EPISTEMOLOGI BAYANI Oleh : Aljuraimy
A. Pendahuluan Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Seperti, Apa yang dikaji oleh pengetahuann itu? (ontologi), bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut? (epistemologi), dan untuk apa pengetahuan termaksud dipergunakan? (aksiologi)1. Pengkajian suatu obyek sangat bergantung pada episteme, teori pengetahuannya, karena dengan episteme yang berbeda dapat melahirkan cara pandang yang berbeda terhadap obyek kajian dan menghasilkan kegunaan yang berbeda pula. Kajian epistemologi Barat mengenal tiga aliran epistemologi, yakni empirisme, rasionalisme dan intuitisme. Sedangkan dalam pemikiran filsafat Hindu, dinyatakan bahwa kebenaran bisa didapatkan dari teks suci, akal dan pengalaman pribadi.2 Pembahasan tentang epistemologi, juga tidak lepas dari perhatian para filusuf Islam. Al-Ghazali (1058-1111 M) misalnya, berpendapat bahwa manusia memiliki tiga alat untuk memperoleh pengetahuan, yaitu; panca indera, akal dan qalb. Ibnu Rusyd (1226-1198 M) mengungkapkan, bahwa jalan untuk mencapai pengetahuan ada dua macam, yaitu indera dan rasio, namun hanya pengetahuan yang dihasilkan rasio yang bisa dianggap pengetahuan sejati. Mulla Sadra (1571-1640 M) melahirkan al-Hikmah al-Muta’aliyah, yang berdasarkan pada intuisi-intelektual, pembuktian rasional dan syariat Islam. Pada era kontemporer, ‘Abid al-Jabiri (1936-2010 M), dengan proyek nalar Arab-Islamnya, mengkatagorikan epistemologi Islam dalam tiga bentuk, yaitu bayani, ‘irfani dan burhani.3 Penyusun akan membahas salah satu epistemologi yang dikategorikan oleh al-Jabiri, yaitu epistemologi bayani. Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang didasarkan atas otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung.4 Salah satu keunggulan bayani adalah akan menghasilkan al-‘Ilm al-Taufiqi, karena pokok bahasanya adalah nash yang berisi wahyu Allah.5 Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan teori dan sejarah perkembangan bayani dalam ranah pemikir Islam, metodologi bayani dan hubunganya dengan ilmu tafsir. B. Teori dan Sejarah Perkembangan Bayani Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung, dan dijustifikasi oleh akal kebahasaan yang digali lewat inferansi (istidlal). Secara langsung artinya memahami teks sebagai pengetahuan jadi dan langsung mengaplikasikanya tanpa perlu pemikiran; secara tidak langsung berarti memahami teks sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan penalaran. Meski demikian, hal ini 1
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, hal. 33-35 A. Khudori Soleh, Model-Model Epistemologi Islam, hal. 195 3 Fathul Mufid, “Perkembangan Paradigma Epistemologi dalam Filsafat Islam”, Ulumuna Jurnal Studi Keislaman, Vol 17 No. 1 VI/2013, hal. 24-33 4 A. Khudori Soleh, Op.Cit. 5 Fathul Mufid, Op.Cit., hal 34 2
1