Problematika Pengakuan Masyarakat Hukum Adat dan Analisa Tindakan Pemerintah Terhadap Konflik Lahan Laman Kinipan Angela Widi, Ika Putri Rahayu, Lailatul Komaria Universitas Airlangga apriska.widiangela-2019@fh.unair.ac.id ,ika.putri.rahayu-2019@fh.unair.ac.id, lailatul.komaria2019@fh.unair.ac.id
Abstrak Konflik antara masyarakat hukum adat Laman Kinipan dengan PT Sawit Mandiri Lestari (SML) terkait pembukaan hutan adat Kinipan menjadi perkebunan kelapa sawit masih berkepanjangan hingga saat ini. Bahkan, akhir Agustus 2020, konflik mengeskalasi ketika ketua masyarakat hukum adat Kinipan, Effendi Buhing, ditangkap oleh pihak kepolisian dan terjadi banjir yang menerjang Kinipan yang diduga disebabkan penggundulan hutan Kinipan oleh PT SML. Tidak hanya berhenti di situ, pengakuan masyarakat hukum adat pun juga masih menjadi perdebatan, lantaran ketidakjelasan dan tumpang tindih sistem hukum nasional. Padahal, keberadaan masyarakat hukum adat telah jelas diatur dalam konstitusi Pasal 18B ayat (2). Hal ini mengakibatkan rendahnya perlindungan hukum bagi masyarakat adat yang berpotensi mencederai hak konstitusional masyarakat adat sebagai warga negara Indonesia, salah satunya konflik yang menimpa Masyarakat Hukum Adat (MHA) Laman Kinipan. Melihat dampak yang terjadi akibat konflik lahan Kinipan ini ternyata membawa penulis kepada akar permasalahan yang terletak pada ketidaktepatan tindakan yang diambil pemerintah atas kasus tersebut. Tindakan pemerintah dinilai tidak berorientasi dari segi good governance karena tidak terpenuhinya prinsip partisipasi serta tidak berorientasi pada hak masyarakat Kinipan sebagai masyarakat hukum adat maupun warga negara karena beberapa hak yang tercederai di dalamnya. Hak-hak yang tidak terpenuhi tersebut antara lain ialah hak atas pangan, hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, serta hak kepastian hukum.
Kata Kunci: Masyarakat Hukum Adat (MHA) Laman Kinipan, Sistem Hukum Nasional, Good Governance, dan Hak Asasi Manusia.
I.
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semenjak PT Sawit Mandiri Lestari (yang selanjutnya disebut PT SML) telah berbadan
hukum dengan Akta Notaris Eko Sumarno Nomor 52 tanggal 31 Juli Tahun 2002 dengan pengesahan Menteri Hukum dan HAM Nomor : C/08612 HT.01.01.TH.2004, tanggal 8 April 20041 tersebar kabar bahwa akan terjadi pembukaan hutan di wilayah Adat Kinipan oleh perusahaan perkebunan sawit. tentu saja hal ini memunculkan penolakan dari warga khususnya Masyarakat Hukum Adat Laman
1
Redaksi Betahita,�Masyarakat Kinipan Lindungi Wilayah Adat dari Ekspansi https://betahita.id/news/lipsus/3127/masyarakat-kinipan-lindungi-wilayah-adat-dari-ekspansisawit.html?v=1591338637, diakses pada tanggal 29 September 2020
Sawit�
,