Indonesia dilanda Hujan Cryptocurrency: Sudahkah Investor Memiliki Payungnya? Rahajeng Dzakiyya Ikbar ALSA LC UNAIR Cryptocurrency merupakan nama yang diberikan untuk sebuah sistem yang menggunakan kriptografi untuk melakukan proses pengiriman data secara aman dan untuk melakukan proses pertukaran token digital secara tersebar. Contoh dari cryptocurrency di antaranya ada bitcoin, ethereum, ripple, dan litecoin. Di Indonesia sendiri terdapat cyronium yang merupakan cryptocurrency yang diciptakan dan diluncurkan di Indonesia. Cryptocurrency dipercaya menjadi salah satu alat transaksi pembayaran yang akan menggantikan uang. Namun sayangnya, belum ada negara yang berani menggunakan mata uang
kripto
tersebut
sebagai
pengganti
uang
kertas
dan
uang
digital.
Di
Indonesia, cryptocurrency baru bisa diperdagangkan sebagai komoditas selepas Badan Pengawas Perdagangan Komoditi Indonesia (Bappepti) mengeluarkan peraturan No. 5 tahun 2019 tentang ketentuan teknis penyelenggaraan pasar fisik aset kripto di bursa berjangka. Sedangkan sebagai alat pembayaran, regulator, baik Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK)
secara
terang-terangan
melarang
masyarakat
untuk
menggunakan cryptocurrency sebagai alat pembayaran. Tidak dapat kita tepis bahwasanya perkembangan teknologi di era 4.0 kini semakin cepat, terlebih dalam bidang transaksi berbasis virtual atau pun kripto. Hal tersebut mengakibatkan pemerintah harus segera bertindak secara tegas mengenai kedudukan cryptocurrency di Indonesia, sebagai mata uang dalam arti alat pembayaran atau hanya sebatas komoditas.
Untungnya keresahan tersebut saat ini telah terjawab dengan
disamakannya cryptocurrency sebagai komoditas dan bisa diperdagangkan di bursa berjangka. Lex semper dabit remedium, hukum selalu memberi obat. Sejatinya, dengan adanya pemberlakuan cryptocurrency di Indonesia memberikan obat berupa kepastian hukum sekaligus perlindungan bagi pelaku yang terlibat dalam transaksi asset kripto.