Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah Kabupaten Demak

Hortikultura Buah Analisis Neraca Sumber Daya Alam di Kabupaten Demak

Annisa Nisita N. 45463

PWK UGM 2019

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode dan Teknik Analisis Wilayah.

Hortikultura Buah Analisis Neraca Sumber Daya Alam di Kabupaten Demak

`

Daftar Isi 1 Pendahuluan 2 Latar Belakang 2 Landasan Aturan 2 Tujuan 2 Ruang Lingkup

3 Gambaran Umum 4 5 6 8

Peta Administrasi Kabupaten Demak Letak Geografis Kondisi Fisik Kondisi Sosial Ekonomi

9 Metode Penelitian 10 Pengumpulan Data NSDA 10 Pengolahan Data NSDA 10 Analisis Potensi Ekonomi 11 Kerangka Berpikir

13 Pembahasan 14 Analisis Kesesuaian Lahan 16 Analisis Potensi Lahan untuk Hortikultura Buah 18 Kondisi Sumber Daya Perkebunan Saat Ini 20 Neraca SDA Perkebunan 22 Analisis Potensi Ekonomi: Ekonomi Makro Wilayah 24 Analisis Potensi Ekonomi: Sektor Unggulan 25 Keterkaitan antara NSDA Hortikultura Buah dan Perekonomian Demak

26 Penutup 27 Kesimpulan 27 Rekomendasi 28 Daftar Pustaka

Pendahuluan

/ga¡bah/ n butir padi yang sudah lepas dari tangkainya dan masih berkulit

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

1

Latar Belakang Sumber daya alam merupakan unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan non hayati yang secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan ekosistem (UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).

Sebagai wilayah agraris yang memiliki luas lahan basah lebih besar daripada lahan kering, sumber daya alam merupakan salah satu modal utama dalam pengembangan wilayah sebab perekonomian Kabupaten Demak masih disokong oleh sektor primer. Berdasarkan PDRB Kabupaten Demak atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2018, sektor primer menyumbang sekitar 22,65% dari total PDRB Kabupaten Demak, yakni setelah industri pengolahan.

Hortikultura buah merupakan salah satu subsektor yang berpengaruh dalam sektor pertanian. Hal tersebut bisa dilihat dari valuasi proporsi valuasi moneternya yang mencapai lebih dari 11% dibanding subsektor pertanian lain. Apa lagi Kabupaten Demak terkenal akan hasil buah-buahannya, seperti jambu air yang menjadi ikon kabupaten tersebut. Bahkan Kabupaten Demak sering disebut berpotensi menjadi penyangga panen nasional karena hasil pertaniannya yang unggulan.

Hal itu membuktikan bahwa sektor pertanian , termasuk holtikultura buah di dalamya merupakan kekayaan alam yang sangat krusial bagi keberlangsungan Kabupaten Demak. Oleh karena itu, analisis neraca sumber daya alam produk pertanian holtikultur buah diperlukan untuk mengetahui sejauh mana ketersediaan, cadangan, dan nilai ekonomi pertanian holtikultura buah Kabupaten Demak sehingga dapat diambil langkah pengembangan dan penentuan kebijakan serta prongram yang tepat untuk mendukung pengembangan perekonomian wilayah kabupaten melalui sektor pertanian holtikultura buah dan mengantisipasi ancaman-ancaman yang mungkin akan dialami sektor tersebut seperti misalnya climate change.

Landasan Aturan 1. Undang – Undang RI Nomor 18 Tahun 2012 tentan Pangan 2. Undang – Undang RI Nomor 13 Tahun 2010 tentang Holtikultura 3. SK Mentan No. 837/KPTS/UM/11/1980 tentang Pedoman Kesesuaian Lahan Pada Komoditas Tanaman Pangan 4. SNI-19-6728-2002 tentang Pedoman Penyusunan Neraca Sumber Daya 5. Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Demak Tahun 2011-2031

Tujuan • • • •

Ruang Lingkup •

•

•

2

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

Menganalisis kondisi saat ini pertanian hortikultura buah di Kabupaten Demak Menganalisis lahan potensial bagi sumber daya pertanian hortikultura buah di Kabupaten Demak Mengetahui cadangan sumber daya pertanian holtikultura buah di Kabupaten Demak Mengetahui keterkaitan cadangan sumber daya pertanian holtikultura buah dengan perekonomian Kabupaten Demak

Ruang Lingkup Temporal Di dalam penelitian ini terdapat dua tahap, yaitu tahap pengumpulan data dan tahap proses analisis. Data yang digunakan berada pada rentang waktu 2014-2019 dan proses analisis dilakukan dari bulan September 2019 sampai dengan bulan Oktober 2019.

Ruang Lingkup Areal Area yang dicakup dalam penelitian adalah seluruh wilayah administrasi Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan luas 89.743 Ha yang mencakup 14 kecamatan Ruang Lingkup Substansi Substansi yang akan dikaji melingkupi berbagai substansi perekonomian yang terkait dengan sektor pertanian holtikultura buah dan substansi fisik keruangan yang berkaitan dengan luas lahan serta lahan potensial pertanian holtikultura buah di Kabupaten Demak

Gambaran Umum

/sen¡ja/ n waktu (hari) setengah gelap sesudah matahari terbenam

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

3

4

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

Letak Geografis Kabupaten Demak berada di Provinsi Jawa Tengah bagian Utara dan berbatasan langsung dengan Kota Semarang yang merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di Jawa Tengah, sehingga sangat berpotensi menjadi daerah penyangga roda perekonomian Jawa Tengah dan berada pada lalu lintas yang cukup ramai yaitu jalur Pantai Utara Jawa.

Secara astronomis, Kabupaten Demak terletak di 6043″26″ – 7009″43″ Lintang Selatan dan 110027″58″ – 110048″47″ Bujur Timur.

Batas wilayah Kabupaten Demak: • Utara: Kabupaten Jepara dan Laut Jawa • Timur: Kabupaten Kudus dan kabupaten Grobogan • Selatan: Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan • Barat: Kota Semarang Kabupaten Demak memiliki luas sebesar 89.743 Ha yang secara administratif terbagi dalam 14 kecamatan. Kecamatan yang terluas adalah Wedung dengan persentase luas lahan 11% dari total luas lahan dan yang terkecil adalah Kebonagung dengan persentase luas lahan 4,68% dari total luas lahan.

Grafik Persentase Luas Kecamatan di Kabupaten Demak

Mranggen

Karangawen

Guntur

Sayung

Karangtengah

Bonang

Demak

Wonosalam

Dempet

Kebonagung

Gajah

Karanganyar

Mijen

Wedung

Tabel Luas Kecamatan di Kabupaten Demak No.

Kecamatan

Luas Area

Persentase

1

Mranggen

7.222

8,05

2

Karangawen

6.695

7,46

3

Guntur

5.753

6,41

4

Sayung

7.869

8,77

5

Karangtengah

5.155

5,74

6

Bonang

8.324

9,28

7

Demak

6.113

6,81

8

Wonosalam

5.788

6,45

9

Dempet

6.161

6,87

10

Kebonagung

4.199

4,68

11

Gajah

4.783

5,33

12

Karanganyar

6.776

7,55

13

Mijen

5.029

5,60

14

Wedung

9.876

11

15

Total

89.743

100

Sumber: BPS Kabupaten Demak

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

5

Kondisi Fisik 1. Topografi

2. Jenis Tanah

Wilayah Kabupaten Demak terdiri atas dataran rendah, pantai serta kawasan perbukitan, dengan ketinggian permukaan antara 0 – 100 meter.

Berdasarkan letak ketinggian dari permukaan air laut, wilayah Kabupaten Demak dibatasi atas tiga region meliputi: Region A: Elevasi 0 – 3 meter, meliputi sebagian besar Kecamatan Bonang, Demak, Karangtengah, Mijen, Sayung dan Wedung.

Region B: • Elevasi 3 – 10 meter, meliputi sebagian besar dari tiap – tiap kecamatan di Kabupaten Demak • Elevasi 10 – 25 meter, meliputi sebagian dari Kecamatan Dempet, Karangawen dan Mranggen • Elevasi 25 – 100 meter, meliputi sebagian kecil dari Kecamatan Mranggen dan Kecamatan Karangawen; Region C: Elevasi lebih dari 100 meter meliputi sebagian kecil dari Kecamatan Karangawen dan Mranggen.

Tabel Luas Lahan Berdasarkan Kelas Lereng

Kelas Lereng Datar (0-2 derajat)

Luas (Ha) 88.765

Bergelombang (2-15 derajat)

834

Curam (15-40 derajat) Sangat curam (>40 derajat)

408 136

Sumber: BPS Kabupaten Demak

6

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

Jenis tanah yang ada di Kabupaten Demak yaitu: • Alluvial hidromof (terdapat di sepanjang pantai) • Regosol (terdapat di sebagian besar Kecamatan Mranggen dan Karangawen) • Gromosol kelabu tua (terdapat di wilayah Bonang, Wedung, Kebonagung, Mijen, Karanganyar, Gajah, Demak, Wonosalam, Dempet dan Sayung) • Mediteran (terdapat di sebagian besar di wilayah Kecamatan Mranggen dan Karangawen) Dilihat dari tekstur tanahnya, wilayah Demak terdiri atas: • Tekstur tanah halus (liat) seluas 49.066 ha • Tekstur tanah sedang (lempung) seluas 40.677 ha.

3. Klimatologi Wilayah Kabupaten Demak termasuk iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Menurut data dari Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Pertambangan Energi (DPUPPE) Kabupaten Demak 2012, rata-rata terjadi 28-120 hari hujan per tahun dengan curah hujan antara 274-2249 mm. Sementara jumlah hari hujan paling banyak berada di wilayah Guntur dan curah hujan tertinggi terjadi di Brumbung

4. Geologi

5. Hidrologi

Struktur Geologi Kabupaten Demak terdiri dari struktur aluvium, miosen fasies sedimen, pliosen fasies sedimen, plistosenfasies gunung api dan pliosen fasies batu gamping.

• Struktur Aluvium terdapat hampir semua kecamatan di kabupaten Demak yaitu di Kecamatan Mijen, Bonang, Demak, Gajah, Karanganyar, Wonosalam, Karangtengah, Dempet, Sayung, Guntur, Mranggen dan Karangawen.

• Miosen, fasies sedimen terdapat di sebagian Kecamatan Karangawen yaitu di Desa Jragug dan sebagian di Kecamatan Mranggen.

• Pliosen, fasies sedimen terdapat di sebagian Kecamatan Karangawen yaitu di Desa Jragug dan sebagian di Kecamatan Mranggen.

• Plistosen, fasies gunung api terdapat di sebagian Kecamatan Karangawen yaitu Desa Margohayu dan Wonosekar dan terdapat di Kecamatan Mranggen khususnya di Desa Sumberejo.

• Pliosen, fasies batu gamping yaitu hanya terdapat di Kecamatan Mranggen.

Sumber-sumber air di wilayah Demak berupa sumber air di permukaan tanah dan air tanah.

Sumber air di permukaan tanah berasal dari sungaisungai, laut dan pantai.

Sungai-sungai utama yang terdapat di wilayah Demak adalah sebagai berikut: 1. Sungai Jagrung Kali Jragung berhulu di G. Ungaran dan mengalir menuju timur laut bermuara di Laut Jawa.

2. Sungai Tuntang Hulu sungai ini berasal dari G.Ungaran di sebelah barat dan G.Merbabu di sebelah selatan menuju timur laut. Salah satu anak sungai Tuntang adalah Kali Senjoyo yang merupakan sungai terpanjang di Kabupaten Semarang (+35 km) 3. Sungai Serang Kali Serang merupakan sungai utama yang berhulu di sekitar G. Merbabu Selain itu di kawasan Demak juga memiliki potensi cekungan air tanah yang cukup tinggi yakni air tanah dangkal sebesar 166,2 juta m3/th dan air tanah dalam sebesar 4,1 juta m3/th.

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

7

Kondisi Sosial Ekonomi Jumlah penduduk Kabupaten Demak pada tahun 2018 adalah 1.160.675 jiwa dengan komposisi terdiri 49,5% laki-laki atau 565.102 jiwa dan 50,5% perempuan atau 575.573 jiwa. Di Kabupaten Demak mayoritas penduduknya termasuk kategori usia produktif yaitu usia 15 – 64 tahun sebanyak 745.110 orang (68,19%). Selebihnya sebanyak 284.345 orang atau 26,02% masih di bawah usia 15 tahun dan 63.167 orang atau 5,78% berusia 65 tahun ke atas. Penduduk di Kabupaten Demak terkonsentrasi di Kecamatan Mranggen yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang.

Pada tahun 2018 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Demak adalah sebesar 5,66% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya.

Apabila melihat PDRB Kabupaten Demak pada tahun 2018, struktur ekonomi Kabupaten Demak didominasi oleh sektor industri yang menyumbang 30,33% kepada perekonomian. Peringkat kedua diduduki oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang sebesar 22,65%, kemudian disusul oleh sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebanyak 15,83% dan sektor konstruksi sebesar 8,47%.

Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2014-2018 1150000

1140675

1140000

1129298

1130000

1117901

1120000 1106328

1110000 1100000

1094472

1090000 1080000 1070000

2014

2015

2016

2017

2018

Komposisi Penduduk Tahun 2018

49%

51%

Laki-laki

Perempuan

Persentase PDRB ADHK Uraian

Kategori

2013

2014

2015

2016

2017

2018

25.8

23.92

23.93

22.56

22.4

21.23

A

Pertanian, kehutanan, dan perikanan

B

Pertambangan dan penggalian

0.42

0.42

0.41

0.39

0.42

0.44

C

Industri pengolahan

26.9

27.77

27.79

28.73

28.99

29.26

D

Pengadaan listrik dan gas

0.11

0.11

0.11

0.11

0.11

0.11

E

Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan

0.08

0.08

0.07

0.07

0.07

0.07

8.42

8.5

8.46

8.54

8.42

8.45

16.4

16.62

16.63

16.77

16.81

17.01

2.88

2.97

3.03

3.04

3.05

3.11

2.53

2.57

2.53

2.52

2.5

2.55

daur ulang F

Konstruksi

G

Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor

H

Transportasi dan pergudangan

I

Penyediaan akomodasi dan makan minum

J

Informasi dan komunikasi

2.06

2.19

2.26

2.35

2.48

2.73

K

Jasa keuangan dan asuransi

2.28

2.32

2.33

2.39

2.4

2.37

L

Real estate

1.29

1.35

1.35

1.38

1.38

1.39

Jasa perusahaan

0.22

0.24

0.24

0.25

0.25

0.26

jaminan sosial wajib

3.73

3.72

3.59

3.5

3.38

3.31

P

Jasa pendidikan

3.64

3.83

3.91

3.98

4.05

4.17

Q

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial

0.67

0.72

0.73

0.74

0.76

0.79

2.58

2.67

2.63

2.67

2.69

2.76

M, N O

Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan

R, S, T, U Jasa lainnya

Sumber: BPS Kabupaten Demak 8

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

`

Metode Penelitian

/la¡dang/ n tanah yang diusahakan dan ditanami dengan tidak diairi;

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

9

Pengumpulan Data Dalam analisis ini, data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari foto yang diambil penulis saat survei lapangan langsung dan yang diunduh dari internet. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan metode kompilasi data dan studi pustaka dari berbagai literatur seperti publikasi, dokumen, dan peraturan perundang-undangan.

Pengolahan Data Pengolahan data dalam analisis ini dilakukan menggunakan dua metode, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, metode teknik yang digunakan adalah metode pendekatan teknik overlay data atau teknik penggabungan data pemetaan untuk menentukan kesesuaian lahan dan lahan potensial yang selanjutnya akan digunakan untuk mengolah data secara kuantitatif. Adapun metode kuantitatif yang digunakan yaitu melakukan perhitungan cadangan sumber daya yang selanjutnya diolah dalam bentuk fisik (hektar lahan) melalui perhitungan neraca fisik dan dalam bentuk moneter (rupiah) melalui perhitungan neraca moneter.

Analisis Potensi Ekonomi Analisis perekonomian Kabupaten Demak dilakukan menggunakan metode analisis ekonomi makro berupa struktur ekonomi wilayah, laju pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten, dan analisis pertumbuhan PDRB kabupaten. Selain itu juga dilakukan menggunakan metode analisis sektor unggulan dengan melihat kontribusi sektoral perkebunan Kabupaten Demak terhadap Jawa Tengah sekaligus membandingkan dengan kabupaten di sekitarnya dan menghitung dengan metode Location Quotient (LQ) serta Tipologi Klassen.

10

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

Kerangka Berpikir Jenis Tanah Kelerengan

Kesesuaian Lahan (diambil kawasan budidaya)

Penggunaan Lahan (diambil kebun dan tegalan)

Curah Hujan Lahan Potensial (Aktiva) Aktiva – Pasiva Luas Cadangan Total (ha) Cadangan Total X % Pemanfaatan

Persentase Pemanfaatan Lahan per Komoditas

Luas Cadangan per Komoditas (ha) Produktivitas per Komoditas (ton/ha)

Luas Cadangan per Komoditas x Produktivitas Cadangan Fisik (ton) Cadangan Fisik x Standar Harga

Data Perekonomian dan Kependudukan Kab. Demak

Harga per Komoditas (rupiah/ton)

Cadangan Moneter (rupiah) Analisis Ekonomi Keterkaitan antara NSDA Hortikultura Buah dan Perekonomian

Keterangan Input Proses Output

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

11

“Kabupaten Demak, Jawa Tengah berpotensi menjadi sentra sejumlah komoditas pertanian serta perkebunan karena selama ini sudah memiliki komoditas unggulan, seperti buah dan padi. “ - Anggota Komisi VII DPR Daryatmo Mardiyanto.

12

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

Pembahasan

/pra¡sa¡ra¡na/ n segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

13

Analisis Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan bertujuan untuk memahami karakteristik kondisi fisik spasial wilayah yang terbagi menjadi kawasan lindung yang merupakan kawasan yang tidak boleh dibangun karena berfungsi sebagai kawasan pelindung wilayah, kawasan penyangga yang merupakan kawasan yang diizinkan untuk dimanfaatkan atau melakukan pembangunan didalamnya dengan intensitas pembangunan yang terbatas, dan kawasan budidaya yang merupakan kawasan peruntukan pembangunan atau budidaya yang sesuai dan diizinkan.

Dengan mengacu pada SK Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/11/1980 tentang Pedoman Kesesuaian Lahan Pada Komoditas Tanaman Pangan, analisis kesesuaian lahan untuk tanaman hortikultura buah dilakukan dengan mempertimbangkan jenis tanah, kelerengan, dan curah hujan.

1. Kelerengan

2. Jenis Tanah

Penilaian Kelerengan Lahan

Penilaian Jenis Tanah

Kelas I

Kelerengan 0—8

Klasifikasi Datar

Skor 20

II

8—15

Landai

40

III

15—25

Agak Curam

60

IV

25—40

Curam

80

V

> 40

Sangat Curam

100

Kelas I II III IV

Sumber: SK Mentan No. 837 Tahun 1980

V

Kelerengan Aluvial, Glei, Planosol, Hidromerf, Laterik air tanah Latosol Brown forest, soil, non-calcic brown mediteran Andosol, Latent, Grumosol, Podsolic Regosol, Litosol, Organosol, Rensina

Klasifikasi Tidak Peka

Skor 15

Kurang Peka Agak Peka

30

Peka

60

Sangat Peka

75

Sumber: SK Mentan No. 837 Tahun 1980

14

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

45

3. Curah Hujan

4. Kesesuaian Lahan

Penilaian Curah Hujan Kelas I

Kelerengan ≤ 13,5 mm/hari hujan

II

Penilaian Kesesuaian Lahan Skor 10

13,6—20,7 mm/hari hujan

Klasifikasi Sangat rendah Rendah

III

20,8—27,7 mm/hari hujan

Sedang

30

IV

27,8—34,8 mm/hari hujan

Tinggi

40

V

> 34,8 mm/hari hujan

Sangat tinggi

50

20

No. 1

Peruntukan Kawasan Budidaya

Total Skor < 124

2

Kawasan Penyangga

125—174

3

Kawasan Lindung

≥ 175

Sumber: SK Mentan No. 837 Tahun 1980

Sumber: SK Mentan No. 837 Tahun 1980

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

15

Analisis Potensi Lahan untuk Hortikultura Buah Analisis potensi lahan untuk holtikultura buah dilakukan dengan meng-overlay peta kesesuaian lahan dan penggunaan lahan potensial. Berikut kriteria yang digunakan untuk menentukan potensi lahan sumber daya alam holtikultura buah: â&#x20AC;˘ Merupakan kawasan budidaya â&#x20AC;˘ Memiliki kelerengan <40% â&#x20AC;˘ Memiliki curah hujan >1500 mm/tahun â&#x20AC;˘ Bukan lahan dengan fungsi hutan, industri, kolam, makam, permukiman, sawah, dan tambak.

Tidak dilakukan overlay dengan peta rawan bencana sebab daerah yang berpotensi terkena bencana sama sekali tidak berpotongan dengan peta kesesuaian lahan dan penggunaan lahan potensial.

1. Kesesuaian Lahan Budidaya

2. Penggunaan Lahan Potensial

Dari peta kesesuaian lahan diambil lahan yang termasuk dalam kawasan budidaya saja.

Lahan yang potensial untuk sumber daya alam hortikultura buah terdiri dari kebun campur dan tegalan.

16

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

Aktiva = kawasan budidaya - (penggunaan lahan hutan + industri + kolam + makam + permukiman + sawah + tambak) - lahan dengan kelerengan â&#x2030;Ľ40%)

3. Potensi Lahan untuk Hortikultura Buah

Setelah meng-intersect kesesuaian lahan budidya dan penggunaan lahan potensial, maka akan didapat potensi lahan untuk hortikultura buah atau aktiva seluas 3.485,41 ha.

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

17

Kondisi Sumber Daya Hortikultura Buah Saat Ini Setelah melakukan analisis potensi lahan untuk hortikultura buah, penting untuk melakukan analisis terhadap kondisi yang ada saat ini. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Demak, luas panen komoditas hortikultura buah yang ada di Kabupaten Demak saat ini tercatat seluas 992.069 (pohon). Lahan tersebut digunakan untuk 18 komoditas, yaitu mangga, jeruk besar, jeruk siam, jambu biji, jambu air, sawo pisang, pepaya, nanas, belimbing, nangka, semangka, sirsak, kelengkeng, blewah, sukun, rambutan, dan melon.

Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, perlu dilakukan identifikasi luas lahan sumber daya alam hortikultura buah, sebab data yang tersedia dalam adalah luas panen yang merupakan akumulasi luas lahan yang dipanen dalam satu tahun. Oleh karena itu dilakukan pembagian luas panen (pohon) dengan standar populasi tanaman per ha, kemudian dibagi lagi dengan standar jumlah panen per tahun.

Tabel Perhitungan Luas Lahan (Ha) Hortikultura Buah

No.

Komoditas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Mangga Jeruk Besar Jeruk Siam Jambu Biji Jambu Air Sawo Pisang Pepaya Nanas* Belimbing Nangka Semangka* Sirsak Kelengkeng Blewah* Sukun Rambutan Melon* Total

Luas Panen (Pohon)

Standar Populasi Jumlah Panen Tanaman Luas Panen (Ha) per Tahun (Pohon/Ha)

180.700 26 132 9.892 91.037 2.783 639.606 8.476 118 32.681 11.741 469 2.488 2.495 370 8.831 180 44 992.069

100 300 400 300 100 100 1000 1000 25.000 300 100 20.000 300 150 24.000 600 100 24.000 -

1.807,00 0,09 0,33 32,97 910,37 27,83 639,61 8,48 118 108,94 117,41 469 8,29 16,63 370 14,72 1,8 44 4.695.46

Luas Lahan (Ha)

2 3 3 4 5 3 3 30 2 3 2 3 2 4 4 2 2 3 -

903,50 0,03 0,11 8,24 182,07 9,28 213,20 0,28 59,00 36,31 58,71 156,33 4,15 4,16 92,50 7,36 0,90 14,67 1750,80

Catatan: Luas panen komoditas dengan tanda * sudah dalam satuan hektar Sumber: BPS Kabupaten Demak Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian Indonesia Olah Data Penyusun, 2019

Berdasarkan perhitungan, didapatkan luas lahan (pasiva) sebesar 1750,8 ha. Apabila dilihat dari tabel, komoditas yang memiliki luas lahan paling besar adalah mangga, kemudian disusul oleh pisang, dan jambu air. Jambu air sendiri merupakan komoditas unggulan Demak, sebab kualitasnya baik dan telah dikenal di mana-mana.

18

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

Tabel Perhitungan Jumlah Produksi dan Valuasi Moneter Tahun 2018 No.

Komoditas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Mangga Jeruk Besar Jeruk Siam Jambu Biji Jambu Air Sawo Pisang Pepaya Nanas Belimbing Nangka Semangka Sirsak Kelengkeng Blewah Sukun Rambutan Melon Total

Luas Lahan (ha) 903,50 0,03 0,11 8,24 182,07 9,28 213,20 0,28 59,00 36,31 58,71 156,33 4,15 4,16 92,50 7,36 0,90 14,67 1750,80

Persentase Pemanfaatan (%) 51,60 0,00 0,01 0,47 10,40 0,53 12,18 0,02 3,37 2,07 3,35 8,93 0,24 0,24 5,28 0,42 0,05 0,84 100

Produksi 2018 Harga Komoditas Valuasi Moneter (ton) (Rp/ton) (Rp) 17.531,80 7.000.000 122.722.600.000 1,80 8.660.000 15.588.000 6,30 8.660.000 54.558.000 9.300.000 5.741.820.000 617,40 9.657.000 97.800.301.800 10.127,40 138,20 4.907.700 678.244.140 75.838,40 10.164.000 770.821.497.600 536,10 1.860.000 997.146.000 1,10 2.200.000 2.420.000 3.275,00 4.766.000 15.608.650.000 838,50 3.503.000 2.937.265.500 8.311,70 2.825.000 23.480.552.500 91,30 3.072.370 280.507.381 53,40 8.000.000 427.200.000 5.944,90 8.000.000 47.559.200.000 690,10 4.072.000 2.810.087.200 6,00 3.024.000 18.144.000 62,30 6.900.000 429.870.000 124.071,70 - 1.092.385.652.121

Sumber: BPS (Statistik Harga Produsen) Olah Data Penyusun, 2019

Berdasarkan tabel perhitungan, dapat dilihat bahwa meskipun komoditas mangga memiliki luas lahan terbesar, komoditas yang memiliki produksi dan valuasi moneter tertinggi adalah pisang. Hal ini disebabkan oleh luas yang dibutuhkan untuk menanam mangga lebih besar dibanding untuk menanam pisang. Masa panen pisang pun lebih pendek dibanding dengan mangga. Dalam satu tahun pisang bisa dipanen sebanyak tiga sampai empat kali, sedangkan mangga maksimal hanya dua kali.

Komoditas yang memiliki valuasi moneter terkecil adalah pepaya. Dalam satu bulan, pepaya bisa dipanen sebanyak empat kali. Hal tersebut menyebabkan produksinya melimpah dan harganya menjadi turun.

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

19

Analisis Neraca Sumber Daya Alam Analisis neraca moneter merupakan proses Analisis Neraca Sumber Daya Alam (NSDA) untuk memperkirakan dilakukan dalam dua bentuk, yaitu fisik dan moneter. analisis yang bertujuan Neraca fisik dihitung dalam dua tahap. Tahap pendapatan yang dapat dihasilkan dari total perkiraan pertama adalah mengurangi lahan potensial suatu cadangan produksi pangan yang ada. sektor (aktiva) dengan penggunaannya saat ini (pasiva) untuk mendapatkan nilai cadangan lahan dalam satuan hektare. Persentase pemanfaatan lahan diperlukan untuk mencari luas cadangan per komoditas. Kemudian luas cadangan per komoditas dikalikan dengan produktivitas per komoditas untuk mengetahui jumlah produksi komoditas yang dihasilkan cadangan lahan tersebut dalam satuan ton.

1. Neraca Fisik Tabel Perhitungan Neraca Fisik Sumber Daya Alam Hortikultura Buah No.

Komoditas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Mangga Jeruk Besar Jeruk Siam Jambu Biji Jambu Air Sawo Pisang Pepaya Nanas Belimbing Nangka Semangka Sirsak Kelengkeng Blewah Sukun Rambutan Melon Total

Persentase Luas Cadangan Luas Lahan Produksi 2018 (ton) (ha) Pemanfaatan (%) Total (ha) 903,50 0,03 0,11 8,24 182,07 9,28 213,20 0,28 59,00 36,31 58,71 156,33 4,15 4,16 92,50 7,36 0,90 14,67 1750,80

51,605 0,002 0,006 0,471 10,399 0,530 12,177 0,016 3,370 2,074 3,353 8,929 0,237 0,237 5,283 0,420 0,051 0,838 100,000

17.531,80 1,80 6,30 617,40 10.127,40 138,20 75.838,40 536,10 1,10 3.275,00 838,50 8.311,70 91,30 53,40 5.944,90 690,10 6,00 62,30 124.071,70

1.734,61

Luas Cadangan Cadangan Produktivitas Per Komoditas Produksi (ton/ha) (ha) (ton) 895,15 19,40 17.369,68 0,03 1,78 60,00 0,11 57,27 6,24 8,17 611,69 74,90 180,39 55,62 10.033,75 9,19 14,90 136,92 211,23 355,71 75.137,11 0,28 1896,58 531,14 0,02 58,45 1,09 35,98 90,19 3.244,72 14,28 58,16 830,75 154,89 53,17 8.234,84 22,03 4,11 90,46 4,12 12,84 52,91 91,64 64,27 5.889,93 7,29 93,76 683,72 0,89 6,67 5,94 14,53 4,25 61,72 1750,80 - 122.924,38

Sumber: BPS Kabupaten Demak Olah Data Penyusun, 2019

Nilai luas cadangan total didapatkan dari perhitungan:

Cadangan = Aktiva - Pasiva Cadangan = 3.485,41 - 1750,8 Cadangan = 1.734,61 ha

Selanjutnya, nilai luas cadangan total dikalikan dengan persentase pemanfaatan lahan sehingga mendapatkan luas cadangan per komoditas. Setelah itu barulah bisa didapatkan cadangan produksi dengan mengalikan dengan produktivitas.

20

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

Berdasarkan perhitungan, Kabupaten Demak hanya memanfaatkan lahan seluas 1750,8 ha dari lahan potensial seluas 3.485,41 ha yang ada untuk budidaya hortikultura buah. Komoditas yang memiliki luas cadangan terbesar adalah mangga, sedangkan yang memiliki cadangan produksi terbesar adalah pisang. Total cadangan produksi yang tersedia yaitu sebesar 122.924,38 ton.

2. Neraca Moneter Tabel Perhitungan Neraca Moneter Sumber Daya Alam Hortikultura Buah No.

Komoditas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Mangga Jeruk Besar Jeruk Siam Jambu Biji Jambu Air Sawo Pisang Pepaya Nanas Belimbing Nangka Semangka Sirsak Kelengkeng Blewah Sukun Rambutan Melon Total

Cadangan Produksi (ton) 17.369,68 1,78 6,24 611,69 10.033,75 136,92 75.137,11 531,14 1,09 3.244,72 830,75 8.234,84 90,46 52,91 5.889,93 683,72 5,94 61,72 122.924,38

Harga Cadangan Moneter Komoditas (Rp) (Rp/ton) 7.000.000 121.587.759.416,27 8.660.000 15.443.854,63 8.660.000 54.053.491,19 9.300.000 5.688.724.234,75 9.657.000 96.895.922.724,07 4.907.700 671.972.279,92 10.164.000 763.693.556.061,19 1.860.000 987.925.190,23 2.200.000 2.397.621,77 4.766.000 15.464.313.671,75 3.503.000 2.910.104.014,71 2.825.000 23.263.423.104,88 3.072.370 277.913.472,79 8.000.000 423.249.595,61 8.000.000 47.119.410.504,91 4.072.000 2.784.101.758,05 3.024.000 17.976.218,78 6.900.000 425.894.905,59 1.082.284.142.121,09

Sumber: BPS (Statistik Harga Produsen) Olah Data Penyusun, 2019

Jika dilihat dari tabel di atas, komoditas yang memiliki cadangan moneter paling besar yaitu pisang, kemudian disusul oleh mangga dan jambu air. Fakta tersebut sejalan dengan valuasi moneter saat ini. Apabila seluruh cadangan lahan yang ada dimanfaatkan untuk budidaya hortikultura buah, maka Kabupaten Demak akan memiliki total cadangan moneter sebesar Rp 1,08 triliun.

Pisang memiliki cadangan moneter terbesar karena produktivitasnya yang tinggi. Sebenarnya pepaya lah yang memiliki produktivitas tertinggi, namun harganya kalah jauh dengan pisang.

Meskipun produktivitasnya tidak terlalu besar, mangga memiliki cadangan lahan yang luas sehingga cadangan produksinya besar dan valuasi moneternya pun besar. Sedangkan jambu air sebagai ikon Kabupaten Demak memiliki cadangan lahan dan harga komoditas yang cukup tinggi, sehingga menghasilkan valuasi moneter terbesar ketiga.

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

21

Analisis Potensi Ekonomi: Ekonomi Makro Wilayah 1. Kontribusi terhadap PDRB Kontribusi Sektoral PDRB ADHK Tahun 2018

Kontribusi Sektoral PDRB ADHK Tahun 2018 2.76%

3.31%

0.79%

0.26% 1.39%

4.17%

2.37%

21.23%

2.73% 2.55%

0.44%

3.11%

17.01% 29.26%

8.45%

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

0.11%

0.07%

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik, gas

Pengadaan Air

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa Lainnya

Sumber: BPS Kabupaten Demak

Apabila dilihat pada grafik di atas, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua setelah industri pengolahan dengan memberikan kontribusi pada PDRB Kabupaten Demak Tahun 2018 sebesar 21,23%. Meskipun kontribusi terbesar terhadap PDRB berada di sektor industri pengolahan, yaitu sebesar 29,26%, kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tetap signifikan. Hortikultura buah merupakan sub-sektor dari pertanian, kehutanan, dan perikanan sehingga valuasi moneter yang dihasilkan masuk kedalam sektor tersebut.

22

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

2. Besar Kontribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB

3. Penyerapan Tenaga Kerja Sebaran Jenis Pekerjaan Penduduk Tahun 2018

PDRB ADHK Kabupaten Demak Tahun 2010-2018 16537579.21

17000000 16000000 15000000

13.59%

17474052

18000000

26.61%

15666347.58 14912999.6

14.02%

14000000 13000000

2015

2016 Total PDRB ADHK

2017

2018

Linear (Total PDRB ADHK)

22.15%

Sumber: BPS Kabupaten Demak

6.00%

5.93%

Laju Pertumbuhan Total PDRB ADHK Kabupaten Demak Tahun 2011-2018

5.80%

5.56%

5.60%

Pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan 5.66%

Industri pengolahan Perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel

5.40% 5.20%

5.05%

Jasa kemasyarakatan

5.00%

Lainnya

4.80% 4.60%

23.62%

2016

2015

Laju Pertumbuhan PDRB ADHK

2017

2018

Linear (Laju Pertumbuhan PDRB ADHK)

Sumber: BPS Kabupaten Demak

Sumber: BPS Kabupaten Demak Olah Data Penyusun, 2019

Jika melihat kondisi Kabupaten Demak dari penggunaan lahannya, lahan pertanian merupakan peruntukan lahan yang paling luas. Hasil pertanian Kabupaten Demak pun terkenal, bahkan merupakan lumbung padi nomor 3 di Jawa Tengah. Oleh karena itu wajar apabila sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan menyerap tenaga kerja terbanyak.

Besar Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Tahun 2010-2018 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% -5.00%

2015

2016 Besar Kontribusi

2017

2018

Laju Pertumbuhan

Sumber: BPS Kabupaten Demak

Berdasarkan data di atas, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Demak mengalami fluktuasi. Terlihat pertumbuhan PDRB mengalami naik-turun dengan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,24%.

PDRB tertinggi diperoleh pada tahun 2015, namun pada tahun 2018 terjadi penurunan menjadi 5,37%.

Hal ini dapat memberikan informasi bahwa Kabupaten Demak harus meningkatkan produktivitasnya terutama pada sektor unggulan yang dimiliki.

Sedangkan besar kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dari tahun 2010-2018 fluktuatif. Laju pertumbuhannya cenderung menurun.

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

23

Analisis Potensi Ekonomi: Sektor Unggulan Tabel Analisis Sektor Unggulan

Sektor

LQ

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Potensial

Shift Share Pergeseran Tidak Progresif

Tipologi Klassen Potensial

Pertambangan & Penggalian

Terbelakang

Pergeseran Tidak Progresif

Terbelakang

Industri Pengolahan

Berkembang

Pergeseran Progresif

Berkembang

Pengadaan Listrik dan Gas

Terbelakang

Pergeseran Tidak Progresif

Terbelakang

Unggulan

Pergeseran Tidak Progresif

Potensial

Terbelakang

Pergeseran Progresif

Terbelakang

Perdagangan Besar dan Eceran

Unggulan

Pergeseran Progresif

Potensial

Transportasi dan Pergudangan

Terbelakang

Pergeseran Progresif

Terbelakang

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Berkembang

Pergeseran Progresif

Terbelakang

Informasi dan Komunikasi

Berkembang

Pergeseran Progresif

Terbelakang

Jasa Keuangan dan Asuransi

Terbelakang

Pergeseran Progresif

Terbelakang

Real Estate

Terbelakang

Pergeseran Progresif

Terbelakang

Jasa Perusahaan

Berkembang

Pergeseran Progresif

Terbelakang

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Potensial

Pergeseran Tidak Progresif

Potensial

Jasa Pendidikan

Potensial

Pergeseran Progresif

Potensial

Berkembang

Pergeseran Progresif

Terbelakang

Potensial

Pergeseran Progresif

Potensial

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah Daur Ulang Konstruksi

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya

Sumber: BPS Kabupaten Demak Olah Data Penyusun, 2019

Berdasarkan analisis LQ, Shift Share, dan Tipologi Klassen yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan potensial, meskipun memiliki pergeseran yang tidak progresif. Hal ini berarti meskipun berdasarkan analisis shift share sektor tersebut terbelakang, namun berdasarkan analisis LQ sektor tersebut merupakan sektor basis dan mampu mengekspor, sedangkan berdasarkan tipologi klassen dilihat dari rerata proporsi dan pertumbuhannya sektor tersebut masuk kategori potensial.

24

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

Keterkaitan antara NSDA Hortikultura Buah dan Perekonomian Kabupaten Demak Kontribusi Neraca Moneter Hortikultura Buah

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Total

PDRB ADHK 2018 + Cadangan Moneter Hortikultura Buah

PDRB ADHK 2018 3.709.943.730.000

4.792.227.872.121,09

76.074.020.000 5.113.111.460.000 19.077.040.000

76.074.020.000 5.113.111.460.000 19.077.040.000

12.978.870.000

12.978.870.000

1.476.596.200.000

1.476.596.200.000

2.971.780.860.000

2.971.780.860.000

543.786.560.000

543.786.560.000

445.164.570.000

445.164.570.000

477.155.350.000

477.155.350.000

413.782.630.000 242.638.800.000 45.731.720.000

413.782.630.000 242.638.800.000 45.731.720.000

577.672.120.000

577.672.120.000

729.397.130.000

729.397.130.000

137.551.350.000

137.551.350.000

481.609.590.000 17.474.052.000.000

481.609.590.000 18.556.336.142.121

Sumber: BPS Kabupaten Demak Olah Data Penyusun, 2019

Apabila seluruh lahan cadangan dimanfaatkan untuk budidaya hortikultura buah, maka akan didapatkan cadangan moneter sebesar Rp 1,08 triliun. Angka tersebut akan meningkatkan PDRB sebesar 6,19%, dari Rp 17,47 triliun menjadi Rp 18,55 triliun. Namun, karena perhitungan perkiraan kontribusi NSDA holtikultura buah dengan perekonomian wilayah Kabupaten Demak hanya dihitung dari PDRB dan standar-standar yang belum baku (sebab dihimpun dari berbagai sumber) menyebabkan tingkat relevansi dari perhitungan tersebut belum dapat terjamin dan hanya dapat terjamin apabila standar harga komoditas, standar produktivitas, dan pendapatan PDRB pada tahun berikutnya atau tahun masa mendatang stabil serta asumsi bahwa nilai rupiah tidak mengalami inflasi.

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

25

`

Penutup

/pe¡ra¡hu/ n kendaraan air (biasanya tidak bergeladak) yang lancip pada kedua ujungnya dan lebar di tengahnya

26

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

Kesimpulan

Rekomendasi

Berdasarkan perhitungan, Kabupaten Demak hanya memanfaatkan lahan seluas 1750,8 ha dari lahan potensial seluas 3.485,41 ha yang ada untuk budidaya hortikultura buah. Dengan kata lain, masih ada 49,8% lahan yang belum dimanfaatkan.

Komoditas yang memiliki luas cadangan terbesar adalah mangga, sedangkan yang memiliki cadangan produksi terbesar adalah pisang. Total cadangan produksi yang tersedia yaitu sebesar 122.924,38 ton.

Komoditas yang memiliki cadangan moneter paling besar yaitu pisang, kemudian disusul oleh mangga dan jambu air. Fakta tersebut sejalan dengan valuasi moneter saat ini. Apabila seluruh cadangan lahan yang ada dimanfaatkan untuk budidaya hortikultura buah, maka Kabupaten Demak akan memiliki total cadangan moneter sebesar Rp 1,08 triliun.

Jika melihat kondisi Kabupaten Demak dari penggunaan lahannya, lahan pertanian merupakan peruntukan lahan yang paling luas. Hasil pertanian Kabupaten Demak pun terkenal, bahkan merupakan lumbung padi nomor 3 di Jawa Tengah. Namun meskipun memiliki peruntukan lahan paling luas dan menyerap tenaga kerja terbanyak, sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan hanya menduduki peringkat ke dua, yaitu setelah sektor industri pengolahan. Hal itu menunjukkan adanya kemungkinan terdapat faktor penghambat produksi pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan seperti perubahan cuaca, keterbatasan teknologi, kurangnya kompetensi SDM, dan hama atau penyakit tanaman.

Berdasarkan analisis LQ, Shift Share, dan Tipologi Klassen yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan potensial, meskipun memiliki pergeseran yang tidak progresif. Hal ini berarti meskipun berdasarkan analisis shift share sektor tersebut terbelakang, namun berdasarkan analisis LQ sektor tersebut merupakan sektor basis dan mampu mengekspor, sedangkan berdasarkan tipologi klassen dilihat dari rerata proporsi dan pertumbuhannya sektor tersebut masuk kategori potensial.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut merupakan rekomendasi yang dapat dilakukan pemerintah setempat dalam mengoptimalkan potensi sumber daya holtikultura buah : â&#x20AC;˘ Melakukan kajian lingkungan sebelum memanfaatkan lahan potensial baru yang ada sebagai lahan budidaya sumber daya holtikultura buah untuk mengantisipasi kekurangan atau terhambatnya produktivitas sumber daya holtikultura buah yang dibudidayakan sehingga tingkat produksi sumberdaya yang dimanfaatkan dapat optimal. â&#x20AC;˘ Mengatasi faktor-faktor penghambat produksi dari bidang teknologi dan infrastruktur sehingga produktivitas dapat maksimal â&#x20AC;˘ Membentuk dan mengesahkan peraturan daerah terkait pemanfatan sumber daya alam beserta standar pemanfaatan lingkungan sebagai upaya menurunkan dan mencegah terjadinya alih konversi lahan pertanian atau sumber daya primer.

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

27

Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak. (2019). Kabupaten Demak dalam Angka 2019.

Dipetik 5 Oktober 2019, dari BPS Kabupaten Demak: https://demakkab.bps.go.id/ publication/2018/08/16/40afdeab8decb5c4fe196910/kabupaten-demak-dalam-angka-2018.html Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. (2019). Provinsi Jawa Tengah dalam Angka 2019. Dipetik 13 Oktober 2019, dari BPS Provinsi Jawa Tengah: https://jateng.bps.go.id/publication/2019/08/16/ fcb9efa7796cdbc491325688/provinsi-jawa-tengah-dalam-angka-2019.html Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Harga Produsen Pertanian Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat 2018. Dipetik 13 Oktober 2019, dari BPS: https://www.bps.go.id/ publication/2019/05/08/0982b68e108e294f67a98699/statistik-harga-produsen-pertanian-subsektortanaman-pangan--hortikultura-dan-tanaman-perkebunan-rakyat-2018.html Badan Standardisasi Nasional. (2002). Standar Nasional Indonesia 19-6728.3-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional

28

Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

Perencanaan Wilayah dan Kota Departemen Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah MAda 2019 Neraca Sumber Daya Alam Hortikultura Buah

29