah kami kami berjalan-jalan ke TBM lalu kami menuju ke ruangan paket C, dan ternyata jadwal kami ke pkbm asy-syifa bersamaan dengan kegiatan ujian paket C jadi kami tidak diperbolehkan melakukan observasi di warga belajar paket C. Kami hanya bisa memotret jalannya ujian tersebut dan mengamati sekeliling ruangan peserta. Warga belajarnya ternyata tak hanya seumuran dengan kita tapi ada yang yang lebih dewasa juga, ada bapak lurah juga yang ikut ujian kejar paket. Uniknya peserta paket C disana tetap menggunakan seragam sekolah seperti SMA/SMK Formal.

Observasi

pertama

kami

di

PKBM

Asy-Syifa

sungguh

sangat

mengesankan, tidak hanya sekolah yang di dalam pertemuan itu kami diberi beberapa masukan terkait bidang kami yaitu PLS dimana kami sebagai mahasiswa PLS jangan sampai merasa tersesat dengan apa yang telah kita ambil, bahwa PLS itu luas. Sekian dari banyaknya jumlah mahasiswa dengan gelar yang tinggi, dengan sejuta prestasi dan nilai yang tinggi pula mereka belum tentu mampu mengelola,

mengatur

mengkomunkasikan

bagaimana

memberikan

atau

menerapkan ilmu-ilmu yang diperolehnya untuk masyarakat banyak, dan masih ada beberap lokasi yang membutuhkan peran-peran mahasiswa yang peka terhadap masyarakat, terhadap lingkungan dan terhadap pendidikan serta keagamaan untuk masyarakat. Beliau juga berpesan kepada kami jangan pernah mengeluh atas apa yang pernah kita pilih, dengan begitu kita tidak akan pernah mau berani mencoba sesuatu yang baru.

Bapak Hasan mungkin bukan dengan background PLS namun dengan tangan dinginnya beliau mampu menciptakan suasana masyarakat sekitar memperoleh pendidikan yang layak bukan dengan peondidikan formal, tapi lewat pendidikan nonformal berupa pendidikan keagamaan, ketrampilan, pelatihan dan masih banyak lagi. Ditengah diskusi kami ada cerita lucu, karena kami bersal dari kota yang berbeda seperti Rosi Ngawi, Widya Klaten dan Arif Yogyakarta kami memiliki kultur

dan budaya yang berbeda seperti istilah-istilah yang berbeda juga. Diselasela diskusi kami salah satu dari teman-teman jember yaitu Mas Niko berkata “ Ros, kamu suka sama kacang?”. dijawab Rosi “iyo rekk…” dengan muka pringaspringis (senyum-senyum), dibalas lagi oleh mas niko “ kamu tau MOTHAK, kalau disini cewek cantik yang suka makan kacang namanya itu.”

Dengan muka bingung, kami saling pandang dengan teman-teman Jember yang lain dan sembari bertanya-tanya, tapi mereka sambil tersenyum-senyum menjawab iya. Setelah itu untuk meyakinkan kami mas niko bertanya pada Bapak Hasan, dan beliau berkata iya benar. Lalu kamipun percaya saja, teman-teman jember jika memanggil Rosi, dengan sebutan MOTHAK. Selanjutnmya Bapak Hasan bercerita kembali kegiatan sosial yang ada di PKBM bentuk

ASy-syifa pelayanan

salah

satunya

Bina

keluarga

yayasan kepada masyarakat

sakinah,

adalah

dibidang kemanusiaan

untuk mewujudkan keluarga selamat sakinah mawaddah warrohmah fiddini waddunya wal akhiroh. Tujuan berkeluarga pada pokonya ada dua, membina kebersamaan dalam kebahagiaan dan melangsungkan keturunan. Hal ini harus selalu dievaluasi setiap waktu untuk meningkatkan kwalitas kehidupan yang baik dari waktu ke waktu. Lain ladang lain belalang begitu kata pepatah. Hal itu juga berlaku terhadap perlakuan kehidupan daerah satu dengan yang lain, ketepatan di daerah garapan Asy-Syifa jember tingkat pernikahana dini, perceraian dan perselingkuhan dalam rumah tangga relatif cukup tinggi maka kedudukan BKS tentunya sangat efektif dan dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak kurang 8 sampai dengan 20 pasangan berkonsultasi masalah keluarga, baik datang ke Asy-Syifa.

PKBM Asy-Syifa adalah salah satu program yang dikelola oleh yayasan AsySyifa, dan program yang lain seolanjutnya yaitu pelatihan berupa pembuatan barang yang berbahan dasar gedebog pisang, yang juga bekerjasama dengan desa binaan. Kegiatan tersebut tidak hanya melibatkan warga belajar PKBM AsySyifa saja, namun dengan masyarakat desa binaan pula, kalau istilah desa binaan untuk mahasiswa PLS UNY seperti Desa Mitra. Dari hasil pembuatan berbahan dasar gedebog pisang, yang dibuat menjadi tempat tisu dan barang yang lain desa binaan

juga memiliki mitra kerja atau link dalam proses pemasaran. Barang yang telah jadi ada yang dikirim ke jogja, ke semarang, surabaya dan masih banyak lagi.

Kami merefleksikan tujuan bservasi kami sampai jauh-jauh ada yang sampai bandung, kendal, semarang, salatiga, kediri dan masih banyak lagi beberapa kota selain jogja kami mulai mengerti, bahwasannya dengan kita bservasi adalah memberikan pandangan bahwa dalam lingkup pls tak hanya PKBM, SKB, LKP, PAUD serta masalah yang ada di sekitar jogja saja. Tapi kami dituntut melihat masalah yang ada di sekitar luar jgja, lembaga yang ada, dan budaya yang ada disana. Maka dengan adanya bservasi ke luar kota jogja, kami semakin yakin bahwa pilihan kami terhadap pls tidak salah. Membuka mata, mencari peluang yang ada dalam melayani, memperbaiki, serta mengembangkan kehidupan melaui pendidikan dan terutama pendidikan luar sekolah, dimana sebagai pengganti, pelengkap, dan penambah pendidikan formal. Dan terkadang kami juga merasa miris ketika, banyak calon mahasiswa baru bertanya-tanya mereka merasa pilihan pls adalah terpaksa, atau karena tuntutan orang tua dengan background PLS. Padahal jika kita mau menggali, mau menikmati, dan mau berusaha mencari dimana letak keberuntungan kita dalam pls kita akan mengerti begitu banyaknya peluang yang dihasilkan oleh lulusan pls itu sendiri.

Refleksi mungkin cukup untuk saati ini. Lari lagi ke PKBM Asy-syifa, bahwa disana bapak hasan memiliki beberapa teman sebagai pendukung serangakaian banyak kegiatan yang akan dilaksanakan adalah seorang yang memiliki kedudukan seperti lurah, pemilik usaha tertentu dan masih banyak juga. Jadi dalam menangani masalah donatur, masalah yang berhubungan dengan finansial bapak hasan selaku pemilik tidak begitu kerepotan. Lalu kami merefleksikan kembali, bahwa jika tujuan kita baik ataupun dengan tujuan untuk masyarakat sendiri dan jika kita memiliki komunikasi yang baik kami akan memiliki link banyak dalam pelaksanaan program dengan bentuk donatur. Dan disitulah skill yang bisa didapat oleh lulusan PLS ujar Pak Hasan. Dan beliau tak henti-hentinya selalu memberikan kami motivasi dalam menjalani sebutan mahasiswa PLS, dan beliau berpesan bahwa setidaknya kalian

membuat pembangunan dalam bentuk skala kecil itu saja kalian bisa dikatakan sebagai lulusan yang baik.

Waktu menunjukan pukul yang dimana kami dan teman-teman harus melanjutkan ke lembaga selanjutnya. Dan kami rasa banyak sekali motivasi, petuah serta pengalaman yang tak akan dilupakan sepanjang sejarah ketika mejadi mahasiswa PLS UNY. Selanjutnya kami memberikan kenang-kenangan pada Bapak Hasan yang telah kami siapkan. Dan kami juga ternyata diberikan hasil buatan masyarakat desa binaan berupa tempat tisu. Kami merasa senang yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, lalu kami berpamitan.

Menuju Tanoker Jalan Kantor Polisi, Simpang Tiga, Ledokombo Kec. Ledokombo 68196

Okee

teman-teman kiranya sudah lama, sudah saatnya solat dhuhur

selanjutnya selesai solat dhuhur kamipun bergegas pulang dan berpamitan dengan keluarga bapak hasan dan warga belajar yang ada disana, eeeeiiits namun sebelumnya ada sesi foto-fotonya juga loooh. Sebelum narsis bareng bapak hasan, kami juga menyiapkan kenang-kenangan berupa stiker PLS dan juga plakat.

Terlihat sekali raut muka bapak hasan yang sangat sumringah, dan ternyata kami juga mendapat kenang-kenangan dari PKBM asyifa yang berupa temnpat tisu berbahan gedebok pisang, asli made ini PKBM asyifa. Kami merasa dihargai dan senang bisa berkunjung di PKBM asyifa.

Eeeeiiits.. perjalanan kami belum berakhir disini, tapi kami masih melanjutkan perjalanan ini menuju komunitas yang tak jauh dari PKBM AsySyifa, kita tidak sendirian looh, kita bertiga beserta teman-teman dari PLS Jember melanjutkan perjalanan kami ke komunitas tanoker. Dan perlu diketahui oleh temen-temen semua kami mendapatkan pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga ketika kami akan melakukan observasi ini terutama saat melakukan kesepakatan dan perjanjian dengan pihak tanoker. Jadi, kami sebelum menentukan tempat observasi ini kami melakukan pencarian tempat melalui website dan melalui informasi teman-teman yang ada di Jember, dan akhirnya ditetapkanlah Tanoker sebagai salah satu tempat yang akan kami kunjungi. Banyak sekali batuan kerikil yang menjadi tantangan kami menuju kesana mulai dari pertama kami mencoba menghubungi pihak Tanoker berkali-kali namun belum berhasil karena ternyata nomor telfon yang kami catat salah. Kemudian kami mencoba lagi mencari dan mendapatkan nomor telepon ibu ciciek. Nah dari situ teman-teman kami memperoleh pencerahan, dan sedikit ada harapan untuk tetap memilih Tanoker sebagai tujuan utama kami. Dan ternyata perkiraan kami benar ketika salah satu dari kami bertiga menghubungi Ibu Ciciek dan menanyakan seputar Tanoker, dan mengemukakan tujuan kami kesana, Ibu Ciciek menyambut baik sekali dan memberikan arahan, prosedur yang harus dipenuhi untuk dapat berkunjung kesana, dan akhirnya kami diberi kontak person staff administrasinya, yaitu yang akrab dipanggil dengan Mbak Aini. Dari situ kami mencoba bertanya lebih jelas mengenai tata cara untuk kesana, dan akhirnya kami disuruh untuk mengirimkan surat observasi terlebih dahulu melalui email. Saat itu juga kami menscan surat terseut dan langsung dikirimkan ke email Tanoker yang tertera di website Tanoker, setelah kami konfirmasi ke mbak aini bahwa kami sudah mengirrimkan email tersebut, ternyata alamat emailnya bukan yang kami maksud, namun akhirnya kami di berikan email yang seharusnya digunakan untuk mengirim. Proses pertama sudah usai, kami merasa plooooong, lega. Saat itu tanggal 12 kami berangkat ke Jember, dan ternyata kerikil kecil bulum habis masih ada batu besar yang menghalangi perjalanan kami diperjalanan saat dikereta tiba-tiba ada sms dari mbak Aini bahwasanya menanyakan kapan

Dari situ mulai ada konflik kecil yang membuat kami sedikit takut dan pesimis dengan Tanoker. Namun pada akhirnya kami menjelaskan sedikit demi sedikit dan mbak ainipun bisa memahami kami, disitu kami mengira bahwa dari Mbak Aini dan Ibu Ciciek sudah berkoordinasi mengenai kunjungan kami.

Ternyata masing-masing dari mereka belum

hanya mengetahu dari kami,

disitulah terjadi miss komunikasi. Pukul 19.30 tepatnya pada tanggal 12 april 2015 kami sampai di stasiun jember, tiba-tiba muncul perkataan, “iki dewe neng jember???, yakin jajal aku dikeplak�. Hal tersebut menjadi bahan tertawaan. Saat kami tiba dan turun dari kereta kami tidak menyianyiakan moment yang baik, dimanapun kami berada saat di jember kami selalu mengabadikan setiap moment yang kami

jalani. Di stasiun tersebut kami melakukan selfie, dan semacam

liputan, disitu kami sendiri yang diwawancarai. Sembari menunggu arif masih di toilet.

Perjalananm di Jember kami mulai dan tiba di tempat kos salah satu teman kami yaitu Mbak Anila, disitulah kami menginap, sesampainya dikos mbak anila kami melakukan sedikit bincang-bincang malu. Sembari meluruskan badan dan istirahat sejenak kami menceritakan pernyataaan yang terjadi di perjalan kami oleh pihak tanoker. Dalam perjalanan kami di kereta, sekitar pukul 19.00 pihak tanoker menghubungi kami via sms bahwa beliau menannyakan kembali kedatangan kami kesana kapan dan menjelaskan kembali tujuan kedatangan kami terkait hubungannya dengan aplikasi komputer lanjut apa. Disitu kami mulai kebingungan karena kami sebelumnya sudah mengkomunikasikan kepada pihak Tanoker yaitu Ibu Cicik

langsung dan Ibu Cicik mengizinkannya. Namun

mungkin kami salah karena kami tidak melalui prosedur yang berlaku dari pihak Tanoker. Dan kami komunikasi dengan pihak tanoker yaitu mbak Ainin sendiri mungkin merasa kebingungan kedatangan kami belum terkonfirmasi kami sudah jalan saja menuju Jember, dan tujuan kami berkunjung juga hanya satu hari dan sangat menyanyakan sekali jika kami hanya sehari dan kunjungan tersebut harihari yang tidak banyak kegiatan, karena jika ingin memperoleh informasi berupa kegiatan yang ada di tanoker adalah hari minggu.

Namun kendala kami yaitu bahwa kami berkunjung ke jember dibantu oleh teman-teman HMJ Jember jadi kami tidak bisa memutuskan jadwal atau harinya. Disitu pihak tanoker juga mungkin merasa kecewa dengan sikap kami.

Maka setelah itu kami minta tolong pada temen-teman HMJ Jember dengan masalah yang kami alami tersebut. Dan ternyata dari pihak teman-teman Jember dengan waktu yang bersamaan

kunjungan kami ke tanoker mereka

mengagendakan acara juga untuk kami dengan pengurus HMJ PLS Jember yang selesainya sekitar pukul 12.00. Lalu kami berdiskusi kembali waktu yang tepat kami untuk ke tanoker dan alhasil kami dalam satu hari berkunjung menuju lembaga PKBM Asy-Syifa dan Tanoker. Dan agenda kami selanjutnya setelah dari acara dengan HMJ PLS Jember, hari selanjutnya ke Lembaga-lembaga tujuan kami.

Komunitas tanoker merupakan sebuah tempat dimana pertemuan berbagai kalangan dari berbagai latar belakang (golongan, ras, etnis, bangsa dan kelompok budaya) dikelola untuk saling menguatkan demi menciptakan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan‌ khususnya untuk anak-anak...generasi penerus bangsa,

harapan

dunia‌.dimanapun

mereka

berada‌(id.tanoker.org).

Masyarakat Ledokombo dahulu dipandang sebelah mata sebagai masyarakat yang masih tertinggal, namun ibu ciciek dan keluarga membuktikan bahwasanya, pengalaman membuktikan bahwa anggapan-anggapan yang mengatakan bahwa masyarakat tanoker adalah masyarakat yang tertinggal tak sepenuhnya benar. Ibu Ciciek sekeluarga disertai dengan dukungan masyarakat

dengan tekad dan

kesungguhan yang gigih bertujuan menciptakan keberlangsungan kehidupan masyarakat Ledokombo untuk menjadi masyarakat yang lebih baik melalui berbagai kegiatan kreatif yang pacu dengan adanya anak-anak di sekitar sana.

Adanya motivasi untuk maju, partisipasi yang sepenuh hati dalam berbagai kegiatan pemberdayaan, kesediaan bekerja keras dan terus belajar untuk bekerjasama serta keterbukaan menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan.

Potensi ini mendorong kelahiran dan perkembangan komunitas belajar masyarakat bernama Tanoker (Kepompong dalam bahasa Madura).

Tanggal 10 Desember 2009, disepakati anak–anak Tanoker sebagai hari lahir kelompok ini. Dengan semboyan “bersahabat, bergembira, belajar, berkarya�, saat ini sedang dilakukan pendampingan anak-anak terutama setingkat SD dan SMP untuk dapat mengembangkan potensi dan karakter mereka. Anggota Tanoker pada umumnya adalah putra-putri buruh migran (TKW/TKI), buruh tani, tukang ojek, supir, pedagang kecil, guru, pekerja rumah tangga, dan pegawai negeri/ swasta. Sebelum melakukan kunjungan tersebut kita sudah mengenali komunitas tersebut melalui website, dengan melihat-lihat, menonton tayangan tapperware she can!, dalam acara tersebut banyak sekali dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan komunitas tanoker. Perlu diketahui bahwa komunitas tanoker ini masuk dalam kategori icon yang ada di jember yang terkenal dengan kesenian egrangnya. Banyak sekali pembelajaran yang berasal dari komponen-komponen nonformal.

Mulai dari pengembangan kreativitas melalui kesenian egrang, meningkatkan minat baca anak-anak melalui kolam renang, dimana persyaratan untuk memakai kolam renang yang ada disana, harus membaca salah satu buku koleksi taman bacaan yang dimiliki oleh komunitas tanoker tersebut, selanjutnya setelah selesei membaca buku, anak-anak mampu menceritakan kepada tutor atau lebih akrabnya disapa dengan panggilan mba Aini. Mbak Aini ini merupakan salah satu administrator yang ada di tanoker, beliau juga yang membantu kami bisa sampai di komunitas ini. Disana terdapat home stay yang bisa digunakan untuk bermalam oleh para pengunjung. Karena komunitas Tanoker ini sudah banyak dikenal oleh baerbagai kalangan di Indonesia bahkan sampai luar negeri pun sudah pernah berkunjung. Karena di Komunitas Tanoker ini banyak fasilitas-fasilitas yang menunjang bagi pengunjung-pengunjung yang kesana. Komunitas Tanoker memiliki banyak area outbond yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak yang ada disana, ketika kita sampai di tanoker, mungkin sesaat melihat area belakang seperti hutan, namun karena bu ciciek sekeluarga kreatif, menyulap tempat yang dahulunya pepohonan menjadi area outbond. Selayang pandang di jember membuat kami mengerti akan artinya PLS yang sesungguhnya. Banyak pengalaman yang susah untuk dituangkan dalam bentuk

tersurat. Karena jember membawa kami inspirasi yang luar biasa, banyak sekali program PLS. Temukan jiwa PLS mu di Jember… semangat … no galau with PLS yeeees???? Hehe.

Dan pengalaman bagi kami juga dalam berbahasa jawa timuran, seperti kata-kata “iya, tah ?”, “yo opo rek?”, “ogak ngono.” Dan dengan logat seperti bahasa madura. Dan ternyata disana murah-murah loh, jangan salah. Saat kami ulang dari aun-alaun naik angkutan kalau disana namanya line, kami singgah sebentar di rumaha makan. Dan sepertinya saat rumah makan tersebut baru membuka usahanya. Bayangkan jika kita makan dijogja nasi, ditambah ayam krisi, sayuran dan minum sekitar dua belas ribuan. Tapi disana hanya sepuluh ribu, dan walau dengan ruangan yang tidak begitu besar, duduk dikursi dan tempatnya strategis yaitu dekat jalan raya. Untuk masalah makan dan minum disana memang murah juga disana. Kami acara selanjutnya setelah dari dua lembaga tersebut kami diajak teman-teman HMJ Jember menuju suatu tempat dimana tempat tersebut juga sering didatangi artis-artis, yaitu tempat menjual bakso kabut. Bakso kabut adalah salah satu makanan yang hanya ada di jember.

Bakso kabut adalah telur yang dalamnya terdat bakso, dan didalam bakso terdapat daging sai cincang dengan ukuran yang besar sebesar mangkuk ayam jago.

Dan sampainya di tempat tersebut kami tidak memilih bakso yang sama, setelah melihat ukuran baksonya Arief dan Rosi mundur dengan memilih bakso biasa saja, widya memilih bakso kabut yang jumbo. Dan menunggu bakso yang dibuat jadi, kami akan selalu mengabadikan moment kami bersama teman-teman HMJ Jember dengan berselfie, mengabadikan setiap moment. Dan setibanya bakso datang, kami dengan muka heran, bakso yang dipesan widya memang benar-benar besar sekali. Arief pun berkata “koe yakin wid sakmono. Entek ? “.

Dan jawabnya Widya pun “InsyaAllah”. Namun alhasil ternyata hanya dimakanya setengah, dan ternyata Arief yang menghabiskannya kok. Hehehe...Selesai makan bakso kami segera pulang menuju kos Mbak Anila, untuk beristirahat.

Dihari selanjutnya kami tidak mengatur agenda untuk keman-mana, kami istirahat lalu membuat semacam stiker kenang-kenangan untuk mbak anila, mas niko, mas wahyu, mas miftah serta teman-teman HMJ yang telah menemani kami selama kami di jember, namun hanya berupa file. Lalu memindahkan gambar yang terdapat di kamera mas niko. Selesainya memindahkan dan membat stiker, kami membereskan barang-barang, baju-baju kotor, perlengkaan mandi dan lainlain suapaya tak tertinggal. Kami benar-benar merasa senang, mengasyikan serta menambah wawasan baru kami. Teman-teman HMJ Jember begitu perhatiannya terhadap kami, malam itu jam 8 malam samapai jam 10 malam teman-teman LS Jember datang ke kos mbak anila dengan membawa jajanan serta kami merbincang-bincang masalah hima kami, hmj mereka serta masalah-masalah yang sering terjadi dalam organisasi. Kami benar-benar merasa berutang budi terhadap meerka, dan berfikir bahwa jika tidak adanya mereka apa jadinya kami selama di jember. Sampai waktu menunjukan pukul 10.00, asyiknya kami mengobrol sampai kami tak tau waktu. Dan akhirnya kami mengakhiri bincang-bincang kami, serta kami berpamitan dan minta maa kalau ada salah-salah kata dan perbuatan yang tidak enak dihati mereka. Dan mereka pulang, kamipun meneteskan air mata, karena kami mengganggap bahwa mereka seerti saudara kami sendiri. Kami dijaga, kami dibantu, kami seperti dimanjakan, dan kami seras merepotkan mereka terus.

Setelah mereka pulang, kami meruningkan maslah tiket dengan arif pula, karena dia juga ikut pulang oleh mas miftah karena dia tinggal dikos mas miftah selama dijember. Lalu kami berfikir, karena kami pulang ke Jogja yaitu jam pukul 05.00 pagi. Maka kami kira tidak mungkin untuk beres-beres jam 2 atau jam 3.

Karena mungkin kami jam 04.30 harus sudah menuju stasiun Jember. Kami sampai-sampai bingung, bahwa pagi-pagi besok itu kami sudah harus ke stasiun dan tak ada di ruang ini lagi.

Waktu menunjukan tepat pukul 02.30 pagi, Rosi dan Widya mandi dan menyiapkan barang-barang yang dibawa. Tak lupa juga kami membangunkan arif serta mas miftah agar tidak kesiangan, namun lucunya setelah salah satu dari kami

menelfon arif. Arif menelpon slaah satu dari kami pula dengan berkata bangun wooy bangunn udah mau siang loh. Dan padahal kami yang duluan membangunkan arif srta mas miftah untuk bangun. Dan disitulah kami rasa, hal sekecil ini adalah sebuah kenangan indah. Kebersamaan kami selama dijember, dari kami mengatur keuangan kami, mencari tiket, jelek-jeleknya kami, dari yang widya sering ngupil, arif yang sreing ngentut serta rosi yang sukanya mengendusendus ketiak arif atau orang lain dan disitulah kami menjadi akrab. Dengan merenung untuk bebrapa menit, rasanya waktu itu cepat sekali berlalu tanpa disadari waktu kami bersama mencari berpetualang serta observasi cukup cepat dan rasanya tak ingin berlalu begitu saja. Kami mengambil kamera segera mungkin berfoto-foto dengan mbak anila dan dengan mbak anila yang sedang memasak. Rasa itu tak akan pernah hilang, pengalam bersama calon orang-orang penting, bersama teman-teman PLS Jember.

Kami tak akan lupa untuk bertukar nomer telefon, bbm, whatshapp, facebook, dan instagram dari mbak anila, mas miftah, mas wahyu, mas niko, serta mei. Lalu satu jam berjalan, ternyata mbak Anila juga bangun dengan aktivitas setiap paginya di dapur untuk menyiapkan bumbu nasi goreng atau masakan yang lain. Rosi dan Widya berfikir jika mbak anila bangun untuk menyiapkan masakan untuk kami sarapan. Lalu kami membantu mbak anila, dan jauh dari bayangan kami tadi hehe ternyata memang setiap pagi mbak anila membuat nasi goreng untuk dijual di kantin kejujuran atau bahkan hanya dijual dikelas-kelas hehe.

Sebagai mahasiswa PLS kami rasa adalah jurusan yang menurut kami baik, dan memiliki jiwa sosial yang bagus. Bukan hanya dalam hal pekerjaan, jiwa sosial mahasiswa PLS juga salah satu jalan memperoleh pahala. Dan jiwa PLS adalah jiwa yang mulia, membantu masyarakat, memberikan layanan pada masyarakat

dalam

mengembangkan

kemampuan,

mengembangkan

desa,

membangun generasi-generasi muda yang peka akan kebutuhan masyarakat.

Sedikit pesan untuk teman-teman calon mahasiswa PLS nantinya, jangan pernah ragu akan pilihan kalian karena pilihan kalian tersebut adalah sebuah

tanggungjawab yang kelak nantinya menjadi orang-orang pilihan pula. Baik dalam membangun desa, membangun hartkat dan martabat keluarga serta bangsa.

Jadi PLS yang kalian pilih adalah bukan kesalahan, karena semua jurusan yang dipilih pasti memiliki tujuan yang bagus dalam membaangun Indonesia cerdas.

Namun dengan cara yang berbeda-beda seperti di fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam

( FMIPA ). Salah satunya pendidikan fisika, mereka dituntut

tanggung jawab pula dalam membangun Indonesia Cerdas melalui ilmu fisika. Tak beda dengan PLS bahwa PLS akan terjun dalam masyarakat, dan dewasa sampai tua nantipun kita akan tetap hidup dilingkungan masyarakat. Maka taka ada yang salah memilih jurusan, dan bangunlah semangat jiwa PLS sedini mungkin.

Pendidikan menjadi tumpuan sebagai kualitas SDM Bangsa Indoneasia sendiri. Maka lembaga pendidikan harus mampu memecahkan masalah-maslah sosial yang ada di Indonesia sendiri, maka Pendidikan Luar Sekolah ada salah satu alternatif dimana PLS berpeluang dalam menhadapi masalah tersebut. Pendidikan yang kita peroelh anntinya mampu mempersiapkan dalam kebutuhan masyarakat mendapatkan pendidikan yang sesuai.