




03 Latar Belakang Proyek 04 Tujuan Proyek 04 Deskripsi Umum Proyek
02.
06 Kajian Pengguna dan Kegiatannya 09 Analisis Makro Tapak 10 Analisis Mikro Tapak 11 Studi Prerseden
03.
14 Visi Proyek 14 Tujuan Perancangan 14 Rumusan Isu-isu Utama Perancangan 14 Program Ruang 04.
16 Konsep Dasar Rancangan 17 Strategi Pengorganisasian Ruang 18 Strategi Komposisi Bentuk 2D dan 3D 20 Straegi Gubahan Spasial 22 Strategi Selubung Bangunan 23 Strategi dalam merespon isu-isu konteks tapak 24 Strategi Integrasi Struktur dalam Rancangan
26 Gambar-Gambar Proyeksi Orthogonal 42 Gambar-Gambar Perspektif Kawasan, Eksterior dan Interior
Untuk membangun sarana yang dapat mendorong semangat kerja dan kreatifitas melalui lingkungan yang nyaman dan kompetitif sehingga dapat mendorong ekosistem industri kreatif Yogyakarta yang kondusif dan mempermudah kolaborasi antar pelakunya.
Proyek ini merupakan proyek pusat kreativitas atau creative hub fiktif yang diprakarsai oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dengan bekerja sama dengan Jogja Creative Society. Proyek ini memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi kolaborasi, inovasi dan pelatihan, serta pameran dan komersial. Fungsi kolaborasi terdiri dari coworking space, kantor, dan ruang komunitas sebagai sarana untuk berkumpul, berdiskusi dan berkolaborasi. Fungsi inovasi dan pelatihan terdiri dari ruang kelas dan studio sebagai tempat mengembangkan diri dan berkarya. Fungsi pameran dan komersial terdiri dari exhibition hall, auditorium, ruang makan, dan kafe sebagai media ekspresi, promosi, serta penunjang kegiatan bangunan.
• Vegetasi hijau eksisting cukup banyak dan jalur trotoar sudah tertata.
• Bangunan sekitar tidak begitu tinggi sehingga pencahayaan dan penghawaan alami dapat dimaksimalkan.
• Sebagian besar lahan berupa lahan kosong dan datar.
• View ke arah barat kurang menarik.
• Suhu rata-rata yang terbilang hangat sehingga dapat mengurangi kenyamanan termal.
• Tapak cukup rata dengan kemiringan kontur mencapai 1.9%.
• Kondisi tanah di Kota Yogyakarta cukup subur dikarenakan letaknya yang berada di dataran lereng Gunung Api Merapi.
• Kota Yogyakarta memiliki curah hujan rata-rata sebesar 2.012 mm/thn dengan 119 hari hujan, suhu rata-rata 27,2°C, dan kelembapan rata-rata 24,6%.
• Tapak dekat dengan salah satu jalan primer Kota Yogyakarta.
• Akses menuju tapak dapat menggunakan kendaraan baik melalui Jl. Jendral Sudirman atau Jl. Faridan M Noto yang memiliki lebar 10-12 meter
• Terletak di jalan primer.
• Dekat dengan berbagai institusi pendidikan.
• Tidak ada tipologi sejenis.
• Dekat dengan banyak tempat penginapan.
• Dekat dengan perkampungan Code sehingga kemungkinan masalah vandalisme.
• Laju angin di sekitar tapak mencapai 4,67 knot/jam atau sekitar 8,64 km/ jam yang jauh melampaui standar SNI.
Bandung Creative Hub merupakan bangunan yang berada di Jalan Laswi No.7 Kota Bandung yang telah diresmikan sejak tahun 2017. Bangunan ini adalah respon dari Pemerintah Kota Bandung karena telah berhasil masuk dalam jaringan kreatif kota kreatif UNESCO (UNESCO Creative City Network) pada tahun 2015. Tujuan dari bangunan ini adalah sebagai wadah pengembangan kreativitas, edukasi, dan laboratorium untuk berbagai sektor industri kreatif.
Dalam perancangannya, aspek keterpaduan fasad terlihat dari elemen geometris yang disusun dinamis, penggunaan ornament extrude yang dibuat tidak merata, dan penggunaan warna colorful yang digunakan untuk memberikan kesan atraktif. Bangunan juga dibuat menonjol dengan lingkungan sekitarnnya dengan skalanya yang monumental dan bentuknya yang atraktif demi mencerminkan fungsi kegiatan-kegiatan kreatif yang ada di dalamnya.
Dirancang sebagai generator untuk orang kreatif di Bogor, Bogor Creative Hub dibangun sebagai bagian dari program strategis Pemda Provinsi Jawa Barat yang bertujuan sebagai wadah untuk meningkatkan industri kreatif 4.0 Bogor bagi pelaku industri kreatif. Dikarenakan lokasinya dekat bangunan cagar budaya, pendekatan yang dilakukan Local Architecture Bureau (LAB) terhadap konteks bangunan heritage dibuat signifikan dengan konsep dengan mengusung konsep “respecting the existing heritage building” yang memberikan ekspresi lebih sederhana untuk menghormati keberadaan cagar budaya yang sudah ada.
Bangunan dirancang sebagai sebuah bangunan tunggal, dengan aksesibilitas berpori dari segala arah sehingga dapat menghubungkan semua ruang terbuka di kompleks dengan lancar untuk kegiatan terbuka dan meluas ke taman. Bentuk C disusun dengan menghadap pohon-pohon besar dan bangunan cagar budaya yang sekaligus membentuk plaza untuk melahirkan kreativitas melalui ruang sosial informal dan program khusus.
Studi menunjukan bahwa penggunaan warna pada ruangan dapat mempengaruhi produktivitas, kreativitas, dan mood dalam bekerja. Beberapa ruangan dalam proyek ini seperti perpustakaan, coworking space, dan rooftop menggunakan penggunaan warna kuning dan oranye yang dominan untuk mendorong perasaan kreatif, percaya diri, dan perasaan nyaman dalam bekerja.
Area masuk ditandai dengan fasad tiga warna yang colorful dan atraktif untuk mempermudahkan pencarian. Area penerima dilengkapi dengan ramp dan kanopi yang ramah terhadap kaum difabel dan meningkatkan kesan inklusivitas bangunan.
Kunci dari pendekatan biofilik adalah pendekatan terhadap alam sebesar dan sedekat mungkin. Desain biofilik dapat memulihkan perasaan jenuh dari pekerjaan kreatif proyek ini. Area taman hijau terjangkau oleh matahari pagi yang baik untuk kesehatan, dapat terlihat dari berbagai ruangan bangunan, dan dekat dengan amfiteater serta food court untuk memberikan perasaan bersantai dan beristirahat sebaik mungkin.
Plaza serbaguna dapat difungsikan untuk berbagai hal mulai dari tempat senam dan olah raga sekitar wilayah Kotabaru, tempat festival, job fair, hingga tempat bazar produk kreatif Kota Yogyakarta. Perancangan plaza juga dilengkapi dengan pola sirkulasi yang, tidak hanya berfungsi untuk memperjelas sirkulasi pedestarian dan kendaraan, dapat berfungsi untuk membagi plaza untuk kemudahan pengorganisasian ketika festival/bazar.
Selubung/fasad yang digunakan dalam proyek merupakan respon dari bangunan yang mengarah pada arah barat. Selubung three colours pixel facade adalah selubung yang berjenis double skin facade dipasang terutama pada sisi yang menghadap barat. Fasad ini dibuat berdasarkan hasil generasi komputer melalui metode parametrik yang memiliki maksud untuk menunjukan kesan menjunjung kemajuan teknologi pada bangunan proyek. Fasad memiliki tiga warna yang berbeda untuk menunjukan kesan kreativitas bangunan proyek. Material fasad yang dipilih adalah alumunium yang memiliki pola semakin berkurang kepadatannya pada tiap modul.
Hampir seluruh ruangan dalam bangunan memiliki akses ventilasi ke luar sehingga dapat menggunakan penghawaan alami. Untuk ruangan dengan kegiatan yang padat seperti ruang serbaguna, ditambahkan air conditioning sebagai penghawaan tambahan.
Bangunan didominasi oleh curtain wall sehingga memiliki pencahayaan alami yang bagus. Untuk menghindari sinar matahari yang berlebih, sebagian cahaya ditahan kantilever dan selubung curtain wall menggunakan kaca yang dapat meminimalkan radiasi seperti low e-glass.