
5 minute read
Banjir Bandung
HIGHLIGHT Banjir Bandung
Oleh:
Advertisement
Tiin Sinatra dan Sinta Berliana Sipayung Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer - LAPAN
Memasuki bulan Desember, sebagian besar wilayah di Pulau Jawa yang memiliki tipe hujan monsunal mengalami musim hujan sehingga akan mendapatkan curah hujan yang cukup tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Curah hujan pola monsunal ini memiliki distribusi curah hujan bulanan berbentuk V dengan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus dan melimpah pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Salah satu yang harus diwaspadai saat memasuki musim hujan adalah potensi terjadinya bencana banjir. Banjir merupakan salah satu jenis bencana hidrometeorologi yang sering terjadi di Indonesia. Gambar 1 menunjukkan kejadian berbagai jenis bencana yang berhasil dihimpun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana selama tahun 2016. Jumlah kejadian banjir mencapai 639 kejadian dan tercatat sebanyak 25 kali terjadi di wilayah kabupaten Bandung. Kota Bandung pun mengalami banjir pada tanggal 24 Oktober 2016.
Gambar 1. Jumlah Kejadian Bencana Januari-Oktober 2016 (Sumber: http://dibi.bnpb.go.id/)
Banjir didefinisikan sebagai peristiwa terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat (Sumber: BNPB). Banjir dapat berarti kondisi saat tinggi muka air melebihi normal pada sungai dan biasanya mengalir meluap melebihi tebing sungai dan luapan airnya menggenang pada suatu daerah genangan (Hadisusanto, 2011). Terdapat berbagai macam jenis banjir, antara lain adalah 1. Banjir air Banjir air adalah banjir akibat meluapnya air di beberapa tempat, seperti sungai, danau, maupun selokan karena sudah tidak lagi tertampung. Hal ini terjadi ketika berlangsung hujan dalan waktu yang lama. 2. Banjir cileuncang Banjir ini seperti banjir air, tetapi penyebabnya adalah hujan yang deras sehingga menghasilkan debit air yang begitu besar. Hal ini menyebabkan air hujan yang sangat banyak tersebut tidak mampu mengalir melalui saluran air sehingga air meluap dan menggenangi daratan. 3. Banjir rob Banjir ini disebut juga banjir laut pasang. Sesuai namanya, banjir jenis ini terjadi di wilayah pesisir akibat kenaikan (pasang) air laut. Kenaikan air laut
menyebabkan tertahannya aliran sungai yang menuju laut sehingga air yang seharusnya ke laut menjadi meluap menggenangi daratan. 4. Banjir bandang Banjir bandang merupakan banjir yang tidak hanya membawa air, tetapi juga material lainnya, seperti sampah dan lumpur. Banjir ini biasanya disebabkan karena bendungan air yang jebol atau meluapnya air sungai sehingga sejumlah besar air mengalir dalam waktu yang pendek. 5. Banjir lahar Sesuai namanya, penyebab banjir ini adalah lahar gunung berapi. Banjir lahar terjadi saat gunung erupsi (meletus). Gunung akan mengeluarkan lahar dingin yang akan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Air sungai akan meluap karena terjadi pendangkalan sungai akibat lahar. Pada dasarnya, banjir disebabkan oleh ada ketidakseimbangan antara air yang masuk ke suatu tempat atau daerah dengan kapasitas tempat atau d a e ra h t e rs e b u t u n t u k m e n a m p u n g a i r. Ketidakseimbangan yang tiba-tiba terjadi, dapat disebabkan adanya perubahan pada salah satu faktor tersebut, karena limpasan air ekstrim (atau hujan ekstrim) yang melebihi kapasitas daerah untuk menampung air, mencairnya salju, adanya gelombang tsunami, atau karena perubahan kapasitas daerah ya n g d i s e b a b ka n t e rs u m b a t n ya s a l u ra n , pendangkalan, perubahan tutupan lahan yang mengakibatkan hilangnya daerah resapan air, dan lain-lain.
Bandung adalah wilayah di Provinsi Jawa Barat yang terletak pada ketinggian sekitar 768 m di atas permukaan laut. Bandung merupakan suatu cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan, seperti yang terlihat pada Gambar 2. Selain itu, Bandung juga dialiri oleh Sungai Citarum dan Sungai Cikapundung sebagai sungai utama serta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Hal ini lah yang menjadikan Bandung bagian s e l a ta n re n ta n te rh a d a p m a s a l a h b a n j i r. Adapun jenis banjir yang kerap terjadi adalah banjir air, banjir cileuncang, dan banjir bandang. Selain karena tingginya curah hujan, banjir yang terjadi di Bandung dapat disebabkan oleh saluran drainase yang buruk, meningkatnya permukiman di bantaran sungai sehingga air tidak dapat mengalir dengan baik. HIGHLIGHT
Gambar 2. Peta kondisi topografi Bandung. (Sumber: en-ca.topographic-map.com)

Bandung pernah dilanda banjir besar pada tahun 1986 dengan luas genangan sekitar 7.450 ha (Taufiq dan Sobirin, 2009). Banjir tersebut terjadi akibat curah hujan tinggi. Penelitian yang dilakukan Sipayung dan Cholianawati (2011) dengan menggunakan data Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM) dari tahun 2000-2008, menunjukkan bahwa banjir relatif sering terjadi pada bulan Desember dan Januari. Hal ini juga dipertegas dengan data curah hujan hasil observasi di Sungai Citarum daerah Dayeuh Kol ot, Ba n d un g ya n g m en un j ukka n a d a n ya keterkaitan antara curah hujan ekstrim dengan banjir di wilayah Bandung selatan Namun demikian, seperti yang telah disebutkan bahwa banjir tidak hanya ditentukan oleh curah hujan, tetapi perlu juga beberapa variabel lain seperti penutup lahan, tekstur tanah, dan relief/kemiringan lereng. Faktor alam tidak bisa ditolak maupun diubah (topografi, hujan), tetapi faktor lingkungan dapat dikondisikan untuk mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya banjir. Sampah merupakan salah satu masalah klise yang sulit diselesaikan, yang sering menyebabkan sumbatan di banyak saluran drainase. Jika setiap individu tidak mau mengubah kedisiplinan dalam membuang sampah,

Gambar 3. PETUGAS pengawas Sungai Cikeruh berusaha menghanyutkan sampah yang menutupi aliran sungai itu, Senin 31 Oktober 2016. Aliran Sungai Cikeruh merupakan kiriman dari 7 sungai di Kota Bandung dan menyebabkan banjir di Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. (Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com)
Gambar 4. Sisa-sia sampah yang ada di jalanan BTC mall, Pasteur, Bandung pasca banjir 24 Oktober 2016 .(Sumber: Foto: Avitia Nurmatari/detikcom)

bisa dipastikan banjir akan selalu terjadi. Gambar 3 memperlihatkan pemandangan sampah di Sungai Cikeruh yang terkait dengan kebiasaan buruk masyarakat dalam membuang sampah. Dikabarkan bahwa sedikitnya 2.889 rumah di Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung terendam akibat meluapnya Sungai Cikeruh dan Citarik. Sampah kiriman dari Kota Bandung dianggap menjadi salah satu penyebab banjir yang kembali terjadi setelah 20 tahun Desa Tegalluar terbebas banjir. Kasus lain adalah peristiwa banjir tanggal 24 Oktober 2016 di Bandung. Gambar 4 memperlihatkan sampah dan lumpur setelah banjir surut saat peristiwa banjir. Mayoritas berupa sampah organik, seperti sisa-sisa tumbuhan dan juga terdapat bebatuan dan sampah kemasan, seperti botol minum, styrofoam, dan kantong plastik. Hal ini menunjukkan bahwa sampah menjadi permasalahan lingkungan di Bandung. Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan diperlukan untuk mengurangi peluang terjadinya banjir. Adanya sistem peringatan terhadap banjir yang mumpuni juga akan membantu dalam mitigasi bencana dan mengurangi dampak negatif dari banjir. Oleh karena itu, penanggulangan banjir perlu dilakukan secara sinergi antara komunitas, institusi, masyarakat, pemerintah, akademisi, maupun pihak swasta. Mari bersama menanggulangi banjir, seperti slogan A Agym yang terkenal: “Mulai dari yang kecil-kecil, mulai dari diri sendiri, mulai sekarang”.