
2 minute read
What do women needs in a campus public space
Dapat dipahami bahwa perempuan yang memiliki kemungkinan lebih kecil dalam berpartisipasi dalam rekreasi aktif, justru lebih cenderung merasa tidak aman di ruang publik dibandingkan laki-laki (The City of Whittlesea, 2017).
Untuk menitikberatkan kesetaraan gender dalam ruang publik, diperlukan fasilitas yang adil dan inklusif, yang dapat mendukung kebutuhan perempuan, dapat berupa pengadaan fisik atau rekayasa desain sehingga sesuai dengan kebutuhan untuk beraktivitas di ruang publik (Esariti et al., 2020).
Advertisement
Oleh karena itu, dihasilkan faktor-faktor yang menimbulkan rasa aman bagi perempuan di ruang publik, yaitu mudah dijangkau oleh pengguna yang beragam, memiliki ruang terbuka yang luas dan koneksi visual tinggi, serta mampu mendorong berbagai aktivitas seperti olahraga dan bersantai (Soraganvi, 2017).
Pengadaan fasilitas responsif gender yang memperhatikan kebutuhan dan hambatan laki-laki dan perempuan, termasuk juga anak-anak, lansia, disabilitas, dan kaum lainnya dapat mengurangi ketidaksetaraan perempuan dan laki-laki di ruang publik (Indrarini, 2020).
Fasilitas inklusif gender yang dapat diterapkan di ruang publik kampus antara lain sebagai berikut:
Keberadaan toilet yang sesuai dengan kebutuhan laki-laki, perempuan, dan disabilitas
Keberadaan tangga yang tidak curam dan tidak terlalu tinggi
Keberadaan ramp atau bidang miring yang landai
Untuk menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi perempuan dalam ruang publik, perlu adanya perhatian khusus terhadap faktor-faktor sebagai berikut (Mahadevia et al., 2016):

Penerangan yang cukup pada setiap sudut dan ruas jalan
Ruang yang terbuka sehingga dapat dilihat dan didengar
Perawatan fasilitas publik yang baik
Akses toilet bersih yang mudah
Dalam rancangannya sebagai taman kampus yang ramah perempuan, Taman Teknik harus dapat memenuhi kebutuhan penggunanya sebagai “mahasiswa” yaitu sebagai berikut (Samsudin, 2014):

Ruang diskusi yang memadai
Amphitheatre
Bangku taman

Tempat berteduh

Design concept in making of gender responsive public spaces in campus area
Berkaitan dengan hambatan perempuan dalam ruang publik, a place where everyone can participate diterapkan sebagai konsep dengan tiga indikator utama, yaitu Accessible, Comfortable, dan Safe.

Accessible
Prinsip accessible menurut Asian Development Bank merupakan sebuah peluang yang aman dan terjamin, serta layanan yang andal untuk individu maupun komunitas (Asian Development Bank, 2017).
Accessible mencakup physical access, social access, access to activities and discussion, dan access to information (Akkar dalam Il’alamien & Kameswara, 2020).


Konteks accessible juga berkaitan erat dengan prinsip safe, dimana ruang publik dengan tingkat keamanan rendah akan menjadi ruang publik yang inaccessible bagi penggunanya.
Taman Teknik yang mudah dijangkau diwujudkan dengan pengadaan signage sebagai penunjuk arah serta tangga dan ramp.

Comfortable
Prinsip comfort menurut UN-Habitat berkaitan dengan persepsi dan perasaan pengguna yang dapat mempengaruhi kesejahteraannya dan waktu yang dihabiskan di ruang publik (UN-Habitat, 2020).
Comfortable mencakup variabel-variabel antara lain human scale, active and passive engagement, lighting units, natural elements, serta stay, walk, and stand opportunities (Gümüs & Erdönmez, 2021).


Prinsip comfortable dipengaruhi oleh environmental comfort seperti sinar matahari dan angin, physical comfort seperti ketersediaan fasilitas penunjang, dan psychological comfort yang berarti kenyamanan batin pengguna ruang publik.
Kondisi Taman Teknik yang nyaman diwujudkan dengan adanya pavillion, gazebo, dan bangku taman untuk mewadahi aktivitas aktif dan pasif di ruang publik.

Safe
Prinsip safe berkaitan dengan visibility, legibility, dan surveillance. Dalam hal ini, desain yang aman berkaitan dengan penglihatan dan keterbacaan yang jelas, serta memaksimalkan aktivitas di ruang publik untuk meminimalisir kejahatan (Department of Sustainability and Environment Victoria, 2005).
Europian Forum for Urban Security merumuskan enam indikator ruang publik yang aman berdasarkan konsep Crime Prevention Through Environmental Design (CPTED), yaitu attendance, diversity, the penetrability of a space, clarity and visibility, sufficient lighting, dan attractiveness (Valerio, 2020).
Kondisi ruang publik yang aman dapat diupayakan melalui pengadaan CCTV, pemotongan vegetasi yang overgrown, pencahayaan yang memadai, serta desain ruang terbuka yang luas.


