MENUJU SEKOLAH PETANI YANG KONTEKSTUAL I. LATAR BELAKANG Tiga kabupaten di Jawa Barat, yaitu Garut, Tasik dan Ciamis, yang sering disebut sebagai Priangan Timur, merupakan basis organisasi tani yang cukup kuat di Indonesia, yakni Serikat Petani Pasundan. Kekuatannya ini bukan hanya meliputi jumlah massanya yang besar, tapi juga karakternya yang progresif dan tak pernah berhenti mengupayakan kemajuan organisasi petani setidaknya di wilayahnya sendiri. Organisasi itu tumbuh besar dengan mempersatukan rakyat tani yang berkonflik dengan perusahaan-perusahaan besar untuk mendapatkan penguasaan atas sumber agraria yang paling utama untuk penghidupan mereka, yaitu tanah.
Ketiga kabupaten itu, bahkan sejak sebelum reformasi menggema, telah melakukan berbagai aksi perjuangan secara lokal. Reklaim tanah, itu awal perjuangan yang mereka lakukan pada umumnya. Aksi ini dilakukan dengan membabati
tanaman
perusahaan
yang
menguasai
tanah,
kemudian
mendudukinya dengan menanami dan mengolah tanah tersebut. Tak jarang memang aksi perjuangan mereka itu mendapat respon yang keras dari pihak perusahaan yang merasa memiliki hak atas tanah tersebut, terutama perusahaan-perusahaan swasta yang membuka perkebunan besar dan perhutani yang memanfaatkan tanah sebagai hutan produksi – yang keduanya memang mendominasi penguasaan tanah di wilayah Priangan Timur. Rakyat membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan mereka, kepentingan ekonomi yang subsisten ini kemudian harus berhadapan dengan modal besar yang memerlukan tanah dalam skala besar untuk kegiatan usaha ekonomi. Dibukanya ruang lebar-lebar bagi pengembangan kegiatan ekonomi secara besar-besaran membuat negara memberi fasilitas bagi pengalihan hak atas sumber agraria dari rakyat kepada perusahaan bermodal besar, dengan demikian tanah yang dikuasai rakyat banyak untuk kelanjutan hidup mereka menjadi semakin sempit, sementara perusahaan bermodal besar yang nota
1