POJOK MILENIAL

Page 1

Online E-mail Telepon Redaksi Iklan Sirkulasi

: www.pojokmilenial.com : pojok@milenial.com : (0274) 232477 (0274) 232478 (0274) 232479

Pojok Milenial

Sabtu, 5 Oktober 2019 tirto.id - Mahasiswa peserta demonstrasi Gejayan Memanggil jilid 2 mulai membubarkan diri pukul 16.00 WIB. Mereka kembali ke titik kumpul masing-masing yaitu di UIN SUKA dan UGM.

S

ebelum membubarkan diri, mereka menyanyikan lagu-lagu, seperti Indonesia Tanah Air Beta, Sayonara, dan Entah Apa yang Merasukimu. Beberapa poster hari ini juga menyinggung DPR dg lagu tersebut, "entah apa yang merasukimu DPR?" Mahasiswa juga membubarkan diri dengan meneriakkan yel yel "sahkan sahkan RUU PKS"; "berantas berantas kebakaran hutan, kebakaran hutan sekarang juga"; "berantas berantas berantas korupsi, berantas korupsi sekarang juga". Aksi ini dimulai sekitar pukul 12.00 WIB. Mahasiswa dari UGM dan UIN bergerak ke arah Jalan Affandi atau Jalan Gejayan untuk melakukan orasi sejak sekitar pukul 14.00 hingga pukul 16.00 WIB. Orasi yang disampaikan hari ini menuntut pengesahan RUU PKS, kekerasan pada jurnalis, kekerasan pada mahasiswa dan aktivis. Aksi hari ini diikuti ribuan massa yang tergabung mulai dari mahasiswa, pelajar, buruh, masyarakat umum hingga gelandangan. Ada sembilan tuntutan yang diajukan dalam demo Gejalan Memanggil 2. Juru Bicara Aliansi Rakyat Bergerak, Nailendra, mengatakan terdapat sejumlah masalah demokrasi di Indonesia yang belum terselesaikan usai Reformasi'98. "Permasalahan yang menyerang KPK. Pertama, permasalahan yang marak dibahas adalah bagaimana dengan statusnya sebagai lembaga independen menegakkan hukum di bidang korupsi dalam RUU Tindak Pidana Korupsi," kata Nailendra.

001/PojokMillenial/X/YK/19

Rp 5.000 / 15 halaman

Demo Gejayan Memanggil 2 Berakhir Damai, Mahasiswa Bubarkan Diri

Massa aksi Gejayan Memanggil 2 dari titik kumpul uin berjalan ke Jl Affandi atau Jl Gejayan, Senin (30/9/2019). tirto.id/Zaki Amali.

"Kedua, salah satunya yang juga menarik dibahas adalah pegawai KPK yang tidak lagi menjadi Pegawai tetap dan berasal dari luar KPK." Ia melanjutkan, permasalahan ketiga, status ASN yang akan memengaruhi dan menimbulkan pertanyaan terkait independensi KPK dan pemerintah. Keempat, adalah penyelidik KPK yang hanya berasal dari kepolisian. Tak hanya KPK, persoalan lainnya soal pelanggaran HAM dan HAM berat. Hal ini implikasi dari permainan elite politik dalam dinamika UU Pengadilan HAM salah satunya adalah impunitas.

Polisi Pemukul Mahasiswa Pedemo di Medan Segera Disidang Propam

Impunitas didefinisikan sebagai ketidakmungkinan pelaku pelanggaran HAM untuk mempertanggungjawabkan tindakannya. Hal ini menjadi kegagalan negara dalam menegakkan HAM di Indonesia. Terbukti, hampir seluruh pengadilan HAM berakhir tanpa pelaku yang dijerat pidana, kata Nailendra. Ada juga permasalahan UU Pertanahan, militerisme dan pelanggaran HAM di Papua serta pembakaran hutan. Polisi menyiagakan 119 personel untuk mengamankan demo Gejayan Memanggil 2 dari UIN Sunan Kalijaga pada

Senin (30/9/2019). Hal itu disampaikan oleh Kapolsek Depok Barat Amir. Aksi Gejayan Memanggil 2 yang digelar di sepanjang Jalan Affandi, Sleman, DI Yogyakarta, pada Senin (30/9/2019) melibatkan lebih dari 30 petugas medis. Mereka tersebar di persimpangan jalan seperti depan Toko Cat Wawawa dan ada tim berjalan bersama demonstran. Selain itu, tagar #GejayanMemanggil2 menjadi trending topik Twitter hari ini, Senin 30 September 2019. Alasan #GejayanMemanggil2 ramai dicuitkan terkait aksi demon-

strasi #GejayanMemanggil lanjutan pada hari ini, Senin (30/9/2019). Aksi ini dilakukan sebagai penolakan sejumlah rancangan undangan-undangan (RUU) kontroversial. Senin (30/9/2019) melibatkan lebih dari 30 petugas medis. Mereka tersebar di persimpangan jalan seperti depan Toko Cat Wawawa dan ada tim berjalan bersama demonstran. Selain itu, tagar #GejayanMemanggil2 menjadi trending topik Twitter hari ini, Aksi ini dilakukan sebagai penolakan sejumlah rancangan undangan-undangan (RUU) kontroversial.

Polda Metro Tetapkan 380 Tersangka Ricuh Demo 30 September di DPR

Ilustrasi (Foto: Antara Foto)

Oknum polisi yang memukuli mahasiswa pedemo di DPRD Sumut segera menjalani sidang disiplin. Pemukulan mahasiswa beralmamater hijau terjadi saat

"(Hukuman) nanti mereka disidang dulu, kan belum disidang. Mereka jalani sidang disiplin," ujar Kabid Humas Polda Sumut Kombes Tatan Dirsan Atmaja saat dihubungi, Kamis (3/10/2019). Hukuman disiplin, menurut Tatan, akan diberikan sesuai putusan sidang. "Ada sanksi administrasi, pembinaan, mutasi, dan lainnya," bebernya. Sebelumnya, Kapolda Sumut Irjen Agus Andrianto mengungkapkan personel kepolisian yang memukuli mahasiswa saat demo ricuh di gedung DPRD Sumut mendapat hukuman disiplin.

perintah pimpinannya, ya dihukum disiplin. Nanti kalau semua dihukum penjara, tidak ada lagi yang melakukan penjagaan," kata Irjen Agus Andrianto seperti di Medan, Rabu (2/10). "Masalah mau saya gampari, mau saya jungkir-jungkir, itu saya dengan mereka," tegasnya. Ricuh di DPRD Sumut pada 24 September bermula dari pelemparan batu oleh mahasiswa yang berdemo menolak UU KPK baru dan menolak pengesahan RKHUP. Setelah merusak barikade kawat berduri, mendadak mahasiswa menyerang dengan lemparan batu ke arah gedung DPRD. Polisi menembakkan water cannon guna menghalau massa. Namun, di luar gedung DPRD menembakkan gas air mata.

Foto ilustrasi demo ricuh. (Grandyos Zafna/detikcom)

Polda Metro Jaya mengamankan 1.365 pelaku terkait kerusuhan demo di DPR pada 30 September 2019. Sebanyak 380 orang di antaranya ditetapkan sebagai tersangka.

"Kemudian dari 1.365 itu kita menetapkan tersangka sejumlah 380 tersangka kita tetapkan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (3/10/2019). Dari 1.365 orang itu, 126 di antaranya mahasiswa, 611 pelajar, dan sisanya masyarakat sipil. Sedangkan dari 380 tersangka, 179 orang di antaranya ditahan. “Dari 179 kita lakukan penahanan itu ada 2 pelajar yang kita tahan, yaitu dia bawa

sajam kena UU Darurat dan 2 mahasiswa yang kita tahan. Itu dia ada Pasal 170 KUHP itu (terkait) pembakaran Pospol dan perusakan di sana itu ada 2 orang,� jelas Argo. Peran para tersangka itu bervariasi. Ada yang merusak, membakar, melawan polisi, dan membawa senjata tajam. Para tersangka itu juga ada yang datang dari berbagai daerah di luar Jakarta. “Jadi ada beberapa pelaku yang datang ke Jakarta yang sudah diamankan dan ditetapkan tersangka. Itu ada massa dari Depok, Bekasi, Jateng, Sumatera, ada Bogor, Jabar, ada semua dari yang kita amankan,� kata Argo.

Seperti diketahui, aksi demo di depan DPR pada 30 September 2019 berakhir ricuh. Dalam aksi sebelumnya pada 24 September 2019, polisi menetapkan 33 orang sebagai tersangka. Dari 33 orang itu, 24 di antaranya mahasiswa dan 9 pelajar. Polda Metro Jaya juga telah memulangkan ratusan orang yang terciduk dalam aksi ricuh tersebut.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.