Presentasi Fakta dan Analisis: Kawasan Perkotaan Mungkid

Page 1


Kerangka Pikir Studio

Gambaran umum

Isu Strategis

Tujuan

Sasaran Analisis Aspek

SWOT Potensi dan Masalah Indikasi Program

Arah Pengembangan

Prinsip Perencanaan

Tujuan Perencanaan


PENINJAUAN ARAHAN DOKUMEN PERENCANAAN NASIONAL

RPJP Nasional

RENCANA UMUM TATA RUANG

RENCANA RINCI TATA RUANG

RTRW Nasional ✔

RTR Kepulauan

RPJM Nasional

PROVINSI KABUPATEN/ KOTA

HIERARKI DOKUMEN

PERENCANAAN

\ RENCANA PEMBANGUNAN

RTR KSN Borobudur ✔

RPJP Provinsi

RTRW Provinsi ✔

RTR KSP

RPJM Provinsi ✔

RDTR Magelang

RPJP Kabupaten

RTRW Kabupaten Magelang ✔

RPJM Kabupaten Magelang✔

RTRW Kota

RTR KSKab RDTR Kota RTR KSK

PENINJAUAN KONDISI EKSISTING Industri dan Jasa Spasial

Sarana dan Prasarana

Industri dan Jasa - Aspasial

“Kondisi sarana dan prasarana di Kecamatan Mungkid dan Mertoyudan masih belum optimal”

Meski memiliki potensi pertumbuhan sektoral yang baik untuk Kecamatan Mungkid, baik sektor jasa-jasa maupun sektor industri pengolahan belum mampu menjadi sektor basis untuk Kecamatan Mungkid dan pertumbuhan kedua sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang dibawah pertumbuhan sektoral Kabupaten Magelang. Dengan demikian, secara aspasial, sektor jasa-jasa dan industri pengolahan belum mampu untuk mendukung PKL Kawasan Perkotaan Mungkid.

Kawasan Perkotaan Mungkid sebagai Pendukung Desa Wisata dan Wisata Budaya Menurut RIPPARDA 2014-2034, indikasi program pengembangan desa wisata di sekitar Borobudur yaitu mengembangkan sarana prasarana wisata penunjang desa wisata sesuai dengan ketentuan dalam tata ruang wilayah Kabupaten Magelang.

Menurut RTRW Kab. Magelang, Desa paremono sudah termasuk sebagai Sub Kawasan Pelestarian-1 (SP-1) KSN Borobudur, namun situs makam ageng paremono di Desa Paremono belum ditetapkan sebagai destinasi wisata ziarah Magelang

Potensi desa-desa selain Desa Wisata Mendut (Desa Progowati, Kelurahan Sawitan, Desa Ngrajek) yang dapat dijadikan Desa Wisata di Kecamatan Mungkid untuk mendukung KSN Borobudur.

Industri di Kecamatan Mungkid dan Borobudur sudah cukup berkembang, terbukti dengan adanya kegiatan ekspor ke beberapa negara seperti Eropa, Amerika, Korea, dan Arab Saudi. Jenis industri yang dikembangkan di kedua kecamatan tersebut juga beragam, mulai dari industri makanan, kerajinan, penggergajian kayu, furnitur, dan souvenir.

Transportasi Kecamatan Mungkid belum memenuhi fungsinya sebagai simpul transportasi dengan tidak adanya terminal penumpang, terminal barang, dan stasiun, serta tidak adanya arahan mengenai halte penumpang.


ISU

TUJUAN

Belum optimalnya pemanfaatan potensi dan pemenuhan fungsi PKL kawasan perkotaan mungkid dalam menunjang kepariwisataan KSN Borobudur

Menyusun rencana detail tata ruang Kawasan Perkotaan Mungkid untuk memenuhi fungsinya sebagai PKL dan perannya dalam mendukung KSN Borobudur.

SASARAN STUDIO

PENGUMPULAN

DATA ANALISIS

DATA PERUMUSAN KESIMPULAN MENGGUNAKAN METODE SWOT AGAR ISU


ISU

PERUMUSAN DOKUMEN FAKTA DAN ANALISIS

PERUMUSAN REKOMENDASI FAKTA DAN ANALISIS

PENYUSUNAN DOKUMEN RDTR TUJUAN dan PRINSIP Perencanaan POLA DAN STRUKTUR RUANG

ARAHAN PENGEMBANGAN PERATURAN ZONASI



Kota Mungkid merupakan Ibukota Kabupaten Magelang, terdiri dari Kelurahan Mendut, Desa Deyangan dan Kelurahan Sawitan. Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia, hanya berjarak Âą 3km dari Kota Mungkid

Kawasan Perkotaan Mungkid didukung oleh wilayah Kecamatan Borobudur, Mungkid, Mertoyudan, Salaman dan Tempuran


RTRW Nasional

Pada RTRWN tahun 1996, dsebutkan kawasan Borobudur dan sekitarnya sebagai kawasan yang potensial untuk tumbuh, dengan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan

RTRW Provinsi Jawa Tengah Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, yaitu Kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang

RTR KSN Borobudur Kawasan Strategis Nasional (KSN) Borobudur yang terdiri atas Subkawasan Pelestarian (SP) 1 dan SP 2 serta telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia dalam Dokumen Daftar Warisan Dunia Nomor C592 Strategi pengembangan : • Mempertahankan cagar budaya dari kerusakan permanen dan mencegah ahli fungsi lahan dari pertanian dan hutan • Membatasipengembangan kawasan terbangun perkotaan • Membatasi kegiatan pemanfaatan ruang yang mengancam kerusakan Situs Cagar Budaya yang belum tergali RTRW Kabupaten Magelang Pusat pertumbuhan Kota Mungkid, diprioritaskan sebagai Pusat pengembangan wisata budaya dan Pusat pengembangan desa wisata Sebagai ibukota Kab. Magaleng, Kota Mungkid diarakan untuk Pengembangan PKL Fungsi PKL sebagai simpul transportasi dan/atau pusat kegiatan industri dan jasa


JENIS

DESTINASI

DESTINASI Wisata alam

1.

Arung jeram sungai elo

( Desa Progowati) Wisata budaya 1.

Candi mendut ( Kelurahan Mendut)

2. Museum Haji Widayat (Kelurahan Sawitan) Desa Wisata

1. Desa Wisata Mendut

Wisata Buatan 1.

Pembibitan Ikan Ngrajek (Desa Ngrajek)

2. Taman Rekreasi Mendut

(Kelurahan Mendut)

Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 4

Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Magelang Tahun 2014-2034



Belum optimalnya pemanfaatan potensi dan pemenuhan fungsi PKL kawasan perkotaan mungkid dalam menunjang kepariwisataan KSN Borobudur



Menyusun Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mungkid untuk memenuhi fungsinya sebagai PKL dan perannya dalam mendukung KSN Borobudur.


Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut: Mengidentifikasi kondisi fisik, sosial, ekonomi, dan kependudukan Kawasan Perkotaan Mungkid

Menganalisis sektor-sektor ekonomi strategis yang mendukung Kawasan Perkotaan Mungkid dalam menunjang KSN Borobudur

Menganalisis kecukupan serta kebutuhan sarana dan prasarana Kawasan Perkotaan Mungkid dalam mendukung kepariwisataan KSN Borobudur

Menganalisis sistem kelembagaan di Kawasan Perkotaan Mungkid dalam mendukung KSN Borobudur

Menganalisis kesesuaian dan kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan dengan mempertimbangkan KSN Borobudur

Merumuskan rencana pengembangan dan pembangunan Kawasan Perkotaan Mungkid dalam mendukung KSN Borobudur


Kota Mungkid = Mendut, Sawitan, Deyangan

SP1 dan SP2 di Kec. Mungkid = Progowati, Sawitan, Mendut, Pabelan, Ngrajek, Rambeanak, Paremono, Bojong, Borobudur, Wanurejo

Segitiga emas yaitu Jalan Raya Borobudur, Jalan Magelang Purworejo, dan Jalan Soekarno Hatta = Pasuruhan, Bumirejo

Disekitar Jalan Arteri = Mungkid, Ambartawang, Blondo



SKL Morfologi

SKL Kemudahan Dikerjakan

SKL Kestabilan Lereng

SKL Kestabilan Pondasi

SKL Ketersediaan Air

SKL untuk Drainase

SKL terhadap Erosi

SKL terhadap Bencana


Kemampuan Lahan

Arahan Tata Ruang Pertanian

Arahan Rasio Tutupan Lahan

Arahan Ketinggian Bangunan

Arahan Pemanfaatan Air Baku


Lahan Pertanian Eksisting

Arahan Pertanian LP2B




Jumlah Penduduk Tahun 2010 - 2015

Mendut Sawitan Mungkid Ambartawang Blondo Progowati Pabelan Ngrajek Rambeanak Bojong Paremono Deyangan Pasuruhan Bumirejo Wanurejo Borobudur

10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 2010

2011

2012

2013

2014

2015


• Jumlah penduduk yang tertinggi ada di Desa Pabelan dan Desa Borobudur. • Piramida penduduk menunjukkan banyak jumlah penduduk usia kerja (15 – 64 tahun) di wilayah studi • Secara umum tingkat tingkat kepadatan penduduk yang ada di wilayah studi termasuk dalam kategori kepadatan rendah, namun terdapat Desa Progowati memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi yaitu 138.24 Jiwa/Ha pada tahun 2015.

Piramida Penduduk Wilayah Studi Tahun 2014 75+ tahun 70-74 tahun 65-69 tahun 60-64 tahun 55-59 tahun 50-54 tahun 45-49 tahun 40-44 tahun 35-39 tahun

30-34 tahun 25-29 tahun 20-24 tahun 15-19 tahun 10-14 tahun 5-9 tahun 0-4 tahun -10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00


102000 100000

99166

98000

95883

96000 94000

92715

92000 90000

89658

88000 86000

86708

84000 82000 80000 2016

2021

2026

2031

2036

Proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode proyeksi eksponensial dengan laju ratarata pertumbuhan penduduk sebesar 0.693% setiap tahunnya dan tahun dasar 2010


Angka Harapan Hidup (tahun)

Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 76

80 78 76 74 72 70 68 66 64 62 60

74 72 70

Kawasan Perkotaan Mungkid

68

Provinsi Jawa Tengah

66

2011

2012

2013

2014

70.07

70.18

70.23

70.63

73.25

71.4

71.55

71.71

71.97

73.46

Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah

64 62

2010

2010

2011

2012

2013

2014

TPAK Kawasan Perkotaan Mungkid (%)

74.08

71.52

74.52

70.35

71.76

TPAK Provinsi Jawa Tengah (%)

70.6

70.77

71.43

70.72

69.68

TPAK Nasional (%)

67.72

68.34

67.88

66.9

66.6

Sumber: Kecamatan Mungkid, Borobudur, Mertoyudan dalam Angka

7.6 7.4 7.2 7 6.8 6.6

2010

2011

2012

2013

2014

Kawasan Perkotaan Mungkid (Tahun)

7.26

7.33

7.55

7.55

7.02

Provinsi Jawa Tengah (Tahun)

7.24

7.29

7.39

7.43

6.93


14%

Candimulyo Dukun Bandongan Sawangan 2.05% 3.04% Ngluwar 2.17% 3.05% Tegalrejo 2.21% Pakis 2.69% Salaman 3.15% 3.40%

Mertoyudan 16.34%

Kaliangkrik 3.92%

Muntilan 7.10%

Salam 4.11% 23%

26%

3% 7%

23%

8% 3% 0% 7%

PDRB Kec. Borobudur

Secang 6.48%

Kajoran 4.16% Tempuran 4.81%

Borobudur 4,82%

Ngablak 4.92%

1% 5% 17%

Mungkid 5,05%

53% 4% 1%

Srumbung 7.63%

Windusari 3.63%

5%0%

PDRB Kec. Mertoyudan 3%

13%

23%

11% 7%

Grabag 5.26%

10% 25%

7% 1%

PDRB Kec. Mungkid Sumber : BPS Kabupaten Magelang 2016


Desa Ambartawang Pertanian Industri ceriping pisang

Desa Blondo Banyak perdagangan Toko kelontong

Desa Mungkid Industri Kertas Toko Kelontong Banyak usaha perdagangan

Desa Bumirejo Warung kelontong Desa Paremono Usaha kelontong

Desa Bojong UMKM sapu rayung

Desa Rambeanak Potensi pertanian Industri pengolahan

Desa Pabelan Usaha pahat batu UMKM sapu rayung Lahan pertanian

Desa Deyangan Usaha kripiik talas dan kripik pisang Desa Borobudur Candi Borobudur Banyak homestay Usaha kerajinan

Kelurahan Sawitan Pusat PKL Banyak usaha jasa dan perdagangan Pusat pemerintahan

Desa Ngrajek Pembibitan Ikan Kelurahan Mendut Candi Mendut Usaha berbasis wisata Desa Wanurejo Candi Pawon Desa Wisata Kopi Luwak

Desa Progowati Wisata arum jeram Usaha sembako

Perdagangan, Restoran, dan Hotel

Jasa-Jasa

Industri Pengolahan

Pertanian dan Perikanan


Sanggar Nakula Sadewa Komoditas : Kerajinan Kayu Rata Rata Ekspor/Tahun : 18.780 USD

Mirasa Food Industry Komoditas : Keripik Singkong Rata Rata Ekspor/Tahun : 329.456 USD

Furniture and Root Art Centre Komoditas : Kerajinan Kayu Rata Rata Ekspor/Tahun : 13.682 USD

PT Kayu Lima Utama Komoditas : Kayu Olahan Rata Rata Ekspor /Tahun: 2.804.795 USD


Tabel Kecukupan Sarana Perkotaan Tahun 2016 Sarana

Pendidikan

Kesehatan

Perdagangan

Peribadatan

Jenis Sarana

Jumlah Penambahan Eksisting Unit

TK SD SMP SMA Rumah Sakit

29 51 18 11 1

67 3 0 7 0

Rumah Sakit Bersalin

4

0

Puskesmas Praktek Dokter Posyandu Apotek Toko/warung Pasar Lingkungan Masjid Musola Gereja Vihara

3 4 170 6 219 1 103 84 2 1

0 14 0 8 129 2 0 264 0 0

Tabel Kebutuhan Sarana Perkotaan per 5 Tahunan Sarana

Pendidikan

Kesehatan

Perdagangan

Peribadatan

Jenis Sarana

2016

2021

2026

2031

2036

TK

96

71

74

77

80

SD

54

56

58

60

62

SMP

18

19

19

20

21

SMA

18

19

19

20

21

Rumah Sakit

0

0

0

0

0

Rumah Sakit Bersalin

3

3

3

3

3

Puskesmas

0

0

0

0

0

Praktek Dokter

18

18

19

20

20

Posyandu

71

71

72

75

80

Apotek

3

3

3

3

3

Toko/warung

347

359

371

384

397

Pasar Lingkungan

3

3

4

4

4

Masjid

35

37

38

39

40

Musola

348

357

370

382

396

Gereja

0

0

0

0

0

Vihara

0

0

0

0

0



Jumlah Wisatawan Domestik dan Mancanegara per Bulan Tahun 2016 678079.061

700000 564423.833

600000 500000

426137.386 348786.936

200000

274213.583 257785.347

240063.466 203245.471

14,000,000

12,949,258

12,000,000

400000 347733.994

300000

Proyeksi Wisatawan Domestik dan Mancanegara per 5 Tahunan

244609.251

179429.672

100000

226074.070

10,000,000

9,648,120

8,000,000

7,188,538

6,000,000 4,000,000

3,990,582

5,355,973

2,000,000

0

0 2016

10.933

wisatawan per hari

2021

2026

2031

2036


21 hotel 263 kamar

21+107

18 homestay

263 + 30.217 kamar

hotel

96 kamar 1 Guest house | 8 kamar

30

1+1

Rumah makan

1 Rumah sakit

Rumah sakit

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Sumber: Hasil Analisis, 2016

128 hotel

171 hotel

230 hotel

380 hotel

417 hotel

30.480 kamar

40.860 kamar

54.960 kamar

73.860 kamar

98.820 kamar

2016

2021

2 RS

2026

3 RS

2031

4 RS

2036

5 RS


Analisis Kebutuhan:

Supply / Kondisi Eksisting

Demand Proyeksi Eksisting Demand

Hasil Analisis Kecukupan Kebutuhan


Analisis Kecukupan:

Supply / Kondisi Eksisting

Demand Eksisting

Hasil Analisis Kecukupan


Pemilihan Prasarana Berdasarkan: • Perda No. 5 tahun 2011 tentang RTRW Kab. Magelang (Pasal 7, 8, dan 11)  Prasarana Dasar • Permen No. 57 tahun 2010  Standar Pelayanan Perkotaan • SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan • RTR KSN Borobudur  terdapat beberapa prasarana yang tidak boleh dikembangkan di KSN Borbudur • Kondisi eksisting Kawasan Perkotaan Mungkid

Prasarana yang Ditinjau: Transportasi - Jaringan Jalan - Terminal - Moda Transportasi - Perparkiran Energi Kelistrikan Sumber Daya Air - Irigasi - Air Bersih

Telekomunikasi Telepon Kabel

Limbah - Limbah Padat (Persampahan) - Limbah Cair Drainase Prasarana Kebencanaan


Kondisi Jalan Arteri dan Kolektor di Kawasan Perkotaan Mungkid Hierarki Jalan

Nama Jalan

Lebar Jumlah Jalan Lajur (m)

Magela Arteri ng6,68 m (Nasional) Yogyaka rta Soekarn 10 m o Hatta Kolektor Soekarn 8m (Provinsi) o Hatta Mayor 8m Kusen

Arus

Keterang an

4

Lancar

Tidak rusak

4

Lancar

4

Lancar

2

Lancar

Sumber: Hasil Observasi Studio Mungkid, 2016

Tidak rusak Tidak rusak Tidak rusak


Kondisi Jalan Arteri dan Kolektor di Kawasan Perkotaan Mungkid Hierarki Jalan

Nama Jalan

Lebar Jumlah Jalan Lajur (m)

Magela Arteri ng6,68 m (Nasional) Yogyaka rta Soekarn 10 m o Hatta Kolektor Soekarn 8m (Provinsi) o Hatta Mayor 8m Kusen

Arus

Keterang an

4

Lancar

Tidak rusak

4

Lancar

4

Lancar

2

Lancar

Sumber: Hasil Observasi Studio Mungkid, 2016

Tidak rusak Tidak rusak Tidak rusak


• Terdapat jalan yang kurang dari lebar standar. • Jalan yang ada tidak mengalami kemacetan, hanya terkadang kepadatan sering terjadi dikarenakan guna lahan di sekitar jalan yang bermacam. • Kondisi jalan tidak mengalami kerusakan walaupun sering dilalui kendaraan yang lalu-lalang.

Level of Service Jalan di Kawasan Perkotaan Mungkid Level of Service Nama Jalan

Weekday

Weekend

Pagi

Sore

Pagi

Sore

Jalan Magelang Yogyakarta (segmen 1)

C

C

C

C

Jalan Magelang Yogyakarta (segmen 2)

C

C

C

E

Jalan Borobudur (segmen 1)

B

B

C

C

Jalan Borobudur (segmen 2)

B

B

B

B

Jalan Mayor Kusen (segmen 1)

C

C

C

C

Jalan Mayor Kusen (segmen 2)

C

C

C

C

Jalan Ir. Soekarno-Hatta (segmen 1)

B

B

B

B

Jalan Ir. Soekarno-Hatta (segmen 2)

B

B

A

A

Jalan Kleben

C

C

C

C

Jalan Jenderal Sudirman

C

C

C

C

Hasil traffic-counting  Volume Capacity Ratio  Level of Service: Segmen jalan di lokasi traffic counting mayoritas bernilai C yang artinya bahwa segmen jalan di lokasi traffic counting memiliki arus yang stabil dengan kecepatan dan gerak kendaraan yang dikendalikan. Sumber: Hasil Traffic Counting Studio Mungkid, 2016


Ketersediaan Fasilitas Berdasarkan Permen No. 132 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan Fasilitas

Tersedia

Jalur pemberangkatan kendaraan umum

v

Jalur kedatangan kendaraan umum Tempat parkir kendaraan umum Bangunan kantor terminal Tempat tunggu penumpang dan/atau Fasilitas Utama pengantar Menara pengawas Loket penjual karcis Rambu-rambu dan papan informasi Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi Kamar kecil/toilet Musholla Kios/kantin Ruang pengobatan Fasilitas Penunjang Ruang informasi dan pengaduan telepon umum Tempat penitipan barang Taman Lainnya Bus Ojek Becak Jenis Angkutan Taksi Umum yang Ada Angkutan kota/ mikrolet Metromini Lainnya

v v v

Sumber: Hasil Observasi Studio Mungkid, 2016

Tidak Tersedia

v v

v v v

v v v

v

v

v v v v

Lokasi terminal: Kecamatan Borobudur

v v v

v v v

Terminal Borobudur termasuk dalam golongan terminal tipe C ďƒ keberadaan fasilitas belum sesuai standar


•

•

Angkutan umum melewati semua desa namun angkutan-angkutan ini hanya melewati jalan tertentu seperti jalan arteri, jalan kolektor dan beberapa jalan kolektor. Kondisi angkutan umum yang ada cenderung baik dilihat dari tingkat kemacetan kecil, biaya yang tidak mahal, angkutan umum mudah ditemukan dan sarana yang ada cukup memadai (Sumber: Hasil Pengolahan Kuesioner Studio Mungkid, 2016)

•

Penggunaan angkutan umum di Kawasan Perkotaan Mungkid sangatlah rendah dikarenakan rute angkutan yang mayoritas tidak sampai ke tujuan bahkan tidak melewati lokasi tujuan.


Kendaraan yang Menuju Tempat Wisata

Demand Konversi SMP  SRP  Luasan Area Parkir Total

Lainnya 6%

Bus Pariwisata 20%

Mobil 33%

Motor 40%

Sumber: Hasil Pengolahan Kuesioner Studio Mungkid, 2016

Supply Titik parkir eksisting

Demand luas total = Demand berdasarkan kendaraan + Sirkulasi (20%)

Gap = Supply – Demand = 279.559 m2


Analisis Kecukupan Supply Sambungan Telepon Rumah Sambungan Telepon Umum

Demand

(sst)

(sst)

Supply - Demand (sst)

9.000

11.272

-2.272

0

347

-347

Sumber: Hasil Analisis Studio Mungkid, 2016

Menurut hasil perhitungan, sambungan telepon yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan masyarakat yang ada pada tahun 2016. Pada kenyataannya, permintaan pemasangan sambungan telepon rendah = masyarakat kurang membutuhkan sambungan telepon?

Analisis Kebutuhan Menurut hasil perhitungan, kebutuhan sambungan telepon di tahun 2021, 2026, 2031, dan 2036 tidak dapat dicukupi dengan supply sambungan yang ada pada tahun 2016.


Analisis Kecukupan

Analisis Kebutuhan

Total Kebutuhan Daya Listrik per Hari pada Tahun 2016 Kategori Kebutuhan Rumah Tangga Sarana Prasarana Perkotaan Penerangan Jalan Wisatawan Total

Kebutuhan Daya Listrik per Hari (kilowatt) 39.081,54 9.754,63 5.852,78 9.847,73 64.536,68

Sumber: Hasil Analisis Studio Mungkid, 2016

• Supply Kawasan Perkotaan Mungkid telah memiliki 421 gardu distribusi • Demand Setiap 200 kW = 1 gardu listrik  Total kebutuhan daya listrik 64.536 kW = membutuhkan 323 gardu distribusi Kebutuhan listrik Kawasan Perkotaan Mungkid pada tahun 2016 masih dapat dilayani oleh gardu distribusi yang ada.

Total Kebutuhan Daya Listrik per Hari dan Gardu Listrik pada Tahun Proyeksi Tahun 2021 2026 2031 2036 Jumlah Penduduk (jiwa) 89.658 92.715 95.883 99.166 Jumlah Wisatawan per Hari pada Bulan 29.371 39.421 52.909 71.012 Desember (jiwa) Rumah 40.346,15 41.721,81 43.147,33 44.624,62 Tangga Sarana 10.086,54 10.430,45 10.786,83 11.156,15 Perkotaan Kebutuhan Penerangan Daya Listrik 6.051,92 6.258,27 6.472,10 6.693,69 Jalan (kilowatt) Wisatawan 13.217,16 17.739,46 23.809,07 31.955,43 Total Kebutuhan Gardu Listrik (unit)

69.701,77 76.149,99 84.215,34 94.429,89 349

381

421

472

Sumber: Hasil Analisis Studio Mungkid, 2016

Gardu listrik yang sudah ada hanya dapat memenuhi kebutuhan hingga tahun 2031.


Hasil Pengolahan GIS : Jumlah lahan pertanian sawah irigasi di Kawasan Perkotaan Mungkid = 2351,75 Ha ďƒ merupakan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang terdapat di seluruh desa dan kelurahan . Dari total LP2B sebesar 2351,75 Ha, sebesar 2098,75 merupakan LP2B sawah dan sisanya tegalan. Maka, infrastruktur irigasi yang dibutuhkan adalah sejumlah lahan sawah irigasi saat ini yaitu 2351,75 Ha.


Sumber Air Bersih

Supply Eksisting Air Bersih

6.57 4.38

di Kawasan Perkotaan Mungkid

10.22

Air Produksi PDAM

37.23

No

Mata Air

Cakupan Layanan

Debit

Debit

yang

Produksi

Tidak

Asli

(L/dt)

(m3)

(L/dt)

Diambil PDAM (L/dt)

41.61 PDAM Lainnya Ledeng

Sumur Pompa

Tahun 2016 PDAM 37,23% Non PDAM 62,77 %

1

Semaren

2

Blambangan

3

Combrang

4

Karang Ampel

Mungkid, Ambartawang, Blondo,

200

62,88

1.955.820

137,12

240

45,67

1.420.524

194,33

Ngrajek, Progowati

70

14,85

461.892

55,15

Blondo, Bumi Rejo

200

52,56

1.697.040

147,44

710

175,96

5.535.276

534,04

Pabelan, Senden, Bojong Mungkid, Progowati, Paremono, Rambeanak, Sawitan

Total


Analisis Kecukupan dan Kebutuhan Air Bersih Tahun

Demand (L/dt) Penduduk

Wisatawan

Supply

Kecukupan (L/dt)

(L/dt)

2016

151,04

8,60

710

550,36

2021

181,75

11,50

710

516,75

2026

197,17

15,43

710

497,40

2031

212,70

20,72

710

476,58

2036

229,07

26,21

710

454,72

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Kecukupan air bersih dengan supply eksisting yang ada masih surplus hingga tahun 2036


Analisis Kondisi


Analisis Kondisi Masalah 2 Desa / Kelurahan 1 1 Ambartawang v v 2 Blondo v 3 Bojong v 4 Borobudur v v 5 Bumirejo 6 Deyangan v 7 Mendut 8 Mungkid v v

No

No 9 10 11 12 13 14 15 16

Desa / Kelurahan Ngrajek Pabelan Paremono Pasuruhan Progowati Rambeanak Sawitan Wanurejo

Masalah 1 2 v v v v v v v

Masalah 1: Terdapat titik drainase yang memerlukan perawatan 2: Terdapat titik genangan

Terdapat pula masalah terdapat daerah yang belum terpasang saluran drainase.

v

v


Analisis Kecukupan • • •

Motor sampah : tidak cukup Pick up : tidak cukup Wadah komunal : cukup (hanya utk Desa Ngrajek)

TPS / TPSS : semua masih cukup menampung timbulan sampah dari daerah pelayanannya kecuali TPSS Kel. Sawitan

TPA / TPSA : sudah penuh sejak 2014  diperkirakan hingga akhir tahun 2015, kelebihan volume sudah mencapai ± 308.051.000 liter

Analisis Kebutuhan • Berdasarkan SNI 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman, kebutuhan prasarana yang dihitung: wadah komunal, komposter komunal, alat pengumpul (gerobak, container, armroll truk), TPS  Kuantitas kebutuhan di tahun 2016, 2021, 2026, 2031, 2036: kebutuhan dalam Kondisi I < Kondisi II = Kondisi III • Kebutuhan Lahan TPSA yang Baru  Kuantitas kebutuhan lahan di tahun 2016, 2021, 2026, 2031, 2036: kebutuhan lahan dalam Kondisi I < Kondisi III < Kondisi II


Ketersediaan Prasarana Pengolahan Air Limbah Eksisting No

Jenis Prasarana Pengolahan Limbah

Lokasi Tahun

Kecamatan

Desa

Dusun

Kapasitas Terbangun (Pxlxt/m3)/m

Jumlah Jiwa Terlayani

2

1

MCK DAN IPAL

2007 Mungkid

Bojong

Karanggondang

25

m3

250

jiwa

2

MCK DAN IPAL

2009 Borobudur

Bumiharjo

Sigug

25

m3

250

jiwa

3

MCK DAN IPAL

2010 Mungkid

Paremono

Paremono

7,5

m3

75

jiwa

4

IPAL KOMUNAL

2012 Mungkid

Ngrajek

Nglaseman

40

m3

450

jiwa

97,5

m3

1.025

jiwa

Jumlah

Sumber: DPU ESDM, 2016

Jumlah penduduk ďƒ kepadatan penduduk: Dengan proyeksi jumlah angka kepadatan penduduk di kawasan perkotaan mungkid yang kurang dari 200 jiwa per hektar maka prasarana yang direkomendasikan adalah perencanaan sistem on-site yang lebih diarahkan baik septic tank individual maupun komunal dan dilengkapi dengan peningkatan sarana penampungan lumpur tinja meliputi mobil tinja dan IPLT.


Ketersediaan Prasarana Kebencanaan (Tempat Evakuasi Akhir (TEA)) di Kawasan Perkotaan Mungkid Desa

Jenis Ruang Evakuasi

Mungkid

Balai Desa Mungkid

Ngrajek

Lapagan SD

Deyangan

Balai Desa Deyangan

Ambartawa ng

Balai Desa Ambartawang Lahan kosong balai desa

Bumirejo

Balai Desa Bumirejo

Fasilitas Panjang Lebar Penunjang (m) (m) yang Ada dan Fungsinya 15 m 7m Toilet (berjumlah 2) Dekat tanah lapang Lapangan, 50 m 20 m kelas 15 m

12 m

15 m

15 m

10 m

20 m

a.

Kursi, meja, lapangan, dan dekat mushalla

n.

.a.

Gedung, WC umum n

Sumber: BPBD Kab. Magelang, Hasil Observasi Studio Mungkid, 2016

n.a. n.a.

Demand Eksisting: Jumlah Pengungsi Tahun 2010 di TEA Kawasan Perkotaan Mungkid = 6.124 jiwa  kebutuhan total ruang sebesar 3.062 m2 (Neufert, 2001: standar 0.5 m2 / orang) Supply Eksisting: Total Luas TEA eksisting = 1.710 m2

TEA eksisting belum dapat memenuhi kebutuhan dari segi luas dan kelengkapan fasilitas.


Bupati Wk. Bupati

Dinas Daerah (13)

Lembaga Teknis Daerah, Satpol PP, dadan Lembaga Lain (12) A. Lembaga Teknis Daerah (8) B. Satuan Polisi Pamong Praja C. Lembaga Lain (3)

Staff Ahli Bupati (3)


DPRD

Setwan

Kecamatan (21)

Sekretaris Daerah

Kelurahan (5) Asistensi Pemerintah

Asistensi Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat

Asisten Administrasi Umum


Camat Sekertaris Camat

Kel. Jabatan Fungsional

Kasubag

Kasubag Permonevlap

Adm Umum

Kasi Tata Pemerintahan

Kasi PMD

Kasi Trantib & Kesra

Kasi Potwil


Camat Sekertaris Camat

Kel. Jabatan Fungsional

Subbag Perencaan, Moevlap

Kasubag Permonevlap

Kasi Tata Pemerintahan

Staff

Kasi PMD

Kasi Trantib & Kesra

Staff

Staff

Subbag Administrasi Umum

Kasi Potwil

Staff


- Pengelolaan dilaksanakan oleh Menteri

- Lembaga Konservasi berfunsi untuk mempertahankan keaslian dari Candi Borobudur

- PT Taman berfungsi untuk menjaga wilayah sekitar - Peran masyarakat dalam konservasi dan memberikan penataan ruang Kawasan program untuk meningkatkan Borobudur dikalukan untuk menjamin pelestarian Kawasan pengunjung Candi Borobudur Borobudur sebagai Kawasan - Pemda Kabupaten Magelang Cagar Budaya nasional dan berfungsi untuk meningkatkan warisan budaya dunia kesejeahteraan masyarakat melalui pengembangan desa wisata, pengelolaan terminal dan parkir

Pada Praktiknya

Menurut Arahan

1. Pengelolaan Kawasan Borobudur


2. Dampak KSN Borobudur Apakah Borobudur memberikan manfaat bagi masyarakat?

• 28 orang mengatakan “Ya” • 109 Mengatakan “Tidak” Sumber : Kuesioner masyarakat.

Untuk masyarakat yang memilih “Ya” biasanya dirinya atau keluarganya memiliki pekerjaan sebagai pedagang di sekitar Candi Borobudur.

Didapat dari hasil kuesioner dan wawancara, tidak banyak masyarakat di dalam wilayah studi yang merasakan manfaat dari keberadaan Candi Borobudur. Desa-desa di dalam wilayah studi pun tidak memiliki peran khusus dalam mengelola KSN Borobudur, hanya sekedar menjalankan arahan dari pemerintah terkait KSN Borobudur. Sementara dalam pengelolaan Kawasan Perkotaan Mungkid, desa-desa memiliki potensi masing-masing untuk menyumbang ekonomi daerah.


Usulan Model Kelembagaan Kawasan Perkotaan Mungkid Pembentukan Badan Kerja Sama Kawasan Perkotaan Mungkid Sebuah organisasi perencanaan dan pengelolaan

Anggota: pemerintah daerah dan profesional

Anggaran: pemerintah daerah terkait Tugas: melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan kegiatan-kegiatan yang dikerjasamakan serta penyusunan anggaran pembangunan



Memiliki curah hujan yang tinggi dan cocok untuk pertanian

Kemampuan pengembangan lahan baik

Sebagian besar arahan rasio tutupan lahan sangat tinggi, yaitu 50%

Terdapat beberapa daerah di Kawasan Perkotaan Mungkid yang dapat dibangun hingga lebih dari 4 lantai

Masih banyak Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan daerah resapan air


Terpenuhinya sarana peribadatan, permukiman dan posyandu hingga tahun 2036

Daya dukung lahan untuk pengembangan Kawasan Perkotaan Mungkid hingga tahun 2031 masih cukup

Sarana pendukung dasar dalam objek wisata sudah lengkap dan layak

Jalan Magelang-Yogyakarta menjadi akses utama yang dilalui oleh wisatawan Candi Borobudur

Terdapat aglomerasi perdagangan dan jasa di sepanjang jalan arteri dan kolektor di Kawasan Perkotaan Mungkid

Terdapat UMKM yang memiliki pembeli di luar Kawasan Perkotaan Mungkid


Terdapat banyak daya tarik wisata

Terdapat potensi unggulan berupa kerajinan dan hasil olahan berbasis pertanian

Penduduk usia produktif lebih banyak daripada usia tidak produktif

Angka Partisipasi Pendidikan (APK) Kasar dan Murni di Kawasan Perkotaan Mungkid di tiga jenjang pendidikan > 50%

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kawasan Perkotaan Mungkid selalu berada di atas TPAK provinsi dan nasional

Ketersediaan air tercukup dengan baik karena terdapat banyak sumber seperti sungai, air tanah dan mata air

Akses jalan baik

Kebutuhan gardu listrik hingga 2036 sudah terpenuhi


Pendapatan masyarakat desa rendah karena sebagian besar pekerjaan penduduk desa adalah buruh tani ataupun pekerja serabutan

Mahalnya harga lahan sehingga terjadi ketimpangan kepemilikan

Adanya masalah dalam pengadaan bahan baku UMKM dilihat dari ketergantungan dan mahalnya harga

Kualitas perikanan dan pertanian menurun karena hama.

Pemilik usaha terlalu bergantung dengan pemerintah untuk membantu usaha

Adanya ketimpangan yang besar antara jumlah wisatawan Candi Borobudur dengan Candi Mendut dan Candi Pawon


Tingkat pengangguran terbuka meningkat sejak 4 tahun terakhir

Rata-rata lama sekolah di Kawasan Perkotaan Mungkid berkisar 7 tahun atau setara dengan SMP kelas 1

Kurangnya fasilitas parkir motor di objek wisata Candi Borobudur

Sarana kesehatan di Kawasan Perkotaan Mungkid masih kurang dan belum tersebar merata

Sarana penginapan di Kawasan Perkotaan Mungkid kurang diminati dibanding sarana penginapan di Yogyakarta

Eksternalitas positif Candi Borobudur tidak dirasakan secara merata oleh penduduk Kawasan Perkotaan Mungkid

Mayoritas jalan belum memenuhi standar


Adanya rencana pembangunan stasiun dan jalur kereta api dari Yogyakarta hingga Magelang

Adanya pengembangan UMKM yang mendukung desa wisata

Keberadaan Candi Borobudur sebagai world heritage mampu memberikan eksternalitas positif, seperti terdorongnya kegiatan ekonomi masyarakat sekitar

Rencana pembuatan showroom di beberapa desa untuk memasarkan produk UMKM

Adanya rencana KEK yang mampu mendorong jumlah wisatawan, sehingga meningkatkan ekspor kerajinan kayu daerah setempat


Terdapat rencana pembangunan rumah sakit baru di Kecamatan Mertoyudan

Jumlah wisatawan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan dari luar negeri mengalami peningkatan tiap tahun

Alih fungsi lahan pertanian cenderung sedikit yaitu hanya sekitar 2% dari tahun 2008

Adanya rencana pengembangan kawasan berupa pengadaan titik pusat parkir bus wisatawan dan 5 titik parkir untuk mobil pribadi

Adanya rencana penerapan TPST sehingga memungkinkan Kawasan Perkotaan Mungkid memiliki sistem persampahan yang baik

Adanya rencana pembangunan bandara internasional di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY


Adanya pembatasan pembangunan dan pengembangan SP1 dan SP2 di Kawasan Perkotaan Mungkid

Kawasan rawan bencana di Kawasan Perkotaan Mungkid belum dilengkapi TEA yang memenuhi standar

Sebagian besar lahan direncanakan sebagai LP2B (48,23% dari luas kawasan) sehingga pembangunan sangat terbatas

Ketersediaan sumber air bersih tidak bisa mencukupi kebutuhan air bersih untuk 7 juta wisatawan pada tahun 2019

Adanya persaingan usaha hotel di Kawasan Perkotaan Mungkid dengan Kota Yogyakarta

Kebutuhan sarana kesehatan yang banyak, memerlukan perencanaan dan pembiayaan yang baik

Perekonomian di Kawasan Perkotaan Mungkid diserap oleh perekonomian daerah-daerah sekitarnya seperti Yogyakarta dan Magelang

Adanya KEK memicu munculnya pedagang dari luar Kawasan Perkotaan Mungkid yang dapat mengancam potensi ekonomi lokal


Strength – Weakness – Opportunity - Threat


Mengintensifkan pembangunan di luar SP1, SP2 dan LP2B

Memanfaatkan RTH sebagai TES

Membangun hotel di sekitar Jalan Magelang – Yogyakarta

Memanfaatkan bangunan tinggi yang ada untuk menjadi TEA

Akses menuju Hotel dapat didukung dengan kondisi jalan yang baik


Melakukan pelatihan pemuda dan lokakarya guna mengembangka potensi lokal (pariwisata, UMKM, industri kecil) di Kawasan Perkotaan Mungkid

Membangun kerjasama antara Hotel dengan objek wisata dan industri kreatif

Investasi teknologi pengolahan air oleh lembaga terkait

Pembangunan bangunan >2 lantai (S21) untuk meminimalisir tutupan lahan yang menyebabkan peningkatan run-off.


Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan sehingga masyarakat mampu berdaya saing

Mengembangkan sarana kesehatan dengan pembiayaan yg efisien

Mengembangkan daya tarik objek wisata melalui pemberdayaan UMKM dan peningkatan kuantitas dan kualitas sarana pariwisata

Peningkatan fasilitas tanggap bencana dan TEA yang memenuhi standar


Pengadaan titik pusat parkir bus wisatawan dan 5 titik parkir untuk kendaraan pribadi Pembuatan TPST untuk mengurangi volume sampah ke TPSA Merealisasikan rencana pembangunan rumah sakit tipe B guna pemerataan sarana kesehatan dan mengurangi angka kematian bayi, balita, dan ibu Spesialisasi petani guna meningkatkan produktivitas padi dan menekan harga beras di pasar


Mendukung implementasi rencana pembangunan pemerintah yang dapat berkontribusi dalam kepariwisataan Kawasan Perkotaan Mungkid

Mendorong pengembangan desa wisata berbasis pertanian

Mendorong pertumbuhan UMKM yang mampu mengangkat potensi lokal



POTENSI

1. Dilewati jalan raya arteri 2. Terdapat Industri Pengolahan yang sudah rutin melakukan kegiatan ekspor 3. Kemampuan lahan baik, terlihat dari morfologi, kemudahan dikerjakan, kemampuan pondasi, , dan ketersediaan air 4. Drainase cenderung kurang karena air permukaan tidak mudah mengalir 5. Memiliki kemampuan untuk dikembangkan sebagai perkotaan agak tinggi 6. Memiliki rasio tutupan lahan yang tinggi yaitu hingga 50% 7. Bangunan dapat dibangun lebih dari 4 lantai 8. Terdapat beberapa lahan yang dapat diubah ke non pertanian 9. Jenis Tanah Latosol, dimana banyak dimanfaatkan untuk pertanian atau perkebunan MASALAH 1. Tidak terlayani PDAM 2. Terdapat titik drainase dan genangan air yang memerlukan perawatan 3. Belum terdapat prasarana pengolahan limbah dan TEA 4. Terdapat Masalah Kepemilikan Lahan 5. Mayoritas penduduk hanya buruh tani 6. Adanya masalah kredit macet pada koperasi simpan pinjam desa 7. Sebagian dari desa merupakan daerah rawan bencana tinggi 8. Terdapat banyak lahan LP2B yang harus dijaga sehingga pengembangan cukup terbatas

BOJONG


1. 2. 3. 4. 5.

6. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

POTENSI Terdapat banyak usaha perdaganan, terutama di jalan nasional Terdapat industri kertas yang menggunakan buruh dari masyarakat lokal Kemampuan lahan untuk dikembangkan bagus Rasio tutupan lahan tinggi Dilewati jaringan jalan arteri dan jalan kolektor (Soekarno-Hatta) dan Memiliki akses ke jalan nasional Terdapat mata air blambangan dengan debit yang cukup besar MASALAH Masyarakat ketergantungan dengan pabrik kertas Tidak mendapatkan manfaat dari mata air Blambangan Kades tidak melakukan aksi yang memanfaatkan potensi desa Ada daerah yang berpotensi terkena bencana Terdapat titik drainase dan genangan air yang memerlukan perawatan Belum terdapat prasarana pengolahan limbah dan TEA

MUNGKID


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

POTENSI Jenis tanah dominan adalah alluvial, sehingga mempermudah proses irigasi dan mudah diolah Kemampuan lahan baik terlihat dari morfologi, kemampuan pondasi, dan ketersediaan Memiliki rasio tutupan lahan yang tinggi yaitu hingga 50% Bangunan dapat dibangun maksimal hanya 4 lantai LP2B sedikit sehingga lebih mudah untuk mengalihkan ke non pertanian Daya dukung lahan surplus dan hingga 2036 Dilewati jalan raya arteri Dilewati jalan kolektor (Jalan Soekarno Hatta) Terdapat banyak usaha perdagangan, terutama di dekat jalan nasional

MASALAH 1. Drainase cenderung kurang karena air permukaan tidak mudah mengalir 2. Bagian utara desa tersebut termasuk daerah rawan bencana sedang 3. Belum terdapat prasarana pengolahan limbah cair

BLONDO


1. 2. 3.

4. 5. 6. 7.

POTENSI Terdapat 43 jenis UMKM Terdapat banyak usaha warung kelontong Lahan didominasi olehi kegiatan pertanian karena lahan pertanian bagus Terdapat industri Karoseri Kemampuan lahan untuk dikembangkan bagus Daerah dilalui oleh jaringan jalan kolektor ( jalan Soekarno-Hatta) Drainase lancar

MASALAH 1. Belum terdapat prasarana pengolahan limbah dan bangunan TEA yang sesuai standar

BLONDO


POTENSI 1. Terdapat 43 jenis UMKM 2. Terdapat banyak usaha warung kelontong 3. Lahan didominasi olehi kegiatan pertanian karena lahan pertanian bagus 4. Terdapat industri Karoseri 5. Kemampuan lahan untuk dikembangkan bagus 6. Jumlah TPAK tinggi, Mata pencaharian terbanyak di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 7. Daerah dilalui oleh jaringan jalan kolektor ( jalan Soekarno-Hatta) 8. Drainase lancar

MASALAH 1. Belum terdapat prasarana pengolahan limbah 2. Terdapat TEA namun belum ada gedung khusus untuk tempat TEA yang memenuhi standar

BUMIREJO


POTENSI 1. Jumlah angkatan kerja yang bekerja 1290 orang dan TPAK tinggi 2. Dilewati jalan raya arteri 3. Mayoritas masyarakat sudah membuang sampahnya ke TPSS, bukan dibakar atau dibuang sembarangan 4. Terdapat Industri Pengolahan yang sudah rutin melakukan kegiatan ekspor 5. Kemampuan lahan baik, terlihat dari morfologi, kemudahan dikerjakan, kemampuan pondasi, , dan ketersediaan air 6. Drainase cenderung kurang karena air permukaan tidak mudah mengalir 7. Memiliki kemampuan untuk dikembangkan sebagai perkotaan agak tinggi 8. Memiliki rasio tutupan lahan yang tinggi yaitu hingga 50% 9. Bangunan dapat tinggi namun maksimal hanya 4 lantai dan beberapa tempat diperbolehkan lebih 10. Terdapat beberapa lahan yang dapat diubah ke non pertanian 11. Daya dukung lahan surplus dan hingga 2036 masih memiliki rasio sekitar 4 sehingga dapat dikatakan bahwa lahan masih dapat menampung hingga 4 kali lipat penduduk 12. Jenis Tanah Latosol, dimana banyak dimanfaatkan untuk pertanian atau perkebunan

AMBARTAWANG


MASALAH 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Tidak terlayani PDAM Terdapat titik drainase yang memerlukan perawatan Terdapat titik genangan air Belum terdapat prasarana pengolahan limbah Terdapat Tempat Evakuasi Akhir (TEA) namun belum ada gedung khusus untuk TEA Terdapat Masalah Kepemilikan Lahan Mayoritas penduduk hanya buruh tani Adanya masalah kredit macet pada koperasi simpan pinjam desa Sebagian dari desa merupakan daerah rawan bencana tinggi Terdapat banyak lahan LP2B yang harus dijaga sehingga pengembangan cukup terbatas

AMBARTAWANG


1. 2. 3. 4.

5. 6. 7. 8.

POTENSI Desa Paremono dapat mendukung penerapan konsep agropolitan, dilihat dari kondisi tanah subur, ketersediaan air tinggi, dan mayoritas masyarakat bekerja di sektor pertanian Memiliki kemampuan lahan yang tinggi, morfologi datar, kestabilan lereng dan pondasi tinggi, mudah dimatangkan, serta dilalui jalan arteri Tidak termasuk daerah rawan bencana Tingkat drainase tinggi sehingga air mudah mengalir dan kemungkinan terjadi genangan sangat rendah Mayoritas usia produktif memiliki pekerjaan, dilihat dari nilai TPAK yang tinggi Terdapat UMKM berupa usaha rumahan peyek petho dan kripik tempe Memiliki sumber mata air (Mata Air Combrang) Tingkat drainase tinggi sehingga air mudah mengalir dan kemungkinan terjadi genangan sangat rendah

MASALAH 1. Kondisi topografi sedang-tinggi, sehingga pengembangan lahan terbatas 2. Terdapat titik drainase yang memerlukan perawatan 3. Mayoritas masyarakat belum memiliki pengetahuan mengenai cara membuang sampah yang baik (kebiasaan membakar sampah)

PAREMONO


POTENSI

1. Dilewati jalan raya arteri 2. Calon lokasi tempat parkir wisatawan secara terpusat 3. Jumlah angkatan kerja yang bekerja 2286 orang dan TPAK tinggi 4. Mata pencaharian terbanyak di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan didukung dengan lahan pertanian yang masih banyak 5. Memiliki usaha industri pengolahan yang beragam. Contohnya adalah usaha kerajinan pahat batu

1. 2. 3. 4. 5. 6.

MASALAH Tidak terlayani PDAM Terdapat titik drainase yang memerlukan perawatan Mayoritas masyarakat membakar sampah yang dihasilkannya Belum terdapat prasarana pengolahan limbah Sering terjadi hama untuk pertanian Kesulitan mencari bahan baku untuk kerajinan sapu

PABELAN


1. 2. 3. 4. 5. 6.

1. 2. 3.

4. 5. 6.

POTENSI Desa Ngrajek sebagai calon lokasi tempat parkir wisatawan secara terpusat Memiliki akses ke mata Air Combrang Tidak memiliki titik drainase eksisting yang memerlukan perawatan sehingga dapat disimpulkan drainase pada daerah tersebut lancar Inisiatif pemerintah desa tinggi karena menyediakan wadah komunal sampah untuk desanya sendiri Terdapat usaha perikanan (pembibitan ikan lele, nila, dll) yang turun temurun Memiliki akses terhadap jalan kolektor

MASALAH Tidak ada lahan di Desa Ngrajek yang sesuai dengan kriteria untuk dijadikan tempat parkir pusat wisatawan Telepon kabel belum mencapai desa Terdapat TEA namun belum ada gedung khusus untuk TEA, tempat yang ada belum memenuhi standar untuk dijadikan TEA NGRAJEK Penduduk padat tapi banyak pengangguran Pemuda enggan bekerja di sektor pertanian Hanya dapat memberdayakan 1 dari 3 mata air, yaitu dari mata air Combrang


1. 2. 3. 4. 5. 6.

POTENSI Mayoritas masyarakat berusia produktif dan jumlah angkatan kerja yang bekerja banyak dibanding yang menganggur Potensi pertanian padi berupa padi dan palawija (270 hektar) dan arahan pertanian cocok untuk tanaman tahunan dan tamanan setahun Tingkat ketersediaan air tinggi Tanah aluvial mempermudah proses irigasi lahan pertanian, tanah regosol memiliki kesuburan cukup baik untuk pertanian, latosol banyak dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan Kemampuan lahannya cukup baik Area tidak terbangun masih banyak, 7,54% dari total wilayah studi. Sehingga luas ketersediaan lahan masih mencukupi untuk memenuhi proyeksi kebutuhan lahan rumah dan sarana prasarana tahun 2016 – 2036

RAMBEANAK


1. 2. 3. 4.

5. 6.

MASALAH Kepemilikan lahan pertanian hanya 0,2 hektar/orang Kualitas SDM rendah (rata-rata berpendidikan rendah) Sebelah utara desa memiliki tingkat kerentanan terhadap bencana tinggi seperti bencana gunung berapi, gempa bumi, longsor, dan kekeringan Tanah regosol biasanya berada di daerah dengan kelerengan tinggi sehingga mudah tererosi 5. Sebagian besar lahan pertanian merupakan lahan rencana LP2B, sehingga sedikit lahan pertanian yang potensial untuk diubah Rasio ketersediaan/kebutuhan lahan untuk pengembangan perkotaan tahun 2036 < 1,5, yaitu sebesar 1,32 sehingga perlu ada perhatian khusus dalam pembatasan pengembangan Infrastruktur belum memadai, terlihat dari prasarana drainase, pengolahan limbah, dan persampahan

RAMBEANAK


1. 2. 3. 4.

POTENSI Terdapat aglomerasi perdagangan dan memiliki lahan pertanian yang luas TPAK tinggi Keterediaan air tinggi dan terdapat mata air Kemampuan lahan baik dilihat dari kondisi morfologi, kestabilan lereng, kestabilan pondasi, dan kemudahan dikerjakan

MASALAH 1. TPSA Pasuruhan sudah dinyatakan penuh dan tidak dilengkapi prasarana pengelolaan limbah 2. Kawasan terbangun melebihi ketersediaan lahan untuk dikembangkan PASURUHAN


POTENSI 1. Akses desa dilewati oleh jalan kolektor sehingga dapat mendukung rencana pengembangan wisata buatan yang juga dapat menjaring pasar untuk hasil usaha pengolahan pertanian 2. Terdapat usaha pengolahan pisang dan talas, didukung dengan banyaknya penduduk yang bermatapencaharian di sektor pertanian dan penggunaan lahan yang didominasi pertanian juga 3. Terdapat aglomerasi sarana pendidikan

1.

2. DEYANGAN

3. 4. 5.

MASALAH Terdapat titik drainase yang memerlukan perawatan ditakutkan dapat mengganggu pertanian yang merupakan salah satu mata pencaharian terbesar di desa Deyangan Masyarakat banyak yang masih melakukan pembakaran sampah sehingga dapat merusak lingkungan dan menganggu aktivitas pariwisata (yang direncanakan) Belum ada prasaranan pengolahan limbah untuk usaha pengolahan TEA idak memenuhi kebutuhan luas dalam menampung korban dari desa yang direncanakan Tidak dilayani oleh PDAM


1. 2. 3. 4. 5. 6.

7. 8.

1. 2. 3. 4. 5.

POTENSI Pusat pemerintahan Kabupaten Magelang Ada pusat PKL Terdapat banyak usaha jasa, perdagangan, dan restoran/tempat makan Bagus untuk pertanian Kemampuan lahan dikembangkannya bagus Jumlah TPAK tinggi, Mata pencaharian terbanyak di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan Daerah dilalui oleh jaringan jalan kolektor ( jalan Soekarno-Hatta) Sebagian masyarakat telah membuang sampah ke TPSS dan tidak dibakar atau dibuang sembarangan MASALAH 80% masyarakat adalah buruh tani/petani Alih fungsi lahan pertanian, irigasi kurang baik sehingga pertanian mengalami kesulitan air saat kemarau Drainase kurang Terdapat titik drainase yang memerlukan perawatan Belum terdapat prasarana pengolahan limbah

SAWITAN


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

POTENSI Terdapat berbagai macam wisata alam dan budaya Memiliki banyak usaha jasa berbasis wisata, perdagangan, perikanan, dan restoran/tempat makan Kemampuan lahan untuk dikembangkan bagus Bagus untuk pertanian Jumlah TPAK tinggi, Mata pencaharian terbanyak di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan Daerah dilalui oleh jaringan jalan kolektor ( jalan Soekarno-Hatta) dan Terdapat akses ke jalan provinsi Tidak memiliki titik drainase eksisting yang memerlukan perawatan sehingga dapat disimpulkan bahwa drainase di daerah tersebut lancar MASALAH Kendala pemasaran kerajinan Wisatawan yang berkunjung semakin menurun Kualitas pertanian dan perikanan menurun akibat hama Pusat PKL tidak berfungsi Terdapat kemungkinan bencana, walau rendah Jaringan nirkabel tidak terlayani menara BTS Mayarakat sebagian besar masih membakar sampah Belum terdapat prasarana pengolahan limbah

MENDUT


POTENSI 1. Topografi rendah (175 - 225 mdpl), sehingga pengembangan Desa Progowati bisa lebih luas 2. Tanahnya berjenis tanah regosol dan aluvial yang baik untuk pertanian (lahan pertanian eksisting seluas 200,8 hektar) 3. Tingkat kemudahan dikerjakan yang sedang hingga tinggi untuk digali/dimatangkan dalam proses pengembangan kawasan 4. Hampir seluruh bagian dari Desa Progowati memiliki kestabilan lereng tinggi 5. Seluruh Desa Progowati memiliki kestabilan pondasi tinggi 6. Penyebaran ketersediaan air luas dengan daerah yang akuifernya produktif 7. Kemungkinan terjadinya erosi sedang, bahkan ada beberapa bagian yang sangat rendah 8. Dilewati jalan kolektor (Jalan Kleben) yang menjadi pintu masuk wisatawan dari arah Kulon Progo 9. Ada mata air, namun hanya digunakan oleh Objek Wisata Citra Rafting Elo, debit air cukup besar 10. Memiliki jumlah angkatan kerja yang bekerja 1174 orang dan TPAK tinggi 11. Terdapat wisata alam rafting 12. Terdapat banyak usaha perdagangan dan tempat makan/restoran

PROGOWATI


1. 2. 3. 4. 5.

MASALAH 80% masyarakat adalah buruh tani/petani Alih fungsi lahan pertanian, irigasi kurang baik sehingga pertanian mengalami kesulitan air saat kemarau Drainase kurang Terdapat titik drainase yang memerlukan perawatan Belum terdapat prasarana pengolahan limbah

PROGOWATI


1. 2. 3. 4. 5. 6.

1. 2. 3. 4. 5.

POTENSI Jumlah angkatan kerja yang bekerja 1573 orang TPAK tinggi. Terdapat aglomerasi usaha perdagangan dan jasa berbasis pariwisasta (produk unggulan adalah kerajinan dan batik) Memiliki desa wisata Terdapat usaha batik yang memberdayakan masyarakat desa Situs Candi Pawon Terdapat usaha kopi luwak yang diminati wisatawan

MASALAH Rawan tidak terlayani menara BTS Tidak terlayani PDAM Rata-rata lama sekolah di Kawasan Perkotaan Mungkid masih berkisar di angka 7 tahun Wisatawan hanya melihat Candi Pawon dari jauh sehingga tidak membayar tiket masuk Lahan pertanian di Kecamatan Borobudur kurang baik untuk pertanian

WANUREJO


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

POTENSI Jumlah angkatan kerja yang bekerja 2821 orang dan TPAK Tinggi Gardu listrik sudah cukup memenuhi kebutuhan hingga tahun 2036 Jenih tanah alluvial (coklat kekelabuan) mempermudah proses irigasi sawah Ketersediaan air tinggi (air baku baik) Daya serap lahan tinggi Lahan bisa ditanami tanaman setahun (contoh: padi, jagung, ubi) Candi Borobudur sebagai zona inti konservasi Terdapat mata air sendiri di kawasan Candi Borobudur

BOROBUDUR


1. 2. 3.

4. 5. 6. 7. 8.

MASALAH Sebagian lahan menjadi LP2B sehingga sulit untuk dikembangkan Fasilitas terminal penumpang tipe B kurang memadai Tidak ada terminal agribisnis seperti di pusat kawasan Agropolitan Borobudur Tidak terdapat lahan parkir khusus wisata Jaringan persampahan kurang mendukung target wisatawan sejumlah 7 juta pada tahun 2019 Rawan Bencana kategori rendah Irigasi yang ada belum bisa dikatakan baik Jika terlalu dieksploitasi maka akan mempengaruhi land subsident

BOROBUDUR



“ Mewujudkan Kawasan Perkotaan Mungkid yang mampu mengembangkan potensi lokal (berupa pertanian, UMKM, dan industri kecil) yang berbasis kepariwisataan dengan menerapkan konsep agropolitan dalam mendukung KSN Borobudur


1. Tersedianya sarana dan prasarana perkotaan yang memadai untuk mengembangkan potensi lokal dan kepariwisataan. 2. Tersedianya peraturan zonasi yang operasional dan sesuai dengan karakteristik kawasan konservasi dan agropolitan. 3. Pemberdayaan kerjasama antara masyarakat, pemerintah, akademisi, dan swasta dalam pengelolaan dan pengembangan Kawasan Perkotaan Mungkid




Terima Kasih



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.