Mengenal Tokoh -tokoh Wayang [draft]

Page 1

Pengayaan Pendidikan Berbasis Budaya

Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN TOKOH-TOKOH WAYANG

Mengenalkan Tokoh Wayang: Pengayaan Pendidikan Berbasis Budaya

Frans Sugi, FIC, Abhiseka Dipantara

Yogyakarta; 2022

442 hlm.;14x21 cm

Sampul : Tim artistik Abhiseka Dipantara

Layout isi : Tim penata letak Abhiseka Dipantara

Edisi pertama, Oktober 2022

© Frans Sugi, FIC, 2022

Hak Cipta Dilindungi oleh Undang Undang

All Rights Reserved

Penerbit Abhiseka Dipantara

Jln. Monjali km 5 Nandan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman

DI Yogyakarta 55581

Email : abhisekadipantara@gmail.com

2 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

DAFTAR ISI

Pengantar 5

Bagian Satu : DEWA KAHYANGAN 9

Bagian Dua: PANDAWA LIMA 25

Bagian Tiga: ANAK ANAK PANDAWA LIMA 49

Bagian Empat: DWARAWATI dan MANDURA 79

Bagian Lima: WIRATA 91

Bagian Enam: PANCALARADYA 111

Bagian Tujuh: PRINGGADANI 127

Bagian Delapan: ASTINA atau KURAWA 145

Bagian Sembilan:MANDARAKA 165

Bagian Sepuluh: ALENGKA 181

Bagian Sebelas: MAESPATI 205

Bagian Dua Belas: AYODYA 229

Bagian Tiga Belas: GUWA KISKENDA 245

Bagian Empat Belas: PANAKAWANdan EMBAN 269

Bagian Lima Belas:CAKIL BUTA PREPAT 293

Bagian Enam Belas: GUNUNGAN 317

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 3

Bagian

4 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC
Tujuh Belas: PUSAKA dan KESAKTIAN 327 Delapan Belas: LAKON WAYANG 379

PENGANTAR

Membaca buku buku pelajaran Bahasa Jawa antara lain Sinau Basa Jawa (untuk SD), Kartika Basa (untuk SMP), dan WIBAWA Wiyata Bahasa Jawa (untuk SMA/SMK) di setiap jenjang saya jumpai ada salah satu Bab berisi tentang Wayang. Tema besarnya bersumber pada kisah Ramayana dan Mahabarata

Bahan penyajiannya dari yang sangat sederhana dengan ditunjukkan foto foto dengan disertai nama-nama tokoh dan tempat tinggalnya sampai dengan kisah cerita tokoh tertentu, misalnya: Prabu Pandhu iku ratu ing Astina; Satriya Pandhawa cacahe ana lima, lanang kabeh; Sing pambarep jenege Puntadewa utawa Yudhistira; Bima jeneng liyane Werkudara; ada cerita Bale Sigala gala.

Disebut tokoh tokoh Kurawa misalnya: Drestharastra; Duryudana; Jayajatra; Adipati Karno. Lebih kanjut ada tokoh-tokoh Ramayana misalnya: Ramawijaya; Lesmana, Gunawan Wibisana; Dasamuka dan seterusnya disertai dengan cerita cerita singkat tentang Anoman, Ramawijaya, Dasamuka dan seterusnya.

Memerhatikan materi pelajaran yang ada di dalam buku-buku tersebut, penulis tergelitik menulis buku ini dengan tujuan untuk menambah perbendaharaan materi pelajaran tentang wayang. Penulis berharap buku ini dapat memperluas wawasan guru, sehingga dalam penyampaian materi di dalam kelas dapat lebih menarik dan lebih hidup, karena tambahan kekayaan materi tentang tokoh tokoh atau cerita yang lebih luas.

Tokoh-tokoh dalam buku ini disebutkan nama, tinggal di mana, perannya apa, dan sejarah singkatnya. Hal ini untuk memberikan gambaran secara singkat dan sederhana kepada para pengguna buku ini. Apabila

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

5

MENGENALKAN
|

memerlukan informasi yang panjang lebar tentang tokoh tokoh tertentu dapat dirujuk dalam buku buku referensi yangtersedia.

Pendidik perlu menyadari dan memahami bahwa wayang mengandung unsur tuntunan dan tontonan. Tuntunan dimaksudkan mengandung ajaran kebaikan. Selalu ada 2 sisi: jahat dan baik. Dalam dunia wayang yang baik selalu menang, meskipun (di awal) dalam perjalanan tokoh itu banyak mengalami kesulitan, tantangan dan penderitaan; pada akhir cerita (di pagi hari bila pertunjukan semalam suntuk) kemenangan danatau kebahagiaan muncul. Tontonan karena berfungsi untuk hiburan. Suara dalang yang mengalun indah, lelucon atau banyolan banyolan dalang, sinden yang suaranya merdu, wajahnya cantik semuanya memberikan hiburan. Warna warni pada hiasan wayang sangat indah dan menarik.

Kebanggaan bagi kita bangsa Indonesia bahwa UNESCO, lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 telah menetapkan WAYANG sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor berasal dari Indonesia. WAYANG merupakan warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Demikian pula GAMELAN telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada 15 Desember 2021. Dengan demikian sudah pantas, layak dan benar kita turut berperan serta aktif untuk nguri uri dan ngurip urip (memelihara dan menjaga kehidupan) wayang dan gamelan.

Buku ini terbagi dalam 18 (delapan belas) Bagian yang meliputi:

Bagian Satu: Dewa-Dewi Kahyangan; Bagian Dua: Pandawa Lima; Bagian Tiga: Anak-anak Pandawa; Bagian Empat: Dwarawati dan Mandura; Bagian Lima: Wirata; Bagian Enam: Pancalaradya; Bagian

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

6 | MENGENALKAN

Tujuh: Pringgadani; Bagian Delapan: Astina; Bagian Sembilan: Mandaraka; Bagian Sepuluh: Alengka; Bagian Sebelas: Maespati; Bagian Dua Belas: Ayudya; Bagian Tiga Belas: Guwa Kiskenda; Bagian Empat Belas: Panakawan; Bagian Lima Belas: Cakil; Bagian Enam Belas: Gunungan (Kayon); Bagian Tujuh Belas: Aji dan Pusaka; Bagian Delapan Belas: Lakon Wayang.

Semoga buku ini bermanfaat tidak hanya untuk para guru bahasa Jawa dan atau seni budaya, melainkan juga untuk para peminat dan pemerhati seni wayang purwa. Bagi anak-anak yang masih belajar di sekolah yang mesti belajar tentang wayang, juga sangat berfaedah. Sekolah sekolah yang berbasis budaya, kiranya dapat mengambil manfaat dari buku ini.

Segala kekurangan ada pada penulis buku ini, maka saran membangun sangat diharapkan.

Yogyakarta, 7 September 2022 Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 7

8 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 9 BAGIAN I: DEWI-DEWI KAHYANGAN
10 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Belajar dari Dewi Wara Srikandi

Dalam dunia wayang, kita mengenal tokoh perempuan Dewi Wara Srikandi. Dewi Wara Srikandi adalah putri Prabu Drupada, raja negara Cempalareja. Pada waktu masih remaja putri, ia berguru memanah pada Raden Arjuna. Ia kemudian diperistri oleh Raden Arjuna. Asal mula Srikandi berguru memanah pada Arjuna ialah ketika ia menonton kawinnya Arjuna dengan Sumbadra. Melihat tingkah laku kedua pengantin itu, ia ingin menjadi pengantin pula.

Pada suatu hari Srikandi melihat Arjuna mengajar memanah gundiknya, Rarasati. Lalu datanglah Srikandi kepada Rarasati untuk belajar memanah. Tetapi hal ini sebenarnya hanya siasat untuk bisa bertemu dengan Arjuna. Tingkah laku Srikandi ini menyebabkan marah Dewi Drupadi, permaisuri Prabu Puntadewa. Drupadi menganggap kurang baik perbuatan adiknya itu. Menurut adat susila Jawa (dulu), seorang gadis dilarang melihat pengantin. Tabiat Srikandi seperti tabiat laki laki, gemar berperang dan oleh karena itu ia disebut juga putri prajurit. Hingga kini wanita wanita yang berani menentang hal hal yang tidak baik, terutama yang mengenai bangsa Indonesia, disebut Srikandi Srikandi. Srikandi seorang putri yang gampang marah, tetapi kemarahannya lekas reda.

Di dalam salah satu episode perang Baratayuda, Srikandi diangkat sebagai panglima melawan Bisma yang menjadi pahlawan korawa. Ia ditewaskan oleh Srikandi. Srikandi seorang putri perwira yang senantiasa menjaga kehormatan suami, baik di masa damai maupun di masa perang. Tidak hanya itu, Srikandi juga berani bertempur melawan Adipati Karno, perwira sakti dari Korawa.

Di dalam hidup sehari hari ada banyak macam perang. Perang menghadapi musuh yang tampak lebih mudah dilakukan daripada perang melawan musuh ‘yang tidak kasat mata, tidak tampak.’ Ada sementara orang yang marah dan kemarahannya dapat berlangsung berhari hari yang terwujud dalam sikap diam, tidak mau tegur sapa. Orang lain senang sekali apabila dipuji puji tentang keberhasilannya. Apabila tidak ada sanjungan atau tidak disebut sebut tentang keberhasilannya sudah merasa tidak diperhatikan atau tidak diorangkan. Seolah

WAYANG: Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH
FIC | 11

olah semua mata dan perhatian mesti tertuju kepadanya. Orang orang tertentu melawan kecenderungan untuk tidur ngepluk di pagi hari sungguh membutuhkan perjuangan bagai berperang yang membutuhkan semangat tinggi dan niat yang kuat.

Demikian pula berugahari dan berpantang dengan tidak jajan (makan) di luar rumah bagi mereka yang mempunyai kebiasaan ‘minggir’ seperti itu, juga sebagai sesuatu yang berat. Kadang kala ada ungkapan ‘orang dalam belum tahu,’ kok ‘ orang luar garis,’ sudah tahu lebih dahulu apa yang terjadi di dalam. Kebiasaan untuk mudah bercerita atau berkabar yang tidak perlu kepada orang luar pun perlu diperangi. Hal ini berkaitan dengan menjaga nama baik keluarga sendiri. Kita tumbuh suburkan habitus berperang untuk semakin mengikis kebiasaan kebiasaan buruk. Semuanya butuh perjuangan. 1

PROMOSI PANGGILAN! Apalagi itu? Promosi kelezatan menu makanan tertentu di suatu restoran terkenal, sudah biasa. Promosi hebatnya kekuatan YAMAHA RX KING untuk jalanan menanjak, sudah tiap hari kita baca di koran. Promosi pembangunan real estate baru dengan berbagai tawaran kemudahan dan kenyamanan bagi calon penghuni, tiap radio menyiarkannya! Itulah beberapa iklan yang ada di sekitar hidup kita sehari hari. Apa pun kata kata atau penjelasan dari suatu promosi satu hal yang akan menjadi sasaran : ingin memperkenalkan suatu produk kepada orang yang belum kenal agar mengenalnya. Pengandaian selanjutnya orang yang belum mengenal menjadi tahu, paham, tertarik dan (apabila barang dagangan) diharapkan terus membelinya.

Bagaimana dengan Promosi Panggilan Hidup Bakti? Pada prinsipnya adalah hal yang sama, yaitu usaha mengenalkan bentuk atau corak hidup bakti kepada mereka yang belum mengenalnya. IKHRAR KAS (Ikatan Karya dan Hidup Rohani Antar Rohaniwan Rohaniwati Keuskupan Agung Semarang) adalah paguyuban persaudaraan para rohaniwan rohaniwati

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

12 | MENGENALKAN
1 (BFS Juni 2006)

di KAS. Paguyuban ini mempunyai berbagai kegiatan, baik yang bersifat intern maupun ekstern.

Kegiatan intern maksudnya kegiatan kegiatan yang terbatas bagi anggota anggota IKHRAR dalam rangka pendalaman, refleksi, seminar, ibadat, ziarah bersama agar para anggota semakin disuburkan dan diteguhkan. Kegiatan ekstern adalah kegiatan kegiatan yang dilaksanakan oleh para anggota IKHRAR agar dikenal oleh kalangan di luar para anggota IKHRAR. Misalnya menyelenggarakan karya pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan, dengan tanpa membedakan agama suku ras; maupun mengenalkan diri agar semakin dipahami dan diketahui tentang apa, siapa, dan bagaimana IKHRAR itu.

Untuk memudahkan dan membuat semakin eratnya persaudaraan, di wilayah KAS dibagi menjadi 4 wilayah sesuai dengan 4 wilayah kevikepan. Maka ada Rayon Semarang, Rayon Surakarta, Rayon Yogyakarta dan Rayon Kedu. Khusus Rayon Yogyakarta dirasakan terlalu banyak anggota rohaniwan rohaniwatinya dan terlalu luas wilayahnya, maka beberapa tahun yang lalu muncul ‘sempalan’ dan mereka menyebut diri Rayon Yogya Pinggiran (Yogyakarta bagian barat).

Setiap Rayon mempunyai pengurusnya dan kegiatannya masing masing. Untuk menyatukan langkah dan arah kegiatan, maka dirumuskanlah Visi dan Misi IKHRAR KAS.

Visi : perwujudan Kerajaan Allah di tengah tengah masyarakat, terutama mereka yang lemah, kecil, miskin dan tersingkir dilandasi semangat Injil. Misi:

meningkatkan relasi dengan Yesus Kristus dalam persekutuan paguyuban paguyuban. meningkatkan komunikasi antar religius. memberikan pelayanan cinta kasih kepada masyarakat setempat, terutama mereka yang lemah, kecil, miskin dan tersingkir. memperjuangkan nilai nilai injili bersama dengan mereka yang berkehendak baik sesuai dengan perkembangan zaman. membantu anggota untuk mengikuti perkembangan zaman. mengembangkan sikap proaktif dalam persaudaraan sejati antar religius.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 13

mengembangkan sikap kritis, kreatif, dan mandiri sesuai dengan perkembangan zaman.

Dalam rangka saling memperkaya serta saling meneguhkan bagi semua pengurus inti dari semua rayon, diadakan dua kali pertemuan pleno tiap tahun. Paguyuban ini dikenal sejak tahun 1969 yaitu sejak diselenggarakan Konggar I (Kongres Gabungan Religius) di Bandung.

Promosi Lewat Kegiatan IKHRAR

1. Promosi Tidak Langsung

Setiap Rayon mengadakan berbagai kegiatan yang berupa karya karya pelayanan nyata kepada masyarakat. Dapat disebutkan kegiatan kegiatan ini selalu ada kerja sama yang baik dengan para Pastor Paroki. Misalnya: mendampingi rekoleksi umat di lingkungan lingkungan; mendampingi keluarga keluarga dalam hal perkawinan; menyelenggarakan pengobatan massal; mengadakan sunatan massal; mengadakan kunjungan kepada narapidana di lembaga pemasyarakatan; mengadakan perayaan Natal bersama kaum buruh. Dalam kegiatan kegiatan sosial tersebut, anggota IKHRAR terlibat secara aktif sebagai penyelenggara. Kegiatan ini membuat baurnya antara anggota IKHRAR dengan umat di lingkungan atau wilayah. Umat di lingkungan atau di wilayah dapat bersemuka dan mengenal secara langsung dengan rohaniwan rohaniwati, yang kadang disebut sebagai kelompok eksklusif, karena mereka tinggal di ‘pulau’ terpencil yang jauh dari jangkauan umat! Kesan ini pun tidak aneh, karena memang corak atau gaya hidup yang berbeda.

2. Promosi Langsung

Kegiatan kegiatan langsung ini dimaksudkan agar terjadi perkenalan yang sungguh intensif, terus terang dan jelas, dari hati ke hati antara umat di suatu lingkungan, wilayah, atau tempat tertentu tertentu dengan rohaniwan rohaniwati. Acara acara disiapkan dan dikemas secara khusus untuk mengenalkan seluk beluk hidup bakti. Peserta yang disasar dari kegiatan kegiatan langsung ini khususnya adalah kaum muda. Beberapa di antaranya dapat disebut di bawah ini.

2.1 CaféPanggilan

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

14 |

Acara Café Panggilan ini diadakan beberapa waktu yang lalu di Paroki Katedral, Semarang, dalam rangka perayaan 75 tahun paroki. Orang orang muda yang hadir dibagi bagi dalam kelompok yang membaur dengan suster bruder romo. Di dalam kelompok mereka berdialog langsung dengan para suster bruder romo berkaitan dengan hidup sebagai rohaniwan rohaniwati. Bentuknya pun lesehan, sehingga mereka merasa sebagai satu kelompok sesaudara, tidak ada jarak dan lebih akrab. Sebagai pendukung informasi, Café Panggilan ini didukung oleh stand stand informasi dari tarekat tarekat .

2.2 Pameran Panggilan

Setiap Rayon IKHRAR menyelenggarakan pameran visual langsung dari berbagai kongregasi atau tarekat yang ada di KAS. Peserta menyiapkan segala informasi berkaitan dengan tarekat masing masing. Misalnya informasi tentang: visi misi tarekat, pendiri tarekat, sejarah tarekat, karya karya yang diusahakan oleh tarekat, masa pendidikan calon, syarat syarat bergabung untuk menjadi anggota, daftar alamat komunitas komunitas di Indonesia. Semuanya didukung dengan foto foto kegiatan maupun hasil karya tarekat, dengan harapan agar tarekat semakin mudah dikenal dan dipahami oleh para pengunjung. Kegiatan seperti ini cukup sering diselenggarakan oleh setiap rayon.

2.3 Livein

Salah satu contoh adalah kegiatan live in di Paroki Purwodadi. Dalam kegiatan live in ini hampir dari semua rayon ada perwakilannya. Para peserta, suster bruder romo, dibagi ke dalam kelompok kelompok kecil dan mereka tinggal dan bermalam di rumah rumah keluarga. Di dalam keluarga atau kelompok keluarga mereka berbincang bincang soal hidup bakti. Dialog dalam keluarga atau dalam kelompok keluarga seperti ini menambah wawasan yang lebih jelas bagi keluarga keluarga terhadap penghayatan hidup sebagai religius.

Peserta live in sendiri juga mengalami dan mendengarkan langsung atau bersentuhan dengan hidup keluarga secara nyata. Para suster bruder romo memang berasal dari keluarga, namun kadang kala ‘agak lupa’ dengan hidup keluarga, karena corak atau pola hidup sehari hari di biara yang menuntut berbeda dengan hidup di keluarga.

Khusus bagi muda mudi dibentuk dalam kelompok yang didampingi oleh beberapa bruder suster romo dari tarekat tarekat yang berbeda. Dalam

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 15

kelompok ini ditanyakan siapa yang ingin menjadi religius dan apa alasannya. Mereka yang menyatakan keinginannya disatukan dalam kelompok tersendiri. Mereka ini digarap secara khusus. Peserta live in sudah menyiapkan acara khas pula, yaitu diberi kesempatan mengenakan pakaian religius dan diwajibkan berperan seolah olah sebagai suster yang sedang mendampingi umat atau sedang memotivasi umatnya untuk menjadi religius. Bagi yang luwes dan memenuhi ‘kriteria panitia’ diberikan hadiah. Juga mereka yang tidak memenuhi kriteria pun diberi hadiah. Tentu saja hal ini diharapkan memberikan kesan tersendiri kepada anak anak kecil tersebut agar mereka tidak takut atau merasa asing terhadap kaum berjubah.

2.4 Tahun Menjaga Kesuburan Panggilan

Tahun 2004 di Gereja Keuskupan Agung Semarang telah dicanangkan sebagai Tahun Menjaga Kesuburan Panggilan. IKHRAR dan KKI KAS mengadakan kegiatan: Temu Promotor Panggilan KAS; Temu Suster Bruder Imam Yunior KAS; menyusun booklet yang berisi Ibadat Sabda dan Pendalaman Iman dengan tema Panggilan Hidup Bakti. Utusan dari berbagai tarekat diajak untuk sharing pengalaman berpromosi panggilan; dan mereka merencanakan kegiatan kegiatan untuk mengisi Tahun Menjaga Kesuburan Panggilan tersebut. Dari pertemuan tersebut muncul gagasan untuk menyapa orang orang tua atau keluarga keluarga mereka yang terpanggil.

Di dalam Temu Suster Bruder Imam Yunior KAS, para peserta dari berbagai kongregasi diajak untuk menyadari diri sebagai yunior; melihat relasi antara yunior senior; melihat dan merefleksikan kekhasan hidup religius di tengah arus globalisasi dan sekularisme; dan juga menyadari dan menjadi bangga karena menjadi anggota tarekat.

Acara ini diadakan secara serentak pada dua hari Minggu sesudah Paskah di wilayah dan lingkungan lingkungan Keuskupan Agung Semarang. Tentu saja kegiatan terakhir ini dapat berjalan baik tidak dapat dilepaskan dukungan yang amat positif dari Dewan Karya Pastoral KAS.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

16 |

Adanya para rohaniwan rohaniwati tidak dapat dilepaskan dari peran dan dukungan keluarga, dan khususnya orang tua mereka. Di beberapa paroki, misalnya: Paroki Boro, Promasan dan Nanggulan, Daerah Istimewa Yogyakarta ada kelompok kelompok orang tua terpanggil yang datang dan berkumpul secara teratur untuk mendoakan putra putri mereka yang hidup sebagai religius agar tetap setia dan bahagia dalam menghayati panggilan khusus mereka. Dalam rangka mendukung dan memperhatikan para orang tua mereka yang terpanggil ini, IKHRAR bersama dengan KKI KAS mulai menyapa mereka. Bulan Oktober 2004 yang lalu di PSM (Pastoran Sanjaya Muntilan), diadakan rekoleksi bagi para orangtua mereka yang terpanggil. Hadir sekitar 50 orang dari perwakilan perwakilan dari paroki paroki DIY Barat Progo ditambah dari Sedayu dan Bantul. Dari sharing para orang tua merasa bangga dan bersyukur karena salah satu dari anggota keluarga ada yang dipanggil untuk bekerja di ladang Tuhan. Sesama orang tua merasa semakin dikenalkan dan diakrabkan. Mereka semakin diteguhkan bahwa anak anak mereka tidak sendirian, tetapi banyak teman temannya!

Setiap tahun secara rutin di Rayon Solo ada temu hati antara orang orang tua mereka yang terpanggil dengan Bapak Uskup Agung Semarang. Ratusan orang tua hadir dalam pertemuan tersebut dari seluruh wilayah Kevikepan Surakarta. IKHRAR bertindak sebagai penyelenggara. Pertemuan pertemuan yang saling meneguhkan dan saling mengakrabkan sebagai saudara!

Wasana Kata Tuhan memanggil mereka untuk dijadikan alat Nya, memanggil dengan cara cara yang mudah ditangkap oleh manusia. Dan IKHRAR KAS sudah berusaha memberikan andilnya. Semoga ‘Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya.’ (bdk. Fil.1:6)2

3. Jubah dan Prasetia

Hari Penerimaan Busana Biara dan Prasetia

WAYANG: Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH
FIC | 17
2 (Dimuat dalam majalah ROHANI, September 2005)

Pada hari Sabtu, 15 Juni 2002 yang lalu, stasiun TV Indosiar menyiarkan wayang kulit dengan cerita ‘Alas Wonomarta Babad Alas Wonomarta.’ Dalangnya Ki Manteb Sudharsono. Saya dan Br. Anton Suraji menontonnya sampai ngebyar. Para penggemar wayang pasti paham bagaimana jalannya cerita ini. Pendawa Lima yang terdiri dari Puntadewa, Bratasena, Permadi, Pinten dan Tansen, membabat hutan Wonomarta yang setelah bekerja keras, tanpa lelah dan menghadapi banyak rintangan dan mengatasinya, akhirnya mereka dapat menemukan kerajaan Indraprasta. Selalu saja ada bantuan datang dalam penderitaan dari siapa pun: dewa, maupun manusia biasa. Bratasena ketika lumpuh karena diterjang ajian seorang jin raksasa, Dewi Arimbi datang membantunya. Bila kita renungkan secara sungguh sungguh, maka kita dapat belajar dan menimba tak terduga inspirasi hidup. Digambarkan kerajaan ini sangat indah. Kerajaan ini dihuni oleh lima jin (jim), yaitu Jim Yudhisthira, Jim Dandunwecana, Jim Janaka, Jim Nakula dan Jim Sadewa.

Bagi saya, adegan pada akhir cerita sebelum tancep kayon ini menarik. Adegan itu adalah Pandawa Lima ditemui prabu Matswapati (Raja Wiratha) dan Begawan Abiyasa. Puntadewa akan dilantik sebagai raja oleh Prabu Matswapati. Pada waktu mereka ditawari untuk dilantik sebagai raja, prinsipnya semua menolak. Mereka tidak sanggup menerima tugas ini. Namun akhirnya kata akhir ada pada Prabu Matswapati: menunjuk dan meminta kesediaan Darmakusuma untuk menjadi raja di Indraprasta.

1. Yang menarik perhatian adalah dialog antara Prabu Matswaparti dan Pustadewa, berkaitan dengan soal pemakaian makutha, yang biasanya dikenakan oleh seorang raja sebagai simbol bahwa dia itu seorang raja.

Pr. Matswapati: Saiki wis tekan titi mangsane Puntadewa ngagem makutha.

Ana loro: makutha Kencono (kaya sing diagem prabu Baladewa) lan Topong Makutha (kaya sing diagem Eyang). Wis saiki Darmakusuma kari milih.

Puntadewa: Eyang Matswapati. Kula boten kepengin ngagem makutha.

Pr. Matswapati : Lho,lho ... kepriye iki. Wis saklumrahe yen ratu ngagem makutha. Makutha kuwi dadi tandhane yen sing ngagem mau Ratu Gung Binathara. Lha, angger putu Puntadewa iku rak ratu.

Puntadewa: Leres pangandikanipun eyang Prabu Matswapati. Nanging ingkang wayah gadhah pemanggih. Binatharanipun ratu menika boten margi makutha ingkang dipun agem. Makutha menika rak namung sandhangan,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

18 |

namung uba rampe. Sinaosa ratu ngagem makutha naning menawi boten nglenggahi jejering narendra, menika boten wonten tegesipun eyang. Menapa tegesipun makutha, malah namung ngisin isini. Pramila kula boten badhe milih makutha. Kula sampun gadhah gelung keling. Inggih gelung keling menika makutha kula. Gelung keling ingkang sampun manunggal sajiwa kaliyan kula. Makutha ingkang sejatos inggih menika jumbuhing kawula kalawan gusti. Manunggiling ratu kaliyan tiyang utami, titah sawantah, tiyang alit ingkang kedah dipun ayomi tumrap ing gesangipun.

2. Dialog itu sangat memberikan inspirasi kepada saya berkaitan dengan upacara hari ini 2 Juli dan upacara kemarin malam 1 Juli. Para frater novis pertama (kanonik) kemarin malam menerima busana biara ‘jubah.’ Tentu saja mereka bangga akan hal ini. Pasti hati mereka berbunga bunga. Bahkan mungkin semalaman tidak bida tidur, karena membayangkan bagaimana rasanya mengenakan jubah baru dan pertama kali. Rasa : anggun, damai, keren, apalagi model jubah yang manis!

3. Hari ini 2 Juli: 4 bruder mengucapkan Prasetia Pertama; 7 bruder membarui prasetianya untuk 1 tahun ; 8 bruder membarui prasetianya untuk 2 tahun; 9 bruder berprasetia seumur hidup; dan 4 bruder merayakan pesta 40 tahun sebagai FIC, yaitu Br. Antherus Sutrisna, Br. Berchmans Nyotoharjo, Br. Tarsisius Paimin, Br. Yos Baskoro. Pantas dan wajarlah bila kita bersyukur dan berterima kasih kepada Allah Bapa atas limpahan kasih Nya kepada kita, khusunya FIC Provinsi Indonesia.

4. Jubah mereka ini (juga jubah saya!) Masih bersih. Seputih salju kata iklan sabun mandi. Apakah makna pakaian bersih itu? Kembali kepada kata Puntadewa sebagai lambang pengabdian. Bagaimanakah sikap, tindakan, perbuatanku sebagai bruder? Saya kira inilah letak paling pentingnya persoalan. Menyatu dalam pengabdian kepada mereka yang kita/bruder bruder layani. Apakah jubah jubah kujadikan tanda atau sarana kehormatan? Cari kemudahan? Cari keenakan?

5. Bapak/Ibu orang tua dan saudara saudari para bruder yang berprasetia atau berpesta, yang berbahagia. Saya, pada kesempatan ini, atas nama para bruder FIC Provinsi Indonesia, bergembira dan bersyukur serta

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 19

berterima kasih karena kerelaan semua orang tua melepaskan putra putranya untuk menjadi Puntadewa puntadewa FIC. Saya kira ini hal yang sangat menentukan pada awal mereka ini meniti panggilan mereka sebagai Bruder FIC. Seandainya Bapak/Ibu orangtua pada waktu itu tidak merelakan mereka masuk ke Postulat FIC, pastilah mereka ini tidak ada di antara kita sekarang ini. Tentu saja, dalam perjalanan mereka itu membutuhkan dukungan banyak pihak. Juga untuk perjalanan selanjutnya setelah hari yang sangat membahagiakan ini. Marilah kita dampingi mereka ini dengan dukungan, doa doa, dorongan, agar mereka ini tetap setia sampai pada hari akhir hidupnya. Bapak/Ibu jangan takut dan tidak perlu khawatir, bahwa mereka ini akan hilang. Para bruder prasetiawan dan yang memperingati 40 tahun sebagai bruder FIC tidak meminta sangu apa apa: cukup doa doa, dukungan orang tua yang mbanyu mili (mengalir terus menerus).

6. Pada akhir kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

Bruder Albert Ketelaars dan stafnya di Maastricht yang telah mengabulkan permohonan para bruder yang berprasetia seumur hidup, untuk mengucapkan prasetia seumur hidup mereka. Bruder bruder di komunitas Muntilan yang hanya dalam tempo yang tidak lebih dari satu bulan mempersiapkan segalanya untuk upacara ini.

Bruder bruder pendamping para yunior dan para pemimpin lokal yang dengan setia mendampingi semua pestawan sampai pada hari ini.

Romo Gito Wiratno Pr, Romo Santosa MSF yang telah memimpin upacara hari ini.

Romo Windyatmoko SJ yang telah memberikan izin gereja St. Antonius untuk upacara hari ini. Para bapak/ibu, saudara saudari, Suster, para romo lainnya atas dukungan Saudara saudari sekalian, sehingga tercipta suasana yang sangat meriah dan sangat membahagiakan. (Muntilan, 2 Juli 2002)

4. Para Bruder FIC Memaknai Perjumpaan Pengantar

Memperingati dan merayakan 100 tahun baptisan di Sendangsono tidak mungkin dilepaskan dari Pastor van Lith SJ sebagai tokoh yang memegang peran

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

20 |

penting dalam peristiwa bersejarah itu. Telah banyak tulisan dibuat untuk mengenangkan karya dan jasa Pastor van Lith SJ bagi kehidupan iman Kristiani di antara orang Jawa. Selain itu, berbagai upaya terus dilakukan untuk menggali dan mengaktualisasikan nilai nilai/semangat hidup dan perjuangan tokoh yang mengemban karya misi di Jawa mulai tahun 1896 ini. Demikianlah diharapkan agar nilai nilai dan semangat yang luhur itu tetap hidup dalam konteks umat beriman pada saat ini dan di sini.

Selama 1942 1945 bruder Belanda di Indonesia diinternir di kamp kamp Jepang a.l di Banyubiru, Bandung , dan Cimahi. Sepuluh orang bruder meninggal sebagai akibat dari penderitaan di kamp itu. Maka setelah tahun 1945 Kongregasi mempersiapkan sekelompok bruder di Belanda untuk menggantikan mereka. Br Goswin bersama Br. Carlo tiba di Tanjung Priok pada bulan Oktober 1951. Mereka telah mempelajari Bahasa Indonesia dan Br. Goswin langsung ditugaskan di SMP Domenico Savio Semarang sebagai guru ilmu alam. Satu tahun kemudian ia dipindahkan ke Solo untuk mengajar matematika di SMA St. Yosef yang pada tahun 1951 dibukukan oleh Br. Bonifacio. Bekas murid dari zaman itu yang sekarang sudah pensiun dan menjadi kakek, masih berceritera mengenai dasar kokoh yang mereka terima dari guru yang sangat rajin dan teliti itu. Perjumpaan Pertama Permohonan untuk terlibat dalam karya misi di Indonesia telah datang kepada Pemimpin Umum FIC sejak tahun 1883. Namun, keputusan positif untuk melibatkan diri dalam karya misi di Indonesia baru dibuat oleh Dewan Umum FIC dan diumumkan di Maastricht oleh Pemimpin Umum Br. Bertholdus pada tanggal 24 Desember 1919. Selanjutnya, diutus lima Bruder FIC yang pertama untuk Indonesia. Setelah lebih dari sebulan mengarungi lautan, mereka mendarat di Pelabuhan Tanjungpriok pada tanggal 19 September 1920. Di sinilah perjumpaan fisik yang pertama antara Bruder bruder FIC dengan Pastor van Lith SJ terjadi. Pertemuan itu rupanya sedikit mengecewakan para pendatang baru itu karena Pastor van Lith SJ tidak menampakkan ekspresi kegembiraannya yang tersembunyi dalam ketenangan serba biasa. Setelah sehari beristirahat di Pastoran Gereja St. Theresia, perjalanan diteruskan ke Yogyakarta, tempat kelima Bruder FIC akan memulai karya mereka. Mengapa Yogyakarta? Pada tahun 1917, Pastor van Driessche SJ, yang pernah mengajar di Kolose Xaverius, Muntilan bersama Pastor van Lith SJ,

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 21

MENGENALKAN

mulai mendirikan sekolah yang sangat sederhana untuk anak anak pribumi di Yogyakarta. Sekolah itu merupakan cikal bakal HIS yang selanjutnya berdiri pada tahun 1918 dan 1919.

Kiranya, usaha usaha Pastor van Lith, SJ telah memberikan pengaruh dan inspirasi yang sedemikian kuat bagi Pastor van Driessche, SJ dalam usahanya mewartakan iman Kristiani di daerah Kesultanan. Dengan demikian, usaha usaha Pastor van Driessche, SJ dapat dikatakan sebagai kepanjangan buah pikir/karya dari Pastor van Lith, SJ. Usaha Pastor van Driessche SJ yang menuai sukses ini menuntut hadirnya guru guru yang berijazah sesuai dengan ketentuan pemerintah waktu itu. Untuk itu, Pastor Jos Hoeberechts, SJ sebagai Superior Misi menyampaikan permohonan ke biara pusat Bruder FIC di kota Maastricht, Belanda, agar mereka sanggup menangani karya HIS yang menerima murid melulu anak anak Jawa di Yogyakarta. Pada tanggal 20 September 1920, guru guru dari Maastricht yang telah diharap harapkan itu menjejakkan kaki di Yogyakarta dan siap memulai pengabdian mereka bagi karya pendidikan dan pembinaan anak anak pribumi.

Perjumpaan dengan Pastor van Lith, SJ kiranya terus berlanjut ketika para Bruder FIC menerima tawaran untuk mengatasi kesulitan guru di HIS Muntilan pada tahun 1921. Namun, perjumpaan itu sangatlah singkat karena sejak tahun 1921 sampai 1924, Pastor van Lith berada di Belanda untuk menjalani pemulihan kesehatan.

Perjumpaan dari Hati ke Hati Sampai saat kepulangan Pastor van Lith, SJ ke Belanda untuk pemulihan kesehatan, perjumpaan fisik dengan Pastor van Lith, SJ berakhir sebab setelah kembali ke Indonesia Pastor van Lith tidak pernah berkarya lagi di Muntilan sampai wafat di Semarang pada Januari 1926. Namun, perjumpaan lain yang telah dimulai akan terus berkembang. Tindakan Pastor van Lith, SJ, yang menempatkan pendidikan bagi anak anak pribumi sebagai langkah penting dalam usaha misi di antara orang Jawa, merupakan inspirasi yang turut menggerakkan para misionaris FIC untuk mengkhususkan diri bagi pendidikan dan pembinaan anak anak pribumi.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

22 |

Bruder Pemimpin Umum sangat menekankan bahwa pilihan ini merupakan tantangan yang harus dijawab oleh para bruder misionaris itu dengan terus menerus mengusahakan suatu perjumpaan ‘cor ad cor locutum est’ (dari hati ke hati) dengan penduduk pribumi di berbagai tempat mereka berkarya. Pilihan karya dan cara perjumpaan ini tidak saja sangat tepat bagi perkembangan kehidupan beriman Kristiani dan sosial politik di kemudian hari, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kehidupan para bruder sendiri. Dua tahun setelah para bruder memulai pelayanan di HIS Yogyakarta dan kemudian di Muntilan, datanglah dua calon bruder. Setelah mengalami masa pendidikan di Maastricht, mereka mengucapkan kaul pertama pada tahun 1924 dan mulai berkarya di Indonesia pada tahun 1925. Dengan demikian dapat dicatat bahwa Bruder FIC adalah kongregasi religius pria pertama yang memperoleh calon dan anggota dari penduduk pribumi.

Salah satu di antara kedua calon itu adalah R. Romanus Soegihardjo, yang setelah mengucapkan kaul menjadi Br. Aloysius Soegihardjo. Dia adalah murid Kweekschool Muntilan yang terkenal itu, yang didirikan sebagai yang pertama di tanah Jawa oleh Pastor van Lith SJ. Tentu saja, pemuda Soegihardjo bersama teman temannya, salah satunya adalah I.J. Kasimo, mengalami pendidikan langsung dari pastor pastor di Kolese Xaverius. Mereka menimba banyak inspirasi dari pendidik pendidik yang penuh dedikasi itu sebagai bekal yang sangat berharga bagi kehidupan dirinya sendiri, sesama, dan Gereja.

Hal itu sungguh terbukti pada masa masa selanjutnya, terutama pada saat seluruh misionaris Belanda diinternir pada masa pendudukan Jepang. Karya pelayanan Gereja nyaris tanpa denyut kehidupan seandainya tokoh tokoh Gereja pribumi yang telah bermunculan pada masa sebelumnya tidak berjuang segigih gigihnya. Br. Aloysius Soegihardjo bersama teman teman, baik klerus maupun awam, berusaha sekuat tenaga dan bahu membahu meski keadaan sungguh menyulitkan. Berkat jerih lelah mereka, Gereja tetap hidup dan sanggup melayani pada masa masa sulit itu.

Bagi Kongregasi FIC, jasa jasa Br. Aloysius Soegihardjo menjadi kenangan indah dan inspirasi berjuang terutama bagi para bruder yang sempat mengenalnya.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi,

MENGENALKAN
FIC | 23

Dialah persembahan pertama dari bumi Nusantara bagi Kongregasi FIC yang akan segera diikuti oleh pemuda pemuda lain yang berhasrat melayani Tuhan dan sesama dengan hidup sebagai bruder. Mula mula, sebagian besar calon bruder berasal dari wilayah Keuskupan Agung Semarang dan khususnya dari sekolah sekolah yang dikelola para bruder. Seiring dengan berkembangnya jenis dan tempat karya di berbagai Keuskupan, para calon datang dari berbagai daerah di Nusantara. Cukup banyak dari antara mereka pernah mengalami perjumpaan pribadi dengan para bruder, tidak hanya melalui sekolah tetapi juga melalui karya karya sosial, pendampingan keluarga dan kaum muda, pastoral, dan katekese.

Para bruder bersyukur sebab pengabdian mereka di KAS yang diwarnai dengan perjumpaan dari hati ke hati menjadi sarana di tangan Allah untuk bertumbuhkembangnya rasul rasul pengemban Sabda Tuhan baik awam, imam, suster, maupun bruder. Hal ini berarti hidup sebagai bruder yang dihayati dengan sungguh sungguh dan penuh persaudaraan merupakan kesaksian dan undangan bagi sesama untuk tergerak menjunjung dan memaklumkan suka cita Allah. Inilah juga undangan terus menerus bagi para bruder untuk membuka diri agar hidup ini dikuasai oleh kehendak Allah dan belajar terus sehingga dimampukan untuk hidup sebagai rasul rasul Kristus yang tangguh, tulus, sederhana, dan penuh suka cita persaudaraan. Sampai saat ini, Bruder FIC Provinsi Indonesia adalah sebuah komunitas kerasulan dan persaudaraan yang terdiri dari 161 bruder, sepuluh di antaranya berada di provinsi lain sebagai misionaris maupun anggota Dewan Umum dan satu bruder menempuh studi di luar negeri. Jumlah itu masih ditambah dengan kehadiran 15 frater Novis yang sedang belajar mengembangkan diri dan memurnikan motivasi diri untuk meneguhkan pilihan hidup. Sebagai ungkapan syukur, para bruder terus berusaha mewujudkan persembahan hidup mereka melalui karya karya yang menjadi sarana pelayanan bagi sesama.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

24 | MENGENALKAN

BAGIAN II:

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 25
PANDAWA LIMA
26 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Jejer I Amarta (Pandawa Lima komplet)

1. Kerajaan Amarta masih belum begitu maju, hidup belum sejahtera. Mereka berdiskusi bagaimana agar rakyat dan seluruh kerajaan menjadi sejahtera dan maju. Ada bermacam ide caranya: lewat seni budaya, ekonomi, perdagangan, pariwisata turisme dll. Dalam situasi seperti itu, muncul tokoh Sedewa seorang aktivis yang prihatin dengan kondisi penderitaan dan kebodohan rakyat. Mereka sepakat jalan utama serta pertama serta sangat penting adalah lewat jalan pendidikan.

2. Tokoh Sedewa punya dan menekankan gagasan dan cara berpikirnya untuk menyejahterakan/membebaskan rakyat dari penderitaan itu satu satunya dengan cara mendidik agar rakyat lebih maju dan berkembang serta menjadi tuan di negaranya sendiri.

3. Sedewa tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk mendirikan padepokan (sekolah). Dia mencari bantuan. Keputusan bersama Sedewa diutus ke Karang Kadempel untuk mencari bantuan, karena di sana ada tokoh yang mumpuni dalam bidang pendidikan. Sedewa sanggup menjadi utusan ke pedukuhan Karang Kadempel.

Jejer II Astina

1. Mereka berdiskusi bagaimana caranya tetap membuat Pandawa tidak bahagia. Banyak gagasan muncul. Kesepakatan akhir tetap membuat para Pandawa menderita. Pokoknya segala cara diusahakan untuk memenjarakan mereka (dalam arti luas). Jangan sampai Pandawa hidup nyaman dan sejahtera.

2. Kurawa mendengar bahwa Pandawa punya ide untuk lepas dari keterbelakangan ini. Mereka mencari cara dan usaha untuk

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 27 BAGONG MBANGUN PAWIYATAN

menghancurkannya. Namun selalu ada pro dan kontra di antara mereka.

3. Sengkuni menjadi dalang semuanya ini.

Jejer III : Perang Gagal antara Kurawa dan Pandawa

Jejer IV : Gara-gara

Jejer V Karang Kadempel

1. Karang Kadempel padepokan Ki Semar adalah sebuah padepokan yang maju. Anak asuhnya terdidik dengan baik. Guru/tenaga pengajar dan karyawannya memiliki rasa pengabdian yang baik, berbudi pekerti luhur, cerdas, dan hal hal baik yang lainnya.

2. Gareng, Petruk, dan Bagong menjadi bagian penentu keberhasilan pendidikan di Karang Kadempel.

3. Sedewa datang meminta bantuan kepada Semar sebagai petinggi pedukuhan agar salah satu tokoh bersedia menjadi pembawa terang untuk masyarakat/umat yang belum maju.

4. Bagong diutus untuk menjadi pendekarnya (pelaksana tugas). Bagong sanggup melaksanakan tugas pengutusannya.

Jejer VI Pawiyatan Marga Luhur: Bagong Pemimpinnya

1. Bagong memberikan wejangan tujuan mendirikan Pawiyatan Marga Luhur yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran serta pembinaan kaum muda.

2. Murid muridnya yang ada semuanya kaum muda yaitu Antareja, Gatutkaca, Antasena, Abimanyu dan Irawan.

28 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

3. Mereka semua sebagai orang muda harapan bangsa untuk bisa memajukan kesatrian di mana mereka masing masing bertugas.

4. Inilah isi wejangannya:

Ada 10 Keutamaan (Wewarah) yang menjadi ciri khas padepokan (sekolah) yang didirikan oleh Bagong:

1. Rendah hati

Bertingkah lakulah rendah hati. Jangan menganggap diri lebih hebat dari orang lain. Jika menjadi murid perguruan Marga Luhur yang congkak, tidak akan dicintai oleh teman teman (sesama). Karena kecongkakan Anda, pasti akan banyak kemalangan dan kekacauan. “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihi yang rendah hati.”

2. Teladan baik

Sebagai murid perguruan Marga Luhur hendaknya memandang dirinya sebagai pelita (lampu penerang) bagi yang lain. Kita saling menjadi pelita satu dengan yang lainnya. Kita saling menjadi teladan dalam segala hal: semangat belajar, peduli lingkungan, membantu teman yang kekurangan, tekun, bersemangat, ramah dengan siapa pun.

3. Mencintai sesama manusia

Tuhan meminta agar kita saling mencintai satu dengan yang lain. Dalam hal ini, sebagai murid perguruan Marga Luhur juga diminta saling mencintai satu dengan yang lainnya. Tidak pandang bulu, suku, agama dan golongan. Sungguh, Cinta harus menjadi alasan segala tindakan murid murid perguruan Marga Luhur. Bagaimana mungkin seorang murid perguruan Marga Luhur yang terkenal tidak memiliki rasa Cinta dengan sesama? Apa kata orang?

WAYANG: Frans Sugi, FIC

29

MENGENALKAN TOKOH
|

4. Saleh

Pandai secara intelektual semata tidak cukup. Selain mempunyai otak yang cerdas dan memiliki banyak keterampilan, semua itu tidak akan banyak bermanfaat jika tidak memiliki kualitas kepribadian yang baik. Murid perguruan Marga Luhur harus memiliki sikap saleh. Beberapa sikap saleh anatara lain: sabar, tidak mudah tersinggung, tidak sewenang wenang.

5. Sikap bijaksana

Salah satu sifat yang paling cocok dan paling perlu dalam hidup adalah sikap hati hati/bijaksana. Seorang murid perguruan Marga Luhur, betapa mahir, cerdas dalam ilmu pengetahuan, tidak boleh mengandalkan akan kebolehannya tersebut. Dalam segala hal harus lebih dahulu mohon nasihat dan pertolongan kepadaTuhan. Murid perguruan Marga Luhur harus menjadi orang yang bijaksana. Agar menjadi orang yang bijaksana seorang murid perguruan Marga Luhur harus menjadi orang beriman, sesuai agama dan piwulang masing masing.

6. Lembut hati

Dari antara segala sifat baik yang harus dimiliki seorang siswa murid perguruan Marga Luhur adalah lembut hati. Tak ada sifat baik yang lebih baik yang membantunya berbuat baik terhadap orang lain, teman, sesama daripada kelembutan hati. Mulailah segala sesuatu dengan lembut hati; jika cara itu tidak berhasil bertindaklah tegas.

7. Tabah hati

Tabah hati adalah sifat baik yang penting. Karena jika kita ditimpa oleh kelemahan kelemahan dalam hidup, ketabahan hati akan memberi kekuatan kepada kita. Tabah hati akan membuat kita tetap bersemangat

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

30 |

dan tekun dalam menghadapi kesulitan kesulitan hidup. Seorang murid perguruan Marga Luhur harus tabah hati.

8. Berpengetahuan

Seorang murid perguruan Marga Luhur hendaklah menjadi orang yang arif, bijaksana, dan berpengetahuan. Jika murid perguruan Marga Luhur kurang berpengetahuan, tidak memiliki kearifan, dan kebijaksanaan yang dibutuhkan, maka hanya akan menjadi seorang pribadi biasa biasa saja. Murid perguruan Marga Luhur hendaknya menjadi pribadi yang luar biasa’ bijaksana dan berpengetahuan.

9. Semangat dan teguh hati

Semangat yang bernyala tak akan terkalahkan oleh kesukaran apa pun, tak dapat dibujuk oleh rayuan. Seorang murid perguruan Marga Luhur harus sangat bersemangat dalam hal pelaksanaan tata tertib kehidupan. Agar semangat tersebut teratur baik, semangat itu harus selalu disertai keteguhan hati. Murid perguruan Marga Luhur harus bersemangat memperhatikan kemajuan padepokan dan kemajuan secara pribadi (belajar terus menerus).

10. Percaya kepada Tuhan

Untuk memperoleh keselamatan dan hidup berbahagia di dunia ini, perlulah setiap murid perguruan Marga Luhur percaya kepada Tuhan/beriman. Murid perguruan Marga Luhur harus dengan mantap percaya padaTuhan, dari arah mana pun angin ribut datang, betapa berat pun tiupan angin, dan betapa sulit dan berat tantangan hidup. Tabahlah dan percayalah kepada penyelenggaraan illahi. Serahkan diri Anda kepada Nya. Dan apa pun yang akan Anda alami, bertindaklah selalu dengan bijak dan tenang. Dan terutama dengan kepercayaan kepada penyelenggaraan Ilahi, maka Tuhan akan menyelenggarakan segala galanya untuk hidup Anda.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 31

Semar menyimpulkan seluruhnya:

1. Coba dengarkan dan renungkanlah semuanya yang telah diajarkan oleh Guru Bagong di Pawiyatan Marga Luhur ini adalah untuk menyelamatkan jiwa jiwa semua murid yang menjadi anak asuhnya. Mereka semua diharapkan mendapatkan pendidikan berkualitas tinggi, agar mereka mampu menduduki posisi posisi penting di masyarakat.

2. Mendidik anak anak dari rakyat jelata, untuk mengangkat harkat dan martabat mereka, sehingga mereka bebas dari kebodohan, bebas dari penjajahan (penindasan) para penguasa, dan akhirnya mampu menjadi tuan di negaranya sendiri.

Tancep Kayon

MENDAMPINGI PESERTA DIDIK

Segenap Keluarga Besar Yayasan Pangudi Luhur yang berbahagia dan diberkati Tuhan.

Saya, atas nama Pengurus Yayasan Pangudi Luhur Pusat mengucapkan selamat merayakan pesta Pelindung Yayasan, yaitu Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda pada 8 Desember 2014. Kita saling mendoakan agar dengan pengantaraan Bunda Maria, Tuhan semakin melimpahkan berkat kurnia Nya kepada kita, sehingga kita semakin dimampukan untuk melayani masyarakat dan khususnya para peserta didik yang dipercayakan kepada kita.

Saudara saudari terkasih, pada tahun 2014 ini kita merayakan 60 tahun Yayasan Pangudi Luhur melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Kita telah mengadakan berbagai kegiatan sebagai tanda syukur atas berkat Tuhan kepada kita selama ini. Baiklah kita runut kembali kegiatan kegiatan yang telah terjadi yaitu pada 20 September ada seminar Pendidikan di Hotel Santika Semarang; 5 Oktober ada pentas wayang orang “Rama Sinta” di SMA PL Don Bosko; 6 Oktober POR Seni (paduan suara) di kompleks Don Bosko Semarang, dan berpuncak pada 7 Oktober perayaan Ekaristi syukur di Katedral Semarang.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

32 | MENGENALKAN

Pada tahun ajaran 2011/2012 yang lalu, kita sudah mulai secara formal dan serentak memberikan pembelajaran KEPANGUDILUHURAN kepada peserta didik di sekolah sekolah kita di seluruh jenjangnya dari TK/SD/SMP/SMA/SMK. Kita membuat bahan ajar dalam bentuk buku pelajaran berdasarkan Sepuluh Keutamaan yang diwariskan oleh Br. Bernardus Hoecken dan Pastor Ludovicus Rutten (para Pendiri Kongregasi Bruder FIC) kepada para pengikutnya. Sepuluh Keutamaan tersebut adalah Percaya kepada Tuhan, Rendah Hati, Teladan Baik, Mencintai Para Bruder, Saleh, Sikap Bijaksana, Lembut Hati, Tabah Hati, Kebijaksanaan dan Berpengetahuan, Semangat dan Keteguhan Hati.

Cita cita kita adalah agar seluruh keluarga besar Yayasan Pangudi Luhur memahami, meresapi dan menghidupi keutamaan keutamaan tersebut. Saya mengharapkan dengan adanya buku pelajaran tersebut agar para pendidik dipermudah dalam tugas pendampingan kepada para peserta didik bimbingannya.

Para pembaca surat ini saya minta membayangkan dan mengambil posisi sebagai ‘pemimpin’, sehingga teks yang dibacanya melibatkan pembaca sebagai tokoh yang hidup dan aktif. Lebih sederhananya, apabila di dalam teks ada kata ‘pemimpin’, yang dimaksudkan adalah SAYA/AKU, entah sebagai pendidik atau tenaga pendidikan di mana pun bertugas di Yayasan Pangudi Luhur. Di setiap akhir uraian nilai nilai ini ada pertanyaan reflektif dengan tujuan untuk membantu pembaca agar semakin menajamkan dan memperdalam pemahamannya terhadap tiap nilai atau keutamaan tersebut.

Saudara saudari terkasih, marilah pada kesempatan merayakan pesta Pelindung Yayasan Pangudi Luhur ini kita meresapkan dan merefleksikan kembali secara mendalam Sepuluh Keutamaan tersebut.

Buku ini setelah diterima, kemudian setiap hari selama 10 hari berturut turut dibacakan tiap pagi 1 (satu) Keutamaan, sehingga selama 10 hari seluruh Keutamaan sudah dibaca.

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 33

Pada kesempatan lain teks ini agar digunakan sebagai bahan pendalaman di unit kerja masing masing, misalnya setiap bulan 1 (satu) Keutamaan, sehingga dapat menjadi bahan dialog di antara kita. Pertanyaan pertanyaan refleksi dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan konteks yang ada.

Bapak Ibu/Saudara saudari terkasih, demikianlah saya sampaikan Sepuluh Keutamaan Br. Bernardus untuk dipahami, diresapi, dan akhirnya dihidupi. Harapan Pengurus YPL lebih lanjut, semoga pada gilirannya para Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pangudi Luhur dapat bersama sama menghidupkan nilai nilai tersebut di unit kerja masing masing. Dengan demikian keutamaan keutamaan tersebut mewarnai kehidupan kita sebagai warga besar Pangudi Luhur.

Selamat mengemban tugas pengutusan dalam semangat Bernardus dan di bawah perlindungan Santa Perawan Maria yang terkandung tak bernoda, pelindung Yayasan Pangudi Luhur.

Tuhan memberkati, Berkah Dalem. (Semarang, 8 Desember 2014)

Percaya kepada Tuhan

Keselamatan dan hidup berbahagia di dunia hanya dapat diperoleh dengan adanya sikap percaya kepada Tuhan. Seorang pemimpin harus dengan mantap percaya kepada Tuhan, dari arah mana pun angin ribut datang, betapa berat pun tiupan angin sakal, betapa sulit pun perkara perkara yang dihadapinya.

Jika pemimpin melakukan apa yang dianggapnya terbaik dan hanya tertuju kepada kehormatan dan kemuliaan Tuhan yang Mahaluhur, hendaklah ia menaruh seluruh kepercayaan kepada Tuhan, dan dalam keyakinan teguh bahwa ia selalu akan ditolong Tuhan.

Jika kadang kala seolah olah Allah membiarkan terjadinya hal hal yang buruk, dan seseorang terkena malapetaka atau kemalangan; jika

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

34 |

seseorang diserang atau diancam oleh setan atau kemauan buruk orang jahat, maka percayalah kepada Tuhan. Dialah yang berkuasa membebaskan dari segala yang memalukan. Tuhan akan menyelamatkan. Selalu dan pada setiap keadaan khusus yang menyusahkan, nyatakanlah keprihatinan dan kerisauan Anda kepada Tuhan. Kita sendiri mesti berusaha sedapat dapatnya, tidak bertindak tanpa berpikir masak masak atau dengan angkuh, dan hendaklah bersikap sabar dan tenang.

Nabi Yesaya mengatakan, “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau; Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan Ku. Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan dan nyala api tidak akan membakar engkau...sebab Akulah Tuhan Allahmu yang Mahakudus, Allah Israel, Juru Selamatmu.” (Yes. 43:1 3)

Dalam hidup sehari hari kita mengalami berbagai peristiwa dan atau kenyataan yang beraneka macam. Suatu ketika, kita sangat digembirakan oleh keberhasilan kita. Pada waktu dan kesempatan yang lain, kita dibuat suntuk dan atau sumpek, bahkan sedih karena kesalahan atau kekeliruan kita sendiri maupun orang lain. Hal hal yang demikian kita alami silih berganti. Dalam situasi dan kesempatan yang kadang tidak menentu inilah kita mesti, sebagai orang beriman, percaya bahwa Tuhan selalu menyertai kita.

Dalam mendampingi peserta didik kita diminta memberikan contoh penghayatan iman akan Tuhan dalam wujud nyata, terutama dalam keadaan malang, keadaan tidak beruntung tetapi Tuhan selalu menyertai kita.

Refleksi:

disebut orang beriman. Apa artinya?

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 35

 Kita

Sudahkah kita, sebagai pendidik atau tenaga kependidikan, menunjukkan kepada peserta didik bahwa kita orang yang beriman kepada Tuhan?

contoh contoh nyata dari hidup sehari

1. Rendah Hati

Pemimpin yang memimpin dengan kecongkakan, mereka yang dipimpin akan takut kepadanya, tetapi tidak akan mencintainya. Seseorang membutuhkan semangat rendah hati, semangat untuk menyangkal diri, tidak bengal, dan semangat memperhatikan setiap orang sesuai dengan kebutuhan masing masing.

Pemimpin harus siap apabila ada kritikan terhadap diri pribadinya, apalagi hanya teguran teguran kecil terhadap dirinya. “Seorang pemimpin seyogianya menerima kalau ia ditegur mengenai kesalahannya dan yakin bahwa ia membuat kesalahan sebagai pemimpin,... dan sebagai orang Kristen dalam fungsi yang dijabatnya,” kata St. Vinsensius.

Para pemimpin hendaklah bersikap lemah lembut dan rendah hati, mengusahakan bersikap seperti anak kecil yang polos dan Bapa yang baik hati akan senang memandangnya, menolong dengan rahmat, serta akan mendampingi pemimpin dalam tugasnya.

Injil Matius 18:3 mengatakan, “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”

Seorang pemimpin dipilih oleh Allah sebagai sarana, sebagai alat Nya. Tidak tepatlah pemimpin dipilih karena kecakapan dan kemahirannya. Dua belas Rasul dipilih Tuhan dalam keadaan apa adanya. Mereka dipilih dan diberkati Tuhan.

Santa Maria, Ibu Yesus, memberikan contoh merendahkan diri dengan tulus mengunjungi saudarinya, Elisabet. Maria dengan penuh kasih

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

36 | MENGENALKAN
Berilah
hari!  Adakah pengalaman konkret seperti yang dituliskan dalam Yesaya 43:1 3?

melayaninya. Ia tinggal bersama Elisabet selama 3 bulan sebagai seorang hamba.

Seorang pemimpin mestinya berani memberikan contoh mengerjakan hal hal sederhana, kecil, sepele. Seseorang yang mengerjakan pekerjaan pekerjaan sederhana, kecil tidak akan membawa derajat sebagai pemimpin menjadi rendah, atau kurang bermartabat.

Sikap rendah hati membuat orang terbuka, sehingga mampu menerima orang lain apa adanya. Sikap terbuka mewujud dalam terbuka terhadap segala kemampuan dan kelemahan diri. Terbuka terhadap diri sendiri membuatnya terbuka dan berani untuk menerima bantuan orang lain untuk makin berkembang dalam kepenuhan hidupnya.

Matius 20:25 28 menuliskan, “Pemerintah pemerintah bangsa bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi; tidaklah demikian di antara kamu; barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.”

Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin haruslah memperhatikan nasihat St. Paulus ini, yaitu tidak mencari kepentingan sendiri: penghargaan, kehormatan, atau kepuasan sendiri, melainkan mencari hal hal yang menyenangkan Allah, agar mereka, karena rendah hati menjadi segala galanya bagi semua orang, dan agar demi cinta kasih kepada Allah, mereka akan membawa semua orang kepada Nya. Refleksi:

Tindakan nyata menyangkal diri seperti apa yang saya alami dan usahakan?

Mengapa ‘anak kecil’ digunakan dalam Matius 18:3?

Yesus memilih 12 (dua belas) Rasul apa adanya. Apa maksudnya?

Apa sajakah kelebihanku? Apa sajakah kelemahan diriku?

Apakah aku menerima kelemahanku? Kapan?

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 37

Perbuatan perbuatan sederhana apa sajakah yang saya perbuat sebagai wujud sikap rendah hatiku? Turunkah martabatku sebagai pemimpin bila aku mengerjakan tugas tugas kecil?

2. Teladan Baik

Pemimpin hendaknya memandang dirinya sebagai pelita yang tidak ditempatkan di bawah gantang, melainkan pada tempat yang tinggi, pada kaki dian agar dilihat oleh semua orang, atau sebagai teladan yang harus diikuti oleh orang lain.

Pemimpin wajib mendidik dengan ajaran ajarannya, petunjuk petunjuknya, atau nasihat nasihatnya, tetapi terutama dengan teladannya. Ajaran yang paling hidup dan berhasil adalah teladan perbuatan perbuatan baik! Tidak ada yang lebih meyakinkan kebenaran suatu perkataan daripada teladan. Menyatunya perkataan dan kelakuan harus mewujud dalam diri pemimpin.

Buah buah apa yang boleh diharapkan dari pemimpin, jika kelakuan, sikap hidupnya bertentangan dengan kata kata dari nasihatnya?

Kesan apa yang akan timbul, jika pemimpin memaksakan orang lain agar tertib, disiplin, taat aturan, bersikap ceria gembira, jika mereka melihat pemimpin tidak sesuai dengan yang ia anjurkan?

Pemimpin ibaratnya adalah kepala: seperti keadaan kepala, begitu pula keadaan para anggota tubuh lainnya. Apabila kepala lemah, sakit, cacat dst..., maka seluruh tubuh akan terasa sakit atau cacat.

Pemimpin yang baik adalah sebagai rahmat Allah bagi mereka yang dipimpinnya. Pemimpin yang memberikan teladan yang baik, ibarat bau bunga yang harum mewangi yang menyentuh semua orang yang mendekati mereka. Pemimpin yang penuh teladan baik dalam hidupnya, ia dapat dengan penuh kepercayaan diri dapat berbicara,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

38 |

menegur, dan bila perlu memberikan sanksi yang mendidik. Mereka yang dipimpin pun akan menerima dengan suka citanya apa yang diputuskan oleh pemimpin.

Hindarilah ungkapan suci di bawah ini ditujukan kepada Anda, pemimpin, hanya karena dilihat ketidaksatuannya antara kata berisi nasihat dan perbuatan yang Anda lakukan. “Hai tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri!” (Lukas 4:23)

Refleksi:

Manakah contoh contoh menyatunya kata kata nasihat dengan perbuatan dalam diri saya sebagai pemimpin?

Hal hal apa yang akan terjadi, jika kelakuan, perbuatan kita bertentangan dengan kata kata nasihat baik kita?

Pemimpin yang memberikan teladan yang baik, ibarat bau bunga yang harum mewangi. Apa artinya?

Dalam konteks pemimpin, apa makna kutipan “Hai tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri!” (Lukas 4:23)?

3. Mencintai Para Bruder (Murid/Sesama)

Keutamaan ini berjudul ‘Mencintai para Bruder’ karena memang ditulis oleh Br. Bernardus Hoecken dan ditujukan kepada para pemimpin biara Bruder FIC pada waku itu. Para pemimpin harus mencintai bruder bruder yang dipimpinnya di komunitas komunitas. Nilai yang disampaikan oleh Br. Bernardus berlaku universal, artinya berlaku juga bagi kita sebagai pemimpin di tingkat mana pun dan di mana pun. Dalam hal ini ‘mencintai para bruder’ haruslah dibaca dan dimaknai sebagai ‘mencintai para murid dan atau sesama.’

Cinta kasih adalah dasar dan alasan segala perkataan dan tindakan seorang pemimpin. Surat St. Yohanes 4:21 menuliskan, “Barang siapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.” Kelembutan hati seorang ibu sangat membantu pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 39

Apabila tindakan seorang pemimpin demi kepentingan diri sendiri, orang yang dipimpinnya akan kehilangan kepercayaan, hormat, dan cinta kasih kepadanya. Akibat lebih lanjut, orang tidak akan berani jujur, tidak terbuka, tidak bersedia membuka hati lagi kepada pemimpinnya, meskipun ada persoalan, kesukaran, maupun kelemahan.

Pemimpin dipilih bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi bagi banyak orang. Waktu yang dipunyai seorang pemimpin adalah juga waktu untuk orang lain. Misalnya waktu untuk memberikan nasihat, menghibur, mendampingi, dan waktu untuk siap mendengarkan dengan baik bagi mereka yang membutuhkan.

Pemimpin yang sungguh mampu mencintai orang lain, mampu mencintai mereka yang dipimpin, di situlah Tuhan hadir dengan berkat Nya. Kata kata sapaan yang ramah, halus, dan penuh keceriaan akan membuat orang yang sedang mengalami kesukaran, kekacauan batin menjadi segar, teringankan dan ada kelegaan dari bebannya.

Sering kali ada salah memaknai tentang kata murah hati yaitu dengan memberikan dan atau mengabulkan atau meng iya kan segala permintaan dari bawahannya. Sikap murah hati pemimpin tidak berarti pemborosan waktu dan atau menuruti segala permintaan bawahan. Pemimpin harus tetap bijaksana, apakah cinta kasihnya tidak disalahgunakan oleh orang lain demi egoisme pribadi.

Perhatian pemimpin sebagai pendidik kepada orangtua murid, meskipun sangat sederhana akan makin menyuburkan tumbuh kembangnya cinta kasih antara pendidik dengan anak didiknya.

Penyelamat kita, Yesus Kristus, telah mengurbankan istirahat Nya dan sering tidak tidur sepanjang malam untuk memperhatikan kesejahteraan para murid Nya. Demi keselamatan manusia, Ia rela wafat bahkan sampai wafat di kayu salib.

Refleksi:

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

40 |

Apa akibatnya bila tindakan seorang pemimpin hanya demi kepentingan diri sendiri?

Contoh contoh perkataan perbuatan konkret apa yang menunjukkan bahwa hidupku adalah bagian tidak terpisahkan dengan mereka yang aku layani?

Apakah akibatnya apabila seluruh permintaan anak didik dikabulkan demi tidak mengecewakan mereka?

Sudahkah aku mencintai dan dicintai oleh anak didik saya? Adakah contoh contoh nyata?

4. Saleh

Seorang pemimpin tidak boleh hanya mengandalkan kekuatan manusiawi saja. Ia harus selalu mengusahakan agar segala tindakan, tingkah lakunya atau dengan kata lain seluruh hidupnya harus mengandalkan pertolongan, penerangan, dan kekuatan dari rahmat Allah.

Menurut teladan Sang Penyelamat, seorang pemimpin harus ibarat api yang menerangi dan menghangatkan. Ia harus mempersatukan bawahan dengan Tuhan: maka kata katanya, karyanya, segala kegiatannya harus bersifat ilahi.

Apabila seorang pemimpin sungguh sungguh memperhatikan doa, latihan rohani, hal ini akan menular bagi para bawahan. Mereka akan merasakan bahwa pemimpin mereka adalah pendoa, ada hubungan yang erat dengan Tuhan. Seorang pemimpin haruslah saleh. Ia mesti menghadap Tuhan dan bertanya kepada Nya, apa yang harus diajarkan kepada orang lain. Apabila seorang pemimpin kurang saleh, ia akan memandang segala sesuatu dengan mata duniawi saja.

St. Vinsensius a Paulo mengatakan, “Pemimpin harus berlindung kepada Tuhan dalam doa, bukan saja jika ia bimbang dan mengalami kesukaran, melainkan juga untuk mendengar dari Tuhan sendiri, apa yang harus diajarkan

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
| 41 

kepada orang lain. Ia harus meneladan Musa, yang hanya menyampaikan pesan Allah kepada bangsa Israel, apa yang didengarnya dari Allah, lain tidak.”

Pemimpin yang tidak saleh bagaikan penyakit kanker dalam sebagian tubuh. Ia merusak bagian demi bagian dan akhirnya merusak seluruh tubuh.

Pemimpin yang baik lagi saleh, yang dalam segala tingkah lakunya hanya hidup bagi Allah, merupakan hadiah dari surga untuk mereka yang dipimpin.

Sebaliknya, pemimpin yang mencari diri sendiri dan yang kehilangan kesalehan yang sangat ia butuhkan, ia akan jadi beban dan kurang membahagiakan mereka yang dipimpinnya.

Refleksi:

Kata kata, karya, kegiatan seorang pemimpin harus bersifat ilahi. Apa maksudnya?

 Kebiasaan kebiasaan baik manakah yang Anda hidupi untuk memupuk dan menyuburkan kesalehan?

Mengapa seseorang disebut suci?

Mengapa pemimpin yang hanya mencari diri sendiri akan menjadi beban dan kurang membahagiakan bawahannya?

5. Sikap Bijaksana

Seorang pemimpin, betapapun berpengalaman, betapapun mahir atau ahli dalam ilmu pengetahuan, ia tidak boleh hanya mengandalkan kebolehannya sendiri. Dalam segala hal, pemimpin lebih dahulu harus mohon nasihat dan pertolongan kepada Allah dan kepada Bunda Perawan yang tidak bernoda.

Pemimpin harus memimpin dengan bijaksana dan membimbing mereka yang dipimpin di jalan kesempurnaan. Pemimpin harus

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

42 |

mempelajari sifat dasar, kecenderungan, dan tabiat yang dipimpin. Apabila tidak demikian, pemimpin dapat salah dalam memberikan petunjuk petunjuk yang bertentangan dengan kebutuhan mereka.

Pemimpin mendorong mereka yang dipimpin agar mereka hidup menurut Roh Allah. Ia harus berani menasihati mereka secara tepat, jika perlu menegur, menunjukkan kekurangan mereka; tetapi semua itu dengan kebijaksanaan suci dengan memilih waktu, tempat, dan kesempatan yang paling cocok.

Perkataan dan perbuatan pemimpin yang kurang bijaksana dapat menimbulkan kekacauan, keruwetan. Pemimpin mesti sungguh sungguh sadar dan insaf bahwa kata kata, perbuatan perbuatan, tindakannya sedang diuji oleh bawahan. Sesuatu yang sama yang dibuat oleh orang lain yang bukan pemimpin dinilai sebagai sesuatu yang biasa saja, sedangkan bagi pemimpin sangat diperhatikan.

Jangan membuat sesuatu tanpa timbang menimbang, supaya setelah mengerjakan sesuatu jangan menyesal. Seorang pemimpin harus mampu dan mau mendengarkan pendapat para penasihatnya dan tidak menolak teguran teguran yang jujur. Pemimpin mesti bijaksana dalam membimbing para bawahan yang mengalami kesulitan, godaan, atau yang bertabiat amat sukar. Jangan sampai pemimpin menganggap bawahan yang tua, lemah, sakit sebagai gangguan dan menjadi beban.

Pemimpin harus mampu membedakan kesalahan kesalahan kecil yang kurang disadari dengan kesalahan kesalahan besar dan sengaja dan dapat menjadi batu sandungan.

Pemimpin yang bijaksana menugasi setiap orang sesuai dengan kemampuan masing masing. Sikap bijaksana juga mesti ditunjukkan dalam menghindari pilih kasih, serta tetap menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya. Pemimpin sudah semestinya menghindari cara bekerja yang tidak konsekuen agar bawahan tidak menilai sebagai

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 43

seorang yang bertindak sesuka hati, tanpa tujuan, dan mengikuti kemauan diri sendiri.

Refleksi:

Mengapa pemimpin mesti mempelajari sifat dasar, kecenderungan, tabiat para bawahannya?

Apa pentingnya pemimpin mesti mendengarkan pendapat para penasihatnya?

Bagaimana sikap pemimpin terhadap bawahan yang membuat kesalahan kesalahan kecil?

Bagaimana akibatnya bila pemimpin tidak dapat menjaga rahasia bawahannya?

Adakah aku membeda bedakan dalam bersikap dan bertindak terhadap mereka yang dipercayakan kepadaku? Adakah contoh nyata? Mengapa saya berbuat demikian?

6. Lembut Hati

Yesus, Sang Guru Ilahi, mengatakan, “Belajarlah pada Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapatkan ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban Ku pun ringan!” (Matius 11:29 30). Sikap lembut hati membawa orang kepada rasa persaudaraan sejati. Ketakutan ketakutan untuk mendekati seseorang akan hilang lenyap bila sikap lembut hati ini hidup dalam diri seseorang, terutama sebagai seorang pemimpin.

Apabila pemimpin harus memberikan suatu perintah, hendaklah perintah tersebut bernada permintaan, tanpa kesombongan atau kemarahan. Apabila Anda mengabulkan permohonan bawahan, berikanlah dengan ramah. Sebaliknya, jika harus menolak atau menunda pengabulan suatu permintaan, lakukanlah dengan lembut hati, sehingga tidak menyakitkan hati. Ibaratnya, kelembutan hati itu bagaikan manisan ilahi yang menghilangkan segala kepahitan.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

44 |

Jabatan pemimpin yaitu membawa jiwa kepada Allah. Pandangan mata yang lembut, menawan hati, perkataan halus dan penuh cinta dapat menenangkan hati orang yang marah dan gelisah. Pemimpin yang lembut hati akan berdampak besar terhadap mereka yang dipimpinnnya. Apabila pemimpin berbicara karena dan atau dengan marah atau kurang sabar, maka biasanya sia sialah dampaknya.

St. Vinsensius a Paulo mengatakan, “Kelembutan hati itu membuka hati orang, sedangkan kekerasan menutupnya.”

Sebagai pemimpin jangan gelisah jika terjadi suatu kesalahan atau kekurangsempurnaan, kendalikanlah gerakan hati dan nantikanlah suatu kesempatan yang lebih tepat.

Pemimpin hendaklah selalu memaafkan dan melupakan dengan murah hati, jika yang bersalah mengakui kekurangan mereka dan berniat untuk memperbaiki hidup mereka.

Perlu diperhatikan bahwa sikap lembut hati bukan merupakan rintangan untuk bertindak tegas, terutama sekali terhadap mereka yang menyalahgunakan sikap lembut hati, kasih dan kehati hatian pemimpin.

Refleksi:

‘Kelembutan hati itu bagaikan manisan ilahi.’ Apa maksud ungkapan tersebut?

St. Vinsensius a Paulo mengatakan, “Kelembutan hati itu membuka hati orang, sedangkan kekerasan menutupnya.” Jelaskan maksudnya dan berilah contoh contohnya!

Apa perbedaan antara ‘lembut hati’ dan ‘lemah kehendak?’

Mereka yang dipercayakan kepada Anda, pasti ada yang berkali kali membuat kesalahan, kadang sungguh sangat berat. Bagaimana sikap Anda?

Tabah Hati

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 45

7.

St. Vinsensius a Paulo mengatakan, “Tak ada yang lebih merugikan suatu komunitas daripada pemimpin yang terlalu lemah, yang suka menyenangkan orang lain dan mencari cari cinta para anggota komunitas itu.”

Sebagai wakil Yesus Kristus, seorang pemimpin harus dijiwai kemurahan dan ketabahan hati. Jabatan pemimpin itu sendiri sudah cukup sukar, ada salib yang harus dipikulnya. Beban akan terasa semakin berat, tak tertanggungkan lagi apabila pemimpin mudah bergetar dan takut terhadap setiap tantangan, perlawanan, dan kesulitan. Sebagai pemimpin seharusnya melengkapi diri dengan perisai iman, berikat pingganglah kepercayaan yang teguh.

St. Paulus meneguhkan, “Aku hidup, tapi bukan aku sendiri yang hidup, melainkan Kristuslah yang hidup di dalam aku,” (Gal. 2:10) dan dalam Fil. 4:13, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku.”

Tuhan akan menyelamatkan, membebaskan pemimpin dari banyak rintangan, asalkan segalanya bermotivasikan demi keluhuran Allah. Seorang pemimpin harus tabah hati, terutama dalam menepati kebiasaan kebiasaan yang sudah disepakati bersama dan hal hal kecil sehari hari.

Apabila para bawahan yakin bahwa pemimpin mereka seorang yang berwatak tabah hati, tidak mau ditaklukkan atau dibelokkan ke segala jurusan yang tak menentu, maka mereka pun tidak akan mencobainya dengan berbagai dalih permohonan atau permintaan dengan cara mengelabui atasannya.

Pastilah tidak menyenangkan bila kemudi itu harus dipegang searah, kaku, tanpa ada peristiwa mengalah atau berlayar sedikit ke kiri atau ke kanan. Namun hal itu perlu sekali karena sikap terlalu pemurah, serba mengizinkan, dan serba memberi serta mengabulkan akan menimbulkan akibat akibat yang buruk.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

46 | MENGENALKAN

Akhirnya, seorang pemimpin tidak usah terlalu khawatir, jika sewak waktu harus bertindak tegas, asalkan cinta kasih selalu merupakan dasar tindakannya.

Berlayarlah sebagai juru mudi yang tabah hati dalam melawan angin badai dan ombak tinggi. Tuhan mendampingi Anda!

Refleksi:

Apa maksud ungkapan ‘suka menyenangkan dan mencari cari cinta para anggota komunitas?’

Di mana komunitas pendidik?

Apa salib sebagai pemimpin?

Kebiasaan kebiasaan dan hal hal kecil apakah yang juga perlu ditaati pemimpin?

Pengalaman Anda macam apakah bahwa seorang pemimpin harus fleksibel atau lentur dalam menghadapi dan memecahkan persoalan? Contoh contoh nyata pengalaman Anda?

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 47

48 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

BAGIAN III:

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 49
ANAK-ANAK PANDAWA
50 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

GURU BAHASA JAWA IDEAL

Pada 11 Maret 2015 yang lalu Yayasan Pangudi Luhur mengumpulkan guru Bahasa dan Sastra Jawa yang bertugas di sekolah sekolah di Jawa Tengah (Wilayah Semarang) dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak kurang dari 30 guru SD/SMP/SMA/SMK hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka berlatar belakang disiplin ilmu yang bermacam macam. Ada yang dari disiplin Matematika, Fisika, Biologi, Konseling dan memang ada yang dari Bahasa dan Sastra Jawa. Suasana pertemuan menggembirakan karena benar benar saling memperkaya dan terbuka. Beberapa peserta yang mempunyai talenta ‘nembang Jawa’ ada yang berkesempatan unjuk kepiawaian.

Pertemuan dibuka dan diberi pengantar oleh Br. G. Bambang Nugroho FIC, sebagai Kepala Kantor YPL Pusat. Selanjutnya Br. Yan Wiryasumarta FIC mengisi seluruh acara sampai siang hari. Dwijawiyata, nama samaran Br. Yan dalam buku buku karangannya yang diterbitkan Kanisius, menyegarkan para peserta dengan bahan bahan seperti Ejaan Bahasa Jawa yang Disempurnakan; Unggah ungguh Bahasa Jawa; Menulis dan Membaca Tulisan dengan Huruf Jawa. Br. Yan juga memberikan selingan dengan lagu lagu dolanan anak anak misalnya Ilir ilir, Bapak Pocung, dll.

Fungsi dan Kedudukan Bahasa Jawa

Bahasa Jawa, seperti bahasa pada umumnya, berfungsi sebagai alat komunikasi di dalam keluarga dan masyarakat. Sebagai alat komunikasi, Bahasa Jawa harus digunakan dengan baik dan benar. Penggunaan bahasa dengan baik dan benar berarti bahasa digunakan sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku dan sesuai dengan situasi dan kondisi di mana komunikasi tersebut berlangsung (formal, informal). Secara perorangan, Bahasa Jawa berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan informasi yang ada di dalam diri seseorang agar dipahami oleh orang lain. Juga Bahasa Jawa dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan khayalannya, misalnya wujudnya dapat berupa cerita pendek, puisi, novel, drama.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 51

Dalam politik bahasa nasional, dalam hubungannya dengan kedudukan bahasa Indonesia, bahasa bahasa seperti Bahasa Bali, Batak, Bugis, Jawa, Madura, Makasar, dan Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah. Bahasa daerah berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, dan alat komunikasi atau perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah. Bahasa Jawa menjadi lambang kebanggaan orang orang Jawa. Bahasa Jawa menunjukkan identitas atau keberadaan orang orang Jawa. Bahasa Jawa digunakan sebagai alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat orang orang Jawa. Demikian pula bahasa bahasa daerah lainnya (Bali, Batak, Bugis, Madura, Makasar, Sunda dsb.) yang ada di daerah masing masing mempunyai kedudukan yang sama dengan Bahasa Jawa.

Bahasa Jawa di Sekolah

Pembelajaran Bahasa Jawa diajarkan dari SD, SMP, SMA/K secara berkesinambungan selaras antara kompetensi dasar yang satu dengan kompetensi dasar lainnya. Hal ini sesuai dengan maksud Kongres Bahasa Jawa yang digelar rutin 5 tahunan yang membahas Bahasa dan Budaya Jawa. Acara Kongres ini diselenggarakan oleh 3 Provinsi di Pulau Jawa secara bergantian, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kongres Bahasa Jawa I diselenggarakan di Semarang pada Juli 1991. Kongres Bahasa Jawa V diadakan di Surabaya pada tahun 2011. Salah satu hasil keputusan Kongres Bahasa Jawa adalah diwajibkannya pengajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas sederajat di 3 Provinsi pemrakarsa Kongres Bahasa Jawa tersebut. Begitulah, maka di sekolah sekolah ada pengajaran Bahasa Jawa.

Dalam pengajaran ini ada 4 aspek yang diajarkan, seperti pengajaran bahasa pada umumnya, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut tidak dapat terpisah antara satu aspek dengan aspek lainnya. Benar bahwa dalam pembelajarannya difokuskan salah satu aspek, artinya pada pembelajaran mendengarkan siswa tidak hanya dituntut mendengarkan saja, akan tetapi siswa juga harus dapat berbicara, menulis dan mengapresiasikannya dalam bentuk sastra.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

52 | MENGENALKAN

Peranan guru dalam pengembangan Bahasa Jawa, terutama penerapan unggah ungguh sangat penting dan dominan dalam keberhasilan pembelajarannya. Bagaimanapun, baik atau sempurnanya kurikulum dan lengkapnya sarana prasarana, apabila guru tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka pembelajaran tidak akan membawa hasil yang memuaskan. Di sinilah dituntut kreativitas dan inisiatif guru Bahasa Jawa untuk mencari sumber sumber bahan aktual yang memungkinkan lebih menarik dalam konteks pembelajarannya. Kreativitas dan inisiatif tidak serta merta seorang guru harus menciptakan atau mengarang sendiri bahan pengayaan tersebut, tetapi juga bagaimana seorang guru mampu menggunakan dengan baik dan benar hal hal yang sudah ada atau tersedia di sekitarnya.

WAYANG TOKOH YESUS

Pada awal adanya Wayang Wahyu ada seniman seniman dan tokoh tokoh penting antara lain: M.M. Atmowijoyo (dalang), R. Roesradi Wijayasawarno (pelukis dan penatah wayang), J. Soetarmo (pengrawit). Juga sangat didukung oleh para pemimpin Gereja Katolik waktu itu yaiku Mgr. A. Soegijapranoto (Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang); Romo J. Darmoyuwono, Pr; Romo D. Adisoedjono, MSF; Romo P.C. Soetapanitra, SJ. Juga Ki Subanta, seorang pengendang ulung di Surakarta. Semuanya besar sumbangannya untuk kegiatan dan demi majunya serta berkembangnya Wayang Wahyu Ngajab Rahayu.

Pada 1966 di Surakarta terlanda banjir besar karena meluapnya Bengawan Solo, yang merusak banyak hal, termasuk Bruderan FIC di Purbayan. Wayang wayang yang dibuat dari karton rusak lumat kena banjir. Sejak itu biuatlah wayang yang bahannya dibuat dari kulit kerbau, seperti wayang kulit purwa pada umumnya yang sudah ada.

Pementasan Wayang Wahyu

Wayang Wahyu dikenal tidak hanya di Surakarta, tetapi juga di tempat tempat lain seperti Klaten, Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Malang dan juga di Jakarta. Wayang Wahyu semakin lebih dikenal setelah mengikuti pentas dalam Pekan Wayang Indonesia I (1969), dan Pekan Wayang Indonesia II (1974). Wayang

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

53

MENGENALKAN
|

Wahyu dipentaskan tidak hanya di lingkungan Gereja Katolik, tetapi juga di luar Gereja Katolik. Pada bulan Suro 2016 yang lalu di Semarang di rumah Ibu Hjh. Sri Merdekaningsih (Haji Suhardjo almarhum) juga diselenggarakan pentas Wayang Wahyu. Pentas Wayang Wahyu yang rutin terjadi pada setiap perayaan Hari Raya Paskah dan Hari Raya Natal setiap tahun yang selalu disiarkan oleh RRI Surakarta. Seperti pementasan wayang pada umumnya, Wayang Wahyu juga menggunakan tim kerawitan. Sebagian besar anggota tim kerawitannya ini para guru dan karyawan Yayasan Pangudi Luhur yang berdomisili di kota Surakarta. Para penyanyi (sinden) berupa paduan suara (kor) dari para guru TK/SD/SMP/SMA Pangudi Luhur. Wayang Wahyu Ngajab Rahayu ada di bawah pengelolaan Yayasan Pangudi Luhur perwakilan Surakarta.

Jalannya pementasan juga seperti pentas wayang pada umumnya, mulai talu (tabuhan awal), pathet nem, pathet sanga, pathet manyura. Kecuali gendhing gendhing (lagu lagu) wayang umumnya, Blacius Subono juga sudah menciptakan gendhing gendhing yang bersuasanakan kerohanian Katolik. Hal yang menjadi semakin membanggakan, kini ada mahasiswa ISI Surakarta ikut aktif mendukung pada saat pementasan Wayang Wahyu. Untuk semakin memeriahkan pementasan, ada juga yang mendatangkan seniman lawak. Misalnya pada waktu SD PL Timotius Purbayan Surakarta merayakan berdirinya yang ke 95 pada Jumat, 6 April 2018 yang lalu, pelawak Dalidjo dari Angkringan TVRI Yogya datang untuk turut memeriahkan pentas tersebut. Adapun dalang dalang yang turut berkiprah dalam Paguyuban Wayang Wahyu Ngajab Rahayu ini antara lain Blasius Subono (dosen ISI Surakarta); Bambang Suwarno (dosen ISI Surakarta); Romo F.X. Wiyono, Pr; Yohanes Sujani; Siti Aminah Subanto (dalang wanita); Ernest Udayana; Romo Ag. Handi Setyanto, Pr; Bruder Frans Sugi, FIC.

Untuk regenerasi dalang ini juga sudah ada dalang Cilik lan Remaja yaitu Pradana Dandy Prakoesa (kelas IV SD Pangudi Luhur Santo Timotius Surakarta); Salya Teja Nurendra (Kelas VI SD Pangudi Luhur Santo Timotius Surakarta); dan Lukas Prana Wisnu Aji (Kelas XII SMA). Dalang dalang Cilik dan Remaja ini pernah pentas bergiliran pada waktu SD PL Santo Timotius Surakarta ulang tahun ke 93 pada 2 April 2016 yang lalu. Bapak Sudarko

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

54 |

Prawiroyuda, pengamat wayang, besar sekali sumbangannya untuk Wayang Wahyu, terutama untuk menulis lakon yang akan dipentaskan. Beberapa contoh lakon Wayang Wahyu yang pernah dipentaskan, misalnya: Malaikat Mbalela, Adam lan Kawa, Musa Nampa Angger angger Sepuluh, Yesus Sang Pamarta, Paulus Martobat, Tyas Dalem Lir Samodra. Pusat kegiatan Wayang Wahyu Ngajab Rahayu dan segala peralatannya ada di Bruderan FIC, Jln. Sugijapranoto 5 dan SD Pangudi Luhur St. Timotius Surakarta. (Suara Merdeka, Minggu, 9 September 2018)

Wayang Wahyu ‘Ngajab Rahayu’ (bahasa Jawa)

Ing jagading wayang ana warna warna jinising wayang, kayata: wayang kulit purwa, wayang golek, wayang klithik, wayang wong, wayang sadat, wayang beber, wayang wahyu lan liya liyane. Ing tulisan iki arep dibeberake bab Wayang Wahyu. Ing kene mligine arep diceritaake Wayang Wahyu Ngajab Rahayu kang mapan ing Surakarta.

Apa ta Wayang Wahyu?

Wayang Wahyu Ngajab Rahayu kacipta dening biarawan Katolik, yaiku Bruder Timotius Wignyasubroto, FIC ing Surakarta ing sasi Februari 1960. Wayang Wahyu iku digunaake kanggo martaake Sabda Dalem Gusti kaya kang kaserat ana ing Kitab Suci. Yen biasane Sabda Dalem Gusti diwartaake cara diwulanganke ana ing Greja utawa sekolah sekolah, ing kene kanthi nganggo cara seni budaya yaiku awujud wayang.

Ceritane utawa isine Wayang Wahyu kapethik saka Kitab Suci utawa Alkitab Katolik, yaiku saka Prajanjian Lawas lan Prajanjian Anyar. Gagasan gawe Wayang Wahyu kawiwitan nalika Bruder Timotius nonton pakeliran wayang kulit sing dhalange M.M. Atmowijoyo ing tanggal 13 Oktober 1957 ing gedung Himpunan Budaya Surakarta . M.M. Atmowijoyo iku guru SGB Negeri II Sala. Ing wektu iku njupuk lakon Dawud Nampa Wahyu Kraton sing kapethik saka Kitab Suci Prajanjian Lawas. Wayang sing digunaake ing pakeliran kasebut yaiku

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 55

tokoh tokoh Wayang kulit Purwa, amarga durung duwe wayang kang mligi kanggo pentas Wayang Wahyu. Tokoh Bambang Wijanarka kanggo paraga Dawud lan Raden Kumbakarna minangka Goliat. Bruder Timotius kurang sreg karo kahanan mau, mula banjur usul supaya digaweake wayang mironggan sing beda karo Wayang kulit Purwa. Mula banjur diyasaake wayang khusus awujud pepethan kaya gambar paraga kang ana ing ing gambar gambar suci kang kanggo mulang Agama Katolik ing Greja utawa ing papan papan pamulangan Katolik liyane. Paraga paraga wayang wahyu mau kayata: Adam, Kawa, Dawud, Goliat, Musa, Ibrahim,Yesus, Maria, Yusup lsp.

Ing sejarah bibit kawite Wayang Wahyu ana seniman seniman lan tokoh tokoh penting ing antarane: M.M. Atmowijoyo (dhalang), R. Roesradi Wijayasawarno (pelukis lan penatah wayang), J. Soetarmo (pengrawit). Uga dipangestoni dening para pengageng ing Greja Katolik yaiku Mgr. A. Soegijapranoto (Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang); Romo J. Darmoyuwono, Pr; Romo D. Adisoedjono, MSF; Romo P.C. Soetapanitra, SJ. Uga Ki Subanta, pengendhang kampiun ing Surakarta. Kabeh mau padha gedhe banget sumbangsihe kanggo kegiatan lan saya majune Wayang Wahyu Ngajab Rahayu.

Ing taun 1966 Surakarta kena banjir bandhang, amarga Bengawan Solo kang mbludag banyune, kang ngrusak sadhengah papan, kalebu Bruderan FIC ing Purbayan uga keleban banyu banjir mau. Wayang wayang sing digawe saka karton rusak kena banjir, paribasan ora kena dikukup. Wiwit wektu kuwi diyasaake wayang sing bahane saka kulit kebo, kaya wayang purwa sing wis umum kawentar.

Pakeliran Wayang Wahyu

Wayang Wahyu kawentar ora mung ana tlatah Sala wae. Papan papan liyane kaya dene Klaten, Ngayogyakarta, Salatiga, Semarang, Malang uga ing Jakarta. Wayang Wahyu saya kawentar sakwise melu pentas ing Pekan Wayang Indonesia I (1969), lan Pekan Wayang Indonesia II (1974). Wayang Wahyu kakelirake ora mung ana ing wewengkon Greja Katolik, ananging uga ana ing sajabaning wewengkon Greja Katolik.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

56 |

Kejaba saka kuwi, pakeliran sing rutin saben dina Riyaya Paskah lan Riyaya Natal, wayang wahyu tansah digiyarke kanggo mahargya dina dina Riyaya kuwi mau. Wayang Wahyu uga tau dipentasake ing hajatan sunatan salah sijining kulawarga. Malah salah sawijining kulawarga muslim uga tau ngundang kanggo acara suguhan hiburan keluarga.

Kaya dene pakeliran wayang wayang umume, Wayang Wahyu uga nganggo pengrawit. Sak perangan gedhe pengrawite para guru lan karyawan Yayasan Pangudi Luhur ingkang mapan ing tlatah Surakarta. Semono uga sindhen sindhene awujud kor (paduan suara) para guru lan karyawan YPL, saka TK, SD, SMP lan SMA.

Dene lakune pakeliran iya kaya wayang wayang liyane: wiwit talu, pathet nem, pathet sanga, lan manyura. Kejaba gendhing gendhing wayang umume, Blacius Subono dosen ISI Solo uga wis ngripta gendhing gendhing kang ngemot suwasana karohanen Katolik. Uga dadi bombonge ati dene ing wektu iki ana kanca kanca mahasiswa ISI Surakarta sing padha melu nyengkuyung aktif yen ana pentas Wayang Wahyu. Kanggo luwih nggayengke pentas uga ana sing ngaturi rawuh seniman dhagelan. Upamane rikala SD PL Timotius Purbayan Surakarta mengete madege sekolah kaping 95 dina Jemuwah 6 April 2018 kapungkur dhagelan Dalidjo (Angkringan TVRI Yogya) rawuh ing panggung. Mula banjur luwih grengseng lan nyenengke lakune pakeliran Wayang Wahyu.

Para paraga dhalang kang ing wektu iki padha aktif lan kiprah ing Wayang Wahyu Ngajab Rahayu antarane Blasius Subono (dosen ISI Surakarta); Bambang Suwarno (dosen ISI Surakarta); Yohanes Sujani; Siti Aminah Subanto (dhalang wanita); Ernest Udayana; Romo Ag. Handi Setyanto, Pr; Bruder Frans Sugi, FIC. Conto conto lakon Wayang Wahyu sing wis tau kababar upamane Malaikat Mbalela, Adam lan Kawa, Musa Nampa Angger angger Sepuluh, Yesus Sang Pamarta, Paulus Martobat lsp.

Mangkono kuwi beberan sithik lan singkat bab Wayang Wahyu Ngajab Rahayu, muga muga ana paedahe kanggo para maos Djaka Lodang kabeh ing ngendi wae papan lan wektu. Dene alamat pusat kegiatan Wayang Wahyu Ngajab Rahayu

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 57

ana ing Bruderan FIC, Jln. Sugijapranoto 5 Surakarta.

MENYUBURKAN BENIH PANGGILAN

Beberapa bulan yang lalu saya menanam biji Salak Pondoh di dalam sebuah pot bunga. Sebelumnya sudah saya siapkan lebih dahulu tanah gembur yang sudah dicampur dengan pupuk. Sejak biji tersebut ada di dalam pot, saya cukup rajin menyiraminya. Setelah sekian waktu ahh ... tampak hasilnya. Ada tanda kehidupan: bertunas! Tampak sesuatu yang indah, kuncup daun menyembul dari biji yang semula tidak ada daya tariknya. Kiranya akan sungguh berbeda apabila ‘kenthos’ Salak Pondoh itu hanya saya biarkan tergeletak di salah satu sudut tembok di rumah. Di sana tidak akan terjadi apa apa, atau bahkan terjadi pembusukan.

Demikianlah kiranya dengan keadaan hidup rohani seseorang. Benih panggilan yang sudah tumbuh dan hidup di dalam diri kita yang terpanggil, membutuhkan untuk berkembang dengan cara disirami, dipupuk, disiangi, sehingga tidak mandek, tidak dikotori oleh hal hal yang tidak perlu. Harapannya tumbuh subur dan penuh keindahan, sehingga menimbulkan daya tarik bagi mereka yang melihatnya.

Setiap komunitas mempunyai gaya dan caranya sendiri untuk memelihara benih benih panggilan yang ada di dalam setiap diri anggotanya. Kebiasaan kebiasaan hidup berefleksi, suasana hidup hening dan secara khusus bertemu dengan diri sendiri (tentu juga dengan Tuhan) dengan menyediakan waktu yang cukup mutlak diperlukan. Kini berbagai bahan bacaan rohani yang begitu kaya isinya untuk membantu refleksi tersedia dengan banyak variasinya. Sebut saja di antaranya bunga rampai 50 tahun ROHANI “Berenang di Arus Zaman Tantangan Hidup Religius di Indonesia Kini”; seri kerohanian karya Henri J.M. Nouwen; artikel artikel majalah Rohani.

Kebiasaan kebiasaan hidup berdoa, baik doa bersama dan terlebih doa pribadi merupakan wujud konkret pertemuan kita dengan Tuhan. Jadwal doa rutin pagi dan sore sangat membantu untuk memaksa diri seseorang untuk berani bertemu dengan Tuhan secara istimewa. Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

58 |

rutinitas dapat mematikan kreativitas. Kiranya seseorang harus hati hati dan kritis terhadap ucapan demikian. Justru dapat terjadi sebaliknya. Orang sekarang yang pada umumnya sangat aktif akan tidak mempunyai waktu lagi untuk sekedar hening diri, meskipun barang sekitar 20 menit. Secara jujur saja bila seseorang sudah terlibat tugas pekerjaan dari pagi hingga sore, bahkan kadang masih sampai larut malam, hampir dipastikan tidak ada kesempatan untuk berhening diri, termasuk waktu untuk berdoa. Dalam situasi seperti ini jadwal doa rutin komunitas yang sudah merupakan kesepakatan bersama para anggota akan menjadi sarana efektif untuk membuat seseorang kreatif, sehingga dapat bertemu dengan Tuhan.

Persahabatan dengan sesama orang yang terpanggil (baca: sesama pemeluk hidup bakti) dapat menjadi sarana untuk saling meneguhkan. Sharing pengalaman suka duka serta perjuangan antara sesama orang terpanggil akan saling memperkaya dan menyuburkan. Tentu saja diandaikan persahabatan antar orang orang dewasa yang mempunyai tujuan untuk saling mengembangkan dan membebaskan, dan bukan persahabatan untuk saling memiliki. Persahabatan yang bertujuan saling memiliki entah persahabatan sejenis maupun lawan jenis justru akan menghancurkan atau paling tidak mengaburkan nilai nilai hidup panggilan yang ada di dalam diri seseorang yang terpanggil.

Kegiatan kegiatan lain seperti mengikuti kursus kursus spiritualitas, sabbatical year, baik di dalam maupun di luar negeri, juga menjadi sarana yang baik sekali untuk menjaga nyala api panggilan tetap berpijar. Jelaslah bahwa kebiasaan kebiasaan hidup berefleksi (bersama maupun pribadi), kebiasaan hidup berdoa (bersama maupun pribadi), persahabatan dengan sesama orang yang terpanggil, mengikuti program bina berkelanjutan (on going formation) merupakan sarana sarana jitu untuk semakin meneguhkan hidup panggilan seseorang.

Persoalan dan tantangannya adalah: Apakah saya sebagai penghayat hidup bakti berani mengambil waktu dan berani meninggalkan tugas pengutusan rutin yang dipercayakan

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

59

MENGENALKAN
|

kepadaku, yang nota bene absenku dari kesibukan juga demi subur dan bermutunya karya pelayananku?!

Kekuatan Pelayanan

Setiap bulan Juli selalu ada di antara kita yang mengalami perpindahan tugas dan atau komunitas. Mengapa bulan Juli? Hal ini demi alasan teknis dan praktis, yaitu mengikuti tahun pembelajaran di sekolah sekolah kita. Kita tahu bahwa banyak bruder mendapatkan tugas pengutusan di sekolah sekolah.

Para bruder mendapatkan tugas dan melaksanakan tugas pengutusan sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Dewan Provinsi. Kita melaksanakan tugas pelayanan atas nama kongregasi. Segala sesuatu yang kita laksanakan haruslah menjadi cermin terhadap apa yang diperjuangkan oleh kongregasi. Para bruder kurang bijaksana apabila mencari cari tugas tambahan yang ada di luar tugas utama, tugas yang dipercayakan oleh kongregasi secara resmi. Apabila dengan terpaksa mendapatkan tugas di luar tugas utama dari tarekat, sudah layak dan sepantasnya memberitahukannya kepada pemimpin. Hal ini akan menjadi lebih baik pada waktu ada tawaran tugas dari luar tarekat apabila hal tersebut didialogkan lebih dahulu dengan mereka yang memimpin. Dengan demikian budaya dialog dapat semakin dihidupi. Suatu hal yang ganjil bila seorang pemimpin tidak tahu bahwa seorang anggpta kongregasinya bekerja ditempat lain, sedangkan orang lain justru sangat mengenalnya. Kadang kala seorang pemimpin menghadapi situasi vit a compli (keadaan harus menerima karena sudah terjadi dan tidak dapat dielakkan).

Seorang bruder sebelum menerima tawaran tugas dari luar tarekat harus memikirkannya secara serius terhadap segala kemungkinan kesibukan dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Tidak bijaksanalah apabila karena tugas tugas tambahan dari luar, kemudian menyita banyak waktu, sehingga ‘menggeser’ tugas utama. Kurang tepatlah kesibukan kesibukan di luar tugas pokok dijadikan alasan untuk mengeluh : tidak punya waktu untuk kebersamaan dalam berkomunitas.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

60 | MENGENALKAN
3
3 (BFS Agustus 2004)

Mengapa saya diutus oleh kongregasi?

Suatu pertanyaan yang mesti dijawab, karena disitulah letak dasar atau motivasi yang memberikan kekuatan pelayanan tugas pengutusan kita. Kita tidak sekedar berbuat tanpa menyadari apa yang mendorong kita untuk berbuat. Sebagai bruder, kita harus menyadari bahwa panggilan dan pengutusan kita adalah untuk dilibatkan dalam karya Yesus. Ia berkeliling sambil berbuat baik. Ia memberikan kesaksian mengenai kebenaran. Ia datang untuk melayani, menyelamatkan, membawa amanat yang membebaskan: amanat Kerajaan Allah.

Santo Paulus merenungkan soal pengutusan sebagai ‘perjalanan pengosongan diri dan taat sampai mati di salib.’ Jalan penghambaan yaitu jalan yang sungguh mengutamakan yang lain dan sesama dengan mengesampingkan kepentingan diri sendiri.’ (bdk. Filp. 2:3 8) Perlu disadari bahwa pengutusan kongregasi bukan sekedar menyangkut karya karya, tetapi terlebih bermaksud menghadirkan Kristus bagi dunia melalui kesaksian para anggotanya. Apabila para anggota kongregasi semakin membiarkan diri kian menyerupai Kristus yang menjadi hamba untuk melayani, Kristus semakin dihadirkan pula dan berkarya di dunia demi keselamatan semua orang. Semoga!4

9. Belajar Terus-menerus

Memperhatikan kata ‘belajar’ serta merta muncul dalam pikiran (saya) adanya: pelajar, sekolah, guru, kampus perguruan tinggi, dan berbagai sarana sejenisnya yang berhubungan dengan alam persekolahan. Kesan demikian tidaklah salah, dalam arti belajar secara formal. Namun demikian sebenarnya makna belajar lebih luas daripada belajar formal lewat suatu institusi pendidikan.

Seorang bruder yang mendapatkan tugas baru dan menempati komunitas baru mesti mempelajari segala situasi termasuk medan, di mana ia datang. Sesama

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 61
4 (BFS Juni 2005)

bruder yang baru, kebiasaan kebiasaan baru, mitra kerja baru, paroki baru, masyarakat sekitar yang baru, secara singkat segala sesuatu yang baru mesti dipelajarinya. Dalam menghadapi segala sesuatu yang baru tersebut, seorang bruder perlu mempelajari, perlu mengenal, sehingga dapat lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, dan pada akhirnya membawa kelancaran pelaksanaan tugasnya yang baru. Berkaitan dengan penyesuaian diri ada ungkapan “masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak.”

Sesuai dengan bakat dan kemampuannya, setiap bruder mendapatkan pembinaan lebih lanjut dan secara teratur, baik pembinaan rohani maupun apostolik (berhubungan dengan tugas), ilmiah sekaligus praktis. Apabila memungkinkan bruder diberikan kesempatan mengembangkan diri, sehingga memperoleh gelar yang layak, baik yang bersifat gerejawi maupun sipil. Perlu diingat dan sungguh disadari bahwa suatu studi bagi seorang bruder bertujuan untuk perkembangan bruder secara pribadi dan untuk kepentingan Kongregasi. Buah buah baik atau hasil belajar dan pendalaman akhirnya harus bermuara pada suburnya karya pelayanan yang diemban oleh seorang bruder.

Peristiwa belajar tidak mengenal batas, termasuk umur. Sebagai bruder, belajar tidak hanya selama tahun tahun pembinaan (yunior), melainkan seumur hidup kita. Kita harus terbuka terhadap perkembangan, pembinaan, dan pendalaman arti hidup kita. Sebagai pribadi dan sebagai kelompok, kita diharapkan mengusahakan dengan banyak cara, sesuai dengan situasi kita masing masing. Di komunitas komuntas, kita saksikan ada bruder yang membaca koran dulu sebelum mengerjakan tugas pokoknya; ada bruder yang setiap pukul 20.00 selalu mendengarkan radio siaran BBC; ada bruder setiap pukul 21.00 siap di depan TV mendengarkan nine top news; ada bruder yang selalu ditemani oleh radio Elsinta untuk mendengarkan segala berita aktual dari seluruh nusantara; ada bruder yang setiap membaca dan mendapatkan kesukaran atau sesuatu yang tidak jelas selalu merujuk kepada ensiklopedi atau kamus. Tidak hanya yang bersifat pikiran, namun juga yang bersifat keterampilan dan emosi. Misalnya bruder bruder kita yang dengan setia memperhatikan dan memelihara pot pot tanaman di sekitar rumah, tekun menonton sinetron sinetron sejenis Angling Darma, Jaka Tingkir, Jaka Tarub. Itulah beberapa hal nyata yang hidup di antara

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

62 |

kita sebagai usaha usaha untuk tetap berkembang dan bermakna serta berbahagia.

Panggilan kita sebagai bruder menuntut agar kita terus belajar dan melatih diri demi tugas pelayanan kita, selaras dengan perkembangan perkembangan dalam Gereja dan masyarakat. Kita harus terbuka terhadap tanda tanda zaman, dan terus menerus memperkembangkan kehidupan rohani kita. Kesiapsediaan kita untuk selalu belajar, merupakan ungkapan kesetiaan terhadap panggilan kita.5

10. IngMadyaMangunKarsa…

Di dalam suatu kelompok apa pun namanya (perserikatan, perkumpulan, persatuan, persekutuan, organisasi dll.) membutuhkan mereka yang disebut pemimpin. Suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju suatu persekutuan agar dapat berfungsi dengan baik dalam mencapai cita cita atau tujuannya membutuhkan adanya seorang pemimpin. Dewasa ini banyak sekali teori tentang kepemimpinan. Berbagai ahli leadership dari lingkup nasional maupun internasional berteori tentang kepemimpinan. Orang tinggal memilih teori mana yang akan diterapkannya dalam memimpin suatu persekutuan.

Salah satu uraian tentang kepemimpinan disebut kepemimpinan persaudaraan. Mereka yang bertugas memimpin diharapkan memberikan inspirasi dan dorongan bagi anggota anggota yang dipimpinnya. Dalam hal ini terutama kepada mereka yang sedang sumpek, yang sedang mengalami kesulitan. Mereka yang sedang mengalami kesedihan, keputusasaan agar dapat bangkit kembali dan penuh harapan, serta berani untuk melanjutkan langkah pejuangan hidupnya.

Kemampuan mendengarkan apa yang dihidupi kesukaran kesukaran dan kesedihan para anggotanya sangat diperlukan oleh pemimpin suatu persekutuan. Persekutuan yang kurang ada persatuan dan kurang ada unsur kerja samanya, tugas pemimpinlah untuk meningkatkan persatuan dan kerja sama tersebut. Di

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 63

5 (BFS September 2005)

sinilah dirasakan betapa penting adanya aturan atau kesepakatan bersama yang dapat menyatukan paham anggota suatu kelompok demi tercapainya tujuan yang dicita citakan.

Tokoh pendidikan nasional kita, Ki Hajar Dewantara, sangat terkenal dengan keyakinannya, “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” (Di depan memberi teladan, di tengah membangkitkan semangat, dan mendorong dari belakang.) Aspek aspek keteladanan, memberikan semangat, mendorong anggota yang dipimpinnya sungguh dibutuhkan, agar persekutuan tetap berjalan sesuai dengan harapan.

Ada satu hal yang sering kurang mendapatkan perhatian dari para pemimpin suatu persekutuan, yaitu lemahnya keberanian untuk berterus terang. Dalam hal ini termasuk keterusterangan untuk menegur, berani menunjukkan kekurangan atau kelemahan apabila ada anggota yang menyeleweng dari tatanan yang sudah disepakati.

Ada beberapa hal yang menghalangi terjadinya keterusterangan. Misalnya: sebagai sesama anggota (komunitas) yang sudah dewasa yang seyogyanya sudah tahu diri; mereka sudah banyak pengalaman dan mestinya sudah cukup bijaksana dalam berbuat. Bagi kita (orang timur) aspek senioritas sangat besar pengaruhnya terhadap terjadi tidaknya keterusterangan (sikap sungkan). Namun demikian betapa repot dan sulitnya seorang pemimpin mesti berani mengambil resiko. Teguran dengan terus terang bagi mereka yang keluar dari rel ibaratnya jarum suntik. Pada waktu jarum disuntikkan, pasien merasa sakit bahkan mungkin sakit sekali namun akan membawa kesembuhan. 6

11. Baruilah Seluruh Muka Bumi

Judul di atas adalah tema Nota Pastoral tentang Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang 2006 2010. ‘Baruilah Seluruh Muka Bumi!’ Sensasikah? Apakah ungkapan tersebut tidak terlalu muluk melangit, sehingga

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

64 |
6 (BFS Desember 2005)

sulit dan menyebabkan orang enggan membayangkan untuk menggapainya? Membarui seluruh muka bumi adalah tugas yang amat raksasa! Apabila kita tilik dan perhatikan dengan cermat, kiranya itulah tugas kita sebagai orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi: pembaru dunia. Pergilah dan wartakanlah kabar gembira ke seluruh dunia.

Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2005 menyatakan tekad bersama untuk “Bangkit dan Bergerak” membangun keadaban publik baru bangsa. Tekad bersama itu telah diteguhkan oleh para Uskup Indonesia dalam Sidang Tahunan KWI 2005. Seterusnya harus digemakan oleh setiap keuskupan di seluruh Indonesia, sehingga menjadi gerakan bersama bagi seluruh umat Katolik.

Laporan Dewan Umum 2000 2006 kepada Kapitel Umum 2006 diberi judul “LaunchingintotheDeep” (Bertolak ke Tempat yang Lebih Dalam). Kutipan biblis pendukung judul laporan tersebut diambil dari Lukas 24:29,”Tinggallah bersama sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam. Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama sama dengan mereka.”

Ia tinggal bersama sama dengan mereka atau dengan ungkapan sedikit berbeda, namun dengan makna yang sama ‘kita tinggal bersama sama dengan Nya’ merupakan modal penting kita untuk ikut membarui dunia. Kita pantas mempertanyakan kualitas pembaruan yang kita buat, apabila tidak berlandaskan kebersamaan kita dengan DIA; persatuan kita dengan Tuhan. Mungkin kita dapat membuat pembaruan atau gerakan yang serba gemerlapan dan sebagai mercusuar yang menjulang tinggi, namun sesuatu yang keropos, apabila dasarnya hanya ambisi, egoisme pribadi untuk mendapatkan pengakuan decak kagum mulut orang lain agar aku menjadi tenar!

Di dalam setiap akhir Kapitel Provinsi maupun Kapitel Umum, selalu ada pesan pesan dan keputusan Kapitel. Kapitel merupakan salah satu kesempatan untuk memikirkan adanya pembaruan dalam hidup berkongregasi. Suatu pembaruan untuk dilaksanakan selama kurun waktu 6 tahun berikutnya. Suatu pembaruan dari habitus lama menuju ke habitus baru. Anggota Kongregasi/Provinsi berkewajiban mengenali dan menyadari habitus lama,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 65

misalnya dalam pola pikir, cara merasa, cara berperilaku, cara bertindak, yang harus ditinggalkan dan menemukan habitus baru yang harus diperjuangkan, serta memilih tindakan tindakan nyata yang menjadi wujud pembaruan. Perubahan menuju pembaruan dari habitus lama ke habitus baru dalam provinsi (tarekat) hanya mungkin terjadi kalau dimulai dari setiap Bruder sebagai anggotanya!

12. Belajar dari Dewi Wara Srikandi

Dalam dunia wayang, kita mengenal tokoh perempuan Dewi Wara Srikandi. Dewi Wara Srikandi adalah putri Prabu Drupada, raja negara Cempalareja. Pada waktu masih remaja putri, ia berguru memanah pada Raden Arjuna. Ia kemudian diperistri oleh Raden Arjuna. Asal mula Srikandi berguru memanah pada Arjuna ialah ketika ia menonton kawinnya Arjuna dengan Sumbadra. Melihat tingkah laku kedua pengantin itu, ia ingin menjadi pengantin pula.

Pada suatu hari Srikandi melihat Arjuna mengajar memanah gundiknya, Rarasati. Lalu datanglah Srikandi kepada Rarasati untuk belajar memanah. Tetapi hal ini sebenarnya hanya siasat untuk bisa bertemu dengan Arjuna. Tingkah laku Srikandi ini menyebabkan marah Dewi Drupadi, permaisuri Prabu Puntadewa. Drupadi menganggap kurang baik perbuatan adiknya itu. Menurut adat susila Jawa (dulu), seorang gadis dilarang melihat pengantin. Tabiat Srikandi seperti tabiat laki laki, gemar berperang dan oleh karena itu ia disebut juga putri prajurit. Hingga kini wanita wanita yang berani menentang hal hal yang tidak baik, terutama yang mengenai bangsa Indonesia, disebut Srikandi Srikandi. Srikandi seorang putri yang gampang marah, tetapi kemarahannya lekas reda.

Di dalam salah satu episode perang Baratayuda, Srikandi diangkat sebagai panglima melawan Bisma yang menjadi pahlawan korawa. Ia ditewaskan oleh Srikandi. Srikandi seorang putri perwira yang senantiasa menjaga kehormatan

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

66 | MENGENALKAN
7
7 (FS April 2006)

suami, baik di masa damai maupun di masa perang. Tidak hanya itu, Srikandi juga berani bertempur melawan Adipati Karno, perwira sakti dari Korawa.

Di dalam hidup sehari hari ada banyak macam perang. Perang menghadapi musuh yang tampak lebih mudah dilakukan daripada perang melawan musuh ‘yang tidak kasat mata, tidak tampak.’ Ada sementara orang yang marah dan kemarahannya dapat berlangsung berhari hari yang terwujud dalam sikap diam, tidak mau tegur sapa. Orang lain senang sekali apabila dipuji puji tentang keberhasilannya. Apabila tidak ada sanjungan atau tidak disebut sebut tentang keberhasilannya sudah merasa tidak diperhatikan atau tidak diorangkan. Seolah olah semua mata dan perhatian mesti tertuju kepadanya. Orang orang tertentu melawan kecenderungan untuk tidur ngepluk di pagi hari sungguh membutuhkan perjuangan bagai berperang yang membutuhkan semangat tinggi dan niat yang kuat.

Demikian pula berugahari dan berpantang dengan tidak jajan (makan) di luar rumah bagi mereka yang mempunyai kebiasaan ‘minggir’ seperti itu, juga sebagai sesuatu yang berat. Kadang kala ada ungkapan ‘orang dalam belum tahu,’ kok ‘orang luar garis,’ sudah tahu lebih dahulu apa yang terjadi di dalam. Kebiasaan untuk mudah bercerita atau berkabar yang tidak perlu kepada orang luar pun perlu diperangi. Hal ini berkaitan dengan menjaga nama baik keluarga sendiri. Kita tumbuh suburkan habitus berperang untuk semakin mengikis kebiasaan kebiasaan buruk. Semuanya butuh perjuangan. 8

13. Tekun dalam Pelayanan

“Rasanya pemimpin tidak jelas dalam memberikan tugas. Saya tidak tahu apa tugas saya di tempat baru ini. Saya telah menyelesaikan studi dan belajar beberapa tahun, mengerjakan tugas sampai lembur lembur bahkan sampai larut malam atau dini hari. Sekarang ini tugasku hanya ikut rapat tim, itu pun tidak menentu dan kadang juga tidak jelas peran saya. Apabila saya bandingkan dengan kawan kawan saya se almamater, mereka sudah

WAYANG: Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH
FIC | 67
8 (BFS Juni 2006)

pada bekerja dan mendapatkan uang gaji yang cukup lumayan. Masihkah studiku bermakna?”

“Tahun ini saya pensiun dari tugas mengajarku di sekolah, karena umurku memang sudah waktunya untuk berpensiun. Tiap bulan saya akan mendapatkan uang pensiun. Saya dapat mengisi waktuku dengan tenang dan sesuai dengan keinginanku. Saya dapat membaca buku buku yang saya gemari sepuasnya. Pada kesempatan lain saya dapat menanam tanaman yang saya suka di pot. Satu hal yang rasanya tidak dapat saya tinggalkan ialah tetap dekat dengan anak anak. Saya akan membantu mengajar anak anak yang tertinggal dalam pelajaran. Di samping itu saya akan meminta izin kepada pemimpin agar diperbolehkan menggunakan sebagian uang pensiunku untuk membantu anak anak yang membutuhkan pertolongan. Misalnya membeli buku tulis, alat alat tulis, uang untuk naik angkot ke sekolah.”

Itulah dua contoh ungkapan hati dari dua rekan dalam menghadapi situasi tugas pengutusan mereka. Dua ungkapan dan menunjukkan dua sikap hati yang berbeda.

Tugas pengutusan yang diemban oleh seorang pemeluk hidup bakti dapat memberikan rasa puas yang sangat besar dan mendalam. Seseorang dapat begitu menyatu dengan tugas yang diterimanya dan karenanya dapat berkembang dengan subur. Bahkan sesudah purnakarya pun masih mempunyai banyak cita cita di depan matanya.

Hal demikian ini dapat terjadi karena ada daya upaya dan dari pengalaman, upaya tersebut menghasilkan buah yang dapat dinikmati oleh orang lain.

Tugas pengutusan merupakan berkat bagi yang mengalaminya. Pekerjaan atau tugas apa pun akan membawa berkat bagi orang lain, apabila dilandasi dengan sikap kesiapsediaan, tanpa pamrih dan semangat pengabdian seluruh diri kita di mana pun dibutuhkan. Hal ini menuntut keberanian, meminta semangat penyangkalan diri, serta mau menerima keterbatasan bahwa seseorang tetap mempunyai kekurangan.

Tugas pengutusan dapat juga mengakibatkan sebaliknya: membawa kekecewaan dalam hidup. Keterbatasan diri sendiri dan kekurangan orang lain yang tidak diterima dan disadari keberadaannya, akan membuat seseorang frustrasi dan putus asa serta lemah semangat. Sebagai orang yang diutus dalam menghadapi

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

68 |

kelelahan dan kebosanan, serta hilangnya daya tarik terhadap tugas pengutusan, kita diminta tetap bertekun. Ketekunan dalam kesetiaan yang penuh kepercayaan merupakan sikap yang harus ada dalam suasana lemah semangat dalam melaksanakan tugas pengutusan. Itulah tugas pelayanan sebagai orang yang diutus, ”Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.” (2 Kor 4:5) 9

14. Hidup di Usia Senja

Berbarengan makin bertambahnya usia seseorang akan terjadi pengurangan atau penyusutan dari berbagai segi: biologis, psikologis, sosiologis. Penyakit fisik sering menyertai orang lanjut usia. Seandainya seorang yang lanjut usia tidak menderita penyakit khusus, kekuatannya akan menyusut. Penyusutan kekuatan ini akan mengakibatkan daya kerja berkurang.

Penyusutan biologis berdampak pada hidup kejiwaan yang mempersempit kemampuan kita. Kemampuan psikis, khususnya yang berkaitan dengan kinerja otak, bisa mengalami kemunduran: seseorang menjadi pikun dll. Keadaan demikian juga menyebabkan pembatasan gerak secara sosiologis, bahkan mungkin terisolasi, tersendirikan. Dapat dipahami bahwa kemampuan untuk kontrol di banyak bidang makin berkurang juga. Kiranya baik sebelum memasuki situasi yang dengan sendirinya akan tiba (tidak perlu diminta itu) seseorang perlu mempersiapkan diri sebaik baiknya.

Seseorang dalam mengalami masa senja sering tidak mudah, kadang kala bahkan membuat perlawanan. Kesulitan dan perlawanan terhadap realitas proses penyusutan harus dan dapat diatasi. Semakin seseorang melawannya, semakin besar penderitaan yang diberikan kepada diri sendiri. Seseorang perlu mengambil keputusan: apa yang dikehendaki. Perlawanan terhadap sesuatu yang tak terelakkan akan sia sia dan dengan demikian menambah derita. Sikap

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 69

9 (BFS Juli/Agustus 2006)

menemukan makna dan menghayati sebaik baiknya sesuatu yang secara alami ada (dialami oleh semua orang), hal itulah akan mendatangkan kebahagiaan. Mempersiapkan diri menghayati masa senja yang penuh makna, tidak dapat ditunda lagi. Persiapan mengundurkan diri dengan sukarela dan penuh kesadaran dari kancah kesibukan tugas pengutusan sangat dibutuhkan untuk memasuki masa senja dengan lapang dada dan penuh kelegaan.

Masa purnakarya seseorang adalah tahap baru dan masa yang penuh syukur. Ada banyak hal yang pantas disyukuri oleh seseorang yang telah memasuki masa ini. Hidup itu sendiri sebagai anugerah; apalagi lanjut usia. Anugerah iman memperkaya dan memperdalam makna hidup. Kasih sayang yang diterima dari saudara saudara dalam tarekat, sanak saudara dalam keluarga, dan kenalan kenalan lainnya pantas kita syukuri. Rekan rekan kerja yang pernah bekerja sama dalam suatu unit karya akan memperkaya dan memperteguh hidup seseorang di masa senjanya.

Perlukah orang di usia senja menyibukkan diri? Dalam kenyataan sehari hari kita berhadapan dengan orang lain yang juga sibuk dengan urusan atau pekerjaannya masing masing, dan mereka tidak dapat menemani orang lanjut usia terus menerus. Terasakan aneh irama hidup yang hanya berlangsung antara makan dan tidur. Aneh bila tugas di masa senja hanya menantikan waktu makan dan minum, bergerak antara kamar tidur dan kamar makan atau dapur. Aneh bila fokus perhatian berkisar pada makan tidur saja. Usaha usaha cerdas dan kreatif perseorangan sangat diperlukan. Beberapa hal misalnya: gemar membaca menulis (dan menerjemahkan); suka mendengarkan musik; mendengarkan radio; menonton TV (program terpilih); menghidupkan hobi hobi (yang tentu saja tidak mahal mahal biayanya). Apabila pada waktu masih aktif bertugas di dalam karya sangat sulit menyisihkan waktu untuk bermeditasi dan berdoa agak panjang; sekarang ada kesempatan yang sangat leluasa. Kebiasaan mengadakan adorasi Sakramen Mahakudus dapat sebagai kegiatan yang sangat baik dan mendamaikan hati.

Hidup sebagai religius tidak sekali jadi, melainkan mengalami perkembangan. Seorang novis merasa diri suci, tetapi ia belum suci. Seorang medior merasa diri belum suci, dan memang benar ia belum suci. Seorang senior merasa diri tidak suci, tetapi ia sudah suci

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

70 | MENGENALKAN

Kita boleh mengharapkan bahwa penghayatan hidup membiara, misalnya kaul kaul kebiaraan sudah sempurna, waktu godaan godaan yang berkaitan dengan kaul kaul itu sudah amat berkurang. Dari kenyataan hidup kita tahu, bahwa belum tentu keadaannya demikian. Hal ini tidak serta merta terjadi dengan

SAYA GURU

1. Kenangan Indah sebagai Guru

Minat Awal Menjadi Guru

Pada waktu saya masih di kelas IV SR (Sekolah Rakyat), saya sungguh kagum melihat mereka yang sudah dewasa dan belajar di sekolah menengah, baik yang di sekolah menengah umum maupun secara khusus mereka yang belajar di sekolah kejuruan, terutama lagi mereka yang belajar di SGA. SGA ini kemudian menjadi SPG. Kakak sepupu saya sebagai salah satu siswa SGA Pangudi Luhur (Kidul Loji), Yogyakarta. Senang sekali rasanya pada waktu melihat mereka ubyang ubyung belajar bersama di sore atau malam hari, bersepeda bersama ke tempat belajar. Bersama dengan teman temannya dari desa desa sekitar mereka mengayuh sepeda setiap pagi menuju kota Gudeg untuk belajar dan sore hari tiba kembali di desa. Mereka itu ‘nglajo’ (pergi pulang dalam sehari). Di dalam kegiatan di wilayah/kring, mereka itu terlibat sebagai ‘katekis,’ meskipun belum bersertifikat sebagai Guru Agama. Dalam hati saya yang paling dalam, ada kerinduan untuk turut menjadi seperti mereka. Tambahan lagi, pada waktu itu siswa SGA mendapat Ikatan Dinas (ID). Maksudnya setiap bulan mereka mendapatkan uang dari Pemerintah untuk kebutuhan mereka sebagai pelajar. Masih berstatus sebagai pelajar, tetapi sudah mendapatkan uang! Tentu saja setelah lulus SPG, mereka yang mendapatkan Ikatan Dinas akan ditempatkan oleh Pemerintah di mana pun tenaganya dibutuhkan. Ini pula sebagai daya dorong plus bagi saya semakin mantap bercita cita untuk menjadi guru SD!

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 71
sendirinya: tidak otomatis!10
10 (BFS Oktober 2006)

Pesemaian Benih

Setamat SMP Santo Yusup Klepu pada tahun 1968, saya dengan gembira hati dan antusias mendaftarkan diri ke SPG Pangudi Luhur. Pada waktu itu ada 2 (dua) SPG Pangudi Luhur di wilayah Yogyakarta, yaitu SPG Pangudi Luhur Sedayu dan SPG Pangudi Luhur “Kidul Loji” Yogyakarta. Sebagai antisipasi, seandainya saya tidak diterima di SPG Pangudi Luhur Kidul Loji, maka saya juga mendaftarkan diri ke SPG Pangudi Luhur Sedayu. Pada waktu pengumuman penerimaan siswa baru, di kedua sekolah tersebut saya diterima! Tentu saja saya memilih SPG Pangudi Luhur Kidul Loji. Tempatnya di kota, sedangkan Sedayu itu desa kecil yang tidak jauh dari desaku. Ingin ganti suasana. Sungguh berbunga bunga hatiku penuh dengan kegembiraan. Betapa tidak? Saya yang sudah lama sekali mengharapkan untuk dapat disebut sebagai ‘warga Kidul Loji’ bisa kesampaian!

Ada pengalaman yang luar biasa pada waktu pertama kali masuk di lingkungan sekolah Kompleks Kidul Loji tersebut. Suasana yang rindang dengan pohon pohon di depan ruang ruang belajar. Gedung berlantai dua dengan pilar pilar penyangga yang kokoh yang didirikan tahun 1922, terasa sebagai gedung yang antik. Lantai bawah untuk ruang ruang belajar SD Latihan, sedangkan 6 ruang kelas atas untuk ruang belajar siswa siswa SPG. Ada sebuah aula kuno sangat sederhana, namun tetap menampakkan kekhasannya, di mana siswa SPG dapat bermain dan berolahraga. Ada lagi sebuah ruangan yang luas tempat para siswa berlatih menulis halus dan menggambar. Ruang ini sangat berguna, karena sebagai calon guru SD harus dapat menulis dengan rapi serta dapat menggambar. Sebagai siswa SPG, calon guru harus dapat menguasai semua bidang studi yang ada di dalam kurikulum, guru yang serba bisa! Ruang guru yang sempit terletak di sudut kiri bawah gedung, bersebelahan dengan kelas kelas belajar anak anak SD Pangudi Luhur. Ruang Kepala Sekolah nylempit sekali, karena sungguh ada di sudut dari ruang guru. Bila siswa harus bertemu dengan Kepala Sekolah, haruslah lewat ruang guru tersebut. Benar benar sangat sederhana!!

Kekagumanku sebagai seorang anak dari desa yang baru pertama kali itu masuk kota Yogyakarta belum berhenti di situ. Hal ini memuncak ketika saya bertemu

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

72 | MENGENALKAN

dengan seorang Bruder Belanda, postur tubuh tinggi besar dan berjubah. Ternyata bruder itu Kepala SPG. Beliau khas dengan pipa londo nya yang selalu mengepul di mulut, yang akhirnya saya tahu namanya Br. Rudolfus Rademakers. Saya waktu datang pertama kali untuk mendaftarkan diri di Kidul Loji masih bercelana pendek warna hijau. Saya rasanya imut imut banget, manakala saya melihat beliau mesti menengadah. “Orang kok segitu besarnya,” pikirku.

Waktu pun berjalan dan akhirnya saya naik ke kelas dua. Di kelas II (dua) ada kewajiban untuk berpraktik mengajar di SD SD Latihan, baik di lingkungan Pangudi Luhur sendiri maupun di lingkungan Susteran Marsudirini. Wah, lagi lagi perasaan aneh muncul ketika diberi ucapan ‘Selamat Pagi, Pak Guru,’ oleh anak anak SD Latihan. Di kring atau wilayah stasi tempat saya tinggal, apa yang dulu saya impikan terwujudlah. Saya diminta menjadi guru agama pocokan. Umat di kring sudah mempercayai bahwa aku dapat mengajar agama. Kesempatan tidak saya sia siakan. Modal pengetahuan agama yang saya terima di sekolah (buku pegangan ‘Yesus Almasih’), saya gunakan untuk mengajar umat di lingkungan desaku! Ibaratnya saya ‘kulakan’ pagi hari di Kidul Loji dan malam Minggu saya menjualnya lagi di kring tempat saya tinggal.

Waktu praktik mengajar di SD Latihan, ada pengalaman unik, yaitu sewaktu saya mendapatkan tugas di SD Pangudi Luhur Latihan kelas I. Mata pelajaran waktu itu Membaca Lancar. Saya benar benar kewalahan dan tidak dapat menguasai kelas, anak anak yang masih imut imut itu ramai, mereka saling berbicara. Saya minta mereka tenang, suaraku tidak didengarkan. Saya pukul pukul meja dengan penggaris agar anak anak memperhatikan pelajaran, juga tidak ada pengaruhnya. Guru kelas I waktu itu, Br. Yohanes Wiryasumarta (Dwijawiyata spesialis penulis buku buku TK/SD terbitan Kanisius) menunggu di belakang. Rupanya beliau membiarkan saya bagaimana berusaha mengatasi persoalan di kelas. Jalan buntu!! Akhirnya Bruder tersebut maju ke depan kelas. Beliau diam saja, tidak ada sepatah kata pun terucap dari mulutnya, ia hanya melipat kedua tangannya di depan dada. Semua anak serentak menirukan gurunya melipat kedua tangannya di atas meja, mereka ‘cep klakep’ (diam seribu bahasa)! Pada akhir pelajaran, beliau berkata kepada para guru praktikan, ”Bila anak anak ramai, jangan sekali kali guru berteriak teriak. Berilah contoh dengan sikap yang dikehendaki guru!”

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
| 73

Pengalaman Unik

Pada waktu saya masih di Novisiat Lanjutan (tahun II tahun 1974), saya ditugasi mengajar di SD Pangudi Luhur Xaverius kelas I di Semarang. Tahun tersebut merupakan tahun pertama saya mengajar sebagai guru kelas. Jadi saya belum mempunyai bekal pengalaman apa pun, kecuali sepenggal pengalaman menjadi guru praktik pada waktu saya masih siswa SPG Kidul Loji. Maka pesan Br. Yohanes Wiryasumarta bahwa ‘tidak perlu berteriak teriak untuk menenangkan murid murid kecil’ saya pegang kuat kuat. Bila anak anak berisik, ramai, saling berbicara sendiri; saya diam dan tanganku saya lipat di depan, mereka mengikutinya! “Luar biasaaaaaaaa pikirku!!” gumamku dalam hati.

Saya menjadi guru kelas I hanya satu tahun. Ada pengalaman menarik juga, meskipun hanya dalam waktu satu tahun. Pernah di tengah tahun ajaran ada anak baru masuk. Ia anak seorang pejabat bank pemerintah. Ia anak sulung dan baru satu satunya anak. Pada umumnya anak anak kelas I sudah mengalami masa TK (Taman Kanak kanak), dan pelajaran membaca sudah tidak begitu kesulitan. Anak baru ini masuk langsung dari keluarga dan belum pernah di TK. Saya bertanya kepada ibunya, ”Apakah anak Ibu belum pernah di TK?” Jawaban yang sungguh tidak saya duga muncul dari sang Ibu. “Ki Hajar Dewantara saja tidak pernah di TK!” katanya dengan nada sungguh ketus dan kecewa mendengar pertanyaan saya. Tidak lama di kelas tersebut, anak itu dicabut oleh orang tuanya dipindahkan ke sekolah lain!

Pernah juga ada seorang anak yang duduknya paling sudut di belakang. Suatu pagi ia memandang saya di depan kelas. Pandangannya serius, hampir tak berkedip. Lama kelamaan saya perhatikan juga si anak. Tampaknya ia menanggung beban berat sekali! Ia saya dekati dan ternyata (maaf) celananya sudah basah dan berbau kotoran ‘brengg!’. Ia sudah ‘ngobrok’ (buang air besar) di celananya. Wahhh... .! Saya minta tolong guru putri yang mengajar di kelas sebelah kelasku untuk membantu ‘memberesi’ anak ini.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi,

74 | MENGENALKAN
FIC Aku malu besar...!!!

Mengajar sebagai guru kelas I SD hanya setengah hari, pukul 09.30 pelajaran sudah usai. Kepala Sekolah menambahi tugas jam pelajaran di kelas IV, yaitu pelajaran Menggambar, Olah Raga dan Menyanyi. Beban berat bagi saya, karena ketiganya pelajaran pelajaran yang saya tidak menguasainya. Demi kesetiaan kepada Kepala Sekolah (saya masih sungguh belia sebagai guru!) saya jalani juga, sejauh saya mampu. Pelajaran Olah Raga hampir selalu kasti atau senam. Menggambar hampir selalu ‘Menggambar Bebas’artinya anak anak saya biarkan di luar ruangan belajar untuk menggambar apa pun yang mereka suka, saya tinggal memberikan nilai ‘murah.’ Contoh contoh gambar saya di papan tulis, hampir tidak pernah ada, lha saya sendiri tidak punya bakat menggambar. Pengalaman menarik juga dengan pelajaran Menyanyi. Tahun 1970 an lagu ‘Mutiara yang Hilang’ begitu populer. Anak anak saya ajak menyanyi lagu itu beberapa kali. Guru Wali kelas IV menegur saya, ”Der, lagu itu kurang cocok untuk anak anak kelas IV. Itu lagunya orang orang muda yang rindu kekasih!” Tersipu sipu malu saya mendapat teguran Ibu Guru wali kelas, namun saya berterima kasih kepada beliau ini. Jika saya tidak ditegur oleh beliau, tentu saja saya tidak tahu bahwa lagu tersebut lagunya orang orang dewasa.

Saya pernah studi Bahasa Indonesia di IKIP Sanata Dharma (sekarang Universitas Sanata Dharma) Yogyakarta. Di sinilah saya menimba ilmu yang selanjutnya sebagai modal untuk menjadi guru di tingkat SLTP/SLTA sampai akhir tahun 1994, sebelum saya mendapatkan tugas di luar dunia pendidikan. Sewaktu bertugas sebagai guru dan bapak asrama di SPG van Lith Muntilan, saya sungguh merasa bangga. Saya senang dengan suasana hidup berasrama yang hampir semua siswa siswanya berasal dari pelosok banyak desa di berbagai daerah di Indonesia. Semua siswa wajib berasrama, sedangkan siswinya diharapkan mencari tempat tumpangan tinggal sendiri sendiri. Hidup di asrama benar benar dapat membuat mereka merasa sebagai satu keluarga besar. Suasana akrab, persaudaraan, kekerabatan sungguh sungguh mereka hidupi. Hal ini juga didukung oleh kekompakan dan kesatuan staf pendidik. Penggemblengan sebagai rasul rasul awam sungguh diusahakan bersama. Pengembangan budaya Jawa masih sungguh dihidupi. Hal ini misalnya ada ekstra kerawitan (bermain gamelan). Waktu itu ada seorang siswa yang berbakat menjadi dalang wayang

TOKOH WAYANG: Frans Sugi,

MENGENALKAN
FIC | 75

kulit. Pada waktu pesta perpisahan dengan kelas III, ia diberikan kesempatan untuk tampil pentas semalam suntuk di depan guru guru, teman teman dan orang tua. Kesempatan lain pada suatu malam, ia mendapat undangan di suatu desa sekitar Sendang Sono untuk tampil pentas dalam acara sunatan. Karena salah satu hobiku juga menonton wayang kulit, semalam suntuk pentas siswa ini pun saya tunggui.

Pelajaran Apresiasi

Ketika saya belajar Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP Sanata Dharma, mata kuliah Apresiasi Sastra adalah yang paling saya senangi. Rasanya rugi dan ada sesuatu yang hilang manakala saya tidak mengikuti kuliah Apresiasi Sastra. Saya benar benar kagum dengan cara Chr. Bakdi Sumanto, guru Apresiasi Sastra, memberikan kuliah tersebut. Beliau menukik jauh kepada hakikat sastra: untuk menikmati dan bukan untuk sekadar dihafal. Mata kuliah yang ‘basah’ karena menyentuh hati dan perasaan saya. Karya karya sastra prosa maupun puisi dengan berbagai bentuknya (novel, cerita pendek, drama dan sebagainya) dikunyah kunyah sampai lumat dan akhirnya sungguh dapat menikmati dan memahami makna apresiasi. Buku buku seperti Belenggu karya Armijn Pane, Siklus karya Mohamad Diponegoro, Drama Tuan Amin karya Amal Hamzah dibaca dan dikupas tuntas dalam jam jam kuliah, sehingga para mahasiswa sungguh dapat menikmatinya. Tema, plot, amanat, penokohan, setting dsb. hal hal yang berkaitan dengan dunia fiksi sungguh kami pahami secara real, bukan sekadar teori.

Pengalaman langsung menikmati karya karya sastra itulah yang juga sungguh mempengaruhi saya dalam mencoba membantu siswa siswa di kelas ikut mencicipi nikmatnya karya sastra. Misalnya, dalam jam jam pelajaran, cerita pendek Robohnya Surau Kami karya Ali Akbar Navis; Ave Maria karya Idrus saya bacakan tuntas bagi para siswa. Tokoh spektakuler dan antik Haji Saleh dan Ajo Sidi di dalam Robohnya Surau Kami dikenal oleh siswa secara langsung. Haji Saleh digambarkan sebagai seorang yang sangat tekun beribadah sesuai dengan keyakinannya, ia yakin bahwa akan masuk ke dalam surga abadi sesudah meninggal, namun kenyataannya masuk neraka. Demo berarak arak dari penghuni neraka sambil meneriakkan yel yel dari penghuni neraka meminta agar

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

76 |

keputusan Tuhan ditinjau kembali. Bagaimana para demonstran berteriak teriak untuk meyakinkan Tuhan, bahwa dalam membuat keputusan Tuhan kilaf. Bahkan ada ancaman dari para demonstran yang mengintimidasi Tuhan dengan mengatakan ‘agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan!’ Sebaliknya siswa siswa juga mengenal secara langsung tokoh Ajo Sidi yang terkenal sebagai si tukang bual!

Novel remaja Dari Jendela SMP karya Mira W yang populer di tahun 80 an, saya bacakan di kelas 2 SMP tempat saya mengajar. Setiap ada pelajaran Bahasa Indonesia saya bacakan sebagian dari novel tersebut, sampai pada akhirnya tamat. Mereka mendengar secara langsung lewat telinga mereka sendiri bagaimana Joko dan Wulan (tokoh tokoh ini kebetulan masih duduk di kelas 2 SMP), tokoh utama novel tersebut, berpacaran di bawah rerimbunan pohon pohon singkong di sebuah ladang! Kadang sewaktu mereka mendengar kata kata lembut dan bisik bisik dua tokoh tersebut, mereka tersenyum sipu dan kadang gerrrrrrrr..., karena senang merasakan kelucuan dan keluguan kedua tokoh tersebut!

Beberapa puisi ‘mbeling’ di samping puisi puisi ‘serius’ memberikan wacana lain bahwa ada juga puisi puisi aneh yang lucu, seolah olah tanpa makna, namun memberikan hiburan tersendiri. Dalam menghadapi dan mengapresiasi puisi pusi seperti Diponegoro, Isa, Aku karya monumental Chairil Anwar mereka akan serius dan mungkin sambil mengernyitkan dahi. Mereka akan tertawa terkekeh dan wajah semringah nakal manakala mendengar atau membaca misalnya karya karya Sutardji Calzoum Bachri, Remy Silado, Rendra maupun Darmanto Jt yang dengan kelihaian dan kepiawaiannya bermain main dengan kata dan mengubah ubah susunan kata katanya. Simak saja misalnya penggalan sajak Simpatiku untuk Lik Parto Total karya Darmanto Jt di bawah ini :

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 77

78 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 79 BAGIAN IV: DWARAWATI DAN MANDURA
80 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MANDURA: BASUDEWA, ARYA PRABU, SETIYAJID, PRAGOTA

Swuh rep data pitana. Hanenggih negari pundita ingkang kaeka adi dasa purwa. Eka marang sawiji, adi linuwih, dasa sepuluh, purwa marang kawitan. Sanadyan kathah titahing Jawata ingkang kasongan hakasa, kaapit ing samodra, kasangga ing bantala, kathah ingkang sami hanggana raras. Nanging boten kadi negari Mandura. Mila kinarya bebuka ngupaya negari satus datan antuk kalih, sewu datan jangkep sedasa. Dhasar negari panjang punjung pasir wukir loh jinawi, gemah ripah karta raharja. Panjang dawa pocapane, punjung luhur kawibawane. Pasir samodra, wukir gunung, dene negari ngungkuraken pagunungan, nengenaken benawi, ngeringaken pasabinan, ngayunaken bandaran ageng.

Loh: tulus kang sarwi tinandur, jinawi: murah kang sarwa tinuku. Gemah: kang laku dagang layar rahinten dalu datan ana pedhote, labet tan ana sangsayaning dedalan. Ripah, jalma manca kang samya bebadra sajroning praja angraos jejel pipit, aben tritis tepung cukit wismanira. Papan wiyar katingal rupak, awit saking gemah raharjaning praja. Karta, para kawula ing padhusunan samya ayem tentrem, nungkul marang pangolahing tetanen. Ingon ingon raja kaya, pitik iwen datan ana kang cinancangan. Yen awan aglar ing pangonan, wanci sonten mulih marang kandhange dhewe dhewe. Raharja, tebih ing parangmuka, dene para mantri bupati samya kontap kautamane, wicaksana limpad ing kawruh, putus ing pangolahing praja, tansah ngudi wewah kaluhuraning negari, miwah raharjaning para kawula. Tuhu Negari Mandura, kena winastan negari ingkang gedhe obore, padhang jagade, dhuwur kukuse, jero tancebe, adoh kuncarane. Marma kathah para raja myang narpati ingkang samya nungkul, datan karana ginebaging perang pupuh, sayekti kaungkulan pambeganing Sang Prabu. Bebasan kang celak samya manglung kang tebih samya mantiyung. Saben hari antara mangsa, samya atur bulu bekti, glondhong pengareng areng, peni peni raja peni, guru bakal guru dadi, minangka tandha panungkul. Negari Mandura katingal ageng lan agung, katingal ayom saha ayem. Sinten ta ingkang jumeneng nata hanyakrawati mbahudhendha wonten negari Mandura, mapan wus ana pilahane, lamun kethek araning pragosa, buta praceka,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 81

dewa wewisik, pandhita peparap, lamun ratu wenang ajejuluk. Sang nata jejuluk Prabu Basudewa.

Nuju Ari Respati Sang Nata miyos ing Sitihinggil binaturata lenggah dhampar dhenta pinalipit ing kencana, pinatik ing sesotya nawaretna. Lemek babut prangwedani sinebaran sari sari, ganda wida jebat kasturi. Ginarebeg ing bedhaya srimpi, biyada manggung ketanggung, jaka palara lara ingkang samya ngampil upacara nata banyak dhalang sawunggaling , hardawalika kacumas dwipangga kang sarwa sesotya. Kinebutan lar badhak kongas gandanira ngantos dumugi ing pangurakan. Rep sidhem premanem datan ana sabawae walang salisik, gegodhongan datan obah samirana datan lumampah, among lamat lamat kapyarsa swaraning pradangga munya nganyut anyut, binarung ocehing manuk jalak lan engkuk kang mencok panging waringin.

Lah sinten ta punika ingkang kepareng caket denira mangarsa? Anenggih Raden Arya Prabu Rukma, kadang taruna sang nata. Raden Arya Prabu hangungkuraken Raden Sitiyajid, bebentenge negari Mandura. Lenggahnya Raden Setiyajid hamengkeraken sowanipun tumenggung Pragota. Ing wuri sumambung pasebaning para kadang Mandura. Sidhem ingkang samya sumewa ngentosi dhawuh timbalaning sang nata. Mangkana pangandikane Sang Srinarapati ingkang dereng kawijil ing lesan.

3 3 3 3 3 3 23

Dyan sembah nireng u-lun; 235 5 5 5 5 5 35 5 6 53 5.32

Ka purba risang murbeng rat. Ooooo…

6 6 6 616 5. 656 35.32 2 2 2 2 12

Sa - ha - na - ning - kang Ooo… ka - nang si - hing dasih

3 56 6 5 5 53 2

Ma- weh bo - ga sa we gung 2.35 2.35 2 2 21 61.65 6……..

Ma sih ring de lah an Oooo…

2 2 2 2 2 2 2 12 1 2.1 56 5.32.

Hyang kanang mamujeng ha - ri Oooooo…..

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

82 |

Basudewa: Jagad dewa bathara, kadangipun kakang yayi. Kaya cekak temen uripku kaya wus entek sing dak karepke. Awit saka apa yayi, wus pira lawase prunanmu padha kentar saka praja Mandura. Kakrasana, Narayana kuwi si bocah lanang. Lha si Rara Ireng kok ya melu ki ana pamrih apa.

Arya Prabu: Inggih kaka prabu sewu kalepatan kula nyadhong deduka. Boten kirang kirang anggen kula mbudi daya ngupadi kang putra tetiga. Anakmas Kakrasana, Narayana, tuwin Rara Ireng.

Basudewa: Yayi Setiyajid, sanadyan mung sak klungsu bok melu udhu. Rembug pepetenging Mandura.

Setiyajid: Inggih kaka prabu ingkang rayi pun Setiyajid sampun nyebar sisik melik amrih konduripun prunan kula tetiga.

Pragota: Inggih sinuwun, sanadyan ingkang abdi pun Pragota, ugi sampun mrika mriki numpak angkot, nanging boten pikantuk menapa menapa. Malah ming mbuwang dhuwit… hehehe…hohhoo….

Basudewa: Yayi, lara kuwi kembange mati. Aku yen lara ora nemu tamba ya bakal mati. Ana paribasan narendra seda atmaja gumanti nata. Awit prunanmu Kakrasana sing ndak gadhang gadhang dadi ratu ana ing Mandura, kok malah lunga saka Mandura ki ana ngendi yayi? Apa kelakon Mandura suwung, ora ana sing nglungguhi dhampar keprabon.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 83

MENGENALKAN
6 6 6 6 6 6 6 6 6 Leng-leng-ing driya mangu-mangu 2 2 2 2 2 2 2 23.21 1 Mangungkung, kanduhan ri mang 1 1 1 1 1 1.65…… 5 222… Lir lena tanpa ka - nin Oooo… 1 1 1 1 5 Yen tan tulu – sa 1 1 1 1 1 1 1 1 Amengku sang Dyah utama 2 2 2 2 2 2.16 6. 3333…. Wuwusnya Sri Na ren dra Oooo… Pocapan

(Lah ing ka nata wau dereng paripurna Sang Nata paring pangandika, kasaru gegering njaba, pyak ngarsa tangkeping wuri. Wonten satunggilipun jawata minggah setinggil binatarata. Ngrepepeh lampah tindakira.)

Narada: Brengenjong bregenjong waru doyong, lutut tu lut chiyohokkk.. aja kaget Kaki ulun Basudewa. Ulun kang prapta ana ing Mandura.

Basudewa: Kawula nuwun inggih pukulun. Kula nyuwun agunging samodra pangaksami, praptanipun paduka iwang pukulun, kang wayah boten saged atur pasugatan ingkang sekeca. Nuwun sewu pukulun, saprapta paduka kang wayah nyadhong dhawuh.

Narada: Iya kaki ora dadi apa. Sak prapta ulun ana ing Mandura jeneng ulun bakal nyilih putramu si Kakrasana bakal ndak sraya dadi jagoning dewa. Awit wektu iki Jonggring Salaka kataman parangmuka. Narendra buta endhas gajah, jejuluk Prabu Ditya Kala Puspadento saka Negara Grabag Pecah.

Basudewa: Dhuh eyang pukulun, sewu kalepatan kula nyadhong deduka. Boten ateges kua boten angsal Kakrasana dipun sraya, nanging Kakrasana mentar saking Mandura.

Narada: Wah, njur kepriye iki. Arep dijaluki tulung malah lunga. Yen ngono, ayo wus aja wedi kangelan digoleki bareng bareng. (srepeg… Narada budhal)

Basudewa: Pragota, aja wedi kangelan upadinen gustimu Kakrasana. Pragota: Benjing menapa kula bidhal sinuwun, lhaaa…

Basudewa: Paribasan peteng sinambung bulan, udan sinambung payung, dina iki jeneng sira enggal budhal sing ngati ati lakumu Pragota. Pragota: Inggih sinuwun ingkang abdi nyuwun pamit.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

84 | MENGENALKAN
A. (Budhalan perang Pragota, Prabawa >< bala Sengkapura) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 Leng-leng-ing driya mangu-mangu 2 2 2 2 2 2 2 23.21 1 Mangungkung, kanduhan ri mang 1 1 1 1 1 1.65…… 5 222… Lir lena tanpa ka - nin Oooo… 1 1 1 1 5

Yen tan tulu – sa

1 1 1 1 1 1 1 1

Amengku sang Dyah utama

2 2 2 2 2 2.16 6. 3333….

Wuwusnya Sri Na ren dra Oooo…

Jaya Dirgantara: Kowe sapa? Aku abdi dalem saka Kadipaten Sengkapura, abdine gustiku Prabu Anom Kangsadewa. Aku didhawuhi nggoleki Kakrasana, Narayana, Rara Ireng arep dipateni. Amarga tetelune iku klilipe gustiku Prabu Kangsadewa.

Prabawa: Aku kesete gustiku Prabu Basudewa, aku Prabawa. Kowe bisa nyekel para gustiku yen sirahe Prabawa wus gumlundhung ana ing bantala.

Jaya Dirgantara: Majuha ndak kendharat gulumu.

Prabawa: Ketiban tangan pecah mestakamu, muncrat molomu, menculat matamu, suwek kupingmu, grumpung irungmu, rontok rambutmu.

B. Gara gara

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 12

Sangsaya dalu araras abyor kang lintang kume dhap.

2.3.21 1 1 1 1 1 1 1

Ti - ti sonya tengah wengi.

2 2 2 2 2 2 2 2

Lumrang gandaning puspita.

2.35 5 5 5 5 53 35 1.6.1.2.

Ka - renggyaning pu dyani - ra Oooo

2 2 2 2 2 2 2 2.16 6

Sang dwija wara ambre – nge ngeng.

5.61 1 1 1 1 1 1 1.

Lir swaraning madubrangta.

2 12 1 1 1 1 1.65 5

Ma nungsung sarining kem bang.

Ilir ilir…

Caping Gunung…

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 85

gundhul pacul…

C. Pertapan Argasonya: Wasijaladara (Kakrasana), Narayana, Udawa, Rara Ireng, Permadi Wonten gumuk alit dumunung aneng tepining kali Kenanga. Wreksa gung hangrembuyung kang hangayomi, tetela katingal menjila prenahing gumuk. Pasiten inggil sinung wit pucang jajar sanga, ing ngandhap tinaneman pari gaga lan palawija, tumpangsari datan keri, taneman Lombok terong manggen ing pamijen.

Ing mriku katingal wonten padhepokan adhapur joglo, sirape kayu cendhanasari, kinancing wuwung tembaga sinangling, saben sacengkang sinung rerenggan pratima selaka pinetha peksi garudha kang arsa nggegana. Saka guru kayu jatiwasesa, ukiran lunging gadhung rumambat minggah.

Padoning pendhapi tinon kukus kumendheng ngawiyat sinartan ganda arum menyan ratus myang garu rasamala. Anenggih punika kinarya pratanda ing mriku sramaning brahmana, awasta pertapan Argasonya, inggih sinebat padhepokan Ngrewantaka.

Lah sinten ta ingkang madhepok wonten pertapan Argasonya? Tuhu punika pandhita linangkung, kaladuk sekti mandraguna turta kinasih dening Sanghyang Sambu. Wenang sinebatna dasanamanira sang wikudibya, peparab Begawan Wasijaladara.

Aja dupeh wujud pandhita mudha, yekti sang resi gentur tapa, mantheng semedi turta hambeg berbudi bawa leksana.

Nyarengi dinten Respati tabuh nawa, Begawan Wasijaladara lenggah madyaning pracabakan, labet hanampi sowanipun para kadang taruna. Raden Narayana, Dewi Rara Ireng, Raden Udawa saking kademangan Widarakandhang. Ing samangke ugi kasowanan Radaen Permadi, saking pertapan Wukiratawu. Mangkana ta pangujasmaraning driya sang Wiku ingkang dereng kawijil ing lesan.

Suluk : mulat mara …

Narayana: Eeee dhimas Permadi. Basuki dhimas praptamu?

Permadi : Sembah bekti kunjuk kakangmas.

Kakrasana: meneng wae …

Udawa: Inggih Raden sami wilujeng.

Permadi : Iya kakang Udawa. Sira iya padha slamet ta kakang.

Permadi: Kakang mbok bekti kula konjuk.

Rara Ireng: Iya dhimas Permadi. Pangestuku tampanana.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

86 | MENGENALKAN
Gundhul

Narayana: Kakangmas Kakrasana koq sajak kadelarung anggenipun mentar saking negari Mandura. Menika saged damel sungkawaning kanjeng rama prabu awit sampun sawatawis tri madya candra.

Rara Ireng: Kakang Kakrasana koq lunga ora bali bali. Aku kangen karo kanjeng rama. Kakang ki nggoleki apa ta?

Udawa: Raden Kakrasana menika gadhah pangajab menapa raden?

Kakrasana: Jagad dewa bathara. Jebul kaya ngene iki yayi rasane wong lagi nandhang wuyung. Kaya ngapa yen pun kakang bisa sapejagong karo putrane paman Prabu Salya, Nini Dewi Erawati.

Narayana: Oh, jebul kakangmas Kakrasana madeg pandhita Wasijaladara menika namung badhe nggayuh putri mandaraka Dewi Erawati ta Kakangmas?

Kakrasana: Saktemene ya pancen kaya ngono kuwi dhimas.

Narayana: Nuwun sewu kakangmas. Tiwas kaleresan awit saking menapa, bilih wekdal samangke, Dewi Erawati menika sampun dipun cidra maling aguna.

Kakrasana: Lha, banjur sapa maling aguna lan saka ngendi sing kuma wani nyidra Dewi Erawati?

Narayana: Perkawis sinten menika lan saking pundi ingkang rayi boten mangertos. Cobi kula aturi ndangu dhimas Permadi.

Kakrasana: Permadi, kowe apa ngerti sapa sing nyidra Erawati?

Permadi: Kakangmas langkung trawaca mangga sowan ing Mandaraka. Narayana: Kakangmas Kakrasana menapa boten langkung rumiyin kondur ing Mandura gantos busana kanalendran?

Kakrasana: Ora yayi. Pun kakang arep nganggo busana kapandhitan. Pun kakang arep peparap Wasijaladara.

Narayana: Menawi kersanipun kakangmas makaten, mangga kula dherekaken.

D. Strat Kartowiyoga

Kartowiyoga:Aku wus manjing ana njabaning keputren Mandaraka. Aku bakal nyirep taman keputren lan aku bakal laku lembut mlebu nyidra Dewi Surtikanthi.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 87

MENGENALKAN

Pocapan: Sigra matek aji panglemunan Sang Kartowiyoga mlebet wonten Taman Keputren. Sedaya sami ngantuk datan wonten ingkang taksih wungon. Sedaya sami sare kepati.

E. Strat Keputren:

Surtikanthi: Dhimas koq mlebu ana ing paturonku ana apa ya dhi?

Permadi: Nyuwun sewu kakang mbok, pawartos ingkang kula tampi maling aguna badhe nyidra kakang mbok.

Surtikanthi: Bener dhimas?

Permadi: Leres.

Surtikanthi: Aja sembrono karo mbakymu ya dhi? Aku koq arif ya dhimas?

Permadi: Mangga kula aturi sare ingkang sekeca.

Pocapan: Sang Kartopiyoga andhustha Dewi Surtikanthi. Kaget kawekasan Dewi

Surtikanthi anjerit anjeleh kepati kabekta mlajar. Dyan Permadi sampun ngoles Lisah Jayeng katon. Pramila saged pirsa sadhengah tumitah lelembut utawi lampah lembat. Dyan Katopiyoga kabujung Dyan Permadi. Kartopiyoga nyemplung samodra den tututi Permadi.

F. Strat : Kakrasana menggak Permadi nyemplung samodra lan takon apa ngerti malinge.

G. Strat: Permadi nyempalani Kartowiyoga, Permadi bopong Erawati lan Surtikanthi munggah menyang dharatan.

H. Strat: Kakrasana perang mungsuh Kartowiyoga lan Kurandhgeni uga dipateni Kakrasana.

I. Strat Kahyangan:

Narada: Prekencong warudoyong, kali Code sapa sing gawe. Kakrasana ana ing kene, dak goleki. Ana ratu buta sirah gajah jejuluk Prabu Kala Ditya Puspodhento sing bakal pingin dadi ratu ana ing Kahyangan. Ngamuk ana ing kahyangan. Ora ana sing bisa ngalahake kejaba kowe Kakrasana. Ayo ulun gawa munggah ing kahyangan.

88 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

J. Strat Kahyangan: Perang Prabu Ditya karo Kakrasana. Ilate kabethot dyan Kakrasana. Nglumpruk, lemes.

Puspodhento: Kula badhe suwita raden.

Narada: Aja dipateni Kakrasana. Wis bakal ulun sabda minangka dadi titihan kita lan aran Gajah Puspodhento. Kita mudhun nitih Kyai Puspodento lan ulun paring jeneng Baladewa (balaning dewa).

K. Mandaraka: dhauping temanten disaksikan Narayana, Permadi, Rara Ireng, Surtikanthi, Basudewa.

Salya: Angger Parbu Baladewa. Sarehning sampun dhaup lan paripurna lampahan menika, mangga kula aturi ngasta kondur dhateng Mandura.

Basudewa: Iya ngger Putraku Kakrasana, wiwit saiki uga dhampar kencana Mandura ingsun paringake marang sira lan pun rama bakal lengser keprabon. Semar: Kula namung pesen mugi mugi dhauping pinanganten Mas Yudho Sutrisno lan Nini Dewi Endrawati saged langgeng salaminipun, dados brayat sekinah, dados tepa tuladha, warga sak kiwa tengenipun. Dipun paringi momongan sakcekapipun. Kula, Semar, ingkang ngayahi jejibahan, menawi wonten lepat, nyuwun pangapunten. Nuwun lan Berkah Dalem tansah lumeber.

Semarang, 2 Mei 2011 Br. Frans Sugi FIC

Sumber Pengembangan

Ada banyak variasi sumber pengayaan pembelajaran bahasa Jawa. Kadang guru kurang tahu atau tahu, tetapi kurang menyadari bahwa hal hal yang diketahuinya tersebut dapat dijadikan sebagai sumber pengayaan pembelajaran bahasa Jawa, sehingga pembelajarannya di kelas dapat menjadi sungguh menarik bagi para siswa. Untuk pembelajaran wicara, misalnya dengan mudah guru dapat mengakses di Youtube tentang wayang, ketoprak, ludruk, campursari dsb. Kita boleh yakin apabila para siswa mengalami sesuatu yang hidup dan mengena, pembelajaran akan menarik minat siswa.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 89

Ada majalah majalah berbahasa Jawa komplet, artinya seluruh isi dari A sampai Z menggunakan Bahasa Jawa. Salah satu majalah mingguan berbahasa Jawa yang terbit rutin adalah Panjebar Semangat. Ada bermacam macam rubrik di dalamnya. Bila kita simak dengan teliti isinya akan kita dapati: Pikiran Pembaca; Berita Nasional; Cerita Wayang; Cerita Cekak; Puisi; Obrolan; Artikel Ilmiah; Bacaan Anak; Teka teki, Cerita Rakrat; Cerita Horor; dan tidak ketinggalan Komik Wayang. Untuk pengayaan pembelajaran di kelas, guru tinggal memilih dan mengambil bahan yang cocok.

Di samping rubrik rubrik tersebut, masih ada pojok kecil bertajuk Sumber Semangat. Sesuai dengan judulnya, Sumber Semangat berisi ungkapan yang selalu baru dalam setiap edisi dan memberikan dorongan kepada pembaca untuk hidup yang lebih baik. Beberapa ungkapan misalnya dalam Panjebar Semangat edisi 7 Maret 2015 No. 10: “Wektu kayadene pedhang, yen kita bisa migunakake kanthi becik, mula mesthi bakal nguntungake, nanging yen kita migunakake kanthi kurang becik, mesthi dheweke bakal nujes kita.”

Dalam Panjebar Semangat edisi 14 Februari 2015 No. 7 bertuliskan, “Aja nresnani pawongan mung merga rupane, kasugihane utawa jabatane, nanging tresnanana merga kabecikan lan katulusan atine. Amarga ing antarane kabeh mau, mung kabecikan lan katulusan atine kang bakal tetep langgeng.” Di sinilah juga soal pendidikan karakter langsung dapat diberikan.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

90 | MENGENALKAN
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 91 BAGIAN V: WIRATA
92 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Mengenal Wayang

Pembelajaran Bahasa Jawa di semua jenjang kelas tidak terlepas dengan dunia wayang. Tentu saja tingkat kerumitannya bertingkat tingkat sesuai dengan jenjang kelasnya. Kenyataan dewasa ini para murid sangat terasing dengan dunia wayang. Banyak sebab dan kita tidak perlu menyalahkan siapa atau apa sebabnya. Mari kita dekatkan para murid kita dengan budaya luhur bangsa Indonesia ini. Kita, bangsa Indonesia bangga dengan wayang karena wayang telah diakui oleh UNESCO sebagai MasterpieceSeni Budaya Dunia. Piagam penghargaan UNESCO untuk wayang Indonesia tersebut berbunyi sbb., “The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization hereby proclaims Wayang Puppet Theatre Indonesia a Masterpiece of the Oral dan Intangible Heritage of Humanity. Paris, 7 November 2003. Koichiro Matsuura Director General.” Nah lengkaplah kebanggaan kita! Perlu sekali para murid dan juga para guru mengenal dan mencintainya! Kalau kita sendiri yang empunya wayang tidak mencintainya, lalu siapa lagi?!

Di beberapa tempat ada banyak kesempatan bagi guru dan para murid untuk langsung menikmati pertunjukan atau pentas wayang kulit yang hidup. Tentu juga ada wayang orang. Di Semarang ada beberapa tempat pentas wayang kulit berbahasa Jawa. Misalnya setiap malam Jumat Kliwon di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), malam Selasa Kliwon di museum Ranggawarsita. Para mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Jawa dari Universitas Negeri Semarang, dari Universitas PGRI diajak oleh dosen mereka untuk mengalami langsung pemakaian ‘bahasa Jawa.’ Di Solo dan Yogyakarta situasinya mirip di Semarang. Cara lain untuk mengenalkan wayang dengan mudah, misalnya, bawalah butir butir wayang ke dalam kelas. Tunjukkan bagaimana memainkannya, sehingga para siswa dapat mengalami langsung. Pastilah dengan cara demikian lebih menarik daripada hanya disuruh mengamati gambar wayang yang ada di dalam buku teks. Bila mungkin didialogkan dengan menggunakan ragam suara yang bervariasi, tokoh satu dengan lainnya berbeda: halus, kasar, melengking, bass, perempuan, laki laki dsb.

WAYANG: Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH
FIC | 93

Akhirnya...guru Bahasa Jawa sendiri, apa pun latar belakang disiplin ilmu yang dimilikinya, harus mencintai bahasa, budaya dan sastra Jawa. Seseorang yang sungguh mencintai apa pun kendalanya akan diusahakan dan dicari jalan pemecahannya untuk mengatasi masalah atau persoalan tersebut. Tidak lagi ada ungkapan, “Toh saya bukan guru Bahasa Jawa yang sebenarnya karena latar belakang ilmu saya bukan studi Bahasa Jawa.”

(Semarang, Prapaska 2015, Br. Frans Sugi FIC pemerhati budaya Jawa)

Perang brubuh Tayungan

Prabu Jayamurcita ngamuk punggung. Sedaya kawon.

Kresna : Bagong jupuken bayi supaya maju perang.

Bagong : Apa ora ana sing gaek pa? Ini permainan saja...

Ongkowijaya : Ora kesamaran. Pancen pinter lan waskitha Nata Dwarawati Sri Bathara Kresna. Kabeh senopati kalah mungsuh aku pribadi. Iya iki bocah bayi iki dudu bocah sembarangan. Yen dak paribahasakake kaya keris lan warangka. Bocah iki curigane lan aku warangkane.

Pocapan : Sampun dumugi titi mangsa, Prabu Ongkowijaya manjing wonten angganya jabang bayi. Mila nunggak semi Raden Abimanyu ugi peparap Raden Ongkowijaya, saha Raden Jayamurcita. Negari Tanjung Anom ing wekdal samangkeh dipun dadosaken kesatriyanipun Raden Ongkowijaya.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

94 | MENGENALKAN
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 . Bi ma pal gu na wruh se kar ing to ya Bu ta Pan dha wa ta ta ga ti wi sa ya. 3 3 3 3 3 3 3 2 1 . 2.......... Nalika nggebyur sa mo –dra // Oooo.... In dri yak sa sa ra ma ru ta//Oooo... K. Jejer Madukara (komplet) 3 5 6 6 6 6 6 6 6 6 Anut lakuning Kurawa ing uni 2 2 2 2 2 2 2

Patine Sang Abimanyu kena ing cidra 3 3 3 3 32 1 2....

Tandya Sang Se tya ki. Ooooo

Semar : Mugi mugi lampahan Wahyu Widayat menika dadosa lantaran tumurunipun kanugrahan jati saking Gusti ingkang mahamirah, mliginipun kangge bayi ingkang dipun selapani ing dalem lan brayat menika. Nuwun nuwun...

Tancep Kayon

5. Sekolah:

Pusat Pengembangan Kebudayaan dan Ketahanan Nasional

Pengertian beberapa Istilah

Dalam bagian pertama ini akan saya berikan pengertian beberapa istilah yang nanti pada bagian bagian selanjutnya akan banyak dipergunakan. Hal ini dengan tujuan agar makalah sederhana ini dapat dipahami dengan tidak terjadi salah paham.

Istilah istilah itu ialah:

1. Sekolah

2. Pusat

3. Kebudayaan

4. Ketahanan

5. Nasional Keterangan

1. Sekolah ialah tempat pendidikan, tempat guru mendidik (dalam arti mengembangkan kepribadian, mencerdaskan murid dan melatih ketrampilan), dan murid belajar di sekolah terjadi proses atau kegiatan belajar mengajar. Guru mengajar, murid belajar sehingga terciptalah masyarakat belajar. Fungsi utama sekolah adalah mendidik dalam rangka membangun manusia Indonesia

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 95

seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, sesuai dengan rumusan Tujuan Pendidikan Nasional.

2. Pusat

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Purwadarminta, pusat berarti pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai bagai urusan, hal dsb). Jadi pusat sumber asal atau tempat menggali dan mengembangkan sesuatu.

3. Kebudayaan

3.1. Arti Sempit

Kebudayaan adalah hasil seni manusia yang dititikberatkan pada estetika (aspek perasaan). Beberapa contoh dalam arti ini misalnya wayang, ketoprak, ludruk, lukisan lukisan, gambar gambar seni lainnya.

3.2. Arti Luas

Kebudayaan dalam arti luas dipandang dari segi individual ialah berupa pengetahuan, pilihan hidup manusia, dan makhluk komunikasi.

Yang dimaksudkan dengan pengetahuan ialah pengalaman baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.

Yang dimaksudkan dengan pilihan hidup manusia ialah pilihan pilihan atau putusan putusan manusia yang menunjukkan arah dan tujuan hidup manusia. Di sini menunjukkan adanya pandangan hidup atau falsafah seseorang.

Yang dimaksud dengan praktek komunikasi adalah bentuk bentuk sikap, tingkah laku dan perbuatan manusia dalam hubungannya dengan alam sekitar.

Kebudayaan dalam arti luas dipandang dari segi sosial adalah segenap perwujudan keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan (etika), dan perasaan (estetika) manusia dalam perkembangan kepribadian manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain (masyarakat), dengan alam sekitarnya dan dengan Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta Semesta Alam.

4. Ketahanan

Di dalam kata ‘ketahanan’ terkandung pengertian pengertian: kekuatan hati, ketangguhan, keuletan, identitas, integritas, tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan. Orang yang kuat hatinya berarti dia berjiwa tabah. Orang yang tangguh ialah orang yang mampu bertahan, kuat atau betah menderita, kuat

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

96 | MENGENALKAN

menanggung beban. Keuletan menunjuk pada usaha yang terus menerus secara giat dengan kemauan yang keras di dalam menggunakan segala kemampuan dan kecakapan untuk mencapai tujuan dan cita cita. Manusia yang beridentitas berarti manusia yang mempunyai ciri khas, yang mempunyai kekhususan yang menandakan bahwa dia ADA. Integritas berarti kesatuan, manusia menyatukan diri dengan keadaan alam sekitar di mana seseorang hidup. Sekaligus dalam kata ketahanan disiratkan adanya sesuatu yang datang dari luar. Sesuatu yang datang dari luar tersebut dapat berwujud ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Hal hal inilah perlu ditahan jangan sampai masuk karena dapat membahayakan.

5. Nasional

Nasional berarti kebangsaan atau yang berkenaan dengan atau yang berasal dari bangsa sendiri.

Sekolah Sebagai Pusat Kebudayaan

Pengembangan sekolah sebagai pusat kebudayaan bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan, dalam rangka membangun manusia seutuhnya. Yang dimaksud dengan sekolah sebagai pusat kebudayaan adalah sebagai tempat nilai nilai yang disepakati, yaitu nilai nilai yang terpuji, dikehendaki, berguna serta perlu dipertaruhkan bagi kehidupan warga, masyarakat, dan lebih luas negara. Di sekolah anak didik dibiasakan sendiri, mungkin untuk menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai dan menghayati, serta belajar mengamalkan melalui belajar mengajar di sekolah. Sekolah sebagai wadah utama untuk mengembangkan kebudayaan yaitu mengembangkan perwujudan logika, etika, estetika dan praktika, sehingga anak didik terbantu untuk menguasai pengetahuan, mampu untuk mengadakan pilihan pilihan hidup serta sanggup untuk berkomunikasi secara tepat. Dari sini pula akhirnya akan lahir manusia pembangunan yang bertanggung jawab, terbentuk manusia Indonesia seutuhnya dan dapat mewujudkan peradaban bangsa yang luhur. Sekolah sebagai pusat kebudayaan perlu dibina perwujudannya sehingga masyarakat di sekitar sekolah dapat turut merasakan dan menghayati sinar kemajuan yang dipancarkan sekolah tersebut dan kemudian mencontoh segala sesuatu yang baik itu dalam kehidupan mereka. Melalui pola lingkungan seperti yang diharapkan itulah, sekolah dapat

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 97

menjadi tempat kegiatan utama dalam pembaharuan, pembangunan dan pengembangan masyarakat selanjutnya. Dengan demikian suatu sekolah dapat dianggap sebagai pusat kebudayaan apabila sekolah itu telah mampu menciptakan masyarakat belajar, meningkatkan mutu pendidikan, menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya sehingga manusia membentuk manusia pembangun, manusia Indonesia seutuhnya, sesuai dengan jenis dan jenjang sekolah itu sendiri.

Untuk menunjang fungsi sekolah sebagai pusat kebudayaan, maka di sekolah digerakkan kegiatan kegiatan sbb.:

a. Pengembangan Logika

Hal ini dapat melalui pemupukan kegemaran, kebiasaan dan kebudayaan membaca, rajin dan tekun belajar, suka meneliti, dan pemupukan gairah menulis acara analisis. Kepada anak tidak perlu diserukan Belajar Keras!

b. Pengembangan Etika

Pengembangan etika untuk memupuk sikap takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; penghayatan dan pengamalan Pancasila secara tuntas; sikap dan tingkah laku yang baik; sopan santun dan kepribadian; sikap disiplin. Kepada anak didik perlu diserukan Berbudi luhur!

c. Pengembangan Estetika

Pengembangan estetika dapat dilatih lewat pemupukan; apresiasi seni (menghayati dan menghargai karya seni); persepsi seni (manusia menikmati kesenian); dan kreasi seni (manusia menciptakan karya seni). Kepada anak didik perlu diserukan Berperasaan halus!

d. Pengembangan Praktika

Praktika merupakan perpaduan dan pengembangan logika, etika, dan estetika. Pengembangan praktika ini dilakukan melalui pemupukan; penghargaan terhadap kerja fisik di samping kerja intelektual; menghargai pekerjaan tangan (kerja kasar); keterampilan dan kecekatan; pencapaian teknologi secara tepat. Kepada anak didik diserukan Bekerja keras!

Untuk melaksanakan kegiatan kegiatan di atas, maka antara lain diperlukan sarana dan prasarana sbb.: a. ruang belajar b. ruang perpustakaan c. ruang laboratorium / praktik kerja d. ruang keterampilan

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

98 | MENGENALKAN

e. ruang kesenian f. ruang olah raga dan Usaha Kesehatan Sekolah g. ruang Bimbingan dan Penyuluhan h. ruang kepala sekolah dan tenaga administrasi i. ruang para guru j. kamar kecil

Ketahanan Sekolah

Agar pengembangan sekolah sebagai pusat kebudayaan dapat berhasil secara optimal harus ditunjang oleh Ketahanan Sekolah yang memadai. Apa yang dimaksud dengan ketahanan sekolah?

Ketahanan sekolah adalah suatu kondisi dinamis yang berisi kemampuan dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan dan hambatan yang timbul dari dalam dan dari luar sekolah, yang langsung ataupun tidak langsung mengganggu proses belajar mengajar dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya.

Ketahanan sekolah hanya mungkin ada dan terbina baik bila tidak hanya dikembangkan secara sepihak yaitu pihak anak didik, melainkan dikembangkan pada semua komponen sekolah.

Komponen komponen itu sendiri meliputi: a. letak sekolah b. sarana dan prasarana pendidikan c. komponen manusiawi yang terdiri dari Kepala Sekolah, wali kelas, guru, karyawan non guru, siswa dan orang tua siswa. d. komponen kebudayaan

Di samping komponen komponen di atas untuk mengembangkan ketahanan sekolah secara optimal, perlu didayagunakan dan ditanamkan faktor faktor berikut :

a. faktor disiplin semua komponen manusiawi (kepala sekolah, wali kelas, guru, karyawan non guru, siswa)

b. ketertiban sekolah yang wajar dan teratur (jam mulai pelajaran, jam selesai pelajaran, seragam sekolah, berdoa, sanksi pelanggaran).

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 99

c. wibawa Kepala Sekolah baik ke dalam maupun ke luar

d. wibawa guru (wali kelas) terhadap anak didiknya

e. proses belajar mengajar yang terpusat pada kebutuhan dan kemampuan anak didik

f. pelaksanaan upacara bendera yang dapt menumbuhkan semangat kebangsaan (nasionalisme)

g. senam pagi Indonesia yang memupuk kesehatan jasmani dan rohani siswa dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah

h. pengembangan 5K dalam kehidupan sekolah yang meliputi: Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, dan Kebudayaan. Peningkatan Ketahanan Sekolah bertujuan untuk memberi kesempatan kepada sekolah agar dapat mengembangkan sekolah sebagai pusat kebudayaan. Dengan demikian sekolah perlu memiliki kemampuan dan ketangguhan untuk mengatasi dan menangkal segala tantangan dan hambatan yang mengganggu proses belajar mengajar. Sebagai konsekuensi logis dari laju pesatnya pembangunan, yang berarti pula pesatnya perubahan di bidang pengembangan sosial budaya, tata nilai dsb., maka peningkatan fungsi dan peranan sekolah sebagai pusat kebudayaan perlu ditingkatkan.

Peranan Guru dalam Peningkatan Pengembangan Kebudayaan dan Ketahanan Sekolah

Dalam dunia pendidikan, guru menduduki fungsi dan peranan yang sangat penting. Di sekolah, guru merupakan unsur manusiawi yang penting berhubungan dengan anak didik. Oleh karena itu guru banyak menentukan perkembangan anak didik dalam mencapai bentuk Indonesia seutuhnya. Guru perlu menjadi teladan bagi anak didik. Dalam melaksanakan pendidikan, guru mempunyai fungsi dalam tiga kegiatan pokok, ialah mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik dalam arti sempit berarti meneruskan dan mengembangkan nilai nilai hidup kepada anak didik agar nilai nilai hidup itu dihayati dan diamalkan oleh anak didiknya. Apabila anak didik telah menghayati dan mengamalkan nilai nilai hidup tersebut, maka terbentuklah kepribadian anak didik itu.

Mengajar ialah meneruskan dan mengembangkan pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi sebagai anak ilmu pengetahuan, untuk membekali anak

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

100 |

didik dalam meningkatkan taraf kehidupannya pada masa mendatang serta meningkatkan kecerdasan mereka untuk dapat memecahkan masalah masalah hidup yang dihadapinya.

Melatih adalah kegiatan dalam rangka mengembangkan keterampilan serta penerapan teknologi untuk menciptakan manusia pembangunan yang dapat membangun diri sendiri dan bersama sama hidup dalam masyarakat. Untuk melaksanakan ketiga kegiatan itu, guru mempunyai tugas pokok yang meliputi: tugas profesional, tugas manusiawi (human responsibility), dan tugas kemasyarakatan (civils mission).

Tugas profesional guru adalah tugas terhadap profesinya yang meliputi 10 kompetensi guru. Dalam rangka tugas profesional ini seorang guru bertugas mendidik, mengajar, dan melatih.

Tugas manusiawi guru adalah tugasnya sebagai seorang manusia. Dalam rangka tugas manusiawi ini seorang guru bertugas mentransformasikan dirinya, untuk menempatkan dirinya dalam keseluruhan kemanusiaan. Dalam hal demikian ini, guru berfungsi sebagai orang tua kedua bagi anak didik di sekolah.

Tugas kemasyarakatan guru adalah tugasnya sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Dalam rangka tugas kemasyarakatan ini seorang guru bertugas membimbing siswa menjadi warga negara yang baik berdasarkan Pancasila dan UUD 45 serta GBHN yang berlaku. Dalam hal ini, guru berfungsi sebagai pencipta masa depan dan penggerak kemajuan.

Hubungan Antara Ketahanan Sekolah dan Ketahanan Nasional

Untuk mendasari adanya hubungan antara Ketahanan Sekolah dan Ketahanan Nasional perlu dibandingkan pengertian d iantara keduanya. Ketahanan Sekolah adalah suatu kondisi dinamis yang berisi kemampuan dan ketangguhan untuk menghadapi tantangan. Tantangan serta hambatan hambatan yang timbul dari dalam maupun dari luar, yang langsung maupun tidak langsung mengganggu proses belajar mengajar dalam rangka membangun manusia Indonesia seluruhnya.

Ketahanan Nasional ialah kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan serta ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan Kekuatan Nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 101

hambatan serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan Perjuangan Nasional. Dari kedua pengertian di atas kita mendapatkan gambaran bahwa keduanya mempunyai unsur unsur yang sama: kondisi dinamis, kemampuan, tangguh, hambatan hambatan, usaha menanggulangi suatu bahaya, pencapaian suatu tujuan. Bila diruntut dari unsur unsur yang paling kecil dan sederhana dalam kehidupan sekolah dan kehidupan bernegara, maka akan terungkap suatu rangkaian sbb: murid anggota sekolah anggota keluarga anggota masyarakat setempat (RT, RK, Kelurahan, dsb.) yang akhirnya memuncak pada murid sebagai salah seorang warga negara. Bila murid sebagai salah satu anggota masyarakat yang baik, maka akan mendukung terciptanya suatu masyarakat yang baik. Masyarakat masyarakat yang baik itulah akan melahirkan bangsa yang baik. Murid yang mempunyai daya tahan, keuletan, ketabahan menghadapi segala macam rintangan akan melahirkan masyarakat, bangsa yang berdaya tahan, berkeuletan, tangguh dalam menghadapai segala rintangan dsb. Pengertian ketahanan tidak hanya menunjuk kekuatan senjata, tetapi pada segala bidang (Epolisosbud Hankam) dan segala subjek pelaku untuk berjuang dan bertahan. Murid sesuai dengan situasi dan kondisinya di sekolah ikut menciptakan suatu ketahanan di dalam suatu negara. Murid Indonesia yang tahan, murid yang ulet, murid Indonesia yang tabah akan mendukung terciptanya bangsa Indonesia yang tahan, ulet, tabah. Jika ketahanan sekolah terjamin niscaya tidak sulitlah menciptakan ketahanan suatu bangsa. Akhirnya Dirgahayu Bangsa Indonesia.

Kesimpulan

1. Sekolah sebagai Pusat Kebudayaan dan sekolah sebagai wadah pengembangan Ketahanan Sekolah merupakan dwitunggal yang tak terpisahkan.

2. Sekolah sebagai Pusat Kebudayaan dalam rangka mengembangkan anak didik digerakkan kegiatan kegiatan :

2.1. pengembangan logika

2.2. pengembangan etika

2.3. pengembangan estetika

2.4. pengembangan praktika

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

102 |

3. Ketahanan Sekolah sebagai penunjang yang ampuh demi lancarnya fungsi sekolah sebagai pusat kebudayaan.

4. Dalam sektor Ketahanan Sekolah anak didik dilatih untuk: tabah, ulet, tangguh dan berjiwa dinamis.

5. Dalam rangka peningkatan sekolah sebagai Pusat Kebudayaan dan Ketahanan Sekolah guru memegang peranan yang amat penting (peranan sentral).

6. Ketahanan sekolah merupakan bentuk mini Ketahanan Nasional.

Bibliografi

1. Dardji Darmodihardjo, Prof., S.H., Pengarahan pada Upacara Pembukaan Penataran Kepala Sekolah Guru BP di Wisma Dinga Niaga, Jakarta, 28 9 1981.

2. Dardji Darmodihardjo, Prof., S.H., Petunjuk tentang Sekolah sebagai Pusat Kebudayaan dan Ketahanan Sekolah, Jakarta, 4 11 1981.

3. Departemen Kewiraan Undip, Ketahanan Nasional, Semarang, Oktober 1980.

4. Kode Etik Guru, Bahan Penataran Kepala Sekolah dan Guru BP di BPG Srondol, Semarang, 24 8 1982.

5. Pengembangan Sekolah sebagai Pusat Kebudayaan dan Peningkatan Ketahanan Sekolah, Bahan Penataran Kepala Sekolah dan Guru BP di BPG Srondol, Semarang, 24 8 1982.

6. Lemhanmas, Kewiraan Untuk Mahasiswa, Gramedia. Jakarta, cct. II, 1981.

E. SUKA BERKELOMPOK DAN BERKAWAN

Remaja suka berkawan, baik secara pribadi maupun berkelompok, baik dalam suasana gembira maupun sedih. Maka tidak mengherankan bila radio radio siaran swasta hingga dalam acara Kantong Surat atau Pilihan Pendengar cukup repot dengan membanjirnya surat surat remaja yang ingin agar suratnya dibacakan. Mereka ingin berkomunikasi, ingin membangun relasi. Mereka mempunyai kawan tidak hanya supaya dapat bersenda gurau, tetapi supaya ada orang yang dapat diajak berbicara. Remaja memerlukan orang lain untuk mendengarkannya dengan penuh simpati. Bagi mereka mempunyai kawan menimbulkan rasa percaya diri. Dengan kawan sebaya mereka dapat bermimpi mimpi tentang masa depannya.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 103

Dalam perkembangan fisiknya remaja mempunyai tubuh yang sedang mekar, pikiran yang sedang tumbuh dan emosi yang bergelora. Semua itu merupakan hal yang baru baginya. Tetapi berdampingan dengan remaja sebaya mereka tidak merasakan dirinya asing dang berbeda dari yang lain. Maka mereka perlu mempunyai lingkungan pergaulannya sendiri juga. Tidak heran jika banyak kelompok kelompok remaja resmi atau tidak resmi, permanen atau insidental saja, muncul bagaikan cendawan di musim hujan.

P e n u t u p

Dekimian sekitar masalah remaja yang kiranya sangat perlu diketahui dan dipahami oleh pada dewasa terutama kita sebagai pendidik. Dengan paham suasana remaja kita sebagai pendidik (yang bukan pengajar) dapat lebih menolong mereka (remaja) menuju ke pantai bahagia, menuju perkembangan manusia yang harmonis jiwa raga dan berguna bagi nusa bangsa. Semarang, 5 Oktober 1982 Br. Frans Sugi FIC

7. Peranan Guru Konseling

A. Pengantar

Godaan, dan kita (sudah) kerap jatuh kepada kecenderungan atau opini umum bahwa mutu pendidikan terletak pada bidang akademis seperti nyata mewujud dalam nilai UN, persentase kelulusan, hasil studi lanjut dengan jumlah banyak, sudah menjadi bagian dari hidup kita. Dengan situasi demikian proses pembentukan pribadi di dalam diri anak didik menjadi terpinggirkan. Misalnya: pendampingan pribadi, penanaman nilai nilai kehidupan (values), pemeliharaan kepribadian siswa (cura personalis).

B. Peran BK di Sekolah

1. Sekadar sebagai polisi sekolah? Apakah BK sekadar dikaitkan dengan disipliner siswa? Proses atau mekanismenya: memanggil memarahi menghukum! Posisi konselor seolah olah dipertentangkan sebagai musuh dengan siswa yang nakal atau bermasalah.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

104 |

2. Rm. Winkel, SJ memberikan makna hakikat BK sbb.: a. mendampingi siswa dalam perkembangan belajar di sekolah (akademis); b. mengenal diri sendiri; c. menentukan cita cita; d. mengatasi masalah.

3. Prinsip keseimbangan harus diwujudkan dalam pendampingan orang orang muda yang masih dalam tahap pencarian diri. Kenyataan di sekolah para siswa mengalami: celaan, cacian cercaan, sumpah serapah kemarahan apabila berbuat keliru. Tetapi apabila siswa berbuat baik??? Didiamkan saja...kering pujian atau apresiasi, sanjungan, peneguhan. “Anak kan harus berbuat baik...” (Cf. Renald Kazali yang menyekolahkan anaknya di Amerika. Baru tiba dari Indonesia karangan Bahasa Inggrisnya dinilai E ecxellent. Ia protes. Guru (20 th mengajar) mengatakan inilah bedanya Amerika dan Indonesia. Sanjungan >< celaan). Apa eksesnya bagi siswa yang selalu dicacat? Gambaran diri yang serba negatif. Apabila kecenderungan di sekolah serba dinilai negatif, terjadilah luka luka batin bagi anak dan hal ini akan dibawa terus sampai dewasa. (Cf. Sugi waktu kelas I SD, dipaksa oleh gurunya).

4. Lembaga BK mestinya menjadi tempat yang aman bagi siswa untuk datang membuka diri tanpa was was akan privacy nya. BK sebagai tempat pengaduan setiap masalah, problem dibantu untuk diurai, setiap kebanggaan diri diteguhkan.

5. Orang tua pun dapat mengambil manfaat sejauh mereka dapat lebih memahami perkembangan pribadi anak anak mereka.

6. Konselor (masa kini) mesti penuh waktu, bukan sampiran sebagai guru bidang studi lainnya. Tidak ada istilah penerima gaji buta! Bagaimana Kasek dan Teman teman guru memandang konselor? Bagaimana Kasek menyediakan ruangan dan sarana prasarana lainnya? (CF. Th 70 an).

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 105

C. Akhirnya...

Perlu bekerja sama bahu membahu dengan banyak pihak, maju bersama. FGD BK adalah wadah untuk bertukar pengalaman, ide, gagasan, mimpi...untuk akhirnya membantu para siswa menjadi ‘pribadi yang utuh integral harmonis!” Berkah Dalem. (Semarang, 4 Februari 2012)

16. Akhirnya...

Dengan semangat baru dan gerak bersama ini, semoga kehadiran dan karya luhur LPK: Semakin mempertegas sikap Gereja Katolik untuk mengambil bagian dalam mencerdaskan bangsa, menjadi Kabar Gembira bagi semua, unggul, lebih berpihak kepada yang miskin, sebab, “Merekalah yang empunya Kerajaan Surga.” (Matius 5:3)

Ambarawa, 10 November 2018 Br. Frans Sugi, FIC

8. Pendidikan Holistik Lewat Seni

1. Suluk Pathet Nem Ageng

Dyan sembah nireng ulun; Kapurba risang murbeng rat. Oooo Sahananingkang. Ooo... kanang sih ing dasih Maweh boga sawegung Masih ring delahan. Oooo... Hyang kanang mamujeng hari. Oooo...

2. Pendidikan holistik harus dikembangkan di sekolah sekolah Pangudi Luhur. Pendidikan akademis bukan satu satunya. Memang penting,

106 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

orang belajar di sekolah harus mendapatkan ilmu, artinya menjadi pinter. Bila hanya pinter ilmu pengetahuan saja akan menjadi orang yang berat sebelah. Orang yang miring! Orang menjadi kering, seolah roda tanpa pelumas. Untuk itu harus diimbangi dengan pendidikan humaniora, artinya bidang yang membuat orang lebih lengkap dan utuh sebagai manusia. Pendidikan humaniora ini dapat bermacam macam wujudnya. Pada umumnya bagian ini sangat menghibur, menyenangkan, menggembirakan, membuat tertawa, membuat ayem hati dan pikiran. Pada umumnya diselenggarakan di luar kelas intrakurikuler. Olahraga (basket, sepak bola, voli), dance, paduan suara, drama, karate, band, orkestra, keroncong, tari Jawa/Bali/Sunda, kerawitan dst. merupakan wujud nyata dari kegiatan bidang humaniora. Ini semua sama pentingnya dengan mata pelajaran Sejarah, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi, dst. Tidak ada hal yang tidak bermanfaat yang disiapkan di sekolah. Bagian humaniora inilah yang kadang dan masih belum mendapatkan perhatian secukupnya oleh anak anak maupun orang tua. Bila keduanya mendapatkan porsi yang baik, maka akan terjadilah keseimbangan antara bidang akademis dan non akademis. Atau dengan istilah populer terjadilah keseimbangan antara Otak Kanan dan Otak Kiri. Orang menjadi harmonis, berkembang secara utuh. Kiranya sekolah kita sudah sangat memperhatikan soal ini, persoalannya apakah kita sudah menggunakan kesempatan ini?

3. SMA PL Don Bosko bagus dan perlu diapresiasi dalam hal berkesenian: DBC sudah jelas kehandalannya, berapa kali berjuara/kampiun. Kemampuan berteater anak anak bagus dan unggul. Jelas dari beberapa waktu yang lalu dengan pentas Cinta Mati Rahwana, luar biasa menariknya. Tampak banyak bakat berkesenian. Bagus dan lanjutkan!

4. Pelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum lawas (sewaktu saya masih aktif mengajar), ada pembidangan: Keterampilan Berbahasa,

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 107

Sastra, dan Tatabahasa. Sekarang sudah dibuat integral. Rasanya ada sesuatu yang hilang atau paling tidak berkurang untuk pelajaran Kesusastraan.

Dulu banyak novel/roman/cerpen/drama/puisi yang mesti dipelajari. Murid murid mesti membaca berbagai novel/roman dari Angkatan angkatan Sejarah Sastra Indonesia: Sastra Lama, Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan 45, Angkatan 66 dst. sampai sastra populer. Murid murid tahu judul buku dan pengarangnya serta isi ceritanya. Sekarang??? Pengalaman mewawancarai calon guru Bahasa Indonesia, yang notabene lulusan PT jurusan Bahasa Indonesia menunjukkan betapa minimnya pengetahuan mereka tentang Sastra Indonesia. Sementara dari pengalaman sewaktu masih aktif menjadi guru Bahasa Indonesia era 1980 1990 an, para murid mesti mengetahui dan mengapresiasi sekian banyak karya sastra, entah yang sifatnya dan bentuknya karangan bebas maupun karangan terikat (prosa dan puisi).

5. Universitas Pelita Harapan di Cikarang ada mata kuliah Sastra Asia. Luar biasa! Clara Evi Citraningtyas (mantan murid Domenico Savio) dosen humanioranya. Nama UPH kesohor karena mahasiswanya yang termasuk kelompok the haves. Pendapat umum kalau suatu lembaga pendidikan termasuk terpandang, segala kegiatannya bercorak serba akademis intelektual. Siapa menduga bahwa di PT UPH yang begitu terkenal ada ‘pelajaran sastra?’ Clara, doktor lulusan Macquarie University Amerika, memberikan buku ajar berjudul ‘Mengenal dan Menganalisa Sastra Dunia’ sebuah pengantar kajian sastra dunia bagi mahasiswa berbagai program studi. Hal ini menunjukkan betapa serius dan pentingnya sastra untuk mahasiswa.

6. Secara pribadi, dan kita, berterima kasih kepada Maston dari Teater Lingkar yang begitu besar perhatian dan cintanya kepada Don Bosko. Kita dapat menggunakan TBRS ini karena Beliau. Beliau sangat menyatu hidupnya dengan budaya, khususnya budaya Jawa: wayang kulit. Pada 8 Februari 2018, malam Jumat Kliwon, ada pagelaran ke 265 di TBRS. Dalangnya pun dalang kondang dari seantero Jawa. Setiap malam Jumat Kliwon ratusan pandhemen/penggemar wayang

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

108 |

kulit tumplek blek di TBRS ini. Banyak mahasiswa UNNES dan PGRI kumpul di sini untuk belajar menikmati wayang. Bagian tengah ke depan digelari tikar dan karpet. Bila pas di Semarang, saya pun usahakan datang menikmatinya. Setiap malam Minggu di gedung sebelah itu, Gedung Nartosabdo, ada pentas wayang orang durasi 3 jam.

7. Saya mengenal Teater Lingkar yang dipimpin Maston ini pada waktu saya masih aktif di Domenico Savio. Pada 1984/1985 saya mulai dengan ekstra drama. Mas Kirno dan Mas Bimbo yang mendampingi kelompok drama. Mulailah ada ekstra drama di Domenico Savio. Pengalaman seorang murid yang mengikuti banyak kegiatan di SMP Domenico Savio sangat membanggakan. Ia dengan luwes ikut kiprah kegiatan di masyarakat waktu kini. Ada banyak kegiatan yang semakin memantapkannya menjadi anggota masyarakat.

8. Kini, terima kash kepada seluruh orang tua murid yang sungguh mendukung seluruh kegiatan di SMA PL Don Bosko. Akhirnya, selamat bekesenian, semoga semakin menjadi pribadi yang utuh. Dengan ini Pagelaran Seni Don Bosko saya buka. Tuhan memberkati. Amin. (TBRS Semarang, 2 Februari 2018)

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 109

110 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 111 BAGIAN VI: PANCALARADYA
112 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Keputren Ngamarta (Drupadi, Srikandi, Emban Keparak) (TanpaJanturan...)

Taman asri angemba Nguntaraswarga , endah asri sarwi bawera sinung pepasren sekar jinembangan rukmi. Pojoking taman sinung balumbang pinetha segara anakan, tengahe karengga pepethan lare mancing misaya mina. Manca warna sesekaran ingkang hangrenggani ing tepining taman.

Taman pundita ingkang gumelar wonten ing wekdal samangke. Hanenggih taman keputrennegariNgamarta . Dewi Drupadi , garwa prameswari nata ing Ngamarta. Eling eling trahing kusuma rembesing madu putri saking Pancalaradya , mila wiwit timur sampun wineleg wulang reh kautaman, pramila wasis yen ngadusalira tuwin ngadibusana. Ruruh kalem pasemone, tajem polatane, yen ngendika ngudan asih. Ing wekdal samangke DewiDrupadikasowanan RadenGatutkaca , sang pindha warni. Hangrepepeh sedhaku trapsila ngapurancang sowanipun Raden Gatutkaca. Mangkana pangandikanipun sang dewi ingkang kawijil ing lisan.

6 6 6 6 6 6 6 6 6

Han jrah ing kang pus pi – ta – a rum

6.12 2 2 2 2 2 2 2 1.2 6.1.65

Ka - si li - ring sa mi ra - na mrik. 0ooo...

3 5.6 5.32 2 2.35 2.35 2 2.16 6.165 6...

Se - kar ga - dhung ko - ngas gan da - nya Ooo...

6.12 2 2 2 2 2 2 2 12. 1... 2.16.53 5.6 5.32

Ma - weh ra-ras re-na - ning dri - ya Oo ooooo oo oo

Drupadi: Dak waspadakake kaya putraku si Gatutkaca. Ana wigati apa sowanmu?

Gatutkaca: Inggih kanjeng wa Ratu. Kasinggihan kula, ingkang putra Pringgodani, sowan.

Drupadi: Sira ngadhep ana ngarsane wa Ratu ana wigati apa?

Gatutkaca: Kula dipun utus para pepundhen kinen ngampil Jamus Kalimasada. Drupadi: Yen kaya mengkono kersane wakmu Puntadewa, lan para kadang

Pandhawa, mara age tampanana.

Gatutkaca: Inggih wa Dewi. Nyuwun berkah pangestunipun wa Dewi, kula age age dumugi kraton Ngamarta.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 113

(Srikandi keluar dan menanyakan soal tamu)

Srikandi: Kakang mbok, sinten tamu ingkang nembe rawuh kala wau. Sajak nyalawadi sanget kakang mbok?

Drupadi: Prunanku Gatutkaca, duutus sinuwun Ngamarta nyuwun ngampil Jamus Kalimasada.

Srikandi : Koq sajak nyalawadi kakang bok. Manah kula boten sekeca. Gatutkaca badhe kula tututi.

1. Kehadiran Majalah Dnding di Sekolah

Dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda tgl. 28 Oktober 1978 diadakanlah berbagai jenis kegiatan, baik di lingkungan lembaga lembaga pendidikan maupun lembaga lembaga lain non pendidikan. Minggu pagi tgl. 29 Oktober yang lalu, SLA sekodia Semarang yang diprakarsai oleh SMA Sedes dan SMA Loyola mengadakan pameran Majalah Dinding dan Kliping bertempat di Aula SMA Sedes Jln. Mataram Semarang. Pameran ini merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang genap berusia setengah abad. Beberapa SLA yang hari itu sempat menongolkan kreasinya antara lain: PIKA, SPA Theresiana, SMA PGRI, STMN, STM Pembangunan, SMA Masehi, SMA Loyola, SMKK Kartini, dan SMA Sedes sebagai tuan rumah. Tampil kliping dari berbagai disiplin ilmu sastra, bahasa, budaya, ekonomi, dan peristiwa sekitar SU MPR 1978. Semuanya dijilid dalam bentuk buku yang rapi. Dilihat dari jumlahnya, kliping SU MPR 1978 rupa rupanya mendapat tempat utama di kalangan mereka.

Isi Majalah Dinding

Kalau kita sempat melongok ke dalam lingkungan lembaga lembaga pendidikan formal (sekolah sekolah) di sekitar kita entah SD, SLP, SLA, bahkan di PT, kita akan menyaksikan betapa biasanya penampilan Majalah Dinding di lingkungan tersebut. Majalah Dinding pada umumnya diterbitkan mingguan (seminggu sekali). Perhatikanlah isinya: puisi, gambar gambar yang mengandung humor, karikatur, berita berita kegiatan sekolah, berita mass media yang masih hangat,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

114 |

cerita pendek, lukisan lukisan siswa, syair syair nyanyian yang lagi top dan juga keluhan keluhan terhadap kebijaksanaan yang ada.

Rubrik puisi rupa rupanya mempunyai tempat tersendiri dalam Majalah Dinding, baik di SD maupun lembaga lembaga pendidikan formal lainnya. Dalam setiap penerbitan entah bentuknya seperti apa muncullah wajah puisi. Sesuai dengan namanya Majalah Dinding berupa lembaran lembaran tulisan yang terpisah pisah, tetapi merupakan satu edisi yang disajikan dalam bentuk tempelan tempelan pada papan yang kemudian dipasang di tempat yang strategis untuk dibaca para peminatnya.

Relevansinya dengan Pendidikan

Tujuan pendidikan ialah untuk mengembangkan manusia yang seutuh utuhnya. Seluruh aspek kemanusiaan itu salah satunya ialah bakat. Setiap manusia (termasuk siswa) mempunyai bakat yang berbeda beda. Nah, lewat Majalah Dinding bakat siswa dapat dipupuk dan dikembangkan. Siswa dapat mengembangkan bakatnya lewat lembaran yang disukainya. Beberapa contoh misalnya: siswa yang lebih berbakat dalam penulisan puisi dapat melatih diri lewat lembaran puisi, yang lebih berbakat dalam penulisan cerpen dapat melatih diri dalam lembaran cerpen, yang lebih berbakat sebagai karikaturis dapat melatih diri lewat lembaran karikaturnya, dll.

“Saya ini memang senang dengan coret coretan, Mas,” kata seorang siswa di aula Sedes Minggu, 29 Oktober yang lalu. “Saya rasakan tangan saya lebih hidup dengan spidol yang nanti bisa saya tempelkan di Majalah Dinding,” terusnya. Artinya siswa itu berbakat menggambar dan melukis. Dari uraian singkat di atas kita dapat tahu bahwa Majalah Dinding dapat sebagai salah satu sarana penunjang tercapainya tujuan pendidikan.

Suatu ketika penulis sempat melihat Majalah Dinding di sebuah SLTP yang antara lain berisi suatu sindiran terhadap guru yang cepat marah. Sindiran itu dibuat dalam bentuk karikatur dengan tampang guru yang berwajah bengis dan mata melotot keluar. Penulis dapat mengerti tabiat siswa yang berani membuat karikatur tersebut. Bukankah Majalah Dinding juga tempat untuk berpendapat? Tentunya guru yang bijaksana akan terbuka terhadap pandangan siswa yang kadang kadang memang benar dan perlu diperhatikan. Tentu saja karangan yang

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
| 115

berisi sentilan terhadap orang lain pemuatannya dengan amat bijaksana pula. Karena bagaimanapun juga Majalah Dinding sebagai tempat saling bertemu dan bukan tempat untuk menyebar benih percekcokan atau membuat keluarga sekolah pecah. Nah, di sinilah peranan pembimbing redaksi (yang biasanya guru) untuk memberikan arahan.

Pelaksanaan Penerbitan

Dewan redaksi Majalah Dinding biasanya terdiri dari siswa siswi dan ada satu atau dua orang guru sebagai pembimbing. Tetapi pada prinsipnya siswalah yang bertugas. Mereka sudah membagi tugas yang ada sebagai ketua umum, wakilnya, ada yang bertugas sebagai ilustrator dan anggota anggota lain. Meski ada pembagian tugas yang sistematis, tetapi dalam praktiknya secara ‘srabutan’, mana dan apa saja yang dapat dikerjakan. Hidup matinya Majalah Dinding tergantung pada partisipasi murid seluruhya. Apabila tugas tersebut hanya dibebankan kepada dewan redaksi saja tanpa ikut sertanya siswa lain, jelas akan kembang kempis hidupnya jika tidak boleh dikatakan macet atau bahkan mati. Mungkin pada satu atau dua penerbitan yang pertama akan lancar, tetapi lama kelamaan akan kering dan kekurangan naskah juga. Sebagai anggota dewan redaksi, mereka dilatih untuk dapat bekerja sama, bertanggung jawab kepada orang lain atas karyanya, latihan berdisiplin tepat waktu, berlatih hemat dengan uang, dll. Banyaklah manfaat yang ditimba dari keanggotaan redaksi Majalah Dinding. Dalam penyelenggaraan ini, dapat pula dibentuk dewan redaksi antar kelas. Hal ini bukan tidak ada manfaatnya. Dengan susunan dewan redaksi per kelas akan terjadilah persaingan (konkurensi) dewan redaksi yang satu dengan yang lain. Dewan redaksi yang satu akan merasa malu bila kurang baik dari edisi redaksi lainnya. Semangat berlomba akan mudah timbul. Begitulah hasilnya akan semakin berkembang dan lebih mantap.

Aspek Negatifnya?

Seperti diuraikan di atas bahwa Majalah Dinding merupakan kancah latihan berkreasi bagi siswa, maka wajarlah bila di sana sini seringkali ada hal hal yang kurang enak, kurang enak bagi pembaca. “Pernah ada guru yang akan menyobek

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

116 |

naskah yang tertempel dalam Majalah Dinding tanpa sepengetahuan redaksi maupun guru pembimbing. Kami sebagai anggota redaksi merasa panas mendengar itu. Sampai sekarang ..... kami merasa benci kepada dia itu,” kata seorang siswa SLA yang pernah menjadi anggota redaksi Majalah Dinding sekolahnya. Ya, bila terjadi kasus seperti di atas jelas ada segi negatifnya: Majalah Dinding sebagai penyebar ‘bibit penyakit’ dalam keluarga sekolah! Bisa terjadi kasus tersebut sebetulnya karena kurang adanya keterbukaan antara guru redaksi pembimbing. Seandainya naskah yang kurang sedap tersebut (yang akan disobek) merupakan sentilan yang memang benar: Mengapa guru yang terkena sentilan harus marah? Bukankah malahan menjadi suatu bahan refleksi terhadap dirinya sendiri? Dan dengan demikian dapat semakin meningkatkan diri? Bagaimanapun suara siswa perlu mendapat tanggapan dan perhatian guru.

Lain kasus misalnya Majalah Dinding merupakan tempat untuk ejek mengejek dengan sesama kawannya. Dalam artikel yang dimuat dalam Majalah Dinding sering ditulis Buat sahabatku si PEDHET yang duduk sebangku denganku; Buat kakakku si KOJAK klas II A Teriring salam buat Mas Jrangkong klas III, dll. Hal hal kecil ini pula dapat menjadi bibit penyakit pertengkaran antar siswa, bila tidak disertai sikap terbuka antara mereka. Bila ada hal hal yang cenderung mengarah ke hal yang negatif, nah, peranan pembimbing sebagai pengerem! Tetapi ejek mengejek dapat juga membuahkan suasana akrab dan senyum senyum riang bila diiringi dengan keterbukaan satu dengan lainnya. Dalam kasus kasus seperti inilah guru pembimbing Majalah Dinding amat diperlukan. Guru pembimbing dapat menjadi penghubung, tali pengikat antar mereka. Betapapun apa yang terjadi, kehadiran Majalah Dinding mempunyai makna tertentu di kalangan tunas tunas muda kita. Selamat berkreasi lewat Majalah Dinding! (Suara Merdeka, 7 November 1978)

Sekapur Sirih

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 117

2. Sekitar Masalah Hukum R G H dan R D L

Makalah singkat dan sederhana ini saya susun sebagai tugas tes Tengah Semester Tahun 1982 Bidang Studi: Ilmu Perbandingan Bahasa Nusantara yang diberikan oleh Bapak Drs. Sunardji. Masalah yang harus saya olah dan susun ialah Pembicaraan Teori Hukum Bunyi R G H dan R D L (Hukum van der Tuuk I dan II) sampai di mana keteguhan atau kegoyahan hukum tersebut. Untuk keperluan tersebut, saya mempergunakan Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Purwadarminta cet. V sebagai sumber pokok, di samping beberapa buku acuan lainnya. Sebanyak 50 kata saya jadikan data olahan makalah ini.

Pertama tama saya mengambil kata kata dari Kamus Umum Bahasa Indonesia yang kira kira ada kaitannya dengan Hukum R G H dan R D L. Kemudian kata kata tersebut saya terjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Dari kurang lebih 50 kata tersebut, kemudian saya pilih lagi yang menurut saya sungguh ada kaitannya dengan Hukum R G H dan R D L. Data data itulah yang kemudian saya olah untuk mengkaji Hukum R G H dan R D L.

Adapun susunan makalah ini dibagi menjadi 4 bagian. Bagian I sekadar landasan teori yang meliputi bagian bagian: Perkembangan Bahasa, Perubahan dalam Bidang Tata Bunyi, Kesepadanan Bunyi. Bagian II berisi Daftar Kata kata sebagai data yang akan diolah. Bagian III berisi Pembicaraan Pengolahan Data dalam bentuk perbandingan kata kata antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa, baik mengenai arti (yang saya ambil dari kamus), maupun cara penulisannya. Bagian IV berisi kesimpulan.

Perkembangan Bahasa

Istilah perkembangan seolah olah menyatakan arti suatu pertumbuhan ke arah bentuk yang lebih tinggi dan lebih sempurna keadaannya. Bentuk dan artinya semakin menjadi sempurna. Perubahan bentuk dan arti itu berjalan sangat lambat. Kadangkala perubahannya tak disadari dan tak terasa bagi penutur penuturnya. Terjadinya perubahan itu karena penyesuaian bahasa sebagai alat komunikasi terhadap fungsinya. Prinsip penyesuaian, keekonomisan, efektivitas dan ketuntasan dalam pemakaian bahasa yang oleh manusia sebagai penutur

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

118 | MENGENALKAN

selalu diusahakan untuk dipenuhinya. Hal hal inilah menimbulkan terjadinya perubahan perubahan yang sering disebut perkembangan bahasa.

Bahasa bukanlah barang mati yang bersifat statis. Bahasa adalah sesuatu yang hidup sehingga bersifat dinamis, sedinamis sifat jiwa penutur penuturnya. Sifat dinamis bahasa tercermin dalam perubahan perubahan bentuk dan artinya (karena bahasa merupakan perpaduan antara bentuk dan arti). Adapun gejala gejala perubahan (perkembangan) bahasa itu meliputi seluruh materi kabahasaan, yaitu:

a. sistem tatabunyi (fonologi)

b. sistem tatabentuk (morfologi)

c. sistem tatakalimat (sistaksis)

d. sistem perbendaharaan kata (vokabuler)

e. sistem tataarti (semantik)

Perubahan dalam Bidang Tatabunyi

Perubahan tatabunyi suatu bahasa sesungguhnya usaha penyesuaian dengan sistem pengucapan dan artikulasi bahasanya. Setiap bahasa mempunyai sistem tatabunyi khusus yang tentu berbeda dengan sistem tatabunyi bahasa lain. Bahasa bahasa yang serumpun tetap mempunyai sistem tatabunyi masing masing. Bahasa itu pada dasarnya adalah bahasa lisan, bahasa tutur yang hanya dapat ditangkap dengan indera pendengar selama diucapkannya. Kadangkala ucapan itu tidak dapat ditangkap sepenuhnya seperti ucapan penuturnya. Akibat penuturannya tidak cocok dengan sumber. Akibat lainnya bahasa lisan mudah sekali berubah. Hal ini berbeda sekali dengan bahasa tertulis, karena bahasa tulis dapat diindera dengan indera pelihat yang relatif lebih lama, sehingga ejaan atau penulisannya tidak mudah mengalami perubahan. Tetapi bahasa tulis bukannya abadi, dapat pula mengalami perubahan hanya relatif lambat bila dibandingkan dengan bahasa lisan. Perubahan perubahan itu terjadi mula mula secara tidak sadar, tetapi lama kelamaan makin jauh dan akhirnya bersifat definitif sehingga nampak distingtif. Penyesuaian dalam bidang ucapan dan ejaan nampak dengan jelas adanya gejala naturalisasi bahasa atau kata kata asing ke dalam suatu bahasa.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 119

MENGENALKAN

Perubahan itu berjalan lambat dan bertahun tahun, bahkan mungkin berabad abad lamanya. Misalnya bahasa Jawa; sekarang dikenal adanya bahasa Jawa Kuno dan bahasa Jawa Baru. Banyak kata kata bahasa Jawa Baru sekarang berasal dari bahasa Jawa Kuno, tetapi fonasi dan ejaannya telah berubah. Misalnya : a. waluy wali bali (kembali) b. agni geni (api) c. tan wwara tan wora tan nora nora ora (tidak) d. tuluy tuly nuli (lalu, kemudian) e. maha ardhika mahardhika mardika (merdeka) f. dsb.

Kata kata yang berasal dari bahasa asing (kata pinjaman maupun kata pungut), baik ucapan maupun ejaannya disesuaikan dengan bahasanya sendiri. Misalnya: school sekolah, class kelas, department departemen, lamp lampu dsb.

Kesepadanan Bunyi

Dari sekian banyak sarjana bahasa dunia yang menggeluti bidangnya,tampillah sarjana sarjana yang besar perhatiannya terhadap masalah Kesepadanan Bunyi. Mereka itu antara lain: Jacob Grimm, van der Tuuk, J.L.A. Brandes dan Otto von Dempwolf.

Jacob Grimm telah menyelidiki hukum hukum perubahan bunyi dalam bahasa Indo German. Misalnya antara bahasa bahasa Jerman, bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Atas hipotesisnya, Jacob Grimm menyimpulkan bahwa terdapat perubahan bunyi dalam bahasa bahasa tersebut.

Ada perubahan antara bunyi: /P/, /F/, /V/ serta /T/, /TH/, /D/. Misalnya dalam kata kata : pater father vader (ayah) muter mother moeder (ibu)

Hukum Kesepadanan Bunyi di kawasan bahasa bahasa Austronesia untuk pertama kali didapati oleh Dr. H. N. van der Tuuk dan diumumkan olehnya sebagai catatan dalam berbagai karangannya secara tidak teratur. Pendapat hukum bunyi van der Tuuk ini pada tahun 1884 dikerjakan dan diperluas oleh J.L.A. Brandes. Dari hasil penyelidikannya, van der Tuuk mengambil kesimpulan bahwa ada pergantian atau pertukaran fonem antara /R/, /G/, /H/ dan /R/,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

120 |

/D/, /L/ di antara bahasa bahasa Austronesia. Pertukaran fonem antara /R/, /G/, /H/ juga disebut Hukum van der Tuuk I, sedangkan pertukaran fonem antara /R/, /D/, /L/ disebut Hukum van der Tuuk II. Pertukaran bunyi tidak harus secara sempurna tiga bunyi, kadang kadang hanya dua bunyi saja. Sesungguhnya ada hubungan hubungan lain yang teratur antara fonem fonem berbagai bahasa Austronesia. Misalnya antara bahasa Jawa dan Indonesia (Melayu) : /W/, /B/; /AI/, /E/; /AU/, /O/. Contoh contoh: wesi besi, waja baja, satai sate, gulai gule, kerbau kebo, pisau peso dsb.

4. Semangat, Latar Belakang, Pandangan Hidup Pujangga Baru yang Terungkap dalam Beberapa Karya Sastra

Saudara saudara mahasiswa tingkat dua urusan Bahasa Indonesia yang saya hormati. Seperti rencana minggu lalu saya diberi kesempatan oleh Bapak Bakdi Soemanto untuk sekadar berbicara tentang Pujangga Baru. Karena masalahnya begitu kompleks, maka saya membatasi diri dalam lingkup semangat Pujangga Baru, terutama lewat karya Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane.

Setiap angkatan dalam kesusastraan merupakan cermin dari pandangan hidup, keadaan (sosial, politik) suatu masyarakat pada saat karya sastra itu muncul. Mengapa sastrawan lahir, hidup dan tumbuh dalam masyarakat? Ia menulis berdasarkan kekayaan pengalaman hidupnya, pengetahuan intelektualnya yang diperoleh dari masyarakatnya. Dan seperti rekan intelektual lainnya, para sastrawan berusaha menangkap esensi kenyataan manusia pada masanya. Maka dari itu tiap karya sastra yang berhasil akan membawa masalah dan warna zamannya. Dengan demikian studi terhadap karya sastra akan menyangkut pula studi sosial dan psikologi zamannya. Misalnya: Zaman Balai Pustaka, Angkatan 45, Angkatan 66 dan Angkatan Pujangga Baru; yang setiap angkatan membawa corak karya yang masing masing berlainan. Zaman Balai Pustaka kebanyakan karyanya lebih menyoroti soal kawin paksa, Angkatan 45 banyak membicarakan soal perjuangan dsb. Demikian halnya dengan Angkatan Pujangga Baru. Ia pun merupakan cermin dari pandangan hidup dunia sastra sekaligus pandangan masyarakat zaman itu.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 121

Beberapa ahli sastra seperti Simorangkir dan Simanjuntak, H.B. Jassin bahkan Prof. A. Teeuw mengatakan bahwa cirri ciri Pujangga Baru antara lain sikap sikap idelistis (dinamika, rasional dan kritis) dapat kita lihat dalam beberapa karya Angkatan Pujangga Baru. Misalnya dalam sajak Menuju ke Laut, Layar Terkembang keduanya karya Sutan Takdir Alisjahbana serta Belenggu karya Armijn Pane. Dalam uraian ini, saya akan mencoba membuktikan bahwa dalam karya karya Angkatan Pujangga Baru terkandung sikap sikap tersebut di atas. Terutama saya akan lebih menyoroti karya karya Sutan Takdir Alisjahbana dengan dasar pijak pikir: ia sebagai tokoh penting, jiwa, pelopor Angkatan Pujangga, pernah dikuliahkan, ada beberapa tulisan mengenai dia.

Sutan Takdir Alisjahbana adalah seorang tokoh tangguh dalam Angkatan Pujangga Baru dari antara tokoh tokoh lainnya. Ia terkenal sebagai tokoh importir ide Barat yang hendak membawa kehidupan kebudayaan kita ke arah pandangan Barat. Tentu hal ini tidak berarti STA anti terhadap kebudayaan kita, tetapi ia ingin mengambil keuntungan dari pandangan Barat ialah sikap dinamika dan rasional. Anggapan orang bahwa beliau anti pada yang lama lama, anti kebudayaan lama, anti bahasa Melayu lama tidak benar sama sekali. Hanya dalam zaman modern ini tidak patut kita tetap berpikir secara lama seperti nenek nenek kita zaman dahulu kala. Bangsa kita dikatakan oleh STA sebagai bangsa yang berfilsafatkan andong ‘alon alon waton kelakon’. Kita terlalu memfokuskan ketenangan hidup sebagai orientasi kita, sehingga segala sesuatu selalu berlandaskan itu, yang memberi akibat bangsa kita tidak maju maju. STA ingin mengubah, mendobrak pandangan yang bersifat demikian lewat karya karyanya.

Generasi melihat ke depan, menuju apa yang hendak dikejarnya dan bukan menoleh ke belakang memandang apa yang telah ditinggalkannya. Bukan pula maksud STA bahwa generasi tidak usah tahu menahu akan kebudayaan lama, tetapi jangan terikat atau mengikatkan diri kepada kebudayaan lama itu. Dalam zaman kebangunan sekarang ini pun kesusastraan bangsa kita mempunyai tanggungan dan kewajiban yang luhur. Ia menjelmakan semangat baru yang memenuhi masyarakat kita, ia harus menyampaikan berita kebenaran yang terbayang bayang dalam hati segala bangsa Indonesia yang yakin akan tibanya masa kebesaran itu. STA dalam segala tindakan dan anjurannya berpedoman ke

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

122 | MENGENALKAN

Barat, matanya silau memandang cahaya kemajuan di langit Barat. Ia mencari dan menyelidiki apa yang mendorong manusia Barat, yang dengan cepat telah mencapai kemajuan setinggi itu. Ada empat unsur yang menggerakkan kemajuan dunia Barat: materialisme, intelektualisme, egoisme dan individualisme. Menurut keyakinan STA sifat sifat Barat itu harus dimiliki oleh Bangsa Indonesia untuk mendinamiskan jiwa bangsa Indonesia. Indonesia tidak akan mungkin dapat mencapai hasil seperti yang dicapai manusia Barat, bila dasar atau cara pikirnya yang lama tidak diganti dengan cara berpikir yang baru, seperti dengan tegas dianjurkan oleh STA ialah menurut cara dan dasar pikiran Barat. Pandangan dan keyakinan STA yang demikian ini mewarnai seluruh karyanya.

Marilah sekarang kita lihat sajak ‘Menuju ke Laut’ karya STA. Ide dinamika yang ia lontarkan dan anjurkan jelas bisa kita rasakan dalam sajak ini. Bait pertama berbunyi: Kami telah meninggalkan engkau Tasik yang tenang, tidak beriak, Diteduhi gunung yang rimbun Dari angin dan topan. Sebab sekali kami terbangun Dari mimpi yang nikmat.

Kalau kita baca dan perhatikan dua baris pertama dan baris terakhir bait ini, kita akan mendapatkan gambaran, bahwa STA menunjukkan dirinya telah meninggalkan kehidupan yang tenang, serba tenteram, segala sesuatu yang tenang, tenteram sebagai mimpi belaka. Kehidupan yang serba tenang, tenteram sebagai penghambat untuk maju. Masyarakat tradisional yang dibandingkan oleh penyair sebagai tasik yang tenang tiada beriak menghalangi kemajuan mereka, karena senang akan ketenangan yang statis tak berubah ubah. Angkatan baru ingin perubahan alam pikiran dan teknologi. Mereka tak mau ketinggalan dari masyarakat Barat. Seperti biasa terjadi, orang orang yang ingin mengubah dan membarui sesuatu akan ada akibatnya, entah akibat yang positif atau yang negatif. Ada aksi otomatis ada reaksi. STA pun tak luput dari hal ini. Ia mendapat tantangan dari beberapa tokoh terkemuka di Indonesia sendiri. Keberaniannya menandaskan bahwa bahasa Indonesia bukanlah bahasa Melayu

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 123

menimbulkan berbagai reaksi. Hal demikian menimbulkan reaksi dari para tokoh bahasa yang erat berpegang kepada kemurnian bahasa Melayu Tinggi seperti H. Agus Salim, Sutan Moh. Zain, S.M. Latif dll. Maka terjadilah polemik tentang bahasa yang tidak hanya dimuat dalam majalah Pujangga Baru saja, melainkan juga meluas dalam surat kabar dan majalah yang terbit pada masa itu. Reaksi yang timbul tidak hanya dalam hal bahasa saja, tetapi bidang kesusastraan dan kebudayaan pun demikian juga. Reaksi ini berupa polemik polemik yang mereka lontarkan. Misalnya reaksi dari Dr. Sutomo, Ki Hadjar Dewantara, Dr. Purbacaraka, Sanusi Pane. Dr. M. Amir, Djamaludin yang masing masing sebagai tokoh terkemuka di Indonesia.

Polemik polemik tersebut dapat kita temukan dan baca secara lengkap dalam buku ‘Polemik Kebudayaan’ yang disusun oleh Achdiat Kartamihardja. Pada umumnya pemimpin kita berpendapat bahwa dalam perjalanan sejarah menuju zaman baru untuk membangun kebudayaan Indonesia, kita tiadalah dapat lepas dari pengaruh atau gesekan anasir kebudayaan lama, tegasnya kita harus menengok, menoleh, memandang ke belakang. Dari pihak pemerintah (Jepang) pada waktu itu tidak ketinggalan memberikan reaksi pula kepada STA. Ketika Jepang masuk dan menduduki Indonesia, majalah Pujangga Baru segera dilarang karena dianggap sebagai kebarat baratan. Meskipun begitu bertubi tubi serangan dari luar, STA tidak mundur sedikit pun. Malahan seolah olah mendapatkan semangat untuk terus maju laju melangkahkan geraknya. STA yakin dan sadar bahwa bahaya bahaya dan rintangan mesti ada dan mesti diatasi. Rintangan bukan untuk dijauhi, melainkan justru harus dinikmati. Kegaduhan hidup itu ia cetuskan dalam bait ke 2 sajak Menuju ke Laut:

Ombak ria berkejar kejaran

Di gelanggang biru bertepi langit

Pasir rata berulang dikecup

Tebing curam ditantang diserang

Dalam bergurau bersama angin

Dalam berlomba bersama mega.

Ombak yang bergelora, berdeburan memberikan ilham kepada STA bahwa memang demikian seharusnya hidup itu, tidak hanya tenang tenang. Kita simak bait kelima:

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

124 | MENGENALKAN

Tetapi betapa sukarnya jalan

Badan terhempas kepala tertumbuk

Hati hancur pikiran kusut

Namun kembali tiadalah ingin Ketenangan lama tiada diratap

Dalam bait tersebut kita dapat merasakan bagaimana cita cita STA. Ia begitu teguh dengan cita citanya. Meskipun ia menghadapi berbagai kesulitan, ia tidak ingin berhenti namun kembali tiadalah ingin. Dalam bait ini terlukis pula keberanian STA untuk terus, keteguhan untuk tidak mandeg dan berbalik karena gagal. Drs. Zuber Uzman memberikan komentar demikian dalam bukunya Kesusastraan Baru Indonesia, ‘Tidak … tidak, bagi Takdir tiada tempat untuk bersedih sedih. Baginya arus yang deras dan tebing yang sempit itu jalan untuk mencapai puncak yang ditujunya, semakin banyak cobaan dan rintangan, semakin kuat keyakinannya untuk giat berjuang dan dirinya kelihatan bertambah dekat kepada Tuhan.’ Dalam karyanya yang lain yaitu roman Layar Terkembang, STA melalui tokoh Tuti menyampaikan pendapat pendapat dan pandangannya tentang peranan wanita dan kaum muda dalam pembangunan bangsa. Tuti diceritakan sebagai seorang anggota yang aktif dari perkumpulan wanita Puteri Sedar. Seluruh hidupnya dicurahkan dalam hidup pergerakan. Justru di sini (pada saat itu) ide STA dilontarkan dengan jelas untuk merombak pandangan bahwa wanita itu hanyalah ‘konco wingking’ saja. Dalam pribadi tokoh Tuti, kita dapat mengenal kesamaan dalam banyak hal tentang cita citanya dengan STA. Misalnya diceritakan tentang pertunjukan Sandhyakala Ning Majapahit karangan Sanusi Pane dalam Layar Terkembang. Tuti melahirkan kritiknya pada jiwa cerita itu meskipun drama itu baik dan bermutu. Tuti tidak merasa puas karena sikap filsafat Hindu yang tampak melemahkan semangat, tidak bisa dipakai dalam zaman sekarang.

Ksatria Damar Wulan menjadi kendor hatinya karena mendengakan perkataan Wisnu bahwa jalan manusia ke hatinya sendiri ialah yoga, menghentikan berpikir dan bahwa manusia hanya maya. Waktu Cuma maya,… Keluasan atau tempat pun hanya mimpi belaka, sebab Wisnu ada dalam hati segala benda. Jalan

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 125
……………………………………

manusia ke hatinya sendiri ialah yoga, menhentikan berpikir, melenyapkan dunia maya dan menyatukan diri dengan segala benda. Memang demikianlah pandangan Hindu terhadap hidup. Pandangan Sanusi Pane ini diperoleh ketika ia beberapa waktu melawat ke India. Tuti dalam Layar Terkembang mengatakan bahwa drama karya Sanusi Pane itu ‘melemahkan hati dan tenaga.‘ Sikap STA yang idealistis, yang akan mengubah cara berpikir bangsa kita, dapat kita rasakan dalam perkataan Tuti ini ‘,… Sejak dari dulu bangsa kita gemar ajakan sikap menganggap dunia ini sebagai yang tiada berarti, yang fana. Dunia hanya tempat perhentian sebentar. Bangsa kita harus mendapat sikap yang lain. Dunia bukan maya, bukan tempat perhentian sebentar, yang tidak usah diindahkan. Sebaliknya daripada menempuh jalan yoga yang menyuruh menghentikan berpikir, bangsa kita harus lebih banyak berpikir.’ Sanusi Pane sebagai yang empunya drama Sandhyakala Ning Majapahit tidak setuju dengan protes atau resensi Tuti (baca STA sendiri). Timbullah polemik antara kedua tokoh Pujangga Baru tersebut. Sebetulnya penyebab polemik bukannya karya itu sendiri, melainkan pandangan mereka yang berlainan kiblatnya. Sanusi Pane berkiblat ke India yang mementingkan filsafat Hindu Budha dan STA yang berorientasi ke Barat. Karena Sanusi Pane yang erat dengan filsafat India ini, maka dia ditentang oleh STA.

Tokoh tokoh dalam buku Layar Terkembang ini sejajar dengan Dr. Sukartono dan Sumartini dalam buku Belenggu karya Armijn Pane. Mursal Esteen dalam artikelnya di harian Kompas, 24 Maret 1976 yang berjudul Tendensi Baru dalam Sastra Indonesia menulis ‘Tono dan Tini adalah tokoh tokoh yang lebih realistis dalam kehidupan kaum elite yang memelopori pemberontakan terhadap tradisi.’ Kehebatan dalam Belenggu ini ceritanya tidak diselesaikan (!), tidak seperti roman roman yang sebayanya. Armijn Pane memberikan kepada pembaca untuk menyelesaikan sesuai dengan angan angannya sendiri.

Demikianlah sedikit ulasan saya mengenai semangat dan latar belakang serta pandangan hidup Pujangga Baru yang tercermin dalam beberapa karya sastranya. Seperti saya katakan di atas, bahwa saya di sini lebih utama menyoroti karya karya STA. Dari karya karya STA saya merasa dan yakin bahwa tujuan atau cita cita Pujangga Baru yaitu idealistis, dinamis, rasional dapat digalitemukan. Yogyakarta, 30 April 1976 Ind. 446

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

126 | MENGENALKAN
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 127 BAGIAN VII: PRINGGADANI
128 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

PRINGGADANI

Kresna: Gatutkaca bakal dak usadani supaya waluya jati, pulih kaya wingi uni. Wis saiki takonana dhimas Werkudara. Bisa diajak rembugan.

Werkudara: Apa bener kowe nggonjak lan motha motha Banowati? Apa sebabe?

Gatutkaca: Kula boten nindakaken sedaya menika Rama.

Werkudara: Yen kuwe ora tumindak ayo kudu bisa nggoleki maling aguna. Ora bisa nggawa bukti, dak kethok gulumu.

2 2 2

A. Strat Gatutkaca Kembar

2 2 2

Iri kata Sang Gatutkaca kinon

3 3 3 3 32 1 2....

Mapag arka Su ta. Ooooo

2 2 2 2 2 2 2 2

Sirat si - rat sumamburat

3 3 3 3 32 1 2....

Riris aris riwis ri wis. Ooooo

Gatutkaca (palsu): Anawong mulang sarak madha rupa karo aku. Kowe sapa?

Gatutkaca (asli): Suthik kedhisikan mungsuh, supaya ora kadenangan yen sejatine maling aguna.

Petruk: Ayo endi sing asli Gong?

Bagong: Ya iki ta, pradane isih luwih anyar. Kuwi rak ana seratane yasane ki Nartasabda.

Petruk: Ndara Gatutkaca kuwi yen duka kabeh dadi wesi. Amarga biyen dijodhi ing kawah Candra dimuka. Coba rungokna: thing (asli)... dhok (palsu)... (Perang rame, datan wonten ingkang kalindhih. Gatutkaca sang pindhawarni ngedalaken kemanjen. Gatutkaca asli kadamu dening Sang Pindhawarni mlonyoh padha sakala).

Brajamusthi: Angger Gatutkaca kula saged sabiyantu panjenengan.angger Gatutkaca badhe kasembadan menapa ingkang dados sedyanipun. Badhe mulya lan saged mulyaaken para kawula. Namung menapa panjenengan rila kecalan 2 saka guru ing Pringgodani.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 129

2 2 2 2

Gatutkaca: Inggih menawi namung saka guru Pringgodani rak saged dipun damel malih, malah saged dipun renovasi lan dados langkung sae. Brajamusthi: Sampun ngger kula badhe mapan wonten ing epek epek tengen. (Gatutkaca (palsu) katempiling mawi epek epek tengen, sirna marga layu. Badhar sejatining wujud Raden Brajadhenta. Noyah nayuh baskara titi mangsa sampun dumugi telas tulisnya Satriya kekalih. Raden Brajamusthi mapan ing epek epek tengen lan Raden Brajadhenta mapan ing epek epek kiwa. Kekalihipun ndadosaken tambahing santosa Dyan Gatutkaca, sinebat aji Brajadhenta lan Aji Brajamusthi). Brajadhenta lan Brajamusthi: Ngger Gatutkaca, pamanmu sakloron pancen kudu nglakoni kaya ngene iki. Pamanmu bisa sabiyantu sawayah wayah mbutuhake pitulungane pamanmu, njejak lemah ping telu pun paman bakal siap siyaga ngger.

Tayungan

Semarang, 19 September 2015 Br. Frans Sugi, FIC

8. Ontran ontran Ekacakra (YPL Pusat 58 th, 7 Desember 2012)

A. Ekacakra (Baka, Sangkara, Dirgamurti, Kalasaraya)

Swuh rep data pitana. Minangka kinarya pambukaning carita labet negari Ekacakra lagya kinayoman ing bathara. Mapan wonten madyaning nusa kinepung jaladri, yen katinon saking mandrawa katingal menjila pindhane bahita sinempyok ombaking samodra. Lamun mulat uruting cakrawala, katingal lamat lamat lariking guwa tinebing jurang ingkang sinaba peksi lawet pating cruwet haluru mangsa. Kapunggel semanten candraning negari Ekacakra. Sinten ta ingkang jumeneng nata ing negari Ekacakra? Anenggih narendra gora jejuluk Prabu Baka, ya Prabu Bakayaksa. Prabu Baka ageng panguwasanira: dhasar birawa, digdaya nanging angkara murka. Apa kang kinersaaken kudu kasembadan. Dedeg ronggah gagah prakosa, godheg wok simbar jaja, rawisnya pinalintir sak janggel agengira. Kusika abrit lir tembaga sinangling, netra pendul wimba ketel, idepnya hanguler geni. Grana mungal yayah canthiking palwa, lathi kandel tutuk menga, waja ageng pinasah belah

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

130 |

kedhaton. Jatha modot pindha pedhang linigan temah dadya hanggegirisi wedanane sang Nata Prabu Baka.

Lah sinten ta punika ingkang kepareng caket ngabyantara ing ngarsa nata? Tetela nenggih putra kinasih RadenSangkara . Datan kantun pasebanira RadenDirgamurtisaha PatihKalasaraya

Ing nalika semana Prabu Baka kagungan karsa badhe ngersaaken dhahar daginging manungsa, sesama titah. Sasampunipun satata lenggah nulya arsa ngendika sora. Mangkana sabdaning Sang Nata ingkang dereng kawiyosing lesan.

235 5 5 5 5 3.5.35.6 ,

Yak – sa go – ra ru - pa

35.32 2 2 2 2 12

Ri se dheng na ren dra

235 5 5 5 35.6

Yak – sa la – la - ku

35.32 2 2 2 2 12

Kan mal – wa – leng ing kang 6 6 6 6 6 56

Gam bi ra ma nga - rah 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Ngi sis si yung me - tu pra ba -wa 2 2 2 2 21 6. 3........

Le – sus lan pra – kem - pa . (LangsungHongtiti...)Oooo ....

(bage binage karo kang para seba)

Baka: Hong titi hyang kalaludra. Manik raja dewaku. Jebul nggayuh kamukten dadi narendra sing bisa disubya subya kuwi ora gampang. Yasa praja ya ora gampang. Mula kaya ngapa rasa bombong manah ingsun duwe nagara tanpa jinajah. Anggoningsun mbudi daya piye carane anggone negara manca nyawang kekuatane negara Ekacakra bisa blereng. Hai Sangkara, anakku? Sangkara: Wonten timbalan dhawah kanjeng rama dewaji.

Baka: Uripe wong atuwamu dak kira wis ora suwe maneh. Paribasan kare nunggu kersane gusti kang esok utawa sore bakal njabel nyawaku. Putraku siji ya

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 131

mung kowe kang bakal nggenteni nglenggahi dhampar kencana ing praja Ekacakra.

Sangkara: Kersanipun rama dewaji menapa?

Baka: Sira ora perlu golek utawa yasa negara. Ekacakra bakal dak pasrahake marang jeneng sira Sangkara. Kepiye carane pun rama mbudi daya sakumpama sira dadi ratu ana ing Ekacakra. Bisa diwedeni karo para kawula ing Ekacakra. Mula pun rama iki raja kang tumindak wengis marang kawula ing Ekacakra. Kowe rak ya sarujuk yen kawula ing Ekacakra kuwi ndak pangan, mula kawula ing Ekacakra dak gawe yaksa kabeh. Apa kowe ora kelingan dedongengan ing Ngalengka Diraja. Kondhange Prabu Dasamuka, kawulane kabih yaksa, kabeh buta. Lanag wadon buta kabeh...

Sangkara: Kaparenga kula matur kanjeng rama. Nuwun sewu sakderengipun. Sejatosipun manah kula boten sarujuk kaliyan kekajenganipun kanjeng rama. Awit saking menapa? Kekajenganipun kanjeng rama sampun medal saking tata caraning gesang ingkang limrah. Ateges kanjeng rama boten nggadhahi manah ingkang resik, nanging malah wengis, tumindak adigang adigung adiguna. Boten wonten bedanipun kaliyan sona. Sona menika nami sanesipun segawon, asu...

Leng

Ma

ngun

Baka

Terusna

ora meneng utawa

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

132 |
6 6 6 6 6 6 6 6 6.
leng ing dri ya mangu mangu 2 2 2 2 2 2 23.21 1
- kung kan – du - han ri - mang. 1 1 1 1 1 1.65 5 2... Lir le na tan pa ka nin. O… 1 1 1 1 5 Yen tan tu - lu - sa. 1 1 1 1 1 1 1 1 A meng - ku sang Dyah u ta - ma 2 2 2 2 2 2.16 6 3... Wu – wus - nya Sri Na - ren - dra. O….
:
Sangkara...bakal dak buwang sisan ana ngalas, yen
mandheg aturmu..

Sangkara: Pikajenganipun rama menika sampun medal saking angger anggering agami. Sakumpami kula purun dados ratu ing Ekacakra, ateges kula ancik ancik bathanging sesami. Langkung prayogi kula kesah saking Ekacakra. Sangkara lunga klepat...

Baka: Bedhes elek wong tuwa diwulang...

Kalasaraya: Kados pundi ingkang putra kendhang saking Ekacakra?

Baka: Ben karepe dhewe, anak siji ora bisa ditata. Ilang ilangan endhog siji. Liya dina golek ndhog dhogan maneh.

Kalasaraya: Kados leres pemanggihipun ingkang putra pun Sangkara. Menapa kula ingkang abdi kepatihan kepareng matur?

Baka: Ya dak lilani matur.

Kalasaraya: Kepareng matur. Sampun kathah banten utawi korban kawula ing Ekacakra. Sampun kathah ingkang kesah dhateng negari manca. Gusti wiwit wekdal samangke kula aturi dhahar ulam utawi sayur sayuran sehat. Kobis, sawi, bayung, bayem, buncis... menika sehat kagem salira, tur mirah sanget biayanipun..

Baka: Kaya bethet manyar sewu ngoceh, oea bakal dak rungokna. Mula wektu iki budhala menyang kademangan Giri Liman utawa Manahilan kepiye anggone saguh nyaosi dhahar kang awujud manungsa. Aja wedi kangelan ngantiya wadyabala sagelar sepapan. Dirgamurti, tut wurinen Kalasaraya budhal menyang Giri Liman. Dirgamurti: Nyuwun tambahing pangestu kanjeng sinuwun, kula badhe bidhal ing wekdal samangke.

Gladakan Ekacakra

Kalayaksa,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 133

B.
(Dirgamurti, Patih
Dendhabuwana, Dendhakumara) 6 6 6 6 6 6 6 6 Ka gyat ri sang ka pi ra ngu 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 Ri nang kul ki nem pit kem pit 2 2 2 2 2 2 2 16 3... Dhuh sang ret-na-ning ba-wa - na. Oooo..

Dirgamurti: Para wadya saka negara Ekacakra. Kowe ora ndak piji siji siji nanging padha rungokna kang premati lan waspada. Ingsun bakal paring dhawuh.

Dendhabuwana, Dendhakumara: Kulka nyadhong dhawuh gusti.

Dirgamurti: Ana ing sajroning pasowanan, sinuwun Prabu Baka ngersakake yen Raden Sangkara ing tembe buri gelem gumanti ratu ing Ekacakra. Nanging Raden Sangkara ora kersa, malah wani caos atur pamrayoga yen ingkang rama Prabu Baka kersaa leren anggone dhahar daginge manungsa, sasama titah. Sinuwun malah duka. Raden Sangkara ditundhung lunga saka praja. Mula Raden angkara uga lunga klepat, tanpa pamit. Kaping pindhone, sinuwun banjur krasa luwe lan ngersakake dhahar daginge manungsa. Ing wektu iki, kaya adat saben, Begawan Ijrapa saka ing Giri Liman kang saguh nyaosi dhaharan bekakak wujud manungsa. Mula sinuwun Prabu Baka dhawuh marang awake dhewe ing dina iki supaya njupuk dhaharan mau kang bakal kadhahar Sang Nata.

Dendhabuwana, Dendhakumara: Benjang menapa kedah bidhal?

Dirgamurti: Ya dina iki kudu budhal. Ora ketang sambung obor colok lintang budhala saiki.

Dendhabuwana, Dendhakumara: Nyuwun tambahing pangestu raden, ingkang abdi nyuwun pamit.

C. Perang Wadyabala Ekacakra >< Rusyadiwiyata, Jumanibrintik, Basukikrapyak

Sigra

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

134 |
bala tumingal ... 6 6 6 6 6 6 6 6 6 Si – gra ba – la kang tu – mi – ngal. Tansa–marpa – mor –ing suks– ma. 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 A cam puh sa mya nge - da - li Si– nuks– ma –yawi– nah–yainga– se –pi. 2 2 2 2 2 2 2 16 3... Lir tha thit wi led ing gan - da. Oooo... Si– nim–pente –leng–ingkal– bu.Ooooo...

Dendhabuwana: Durung suwe lakuku ninggalake seketheng alun alun Ekacakra, kepethuk satriya nom noman bagus. Sapa kang dadi aranmu?

Rusyadiwiyata: Aku saka pertapan Giri Liman. Balik sura, sapa kang dadi aranmu?

Dendhabuwana: Aku abdi dalem saka Ekacakra, Dendhabuwana. Aku arep lumaku marang Giri Liman saperlu njupuk bekakak manungsa kang bakal didhahar gustiku Prabu Bakayaksa.

Rusyadiwiyata: Ora pantes ratu koq mangan daginge manungsa. Aku kang bakal nrenggalani karepmu dan karepe Prabu Baka.

Dendhabuwana: Entuk mbacut ora entuk ya mbacut.

Rusyadiwiyata: Entuk mbacut yen wus gumlundhung mestakane para mudha ing Giri Liman.

Dendhabuwana: Babooo. Kendel umuk Rus, majua dak kendharat gulumu.

Rusyadiwiyata: Jogeda dak kendhangi.

D. Alas Kamiyaka (Kunthi, Bima, Puntadewa, Permadi, Pinten, Tansen)

Wancine purwa ratri hanyarengi rembulan panglong, peteng handumuk grana labet tan wonten dilah tuwin damar kang kinarya pepajar. Kala kala hamung katingal calereting thathit miwah kilat sisiring langit. Gunung Mahendra hamung katingal ngregemeng, nenggih himbanging Gunung Mahendra punika prenahing wana gawat sinung wingit awasta wana Kamiyaka ya wana Ekacakra, kalebet tlatah negari Giripurwa ingkang den asta narendra yaksa jejuluk Prabu Baka. Dhasare wana Kamiyaka kalebet alas tutupan. Ri kemarung katingal ngrangah yayah landhak kekirig, ri bandhil pating crongat ngajap bilahi. Banyu butheg memblelg membleg, kebak ganggeng gundha weweyan. Suket sangket bebondhetan, bajul kumrembyah pating blengkrah, pindha prabatang kentir ing warih. Sanadyan gawat kaliwat wingit kepati, parandene wonten titahing bathara ingkang hangayam wana, datan metung pringgabayaning marga tuwin durgamaning awan. Sinten ta ingkang lelana wonten madyaning wana Kamiyaka? Tan asanes nenggih Dewi Kunthi Talibrata dalah para putra sinebat satriya Pandhawa. Pembayun kekasih Raden Puntadewa, panenggak Raden Bratasena, panengah Raden Premadi, pangrembe lan waruju kembar kemanikan Raden Pinten lan Tansen.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 135

Sang Dewi Kunthi kepareng lenggah munggweng sela kumalasa sesemek roning rajamala, dahat karuna jroning penggalih katitik saking lekering wadana, parandene lathi sinungging esem hamung kinarya karya labet hanutupi dhuhkitaning nala. Punapa ta darunane Sang Dewi samudana sasadon ingadu manis, krana menggalih lelampahan ingkang sinandhang dening para putra. Engga dinten mangke taksih papariman ngulandara labet sinangsaya dening Kurawa.

Para putra tuhu bekti dhateng sang ibu, katitik hanggung rumeksa penggalih. Kala kala sang Bima unjal huswa sarwi pendirangan krana wus tan kiyat ngampah miwah nyangga awrating panandhang. Nanging Dyan Puntadewa sigra meper srana kedheping netra, wusana dadya aring penggalihe sang Bratasena. Para panakawan ugi tansah asung panglipur satemah dadya pangentheng entheng. Dupi wancine wus meh manjing tengahing dalu, Dewi Kunthi taksih angarih arih marang sang kembar ingkang wus dangu datan amboga.

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Sang saya dalu araras abyor kang lintang kumedhap

2.321 1 1 1 1 1 1 6.1

Ti - ti sonya tengah we - ngi 2 2 2 2 2 2 2 2

Lumrang gandaning pus – pi - ta

235 5 5 5 5 5 5 3.5 1.612

Ka renggwaning pu dya ni ra. Oooo... 2 2 2 2 2 2.1 6

Sang Dwijawara mbre – nge - ngeng 561 1 1 1 1 1 1 6.1

Lir swaraning madu brang = ta

2 1.2 1 1 1 1.6 5

Ma – nung - sung sarining kem - bang.

Kunthi: Sansaya suwe kok sarwa sangsara uripe karo anak anakku. Aku bakal golek papan kang rada ayem tentrem. Kok ya para kadang Kurawa padha tegel ngobong bale pertemuan Sigala gala. Tujune ana pitulungane karo Hyang Ontoboga, kang wektu iku awujud landhak putih. Wis ayo ngger padha nerusake laku golek papan kang tentrem.

Bima: Hwaaaaaaaa, apa Kurawa dak labrake Babu Kunthi, mumpung aku isih panas getihku!

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

136 | MENGENALKAN

Permadi: Inggih kanjeng Ibu, ingkang putra Permadi ugi sagah nyampurnakaken para Kurawa.

Kunthi: Sena, apa dene Permadi. Ibumu ora maido apa kang dadi kekendelanmu sakarone. Nanging elinga ya ngger, Gusti kuwi ora sare lan bakal maringi apa kang dadi panyuwunane para kawulanane kang geter panyuwunane. Elinga ya ngger, yen wong urip iku paribasane cakra manggilingan. Kaya rodha kang mubeng: sok ana ing ngisor, ngiringan, adakalane ana ing ndhuwur, utawa tengah.

Bima: Kuwi gampang diucapake, aku ya wus ngerti, ora susah dikandhani.

Kunthi: Sena, yen kowe ora percaya marang sabdane para winasis, banjur anggonmu ngakoni yen kowe duwe agama kuwi apa tegese?

Bima: Ya, wis aku manut Babu Kunthi. Timbang diwulang kaya kyai utawa pastor utawa bruder/suster.

Pinten Tnasen: Ibu, aku wis luwe ibuuu....

Kunthi: Sabar ya ngger... Wus ayo diterusake lakune golek papan kang bisa menehi katentreman.

E. Rutten Bernardus (intermezo) Ilir ilir ilirrrrr...

F. Kademangan Giri Liman/Manahilan (Ijrapa, Jalupi, Raden Rawan)

Lengkehing gunung Candramuka kaprenah imbang kilen, wonten desa ngungkuraken wana Kamiyaka. Anenggih punika ingkang awasta padhukuhan Giri Liman, inggih sinebat kademangan Giri Liman utawi Manahilan. Dumunung aneng wewengkon negari Giri Purwa ingkang wiwit kina makina dadya dhangkaning para denawa. Para yaksa racak tan purun srawung manungsa, pramila sak turun turunira sami dhedhangka wonten madyaning wana Kamiyaka utawi wana Ekacakra. Padhukuhan Giri Liman ketingal asri, dhasar papane warata, marga marga tinalasah sela seta, selane sinasap pasir jenar cinampur padhas linebur. Taru turi turusing marga katon ngrembuyung, rone manglung dadya payung, hangayomi uruting dlanggung. Warganing pertapan samya rukun, siang ratri kontap makarti, tata krami samya den udi, nengenaken luhuring agami, satemah tan wonten ingkang sami pradondi.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 137

Prenatan dadya paugeran, para warga dhemen memitran, nengenaken ing sarasehan, beda pemanggih tan pasulayan, gesang bebrayan daya dinayan, beda agama utawa kapercayan ora dadi perkara, nanging malah gawe santosane urip bebrayan, angandhemi ing kasusilan, temahan tan wonten papariman ngulandara gesang klambrangan. Lah sinten ta ingkang pinitaya dadya tetuwangganing pedhukuhan Giri Liman? Anenggih punika kang nami Ki Ijrapa. Kaladuk yuswa, parandene taksih sembada, dedeg taksih santosa, jenggot putih kaladuk dawa, katone ringkih nanging birawa. Nuju ari Respati, Ki Ijrapa lenggah aneng pendhapa, ngenam penggalih kang ewuh aya. Pasuryan payus kadya rembulan karahinan, kala kala wadana tumungkul, netra kumembeng kadya dineres ilining waspa. Dupi wuninga kang garwa, eseme hamung kinarya karya krana kangge hangalingi sungkawaning driya. Punapa ta darunane kang mangkono? Labet ing wekdal samangke Ki Ijrapa kedhawahan urak saking sang Yaksendra Giri Purwa, sang Prabu Baka, kinen ngaturaken dhaharan wujud manungsa kang taksih prawan tuwin jejaka. Tanggap sasmita ingkang putra Raden Rawan mulat dhuhkitaning kang rama, daya daya marak mring pendhapa pedhukuhan. Raden Rawan alon ngrerepa denira sagah dadya urak. Esthining nala hamung kinarya ngulur sugenge kang rama. Mangkana ature Raden Rawan kang kawijil.

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Meh rahina semubang Hyang Haruna

3532 2 2 2 2 2 2 2 12

Ka - di netraning angga ra - puh

3 3 3 3 3 3 3

Sabdaning ku ki la ring

356 6 6 6 6 6

Ka - nigara ka-ke

3 3 3 3 3

Kinidunganing kung

6 12 2

Lir wuwusing

2.123

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

138 |
56
– ter. Ooooo....
2.3
2 2 2 2 2 2 321
pinipanca. Ooooo ... 612 2 2 2 2 2 2 12 3216 Pepetoking a yam wa - na. Ooooo...

Ijrapa: Nyaine, aku bingung perkara caos dhahar gusti ratu prabu Baka. Sapa kang bakal dicaoske kanggo dhahare Prabu Baka. Kamangka iki wektu sing tekan titi mangsane kudu caos dhaharan manungsa. Para kawula padha wedi karo Sang Prabu lan wus okeh kang padha lunga saka negara Ekacakra. Kawula padha we yen tekan titi mangsane bakal dadi urak dhaharane Sang Prabu. Rawan: Rama panembahan boten perlu menggalih caos daharanipun Prabu Baka. kula sagah dados bantening negari Ekacakra.

Ijrapa: Lho koq malah kowe Bambang Rawan. Anakku siji sijine sing dak tresnani. Bocah enom mono jangkahmu isih dawa. Yen kowe mati dipangan Prabu Baka, ateges mati sing tanpa guna. Ora bisa labuh negara. Tinimbang kowe, bapak wae sing dadi banten ora papa ya ngger. Nyai Jalupi: Rawan, karo sampeyan bapakne. Nek bapak sing dadi korban, eman eman. Merga sampeyan kuwi duwe pangkat, panguwasa, senadyana mung ana ing kademangan. Semono uga anakku si Rawan. Durung pantes kowe labuh marang wong tuwa, kok muspra temen uripmu. Cukup aku, ibumu wae sing dadi bekakak ana ing Ekacakra.

Pendawateka... (ngudarasa isih ana ing jabaning omahe Ijrapa).

Kunthi: Iki ana kampung koq sepi temen, kabeh omah padha ditutup lawange. Desa sepi apa ora ana kang nunggu. Kisanak yen ana sing tunggu omah, aku bukakna lawang. Aku njaluk ngombe, marga aku nganthi anakku 5 cacahe kang wus sawetara dina ora mangan lan ora ngombe.

Ijrapa: Nyaine, kaya ana wong kang dhodhog dhodhog lawang kae sapa. Mara tilikana dang kon mlebu.

Srepeg...

Ijrapa: Kisanak, panjenengan menika sinten koq kedharang dharang tindak dumugi kampung mriki. Lha padhukuhan mriki menika nembe boten tentrem, gawat. Awit narendra ing negari menika dhaharipun manungsa, menapa panjengengan Raden Ayu badhe soroh nyawa.

Kunthi: Ora kaya mangkono sang resi. Uripku bareng karo anak anakku ana ing negara Ngastina kasiya siya. Mula aku bakal golek pasuwitan ana ing kene panembahan.

Ijrapa: Sang dewi, kawontenan pedhukuhan Giri Liman menika nggih namung kados mekaten. Lha nggih wonten pedhusunan. Namung yen wis mantep tenan ya anak anakmu aturana mlebu.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 139

Pandhawa lima mlebu terus mangan. Tidak ikut jejeran. Panakawan terus mangan okeh, marga ngelih wis pirang pirang dina ora mangan. Padha pating clemong: gudhangan, sayur sawi, ayam kampung, endhog bebek, sambel trasi, mangut lele...

Ijrapa: Lha terus piye saiki. Kudu ngaturi dhahar marang Prabu Baka. Aku dak mangkat dadi bantening Prabu Baka.

Kunthi: Kok padha sedih ana apa ta panembahan?

Ijrapa: Menika kula kedah caos dhaharan wujud manungsa dhateng sinuwun Prabu Bakayaksa. Kamangka sampun telas tiyang=tiyang ing kademangan Manahilan mriki.

Kunthi: Aja was sumelang. Wis anak anakku wae sing bakal dadi pangane Prabu Baka.

Ijrapa: Lho boten saged, panjenenegan menika tamu. Paribasan kula ingkang kedah njagi kawidadaning paduka lan para putra.

Kunthi: Resi Ijrapa aku waspadakna, aku sapa. Aku ini randhane Prabu Pandhu Dewanata ing Ngastina.

Ijrapa, Rawan, Jalupi: kaget, terus nyembah ngabekti. Kula nyuwun pangapunten Sang Dewi. Kula tiyang ndhusun, boten mangertos paduka menika sesembahan ing Negari Ngastina.

Ijrapa: Mangga kula sumanggakaken gusti.

Kunthi: Bima mara metua ngger. Bima: waaaah, aku lagi mangan sega putih karo sayur asem, segerr. Aku manut Kunthi babuku.

Ijrapa: Mangga Gusti Bratasena, kula bumboni rumiyin supados Prabu Baka remen lan marem anggenipun dhahar.

Sukartono sebagai makhluk

Di atas telah kita lihat bahwa Sukartono sebagai seorang dokter yang sudah diberi norma atau rumus rumus ‘tanpa cela.’ ‘Kita dapat melihat juga dalam cerita bahwa perkawinan antara Tono dan Sumartini ternyata tidak bahagia, kandas. Sejak awal kisah dari Belenggu, kita telah disuguhi suasana pertengkaran antara suami istri. Betul sepanjang cerita kita diberi cerita yang panas dalam hubungan kekeluargaan mereka. Suasana dingin tanpa sambutan setelah pulang bekerja merupakan hal sungguh sungguh menyedihkan dalam kehidupan

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

140 | MENGENALKAN

keluarga. Begitulah suasana harian keluarga dokter Sukartono dan Tini. Armijn Pane adalah seorang sastrawan besar. Ia tajam memandang siapa dan apa manusia itu. Di samping menokohkan Tono sebagai makhluk ciptaan manusia yang serba lemah, banyak kekurangan. Sebagai manusia biasa, Sukartono tetap memerlukan perlakuan kasih sayang, kehangatan dalam keluarga. Dalam Taurat kita dapat membaca bagaimana Raja Daud (pilihan Yahwe sendiri!) tetap dapat jatuh dalam dosa besar. Istri Urias yaitu Bersyeba diambilnya dengan cara yang sangat tidak terpuji. Bila dalam matematika 2 x 2 = 4, dalam diri manusia mungkin betul tetap 4, tetapi dapat juga 5 atau 7 dsb., karena hidup manusia penuh dengan serba ketakterdugaan. Dalam hidup sehari hari ini pun kita sering berasumsi yang sama. Misalnya mereka yang hidup membiara harus mampu segalanya, serba sempurna dan tidak boleh berbuat kekurangan apapun. Kita lupa bahwa mereka pun tetap manusia biasa, meskipun kita yakin mereka berusaha sebaik baiknya dalam cara hidup yang sudah dipilihnya.

Marilah kita kembali kepada kehidupan dokter Sukartono. Situasi hidup yang terasa kosong tentu akan diisinya dengan nuansa yang tenteram, sejuk, menyenangkan. Sukartono tidak cukup hanya berhadapan dengan buku buku, alat alat kerja kedokteran saja. Ia membutuhkan seorang manusia lain yang bisa mengertinya. Dengan ini terjadilah hubungan intim akrab erat antara Tono dan Yah, Siti Hayati.

Keseimbangan pada diri Yah

Pembaca Belenggu tidak diberi gambaran jelas bagaimana awal pertemuan antara Tini Sukartono. Hal ini berbeda dengan roman roman sebelumnya, misal dalam Sitti Nurbaya, Azab dan Sengsara, Salah Pilih segala peristiwa yang akan menuju ke perkawinan diuraikan dengan runtut dan jelas. Armijn Pane langsung melukiskan keadaan kalut rumah tangga dr. Sukartono. Dalam suasana serba tidak tenteram inilah terjadilah perkenalan antara Tono dan Yah yang telah jatuh menjadi penghuni hotel. Peristiwa inilah merupakan awal pelepasan ketegangan Sukartono dari kemelut rumah tangganya. Kehangatan ditemukan dalam diri Yah oleh dr. Sukartono. Yah sebagai seorang wanita peka akan keadaan seorang lelaki Tono. Perlakuan inilah didambakan Tono. Hidup kembali semangat Tono

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 141

MENGENALKAN

dalam berhubungan dengan Yah. Rohayah bagi Tono merupakan tempat membuat keseimbangan. H.B. Jassin dalam bukunya Kesusastraan Indonesia

Modern dalam Kritik dan Essai I hlm.130 cetakan tahun 1967 mengatakan “Yah seorang perempuan yang menjadi korban kawin paksa. Yah yang berpendidikan barat melepaskan diri dari paksaan itu. Tetapi oleh karena salah melangkah, lalu jatuh ke dalam jurang kehinaan. Yah mendatangkan keragu raguan dalam diri pembaca. Bagaimana mungkin seorang bunga raya yang rendah kedudukannya dalam masyarakat demikian tinggi derajat batinnya? Lahir dan batin berlawanan sifatnya?” Jassin dalam pendapatnya ini kurang begitu memperhatikan faktor manusiawi. Jassin menarik garis lurus, kalau hidup sebagai bunga raya harus juga bermartabat rendah kemanusiaannya. Armijn Pane memandang lain.

Kesimpulan

Ternyata pertemuan antara modern dan modern tidak mesti menghasilkan sesuatu yang modern, karena manusia bukanlah suatu barang mati. Sukartono yang sebagai dokter, berjabatan terhormat, pandai; sekaligus tetap sebagai manusia biasa. Ia tetap manusia lemah. Dalam suasana kemelut ia (manusia) tetap memerlukan penentram. Yahlah tempat membuat dingin suasana tidak membahagiakan keluarga Sukartono. Armijn Pane sebagai seniman besar berhasil menghadirkan segi segi kemanusiaan dalam Belenggu sedemikian terbuka. Dari sudut agama dan moral sulit untuk dapat diterima begitu saja. Kita pun sebaiknya dalam memandang manusia tidak hanya pada bentuk lahirnya saja, melainkan lebih mendalam pada manusianya itu sendiri. Yogyakarta, Mei 1976 Br. Frans Sugi, FIC

Pendahuluan

Paper sangat sederhana ini dibuat dalam rangka pengembangan materi kuliah

Sastra Perbandingan yang diberikan oleh Ibu Dra. Raminah Baribin. Karena berbagai macam alasan, maka penyusunan paper ini belum sampai tuntas dan

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

142 | MENGENALKAN
Mantra dan Puisi – Puisi Sutardji Calzoum Bachri

sistematis seperti yang diharapkan. Untuk itu harap menjadi maklum bagi para pembaca.

Dalam paper ini penyusun membahas hubungan antara Mantra dengan Puisi Sutardji Calzoum Bachri. Secara terperinci penyusun membagi pembicaraan menjadi empat bab.

Dalam Bab I diuraikan secara singkat Pengertian Kesusastraan Lisan. Hal ini penyusun maksudkan sebagai pembuka untuk masuk ke dalam masalah Mantra, sebab membicarakan masalah Mantra tidak dapat lepas dari Sastra Lisan. Dalam Bab II dibahas mengenai Mantra yang meliputi: Pengertian Mantra, Pawang dan Tugasnya dalam hubungannya dengan Mantra, Contoh contoh Mantra dan akhirnya bab ini ditutup dengan Penyebaran Mantra. Dalam Bab III dibahas mengenai Puisi Sutardji Calzoum Bachri. Bab IV atau bab terakhir berisi

perbandingan antara Mantra dan Puisi Sutardji Calzoum Bachri (sebagai kesimpulan).

Paper ini akhirnya penyusun tutup dengan daftar bacaan pemandu yang mendukung terselesaikannya penulisan ini. Akhir kata penyusun mengucapkan selamat membaca. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Kesusastraan Lisan

Sebelum kurang lebih tahun 1500 boleh dikatakan Kesusastraan Melayu hanya dibeberkan secara lisan, dan tersebarnya hanya dari mulut ke mulut saja. Hal ini karena masyarakat belum mengenal tulisan. Sesudah kurang lebih tahun 1500, yaitu setelah pengertian huruf Arab tersebar bersama sama dengan masuknya Islam, mulailah penulisan Kesusastraan Melayu dengan huruf Arab.

Oleh karena itu berdasarkan bagaimana cara pembeberannya, kesusastraan dapat dibedakan menjadi Kesusastraan Lisan dan Kesusastraan Tertulis. Kesusastraan Lisan (oral literature) yaitu kesusastraan yang hanya dituturkan dari mulut ke mulut. Jadi tersiarnya berlangsung secara lisan. Wujudnya mula mula hanya berupa ikatan bahasa yang berfungsi untuk memperoleh kesaktian. Misalnya berupa: Mantra mantra, pesona, serapah, pantun hukum yang diucapkan oleh pawang. Di samping itu terdapat juga ikatan bahasa yang berfungsi sebagai

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 143

hiburan ialah berupa cerita cerita penglipur lara. Dalam pergaulan sehari hari timbullah teka teki, sindiran sindiran, peribahasa, pantun sebagai curahan isi hati. Semuanya itu berlangsung secara lisan. Orang yang dianggap pegang peranan penting dalam hidup matinya atau berkembang tidaknya mantra (sastra lisan) pada zaman dulu ialah pawang dan penglipur lara.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

144 |

BAGIAN VIII: ASTINA DAN KURAWA

TOKOH

Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
WAYANG:
| 145
146 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

PERANG KEMBANG (PRAJURIT NGASTINA ><

KUTHARUNGGU)

Hanenggih pundi ta ingkang cinarita. Kang ana madyaning alas Duryapura, sukuning wukir Sawelagiri. Sinten ta ingkang lenggah ing sela kumalasa, neng ngandhaping Randhualas? Katingal putih memplak, kadi kapuk winusonan.Tuhu punika pandhita ing Kendhalisada, ingkang kekasih Sang Begawan Anoman ya Kapiwara, ya Sang Maruti, ya Ramadayapati. Sanadyan wujud wanara, nanging tan pae, lan wiku dibya. Menebing budi, weninging cipta, nganti bebasan weruh sadurunge winarah, tetep ing sesanggeman. Yekti madhep pangidhepe marang pangawasane jawata linuwih. Dhasar pandhita tabeting senopati punjul ing papak, mrojol ing akerep. Wudhu bobot pilih tandhing yudane, ing rat tanpa timbang. Tur bangkit mungkasi karya.Sinten ta ingkang caket munggwing ngarsa? Yekti punika para kadang Pandhawa. Raden Gathutkaca satriya Pringgadani, raden Ontoreja satriya ing Jangkar Bumi, raden Ontosena satriya ing Sapta Pertala, raden Bambang Irawan. Saha raden Setyaki satriya ing Garbaruji.Kacarita, para putra Pandhawa kinen njagi pertapan Kutharunggu. Para putra Pandhawa muhung manut pangrehe Begawan Hanoman. Mangkana wijiling pangandika Sang Maruti.

Hanoman: Mangga Raden keparenga lenggah ingkang sekeca. 6 6 6 6 6 6 6 6

We - we gung tu - man - dang ta - rung 2 2 2 2 2 2 21 1

Jang git an ma nga dhang da lan. 2 2 2 2 2 2 216 6 3...

I - lu i - lu ba - nas - pa - ti. Oooo...

Anoman: Tugas lan kewajiban tunggu alas Suwelagiri. Aman. Ayom. Ayem. Gatutkaca: Tumut njagi pertapan.

Ontoreja: Ndherek ngayomi pertapan. Ontoseno: Natalan, Tahun Baru, Syukur Mbah Dhalang 40 tahun dadi anggota FIC.

Setyaki: Ndherek remen remen angger Ontoseno. Irawan: Ndherek nyengkuyung pahargyan menika. Wisanggeni: Ana perlu apa ta?

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 147
CANTRIK CANTRIK

Anoman: Angger Mas lan raden sedaya, kula aturi sumene rumiyin. Ketingalipun wonten tamu agung menika.

Anoman: Sugeng rawuh Nata Awangga. Wonten kersa menapa?

Karna: Arep ketemu begawan Kesawa Sidi.

Sengkuni: Kudu bisa ketemu. Iki tlatah ngestina lan kudu ana idi palilah saka Sinuwun Duryudana.

Perang Kurawa kalah. Kunta pusaka Karna sinaut Anoman. Dadi atur.

D. Pertapan Condromanik

Hanenggih pundita ingkang cinarita, kang ana ing pertapan Condromanik. Sanjabaning praja Singgela Pura, ana gunung cilik asri kadulu. Pucuke pinapar, pinarata, kinarya pacrabakan. Asri pacrabakan Condromanik.

Dhasar pacrabakan dumunung ing pucaking haldaka. Ana umbul saking himbanging harga. Mina mina kang ana sajroning blumbang, yen yayah srengenge mangrangsang, akeh kang padha njoged. Tepining blumbang tinaneman kekembangan mawarna warna, kang padha jinembangan. Yen pinuju kembange mekar, kembang putih, kembang biru, kembang kuning lan abang, kadhasaran godhongan kang ijo royo royo, yekti hakarya sengsem kang samya humiyat. Akeh kumbang kang padha ngisep sarining kembang. Kapireng hambrengengeng, pindha puji pujiane para brahmana, kang asesanti jaya jaya amrih raharjaning jagad raya.

Nalika semana Sang Begawan Kuntawibisana miyos ing pacrabakan. Sintenta ingkang lenggah caket munggwing ngarsa? Tuhu punika ingkang putra nata ing Singgela. Sumungkem ing ngarsane ingkang rama. Osiking penggalih, namung badhe nyuwun lunturing sih ingkang rama keparenga hambabar kajaten. Mila datan mobah datan mosik, tansah caket munggwing ngarsa rama. Kaya mangkana wijiling pangandika Begawan Kunta Wibisana.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

148 |
6 6 6 6 6 6 6 6 6 Han jrah ing kang pus pi ta a – rum 6.12 2 2 2 2 2 2 2 1.2 6.1.65 Ka - si li - ring sa mi ra - na mrik. 0ooo...

Wibisana: Kulup, kaki prabu. Padha raharja praptanira ing Condromanik?

Bisawarna: Angsal pengestunipun kanjeng Rama,raharja sowan kula. Sembah pangabekti kula konjuk ing papadanipun kanjeng rama.

Wibisana: Kaki Prabu, dak wawas kaya ada wigati sowanmu. Mara enggal matura kang trewaca.

Bisawarna: Sapengkeripun kanjeng rama lajeng mandhita ing mriki. Kula rumaos kidhung, cupet ing pangembating praja. Kula rumaos boten pantes ngembat Praja Singgelapura. Kula dereng saged mantep dados pangembating praja kados kanjeng rama duk ing uni.

Wibisana: Kulup, kaya wus ora kurang kurang pun rama anggone nandur kabecikan lan katresnan ing praja Singgela. Mula aja kuwatir yen sira bakal dicecamah dening para kawula kabeh ing Singgela. Dak baleni weling ingsun, jumeneng ratu mono kudu bisa hamong, hamot, lan hamemangkat.

Hamong: pangrengkuhmu marang kabeh kawula.

Hamot: Samodra dhasare nata, agal alus, ala becik kudu hamot. Hamemangkat: Seneng hanjunjung drajating liyan, nanging kudu hanetepi pangandika. Aja nyepelekake marang wong liya. Aja seneng netepake kaluputan yen durung cetha putusaning perkara. Wus tindakna apa kang ingsun ngendikaake.

Bisawarna: Mugi kula saged nindakaken wewaleripun rama.

Wibisana: Ingsun wus cukup anggone momong sira. Kaya dene godhong, pun rama wus rampung, pethil saka uwit. Woh2an wus mateng lan bakal diundhuh kang hanandur. Aja digetuni pun rama bakal dipundhut dening Jawata kang akarya jagad.

Bisawarna: Menawi rama badhe kondur dhateng kasedan jati, kula boten saged kantun rama.

Wibisana: Ora ngger, sira suwitoa marang nata Amarta. In gkono bakal entuk pangayoman. Wus enggala bali marang Singgela mesakna para kawula kang wus padha nganti anti kondurmu ngger.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 149 3 5.6 5.32 2 2.35 2.35 2 2.16 6.165 6... Se kar ga dhung ko ngas gan da nya. Ooo... 6.12 2 2 2 2 2 2 2 12. 1... 2.16.53 5.6 5.32 Ma - weh ra-ras re-na - ning dri - ya Oo ooooo oo oo

Bisawarna: Inggih rama, ngestoaken dhawuh, lan nyuwun pamit.

Kaya jinahit penggalihe Begawan Kunta Wibisana saungkure ingkang putra. Ugi Prabu Bisawarna tan pae penggalihe kalawan ingkang rama. Bebasan setindak mangu, setindak tumoleh. Jroning penggalih kaya rinujit rujit. Waneh waneh kang rinasa. Lampahe kumleyang, kekocoh waspane, samarga marga ngusapi waspa, nganti bengep netrane Prabu Bisawarna.Nanging dangu sayaning dangu, pinupus pepesthening driya, hanut pepesthening jawata linuwih. Pasrah marang pangwasaning jawata. Kacarita sapungkure ingkang putra, sang Begawan Kunta Wibisana, sedhakep ngeningaken pandulu.Wus patrap semedi Sang Gunawan. Saya dadi semedine. Jroning cipta, mung hangirup pangwsane ingkang raka, kang wus aneng jaman antara, yaiku Sang Kumbakarna prapta kumleyang gereng gereng.

“Heeeee,ajakaget,akukangtekaYayi...”.

Kumbakarna: Ora nyana ora ngimpi aku bisa ketemu karo kowe Wibisana. Wibisana: Kakang Mas, yektosipun kula ingkang melingaken paduka. Lenggah ingkang sekeca.

Kumbakarna: Wibisana, wus pirang pirang tahun anggonku ngupaya kowe yayiiii, nanging lagi iki ketemu.

Wibisana: Kula ingkang melingaken kakang Mas rawuh ing mriki.

Kumbakarna: Aku keduwung ora suwita marang Prabu Ramawijaya duk ing nguni. Nanging yen aku melu ateges aku ngucireng ing jurit. Digeguyu kawula sak jagad.

Saka pangrasaku aku ora nindakake kang ora bener ing garis kautaman. Ewadene aku koq tiba rekasa lan sangsara.

Wibisana, dak critani, sawise aku bebarengan karo para kadang Alengka Diraja, arep munggah swarga dimulya. Lha koq tekan Sela Matangkep dibalekake karo dewa lan didhawuhi mandheg aneng Swarga Pangrantunan. Kakang Dasamuka nerusake anggone murka. Aku pilih misah wae. Bebasan kleyang kabur kanginan: ngalor, ngidul, ngetan. Mula Wibisana, mung kowe kang bisa nyuwargaake aku. Wis aku manut karo kowe Yayiii...

Wibisana: Kakang Mas, badhe kula tulungi. Wekdal menika Jawata badhe ngandhapaken nugroho kamulyaning jagad. Sesarengan kaliyan menika kang mas saged dumugining sedya. Sampun wancinipun kakang Mas Kumbakarna pikantuk pitulungan saking pangwasaning Jawata.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

150 | MENGENALKAN

Kula aturi tindak piyambak dhateng wana Duryapura. Jengandika hangadhanga wonten ing marga catur. Mangke menawi wonten satriya ageng luhur, gagah prakosa tur bagus, menawi lumaksana mawa prabawa angin, kekasih raden Werkudara. Ing riku kula aturi nunggil sajiwa kaliyan satriya menika. Nanging kangmas Kumbakarna namung saged dumunung wonten ing wentisipun. Bebasan Kang Mas ngemladheyan ing hangganing satriya wau. Ing benjing saged sesarengan minggah swarga dimulya.

Kumbakarna: Wha dhaalah. Lega rasaning atiku Wibisana. Wis Yayi pun kakang pamit, dak mangkat, dak upayane pituduhmu Yayiiii,,,

Kocap kacarita, saungkure yitmane Raden Kumbakarna, sang Kunta Wibisana saya seru pameresing rasa. Kang cinipta, hamung anggenira hangundang kadang catur kang dumunung haneng jroning angga. saking mantheng pesuning cipta, atemah sumuk jroning rasa, mahanani getering hadnyana. Ana kedher jumegluk jroning angga, nganti mesat kadang catur warna. Gumleger swarane samya prapteng ngarsa.

Buta/Kewan: Kula wonten dhawuh pukulun nimbali kula sakanca marak sowan?

Wibisana: Mulane kowe kadang catur padha dak timbali, marga wus wancine sira kudu padha pisah kahanan kalawan ingsun. Baliya marang asal ira dhewe dhewe. Mlakua marang gunung Mahendra ing kana bakal ana satriya kang bisa ngruwat kowe kabeh bali marang asal mulanira. Buta/Kewan: Kula boten purun pisah kaliyan panjenegan. Panjenengan saged dados kondhang kaloka ing jagad pramudhita rak margi kula kadang Catur Warna ndherek wonten angga panjenengan. Jangan habis manis sepah dibuang Sinuwun????

Wibisana><Catur Warna : perang...

Kocap kacarita kaya mangkana. Saungkure kadang catur warna kang wus pisah saka angga, Sang Begawan saya mantheng pamelenging cipta, kang ginayuh muhung den nirarsa hamurweng angga. kepareng saka pangwasaning jagad, kadi pinulung ing jawata, ilang saka pandulu. Jumeglug ing antaraiksa pratandha pangurmataning jagad marang pandhita suci.

E. Gara gara

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 151

MENGENALKAN

Sang saya dalu araras

2.321

Ti -

sonya tengah

Lumrang gandaning

Ka

Sang Dwijawara mbre

kang lintang kumedhap

Lir swaraning madu brang

Ma nung - sung sarining kem - bang. Ilir

Gara gara Makutha Rama

A. Rutten – Bernardus

Rutten: Ada apa malam ini?

Bernardus: Saya mendapat undangan sebagian alumni SMP Domenico Savio pada kumpul merayakan Natal 2014, menyambut Tahun Baru 2015.

Warto: Juga mensyukuri 40 tahun mantan guru dan Kepala Sekolahnya, yaitu Br. Frans Sugi FIC yang telah setia hidup membiara selama 40 tahun.

Rutten: Luar biasa semangat mereka.

Bernardus: Saya juga gembira bersama mereka malam ini.

Dyah Ayu: Der Der...mana ta Br. Frans Sugi itu?

Warto: Lha di mana ya? Coba cari dengan ilmu penerawanganmu itu.

Yenny: Lah gitu saja buat repot, gunakan penerawangan segala. Ini lho orangnya yang duduk mbedheges bersila depanmu ini.

Dyah Ayu: Oooo dalange ta?

Widodo: Aneh ta ya? 40 tahun itu harus ditanggapke wayang kulit, koq malah disuruh mendalang.

Franky: Ini rahasia ya Widada. Gratis! Dalange ora dibayar!!!

152 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
abyor
1 1 1 1 1 1 6.1
ti
we - ngi 2 2 2 2 2 2 2 2
pus pi ta 235 5 5 5 5 5 5 3.5 1.612
- renggwaning pu – dya – ni - ra. Oooo... 2 2 2 2 2 2.1 6
nge - ngeng 561 1 1 1 1 1 1 6.1
= ta 2 1.2 1 1 1 1.6 5
–ilir....

Irwan: Ya, meskipun tidak dibayar, dia itu hobinya kan mendalang. Suruh mayang 3 malam yang seneng melulu.

Bambang Widjanarko: Ngrawuhkan sekian tamu ini piye caranya? Coba ada guru/karyawan, pensiunan, orangtua, dalang2 sekitar Smg, kenalan alumni, para bruder?

Yenny: Ada undangan resmi, SMS, facebook, BBM...

Bernardus: Bagaimana dengan biaya penyelenggaraan ini?

Giwal: Inilah hebatnya Bruder. Alumn i DomSav pada bantingan dengan apa yang dipunyai. Solidaritasnya benar benar nyata.

Kartika: Betul Der. Begitu mendengar ada hajatan ini, terus secara spontan ngatakan: saya konsumsi 100; saya snack 150; 150 wedang ronde; 150 nasi kotak. Saya transfer saja untuk beli kacang godog...

Yenny: Biasanya Dewi van Pengapon sudah mejeng dengan senyumnya yang khas. Di mana dia?

Dyah Ayu: Kata Irwan hari hari ini masih umroh di tanah suci.

Tommy: Puji Tuhan! Alhambulliah! Sepulang ke tanah air sudah menjadi haji mabrur.

Frans: Berterima kasih atas perhatian dan dukungan Kalian, para mantan murid DS. Selama 3 minggu punya ide dan malam ini terwujud. Terima kasih kemurahan hati Kalian. Maaf kalau dulu masih bersama di DS dirasa galak.

Kel Besar SMA DB dengan aula gratis.

Bu Ani dengan debognya yang bagus.

Tim Kerawitan SEMERU LARAS di bawah komando F.X. Suroko

Para bruder.

Romo

Kenalan dalang

Pramuka MNPK

B. Semar-Gareng-Petruk-Bagong Bagong keluar mengatakan, “Pengumuman: para tokoh semua yang sekarang sedang pentas dimohon meninggakan tempat dengan hormat. Segera akan diganti dengan Semar-GarengPetruk-Bagong yang juga ingin pada seneng. Harap segera diindahkan! Pegumuman selesai!”

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 153

MENGENALKAN

(Semar Gareng Petruk Bagong sudah muncul di panggung)

Gareng: Sinten nunggang sepur...

Petruk: Visi Misi...

Semar: Suwe ora jejamu ...

Semar: Kowe apa Gong?

Bagong: Ngomando!

Bagong: Beberapa sedulur udah pesan akan menyumbangkan

kepiawaiannya berolah suara.

Br. Giwal...

Br. Slamet...

Br. Bambang... khusus spesialisasinya Dhang Dhut...

Pak Rusyadi

Alumni...

Tim Semeru Laras: Slendang Biru, Nyidam Sari, Sri Huning, Sluku

Bathok...

F. Pertapan Kutharunggu

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Meh rahina semubang Hyang Haruna

3532 2 2 2 2 2 2 2 12

Ka - di netraning angga ra - puh

3 3 3 3 3 3 3

Sabdaning ku ki la ring

356 6 6 6 6 6 56 2.123

Ka - nigara ka-ke – ter. Ooooo....

3 3 3 3 3 2.3

Kinidunganing kung

6 12 2 2 2 2 2 2 2 321

Lir wuwusing pinipanca. Ooooo ...

612 2 2 2 2 2 2 12 3216

Pepetoking a yam wa na. Ooooo...

154 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Lah ing kana ta wau, lulus raharja lampahe Sang Dananjaya. Ganti kang cinarita, kang ana ing sapucaking wukir Suwelagiri, ya ing pertapan Kutharunggu. Yeku pandhita kaelokaning jawata, ingkang kinawasa hamedharaken wahyuning kraton. Sintenta bebisike Sang Wiku Dibya? Awewisik Begawan Kesawasidi. Nyata pandhita ingkang putus marang saliring guna pangawikan, bebasan weruh sadurunge winarah, tan samar sa obah osiking rat. Kena ingaranan pandhita minulya ing jagad. Luhuring asma Sang Resi Kesawasidi wus kawentar, labet ngennya tansah mranata dhateng para siswa dennya hanggayuh indhaking kawruh, hangudi indhaking ngelmi hanjog dhateng marganing kautaman. Tata luhuring budaya miwah bobot drajating panembah datan tinilar. Saben wisma sinung sanggar pamujan sinartan sasana panembah mring Gusti. Nalika semana Risang Maha Wiku lenggah munggwing pacrabakan, hanampeni pisowanira juru kunci gunung Kutharunggu, pandhita ing Gebalsada, inggih sinebat Kendhalisada, peparap Begawan Anoman, Ramadayapati, Senggana, Maruti, Mayangkara, inggih sang Bayusiwi. Sang Begawan Kapiwara prapta mundhuk mundhuk.

Katingal tebih ingawe, celak wus rinaketaken, kepareng lenggah munggwing ngarsane Sang Maha Wiku Dibya. Kaya mangkana wijiling pangandika Begawan Kesawasidi, “Anomaan,majuwalungguhmu,dikeparengkene.”

Kapiwara: Kawula nuwun sendika dhawuh.

Kesawasidi: Anoman, paran sira padha raharja?

Anoman: Angsal pangestunipun Sang Mahayogi, raharja lampah kula. Pangabekti konjuk.

Keswasadi: Kadi paran pawartane, anggonira rumakesa gunung Suwelagiri?

Anoman: Kula sakadang para cantrik sampun kelampah njagi sukuning Suwelagiri. Wonten prajurit Astina, tetindhihipun Dipati Karna nedya minggah dhumateng Kutharunggu. Kula trenggalani boten purun angsul. Mila dados pancakara lan Adipati Karna duka yayah sinipi. Kunta Wijayadanu kalepasaken, saged kula saut. Lan punika wujudipun.

Kesawasidi: Sun pirsani, apa bener Kyai Wijayadanu.

Kesawasidi: Jagad dewa bathara. Kepara nyata, iki wasiyate Prabu Karna. Mungguh kang dadi karepira kepriye Anoman?

Anoman: Menawi saged kaparingaken dhumateng para Pandhawa. Saged nambah santosaning para Pandhawa lan ing Baratayuda saged unggul jayanipun.

Kesawasidi: Ora jumbuh karo penggalih ingsun. Para kadang Pandhawa ora bakal gelem nampa marang paweweh kang nistha iki. Wong melik darbeking

TOKOH WAYANG: Frans Sugi,

MENGENALKAN
FIC | 155

liyan itu nistha. Nistha dadi kembanging rusak. Dadi sira iktu nuntun karusaking

Pandhawa metu dalan kanisthan. Wong murid murid Domenico Savio koq diajak tumindak nistha.

Wau ta, eca denira sami imbal wacana, kasaru praptane Sang Harjuna minggah ing pertapan Kutharunggu.

Kesawasidi: Radeen, padha raharja praptanira ing ngarsaningsun?

Janaka: Angsal berkah pangestunipun Sang Tapa, raharja lampah kula. Pangabekti kula katura.

Kesawasidi: Mangkih ta raden, boten ateges nambuh, kula nyuwun pirsa sinten panjenengan menika?

Janaka: Kula saking praja Amarta, sedya kula hanuhoni wasitaning jawata badhe nyuwun andhaping wahyu kraton, ingkang sinebat Pakem Makutharama. Dene ingkang sudi hamastani kula pun Harjuna. Kepareng kula nyuwun pirsa menapa menika pertapan Kutharunggu lan paduka ingkang wewisik Begawan Kesawasidi?

Kesawasidi: Ora kleru raden, yaiki pertapan Kutharunggu lan aku ingkang wewisik Begawan Kesawasidi. Koq Janaka bisa munggah ing Kutahrunggu, iki papan kang gawat keliwat liwat?

Janaka: Sang Tapa, ewuhing margi saged kula lampahi kalayan kencenging tekad, santosaning budi, sarta kapitadosan bilih Gusti ingkang akarya jagad badhe paring kanugrahan dhumateng titah ingkang tansah adreng ing panyuwunan.

Kesawasidi: Hoong Sang Hyang Jagad Wisesaning Tunggal. Kulup Arjuna, sayekti mung sira satriya kang kinawasa nampani wahyuning praja. Mula iki tampanana wujude jemparing Kunta Wijayadanu, pusakane kakangira Karna. Ing besuk dadi srana ungguling perang baratayuda Jaya Binangun, wusanane bisa ngukup kamukten ing praja Astina.

Janaka: Menawi menika nama wahyuning kraton, tinimbang kula nglampahi kanisthan, haluwung Kunta Wijayadanu katamakna jajanipun Janaka, sageda sirna ing wekdal menika ugi.

Kesawasidi: Anoman, apa sira miyarsa ucape Arjuna?

Anoman: Inggih Sang Tapa, kula nyadhong deduka ingkang ageng.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

156 | MENGENALKAN

Kesawasidi: Anoman, kaya wus rampung apa kang dadi karyanira, sira ingsun lilani bali lawan para putra Pandhawa. Basuki lakunira kabeh.

Anoman: Kawula nuwun Sang Maha Yogi, kula nyuwun pamit, mugi kantuna raharja.

(Anoman budhal medal...)

Kesawasidi: Raden, sayekti mung sira satriya ingkang kinawasa hangasta kuncining kamulyan. Mara mirengna ingsun jarwani mungguh kang diarani

Pakem Makutharama, iku ora wujud, hananging mung sipat wewangson. Pakem Makutharama dianggep makuthaning krajan dening Prabu Ramawijaya ing uni sinebut Asthabrata.

Tegese sapa wae kang jumeneng narendra, yen ora bisa netepi Asthabrata, ora kena ingaran Ratu kang mawa makutha. Kosok baline, sanadyan wong lumrah, yen bisa hanetepi Asrthabrata, iku dianggep manungsa kang mawa makutha.

Janaka: Inggih panembahan, mangga kula aturi ndhawuhaken dhumateng pun Parta.

Kesawasidi: Mungguh wijange marma aran Asthabrata. Astha iku wolu, brata iku laku. Laku wolu kang tuwuh saka gumelaring jagad iki, kang dadi dhasaring Narendra.

SIJI Narendra kudu bisa nuhoni wataking Surya. Pakartine hamadhangi jagad raya, hanguripi sagung dumadi. Dadi ratu kudu bisa dadi tuk ing pepadahang tumrap saisining praja, sarta sakabehing tindak miwah pranatane; kudu dadi sumbering panguripan lan kamulyaning para kawula.

LORO Narendra kudu bisa netepi wataking Rembulan. Pakartine weweh pepadhang ing mangsa peteng; sorote hayom, hangayemi. Ratu kudu bisa weweh pepadhang ing praja, ingkang lagi nandhang pepeteng. Sarta kudu tansah bisa hakarya ayeme atine wong sanegara.

TELU Narendra kudu bisa netepi wataking Kartika. Pakartine dadi pasren ing antariksa, dadi pandom panengeraning mangsa kala lan keblat. Ratu kudu bisa dadi puser pasrening praja, tuk ing kasusilan lan kabudayan kang adiluhung; sarta kudu bisa dadi tepa palupi miwah pancering keblat para kawulane kabeh.

PAPAT Narendra kudu bisa netepi wataking Mendhung. Pakartine dadi girise kang samya humiyat, tumibaning udan dadi sarananing tumuwuh. Dadi ratu kudu duwe pangaribawa, nanging kabeh mau kudu dadi srana kamulyan lan katentremaning kawula.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 157

MENGENALKAN

LIMA Narendra kudu bisa netepi wataking Bumi. Pakartine santosa, lan suci. Ratu kudu santosa ing budi, ora kena miyur kapanduk ing rembug manise wong kang wadulan, kudu tansah suci, sarta nyata ing sakabehing pangucap lan tumindak ing sabarang.

ENEM Narendra kudu bisa netepi wataking Samodra. Pakartine jembar tanpa wates, kamot momot hamadhahi sadhengah perkara. Ratu kudu jembar rasa budine, tanpa mbedaake sadhengah titah. Kawula sing apik lan sing elek kudu digatekake. Dadi keranjang sampah kanngo para kawula.

PITU Narendra kudu bisa netepi wataking Geni. Pakartine hamasesa tan pilih warna, migunani ing manungsa. Bisa matrapake pidana marang kang perlu kawisesa. Ora mawas kulawarga, kulit daging, sakabehing piala, lan memalaning negara, kudu kasirnaake kanthi adil.

WOLU Narendra kudu bisa netepi wataking Angin. Pakartine maratani sabarang panggonan, mintir tan ana pedhote. Ratu kudu tumindak maratani mring saisining praja. Kabeh bisa kasrawung, sanadyan papan kang ndhelik, kabeh kawuningan dening ratu. Tansah mintir tan ana pedhote anggone menggalih lan tumindak kanggo kawulane kabeh.

Arjuna kaya wus cukup apa kang dadi wedharan ingsun.

Janaka: Sang Tapa, kados kraos sumeblak raosing manah kula, pindha wulan purnama. Mugi mugi kula sageda ngestoaken dhawuh Sang Maha Wiku.

Kesawasidi: Janaka, wayahira besuk kang mengku wibawa ngger. Kaya wus rampung, sira ingsun lilani mundur saka ing kene. Ingsun titip Kyai Wijayadanu aturna kadangira Karna, iki balekna. Ing weku iki Kurawa isih padha pacak baris ing sukuning Suwelagiri.

Janaka: Inggih sang Tapa, kula nyuwun pamit lan nyuwun pangestu raharjaning lampah.

Kesawasidi: Iya Arjuna, jaya saparanira.

Waaau ta, sapengkerira Risang Permadi, Sang Begawan Kesawasidi kari hanggana raras. Duk semana wus paripurna pakaryane sang Maha Yogi. Karsanira arsa rucat sesinglon. Sigra lukar busana kapandhitan, hangrasuk busananing keprabon. Sirnawarnaning Sang Begawan, sawantah babar Nata ing Dwarawati, Prabu Sri Bathara Kresna.

2 2 2 2 2 2 2

Pa da ning ar ga ka wur yan.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

158 |

Kresna: Ya jagad dewa bathara, ya jagad pramudhita. Adhuh adhine pun kakang yayi Dananjaya. Sayekti si adhi tan wruh marang sejatining pun kakang. Ya mung sira yayi, satriya kang kawasa nampani wahyu kamulyaning rat. Ya mung kang santosa wae yayi, marang ngendi wae paran mu, mesthi sun jampangi.

Kayonan...

Karna: Mengko ta yayi, praptane si adhi ana ing kene iki, mentas saka manca praja, apa mung lelana ing madyaning alas wae?

Janaka: Kula nembe saking pucaking wukir Sawelagiri, sowan ingkang minulya ing jagad, sang Begawan Kesawasidi, pertapan Kutharunggu. Wigatosing sowan kula kautus Sang Maharsi kinen hangaturaken wangsul wasiyat agem paduka Kyai Wijayadanu.

Karna: Kene dak tampa Wijayadanu. Aduh yayi mbok menawa ora ana satriya ing salumahing bawana kang kaya si adhi luhure budi. Apa sowane Dhimas Janaka uga nyuwun udhuning wahyu kamulyan?

Janaka: Kawuningana kaka Adipati, mapan pisowan kula dhumateng Sang Wiku, jalaran kula nuhoni wasitaning jawata. Terangipun Pakem Makutharama sampun kula tampi.

Karna: Marma kebeneran banget dene si adhi wus entuk karya, pun kakang mung melu hangempek, minta sa turunan saka si adhi kanggo rakanta ing Astina.

Janaka: Kula ajrih sesikuning jawata, mila boten saged ngaturaken. Sengkuni: Kados pundi menawi kalih turunan wonten anak mas Madukara, saturunan wonten Ngastina, punika sampun prayogi sanget.

Janaka: Pamaan, ajrih kula dhateng jawata, kapeksa boten saged ngaturaken.

Karna: Tinimbang gagar wigar tanpa kukupan, yen rong turunan meksa ora kok wenehake, prayoga turun telu, dak jaluk marang Astina. Tontonen kadang kadangmu Kurawa semene akehe kang ana ing ngarepmu. Yen wangkot bisa uga tan becik dadine.

Janaka: Arjuna boten sedya nampik, awrat sanggemanipun. Tetep boten badhe kula aturaken.

Karna: Yen turun lima ya ora kok paringake?

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 159 3 3 3 3 3 32 1 2.... A na ra re ru bung ru bung. Ooooo

Janaka: Sanadyan turun pitu pisan, boten badhe kula aturaken. Saged mulung yen sareng pecating nyawa kula.

(Kartamarma, Dursasana lsp. Kawon sedaya. Karna ugi kawon)

Kumbakarna: Eeee..lha dhalaaa...ya dewa batharaning jagad. Wus lawas anggonku dumunung ing kene. Parandene ora ana wong liwat kang aran Bratasena. Apa goroh ujare lan pituduhe adhiku Wibisana ya? Yen goroh kok ya kebangeten temen. Wus kaya mangkene lelakonku, kok isih kena pengapus. Hehehe... dewa, aku njaluk tekane Bratasena. We lha dhalaah, sajrone aku rerasan iki kok ana angin sumilir. Angin gara gara apa iki? Whowwawa...kok angine saya gedhe...prabawa apa iki?

Waau ta, sangsaya meses lakuning maruta, nempuh marang sarirane Harya Kumbakarna. Kayu kayu kang padha katrajang, akeh kang pokah kasulayah. Pang panging kekayon akeh kang padha kabuncang, pating palesat. Nggereng swaraning kanang angin; pating jarethot swaraning kayu tumempuh lawan uwit. Sayekti iku pangaribawane satriya Panenggak Pandhawa. Nalika samana wus cedhak lampahe Sang Sena, lawan dununge Sang Kumbakarna. Yekti datang pirsa sangkaning bilahi, Kumbakarna katrajang lampahe Sang Sena.

Werkudara: Heeey, iki buta apa? Kok ngaglah ana satengahing dalan. Ngakuwa, sapa jenengmu? Mumpung durung kebacut. Lan saka ngendi dhangkamu?

Frans Sugi,

160 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC
G. Strat Werkudara >< Kumbakarno 2 2 2 2 2 2 2 Padaning arga kawuryan 3 3 3 3 32 1 2.... Ana rare rubung ru – bung. Ooooo
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Bu – ta Pan – dha – wa ta – ta ga – ti wi – sa – ya. 3 3 3 3 3 32 1. 2.... In dri yak - sa ma ru ta. Oooo....

Kumbakarna: Heee, bojleng bojleng eblis laknat jeg jegan turut jogan. Hahahaa...lagi iki aku nemoni manungsa kang kaya mangkene. La wong ngidak liyan, ora ngrumangsani luput kok malah nesu. Aku Kumbakarna.

Werkudara: Aku Bratasena, panenggaking Pandhawa, saka Amarta. Kowe buta minggata, aja klekaran ana dalan. Yen ora minggat klakon dak untabake marang kahyangan Bathara Yama.

Kumbakarna: Kumenthus temen kowe haa, aku kang rumeksa alas kene. Kowe kang kudu minggat!

Werkudara: Gelem aku bali yen bareng karo nyawamu.

Kumbakarna: Manungsa ora tata krama hadigang, hadigung, hadiguna. Dak untal malang klakon!

Wau ta, Harya Kumbakarna wus kena kaumbulake, nganti ngungkuli mustakane Harya Sena, arsa binanting, awas pandulune Harya Kumbakarna. Katon ana bale edi munggwing sarirane Sang Sena. Enget welingipun ingkang rayi Begawan kunta Wibisana, ciptane mung denirarsa humanjing. Kaya mangkana wijiling pangandika Sang Kumbakarna.

Kumbakarna: Aku arep kok kapaake?

Bima: Dak pateni. Mara tampanana kuku pancanaka, mrodhol wadhukmu. Kumbakarna: Kuku banyu, mangsa tedhasa kulitku. Hayooo tamakna!

Legeg penggalihe Sang Sena, dupi mengsahira tan katingal. Tansah mulat kanan mulat kering, nulya kapyarsa ana swara , Heee Werkudara, aja kaget atimu. Yektine aku wus manunggal ing sariramu. Njegreg, ngadeg wulune Sang Sena. Geter sarirane. Miris jroning rasa kamigilan. Cancut taliwanda, jumangkah lampahe Sang Bima.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 161

162 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

BAGIAN IX: MANDARAKA

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 163

MANDARAKA: SALYA, RADEN RUKMARATA, PATIH TUHAYATA

Salya: Kakang patih, wis sauntara tri madya candra ing palungguhan iki, apa ora ngupadi sisik melik ana ngendi dununge putri kedhaton Mandaraka si Nini Erawati. Luwih luwih jeneng ingsun wis nganakake sayembara. Murih cepete si Erawati bisa ketemu lan bali ing kraton Mandaraka.

Patih: Inggih sinuwun boten kirang kirang anggenipun ingkang abdi budidaya, wiwit saking kitha dumugi padesan, boten kacicir kang abdi madosi. Boten kirang kirang para narendra ingkang sami nglebeti sayembara menika, ananging gagal wigar tanpa karya. Kapetang anakmas Kurupati. Rukmarata: Kanjeng rama, kasinggihan lan leres menapa ingkang dipun aturaken pun Patih Tuhayata.

Salya: Kakang patih Tuhayata lan Rukmarata putraku.Apa klakon Erawati iki ora ketemu lan bisa bali menyang Mandaraka? Ingsun prasetya, sapa wonge ora lanang ora wadon, ora tuwa ora enom, agama apa wae, yen bisa nemokake nini Dewi Erawati, yen lanang bakal ndak pek mantu, yen putri tak dadekake sedulur sinarawedi.

(Ada ada Buta tata galena …)

Pocapan: praptane Begawan Wasijaladara gumrojog tanpa larapan…

Salya: Nuwun sewu kisanak. Panjenengan minggah setinggil tanpa katimbalan. Panjenengan menika sinten lan saking pundi?

Wasijaladara: Inggih sinuwun, kula menika Begawan Wasijaladara saking pertapan Argasonya utawi Ngrewantaka.

Salya: Nyuwun sewu Sang Wiku panjenengan minggah setinggil binatarata negari Mandaraka wonten kersa manapa?

Wasijaladara: Pawartos kabendunging karna, paduka ngawontenaken sayembara ngupadi sekar kedhaton kusumaning ayu Dewi Erawati. Lha mbok bilih kepareng, ingkang abdi badhe nglebeti sayembara menika.

Salya: Lha panjenengan badhe nglebeti sayembara, menapa saged Sang Wasi?

Kathah narendra kondur boten sami angsal damel.

Kakrasana: Bok menawi Gusti ingkang akarya jagad paring berkah, kula inggih saged Sinuwun. Inggih sinuwun kula nyuwun pamit.

164 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

A. Strat: Kakrasana, Narayana, Permadi, Petruk, Bagong.

Narayana: Kados pundi kakangmas angsal nglebeti sayembara?

Kakrasana: Uwis, dhimas. Nanging aku saiki dadi bingung.

Permadi: Bingung kados pundi kakangmas.

Kakrasana: Lha malinge ki sapa, lan ana ing ngendi. Tuwas aku wus kebacut saguh.

Narayana: Inggih kakangmas, miturut petangan kula, ingkang dipun kersaaken maling aguna menika boten namung Dewi Erawati. Kapetang Dewi Surtikanthi, inggih Dewi Banawati. Mila saking menika kakangmas, saking pamanggih kula, dalu mangkih maling aguna badhe nyidra Dewi Surtikanthi.

Kakrasana: Whhhhe lha dalah ora susah nggoleki malinge wus teka dhewe.

Narayana: Inggih kakang mas, sanadyan maling dhateng piyambak, kakangmas boten badhe nyumurupi, awit maling menika badhe lampah lembat, matek aji panglemunan.

Kakrasana: Yen, ngono aku wurung rabi ya dhimas?

Narayana: Boten kakangmas, ingkang saged paring pambiyantu menika dhimas Permadi.

Permadi: Inggih kakangmas kula sagah. Kula nyuwun dalu mangkih kakangmas

Kakrasana lan Narayana jagi wonten sakpinggiring Taman Kaputren Mandaraka. Mangkih menawi kula mlajar, kakang Kakrasana enggal nututi kula. Kakrasana: Ya wis aku kari manut iguh pertikelmu.

Mantra

Dalam uraian di atas disebutkan bahwa mantra adalah salah satu wujud dari sastra lisan. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mantra? Mantra ialah kata kata atau kalimat kalimat yang bila diucapkan dapat mendatangkan hikmat dan kekuatan gaib. Kata kata atau kalimat kalimat ini biasanya hanya diucapkan oleh orang orang tertentu seperti dukun atau pawang. Tidak setiap orang boleh mengucapkan mantra, karena kesalahan dalam pengucapan kata atau kalimatnya dapat mendatangkan bahaya. Dan lagi ada semacam ketentuan: kata kata atau kalimat kalimat tidak boleh ditukar tukar tempatnya dalam pengucapan. Bila terjadi pertukaran tempat kata kata atau kalimat kalimat dalam mantra, maka

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 165

daya atau kekuatan gaibnya dapat luntur atau hilang. Kapan saat mantra boleh diucapkan dan cara mengucapkannya pun harus dijaga sebaik baiknya.

Mantra pada dasarnya menghubungkan manusia dengan dunia misteri. Mantra merupakan alat dalam usaha membujuk dunia misteri, atau sebaliknya agar dunia gaib yang penuh misteri untuk tidak melakukan sesuatu terhadap manusia tertentu. Sesuai dengan sifat mantra sebagai penghubung antara manusia dan dunia misteri, mantra sebenarnya mempunyai dua dunia yang berbeda. Padanya ada alam manusia dan alam misteri. Mantra mesti mempunyai kekuatan magik yang didapat dengan permainan bahasa, yang biasanya dengan melalui perulangan bunyi, kata dan struktur dan ketiganya mesti berjalan bersama. Di samping itu mantra mengandung dua hal yang bertentangan, yakni rayuan dan perintah. Permintaan yang merayu rayu biasanya dicapai dengan pemborosan pengucapan bahasa yang didapat melalui berbagai pengulangan. Hal ini akan dapat melemahkan hati makhluk gaib itu, atau diharapkan demikian. Bila ia telah lemah, ia dapat diperintah untuk melakukan sesuatu. Untuk menjaga agar kekuatan gaib dan daya hikmat dalam kata kata atau kalimat mantra tetap terjamin dan bisa lestari, maka dibutuhkan tukang ucap mantra. Tukan ucap mantra disebut pawang.

B. Pawang dan Tugasnya

Pawang ialah orang yang pandai dalam beberapa hal yang bersangkut paut dengan pemujaan terhadap makhluk halus. Di dalam kehidupan bermasyarakat pawang mempunyai tugas antara lain:

1. Sebagai pemimpin dalam segala hal yang berhubungan dngan makhluk halus. Jadi seolah olah ia sebagai perantara manusia dengan makhluk halus. Misalnya sebagai pemimpin dalam selamatan, pemimpin upacara bercocok tanam, dalam berlayar, dalam berburu, dalam memindahkan roh halus dari tempat tinggalnya dsb. Maka menilik keahliannya terdapat bermacam macam pawang: pawang gajah, pawang perahu, pawang harimau, pawang air dsb.

2. Sebagi dukun yang memiliki tenaga gaib yaitu dengan mantra mantranya, doa doanya ia mengobati orang sakit, menjauhkan gangguan gangguan dari roh jahat, pembawa doa dalam perkawinan, kelahiran dsb.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

166 |

3. Sebagai kepala adat dan hakim dalam perselisihan.

4. Sebagai tukang cerita atau pelipur lara.

5. Sebagai juru bahasa, sastra dan budaya.

Oleh karena dalam melaksanakan tugas itu pawang selalu mengucapkan mantra mantra, doa doa atau ucapan ucapan sakti lainnya, maka pawang memegang peranan penting dalam kesusastraan lama. Dengan demikian pula jelaslah pengaruh pawang terhadap kehidupan masyarakat pada waktu itu.

C. Contoh-contoh Mantra

Masyarakat zaman purba hidup dalam suasana takut kepada roh yang menurut anggapan mereka bersarang di mana mana. Untuk memelihara hubungan dengan orang menggunakan mantra mantra, doa doa, sumpah dan serapah dalam kata kata pilihan, bentuk dan cara pengucapan yang tetap. Untuk setiap keperluan hidup ada mantra atau doa tertentu. Sehubungan dengan bermacam macam keperluan hidup tersebut di bawah ini diberikan beberapa contoh mantra.

Mantra Menaburkan Benih

seri Dangomala, seri Dangomali hendak kirim anak sembilan bulan, segala inang, segala pengasuh, jangan diberi sakit, jangan diberi demam, jangan diberi ngilu dan pening, kecil menjadi besar, tua menjadi muda, yang tak kejap diperkejap, yang tak sama dipersama, yang tak hijau diperhijau, yang tak tinggi dipertinggi, hijau seperti air laut, tinggi seperti bukit kaf….. !

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 167

Mantra ini diucapkan seseorang pada waktu akan menaburkan benih agar roh penjaga benih memberikan keuntungan. Seri Dangomala Seri Dangomali tentulah yang dimaksud ialah roh halus yang menguasai tanaman tanaman. Di Jawa kita mengenal Dewi Sri sebagai pelindung tanaman. Mereka sebagai tempat mempercayakan bibit bibt yang disemaikan itu dan kepadanyalah diserahkan penjagaan bibit bibit yang masih muda supaya dipelihara dan dirawat agar jauh dari segala penyakit. Hendaknya semua itu tumbuh bersama sama merata dan menghijau, jangan sampai ada satu jua pun yang rusak.

Mantra untuk Menyadap Nira

Assalam ‘alaikum, Puteri si tokong beser, Si gedabah mayang, Puteri tujuh, Dara dang mayang. Mari kecil ke mari. Mari seni ke mari Mari burung ke mari Mari halus ke mari Aku memaut lehermu, Aku menyanggul rambutmu, Aku membawa sadap gading, Akan membasuh mukamu, Sadap gading merancung kamu, Kaca gading menadahkanmu, Kolam gading menanti di bawahmu, Bertepuk bercekar di dalam kolam gading, Kolam bernama maharaja bersalin.

Mantra tersebut diajarkan oleh pawang kepada tukang sadap nira kelapa yang ditujukan kepada roh roh halus yang bersemayam di pohon kelapa. Dalam kepercayaan nenek moyang kita yang masih bersahaja, tiap tiap sesuatu ada penguasanya, yang merupakan jiwa halus atau penghuninya, dan jiwa halus itu

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

168 | MENGENALKAN

menghendaki perlakuan yang sepatutnya, apabila kita ingin mengambil sesuatu daripadanya. Kalau pengambil nira tidak pandai mengambil hatinya, dikhawatirkan orang halus atau roh yang ada di pohon nira itu akan merajuk, marah dan tak sudi mengeluarkan air niranya. Sebab itu mereka harus diperlakukan dengan berhati hati.

Mantra Memancing Buaya

Hai si Jambu Rakat, sambut pekiriman, Puteri Runduk di gunung Ledang, Ambacang masak sebiji bulat, Penyikat tujuh penyikat, Pengarang tujuh pengarang Diorak dikumbang jangan, Lulur lalu ditelan, Kalau tidak kausambut, Dua hari, jangan ketiga, Mati mampek, mati mawai, Mati tersadar pangkalan tamabang. Kalau kau sambut, Ke darat kau dapat makan, Ke laut kau dapat minum, Aku tahu asal kau jadi, Tulang buku tebu asalkan jadi, Darahkan gula, dada kau upik, Gigikan tunjang berembang, Ridapkau cucutan atap.

Mantra di atas diucapkan pada waktu seseorang menyiapkan umpan untuk memancing buaya yaitu seekor ayam yang ditusuk dengan nibung dan diberi tali. Isinya membujuk supaya buaya mau memakannya dan tidak akan mati amat sengsara. Orang yang sering bepergian ke hutan kadang kadang dihinggapi rasa takut kepada harimau. Inilah mantranya agar harimau tidak berbahaya terhadap mereka.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 169

Hai, si Gempar Alam, Gegap gempita, Jarum besi akan romaku, Ular bisa akan janggutku, Buaya akan tongkat mulutku, Harimau menderam di perigiku Gajah mendering bunyi suaraku, Suaraku seperti bunyi halilintar, Bibir terkatup gigi terkunci, Jikalau bergerak bumi dengan langit, Bergeraklah hati engkau, Hendak marah atau hendak membinasakan kepadaku.

Dalam mantra di atas ditunjukkan seolah olah manusia lebih kuat, lebih perkasa daripada harimau dan roh yang ada dalam diri harimau tidak membahayakan hidup manusia. Di sini menunjukkan bahwa pawang tidak selamanya berlaku lemah lembut, membujuk, merayu saja. Ada kalanya pawang menghardik, membentak dan dengan irama yang kuat tegang dan lantang.

Begitulah beberapa contoh mantra yang digunakan sesuai dengan situasi atau tujuan yang akan dicapainya.

D. Penyebaran Mantra

Drs. Tamsin, dosen FKSS IKIP Padang mengungkapkan bahwa dari segi bahasa mantra adalah suatu hasil budaya masa lalu masyarakat Minangkabau. Tetapi mantra sebagai hasil budaya masyarakat masa lalu tidak mencapai perkembangan mutakhir, meskipun sampai saat ini masih terdapat pemakaian mantra di tengah tengah masyarakat Minangkabau. Ada semacam asimilasi dalam masyarakat Minangkabau (lama) antara bahasa dan kepercayaan. Misalnya kata ketumbuhan (sebutan orang tempo dulu di Mingangkabau untuk penyakit cacar), orang tidak hanya paham dan mengerti dengan arti dari perkataan itu sebagai penyakit, tetapi juga sekaligus takut mengucapkan perkataan tersebut.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

170 | MENGENALKAN

Mantra merupakan salah satu bentuk bahasa permohonan, suatu dialog yang bersifat sepihak, sekaligus suatu pernyataan ketidakmampuan untuk memenuhi satu kebutuhan dari alam yang bersifat gaib. Bentuk bahasa yang dipilih sebagai satu alat penghubung dengan sesuatu yang lebih jelas dilihat dengan rasa daripada dengan pikiran, bentuk bahasa yang di dalamnya tercantum curahan rasa; bukan bentuk yang merupakan ratio provorsa sebagai lazimnya dalam cerita. Dengan demikian mantra lebih memenuhi bentuk puisi dengan kesatuan kesatuan santaksis itulah yang menimbulkan irama, yang lebih memperkuat unsur permohonan dan permintaan.

Mantra merupakan bentuk permulaan dari kesusastraan Minangkabau yang kemudian memberikan dua bentuk turunan, yaitu bentuk puisi tetap dan bentuk prosa berirama (kendatipun keduanya masih sangat erat pertaliannya). Mantra sebagai bentuk sastra relatif sulit berkembang bila dibandingkan dengan bentuk bentuk sastra lainnya. Hal ini kiranya disebabkan oleh anggapan kepercayaan bahwa tidak setiap orang boleh mengucapkan kata kata mantra. Dan lagi penyampaiannya pun hanya secara lisan. Tidak anehlah jika dikatakan bahwa sastra bentuk mantra kurang berkembang di Indonesia.

Puisi Sutardji Calzoum Bachri

Sebelum membicarakan puisi Sutardji Calzoum Bachri, marilah kita simak dulu “KREDO PUISI” nya sebagai ancang ancang pembicaraan selanjutnya.

KREDO PUISI

Kata kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukan seperti pipa yang menyalurkan air. Kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas. Kalau diumpamakan dengan kursi, kata adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk. Kalau diumpamakan dengan pisau, dia adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam. Dalam kesehari harian kata cenderung dipergunakan sebagai alat untuk menyampaikan pengertian. Dianggap sebagai pesuruh untuk menyampaikan pengertian. Dan dilupakan kedudukannya merdeka sebagai pengertian.

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 171

Kata kata harus bebas dari penjajahan pengertian, dari beban idea. Kata kata harus bebas menentukan dirinya sendiri. Dalam puisi saya, saya bebaskan kata kata dari tradisi lapuk yang membelenggunya seperti kamus dan penjajahan penjajahan lain seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata tertentu dengan dianggap kotor (obscene) serta penjajahan gramatika. Bila kata telah dibebaskan, kreativitas pun dimungkinkan. Karena kata kata bisa menciptakan dirinya sendiri, bermain dengan dirinya sendiri, dan menentukan kemauannya sendiri. Pendadakan yang kreatif bisa timbul, karena kata yang biasanya danggap berfungsi sebagai penyalur pengertian, tiba tiba, karena kebebasannya bisa menyungsang terhadap fungsinya. Maka timbullah hal hal yang tak terduga sebelumnya, yang kreatif.

Dalam (penciptaan) puisi saya, kata kata saya biarkan bebas. Dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan, kata kata meloncat loncat dan menari di atas kertas, mabuk dan menelanjangi dirinya sendiri, mundar mandir dan berkali kali menunjukkan muka dan belakangnya yang mungkin sama atau tak sama, membelah dirinya dengan bebas, menyatukan dirinya sendiri dengan yang lain untuk memperkuat dirinya, membalik atau menyungsangkan dirinya sendiri dengan bebas, saling bertentangan sendiri satu sama lainnya karena mereka bebas berbuat semaunya atau bila perlu membunuh dirinya sendiri untuk menunjukkan dirinya bisa menolak dan berontak terhadap pengertian yang ingin dibebankan kepadanya.

Sebagai penyair saya hanya menjaga sepanjang tidak mengganggu kebebasannya agar kehadirannya yang bebas sebagai pembentuk pengertiannya sendiri, bisa mendapatkan aksentuasi yang maksimal.

Menulis puisi bagi saya adalah membebaskan kata kata, yang berarti mengembalikan kata pada awal mulanya. Pada mulanya adalah kata. Dan kata pertama adalah mantra. Maka menulis puisi bagi saya adalah mengembalikan kata kepada mantra.

Demikianlah Kredo Puisi Sutardji Calzoum Bachri. Dari kutipan tersebut Sutardji menyatakan diri bahwa sajak sajak adalah mantra. Sebagai sebuah

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

172 | MENGENALKAN

mantra, ia (sajak) mesti mempunyai sifat sifat yang ada pada sebuah mantra. Bahasa sebuah mantra bersifat esoteric, yang tidak mudah dipahami, bahkan mungkin tidak mempunyai arti. Yang penting bagi sebuah mantra bukanlah bagaimana orang dapat memahaminya, tetapi kenyataannya sebagai sebuah mantra dan kemanjurannya sebagai sebuah mantra.

Sebuah mantra menyarankan kepada kita bahwa ia tidak berhubungan dengan soal pemahaman sama sekali. Mantra merupakan ucapan yang tak perlu dipahami (kadang kadang mantra memang tak dapat dipahami), karena ia lebih merupakan permainan bunyi dan permainan bahasa belaka. Karena tidak adanya soal pemahaman menyebabkan mantra mesti dilihat dari sudutnya sendiri atau dari lenyataan yang ada pada dirinya sendiri. Jadi bukan kenyataan yang ada di luarnya. Kemanjurannya sebagai sebuah mantra juga tak meminta untuk dipahami, karena memang tak ada persoalan pemahaman yang terlibat di dalam mantra. Yang ada hanyalah soal efek atau akibat dari kehadirannya dan penggunaannya.

Kehadiran misteri (daya gaib) dapat dirasakan dalam sajak sajak Sutardji Calzoum Bachri. Hal ini tampak adanya hal hal sbb.:

a. Pengucapan bahasa yang kelihatan seolah olah tidak mempunyai arti, sekadar hanya permainan bahasa begitu saja.

b. Pernyataan sesuatu yang misterius tentang sesuatu yang memang tidak punya arti yang nominal, seperti aliflammim dalam sajak Q.

c. Kemanjuran kehadiran puisinya, bukan kejelasan penyampaian amanatnya.

Penyampaian amanat tidak penting pada sajak sajak Sutardji karena kata kata yang memang telah dibebaskan dari jajahan atau perbudakan makna. Amanat sendiri tidak menguasai sajaknya. Ia lebih mementingkan kehadiran sesuatu dan ini disampaikan dengan satu selubung misteri. Berbagai pengulangan, berbagai permainan bahasa; kalimat, kata dan bunyi dan juga dengan struktur tertentu, memang memberikan suasana misteri, suasana yang gaib. Untuk lebih dapat mengamati uraian di atas, di bawah ini dikutipkan beberapa buah puisi Sutardji Calzoum Bachri.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
| 173

POT

Pot apa pot itu pot kaukah pot aku

Pot pot pot

Yang jawab pot pot pot pot kaukah pot itu

Yang jawab pot pot pot pot kaukah pot aku

Pot pot pot

Pot apa pot itu pot kaukah pot aku?

POT

Ah

Rasa yang dalam

Rasa dari segala risau sepi dari segala nabi tanya dari segala nyata sebab dari segala abad sungsang dari segala sampai duri dari segala rindu luka dari segala laku igau dari segala risau kubu dari segala buku resah dari segala rasa rusuh dari segala guruh sia dari segala saya duka dari segala daku Ina dari segala Anu puteri pesonaku! datang Kau padaku!

Untuk sampai ke mantra Sutardji bukan saja menciptakan kekhusukan melalui pengulangan penggunaan kata kata yang sama, tetapi juga melakukan usaha yang lebih implisit dan intens, yaitu membebaskan kata kata yang digunakan dari maknanya. Pembebasan kata dari beban mana mempunyai dua latar belakang, yaitu:

1. Karena makin lama manusia makin menyadari bahwa sebuah kata yang digunakan untuk menyampaikan suatu konsep sifatnya sangat relatif dan lemah. Artinya dalam banyak hal tidak dapat mendukung sepenuh penuhnya konsep yang dilukiskan. Pandangan ini melahirkan seni drama yang disebut Drama mini Kata, di mana kata kata yang digunakan sangat terbatas. Untuk menggantinya digunakan gerak, mimik dan sebagainya yang dianggap lebih representatif untk mewakili ide yang akan disampaikan.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

174 | MENGENALKAN
…………

2. Untuk tujuan gaib dan magis. Karena dalam usaha manusia menciptakan tenaga gaib dan magis melalui ucapannya kata hanyalah sebuah suara; sedang makna yang sesungguhnya bukan berada dalam kata itu, tetapi dalam batin manusia.

Pembebasan kata dari maknanya oleh Sutardji mempunyai latar belakang yang kedua. Maka sepintas lalu sajak sajak Sutardji tampak sebagai permainan kata kata saja, apalagi dengan teknik penyusunannya yang beraneka ragam. Memang bangun sajaknya adalah permainan kata. Tetapi dengan permainan kata itu Sutardji ingin menciptakan makna yang lebih luas dan bulat dalam tiap sajaknya (yang menurut pengakuannya sendiri) untuk tujuan mistik, yaitu mendekati Tuhan.

Usaha pembebasan kata dari beban makna ini jelas sekali nampak pada beberapa sajaknya. Salah satu di antaranya ialah sajak yang berjudul POT seperti dikutip di depan. Menurut sutardji POT bukanlah alat atau benda tempat menanam kembang, tetapi semcam bunyi belaka. Oleh karena itu bunyi pot dipermainkannya dengan kata kata lain yang tidak mengandung makna selain melahirkan kekhusukan bagi pendengarnya kalau dibaca. Inilah yang menyebabkan sajak sajak Sutardji lebih sedap kalau didengarkan dibanding jika sajak itu dibaca diam (dalam hati). Ini memang penting artinya, sebab sebuah sajak yang disiapkan untuk mencapai taraf mantra, mesti enak didengarkan karena kekhusukan dan kegaiban lahir dari nada bunyi yang khusus untuk itu.

Dalam usahanya untuk memperoleh tenaga magis dalam sajak sajaknya Sutardji bukan saja berusaha membebaskan kata dari maknanya; tetapi juga berusaha mewujudkan sikap khusus terutama sikap pada waktu membacakan sajak sajaknya. Bir yang diminumnya sedikit banyak dapat memberikan perasaan khusus. Jadi bukan semata mata sikap eksentrik. Di samping itu Sutardji bersikap mengecam terhadap sesuatu yang terlalu berbau teknis formal. Sikap ini menunjukkan bahwa Sutardji berusaha sekuat mungkin menyatukan dirinya dengan alam semesta untuk mengukuhkan sajak sajak mantranya.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 175

Kesimpulan

Sesudah uraian di atas baiklah di sini untuk membulatkan masalah dibuat suatu kesimpulan. Adakah hubungan antara mantra dengan puisi puisi Sutardji Calzoum Bachri? Dari uraian tersebut dapat ditarik garis perhubungan sebagai berikut:

A. Kesamaan

1. Sutardji calzoum Bachri dengan puisi puisinya telah melepaskan kata dari kungkungan arti, beban makna dan ia tenggelam ke dalam mantra.

2. Sutardji Calzoum Bachri mengulang ulang kata dalam puisinya sehingga menimbulkan daya atau kekuatan magik tertentu. Hal ini sama dengan mantra yang memang juga banyak digunakan pengulangan pengulangan (kata, kalimat, bunyi maupun struktur).

3. Sutardji Calzoum Bachri menanggapi hidup secara irasional karena hidup memang penuh misteri. Mantra sebagai sarana untuk berhubungan dengan dunia misteri.

4. Ada sajak sajak Sutardji Calzoum Bachri (sajak Q.Daun, Hyang) tidak menyampaikan apa apa, tidak komunikatif dan pengertiannya tidak jelas.

Demikian pula mantra yang tidak komunikatif, tidak jelas pengertiannya. Seolah olah sekadar permainan kata kata melulu.

B. Perbedaan

1. Bila mantra hanya boleh diucapkan atau disampaikan oleh dukun atau pawang dan orang yang sejenisnya; sajak sajak Sutardji dapat disampaikan oleh siapa pun yang berminat.

2. Mantra menunjuk pada sumpah serapah, rayuan dan perintah; sajak sajak Sutardji tidak jelas menunjuk ke sana.

Berdasarkan uraian uraian di atas kiranya benar yang pernah dikatakan oleh Rusli Marzuki Zaria, penyair dari Padang bahwa penyair penyair Indonesia akan

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

176 | MENGENALKAN

kembali pada mantra. Sutardji sudah dengan jelas bergulat gulat dengan mantra. Mungkin nanti akan disusul oleh penyair penyair berikutnya.

7. Perkembangan Puisi dari Masa ke Masa (sebuah tinjauan isi, bentuk dan bahasa)

Pendahuluan

Paper berjudul PUISI DARI MASA KE MASA ini disusun untuk memperdalam materi kuliah sastra perbandingan yang diberikan oleh Ibu Dra. Raminah Baribin. Karena berbagai sebab dan salah satunya ialah terbatasnya kemampuan penyusun dalam bidang perpuisian, maka karya tulis ini sangat jauh dari baik.

Di dalam karya tulis ini penulis mencoba melihat dan kemudian meninjau puisi puisi dari Sastra Lama sampai dengan Sastra Baru. Jelasnya puisi puisi lama sampai dengan puisi puisi Angatan 66. Penulis memerinci karya tulis ini ke dalam tiga bab. Bab Satu berisi pengertian puisi. Bab Dua berisi pembicaraan puisi dari masa ke masa. Bab Dua masih diperinci lagi menjadi beberapa sub bab. Sub Bab II A berisi pembicaraan mengenai Puisi Lama, Sub Bab II B bersi pembicaraan mengenai Puisi Periode 20, Sub Bab II C berisi pembicaraan Puisi puisi Periode 45, dan Sub Bab II D berisi pembicaraan mengenai Puisi puisi Periode 66.

Sistematika setiap sub bab sbb. :

1. diberikan contoh contoh puisi dari setiap periode.

2. setelah contoh contoh kemudian diikuti pembahasan atau tinjauan dari puisi puisi tersebut dari segi isi, bentuk dan bahasa.

Bab Ketiga berisi kesimpulan dari seluruh pembicaraan. Akhirnya karya tulis ini ditutup dengan bibliografi yang mendukung tersusunnya sampai selesai.

Dalam menyusun karya tulis ini, pertama tama penulis mencari sumber materi yang ada gayutannya dengan pembahasan masalah. Sesudah itu penulis membaca materi materi yang sejenis, artinya puisi puisi setiap periode. Akhirnya

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 177

menyusunnya dalam bentuk karangan sementara sebelum menjadi bentuknya yang final seperti sekarang ini.

Pengertian Puisi

Orang yang bermaksud menulis puisi, pada umumnya menulis puisinya itu dengan tidak memenuhi kertas atau halaman. Baris barisnya tidak juga sampai akhir halaman, tidak seperti orang menulis prosa. Bahkan satu baris sering juga hanya terdiri dari satu kata. Apa maksudnya? Yang terang ialah bahwa dengan melihat halaman yang sedikit tulisannya itu kita (pembaca) tahu bahwa baris baris itu minta diperhatikan secara istimewa. Dengan sendirinya kita pun menaruh perhatian kepada kata kata itu leih banyak daripada tulisan yang memenuhi halaman. Barang sedikit jumlahnya dengan sendiirnya lebih diperhatikan.

Mengapa pengarang minta lebih banyak perhatian untuk kata katanya? Kata kata tersebut dipilihnya dengan hati hati dan cermat. Penyair memilih kata kata yang paling cocok untuk mengeluarkan isi hatinya. Kita tahu bahwa isi jiwa manusia bukan hanya pikiran, melainkan perasaan juga. Mungkin isi pikiran sudah tercetuskan dengan kata tertentu tetapi perasaannya belum. Jika demikian penyair masih akan mencari kata lain yang lebih cocok. Demikian seterusnya sampai ia cocok. Biasanya kata kata dalam puisi tidak berdiri sendiri. Kata kata dalam puisi saling bergayutan.

Jika kata kata masing masing dan kalau susunannya sudah sebanyak mungkin dimuati isi jiwa penyair, maka penyair tidak lagi perlu menggunakan kata kata banyak. Maka dapat dikatakan juga bahwa bahasa puisi padat dan singkat. Singkat karena padat. Padat karena disarati dengan perasaan, gagasan, renungan, pokoknya dengan pengalaman batin penyair. Karena kepadatan perasaan (dalam jiwa penyair), maka keluarnya tidak demi sedikit, terurai yang satu menyusul yang lain, tidak berupa uraian ataupun keterangan yang membutuhkan waktu dan banyak kata. Keluarnya berupa cetusan atau letusan letusan yang padat.

Ciri lain yang terasa ada dalam puisi ialah bahwa ada unsur kesatuan bunyi. Para pengarang prosa menguranikan sesuatu dengan pikiran, pengertian dan dengan pernyataan. Semua itu tercermin dalam kesatuan susunan bahasa, susunan

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

178 | MENGENALKAN

kalimat kalimat atau dengan kata lain dalam kesatuan sintaksis. Jika suatu pernyataan yang bulat sudah selesai, maka ditutup dengan tanda titik. Jika hanya ada perhentian kecil, ada tanda koma atau titik koma. Dalam puisi ada terasa kesatuan kesatuan bunyi dalam baris barisnya. Karena kesatuan kesatuan bunyi inilah maka irama di dalam puisi jelas. Unsur ini pada penyair (sejati) bukan sesuatu yang diperintahkan dari luas, melainkan keluar dari dalam hati dan sendirinya. Inilah keindahan puisi: letusan perasaan jiwa tertuang dalam irama yang enak, bukan irama xx tanpa isi atau letusan perasaan yang liar.

Berbeda dengan karya sastra prosa, karya sastra berbentuk puisi bersifat konsentif dan intensif. Penyair tidak menjelaskan secara terperinci apa yang ingin diungkapkan, melainkan justru sebaliknya. Pengarang hanya mengutarakan apa yang menurut perasaaannya atau pendapatnya merupakan bagian yang pokok atau penting saja. Pengarang mengadakan konsentrasi dan intensifikasi atau pemusatan dan pemadatan. Konsentrasi dan intensifikasi tersebut dilakukan pengarang bukan jalannya terbatas pada masalah yang akan disampaikan, melainkan pengarang dan pemadatan. Konsentrasi dan intensifikasi tersebut dilakukan pengarang bukan hanya terbatas pada masalah yang akan disampaikan, melainkan juga pada rasa menyampaikannya. Karena itu penghematan unsur unsur bahasa juga akan terasakan dengan jelas pada bentuk puisi. Kata kata yang tidak berfungsi benar mendukung makna akan dihilangkannya. Demikian pula halnya dengan tanda tanda baca. Bahkan mengenai yang terakhir ini (tanda baca) dapat dikatakan sudah hampir ditinggalkan sama sekali. Sangat jarang penyair yang dalam menuliskan baris baris puisinya menepati dengan setia aturan penggunaan tanda tanda baca seperti halnya pada bentuk bentuk karya prosa. Akibat adanya usaha intensifikasi tersebut, masalah bunyi bahasa dan tipografi mendapat perhatian penyair. Dalam memilih kata, penyair tidak hanya mendasarkannya pada arti atau maknanya saja, melainkan pula rasanya, yaitu pengaruh yang mungkin dapat ditimbulkan oleh unsur unsur bunyi bahasa tersebut.

Kiranya uraian di atas sudah agak cukup untuk sekadar menentukan karakteristik (perwatakan pencirian) suatu karya sastra yang disebut puisi. Menurut I.A. Richard ada dua hal pentng yang membangun puisi yakni hakikat puisi dan

WAYANG: Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH
FIC | 179

metoda puisi (the nature of poetry and the method of poetry). Hakikat puisi meliputi: sense (tema), feeling (rasa), tone (nada), intention (tujuan, amanat), metode puisi meliputi: diction (pemilihan kata), imagery (daya bayang), the concrete word (kata kata konkret), figurative language (gaya bahasa), rhythm and rime (irama an rima).

Akhirnya (untuk sementara) dapatlah di sini dituliskan salah satu rumusan puisi dari puluhan rumusan tentang puisi. Puisi ialah susunan kata yang berima yang mencetuskan pengamatan batin seseorang dengan gambaran, perasaan dan pemikiran. Hal ini dicetuskan sedemikian rupa sehingga para pembaca atau pndengar terciptalah juga pengalaman yang serupa dengan pengalaman penyairnya.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

180 |
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 181 BAGIAN X: ALENGKA

AJARAN ASTHA BRATA

Dalam cerita wayang terbagi dalam tiga ‘pathet’, yaitu Nem (awal); Sanga (tengah) dan Manyura (akhir).

Awal... Dyan sembah nireng ulun, kapurba risang murbeng rat. Oooo...

Sahaning kang. Ooooooo Kanang sih ing dasih...

Tengah... Sangsaya dalu araras abyor lintang kang kumedhap...

Akhir... Bima palguna wruh sekaring toya.

Nalika nggebyur samodra. Oooo...

Salah satu lakon dalam cerita pewayangan yang berbicara tentang kepemimpinan adalah lakon Wahyu Makutha Rama. Dalam cerita itu dikisahkan bagaimana Begawan Kesawa Sidi memberikan wejangan kepada Arjuna dengan Astha Brata atau Delapan Laku bagi seorang raja, pemimpin supaya dapat menjadi pemimpin atau raja dengan sebaik baiknya. Wejangan ini diturunkan dari wejangan Prabu Rama Wijaya kepada Gunawan Wibisana yang akan menjadi raja menggantikan Prabu Dasamuka (raja Alengka) setelah gugur di dalam perang besar melawan Prabu Rama Wijaya. Delapan laku tersebut diambil dari alam, yaitu Surya (matahari), Rembulan (bulan), Kartika (bintang), Mendhung (awan); Samodra (samudera), Bumi (tanah), Geni (api), Angin.

1. Surya: memberi kehidupan tanpa pandang bulu, bagi segala makhluk di bumi.

2. Rembulan: memberikan atau membawa terang dan rasa ayem di kala gelap, pada malam hari.

3. Kartika: memberikan contoh, teladan, meskipun kecil selalu tampak oleh pandangan mata.

4. Mendhung: menunjukkan kewibawaan, kadang menakutkan tetapi akhirnya membawa berkat.

5. Bumi: menunjukkan adanya kekuatan, kekokohan, kesentosaan.

6. Samodra: memuat segalanya, tanpa membedakan mereka yang baik dan jahat/buruk; segalanya diterimanya dengan hati terbuka, hati lapang. Hati yang ngemot segalanya.

7. Geni: menunjukkan adanya sikap adil, tidak pilih kasih, tegas dalam menghukum.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

182 | MENGENALKAN

8. Angin: menunjukkan sikap dapat manjing ajur ajer, segala tempat (termasuk yang nylempit sekalipun) dimasuki. Ia dapat dirasakan kehadirannya meskipun tidak banyak berkoar koar; blusukannya (positif) mempunyai makna.

Membangun Harga Diri Guru

1. Kekhawatiran guru (masa kini) pada menjalankan tugasnya secara mekanistik. Guru tidak mau lagi merevisi, merumuskan ulang tugasnya. Keadaan menjadi stagnan, jalan di tempat.

2. Kelakuan atau tindakan mekanistik memang nyaman dilakukan, bagaikan memutar kaset ulang dan sudah berbunyi secara otomatis. Tanpa pikir lagi sudah berjalan.

3. Kebiasaan mekanistik ini menjadi ancaman yang membahayakan bagi kreativitas seorang guru. Guru menjadi mati dalam hidup.

4. Kesatuan antara kata dan perbuatan harus terjadi dan terwujud di dalam jati diri guru. Ajarannya yang ces pleng adalah kesaksian hidup.

5. Kesiapan guru untuk menuntut para muridnya harus menjadi kesiapan guru dalam menuntut diri sendiri. Guru menuntut mengerjakan PR bagi muridnya, sementara guru sendiri sangat malas memenuhi syarat administrasi wajib tugasnya sebagai guru.

6. Kegemaran membaca murid mestilah menjadi kegemaran guru, sehingga guru tidak terpinggirkan karena keadaan berkembangnya ilmu pengetahuan.

7. Kegiatan bersastra masa kini tidak terasa lagi adanya. Pada waktu saya bertanya kepada anak anak SMP soal bacaan sastra: Belenggu, Layar Terkembang, Siti Nurbaya, Burung burung Manyar, Salah Asuhan ... tidak ada komentar apa pun. Mereka kosong pengetahuan siapnya. Pertanyaan lebih lanjut siapa lagi yang membaca karya karya sastra luhur bangsa tersebut? Bagaimana dapat berkembang?

8. Kesiapan guru masa kini idealnya: suka berdiskusi dan gemar membaca.

Sepuluh (10) Resolusi Paus Fransiskus di Tahun Kerahiman Ilahi

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 183

1. Berhenti menggosip. (don’t gossip)

2. Makan secukupnya dan habiskan yang sudah diambil. (finish your meal)

3. Beri waktu atau perhatian untuk orang lain. (make time for others)

4. Belanja yang sederhana dan hindari yang mewah. (choose the ‘more humble’ purchase)

5. Temui mereka yang miskin. (meet the poor ‘in the flesh’)

6. Berhenti menghakimi sesama. (stop judging others)

7. Tetap berteman dengan yang tidak setuju. (befriend those who disagree)

8. Buat komitmen dengan orang lain. (make commitments, such as marriage)

9. Habitus ‘berseru’ kepada Allah. (make it a habit to ask the Lord)

10. Menjadi bahagia. (be happy)

‘Pancasila’ di LPK/Yayasan

1. Beriman.

2. Bersaudara.

3. Berbangsa.

4. Bermusyawarah.

5. Berbagi.

Lima Sila dalam Budha

1. Menghindari pembunuhan atau melukai makhluk hidup.

2. Menghindari mencuri.

3. Menghindari tindakan seksual tidak benar.

4. Menghindari berdusta.

5. Menghindari alkohol dan obat obatan yang melemahkan kesadaran.

Bumbu Berkarya

Membawa 5S : Salam, Sapa, Senyum, Sayang, Sebulat hati. Hal hal sederhana dan sangat manusiawi ini apabila dihidupi dalam tugas harian akan membuat karya dan kehadiran kita mudah diterima oleh masyarakat yang kita layani.

184 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Akhirnya, pelatihan dan pengembangan Kepemimpinan Pendidikan ini saya tutup. Selamat jalan, selamat berjuang, selamat menjadi berkat, dan berbagi berkat dengan sesama. Tuhan memberkati. (Syalom, 7 Desember 2016)

7. Dirgahayu SMA PL St. Yohanes Ketapang

Seluruh Keluarga Besar SMA Pangudi Luhur Santo YOHANES Ketapang: Bruder Kepala Sekolah, Staf Guru dan Karyawan, para Siswa siswi, Orangtua yang berbahagia. Bersama dengan semua Pengurus Yayasan Pangudi Luhur, saya mengucapkan Selamat Berbahagia dan Proficiat pada kesempatan perayaan Pesta Perak 25 Tahun SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes. Semoga kita semua mengalami kebahagiaan pada kesempatan Pesta Perak ini. Pada hari hari bahagia ini pantaslah kita bersyukur dan berterima kasih atas limpahan berkat dari Tuhan yang Mahamurah kepada kita sampai saat ini.

Di samping bersyukur dan bergembira dengan adanya berbagai kegiatan: pertandingan pertandingan, pameran, bazar, maupun malam kesenian, kita pantas juga berefleksi dengan bertanya kepada diri kita sendiri. Pesta Perak (usia 25 tahun) mengingatkan bahwa hidup dan aktivitas SMA PL Santo Yohanes sudah berjalan selama 25 tahun. Inilah kesempatan atau waktu yang baik dan penting untuk mengadakan permenungan. Sejauh mana usaha besar yang telah dirintis, baik oleh para Bruder dan Staf Pendidik, yaitu para pendahulu senantiasa masih diperhatikan dan ditumbuhkembangkan?

Sejauh mana keberadaan SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes yang kini genap berusia 25 tahun, masih tetap relevan dan masih menjadi daya tarik orang tua murid dan para remaja di sekitar Ketapang ini?

Sejauh mana SMA Santo Yohanes berhasil mendidik dan mempersiapkan kaum muda remaja, baik intelektual maupun sikap hidup yang berdasarkan nilai nilai yang baik yang berguna bagi perkembangan Gereja dan masyarakat?

Sejauh mana SMA Santo Yohanes menjadi mitra yang baik bagi orangtua untuk mengantarkan putra putrinya mempersiapkan masa depan mereka?

Dengan kata lain, mensyukuri keberadaan 25 tahun SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes Ketapang merupakan waktu untuk berhenti sejenak dan dengan tenang menengok ke belakang untuk melihat seperti apa perjalanan kita sampai

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 185

sekarang ini. Masih hidupkah visi misi yang dicita citakan para pendahulu pada waktu sekarang ini?

Pendidikan yang baik akan mengantar anak didik untuk semakin kreatif memilih dan menggunakan segala sesuatu yang berkembang di dalam masyarakat dengan sikap dewasa berdasarkan nilai nilai moral dan iman yang baik. Pendidikan bukan hanya menanamkan rumus rumus dan konsep konsep yang akhirnya akan membelenggu orang pada waktu mengalami perubahan perubahan yang terjadi. Dengan demikian tanggungjawab para Pendidik menjadi semakin berat. Semua personel pendidikan semakin ditantang oleh perubahan psikologis anak yang dipengaruhi oleh budaya dan kemajuan alat alat modern serta oleh tuntutan tuntutan masyarakat yang semakin kritis dan beraneka ragam.

Kita tahu bahwa dalam kurun waktu 25 tahun keberadaan sekolah kita ini pasti sudah menghasilkan buah atau telah membantu sekian banyak alumni yang sekarang sudah menjadi orang dengan berbagai profesi dan menduduki posisi penting di masyarakat. Kita patut berbangga dan bersyukur untuk itu. Kita semua mengharapkan alumni SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes menjadi manusia yang berpribadi utuh, mandiri, terampil, berbudi luhur, berkualitas, beriman, dan tangguh dalam melayani sesama manusia, sederhana, sehingga cita cita para Pendiri tetap menjadi landasan untuk melangkah dan bertindak dalam mengarungi peziarahan hidup ini.

Ciri khas siswa pada khususnya dan kaum muda pada umumnya adalah belajar. Oleh karena itu sudah semestinya kalau para siswa dengan sungguh sungguh mempertahankan dan meningkatkan citra sebagai siswa siswi yang giat dan rajin belajar. Kebiasaan lama yang mencari mudahnya dengan sikap tidak jujur untuk mendapatkan nilai angka dan cara cara belajar yang menunggu saat saat menjelang ujian perlu ditinggalkan. Mengapa? Cara cara yang demikian tidak akan menghasilkan pribadi pribadi yang siap untuk menghadapi tantangan zaman ini. Pada waktu waktu yang akan datang nampaknya dalam bidang apa pun akan dicari dan dipilih orang orang yang berkualitas, baik secara intelektualitas maupun kepribadian.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

186 | MENGENALKAN

Belajar yang baik akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk menilai secara kritis terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Zaman ini banyak hal yang ditawarkan kepada kita melalui bermacam macam cara termasuk lewat mass media. Kaum muda (pelajar) menjadi sasaran utama dari penawaran penawaran itu. Kita semua tahu bahwa tidak semua yang ditawarkan itu benar dan baik. Tanpa sikap kritis dan kepribadian yang matang, maka kaum muda akan mudah terjerumus untuk memilih hal hal yang disukai dan enak padahal jelas jelas hal tersebut akan menghancurkan hidupnya sendiri.

Kita boleh berbangga hati, namun tetap dengan rendah hati, beberapa alumni SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes telah menjadi Suster, Bruder, dan Romo. Saya berterima kasih bahwa telah beberapa alumni menjadi Bruder FIC. Dari pengalaman mereka yang terpanggil ada berbagai cara mereka tertarik untuk memilih cara hidup seperti ini. Salah satunya adalah karena pernah ditanya oleh guru di sekolahnya, ”Apakah kamu mau menjadi Bruder, Suster, Romo?” Kemudian pertanyaan saya kepada para pendidik dan pendamping di SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes, ”Pernahkah Bapak/Ibu bertanya kepada anak anak didik dengan pertanyaan tersebut?” Pertanyaan ini saya kemukakan berkaitan dengan keadaan nyata bahwa peminat masuk hidup sebagai religius sangat memprihatinkan, sangat sedikit. Saya atas nama para Bruder FIC berterima kasih kepada Keluarga Besar SMA Yohanes yang telah memberikan bruder bruder: Yohanes Sinu, Leonardus Teisianus, Petrus Salesius Hermianto, Christianus Eko Wahyudi menjadi Bruder.

Pada kesempatan ini pula saya mengucapkan terima kasih atas segala usaha baik serta dedikasi staf guru dan karyawan, orangtua (lewat Komite Sekolah), siswa serta staf Pimpinan yang sekarang ini masih aktif menjalankan tugas. Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut ambil bagian dalam perkembangan dan pertumbuhan SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes ini. Tidak lupa kita mohonkan kebahagiaan abadi bagi para guru, karyawan, bruder yang pernah terlibat dalam karya pelayanan di SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes ini, yang telah mendahului kita menghadap Bapa yang Mahakasih. Secara khusus saya berterima kasih kepada Bapak Uskup Mgr. Blasius Pujarahardja yang selalu memberikan reksa pastoral kepada sekolah sekolah

WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN TOKOH
| 187

Pangudi Luhur di Ketapang. Terima kasih kepada pejabat Dinas Dikbud yang tentu ikut andil dalam wujudnya SMA Santo Yohanes seperti sekarang ini.

Akhirnya, saya mengharapkan semoga dengan Pesta Perak ini, SMA PL Santo Yohanes semakin mampu menjadi tempat bagi kaum muda remaja untuk membina kepribadian yang baik dan untuk menimba ilmu serta mengembangkan kreativitas. Semoga menjadi tempat yang menggembirakan bagi semua pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah ini. Semoga Tuhan menyertai dan memberkati Anda semua.

Dirgahayu SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes. (Ketapang, 12 Februari 2007)

Puisi dari Masa ke Masa

Bila kita perhatikan pembagian karya sastra dapat kita temukan pembagian sebagai berikut:

1. berdasarkan zaman ada sastra lama, sastra peralihan, dan sastra baru.

2. berdasarkan isinya ada epik, lirik, dramatik dan didaktik.

3. berdasarkan struktur atau bangunannya ada bangun prosa dan puisi. Khususnya di dalam Bab III ini akan ditinjau masalah Puisi Lama dan Puisi Baru dari masa ke masa, masing masing dari sudut isi, bentuk dan bahasa.

A. Puisi Lama

1. Contoh contoh Puisi Lama

1.1 Bidal

Besar pasak daripada tiang. Lubuk akal tepian ilmu. Murah di mulut, mahal di timbangan. Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa tahu. Sepantun ayam kehilangan induk.

1.2 Karmina (Pantun Kilat)

Dahulu parang, sekarang besi, dahulu sayang, sekarang benci.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

188 | MENGENALKAN

Pinggan tak retak, nasi tak dingin, Tuan tak hendak, saya tak ingin.

Sudah gaharu, cendana pula, sudah tahu bertanya pula.

Kayu lurus dalam ladang, kerbau kurus banyak tulang.

Ujung bendul dalam semak, kerbau mandul banyak lemak.

1.3 Gurindam

Barangsiapa meninggalkan sembahyang, seperti rumah tiada bertiang.

Hendak mengela orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa.

Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela.

Pada orang tua jangan durhaka, supaya Allah jangan murka.

Pikir dahulu sebelum berkata, supaya terelak silang sengketa.

Kesehatan tubuh uang beribu penyakit badan menyedihkan kalbu.

1.4 Pantun

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 189

Kalau puan, puan cerana, ambil gelas di dalam peti. Kalau tuan bijak laksana, binatang apa tanduk di kaki.

Jual bayam membeli kipas, kipas hilang atas perangkat. Sejak ayam menjadi opas, banyak elang yang tertangkap.

Tidak salah bunga lembayung, salahnya pandan menderita. Tidak salah bunda mengandung, salahnya badan buruk pinta.

Pisang kelat dionggong elang, jatuh ke lubuk Indragiri. Jikalau berdatang di rantau orang, baik baik membawa diri.

Kabeh kabeh gelung konde, kang endi kang gelung Jawa, Kabeh kabeh ana kang duwe, kang endi kang durung ana.

1.5 Syair

Syair Siti Marhumah yang Saleh

Dengarkan konon, wahai biaperi, suatu cerita zaman bahari, mashur sudah kian kemari, di Turkistan keliling negeri.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

190 |

Tidak jauh ditepi kota, sebuah kampong elihatan nyata, disinari bulan semua rata, di sanalah asal pokok cerita.

Sebuah rumah sedang besarnya, bagus dan kukuh buatannya, pekarangan luas dengan tamannya, berhiaskan bunga sangat indahnya.

Merdi Saleh nama diberi, di sana tinggal suami isteri, taat kepada khalikulbahri, beruat ibadat setiap hari.

Berbakti kepada Tuhan semesta, menjalankan agama semata mata, alim dan saleh masyhur berita, semua orang kasih dan cinta.

Merdi Saleh punya isteri, Siti Marhumah namanya diri, cantik molek paras berseri, mahal didapat sukar dicari.

2. Tinjauan

Sesudah kita simak contoh contoh ikatan di atas, kita mendapatkan bermacam macam kesan tentang isinya, bentuknya mupun kata kata yang digunakannya. Dalam bidal kita menemukan ucapan ucapan singkat semacam kata kata mutiara. Bidal merupakan ikatan kiasan, maka yang paling penting adalah arti di balik kiasan tersebut. Bidal hanya terdiri dari satu larik saja.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

| 191

Pada bentuk yang kedua yaitu Karmina (Pantun Kilat) terdapat 2 kalimat. Hal ini berbeda dengan Bidal yang hanya satu larik saja. Pada Karmina baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isinya. Umumnya yang diucapkan hanyalah sampirannya saja dan jarang sekali diteruskan sampai selesai isinya. Mengapa demikian? Karena biasanya si pendengar telah maklum sendiri maksud atau lanjutan sampiran tersebut. Orang yang dahulu hidup rukun damai, penuh kasih sayang, tetapi ada perubahan situasi, kasih bertukar dengan benci, rukun bertukar dengan cekcok, maka dikatakan dahulu parang, sekarang besi. Larik ini tidak usah dilanjutakan dengan larik kedua, pendengar sudah tahu maksudnya, yaitu sayang berubah menjadi benci. Bila orang menanyakan sesuatu, padahal yang ditanya sudah merasa bahwa yang bertanya itu telah tahu jawabannya, dengan bergurau yang ditanya lalu berkata: sudah gaharu cendana pula. Tidak perlu dilanjutkan isinya, penanya sudah tahu.

Bentuk lain ialah Gurindam. Gurindam termasuk jenis puisi lama yang banyak terdapat dalam masyarakat Indonesia. Di Sumatra terdapat beberapa ucapan lain untuk gurindam: Muslihat Aceh, Gurindam Barus, Lagak Minang dsb. Dalam kesusastraan lama kita jumpai gurindam yang sangat terkenal yaitu Gurindam XII karangan Raja Ali Haji. Bila kita tinjau bentuknya, Gurindam mirip dengan Karmina yaitu terdiri dari dua baris. Hanya di dalam Gurindam tidak dijumpai sampiran. Larik larik dalam Gurindam bersajak sama (AA). Jumlah suku katanya setiap larik tidak tetap (pada umumnya sekitar 10 14). Hubungan baris pertama dan baris kedua seolah olah membentuk kalimat majemuk, yang biasanya dalam hubungan sebab akibat. Isi Gurindam umumnya menyatakan suatu kebenaran untuk memberi nasihat. Nasihat ini dapat berupa: nasihat untuk rajin beribadat, nasihat untuk hidup saleh, nasihat kepada raja agar bijaksana, nasihat kewajiban anak kepada orang tua, nasihat tugas orangtua kepada anak, nasihat untuk menjaga kesehatan tubuh, dsb.

Bentuk Pantun lebih panjang bila dibandingkan dengan ketiga bentuk ikatan di atas. Pantun terdiri dari 4 baris sebait; 2 baris pertama merupakan sampiran dan 2 baris berikut merupakan isinya (maksud). Pantun bersajak ab ab. Jumlah suku sebaris berkisar antara 8 12. Pantun dapat digunakan untuk menyampaikan rasa cinta (sayang), berkasih kasihan, untuk berkenalan antar remaja, menyampaikan rasa haru, untuk memberi nasihat secara implisit, untuk

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

192 | MENGENALKAN

menghibur hati karena isinya penuh humor dsb. Sampiran di dalam pantun biasanya diambilkan dari suasana alam sekitar.

Mirip Pantun ialah bentuk Syair. Syair biasanya digunakan untuk bercerita. Contoh di atas menggambarkan bagaimana watak Siti Marhumah, tempat tinggalnya, keadaan keluarganya, ketenarannya dsb. Hal hal tersebut diceritakan dalam bentuk bait bait yang berirama.

Tukang kaba (sejenis dalang di Jawa) pada masa lampau dalam bercerita menggunakan bentuk syair. Kadang kadang dalam bersyair diiringi dengan gendang atau rebana, sehingga menambah suasana meriah. Bila satu bait Pantun sudah dapat menyampaikan maksud secara lengkap, sebait syair belum bisa. Di dalam syair antara bait satu dengan bait lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena satu keseluruhan cerita.

B. PUISI PERIODE 20

1. Contoh contoh Puisi Periode 20 Bahasa, Bangsa

Selagi kecil berusia muda, Tidur si anak di pangkuan bunda. Ibu bernyanyi, lagu dan dendang Memuji si anak banyaknya sedang; Berbuai sayang malam dan siang Buaian tergantung di tanah moyang.

Terlahir di bangsa, berbahasa sendiri Diapit keluarga kanan dan kiri Besar budiman di tanah Melayu Berduka suka, sertakan rayu; Perasaan serikat menjadi padu Dalam bahasanya, permai merdu.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 193

Meratap menangis bersuka raya Dalam bahagia bala dan baya; Bernafas kita memanjangkan nyawa Dalam bahasa sambungan jiwa Di sana Sumatra, di situ bangsa, Di mana Perca di sana bahasa.

Andalasku sayang, jana bejana Sejakkan kecil muda teruna Sampai mati berkalang tanah Lupa ke bahasa tiadakan pernah; Ingat pemuda, Sumatra hilang Tiada bahasa, bangsa pun hilang.

(Muhammad Yamin)

Bukan Beta Bijak Berperi

Bukan beta bijak berperi pandai menggubah madahan syair, Bukan beta budak Negeri, musti menurut undangan mair.

Sarat sarat saya mungkiri, untai rangkaian seloka lama, beta buang beta singkiri, sebab laguku menurut sukma.

Susah sungguh saya sampaikan, degup degupan di dalam kalbu, Lemah laun lagu dengungan matnya digamat rasaian waktu.

Sering saya susah sesaat, sebab madahan tidak nak datang.

194 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Sering saya sulit mendekat, sebab terkurang lukisan memang.

Bukan beta bijak berlagu, dapat melemah bingkaian pantun, Bukan beta berbuat baru, hanya mendengar bisikan alun. (Rustam Effendi)

Mengeluh I

Bukanlah beta berpijak bunga, Melalui hidup menuju makam. Setiap saat disimbur sukar, Bermandi darah, dicucurkan dendam. Menangis mata melihat makhluk, Berharta bukan, berhak pun bukan. Inilah nasib negeri ‘nanda, Memerah madu menguruskan badan.

Ba’mana beta bersuka cita Ratapan ra’yat riuh gaduh Membahas masuk menyatu kalbu. Ba’mana boleh berkata beta, Suara sebat, sedanan rusuh Menghimpit madah, gubahan cintaku.

II

Bilakah bumi bertabur bunga, disebarkan tangan yang tiada terikat, dipetik jari yang lemah lembut, ditanai sayap kemerdehaan ra’yat?

Bilakah lawang bersinar bebas, ditinggalkan dera yang tiada terkata?

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

| 195

Bilakah susah yang kita benam, dihembus angin kemerdekaan kita?

Di sanalah baru bermohon beta, supaya badanku berkubur bunga, bunga bingkisan, suara sya’irku.

Di situlah baru bersuka beta, pabila badanku bercerai nyawa, sebab menjemput Manikam bangsaku.

(Rustam Effendi)

Tanah Airku

Laksana mahkota intan permata, Kujunjung tinggi muda juita; Emas kencana permainan mata, Kujunjung tinggi tandanya cinta.

Biar dicencang sampai mati, Tiada kan musna cinta di hati; Biarpun uang beribu kati, Tiadakan kujual perasaan hati.

Pulau Perca, pulau Andalas, Hatiku selamanya suci dan ikhlas; Menolong engkau tiadakan malas, Senantiasa hari tiadalah tiwas.

Walau di pasar, di taman sari, Di kebun bunga, hutan baiduri; Wajahmu di hati berseri seri, Kuingat ingat setiap hari.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

196 |

Ajuhai Sumatra permut ratna, Meninggalkan engkau badanku lena; Rasakan hati sudahlah fana, Sakitnya ta’ dapat dituliskan pena. (Sanusi Pane)

Bangunlah, O Pemuda!

Gempita suara atas angkasa, Wahyu kebangunan tanah tercinta, Bangunlah pemuda, saudaraku sayang, Dengarlah nyanyian girang gemirang, Marilah saudara berbimbingan tangan, Mengayun langkah pulang ke taman.

Bersinar cahaya di ufuk timur, Tanda bangsaku bangun tidur, Insaflah saudara pemuda bangsaku, Mari berbakti kepada Ibu, Gunakan ketika selagi ada, Berbuatlah jasa semasa muda.

Ombak berdesir lagunya merdu, Ditingkah kasidah alunan bayu, Bangkitlah pemuda, saudaraku sebangsa, Dengarlah panggilan tanah tercinta, Jangan lagi duduk bermenung, Marilah kita menyadari untung. (Ali Hasymi)

2. Tinjauan

Setelah kita amati gubahan gubahan Moh. Yamin, Rustam Effendi, Sanusi Pane dan Ali Hasymi di atas, kita dapat merasakan adanya perbedaan perbedaan yang

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi,

FIC | 197

sangat mencolok dengan gubahan gubahan dari puisi lama. Perbedaan ini sangat terasa terutama dalam bidang isinya.

Mengenai bentuknya masih terdapat anasir anasir yang sama dengan bentuk bentuk puisi lama. Misalnya dalam rimanya, jumlahnya baris barisnya dan sebagainya. Hal ini tidak mengherankan karena waktu itu masih merupakan masa peralihan dari lama ke yang baru. Dapat dikatakan mereka sebagai pelapor penulisan puisi baru, menjadi pintu untuk masuk ke alam puisi baru.

Di dalam ikatan ikatan lama tidak kita jumpai adanya rasa kesadaran nasional atau rasa kebangsaan. Lain halnya dengan puisi baru. Kesadaran nasional atau rasa kebangsaan ini secara jelas terwujudkan dalam: rasa cinta terhadap tanah air, pujaan terhadap tanah air, cita cita untuk maju, hasrat untuk merdeka dan penentangan terhadap penjajah. Sifat sifat demikian mewarnai puisi puisi Periode 20. Tentu saja sifat sifat di atas belum setegas seperti pengertian kesadaran nasional pada masa kini (alam kemerdekaan). Hal ini karena rasa kemerdekaan (ingin merdeka), rasa nasionalisme masih berupa bibit bibit.

Dalam puisi Bahasa, Bangsa gubahan Moh. Yamin dan dalam puisi Tanah Air gubahan Sanusi Pane kita melihat bahwa tanah air yang mereka maksud ialah Sumatra, Pulau Perca. Tanah air masih mereka batasi hanya daerah asalnya sendiri.

Pada tahun 1928 Moh. Yamin menerbitkan kumpulan sajaknya yang berjudul Indonesia, Tumpah Darahku. Penerbitan itu bertepatan dengan Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam kumpulannya tersebut, Moh. Yamin tidak lagi memuja, menyanyikan pulau Perca atau Sumatra sebagai Tanah Airnya, melainkan telah mengumandangkan kebesaran dan keagungan Nusantara. Pengertian Tanah Air sudah meluas. Ia menggemakan kebesaran dan keagungan sejarah berbagai kerajaan dan suku bangsa dari seluruh Nusantara seperti: Majapahit, Sriwijaya, Pasai dsb.

Perhatikan kutipan kutipan berikut:

O, poyangku Sriwijaya

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

198 | MENGENALKAN

Terang pelitamu se Nusantara nya Sampai menyampai ke benua Asia

Gajah Mada kami muliakan Karena jiwanya tiada bandingan Gagah berani bersifat pahlawan

Kami ingati selagi di bumi di tanah Indonesia ia dilahirkan Di tengah ‘lam di Jawa Wetan Setumpah darahnya ia satukan.

Segala keagungan serta keluhuran masa silam bangsanya itu telah menimbulkan kesadaran pada dirinya bahwa bangsanya itu bangsa yang berbobot. Tetapi kenyataan yang dilihatnya sehari hari menyatakan bahwa tanah airnya yang mulia dan kaya raya itu tidak merdeka, masih dikungkung oleh penjajah.

Tidak banyak perbedaan sajak sajak Rustam Effensi. Ia pun menyanyikan perjuangan bangsanya untuk merebut kemerdekaan. Ia melihat bangsanya yang berada dalam cengkeraman penjajah. Sikap Rustam Effendi ini dilukiskannya dalam sajaknya yang berjudul Mengeluh. Di samping Rustam mengisi bobot sajaknya dengan rasa kesadaran, ia juga mencoba mengubah bentuk atau membuat pembaruan dalam penulisan puisi. Ia menghinginkan sedapat mungkin lepas bebas dari tradisi penulisan puisi lama. Meskipun demikian dalam sajak sajaknya masih dengan mudah dikenali bahwa sajak sajaknya dipengaruhi irama dan bentuk pantun serta syair. Perhatikanlah sajaknya yang sangat terkenal, yang berjudul Bukan Beta Bijak Berperi. Di samping dikenal dari puisinya, Rustam Effendi juga dikenal karena dramanya yang berjudul Bebasari. Drama ini merupakan sebuah perlambang atau simbolik dari cita cita pengarangnya yang ingin bebas (judul BEBAS ari). Kekasih yang hendak dibebaskan si pemuda dari cengkeraman penjajah itu lambing Tanah Air. Tidak anehlah bila drama ini kemudian dilarang beredar oleh pemerintah jajahan Belanda.

Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
| 199
C. PUISI-PUISI PERIODE 30

1. Contoh contoh Puisi Periode 30

Buah Rindu

Dikau sambur limbur pada senja Dikau alkamar purnama raya Asalkan kanda bergurau senda Dengan adinda tajuk mahkota.

Di tuan rama rama melayang Di dinda dendang sayang Asalkan kanda selang menyelang Melihat adinda kekasih abang.

Ibu, seruku ini laksana pemburu Memikat perkutu di pohon ru Sepantun swara laguan rindu Menangisi kelana berhati mutu.

Kelana jauh duduk merantau Di balik gugung dewata hijau Di seberang laut cermin silau Tanah Jawa mahkota pulau.

Buah kenanganku entah ke mana Lalu mengembara ke sini sana Haram berkata sepatah jua Ia lalu meninggalkan beta.

Ibu, lihatlah anakmu muda belia Setiap waktu sepanjang masa Duduk termenung berhati duka Laksana asmara kehilangan seroja.

| MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

200

Bunda waktu tuan melahirkan beta Pada subuh kembang cempaka Adakah ibu menaruh sangka Bahwa begini peminta anakda?

Wah kalau begini naga naganya Kayu basah dimakan api Aduh kalau begini laku rupanya Tentulah badan lekaslah fani. (Amir Hamzah)

Padamu Jua

Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padamu Seperti dulu Kaulah kendil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu Satu kekasihku

Aku manusia Rindu rasa Rindu rupa

Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu Engkau ganas

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 201

Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila sasar Sayang berulang padamu jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu bukan giliranku Mati hari bukan kawanku. (Amir Hamzah)

Menuju ke Laut

Angkatan Baru

Kami telah meninggalkan engkau tasik yang tenang, tiada beriak, diteduhi gunung yang rimbun dari angin dan topan. Sebab sekali kami terbangun dari mimpi yang nikmat:

“Ombak ria berkejar kejaran, di gelanggang biru bertepi langit. Pasir rata berulang dikecup, tebing curam ditantang diserang, dalam bergurau bersama angin, dalam berlomba bersama mega.”

Sejak itu jiwa gelisah, delalu berjuang tiada reda. Ketenangan lama terasa beku, gunung pelindung rasa penghalang.

202 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Berontak hati hendak bebas, menyerang segala apa mengadang.

Gemuruh berderau kami jatuh, terhempas berderai mutiara bercahaya, gegap gempita suara mengerang, dahsyat bahna suara menang. keluh dan gelak silih berganti, pekik dan tempik sambut menyambut.

Tetapi betapa sukarnya jalan, badan terhempas, kepala tertumbuk, hati hancur, pikiran kusut, namun kembali tiadalah ingin, ketegangan lama tiada diratap.

Kami telah meninggalkan engkau, tasik yang tenag, tiadak beriak, diteduhi gunung yang rimbun dari angin dan topan.

Sebab sekali kami terbangun dari mimpi yang nikmat.

(St. Takdir Alisyahbana)

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
| 203
204 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 205 BAGIAN XI: MAESPATI

RINDU DENDAM

Semalam dingin sekali, Kini pagi terang cerlang …. Kuangkat kaki melangkah masuk ke dalam taman :

Udara yang segar, Alam yang indah! …. Semua hijau, Semua hidup ….

Apakah yang terang cemerlang … Tergantung gantung di ujung daun bunga bakung itu? Kuhampiri, o, sebutir embun! O, betapa jernih, Betapa suci dan putih …

Kupandang ke dalam, O, keindahan, Aku meninjau ke dalam alam Yang tak berbatas jauhnya … Langit bercermin dalamnya, Matahari berpancaran dalamnya …

Makin tinggi matahari naik, Makin benderang embun itu memancarkan terang itu keluar … makin kecil juga ia … Akhirnya lenyap dari pandangan mata.

O, Tuhanku, Biarlah aku menjadi embunmu, Memancarkan terangmu, Sampai aku hilang lenyap olehnya … Soli Deo Gloria

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

206 |

2. Tinjauan

Penyair penyair jaman Pujangga Baru tidak dapat dilepaskan dengan penyair penyair Balai Pustaka. Penyair penyair Periode 20 merupakan pemula, sedangkan penyair penyair Pujangga Baru merupakan penerus dari apa yang telah dimulai oleh para penyair Periode 20. Dalam Periode 30 ini tampil tokoh tokoh terkenal dalam sejarah sastra Indonesia. Mereka itu misalnya : St. Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, Sanusi Pane dan J.E. Tatengkeng.

Sajak sajak Amir Hamzah dalam dua kumpulan sajaknya Buah Rindu dan Nyanyi Sunyi sebagian besar bernada kerinduan, penuh ratap kesedihan. Kesedihan baginya menyebabkan timbulnya rasa sunyi dan pasrah diri. Sebagai seorang Islam yang taat, Amir Hamzah pasrah diri kepada Allah. Mula mula Tuhan masih disebutnya Dewa, kemudian dipakainya sebutan Kekasihku, Engkau. Hal ini menunjukkan betapa akrabnya hubungan antar Amir Hamzah dengan Tuhannya. Sebagai seorang terdidik, ia pun mempergunakan rasionalnya. Hal ini menyebabkan kadang kadang ia merasa was was dan ragu akan keyakinan yang dianutnya. Tetapi karena ketakwaannya kepada Tuhan (meskipun ada rasa putus asa, sepi dan kebimbangan), akhirnya ia menemukan kedamaian dalam Tuhan. Perhatikan sebat sajak di bawah ini:

Kaulah andil gemerlap, Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu.

Dalam dua kumpulan sajak tersebut, Amir Hamzah banyak mempergunakan kata kata lama (Melayu, Jawa, Sunda). Kata kata tersebut diambilnya demi rima agar terdengar indah. Di samping kata kata, irama dan bentuk sajak sajaknya menunjukkan pengaruh bentuk puisi lama, khususnya pantun.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 207 (J.E. Tatengkeng)

Bila Amir Hamzah suka bersunyi sunyi, khusuk kepada Tuhan, penuh rasa pasrah diri kepada Tuhan, lain halnya dengan St. Takdir Alisyahbana. Ia orang yang idealistis. Ia terkenal sebagai tokoh importir ide Barat. Takdir ingin membawa kehidupan kebudayaan kita ke arah pandangan Barat. Tentu hal ini tidak berarti ia anti terhadap kebudayaan kita. Ia ingin mengambil keuntunan pandangan Barat yaitu sikap sikap dinamis dan rasional. Menurut Takdir kita adalah bangsa yang terlalu berlena lena, sehingga kurang dinamis, terlalu memfokuskan ketenangan hidup yang akibatnya tidak maju maju. Ide dinamika tersebut digambarkannya dalam sajaknya yang ebrjudul Menuju ke Laut. Ia menunjukkan diri bahwa ia telah meninggalkan kehidupan tenang, serba tenteram, serba mandeg. Ingin berjuang, berlomba bersama mega dan bergurau bersama ingin. Ide takdir untuk maju tidak tergoyahkan, meskipun banyak rintangan. Ia tidak mau kembali ke masa silam, ‘ketenangan tiada diratap.’ Jadi sejak Menuju ke Laut ini merupakan sajak idealistis. Dari segi bentuk kita dapat melihat bahwa sajak ini sudah tidak lagi mengikuti aturan persajakan lama. Bila toh ada persamaan rima, hal itu suatu persamaan yang terjadi begitu saja, tidak dibuat buat dan bukan karena aturan.

Penyair lain yang juga bernada kereligiusan di samping Amir Hamzah ialah J.E. Tatengkeng. Bila sajak sajak Amir Hamzah bercorakkan keislaman, sajak sajak Tatengkeng bernafaskan kekristenan. Ia melihat dan mengalami Tuhan dari segi keyakinannya, keyakinan Kristen. Ia merasa dapat bertemu dan melihat Tuhan di mana mana. Ia suka menyanyi dan memuja baginya, entah dalam keadaan apa pun. Melihat embun, mendengar lonceng gereja, pengalaman anaknya meninggal, dsb. membuat Tatengkeng semakin dekat dengan Tuhan. Pengalaman terakhir ini dapat kita baca dari bait terakhir sajaknya yang berjudul Anakku:

Anak kami Tuhan berikan, Anak kami Tuhan panggilkan, Hati kami Tuhan hiburkan, Nama Tuhan kami pujikan.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

208 | MENGENALKAN
PUISI-PUISI PERIODE 45

A K U

Kalau sampai waktuku

‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari Berlari

Hingga hlang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi. (Chairil Anwar)

Persetujuan dengan Bung Karno

Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji Aku sudah cukup lama dengan bicaramu, dipanggang atas apimu, Digarami oleh lautmu

Dari mula tanggal 17 Agustus 1945 Aku melangkah ke depan kepada rapat di sisimu Aku sekarang api, aku sekarang laut Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat

Di zatmu di zatku kapal kapal kita berlayar

Di uratmu di uratku kapal kapal kita bertolak dan berlabuh. (Chairil Anwar)

Lagu Gadis Itali

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 209 3. Contoh contoh Puisi Periode 45

Buat Silvana Maccari

Kerling danau di pagi hari Lonceng gereja bukit Itali Jika musimmu tiba nanti Jemputlah abang di teluk Napoli

Kerling danau di pagi hari Lonceng gereja bukit Itali Sedari abang lalu pergi Adik rindu setiap hari

Kerling danau di pagi hari Lonceng gereja bukit Itali Andai abang tak kembali Adik menunggu sampai mati

Batu tandus di kebun anggur Pasir teduh di bawah nyiur Abang lenyap hatiku hancur Mengejar bayang di salju gugur (Sitor Situmorang)

M a n t r a

Raja dari batu hitam Di balik rimba kelam, Naga malam, mari kemari!

Aku laksamana dari lautan menghentam malam hari Aku panglima dari segala burung rajawali Aku tutup segala kota, aku sebar segala api Aku jadikan belantara, jadi hutan mati.

210 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Tapi aku jaga supaya janda janda tidak diperkosa

Budak budak tidur di pangkuan bunda Siapa kenal daku, akan enak bahagia Tiada takut pada pitam Tiada takut pada kelam Pitam dan kelam punya aku

Raja dari batu hitam, Di balik rimba kelam, Naga malam Mari kemari!

Jaga segala gadis berhias diri Biar mereka pesta dan menari Meningkah rebana Aku akan menyanyi Engkau berjaga daripada api timbul api Mereka akan terima cintaku Siapa bercinta dengan aku Akan bercinta dengan tiada akhir hari.

Raja dari batu hitam Di balik rimba kelam Naga malam Mari kemari Mari kemari, Mari!

(Asrul Sani)

4. Tinjauan

Berbicara mengenai Angkatan 45, khususnya puisi puisi periode ini, seseorang tidak dapat lepas dari pembicaraan tentang Chairil Anwar. Maka dalam

TOKOH

Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
WAYANG:
| 211

pembicaraan ini pun akan diawali dengan membicarakan penyair yang dikenal sebagai pelapor penulisan puisi Angkatan 45. Chairil Anwar mulai muncul di panggung sejarah sastra Indonesia pada zaman pendudukan Jepang. Ia cepat dikenal bukan karena hadiah hadiah terhadap karyanya, melainkan karena sejak semula ia terkenal dengan berani menentang kedatangan Jepang di Indonesia. Dengan berani ia menentang sensor Jepang dan hal ini menyebabkan ia selalu menjadi inceran kenpetei. Dari sajak sajaknya ia tampak sebagai seorang individualistis yang bebas. Chairil mempunyai konsepsi bahwa manusia modern atau masyarakat masa kini harus berpusat pada tiap tiap individu, pada tiap tiap aku. Setiap anggota masyarakat harus dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, dengan tidak mengharapkan pertolongan dari pihak lain. Dengan demikian tiap tiap anggota masyarakat akan berlomba lomba dalam mengejar kemajuan dan kesempurnaan sebagai anggota masyarakat. Sajaknya yang termasyhur dan merupakan gambaran semangat hidupnya yang membersit bersit dan individualistis ialah yang berjudul A K U.

Isinya benar benar mencerminkan pancaran atau ekspresi jiwa penyair yang individualistis. Dalam sajaknya itu Chairil menyebut dirinya sebagai binatang jalang. Bila dibandingkan itu Chairil menyebut dirinya sebagai binatang jalang. Bila dibandingkan dengan puisi puisi Periode 20 dan Periode 30, bentuk bentuk dan bahasa yang dipakai oleh Chairil Anwar sangat berlainan. Bentuk bentuk ikatan seperti syair dan pantun tidak terasa lagi pengaruhnya. Bahasa yang digunakannya adalah bahasa Indonesia yang hidup, berjiwa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa buku, melainkan bahasa percakapan sehari hari yang dibuatnya bahasa baku, melainkan bahasa percakapan sehari hari yang dibuatnya bernilai sastra. Gaya selalu menggunakan kata kata literer. Di samping ia dikenal sebagai seorang individualistis, Chairil pun tampak sebagai seorang yang mencitnai tanah air dan bangsanya. Rasa kebangsaan dan patriotismenya itu tampak dalam sajak sajak yang berjudul Diponegoro, Persetujuan dengan Bung Karno dan Krawang Bekasi. Dalam sajaknya Doa dan Isa tampaklah semangat ketuhanan yang begitu halus, mendalam dan mengharukan.

Berbeda dengan Chairil Anwar ialah Sitor Sitmorang. Bila dalam sajak sajak Chairil segalanya seolah olah serba baru, isi maupun bentuk, tidaklah demikian dalam sajak sajak Sitor Situmorang. Unsur unsur puisi klasik (pantun dan syair)

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

212 | MENGENALKAN

oleh Sitor Situmorang dihidupkan kembali dengan penuh variasi yang segar. Bentuk pantun dengan jelas dan mudah dapat dijumpai dalam sajaknya yang berjudul Gadis Itali. Tidak berarti bahwa sajak ini sama dengan pantun. Hanya Sitor mengambul unsur unsur pantun yang digunakannya secara baru. Dalam sajak sajaknya ia dengan berani mengungkapkan kekacauan. Ketegangan dan konflik manusia yang tidak mungkin diselesaikan. Ia mengemukakan tragedi manusia modern sbb.: manusia telah sampai di mana mana, tetapi tidak mungkin lagi merasa senang di mana pun berada, manusia yang tidak dapat merasa puas. Sajak sajak Sitor Situmorang menunjuk pada perenungan hidup manusia, jadi bersifat humanistik.

Lain lagi sajak sajak Asrul Sani, di dalam manusia, tentu juga bagi seniman, cinta memegang peranan sangat penting. Tidak menjadi soal apakah cinta kasih orang tua kepada anak, cinta kepada tanah air, cinta dengan sesama manusia dsb. Asrul Sani yang mengalami secara langsung akibat revolusi fisik dan tindakan penjajah mencita citakan agar penderitaan, pertempuran pertempuran segera selesai. Janganlah rakyat kecil yang tidak tahu apa apa menjadi korban. Keadaan seperti tersebut tergambar dalam sajak sajaknya. Sikap kepahlawanan Asrul Sani jelas dapat kita temukan dalam sajaknya yang berjudul Mantera. Dari sajak Mantera jelas, bahwa ia yang mengaku dirinya sebagai laksamana dari lautan dan panglima dari segala burung rajawali yang menutup segala kota sambil menyebarkan api, masih menjaga supaya janda janda tidak diperkosa dan supaya budak budak tidur di pangkuan bunda. Dijaganya pula supaya gadis gadis berhias diri serta pesta dan menari. Bentuk puisi lama tidak lagi terasa pengaruhnya pada puisi puisi Asrul Sani. Kata kata puisi Asrul Sani memberikan bayangan yang lincah dan segar.

D. PUISI PUISI PERIODE 66

Contoh-contoh puisi

1.1 Yang Kami Minta Hanyalah

Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 213
1.
periode 66

Penawar musim kemarau dan tangkal bahaya banjir Tentu bapa sudah melihat gambarnya di Koran kota Tatkala semua orang bersedih sekadarnya

Dari kaki langit ke kaki langit air membusa Dari tahun ke tahu ia datang melanda Sejak dari tumit, ke paha lalu lewat kepala Menyeret semua

Bila air surut tinggallah angin menudungi kami Di atas langit dan di bawah Lumpur di kaki Kelepak podang di pohon randu

Bila tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi Sawah retak retak berebahan tangkai padi Nyanyi katak bertalu talu Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja Tidak tugu atau tempat main bola Air mancur warna warni

Kirimlah kapur dan semen. Insinyur ahli Lupakan sedekah berjuta juta Yang tak sampai kepada kami

Bertahun tahun kita merdeka, bapa Yang kami minta hanya sebuah bendungan saja Kabulkanlah kiranya.

(Taufiq Ismail)

1.2 Sebuah Petisi Kepada Yang Mulia Menteri

bagaimanakah yang mulia menteri telah mengutuk aksi aksi para pemuda ini serta bicara tentang keindahan kota yang dirusakkan sedangkan sepanjang pengetahuan kami

214 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

kota ini sudah lama tak indah lagi benarlah yang mulia kota ini sudah lama tak indah lagi telah lama sekali apakah yang mulia menutup mata telah lama benar sejak para yang mulia pembesar melaburi kesucian kota bahkan melaburi kesucian sejarah bangsa dan Negara dengan keserakahan, penipuan dan berbagai maksiat penghamburan sia sia jerih derita keringat rakyat dalam pesta pesta pemborosan dan ribuan slogan tak berdarah pacuan koleksi gundik dan hasut fitnah adu domba dan pembunuhan sesama kita serta kamar kamar pencekapan bagi lidah yang mencoba bertanya (Bur Rasuanto)

1.3 Pidato Seorang Demonstran

Mereka telah tembak teman kita ketika mendobrak sekretariat Negara sekarang jelas bagi saudara sampai mana kebenaran hukum di Indonesia

Ketika kesukaran tambah menjadi para menteri sibuk keluar negeri tapi korupsi makin meraja sebab percaya keadaan berubah rakyat diam saja

Di masa gestok rakyat dibunuh para menteri saling menuduh kaum penjilat mulai beraksi maka fitnah makin berjangkit

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

215

|

toh rakyat masih terus diam saja

Mereka diupah oleh jerih orangtua kita tetapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnah: kita dituduh mendongkel wibawa kepala Negara apakah kita masih terus diam saja? (Mansur Samin)

2. Tinjauan

Sesudah Chairil Anwar meninggal pada tahun 1949, semangatnya hirup terus dalam sastra Indonesia, seperti dilukiskannya dalam sajaknya AKU yang lariknya berbunyi ‘Aku mau hidup seribu tahun lagi.’ Sampai bertahun tahun para pengarang muda senantiasa meniru cara Chairil dalam menyatakan jiwanya. Puisi puisi pada masa itu. Benarlah ungkapan yang berunyi ‘Sastra adalah cermin dari suatu masyarakat pada zamannya.’ Lewat karya sastra (baik prosa maupun puisi), kita diberi informasi tentang situasi kehidupan masyarakat pada suatu masa. Kiranya hal ini tidak berhenti pada masa Chairil Anwar saja, tetapi dilanjutkan sampai waktu tak terbatas. Marilah kita perhatikan contoh contoh sajak periode 66 di atas.

Bila kita perhatikan sajak sajak Taufiq Ismail yang berjudul ‘Yang Kami Minta Hanyalah’; sajak Bur Rasuanto yang berjudul ‘Sebuah Petisi Kepada Yang Mulia Menteri’ dan Pidato Seorang Demonstran karya Mansur Samin, kita dapat mengetahui bahwa sanjak sanjak tersbeut bernada memprotes, memberontak, perlawanan dan perjuangan untuk menuntut keadilan. Dalam sajak Yang Kami Minta Hanyalah, penyair mengeluarkan keluhannya. Ia mengeluh karena pada musim kemarau menderita kekeringan, sebaliknya pada musin penghujan terlanda banjir. Sebagai rakyat yang sederhana pikirannya, yang jujur hatinya, ia tidak mengharapkan stadion yang megah, melainkan cukup bendungan saja. Di tengah tengah kemelaratan rakyat di sana sini di dirikan proyek proyek mercusuar. Tentu saja masyarakat yang tengah menderita tidak membutuhkan proyek proyek mercusuar yang menelan biaya berjuta juta hanya demi beberapa gelintir orang saja. Rakyat tertarik dan mendambakan tercukupinya kebutuhan sehari hari termasuk air untuk mengairi sawahnya, terhindar dari bahaya banjir.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

216 |

Pada masa itu (Pemerintahan Orde Lama) para pemimpin seolah olah lupa pada tugasnya sebagai pemimpin yang harus melayani, yang harus menggembalakan rakyatnya. Bahkan penyelewengan para pemimpin makin menjadi, korupsi makin membengkak, kekejaman mencapai klimaksnya ketika penangkapan poenangkapan mulai dilancarkan terhadap orang porang yang berani mengritik pemerintah. Bukan hanya para penyair saja yang menunjukkan kekecewaannya terhadap para pemimpun masa itu, tetapi juga mahasiswa, pelajar, guru guru dan cendekiawan cendekiawan umumnya. Mereka mengadakan demonstrasi demonsrtasi untuk menunjukkan kekecewaannya terhadap suasana kehidupan sosial politik pada masa itu.

Sebagai sajak sejak perjuangan yang dibuat untuk suatu keperluan atau yang tercetus dalam situasi situasi yang eksplosif, saja sajak Periode 66 ini mempunyai daya gugah yang kuat. Sajak sajak ini mengingatkan kembali kepada rakyat agar terbangun dari tindakan tirani para pemimpin yang tidak mengacuhkannya lagi. Rakyat menghadapi kebejatan, kejahatan dan tirani pemimpin pemimpin bangsa sendiri sesudah Indonesia merdeka. Juga sejak ini diajukan kepada para pemimpin agar refleksi diri pada tindakan atau siapnya selama ini yang kurang becus mengatur pemerintahan, ekonomi dan keuangan.

K E S I M P U L A N

Di dalam bab III ini akan diberikan kesimpulan singkat dari seluruh pembicaraan di depan.

1. Puisi ialah susunan kata yang berirama yang mencetuskan pengalaman batin seseorang dengan gambaran, perasaaan dan pikiran. Hal ini dicetuskan sedemikian rupa sehingga para pembaca dan atau pendengar terciptalah juga pengalaman yang serupa dengan pengalaman penyairnya.

2. Dalam puisi lama kita jumpai bermacam macam bentuk ikatan; ada bidal, gurindam, pantun dsb. Bentuk bentuk ikatan tersebut dipakai untuk

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 217

menyampaikan teka teki, rasa humor, nasihat, cerita, bercinta dan sebagainya. Puisi lama taat pada aturan aturan tertentu.

3. Puisi puisi Periode 20 banyak mengumandangkan rasa cinta tanah air dan bangsa. Hal ini tentu belum setegas pengertian sekarang. Ini tidak mengherankan sebab masih dalam taraf permulaan. Mula mula rasa cinta dan pengertian cinta tanah air ini terbatas pada daerah dari mana penyair berasal. Lama kelamaan pengertian ini berkembang kepada pengertian Nusantara. Bentuk maupun bahasa puisi puisi Periode 20 masih banyak dipengaruhi oleh puisi lama.

4. Puisi puisi Periode 30 sudah maju setapak lagi. Di samping menggunakan rasa nasionalisme, juga terasa adanya sikap rasionalisme. Hal ini tentu akibat pendidikan mereka (penyair). Idealistis, intelektualitas mewarnai puisi puisi masa kini. Pengaruh pengaruh puisi lama makin tipis.

5. Puisi puisi Periode 45 banyak menggaungkan rasa merdeka, rasa lepas bebas dari cengkeraman penjajah. Periode ini diwarnai oleh sikap individualisme dan ekspresif. Pengaruh puisi lama tidak terasa lagi. Kata kata yang digunakan oleh para penyair padat berisi.

6. Puisi puisi Periode 66 menunjukkan adanya nada protes, perlawanan dan perjuangan untuk mengisi kemerdekaan yang disahkan tahun 1945. Dengan gayanya sendiri para penyair mengungkapkan: rasa kekecewaannya. Karena nadanya protes (sosial yang dilanjutkan protes politik), maka kata kata yang digunakan bersifat bombastis, muluk muluk dan meledak ledak.

BIBLIOGRAFI

Amir HAmzah, Buah Rindu, Dian Rakyat cet. V, Jakarta 1977 Ayip Rosidi, Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, Binacipta cet. II, Bandung, Juli 1976 Chairil Anwar, Deru Campur Debu, Pembangunan cet. V, Jakarta 1959 Fachrudin Ambo Enre, Perkembangan Puisi Indonesia dalam Masa Duapuluhan, Gunung Agung, Jakarta 1963 Gazali, B.A., Langgam Sastra Lama, Tintamas, Jakarta 1958

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

218 |

Hooykaas, Dr. C., Perintis Sastra, J.B. Wolters Groningan Jakarta 1951 (terjemahan Raihoel Amar gl Datoek Besar)

Hutagalung, Drs. M.S., Tanggapan Dunia Asrul Sani, Gunung Agung, Jakarta 1967 Sutan Takdir Alsyahbana, Puisi Baru, Dian Rakyat cet. VIII, Jakarta 1979

, Puisi Lama, Dian Rakyat cet. VI, Jakarta 1975

Yassin, H.B., Angkatan 66 : Prosa danm Puisi I, II, Gunung Agung cet. II, Jakarta 1976

Yassin, H.B., Angkatan Pujangga Baru : Prosa dan Puisi, Gunung Agung. Jakarta 1963

, Gema Tanah Air : Prosa dan Puisi I, II, Balai Pustaka cet. V, Jakarta 1969

Br. Frans Sugi FIC NIM 214 810 12

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FKSS IKIP Semarang Maret 1983

8. Sekitar Guru Bahasa (Indonesia)

Pengantar

Di dalam buku Konstitusi kita halaman 44 dan 45 tertulis sebagai berikut: “Kita dapat menjadi manusia yang kaya kepribadiannya dan subur karyanya, jika kita berusaha untuk membentuk dan mengembangkan diri kita. Pembentukan pada bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknik, besar nilainya bagi kehidupan manusia. Diharapkan agar setiap Bruder berusaha mengembangkan diri seluas mungkin dan sebaik mungkin menurut bakat dan pembawaannya; agar ia mencurahkan tenaga untuk menjadi seorang ahli dan selalu menambah keahlian bagi pekerjaannya yang ditugaskan kepadanya. Hendaknya ia sedapat dapatnya terbuka bagi pengetahuan dan kebudayaan; tetap mengikuti cita rasa dalam kehidupan kemasyarakatan. Hendaknya ia memenuhi syarat syarat yang dituntut oleh masyarakat. Pengabdian total menuntut agar kita mengembangkan bakat bakat kita sebagai pribadi dan sebagai persekutuan.”

“Bakat dan kemampuan setiap Bruder sangat berbeda. Sangat bijaksana hal itu selalu mendapat perhatian. Adalah bijaksana pula jika kita sebagai pribadi maupun sebagai persekutuan tidak ingin mencapai lebih dari kemampuan kita.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 219

Kita harus mengetahui dan mengakui bahwa kemampuan kita terbatas. Pengabdian kita yang tepat ialah mempergunakan segala kemampuan kita sebaik baiknya, meskipun terbatas; tidak dengan merindukan kemampuan orang lain. Namun ada baiknya meminta bantuan dari kemampuan orang lain itu. Dengan demikian, kita saling melengkapi dan saling memperkaya pribadi kita.” Dua kutipan singkat di atas sengaja saya kutip, yang menurut hemat saya sangat cocok kita perhatikan bersama sebagai tenaga tenaga pendidik yang selalu harus mengembangkan diri sesuai dengan situasi dan kondisi, sekaligus menyadari sebagai orang yang terbatas. Ada tuntutan yang kuat untuk selalu berkembang, tetapi ada juga tuntutan untuk selalu sadar diri bahwa tidak semua serba dapat. Khususnya kita sebagai tenaga tenaga pendidik bidang studi bahasa Indonesia dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan bahasa Indonesia dan selalu dituntut menerima diri pula bahwa kita tidak mungkin serba tahu tentang bahasa Indonesia. Dalam usaha untuk selalu berkembang dan sadar diri, kiranya kita sebagai guru bahasa (Indonesia) perlu menyadari dan memahami hal hal berikut:

A. guru dan kompetensinya; B. kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia; C. sikap guru terhadap bahasa Indonesia; D. peranan guru formal dalam pembinaan bahasa Indonesia; E. pengajaran bahasa Indonesia.

A. Guru dan Kompetensinya

Kerja pendidik tidak dapat ditawar tawar lagi sebab merupakan tugas profesional. Profesionalisasi jabatan guru di Indonesia harus selalu dikembangkan dan sekarang selalu diusahakan untuk dikembangkan. Pengembangan profesionalisasi jabatan guru diusahakan melalui pembinaan yang mengarah pada kemampuan dasar atau kompetensi guru.

Ada pun yang dimaksud kompetensi guru tersebut ialah sebagai berikut:

1. Kemampuan mengembangkan diri (kepribadian):

1.1. takwa dan beribadah terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

1.2. berpartisipasi dalam masyarakat sebagai warga negara Indonesia yang sehat dan bermoral Pancasila;

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

220 | MENGENALKAN

1.3. menghargai seni budaya asing dan menciptakan lingkungan belajar yang mencerminkan nilai nilai luhur kebudayaan bangsa;

1.4. disiplin, berdedikasi, loyal, dan bertanggung jawab terhadap tugas;

1.5. mengemukakan buah pikiran baik secara lisan maupun tertulis;

1.6. mempunyai kebiasaan membaca dan belajar yang baik;

1.7. tanggap terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, bercita cita untuk maju, bersedia bertindak sebagai perintis, percaya kepada diri sendiri;

1.8. cinta kasih kepada anak, memperlakukan anak secara manusiawi.

2. Kemampuan menyusun program pengajaran:

2.1. menguasai bidang pengajarannya;

2.2. menguasai landasan kependidikan;

2.3. mengenal kemampuan anak didik;

2.4. merumuskan TIK;

2.5. mengenal dan dapat menggunakan metode secara tepat;

2.6. memilih bahan yang berkaitan dengan TIK; 2.7. memilih metode yang berkaitan dengan TIK.

3. Kemampuan mengembangkan alat dan bahan pelajaran:

3.1. mengenal, memilih dan menggunakan media yang tepat;

3.2. membuat alat alat bantu pelajaran;

3.3. menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar;

3.4. memilih buku atau bahan pustaka lainnya untuk mengembangkan bahan pelajaran.

4. Kemampuan berintegrasi dengan murid:

4.1. membina dan mengembangkan kepemimpinan yang demokratis dan bertanggung jawab;

4.2. menggunakan prinsip kemanusia, demokrasi dan keadilan sosial;

5. Kemampuan melaksanakan program yang telah dibuat:

5.1. menciptakan iklim belajar mengajar yang sesuai;

5.2. mengatur tataruang yang sesuai;

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 221

5.3. mengelola interaksi belajar mengajar

6. Kemampuan melihat hasil maupun proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan:

6.1. menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran;

6.2. menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

7. Kemampuan melaksanakan tugas administrasi:

7.1. mengenal penyelenggaraan administrasi;

7.2. menyelenggarakan administrasi.

8. Kemampuan mengidentifikasikan kesulitan dan memberikan bimbingan kepada murid yang menghadapi kesulitan:

8.1. mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan;

8.2. menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan;

8.3. merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.

9. Kemampuan melaksanakan kegiatan dalam memanfaatkan sumber lingkungan:

9.1. mendayagunakan sumber sumber alam dan lingkungan;

9.2. ikut serta melestarikan lingkungan hidup.

10. Kemampuan melaksanakan penelitian kependidikan guna keperluan pengajaran:

10.1. melakukan percobaan di laboratorium;

10.2. melakukan penelitian lapangan.

Sepuluh kompetensi guru di atas, di samping berlaku untuk semua guru juga berlaku untuk kita guru guru bahasa (Indonesia).

B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

222 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Sebagai guru bahasa (Indonesia) agar mempunyai dasar yang kuat, kita harus paham dan meyakini kedudukan maupun fungsi bahasa Indonesia sebagai berikut:

1. Sejak dikumandangkannya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, maka resmilah bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional. Sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai:

1.1. Lambang Kebangsaan Nasional

Sebagai lambang kebangsaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Melalui bahasa Indonesia itu, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai nilai budaya yang dijadikan pegangan hidupnya.

1.2. Lambang Identitas Nasional

Sebagai lambang identitas nasional, derajat bahasa Indonesia sama dengan bendera negara kita. Di dalam fungsi ini bahasa Indonesia harus memiliki ciri khasnya sendiri, sehingga serasi dengan lambang lambang kita yang lain. Hal tersebut menuntut kepada masyarakat pemilik dan pemakainya untuk membina dan mengembangkannya demikian rupa, sehingga ia bersih dari unsur unsur bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing yang tidak diperlukan benar.

1.3. Alat Pemersatu Bangsa

Sebagai alat pemersatu bangsa, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai bagai suku bangsa yang ada di Indonesia ini untuk mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan bahasa Nasional, kita bahkan dapat meletakkan kepentingan nasional kita jauh di atas kepentingan daerah atau golongan.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 223

1.4. Alat Perhubungan Antardaerah dan Antarbudaya

Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa Indonesia telah menunjukkan kemampuannya sejak berabad abad yang lalu semenjak bahasa tersebut bernama bahasa Melayu. Dengan bahasa Indonesia kita dapat mengadakan komunikasi dengan suku suku bangsa yang menghuni kawasan Indonesia ini. Bahasa Indonesia mampu meghilangkan jarak antara suku yang satu dengan suku yang lain, baik yang disebabkan oleh faktor geografi maupun latar belakang sosial budaya dan bahasa daerah yang berbeda beda.

2. Selain berkedudukan sebagai Bahasa Nasional, sesuai dengan Undang Undang Dasar 1945, Bab XV Pasal 36, bahasa Indonesia berkedudukan pula sebagai Bahasa Negara. Di dalam kedudukannya sebagai Bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

2.1. Bahasa Resmi Kenegaraan

Di dalam hubungannya fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Dokumen dokumen dan keputusan keputusan serta surat menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan Badan badan Kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato kenegaraan dan penjelasan penjelasan pemerintah kepada masyarakat disampaikan dalam bahasa Indonesia.

2.2. Bahasa Pengantar di Dalam Dunia Pendidikan

Telah kita saksikan sejak diproklamasikannya Negara Indonesia tahun 1945, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan menggantikan bahasa Belanda; kecuali di Taman Kanak Kanak dan tiga tahun pertama SD. Pada kedua jenjang pendidikan tersebut pemakaian bahasa daerah belum dapat ditinggalkan sama sekali, mengingat bahasa Indonesia bagi sebagian besar bangsa Indonesia merupakan bahasa kedua.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

224 |

2.3. Alat Perhubungan Tingkat Nasional

Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat komunikasi antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat komunikasi di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.

2.4. Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Penyebaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi moderen, baik melalui penulisan maupun penerjemahan buku buku teks serta penyajiannya di Lembaga lembaga pendidikan maupun melalui penulisan buku buku untuk masyarakat umum dan melalui sarana sarana lain di luar Lembaga lembaga pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Sikap Guru Terhadap Bahasa Indonesia

Orang menganggap sesuatu itu salah atau betul adalah sesuatu yang wajar; karena dia seorang manusia yang mempunyai hak untuk mengatakan pendiriannya dengan bebas. Tetapi menyatakan anggapan terhadap sesuatu yang sudah pasti, jelas dan terang persoalannya, secara tidak tepat orang ini dapat dikatakan kurang tahu atau memang tidak tahu dan tidak mau mengerti sama sekali duduk masalahnya.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa tidak sedikit masyarakat bangsa kita yang masih banyak belum mau mengerti (termasuk guru) kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia selaku bahasa sendiri. Secara umum dapat dibedakan dalam dua sikap yaitu sikap negatif dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

BeberapasikapnegatifterhadapbahasaIndonesia:

1. Menganggap bahasa Indonesia ada secara alamiah

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 225

Penerimaan secara aklamasi (suara bulat) pengangkatan bahasa Melayu menjadi dasar bahasa nasioanal, yang kemudian menjadi bahasa Indonesia pada Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu peristiwa alamiah; dalam arti sebagai suatu bahasa yang tumbuh dan perkembang sejalan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan bahasa itu dengan sejarah pemiliknya. Karena adanya kesejajaran dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bahasa itu dengan sejarah bangsa pemiliknya, akan terjadilah kesinambungan dan penyerapan yang kuat serta rasa setia bahasa antara kegiatan kegiatan kejiwaan bangsa itu dengan bahasanya. Pemilihan kata, penggunaan unsur tatabahasa, gaya, lagu dan lain lain akan tumbuh dengan sendirinya pada waktu mereka itu berbahasa. Karena itu pembinaan terhadap bahasa Indonesia tersebut tidak perlu dilakukan secara berencana.

3. Menganggap bahasa Indonesia itu mudah

Walaupun bahasa Indonesia bagi sebagian besar bangsa Indonesia sebagai bahasa kedua, namun karena kedudukannya sebagai bahasa Nasional menyebabkan sebagaian besar masyarakat Indonesia dapat menggunakannya. Kemampuan berbahasa Indonesia sebagai alat perhubungan manjadi tuntutan utama bagi setiap warga negara Indonesia untuk berhubungan dengan orang orang dari daerah lain atau dari suku lain. Kelancaran berbicara dan jarangnya terjadi salah kontak pada waktu berhubungan dengan memakai bahasa Indonesia dengan orang orang lain baik di kantor, di pasar, di pertemuan pertemuan atau di tempat tempat lain, menumbuhkan perasaan mampu berbahasa Indonesia. Perasaan tersebut pada gilirannya menimbulkan keengganan mempelajari bahasa Indonesia itu dengan sungguh sungguh, karena tanpa belajar pun mereka pada kenyataannya telah mampu menggunakan bahasa tersebut. Akibatnya penggunaan bahasa Indonesia pada umumnya hanya terbatas sampai pada sebagai alat perhubungan belaka dan tidak pernah akan meningkat sebagai sarana bepikir dan mengutarakan gagasan gagasan yang bersifat ilmiah dan moderen.

3. Menganggap bahasa Indonesaia lebih rendah dari pada bahasa asing.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

226 |

Perkembangan suatu bahasa berjalan seirama dengan perkembangan bangsa pemiliknya. Baik bahasa maupun bangsa Indonesia masih sangat muda usianya. Tidaklah mengherankan apabila dalam sejarah pertumbuhannya bangsa Indonesia mendapat pengaruh dari negara negara lain yang lebih maju. Seperti kita maklumi, perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini dikuasai oleh bangsa barat. Merupakan hal yang wajar apabila bahasa mereka pula yang menyertai penyebaran ilmu pengetahuan tersebut ke seluruh dunia. Indonesia sebagai negara yang baru berkembang tidak mustahil menerima pengaruh tersebut. Masuklah kemudian istilah istilah atau kata kata asing ke dalam bahasa Indonesia, karena memang pengertian sebagai yang dimaksudkan oleh istilah atau kata kata asing tersebut belum ada dalam bahasa Indonesia. Dalam pada itu karena bahasa Indonesia sesuai dengan sifatnya yang reseptif, sangat membuka untuk kesempatan itu. Menyaksikan keadaan seperti itu, timbullah pada benak sebagian orang anggapan yang kurang baik terhadap bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang miskin karena ternyata tidak mampu mendukung ilmu pengetahuan moderen, tidak seperti bahasa Inggris misalnya. Akhirnya di pihak lain muncul sikap mendewa dewakan bahasa Inggris khusunya dan bahasa asing umumnya. Dengan demikian mampu berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya merupakan ukuran terpelajar atau tidaknya seseorang. Alhasil hasrat untuk belajar menguasai bahasa lain lebih tinggi daripada hasrat untuk belajar menguasai bahasa sendiri. Ditunjang oleh kenyataan adanya efek sosial yang lebih baik bagi orang orang yang mampu berbahasa asing tinimbang yang mampu berbahasa Indonesia, lebih menurunkan lagi derajat bahasa Indonesia di mata orang orang awam.

Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans
FIC | 227
228 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 229 BAGIAN XII: AYUDYA
230 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

1. Merasa bangga berbahasa Nasional Bahasa Indonesia.

Tidaklah berlebihan rasanya bila dikatakan dalam masalah bahasa Nasional, bangsa Indonesia merupakan satu di antara beberapa negara saja di dunia ini yang pemilikannya dengan cara mengembangkan sendiri satu di antara bahasa bahasa daerah suku bangsa sendiri. Dan pemilikannya itu pun didasarkan musyawarah serta tidak pernah menimbulkan persaingan bahasa bahasa daerah suku lain. Sementara itu dalam perkembangan selanjutnya bahasa tersebut mempunyai kemampuan yang tinggi, bukan saja sebagai alat perhubungan yang baik dan sempurna, melainkan juga dalam penggunaannya di bidang bidang ilmu pengetahuan, baik ilmu sosial maupun eksakta. Sebagai pengucap kesusastraan pun bahasa Indonesia telah membuktikan dirinya sebagai bahasa yang tangguh dan terpercaya. Perhatian dan minat bangsa asing untuk mempelajari bahasa Indonesia dan menerjemahkan karya karya sastra berbahasa Indonesia lebih menguatkan lagi kenyataan bahwa sebagai budaya bahasa yang kreatif, bahasa Indonesia mampu mensejajarkan dirinya dengan bahasa bahasa asing yang pada umumnya sudah mempunyai masa perkembangan lebih lama. Melihat kenyataan itu, bukankah pada tempatnya kita sebagai pemiliknya merasa bangga?

2. Mempunyai rasa setia bangsa Sesuai dengan fungsinya sebagai identitas nasional, bahasa Indonesia harus memiliki ciri ciri khasnya sendiri. Hal itu berarti bahwa bahasa tersebut mempunyai kaidah kaidah yang membedakan dirinya dari bahasa bahasa lain. Sebagai pemiliknya kita dituntut tetap memperhatikan dan mempertahankan kepribadian itu dan menjauhkan dari pengaruh anasir bahasa bahasa lain yang tidak diperlukan benar. Berbahasa Indonesia pada setiap kesempatan dengan mematuhi kaidah kaidah yang berlaku sesuai dengan situasinya, merupakan kewajiban bagi kita sebagai perwujudan rasa setia kita terhadap bahasa nasional kita, bahasa Indonesia.

4. Merasa bertanggung jawab atas perkembangan bahasa Indonesia

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 231 BEBERAPASIKAPPOSITIFYANGDIHARAPKAN:

Sesuai dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia merupakan milik semua warga negara Indonesia. Hal itu berarti baik atau buruknya nasib bahasa Indonesia, serta mampu atau tidaknya mengiktui derap kemajuan ilmu pengetahuan, sepenuhnya terletak di pundak seluruh warga negara dan bukan hanya pada tangan para guru dan ahli bahasa Indonesia. Dengan demikian sadar atau tidak sadar, bahkan senang atau tidak, kita semua dituntut membina dan mengembangkan bahasa Indonesia agar bukan saja mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen, melainkan kalau mungkin mendudukkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang terpandang di tengah tengah pergaulan bangsa bangsa di dunia. Kesadaran bahwa bahasa Indonesia adalah milik kita dan tanggung jawab kita tampaknya memang belum merata dimiliki oleh seluruh warga negara. Kepekaan kita terhadap kesalahan kesalahan bahasa yang kita pakai atau yang kita saksikan masih kurang.

D. Peranan Guru Formal Dalam Pembinaan Bahasa Indonesia

Guru formal ialah guru atau pengajar (yang mengajarkan satu ilmu) yang diangkat secara resmi baik oleh pemerintah maupun Lembaga swasta, dari tingkat yang terendah sampai tingkat yang tertinggi.

Guru formal ini selanjutnya dapat diperinci sebagai berikut:

1. guru bahasa : a. guru bahasa Indonesia. b. guru bahasa daerah c. guru bahasa asing.

2. guru non bahasa. Dalam memberikan pengajaran pada semua sekolah atau sesama tingkat pendidikan, karena bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar resmi di Lembaga lembaga pendidikan. Dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada sekolah rendah, sesuai dengan situasi setempat, seumpamanya sampai dengan kelas III SD, apabila belum memungkinkan penggunaan bahasa Indonesia. Hal ini memang bisa terjadi seperti sekarang ini.

Guru dalam melaksanakan tugasnya tidak boleh tidak harus pandai berbahasa Indonesia. Selain dari itu dituntut pula keterampilan menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang kedudukan dan wewenagnya. Keterampilan

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

232 |

seorang guru SLTP misalnya, harus lebih dari keterampilan seorang guru SD, dan keterampilan seorang guru SMA harus pula lebih dari keterampilan seorang guru SLTP. Pengetahuan dalam bahasa Indonesia dan keterampilan dalam menggunakan bahasa Indonesia harus berjenjang naik dengan catatan akan lebih baik lagi apabila seorang guru yang mempunyai kedudukan yang lebih rendah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama atau lebih dari seorang guru yang lebih tinggi jenjang kedudukan dan wewenagnya. Seorang guru betapapun juga harus mengetahui perkembangan bahasa Indonesia, dan harus pula turut dalam pembinaan bahasa Indonesia dan dalam usaha pembakuan bahasa Indonesia. Seorang guru dalam penggunaan bahasa Indonesia adalah teladan bagi siswanya, dan juga contoh anggota masyarakat sekelilingnya. Apabila dibandingkan antara peranan guru bahasa dengan guru non bahasa dalam pembinaan dan pembakuan bahasa terdapat perbedaan perbedaan tertentu. Guru bahasa selain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, juga memberikan pelajaran bahasa kepada siswanya. Pelajaran bahasa ini dapat berupa mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing tertentu. Dalam hal ini guru bahasa tersebut harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam bidangnya, dan harus mengetahui betul fungsi setiap bahasa tersebut dalam rangka pembinaan bahasa Indonesia dalam ruang lingkup pembinaan bangsa. Pengajaran bahasa ini harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam politik bahasa Nasional. Dan berdasarkan tujuan ini pulalah harus dipertimbangkan strategi pengajaran bahasa, agar pengajaran bahasa Indonesia dapat menumbuhkan rasa kebangsaan yang utuh, agar pengajaran bahasa derah dapat merupakan sumbangan positif dalam pembinaan bangsa, dan agar pengajaran bahasa asing dapat memberikan sumbangan positif dalam pengertian memberikan wawasan yang luas dalam hubungan antarbangsa dan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan atau teknologi moderen. Pengajaran bahasa daerah tidak boleh menimbulkan perasaan daerah yang sempit atau fanatik, dan pengajaran bahasa asing tidak boleh merusak pembinaan dan pembangunan bahasa Indonesia, dan apalagi merusak rasa kebangsaan seseorang. Seorang guru bahasa daerah harus memiliki keterampilan menggunakan bahasa Indonesia, demikian pula seorang guru bahasa asing, sebagaimana guru bahasa Indonesia, sehingga tidak mencampuradukkan kaidah kaidah bahasa asing, bahasa derah

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 233

dengan kaidah kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini pula dituntut seorang guru bahasa tahu seluk beluk interferensi dan kontaminasi dan juga tahu bagaimana cara mengatasinya. Di antara ketiga macam guru bahasa tersebut di atas tugas terberat terletak pada guru bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia harus mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang bahasa Indonesia. Mereka harus mempunyai pengetahuan sejarah perkembangan bahasa Indonesia, fungsi bahasa Indonesia, fungsi bahasa daerah, fungsi bahasa asing, perencanaan bahasa dan pembinaan bahasa Indonesia. Mereka juga harus mengetahui tentang struktur bahasa Indonesia (fonologi, morfologi dan sintaksis). Keterampilan berbicara, menyimak, membaca dan menulis merupakan tuntutan mutlak bagi guru bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia harus mampu menunjukkan kesalahan kesalahan dalam pemakaian bahasa Indonesia siswanya. Tugas guru bahasa Indonesia ini tidak akan berhasil bila tidak dibantu oleh guru guru bahasa lainnya, dan juga guru guru non bahasa pada berbagai tingkatan. Dalam hal ini semua guru harus mawas diri terhadap berbagai kesalahan dalam pemakaian bahasa, harus berani memperbaikinya, harus bersikap terbuka dan dapat menghargai usaha perbaikan yang dilakukan demi pembinaan bahasa Indonesia. Hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru bahasa Indonesia ialah mereka harus dapat menghidupkan dan mengembangkan pelajaran bahasa Indonesia agar setiap anak didik merasa perlu menguasai bahasa Indonesia dan berusaha memperoleh suatu keterampilan menggunakan bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia harus dapat menimbulkan minat baca anak didik terhadap berbagai ilmu pengetahuan, khususnya dalam perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

E. Pengajaran Bahasa Indonesia

Sesuai dengan tujuan pengajaran bahasa Indonesia di SLTP/SLTA, aspek penggunaan bahasa dan aspek pengetahuan bahasa yang diajarkan sebagai berikut:

1. Aspek penggunaan bahasa meliputi:

1.1. kemampuan mendengarkan dengan penuh pemahaman berbagai situasi penggunaan bahasa lisan.

1.2. kemampuan berbicara dalam berbagai situasi pembicaraan.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

234 | MENGENALKAN

1.3. kemampuan membaca berbagai situasi bahan bacaan dengan cara yang sesuai dengan tujuan perbuatan membaca.

1.4. kemampuan mengarang dalam berbagai bentuk penggunaan bahasa tulisan.

1.5. kemampuan memahami, memulai dan menikmati karya sastra.

2. Aspek pengetahuan bahasa meliputi:

2.1. sistem bunyi bahasa Indonesia.

2.2. pola dan sistem intonasi bahasa Indonesia.

2.3. kaidah (tatabahasa) Indonesia.

2.4. kosa kata dan ungkapan dalam hubungan berbagai penggunaan bahasa.

2.5. lambang tulisan dan tata penulisan bahasa.

2.6. sejarah bahasa Indonesia dan sastra Indonesia.

3. Aspek berbahasa dan berpikir meliputi:

3.1. pengalaman melalui karya tulis dalam rangka mendorong murid berpikir kritis, sistematis dan logis dalam berbahasa.

3.2. pengalaman bermusyawarah, bertukar pikiran antara murid dengan murid, murid dengan guru.

3.3. pengalaman melalui sastra untuk menanamkan pengertian murid tentang masalah kemanusiaan, tingkah laku, nilai keindahan dan cita cita.

Kesimpulan

1. Guru bahasa Indonesia harus mempunyai motivasi dalam melaksanakan profesinya.

2. Guru bahasa Indonesia tidak bisa lepas dari 10 kompetensi guru.

3. Guru bahasa Indonesia harus memahami kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

4. Guru bahasa Indonesia harus bersikap positif terhadap bahasa Indonesia.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 235

5. Sebagai guru formal, guru bahasa Indonesia harus berperan serta dalam pembinaan bahasa Indonesia.

6. Guru bahasa Indonesia harus memahami dan menguasai aspek aspek pengajaran bahasa Indonesia.

Bacaan sumber

Asfandi Adul, Bahasa Indonesia Baku dan Fungsi Guru, Bina Ilmu, Surabaya 1981 Roestiyah N.K. , Masalah masalah Ilmu Keguruan, Bina Aksara, Jakarta, 1982 Sri Hastuti P.H., Permasalahan Dalam Bahasa Indonesia, Intan, Klaten, 1983

Pusat Bahasa, Hasil Perumusan Seminar, Jakarta, 1977 (temu guru bahasa Indonesia di Syalom, Juni 1984)

9. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

A. Istilah Melayu dan Indonesia

Kata Melayu mula mula dipakai untuk menamakan sebuah kerajaan kecil di daerah Jambi, di tepi sungai Batanghari (di Pulau Sumatera). Kerajaan itu akhirnya dikalahkan oleh kerajaan Sriwijaya, yang pada waktu itu (abad VII) daerah jajahan tidak hanya Pulau Sumatera saja. Nama Melayu sebagai kerajaan hilang, kemudian muncul istilah Melayu untuk menamakan suatu bahasa yang dipakai di kerajaan Sriwijaya. Bahasa Melayu berkembang, lalu timbul dialek dialek. Ada dialek Melayu yang dipilih sebagai bahasa pengantar untuk perdagangan. Dialek Melayu ini disebut Melayu pasar. Ada pula dialek yang dipakai di kerajaan. Ini disebut Melayu tinggi atau Melayu Riau atau Melayu Johor. Dialek inilah yang akan menjadi bahasa Indonesia.

Kata Indonesia adalah kata majemuk (compound) dari Indus dan Nesos. Indus adalah nama sungai di India, sedangkan Nesos (bahasa Yunani) berarti suatu kumpulan Pulau (archipelago). Jadi Indonesia mempunyai arti daerah yang terdiri atas pulau pulau yang terletak di lautan India. Lautan India itu sekarang disebut lautan Indonesia. Nama Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh Richradson Logan seorang ahli etnologi dari Inggris pada tahun 1850. Pada tahun 1884 nama itu dipopulerkan oleh Prof. A. Bastiaan seorang ahli etnologi dari Jerman.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

236 |

Istilah Indonesia mempunyai pengertian politis dan linguistis. Secara politis yang dimaksud dengan Indonesia yaitu daerah daerah yang dahulu dijajah oleh Belanda. Secara linguistis, Indonesia berarti daerah daerah yang membentang dari pulau Madagaskar sampai pulau Paas, dari Formusa sampai Selandia Baru.

B. Sejarah Bahasa Indonesia

Bangsa Melayu itu pelaut dan pedagang, maka mereka senang merantau. Akibatnya bahasanya pun ikut terbawa mempengaruhi di tempat mereka berdagang. Apalagi dengan datangnya pedagang pedagang asing, dan kerajaan Sriwijaya pun berkembang dengan pesat. Bahasa Melayu tersebar ke mana mana, baik sebagai bahasa perdagangan maupun bahasa agama. Sebagai bahasa perdagangan, bahasa Melayu terkenal dengan nama lingua franca. Daerah penyebaran bahasa Melayu tidak hanya meliputi pulau Sumatera saja, melainkan juga di pulau Jawa, Maluku, dan di tempat tempat lain. Mengapa bahasa Melayu yang terpilih sebagai lingua franca, karena sifat bahasanya yang mudah dipelajari, strukturnya tidak berbelit belit seperti bahasa Jawa. Kata Melayu makan tidak boleh begitu saja diterjemahkan mangan/dhahar; tergantung pada kedudukan orang yang makan atau umur orang yang akan makan. Yang menjadi lingua franca ialah apa yang kita kenal dengan bahasa Melayu Pasar. Di samping itu, di dalam Istana juga berkembang dialek lain, yang dipakai dalam suasana resmi, untuk menuliskan karangan sastra. Jenis bahasa ini kita kenal dengan nama bahasa Melayu Tinggi atau Melayu Riau. Secara historis, bahasa ini mempunyai dokumen tertulis, dan sifatnya lebih formal. Dengan datangnya agama agama, maka datang pulalah pengaruh bahasanya ke dalam bahasa Melayu. Ada yang pengaruhnya kuat, ada yang lemah. Di antara bahasa bahasa yang mempengaruhi, maka bahasa Arablah yang banyak pengaruhnya, sampai sampai huruf abjadnya dipakai untuk menuliskan kata kata Melayu. Tidak sampai di situ saja pengaruhnya. Dalam morfologi dan sintaksis pun banyak pengaruh bahasa Arab ke dalam bahasa Melayu. Kedatangan bangsa barat sebagai penjajah menyebabkan terpecahnya perkembangan bahasa Melayu di dua tempat; Malaysia dan Indonesia. Akhirnya keduanya menempuh jalannya sendiri, yang satu banyak dipengaruhi oleh bahasa Inggris dan yang lain oleh bahasa Belanda. Nasib yang tidak menguntungkan diderita oleh bahasa Melayu yang berkembang di Malaysia, karena sampai

WAYANG: Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH
FIC | 237

sekarang di sana kedudukan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi belum semantap seperti kedudukan bahasa Melayu di Indonesia. Penderitaan yang sama dialami pula oleh bahasa bahasa resmi di Filiphina dan India. Kedatangan Belanda, yang kemudian mendirikan sekolah sekolah menyebabkan timbulnya persoalan bahasa apakah yang dipakai sebagai bahasa pengantar. Pilihannya ternyata jatuh pada bahasa Melayu Tinggi antara lain karena bahasa Melayu Tinggi mempunyai dokumen tertulis.

Penjajahan Belanda menimbulkan adanya rasa kesadaran kebangsaan pula. Maka timbul pula persoalan, bahwa apa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan rasa tersebut. Maka pilihannya kjatuh pada bahasa Melayu Tinggi sebagai bahasa Nasional Indonesia. Ada beberapa factor yang menyebabkan bahasa Melayu yang dipilih menjadi bahasa Indonesia. Prof. Dr. Slamet Mulyana mengemukan 4 faktor sebagai berikut:

1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan atau perdagangan. Dengan bantuan para pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke seluruh Nusantara terutama di kota kota pelabuhan.

2. Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana, mudah dipelajari. Dalam bahasa Melayu tidak dikenal tingkatan bahasa sepertti dalam bahasa Jawa atau Bali, atau pembedaam pemakaian bahasa kasar dan halus seperti dalam bahasa Sunda.

3. Faktor Psikologi, yaitu suku bangsa Jawa dan Sunda telah dengan suka rela menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, semata mata didasarkan pada keinsafan akan manfaatnya segera ditetapkan bahasa nasional untuk seluruh keperluan Indonesia. Ada keikhlasan mengabaikan semangat dan rasa kesukuan karena sadar akan perlunya kesatuan dan persatuan.

4. Kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu; jika bahasa itu tidak mempunyai kesanggupan untuk dapat dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam arti yang luas, tentulah bahasa itu akan tak dapat berkembang menjadi bahasa yang sempurna. Kenyataannya bahasa Indonesia (Melayu) mempunyai sifat seperti itu.

Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa mana akan menjadi bahasa persatuan itu. Tiap daerah tampaknya lebih suka mempergunakan

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

238 |

bahasanya sendiri. Budi Utomo misalnya lebih menekankan kebudayaan dan bahasa Jawa. Tiap perhimpunan pemuda, apakah di Jong Java, Jong Sumatera atau Jong Ambon, lebih suka mempergunakan bahasa daerahnya sendiri. Hal hal semacam ini dirasakan sangat menghambat persatuan dan kesatuan yang hendak dicapai.

Mengingat kesulitan kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa di Indonesia, maka pada tahun 1926 Jong Java merasa perlu mengakui suatu bahasa daerah sebagai media penghubung semua pemuda pemudi Indinesia. Bahasa Melayu dipilih menjadi bahasa pengantara. Pemuda pemuda di Sumatera sudah lebih dulu menyatakan dengan tegas hasrat mereka agar bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa persatuan. Walaupun dengan adanya hasrat yang tegas ini, sebagian majalah majalah Jong Java, Jong Sumateranen Bond masih ditulis dalam bahasa Belanda.

Perlu pula disebut jasa jasa beberapa surat kabar yang turut menyebarkan bahasa Melayu, seperti: Bianglala, Bintang Timur, Kaum Muda, Neraca dan sebagainya.

Di samping besar sekali pengaruhnya dalam perkembangan bahasa Melayu, mereka sekaligus menjadi media penghubung dan tempat latihan bagi putra putri Indonesia untuk mengutarakan berbagai macam masalah. Tibalah saat yang sangat bersejarah bagi para pemuda Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta. Sebagai hasil yang paling gemilang dari kongres itu ialah diadakan ikrar bersama yang terkenal dengan nama SUMPAH PEMUDA. Rumusan Sumpah Pemuda tersebut sebagai berikut:

1. Kami putra dan putri Indonesia, bertumpah darah yang satu tanah Indonesia.

2. Kami putra dan putrid Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.

3. Kami putra dan putrid Indonesia, menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Meskipun secara politis berkuasanya Jepang di Indonesia sangat merugikan bangsa Indonesia, tetapi bagi perkembangan bahasa Indonesia kehadiran Jepang mempunyai arti yang positif. Sebab ketika Jepang berkuasa di Indonesia (sejak 1942), bahasa Belanda dihapus bersih dari pergaulan. Sedangkan bahasa Jepang

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 239

tidak dapat dipakai sebagai pengganti bahasa Belanda dalam pergaulan maupun dalam pemerintahan. Oleh karena itu, bahasa Indonesia yang dipakai sebagai penggantinya. Pada masa pendudukan Jepang bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa utama dalam segala urusan. Sejak itu boleh dikatakan bahasa Indonesia maju baik secara horisontal maupun secara vertikal : meluas daerah pemakaiannya dan meninggi daerah statusnya. Sejak Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 0928, maka resmilah bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional. Sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

1. lambang kebangsaan nasional.

2. lambang identitas nasional.

3. alat pemersatu bangsa.

4. alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

Selain berkedudukan sebagai bahasa Nasional, sesuai dengan Undang Undang Dasar 1945, Bab XV Pasal 36 yang berbunyi, “ Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”, bahasa Indonesia berkedudukan pula sebagai bahasa Negara. Sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

1. bahasa resmi kenegaraan.

2. bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan.

3. alat perhubungan pada tingkat nasional.

4. alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sekarang zaman kita zaman Pembina, maka dimulailah oleh pemerintah pembinaan bahasa Indonesia dengan selalu mengadakan penelitian, seminar seminar, kongres kongres dan sebagainya.

C. Beberapa Kutipan dari Prasasti yang Menggunakan Bahasa Melayu

1. Dari prasasti yang terdapat di Talang Tuwo, dekat Palembang, berangka tahun 684, di Asnnakala di antara marga Lai Temu Muwah Ya Ahara dengan Air di minumnya Sawanjaknja Wuatnya Huma Parlak Mantjak Muwah Ya manghidupi Njakja yang Upasarga Swapnawigna.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

240 |

(Apabila orang orang itu lapar, di tempat perhentian atau di tempat tengah tengah perjalanan, haruslah mereka mendapatkan makanan dan air minum. Moga moga segala perumahan dan kebun kebun yang mereka perbuat akan memberi hasil yang banyak. Semoga selamat segala macam ternak dan sekalian hamba sahaya mereka itu. Moga moga jangan mereka ditimpa oleh suatu malapetaka, atau disiksa oleh penyakit tak dapat tidur).

2. Dari prasasti yang terdapat di kota Kapur, dekat Bangka, yang berangka tahun 686, Sjakawasjatita 608 ding pratipada sjuklapaksa wulan. Waisjakha tatkalanja kaliwat menapik jang bhumi djawa tida bhakti ka Sjriwidjaja. (Tarikh Sjaka lampau 608, pada pertama hari setengah bulan terang, bulan April tatkalanya mengucap sumpah ini, dipahat di waktunya bala Sriwijaya telah menyerang tanah Jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.)

3. Dari sebuah prasasti yang terdapat di Minje Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 dan berbentuk syair

Hidjrat nabi mungstapa jang prasida Tujuh ratus asta puluh sawarsa Hadji tjatur dan dasa wara sukra Radja iman warda rahmat Allah

Gutra barubasa mpu hak kadah pase ma Taruk tasih tanah samuha Ilahi ya rabbi Tuhan samuha Taruh dalam swarga Tuhan

(Setelah hijrah nabi, kekasih, yang telah wafat, tujuh ratus delapan puluh satu tahun, bulan Dzulhijah 14 hari Jumat, Ratu Iman Werda (rahmat Allah bagi Baginda) dari suku Barubasa (di Gujarat), mempunyai hak atas Kedah dan Pasai Menaruk di laut dan darat semesta, ya Allah, ya Tuhan semesta, taruhlah Baginda dalam surga Tuhan.)

D. Tahun tahun Penting Sehubungan dengan Perkembangan Bahasa Indonesia

Frans Sugi, FIC

241

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
|

1. Tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuysen, dimuat dalam Kitab Logat Melayu. Ini berarti memantapkan kedudukan bahasa Melayu yang oleh Gubernemen Belanda ditetapkan sebagai bahasa pengantar di sekolah sekolah Bumi Putera.

2. Tahun 1908 Pemerintah Belanda mendirikan sebuah badan penerbit buku buku bacaan yang diberi nama Commissie Voor De Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian tahun 1917 diubah namanya jadi Balai Pustaka. Balai Pustaka membantu tersebarnya bahasa Melayu.

3. Tanggal 25 Juni 1918 keluar Ketetapan Ratu Belanda yang memberikan kebebasan kepada anggota anggota Dewan Rakyat (Volksraad) untuk mempergunakan bahasa Melayu dalam perundingan perundingan.

4. Tanggal 28 Oktober 1928 Bahasa Melayu secara resmi diangkat menjadi bahasa Indonesia, sekaligus bahasa Indonesia diangkat dan diakui sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional.

5. Tahun 1933 berdiri Pujangga Baru, bahasa Melayu yang masih bercorak keminangkabau minangkabauan berkembang menjadi yang lebih umum.

6. Tahun 1938 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo.

7. Tahun 1942 1945 selama masa pendudukan Jepang bahasa Indonesia dijadikan bahasa utama dan pertama.

8. Tahun 1945 bahasa Indonesia secara sah menjadi Bahasa Negara.

9. Tahun 1947 diresmikan pemakaian ejaan Republik sebagai penyempurnaan ejaan Ch. A. Van Ophuysen.

10. Tahun 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan.

11. Tahun 1972 ditetapkan pemakaian ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) oleh Presiden.

12. Tahun 1975 Lembaga Bahasa Nasional diubah namanya menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

13. Tahun 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta.

14. Tahun 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. (Semarang, SMP Domenico Savio 1985)

10. Bulan Bahasa

A. Pengertian Bulan Bahasa

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

242 |

Bulan Bahasa ialah bulan kegiatan nasional kebahasaan yang diadakan dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda. Sampai sekarang, tahun 1983, kita telah melaksanakan empat kali bulan bahasa. Bulan bahasa dimulai bertepatan dengan peringatan ke 52 hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1980. Selama bulan Oktober (tanggal 1 31 Oktober) dilangsungkan bulan bahasa yang diisi dengan berbagai kegiatan guna menggalakkan pembinaan dan penggunaan bahasa Indonesia yang baku sebaik baiknya. Sampai sekarang bulan Oktober dijadikan Bulan Bahasa.

Dalam pembukaan Bulan Bahasa itu, tanggal 1 Oktober 1980 di halaman Gedung Proklamasi, Jakarta, pada sambutannya Menko Kesra Surono mengatakan, “Tanpa peningkatan mutu dan disiplin penggunaan bahasa Indonesia, fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dan persatuan akan menjadi pudar.”

Adapun tujuan diselenggarakannya Bulan Bahasa ialah untuk menumbuhkan sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Indonesia, meningkatkan kegairahan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan meningkatkan mutu dan disiplin penggunaan bahasa Indonesia. Sikap sikap positif yang dimaksud meliputi :

1. merasa bangga berbahasa nasional bahasa Indonesia.

2. mempunyai rasa setia bahasa.

3. merasa bertanggung jawab atas perkembangan bahasa Indonesia.

Kegiatan kegiatan yang dilaksanakan selama Bulan Bahasa baik di pusat (Jakarta) maupun di daerah antara lain: penilaian esei sastra dalam surat kabar, penyebarluasan kata kata baru lewat media masa, penilaian pemakaian bahasa Indonesia penyiar RRI dan TVRI, penilaian penggunaan bahasa di koran dan majalah, inventarisasi penulisan papan nama yang salah ejaannya, acara Pintu Terbuka. Acara Pintu Terbuka diselenggarakan di Gedung Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Rawamangun Jakarta. Kegiatan acara Pintu Terbuka berupa pelayanan informasi mengenai kebahasaan kepada masyarakat, serta pameran dan pelayanan perpustakaan.

WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN TOKOH
| 243
244 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 245 BAGIAN XIII: GUWAKISKENDA

HASIL BULAN BAHASA KOMPAS1982

Selama Bulan Bahasa, Oktober 1982, harian Kompas memuat kata kata asing yang kiranya perlu diketahui oleh para pembaca. Hasil rubrik kata kata baru yang dimuat dari tanggal 13 Oktober 1982 sampai dengan 5 November 1982 adalah sebagai berikut: simposium:pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat (prasaran) para ahli mengenai masalah dalam bidang tertentu. sarasehan: simposium diskusi panel: diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang membahas suatu topik yang menjadi perhatian umum di hadapan hadirin, pendengar, (siaran radio), atau penonton (siaran televisi) seminar: pertemuan para pakar yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai suatu masalah lokakarya: pertemuan para pakar yang membahas suatu karya sanggar kerja: lokakarya rapat kerja: pertemuan para karyawan yang membahas hal hal yang berhubungan pelaksanaan tugas suatu instansi temu karya: pertemuan seperti rapat kerja, lokakarya atau seminar konferensi: pertemuan untuk berdiskusi atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama kongres: rangkaian pertemuan para wakil organisasi (politik, sosial, profesi) untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai suatu masalah santiaji: pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan (petunjuk, penjelasan) singkat menjelang pelaksanaan suatu tugas penataran: sejenis latihan atau kursus yang diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan para peserta petatar: peserta penataran sarana: sesuatu yang dipergunakan sebagai alat dalam melaksanakan pekerjaan atau kegiatan prasarana: sesuatu yang merupakan alat penunjang dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan wahana: 1. kendaraan, alat pengankut 2. alamat (tafsir mimpi) 3. sesuatu yang dipergunakan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan gagasan: rancangan pemikiran, cita, ide rawan: 1. rindu bercampur sedih, pilu, terharu

246 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

2. mudah menimbulkan gangguan keamanan atau bahaya, gawat rentan: 1. mudah terkena penyakit

2. peka peka: 1. mudah merasa, mudah terangsang

2. mudah bergerak (tentang neraca atau peralatan mekanis) berdaya guna: efisien, tidak membuang buang waktu, tenaga dan biaya berhasil guna: efektif, dapat mendatangkan akibat atau pengaruh darma: tugas hidup, kewajiban darmabakti: perbuatan berbakti (kepada negara, bangsa, tanah air dan sebagainya) darmawisata: piknik swasembada: mampu mencukupi kebutuhan sendiri swapraja: otonomi, daerah yang berpemerintahan sendiri swatantra: otonom, memerintah sendiri, berhak mengurus kepentingan sendiri swasta: bukan (milik) pemerintah, partikulir wiraswasta: pengusaha swasta swausaha: usaha sendiri, tidak menggantungkan diri pada pihak lain swadesi: gerakan yang menganjurkan pemakaian barang buatan bangsa sendiri tuna aksara: buta huruf, tidak dapat membaca dan menulis tuna karya: tidak mempunyai pekerjaan, menganggur tuna netra: tidak dapat melihat, buta tuna rungu: tidak dapat mendengar, tuli tuna susila: tidak bersusila, asusila tuna wicara: tidak dapat berbicara, bisu tuna wisma: tidak mempunyai tempat tinggal (rumah), gelandangan pramugari: karyawati perusahaan pengangkutan (udara, darat, laut) yang bertugas melayani penumpang pramuria: karyawati kelab malam yang bertugas melayani dan menemani tamu pramuwisata: karyawan biro berjalanan yang bertugas sebagai pemandu wisatawan; pandu pariwisata pariwisata: turisme wisatawan: turis karyawisata: perjalanan bersama yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 247

widyawisata: perjalanan bersama yang dilakukan dalam rangka studi anjangsana: kunjungan silaturahmi (ke ruamah tetangga, saudara, sahabat, kawan lama)

bahana: 1. bunyi (suara) yang dahsyat 2. gema baiat: sumpah setia kepada pemimpin (imam) busana: pakaian busung lapar: penyakit karena kekurangan gizi candak kulak: kegiatan perdagangan secara kecil kecilan dengan membeli barang apa saja yang dapat dilakukan dengan modal yang terbatas, kemudian segera menjualnya lagi cindera mata: kenang kenangan, tanda mata dampak: pengaruh kuat yang membawa akibat (merugikan atau menguntungkan) gaduh (an): sistem bagi hasil pemeliharaan ternak gizi: zat makanan yang diperlukan tubuh untuk menjaga kesehatan hara: gizi bagi tumbuh tumbuhan; zat zat yang diperlukan untuk kehidupan tumbuh tumbuhan gogo rancah: sistem bercocok tanam padi yang paling tepat bagi sawah tadah hujan atau tegal hafidz: penghafal Quran kendala: aral, rintangan, halangan, gendala krida: olah, perbuatan, tindakan lahan: tanah terbuka, tanah garapan lugas: polos; tidak berbelit belit dan tidak mengandung hal hal yang mubazir madia: tingkatan pertengahan mapan: berada dalam keadaan mantap menyiangi: mencabuti rumput rumputan di antara pohon pohon padi, palawija dan sebagainya menyunting: membetulkan dan memperbaiki naskah dari segi ejaan, struktur kalimat, pilihan kata, serta sistem penyajian nalar: akal budi; pertimbangan (tentang baik buruk dan sebagainya) nuansa makna: perbedaan makna yang sangat kecil padat karya: pekerjaan yang berasaskan pemanfaatan tenaga kerja yang tersedia (dalam jumlah yang besar) pagu: batas tertinggi, plafon

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

248 | MENGENALKAN

pembauran: 1. pencampurbauran menjadi satu 2. penyataan warga negara keturunan asing dengan penduduk pribumi melalui perkawinan campuran pemugaran: perbaikan atau pembangunan kembali pengrajin: pengusaha industri kecil kerajinan tangan penyunting: orang yang pekerjaannya menyuting; editor pesangon: uang yang diberikan sebagai bekal bagi karyawan yang diberhentikan dari pekerjaan dalam rangka pengurangan tenaga kerja rekanan: orang yang mempunyai hubungan timbal balik dalam dunia usaha atau perdagangan rima: persamaan bunyi; perasaan bunyi yang bertalian dengan ritme dan tekanan pada puisi ruaya: perpindahan bersama dari satu tempat ke tempat lain (tentang burung, ikan, dan sebagainya); migrasi rujuk silang: perujukan atau pengacuan ke kata lain yang sama maknanya dan telah diberi definisi atau penjelasan sahih: benar, sah senggama: hubungan kelamin antara pria dan wanita tanah gontai: tanah yang pemiliknya bukan penduduk daerah bersangkutan tata busana: tata cara berpakaian tatap muka: komunikasi langsung dengan berhadapan muka tepaselira: tenggang rasa, toleransi tepat guna: bardaya guna, efisien titik temu: kesepakatan, kata sepakat tumpang sari: sistem bercocok tanam dengan cara menanam tanaman lain sebagai tanaman penyela di antara tanaman pokok, yang dapat dipetik hasilnya sebelum tanaman utama membuahkan hasil tuntas: selesai sepenuhnya unek unek: pikiran dan perasaan yang terpendam wacana: 1. ucapan, perkataan, tutur

2. keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan wadah: tempat (yang diisi sesuatu) wangsit pesan (amanat) gaib warakawuri: wanita yang menjanda karena ditinggal suaminya

WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN TOKOH
| 249

warung hidup: pekarangan yang ditanami sayur sayuran untuk keperluan sehari hari apotek hidup: pekarangan yang ditanami obat obatan untuk keperluan sehari hari

wawancara: 1. pertemuan dengan seseorang yang diperlukan yang dimintai pendapatnya atau keterangannya mengenai sesuatu hal

2. pertemuan tanya jawab antara direksi (kepala personalia, kepala humas) perusahaan dan pelamar pekerjaan adaptasi: penyesuaian adhesi: keadaan melekat pada benda lain; lekatan fisika: tenaga tarik menarik antar molukel yang tak sejenis adekuat: memenuhi syarat, memadai addenda: jilid tambahan pada buku, lampiran, suplemen adopsi: pemungutan sebagai anggota keluarga, terutama sebagai anak afiks: bentuk terikat yang ditambahkan pada kata dasar (awalan, sisipan, akhiran) ; imbuhan; bubuhan afiksasi: pemberian imbuhan kepada kata dasar agro industri: industri yang mengolah hasil pertanian; industri pertanian aklamasi: suara bulat (dalam pungutan suara) akronim: singkatan yang dapat dilafalkan seperti kata akselerasi: peningkatan kecepatan, percepatan akseptor: peserta program keluargaberencana yang menggunakan alat kontrasepsi

akulturasi: penyesuaian diri kepada kebudayaan baru (asing) alokasi: 1. penentuan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu tempat (pembelian dsb.) ; penjatahan

2. penentuan banyaknya uang (biaya) yang disediakan untuk keperluan amputasi: pemotongan sebagian anggota badan (tidak pada persendian) aneksasi: pencaplokan

antisipasi: harapan aparat: alat; peralatan; perlengkapan aparatur (negara): alat negara apartemen:1. tempat tinggal pada satu lantai bangunan bertingkat; rumah flat; rumah pangsa

2. bangunan bertingkat, terdiri dari beberapa tempat tinggal

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

250 | MENGENALKAN

apresiasi: 1. penilaian disertai penghargaan dan penghayatan

2. kesadaran terhadap nilai nilai sastra dan seni argumentasi: alasan untuk memperkuat, mempertahankan, atau menolak suatu pendapat (pendirian, gagasan) arkais: tidak dipergunakan lagi; kuno (tentang kata) arkaisme: 1. cara penggunaan kata atau bentuk kata yang sudah kuno

2. kata kuno arogan: congkak; sombong; angkuh arsenal: tempat penyimpanan alat senjata; gudang senjata asimilasi: perpaduan; percampuran yang harmonis; pembauran bonanza: sumber keuntungan bonsai: pohon yang dikerdilkan brutal: kasar (tentang ucapan); kejam (tentang perbuatan) bungalo: rumah peristirahatan, biasanya terdapat di luar kota atau daerah pegunungan, dan tidak dibangun secara permanen dedikasi: pengabdian, kebaktian, persembahan desain: rancangan; pola; potongan (tentang pakaian) ; bentuk (tentang rumah); model (tentang kendaraan) degradasi: 1. penurunan (pangkat, mutu, dsb)

2. kemunduran deteksi: tindakan untuk menemukan, pencarian detektif: mata mata polisi detektor: orang atau alat yang dapat menemukan sesuatu determinasi: ketetapan hati; kebulatan tekad devaluasi: penurunan nilai uang luar negeri atau emas yang dilakukan dengan sengaja untuk memperbaiki perekonomian dilema: pilihan yang sulit, bagai makan buah simalakama dimensi: ukuran, seperti panjang, lebar, tinggi, luas, volume diskriminasi: pembeda bedaan; perbedaan perlakuan diskualifikasi: pembatalan distorsi: penyimpangan; pemutarbalikan diversifikasi: penganekaragaman eksekusi: 1. pelaksanaan putusan pengadilan

2. pelaksanaan hukuman mati

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

251

MENGENALKAN
|

ekskavasi: pengalihan eksplisit: gamblang; tegas ekstrem: paling keras (tentang sikap dan tindakan) ekstremis: orang atau golongan yang bersikap paling keras (sebutan bagi para pejuang kemerdekaan oleh pihak penjajah) elevator: alat untuk naik dan turun dari satu lantai ke lantai lainnya di dalam gedung bertingkat yang digerakkan oleh tenaga listrik; lift endemi: penyakit yang bersumber dari suatu daerah dan berjangkit terus menerus dalam daerah itu ekskalasi: kenaikan (tentang biaya hidup); peningkatan atau perluasan (tentang perang, konflik dsb.) ekskalator: tangga berjalan yang digerakkan oleh tenaga listrik evakuasi: pengungsian evaluasi: penilaian favorit: yang sangat disukai, dipuja, dijagokan, atau dimengerti; kesayangan favoritisme: sikap memilih orang yang menjadi kesayangan; sikap pilih kasih; sikap pilih bulu fenomena: gejala yang dapat disaksikan dengan panca indera dan dapat diterangkan dan dinilai secara ilmiah fermentasi: peragian fit: segar bugar fokus: pusat (tentang perhatian); fisika titik api; kedokteran sarang (tentang infeksi) geotermal: panas bumi glukosa: zat gula yang terdapat di dalam buah buahan atau madu harmonis: selaras; serasi heroik: bersifat kepahlawanan heroin: obat bius yang dibuat dari morfin heroisme: kepahlawanan homonim: kata yang sama ejaan dan atau lafalnya, tetapi yang mengungkapkan makna yang berbeda karena berasal dari sumber yang berlainan idola: pujaan ilusi: khayalan implementasi: pelaksanaan (tentang perjanjian)

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

252 |

implisit: sudah termasuk, walau puntidak diucapkan atau dikatakan secara gamblang; tersirat imun: kebal

iminusasi: pengebalan terhadap penyakit indikator: penunjuk inovasi: perubahan secara baru, pembaruan inseminasi buatan: pembuahan (penghamilan) buatan, yaitu proses pemasukan sperma ke dalam rahim dengan menggunakan alat insentif: pendorong; perangsang (untuk mengerjakan sesuatu)

integrasi : penggabungan, penyatuan, penyatupaduan intelegensi: kecerdasan interdependen: keadaan saling tergantung interkom: hubungan telepon antar bagian kamuflase: samaran, pengelabuan mata kapasitas: daya muat; daya tampung klasifikasi: penggolongan kolesterol: sejenis lemak yang biasa terdapat di dalam darah, otak empedu dan batu empedu komplemen: pelengkap (sehingga sempurna) komplikasi: penyakit yang baru timbul kemudian dan menambah penyakit yang sudah ada komplikasi IUD: gejala seperti pendarahan, infeksi yang diakibatkan oleh IUD yang perlu mendapat tindakan medis dengan segera komponen: bagian dari keseluruhan; unsur komposit: gabungan, campuran konfirmasi: penegasan; pengesahan konflik: percekcokan; perselisihan; pertentangan konsepsi: rancangan yang telah ada dalam pikiran konsultan: penasihat kontestan: peserta kontes kontrasepsi: alat pencegah kehamilam, terbuat dari bahan yang tidak mudah bereaksi kimia konstribusi: uang iuran kontroversi: 1. perdebatan

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 253

2. persengketaan; pertentangan koordinasi: penyesuaian dan pengaturan yang baik kreativitas: daya cipta lobi: ruang teras dekat pintu masuk, yang dilengkapi dengan beberapa perangkat meja kursi, yang berfungsi sebagai ruang tunggu losmen: penginapan yang menyewakan kamar tanpa menyediakan fasilitas makan manajemen: pengelolaan manajer: pengelola metropolitan: mengenai (kota besar) moneter: mengenai (keuangan) motel: penginapan yang disediakan bagi wisatawan yang berkendaraan (pada umumnya terletak di pinggir kota dengan maksud menghindari kemcetan lalu lintas) mutasi: perpindahan tugas kepegawaian nuansa: perbedaan yang sangat kecil ovulasi: pelepasan sel telur dari indung telur pasturisasi: sterilisasi kuman melalui pemanasan persuasi: bujukan plafon: batas tertinggi; batas teratas polio: radang zat kelabu sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus (pada umumnya menyerang anak, dan menyebabkan kelumpuhan) posisi: 1. kedudukan pangkat

2. letak profesi: keahlian; kepandaian melakukan pekerjaan dengan menerima bayaran profesional: bayaran prospek: kemungkinan; harapan provokatif: bersifat pancingan; bersifat tantangan psikiater: orang yang ahli dalam mengobati penyakit jiwa publikasi: penyiaran reboisasi: penghutanan kembali; penghijauan kembali hutan reduplikasi: proses pengulangan kata atau unsur kata referat: kertas kerja yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah (seminar, konferensi); prasaran

254 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

referensi: bahan sumber yang dapat dipakai untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut; rujukan; acuan reformasi: perubahan radikal untuk perbaikan (dalam bidang sosial, politik atau agama)

regular: teratur tetap; yang berulang pada waktu yang tetap atau secara berkala reinkarnasi: lahir kembali dalam ujud lain rehabilitasi: pemulihan rekapitulasi: ringkasan isi atau ikhtisar pada akhir laporan atau perhitungan rekomendasi: saran yang mengajurkan (menguatkan, membenarkan) relevan: berhubungan (berkaitan, bertalian) dengan pokok pembicaraan relief: timbulan; pahatan (gambar) timbul reportase: 1. pemberitaan; pelaporan

2. laporan kejadian (berdasarkan pengamatan atau sumber tertulis) resepsionis: orang yang bertugas sebagai penerima tamu (di suatu perusahaan, hotel atau kantor) resesi: keadaan lesu; kelesuan resesi ekonomi: kelesuan ekonomi reservoir: tempat penyimapan (air, gas, dsb.) restitusi: pembayaran kembali; ganti rugi revans: pembalasan (dendam); permainan untuk menebus kekalahan yang pernah diderita revisi: peninjauan (pemeriksaan) kembali untuk perbaikan riskan: berbahaya; banyak risikonya royalti: uang jasa yang diberikan oleh penerbit buku kepada penulis buku yang diterbitkannya sektor: bidang; bagian sinonim: dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama, tetapi berlainan bentuknya sirkulasi: peredaran steril: suci hama; mandul survei: penelitian lapangan tentatif: sementara terapi: pengobatan

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 255

tip: hadiah khusus pemakaian jasa yang diberikan kepada orang yang memberikan layanan jasa toleransi: tenggang rasa transformasi: perubahan bentuk transliterasi: alih aksara trauma: 1. luka berat

2. pukulan kejiwaan yang menghambat perkembangan jiwa vasektomi: operasi pemandulan bagi pria dengan jalan memotong saluran sperma atau saluran mani dari bawah buah zakar sampai ke kantong sperma ventilasi: pertukaran atau peredaran udara bebas di dalam ruangan visa: izin masuk ke negara lain atau izin tinggal sementara di negara lain yang diberikan oleh pejabat pemerintah yang berwenang negara yang dikunjungi visualisasi: penjelasan dengan menggunakan alat peraga; peragaan

Berikut bukan kata kata baru, melainkan padanan baru untuk kata asing yang cukup banyak digunakan di Indonesia. ablation: kikisan abrasion: kikisan laut absorption: penyerapan acquisition: pemerolehan addendum: lampiran, tambahan, suplemen adequate: memadai adjustment: penyesuaian adventurer: petualang agricultural extension penyuluhan pertanian alloy: panduan ambiguity: ketaksaan ambiguous: taksa apparatus: peranti application: penerapan applied: terapan apprentice: magang approach: pendekatan; ancangan appropriate technology: teknologi tepat guna aptitude test: uji bakat

256 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

area: kawasan

artificial insemination: pembuahan buatan; penghamilan buatan

assimilation: pembauran; asimilasi

audiovisual: pandang dengar audiovisual side: alat pandang dengar backpay: waledan balanced: seimbang benchmark: tolok ukur benefit: manfaat bilateral: dwi pihak; bilateral bilingual: dwi bahasa blind: tunanetra (buta)

bottom land: bantaran brackish: air payau brainstorming: sumbang saran briefing : santiaji broker: pialang; makelar capable: mampu caption: gambar peraga carrying capacity: daya dukung casual labourer: buruh lepas census: cacah jiwa; sensus chance: peluang chronical: menahun clay: lempung client-supplier: rekanan cohort: kelompok; pengikut combinet water: air senyawa compartmentalization: pengotakan complaint: pengaduan consistent: taat asas; konsisten constraint: kendala container: peti kemas; kemasan contaminative: rancu

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 257

counter trade: imbal beli contingencies: pengeluaran tak terduga continue: sinambung continuity: kesinambungan continuous: berkesinambungan control: pengendalian convention: kesepakatan convergency: pemusatan conversion: perubahan; konversi co-participant: rekan peserta council: majelis counter current : arus balik cover: meliputi coverage: jangkauan; cakupan; liputan crating: pemetian creativity: daya cipta; kreativitas cross country: lintas alam cross reference: rujuk silang cultural gap: senjang budaya customer: pelanggan cycle: daur data base: dasar data deaf: tunarungu dealer: penyalur dedication: pengabdian development: pengembangan diameter: garis tengah digestibility: daya cerna dimension: matra directive: arahan discharge of flow: debit disorder: kekacauan display peragaan disturbance: gangguan diversity: kebinekaan; keanekaragaman

258 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

act (drama): babak early: dini earth: bumi economic threshold: ambang ekonomi editing: menyunting effective: berhasil guna efficacy : kemanjuran efficient: berdaya guna elastic: lentur elasticity: kelenturan elegant: anggun equilibrium: keseimbangan equtable distribution of development: pemerataan pembangunan equity: pemerataan equivalent: padanan escalator: tangga berjalan essence: sari pati established: mapan ethereal: minyak (atsiri) evaluation: penilaian everlasting: lestari explicit: gamblang expose: papar exposition: paparan extensive: luas facility: kemudahan feasibility study: studi kelayakan field guidance: bimbingan lapangan field work: kerja lapangan; kerja medan fitfall: anderak flavor: aroma flexible: luwes floor block: blok latar flow chart: bagan arus

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 259

fly pass: jalan layang gap: kesenjangan

general rehearsal: gladi resik

geographic coverage: cakupan geografis government agency: instansi pemerintah graduation: wisuda gravity: daya berat grace period: masa tenggang handicap: hambatan

handling: penanganan; pengurusan hardness (of water): kesadahan hardware: perangkat keras

hinterland: tanah burit; pedalaman humid: lengas humidity: kelengasan innovative approach pendekatan pembaruan integration: pemanduan; integrasi investigate: menyidik infrastructure: prasarana initiative: prakarsa input: masukan institutional framework kerangka kelembagaan integrated: terpadu

ingrated planning and control: perencanaan dan pengendalian terpadu intersectoral: antarsektoral islamic seminary: pondok pesantren

jobless: tuna karya labour force: angkatan kerja labour intensive: padat karya land: lahan landscape: bentang alam; panorama layer: petelur (tentang ayam) layout: tata letak; tata susun; perwajahan leaflet: selebaran level: tataran

260 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

life cycle: daur hidup life invironment: lingkungan hidup line: jalur linear: beruntun linearity: keberuntunan linkage: kaitan loop: sengkelit maintanance: perawatan; pemeliharaan manage: mengelola management: pengelolaan manager: pengelola manifestation: pengejawantahan mapping: pemetaan massage parlour: panti pijat master of ceremony: pembawa acara means: sarana (mental) strain: ketegangan (jiwa) migration: ruaya milk fish fry: nener monolingual: ekabahasa morbidity rate: angka kesakitan multiple: ganda multiple choice: pilihan ganda multi purpose: serba guna mutation: alih tugas mative pasture: pangonan mative speaker: penutur asli momenclature: tata nama occupation: mata pencaharian; pekerjaan; jabatan offshore: lepas pantai output: keluaran overlapping: tumpang tindih packaging: pengepakan participation: peran serta; keikutsertaan

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 261

pattern: pola peat: gambut magazine: majalah personality: kepribadian picnic: darmawisata piloting perintisan pilot plant: pabrik panduan pilot project: proyek perintis pilot testing: uji coba plant food: hara plot: alur point of view: sudut pandang; segi policy: kebijakan polution: pencemaran polygon: astakona postgraduate: pascasarjana precondition: prasyarat preface: kata pengantar prejudice: prasangka peoduction sharing: bagi hasil proved reserves: cadangan terbukti public relation: hubungan masyarakat purchasing power: daya beli qualified worker: pekerja cakap quota : jatah random: acak rate: laju ratio: nisbah reasoning: penalaran reconstruction: pemugaran; rekonstruksi recycle: daur ulang red clay: ampo reference: acuan; rujukan region: daerah rehabilitation: pemulihan

262 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

rescue: penolong

resettlement: pemukiman kembali

resource: sumber daya

role ambiguity: ketaksaan peran

role playing: main peran

role conflict: konflik peran

11. Ch. Bakdi Soemanto: Literary Enjoyment

Pada Sabtu, 11 Oktober 2014, Ch. Bakdi Soemanto meninggal dalam usia 73 tahun. Almarhum tugas terakhir sebagai Guru Besar di FIB UGM Jogjakarta. Pemakaman di makam Keluarga besar UGM Sawitsari, Condongcatur, Jogjakarta. Saya menyempatkan melayat pada waktu Misa Requiem di kapel St. Bellarminus USD Jogjakarta pada Senin, 13 Oktober 2014. Sebelum bertugas tetap di UGM, almarhum juga mengajar di FKIP Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Sanata Dharma. Pak Bakdi dilahirkan di Solo, 29 Oktober 1941 demikian panggilan akrabnya, mengajar mata kuliah Apresiasi Sastra di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saya adalah salah satu mahasiswanya di jurusan tersebut. Pak Bakdi adalah dosen yang ‘mumpuni’ (serba bisa). Ketua Majelis Guru Besar UGM, Prof. Susamto, sesudah Misa Requiem, dalam sambutannya mengatakan bahwa Pak Bakdi adalah seorang ilmuwan, seniman, dan sastrawan. Banyak karya dihasilkan oleh Pak Bakdi Soemanto a.l. Kumpulan Cerpen Doktor Plimin; Angan angan Budaya Jawa: Analisis Semiotik Pengakuan Pariyem; The Magician; Sapardi Djoko Damono: Karya dan Dunianya; Cerita Rakyat Yogyakarta (1, 2, 3); Cerita Rakyat Surakarta (1, 2).

Dekat Mahasiswa dan Catatan Lengkap

Saya mendapatkan kuliah dari Pak Bakdi Soemanto selama 2 tahun untuk mata kuliah Apresiasi Sastra (1976 1977). Pak Bakdi dikenal dan dialami oleh para mahasiswanya sebagai dosen yang terbuka dan dekat dengan para mahasiswa. Cara bergaul Pak Bakdi sangat ‘sumanak’ (ramah). Pak Bakdi tidak membeda bedakan mahasiswanya.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 263

Pak Bakdi begitu mudah, lancar, dan tepat memasukkan istilah istilah dari bahasa Jawa, Inggris ke dalam bahan kuliahnya di kelas. Cara mengajar di ruang kuliah selalu ada contoh contoh ‘basah’, sehingga mudah dipahami materi kuliahnya. Meskipun demikian hal ini tidak berarti tanpa persiapan, pemberian materi seadanya, asal comot. Tidak! Pak Bakdi selalu membuat catatan lengkap, ditulis rapi serinci rincinya dari A Z apa yang akan disampaikannya dalam 1 kali pertemuan tatap muka.

Saya adalah tipe orang yang suka membuat catatan lengkap, termasuk contoh contoh pada waktu kuliah. Saya merasa terbantu sekali dalam mencerna materi dengan cara Pak Bakdi memberikan kuliah. Apabila saya tidak dapat mengikuti kuliahnya, saya merasakan ada sesuatu yang hilang, meskipun hanya satu kali pertemuan. Mengapa? Banyak pengalaman batin saya terima selama 1 jam pertemuan tersebut. Dalam situasi terpaksa tidak mengikuti kuliah, misalnya karena acara retret, sakit atau keperluan lainnya, pada kesempatan yang lain saya datang kepada Pak Bakdi untuk meminjam catatan, sehingga saya tetap mempunyai catatan yang lengkap, sehingga tidak ada bahan yang hilang. Sampai sekarang ini (Oktober 2014) setelah sekitar 36 tahun, sesekali berjumpa Pak Bakdi, masih ada 7 bahan kuliah tercetak yang saya simpan dan terjilid dengan bahan bahan kuliah lainnya. Bahan bahan tersebut adalah Fantasi dalam Roman; Pembahasan Sajak Nelayan Sangihe; Membahas Sajak di Kakimu S.T. Alisjahbana; Menuju ke Laut Sajak Idealisme; Aspek aspek dalam Roman; Myth; dan Literary Enjoyment. Pernah saya (sebagai mahasiswa) ditugasi mengulas novel Belenggu karya Armijn Pane. Saya coba sebaik baiknya (dengan bekal pengetahuan dan imajinasi saya) dan setelah hasilnya dibaca olek Pak Bakdi, saya diberi kenangan novel Layar Terkembang (S.T. Alisjahbana) dan Tatabahasa Baru (Gorys Keraf). Perhatian yang demikian besar juga mendorong mahasiswa untuk belajar lebih!

Literary Enjoyment

Bahan kuliah bertajuk ‘Literary Enjoyment’ sungguh sangat mengesankan bagi saya. Pendekatan Literary Enjoyment sangat menekankan aspek penikmatan dalam belajar sastra. Hal ini menjadi sangat jelas karena dikontraskan (waktu itu)

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

264 |

dengan pendekatan lain yang disebut ‘scientific approach’ (pendekatan ilmiah) yang diwakili a.l. oleh pendekatan Rawamangun, pendekatan linguistic approach, dan pendekatan dari titik pandang myth.

Pendekatan ilmiah ini mengakibatkan pembelajaran sastra menjadi kering; membosankan; siswa terdorong cenderung hanya menghafal; mengerti tetapi kurang bisa menikmati; dan unsur keindahan sastra melenyap. Pendekatan literary enjoyment sangat mengutamakan unsur penikmatan sastra. Murid umur SMP/SMA masih terlalu sulit untuk menerima analisis secara ilmiah karya fiksi sastra. Maka mesti diutamakan soal penikmatannya, bukan hafalan hafalan judul buku dan pengarangnya, judul buku dengan siapa para pelakunya dst.

Untuk dapat menikmati karya sastra, satu satunya cara adalah dengan mengalami, terjun langsung alias membaca karya sastra secara utuh, bukan berupa membaca kumpulan sinopsis yang dibuatkan oleh orang lain. Begitulah peserta didik menjadi benar benar terlibat secara penuh dalam proses penikmatan ini.

Pak Bakdi memberikan contoh contoh pada waktu mengajarkan sajak sajak Menuju ke Laut (S.T. Alisjahbana); Nelayan Sangihe (J.E. Tatengkeng). Pernah juga di ruang kuliah Pak Bakdi membacakan dan mengulas novel Siklus karangan Moh. Diponegoro. Saya masih ingat betapa liontin yang dipakai John Fletcher, tokoh utama novel tersebut, dalam siklus tertentu membawa bencana kematian secara misterius bagi yang sedang mengenakannya. Dengan mengalami secara langsung demikian, murid murid paham dengan gamblang, dan sekaligus menikmati karya tersebut. Tokoh tokoh dan perwatakannya, tema cerita, alurnya dapat benar benar meresap dan menjadi milik murid.

Sebuah contoh

Cara mengajar Pak Bakdi inilah memberikan inspirasi bagi saya pada waktu masih aktif di kelas sebagai guru (1978 1995), sebelum alih tugas dari bidang pendidikan ke meja administrasi urusan Kongregasi. Pad a waktu saya mengajar bahasa dan sastra Indonesia kelas II SMP PL Domenico Savio di Semarang tahun 1983 an, terbit roman Dari Jendela SMP karangan Mira W. Dua tokoh utama adalah Joko dan Wulan. Kedua tokoh tersebut duduk di kelas II SMP.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 265

Jadi suasana memang pas! Setiap kali akan pelajaran bahasa Indonesia saya membacakan beberapa halaman dari roman tersebut. Begitulah berulang dan berlangsung terus sampai akhirnya tamat ke halaman terakhir Murid menjadi juga termotivasi untuk mengikuti dan menikmati jalan cerita tersebut. Syahdan, salah seorang mantan murid yang tinggal di Majalengka, Jawa Barat, setelah lebih dari 15 tahun tidak berjumpa, pada 2002 berhasil menjalin kontak lagi. Ia mengirimkan buku Dari Jendela SMP (baru!) yang dibelinya di Gramedia. Suatu yang menyentuh hati saya adalah halaman buku di mana ada kisah pacaran Joko dan Wulan bersembunyi di antara semak semak tanaman ketela diwarnai dengan spidol!!! Saya sebagai mantan guru kembali menyadari betapa pentingnya pembelajaran sastra dengan menekankan aspek penikmatan. Contoh sederhana tersebut bagi saya menunjukkan betapa Siswi itu begitu terbawa masuk dan merasa dilibatkan di dalam cerita, sehingga sesudah belasan tahun meninggalkan kelas SMP nya masih ingat bahwa ada Joko dan Wulan yang berpacaran di antara semak semak tanaman pohon ketela.

Akhirnya...

Tugas saya sekarang (sejak 2007 2014) kembali ke lapangan pendidikan, meski tidak langsung di kelas sebagai guru aktif tatap muka dengan murid, tetapi di Yayasan sebagai pengurus. Dalam banyak kesempatan pertemuan dengan teman teman guru, misalnya dalam rapat kerja tahunan guru, konsolidasi para guru muda, santiaji (pembekalan) bagi para calon guru yang sudah lolos seleksi masuk, saya sampaikan dan pesankan, “Anda baru berhasil menjadi guru yang baik bila murid murid merasa kehilangan apabila tidak mengikuti pelajaran Anda. Anda mesti mampu membuat peserta didik menjadi ‘mendem’ (mabuk) terhadap pelajaran Anda. Sebaliknya, waspada dan prihatinlah apabila murid bersorak gembira bila Anda sebagai guru tidak masuk mengajar!”

Mari kita juga belajar dari salah satu nilai yang dihidupi oleh Pak Bakdi yaitu rendah hati sebagai ciptaan Tuhan, “Untuk apa mengadu kesaktian jika tujuannya hanya untuk menunjukkan yang lebih unggul? Bukankah Sang Maha Pencipta tetap yang paling unggul di atas segala galanya?”

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

266 |

Pak Bakdi, terima kasih atas contoh contoh penghayatan hidupmu, cara mengajarmu, caramu bergaul dengan muridmu, sehingga saya senang dan bangga menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia.

Selamat jalan dan Tuhan sudah menyediakan tempatmu yang abadi.

Semarang, 20 Oktober 2014

Br. Frans Sugi FIC mantan guru bahasa dan sastra Indonesia.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 267

268 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

BAGIAN XIV: PUNAKAWAN DAN EMBAN

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 269

PASEBAN JAWI

Lah ing kana ta wau. Wus lulus raharja Srinata denira kembul bojana lawan ingkang garwa, Kusumaning Ayu Retnaning Dyah Ratu Banowati, sumawana ingkang putra, sekar kedhaton, Dewi Lesmanawati.

Ganti ingkang winursita, Patih Harya Sengkuni ngawe wadya bala Kurawa. Yen katinon saking dirgantara kadya Singa Nebah polahe.

6 6 6

6 6 6.

Leng leng - ing dri - ya mangu - mangu 2 2 2 2 2 2 23.21 1

Ma – ngun kung kan – du han ri mang.

1 1 1 1 1 1.65 5 2...

Lir le - na tan - pa ka - nin. O… 1 1 1 1 5

Yen tan tu - lu - sa.

1 1 1 1 1 1 1 1

A meng ku sang Dyah u ta ma 2 2 2 2 2 2.16 6 3...

Wu wus nya Sri Na ren dra. O….

Karna: Adhi adhiku Kurawa kabeh. Padha rungokna, dak jarwani wigatinig pasewakan. Ing mengko jawata bakal ngudhunake Wahyuning Kraton, dumunung ing pucaking wukir Sawelagiri. Begawan Kesawasidi kepareng mbabar wahyu mau. Ingsun bakal nyataake, lan yen wus kepara nyata kakangira Sinuwun Duryudana bakal tedhak ing Sawelagiri nyuwun tumuruning ponang wahyu. Ayo padha ndherekna aku. Dursasana lsp: Pinten dinten ninggal praja Ngestina?

Karna: Seminggu.

Sengkuni: Mangga Ngger Adipati enggal bidhal.

H. Jejer Ngamarta

Hanenggih pundi ta ingkang kacarita, yaiku kang ana ing negari Amarta, ya ing Batanakawarsa, ya ing Cintakapura. Marma winastan negari Amarta panggenan

Sugi,

270 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans
FIC
6
6 6

pangasrepan; Batanakawarsa panggenan ilen ilen toya jawah, Cintakapura ngambar gandane pindha sekar pudhak.

Sinten ta ingkang ngrenggani ing praja Amarta? Pambayuning Pandhawa. Sinten ta dasa namane Sang Nata? Mila ajejuluk Prabu Puntadewa (narendra peranganing jawata), Yudhisthira (makuthaning prajurit), Darmakusuma (panuksmaning Hyang Darma), Darmaputra (kapundhut putra Hyang Darma), Darmawangsa (manut parentahing kadang), Gunatalikrama (narendra bisa hanaleni basa).

Sri Nata sayekti nora nate ngucapake barang kang ora nyata. Dene pambegane nata ing Amarta: tega ing bandha, lila marang patine, narendra luhur drajade, sa papak lawan para dewa.

Sinten ta ingkang lenggah jajar? Sayekti punika ingkang raka nata Dwarawati, Prabu Sri Bathara Kresna, ya Wasudewa. Narendra panjalmaning Hyang Wisnu; limpad ing cipta, ha soca Bathara, weruh sadurunge winarah, dadya suhing kadang Barata Pandhawa. Ingkang hangedhangkrang lenggahe, pindha jawata ing Mandramanik, tuhu menika panenggak Pandhawa, ingkang hakekasih Harya Werkudara (jembarang pambudi pindha jembaring awang awang), ya Harya Bratasena (satriya putus marang saliring laku), ya Sang Bima (dene gung aluhur), Harya Kusumadilaga (kembanging paprangan), ya Jayalaga (luhur ing paprangan), ya Harya Wahyunenda (satriyakarem marang angin).

Dene pambegane Harya Bima, sapa ala den alani, sapa becik binecikan, ingkang hangapit leggahe Sri Nata, punika warujuning Pandhawa, ingkang kekasih Raden Nakula lan Raden Sadewa.

Pambegane Raden Nakula, yen ala, alane dhewe; yen becik becike dhewe. Dene yen pambegane Raden Sadewa, ala becik mung kapasrahake marang Kang Kawasa. Raden Janaka ingkang nembe rawuh kadherekaken repat Punakawan. Pepak para punggawa kang samya anangkil. Kacarita ing pagedhongan Sang Nata lagi ketaman sungkawa. Nalika samana wus ana lejaring penggalih dupi Narendra ing Dwarawati rawuh ing Amarta. Kaya mangkana wijiling pangandika Sri Nata, “Nuwun kaka Prabuuu, kula aturi majenging lenggahipun.”

Kresna, “Kawula nuwun, nuwun inggih Yayi.”

Puntadewa : Nuwun kaka Prabu, sami raharja rawuh paduka?

Kresna: Angsal pangestunipun yayi Sami aji, sami raharja.

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 271

Puntadewa: Harjuna? Pada raharja dhimas? Menyang ngendi kendran saka kasatriyan?

Janaka: Angsal pangestu Paduka, raharja sowan kula. Kula kesah hanuhoni dhawuhing Jawata, hanggayuh wahyu kraton sinebat Pakem Makutharama, ingkang dumunung wonten pucakinbg wukir Sawelagiri. Saking keparengipun jawata, lumantar Sang Begawan Kesawasidi, ponang wahyu sampun kaparingaken dhumateng kula.

Puntadewa: Ya syukur sakethi jumurung yayi, nanging mbesuk maneh lamun lelungan, prayoga pamita para kadang, dadi ora gawe bingunge para kang tininggal. Nuwun Kaka Prabu, sampun lega raosing manah kula, dene ri paduka sampun mantuk.

Werkudara: Gaweyane Jlamprong yen kagol ana omah terus minggat. Jeleh karo bojone, alasan golek wahyu.

Kresna: Sena .. bok menawa isih ana Kurawa kang pada ganggu gawe rampungana.

Bima: Dak rampungane dhewe!

I. Perang Brubuh

3 5

Anut lakuning Kurawa ing uni

Patine Sang Abimanyu kena ing cidra

Tandya Sang Se – tya -

J. JejerAmarta : Syukuran....

Tancep Kayon

Semarang, 17 Januari 2015 Br. Frans Sugi, FIC

Jusuf Sjarif Badudu: Bahasawan

272 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

6 6 6 6 6 6 6 6
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 32 1 2....
ki. Ooooo

Jusuf Sjarif Badudu (lahir di Gorontalo, 19 Maret 1926 meninggal di Bandung, Jawa Barat, 12 Maret 2016 pada umur 89 tahun[) yang lebih dikenal dengan nama J.S. Badudu atau Jus Badudu adalah seorang pakar bahasa Indonesia. Ia adalah Guru Besar Linguistika pada Universitas Padjadjaran dan dikenal luas di masyarakat sebagai pembawa acara Pembinaan Bahasa Indonesia (1974 1979) di TVRI.Presiden Joko Widodo ikut mengungkapkan rasa kehilangan mendalam atas wafatnya Guru Besar Universitas Padjajaran Bandung, Jusuf Sjarif Badudu. "Bangsa Indonesia kehilangan J.S. Badudu. Sepanjang hidupnya diabdikan untuk bahasa Indonesia. Pengabdiannya jadi teladan kita bersama

Masa kecil dan pendidikan

Dalam usia tiga belas tahun (1939) Badudu manamatkan Sekolah Rakyat di Ampana, Sulawesi Tengah. Ia melanjutkan sekolah di KweekschooI/SGA, Makassar, Sulawesi Selatan dan tamat pada tahun 1951. Tahun 1955 ia menyelesaikan pendidikan B.1 Bahasa Indonesia di Bandung dan menyelesaikan pendidikan S1 nya di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Bandung (1963). Tahun 1971 1973 Badudu melanjutkan pendidikan pada Postgraduate Linguistics di Leidse Rijksuniversiteit Leiden, Belanda. Tahun 1975 ia memperoleh gelar Doktor Ilmu Sastra dengan pengkhususan linguistik di Universitas Indonesia, Jakarta.

Karier

Sebagai orang yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa Indonesia, Badudu telah mengabdikan diri sebagai guru sejak usia 15 tahun. Ia menjadi guru sekolah dasar di Ampana, Sulawesi Tengah hingga tahun 1951. Pada tahun 1951 1955 ia menjadi guru SMP di Poso, Sulawesi Tengah, dan pada tahun 1955 1964 menjadi guru SMA di Bandung. Ia juga pernah menyumbangkan tenaga sebagai dosen di Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran, Bandung pada tahun 1965 1991.

J.S. Badudu dan Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 273

MENGENALKAN

Tokoh bahasa ini juga dikenal sebagai pembawa acara Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia di TVRI Pusat Jakarta (1977 1979). Dalam acara ini pula J.S. Badudu melontarkan kritik terhadap keberbahasaan Presiden RI saat itu Soeharto. Ia juga sebagai penatar bahasa Indonesia untuk berbagai lapisan masyarakat, seperti mahasiswa, dosen, guru, wartawan, pegawai pemerintah, dan polisi.

Bibliografi

Badudu tidak hanya aktif sebagai guru, dosen, penatar bahasa Indonesia, tetapi juga aktif sebagai penulis artikel tentang bahasa Indonesia di surat kabar dan majalah. Sejak tahun 1977 hingga 2016, ia menjadi penulis atau pengisi rubrik tentang pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di majalah Intisari Jakarta. Keaktifan Badudu menulis buku buku yang berisi tuntunan tentang penggunaan bahasa Indonesia untuk pelajar, mahasiswa, dan umum, dapat dibaca melalui karyanya antara lain:

1. Pelik pelik Bahasa Indonesia (1971)

2. Membina Bahasa Indonesia Baku (1980).

3. Bahasa Indonesia dalam Pembinaan di TVRI (1978)

4. Sari Kesusasteraan Indonesia untuk SMA (2 jilid, 1975)

5. Buku dan Pengarang (1965)

6. Belajar memahami Peribahasa (6 jiIid, 1983)

7. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1993)

8. Cakrawala Bahasa Indonesia (1992)

9. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu Zain 1994)

10. Kamus Kata kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (2003)

11. Kamus Peribahasa (2008);

12. Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1975)

Di samping buku buku bahasa Indonesia yang bersifat praktis untuk pembelajaran tersebut, masih banyak buku buku ilmiah berdasarkan penelitian yang dihasilkannya.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

274 | MENGENALKAN
Contoh-contoh

Inilah beberapa kutipan dari buku buku karya Yus Badudu.

1. Membina Bahasa Indonesia Baku 2 (hlm. 162)

minal aidin walfaizin

Ungkapan ini biasanya diucapkan orang pada hari raya Islam Idulfitri sebagai suatu kebiasaan yang hanya terdapat di Indonesia. Di negara negara Arab ucapan iu tidak dikenal.

Ungkapan itu hanya merupakan sebagian kalimat, artinya ‘dari orang orang yang kembali dan orang orang yang berbahagia.’ Kalimat itu merupakan sebuah harapan (doa) terhadap orang yang menerima ucapan ucapan itu dan dalam kalimat lengkapnya berbunyi, ‘Semoga Anda tergolong pada orang orang yang kembali dan orang orang yang berbahagia.’

Sesudah menjalankan puasa sebulan penuh dalam bulan Ramadan orang orang Muslim memasuki hrai raya Idulfitri pada tanggal 1 Syawal. Orang orang yang berhari raya itu sudah menjalankan ibadah sebulan penuh, meminta keampunan dosa dosanya dari Tuhan, dan kalau sungguh sungguh ia menjalankan ibadahnya dalam bulan puasa itu, tentulah Tuhan mengampuni segala dosanya yang sudah sudah. Itu sebabnya mereka termasuk orang orang yang berbahagia.

Dikatakan tergolong orang orang yang kembali. Kembali ke mana atau dari mana? Jawabnya, kembali kepada fitrah manusia, kepada sifat hakiki manusia yang suka akan kebaikan, akan kejujuran, akan kehidupan yang bersih dari dosa. Mudah mudahan sesudah berpuasa, untuk kehidupan selanjutnya ia akan menjadi manusia yang benar benar baik dalam arti yang sesungguhnya. Itulah isi kalimat harapan itu.

2. Belajar Memahami Peribahasa 2A (hlm.14):

Kecil kecil anak, sudah besar menjadi onak.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
| 275

Arti sebenarnya:

Yang dimaksud dengan onak dalam pepatah di atas ialah duri yang bengkok seperti kait. Onak juga diartikan semacam rotan yang berduri. Kalau tangan kita terkait pada onak atau duri, tentu terasa sakit. Mungkin tangan kita luka karena goresan onak itu.

Arti kiasannya:

Anak anak bagi orang tua adalah pemberian Tuhan yang tidak ternilai harganya. Anak bagi orang tua merupakan penghibur besar, matahari dalam rumah tangga yang selalu memberikan kebahagiaan, apalagi ketika anak anak itu masih kecil. Tetapi kesalahan pendidikan atau pengaruh lingkungan dapat membuat seorang anak menjadi anak yang nakal, yang melakukan hal hal yang tidak senonoh atau melanggar hukum di dalam masyarakat. Jika sudah demikian, maka anak yang tadinya menjadi penghibur dan kebanggaan orang tuanya itu akan menyusahkan hati orang tuanya. Orang tua akan bersedih hati karena perbuatan anaknya yang merugikan masyarakat dan menimbulkan aib kepada orang tua.

Peribahasa ini hanya mengiaskan anak anak yang setelah dewasa menimbulkan banyak kesulitan dan kesusahan kepada orang tuanya karena perbuatannya yang tidak baik dalam masyarakat.

Atas sumbangsih dan pengabdiannya di bidang bahasa, ia dikaruniai tiga tanda kehormatan dari pemerintah, yakni Satyalencana Karya Satya (1987), Bintang Mahaputera Nararya (2001), dan Anugerah Sewaka Winayaroha (2007). *Obituari ini dituliskan kembali dari berbagai sumber di Media Sosial.

Br. Frans Sugi FIC (Mantan guru bahasa dan sastra Indonesia)

13. W.J.S. Purwadarminta: Seorang Leksikograf

Sebagai orang terpelajar, siapa yang belum pernah membuka dan menggunakan kamus? Kiranya tidak dapat diragukan lagi bahwa kita yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan sudah pernah atau bahkan terbiasa menggunakan kamus dalam tugas sehari hari. Ada begitu banyak macam kamus dewasa ini,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

276 |

baik dari sudut bahasa maupun subjeknya. Misalnya Kamus Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Bali, Kamus Biologi, Kamus Sastra, Kamus Psikologi dan sebagainya. Penyusunnya pun ada banyak sesuai dengan keahliannya. Marilah sekarang kita mengenal salah satu penyusun kamus bahasa Indonesia, yaitu Wilfridus Josephus Sabarija Purwadarminta, lebih populer ditulis W.J.S. Purwadarminta.

Siapakah dia?

Wilfridus Josephus Sabarija Purwadarminta adalah salah satu ahli perkamusan. Ia menulis kamus kamus bahasa Indonesia, Jawa, Kawi, dan lain lain. Ia menggunakan nama samaran Ajirabas, Semplak atau Sabarija. Purwadarminta lahir di Yogyakarta pada 12 September 1904 dan meninggal di Yogyakarta pada 28 November 1968.

Nama kecil Wilfridus Joseph Sabarija Purwadarminta adalah Sabariya. Ia dilahirkan di Jln. Gamelan Lor Kraton, Yogyakarta. Sabarija adalah anak dari Raden Ngabehi Kudawiharja, seorang abdi dalem Kraton yang bertugas sebagai gamel (petugas pemelihara kuda Kraton). Ibunya bekerja sebagai pembuat pola batik. Adapun Sabarija tidak memiliki saudara sekandung.

Sabarija hidup ikut neneknya, dan neneknya termasuk rakyat sederhana. Ia tidak bisa sekolah. Pada masa penjajahan Belanda, untuk bersekolah sangatlah tidak mungkin karena Sabarija bukanlah keluarga bangsawan, dan bukannya dari keluarga yang berpangkat dan bukan keluarga yang kaya raya. Sejak kecil Sabarija sudah memiliki daya kreatif tinggi.

Pernah terjadi sewaktu kanak kanak sekitar umur 7 tahun ia diajak orang yang tidak dikenal (diculik), kemudian dilepas/dibuang di pinggiran kota Solo. Tetapi karena ia mempunyai naluri yang tinggi, jalan pikirnya bila ia mengikuti jalan kereta api ke arah barat, maka akan sampai ke Yogyakarta. Berjalanlah ia menyusuri jalan kereta api tersebut, akhirnya sampai dekat desa Prambanan. Ia pingsan karena kelelahan dan tidak makan, hanya mengunyah batang tebu yang

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 277

MENGENALKAN

tumbuh sepanjang kebun tebu di lintasan kereta api. Kemudian ditolong oleh kusir andong. Ia diantar sampai ke rumahnya di Jalan Gamelan.

Sejak kejadian tersebut neneknya sangat prihatin. Ada seorang pastor yang iba melihat nasib Sabarija. Pastor tersebut meminta izin mengambil Sabarija untuk disekolahkan di Sekolah Angka Loro (Tweede Inlandsche School ) di Kintelan Yogyakarta. Ia dapat menyelesaikan di sekolah tersebut pada 1919. Ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru (Normal School Rooms Katholiek) di Muntilan sampai kelas dua, dan dilanjutkan lagi di Ambarawa sampai kelas tiga. Biaya pendidikan di sekolah tersebut ditanggung oleh Gereja Katolik. Mulai saat itulah ia mengenal dan belajar agama Katolik.

Selama dalam pendidikan di asrama Ambarawa, ia mempunyai prestasi belajar yang sangat mengagumkan melebihi dari teman teman sekolahnya. Ia berbakat juga di dalam seni tari dan seni karawitan, maka ia terampil memainkan alat musik gamelan. Ia juga senang bermain drama. Ia sangat disukai oleh teman teman sekolahnya karena sangat sopan, lemah lembut, jujur, tekun dan cerdas, dan ia tamat di sekolah tersebut dengan predikat murid yang terpandai, lulus pada 1923.

Karier

Karier W.J.S. Purwadarminta mulai dirintis sejak ia bekerja sebagai guru Sekolah Dasar hingga akhir hayatnya. Ia lulus Sekolah Dasar Angka Loro (Tweede Inlandsche School) di Yogyakarta pada 1919. Lulus dengan predikat baik dan nilai tertinggi dari Sekolah Guru (Normaal School Rooms Katholiek) Muntilan dan Ambarawa pada 25 April 1923.

Pada 31 Mei 1923 di angkat menjadi guru Sekolah Dasar Kanisus di kampung Kumendaman di Yogyakarta. W.J.S. Purwadarminta adalah orang yang tertib, disiplin dalam pengaturan waktu, sehingga ia sempat mengikuti kursus kursus seperti Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, Bahasa Jerman, Jawa Kuno. Ia juga belajar Filsafat sekaligus memperdalam Bahasa Belanda di bawah asuhan Pater J. Van Rijkckevorsel, SJ dan belajar Sastra Jawa Kuno di bawah

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

278 |

asuhan Pater L.C. Kock, SJ mahaguru Filsafat Kolese Ignatius di Yogyakarta. Selain itu ia juga belajar bahasa Sanskerta dan bahasa Melayu.

Untuk mempraktikkan bahasa bahasa yang telah dipelajari, maka ia menjadi guide bagi para wisatawan asing yang berkunjung di Kraton dan Tamansari di Yogyakarta.

Tahun 1929 W.J.S. Purwadarminta ditugaskan mengajar di Sekolah Dasar Kanisius di Wirobrajan Yogyakarta. Di situlah ia mempunyai teman teman yang sehaluan dan mendukungnya untuk mencurahkan pengetahuan tentang bahasa. Lalu didirikan organisasi Ikatan Tri Wikrama dan W.J.S. Purwadarminta menjadi ketuanya. Di situlah ia merintis penerbitan majalah yang bernama Bausastra Jawa.

Tahun 1930 diterbitkan Kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa) yang disusun oleh W.J.S. Purwadarminta dibantu oleh rekan rekannya C.S. Hardjosoedarmo dan J.Chr. Pujosudiro. Ia juga mengajar bahasa di Seminari Tinggi dan Sekolah Tionghoa (Maleisch Chineesche School) di Yogyakarta.

Tahun 1932 ada tawaran dari Pemerintah Jepang yang mencari tenaga pengajar bahasa Indonesia. Ia berangkat bersama istri dan putrinya yang masih berumur 9 bulan (C. Soetantri) ke Jepang. Ia selalu menyatakan kepada orang orang Jepang bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia. Di Jepang ia ditugaskan sebagai dosen di Guko Hugo Gakko, Tokyo.

Tahun 1937 W.J.S. Purwadarminta kembali ke Indonesia. Ia menjadi pegawai di Balai Pustaka. Ia juga ditugasi memimpin redaksi majalah mingguan Kedjawen yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda. Saat pendudukan Jepang, Kedjawen berhenti terbit, tetapi Balai Pustaka masih menerbitkan Pandji Pustaka. Pada masa tersebut ia sempat menerbitkan Kamus Harian Jepang Indonesia.

Tahun 1942 pada masa pendudukan Jepang, ia dicari oleh bala tentara Jepang karena ia dianggap bisa menjadi penerjemah bahasa Jepang, maka ia diangkat sebagai juru bahasa di kantor Kempetai. Ia diberi tugas untuk menyusun Kamus

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 279

Bahasa Jepang dan buku buku pelajaran bahasa Jepang dan diterbitkan buku “Puncak Bahasa Nippon“ susunan W.J.S. Purwadarminta.

Tanggal 7 Maret 1946, terbit Surat Keputusan Kepala Departemen Pengajaran dan Kebudayaan atas nama Presiden Republik Indonesia terhitung 28 Februari 1946 ia ditugaskan di Kantor Museum Jakarta, membantu di bagian Bibliotheek (perpustakaan). Di samping tugas di kantor tersebut ia masih memberikan kuliah beberapa Perguruan Tinggi di Jakarta .

Pada 10 Januari 1953, W.J.S. Purwadarminta ditugaskan di Lembaga Bahasa dan Budaya Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Indonesia di Jakarta di Bagian Leksikografi. Di situlah ia menyusun Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) dan diterbitkan pada 1953. Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta dijadikan sebagai kamus standar bahasa Indonesia, hingga terbitnya Kamus Besar Bahasa Indonesia susunan Pusat Bahasa

Dia pernah dicalonkan untuk menerima gelar Honoris Causa, tetapi ditolaknya. Jabatan terakhirnya adalah sebagai pegawai Lembaga Penyelidikan Bahasa dan Kebudayaan. Karya terbesarnya adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia dan Kamus Bahasa Latin yang disusun bersama Drs. K. Prent CM dan Drs. J. Adisubrata.

Purwadarminta juga pernah menjadi redaktur Balai Pustaka bersama dengan Sutan Takdir Alisjahbana. Purwadarminta juga memperoleh Satya Lencana Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia atas jasanya dalam bidang kebudayaan dan bidang bahasa yang disampaikan oleh Sri Paku Alam VII kepada istri almarhum pada 15 Juni 1970.

Karya karya

Beberapa karya monumental dari W.J.S. Purwadarminta, sebagai seorang leksikograf (penyusun kamus), bisa disebutkan antara lain sebagai berikut:

1. Bausastra Jawa

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

280 |
(1930)

2. Mardi Kawi (1930)

3. Kawi Jarwa (1931)

4. Bausastra Indonesia

Jawi (1945)

5. Logat Kecil Bahasa Indonesia (1950)

6. KamusUmumBahasaIndonesia(1953)

7. Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang (1967)

8. Kamus Bahasa Latin Indonesia (1969 bersama K. Prent CM, Drs. J. Adisubrata)

9. Kamus Inggris Indonesia (1974)

10. ABC Karang Mengarang (cet. 3 1979)

11. Kamus Lengkap (1980 bersama Wojowasito)

Sumber Tulisan:

1. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kelima, 2018

2. Bandung Mawardi, Tempo, 20 April 2015

3. Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas (internet)

Yogyakarta, Bulan Bahasa Oktober, 2019

Br. Frans Sugi, FIC

14. In Memoriam: Arswendo Atmowiloto

Ada ungkapan, “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meningalkan gading.” Arti ungkapan tersebut adalah orang yang berjasa akan selalu disebut sebut orang walaupun telah mati. Kematian seseorang akan meninggalkan kesan dan pesan serta kenangan, baik ataupun buruk. Hal ini bergantung kepada hidup seseorang sebelum meninggal: perbuatan baik atau buruk. Ungkapan tersebut berlaku bagi semua orang. Perbuatan baik akan menjadi perbincangan setelah seseorang meninggal dunia, apalagi mendiang termasuk seorang tokoh terkenal. Apabila selama hidupnya seseorang berbuat baik, maka akan dikenang dan diperbincangkan segala kebaikannya. Sebaliknya bila seseorang selama hidupnya banyak berbuat hal yang tidak terpuji, maka akan menjadi bahan perbincangan hal hal yang kurang terpuji tersebut.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 281

Adalah seseorang bernama Arswendo Atmowiloto. Dia adalah tokoh dalam berbagai bidang: wartawan, pemimpin redaksi, penulis skenario film, maupun sastrawan. Arswendo dipanggil Tuhan pada 19 Juli 2019 pada usia 71 tahun. Sepeninggal Arswendo banyak media massa harian maupun mingguan menulis dan memberitakan banyak jasa dan perbuatan baik mendiang.

Siapakah Arswendo Atmowiloto?

Arswendo Atmowiloto lahir pada 26 November 1948 di Solo. Ia pernah kuliah di IKIP Solo, namun tidak tamat. Pada 1972 memimpin Bengkel Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah, Surakarta. Pada 1979 Arswendo mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat.

Arswendo merintis kariernya di majalah berbahasa Jawa, Dharma Kandha (1969). Pada 1972 ia bergabung dengan grup Kompas Gramedia. Ia pun pernah memimpin majalah remaja Hai, Senang dan Monitor. Ketika menjadi pemimpin redaksi Monitor, Arswendo tersandung kasus, sehingga dibui pada awal 1990 an. Dalam hidupnya, Arswendo tidak pernah lelah berkarya. Kesaksian anak ketiganya, Caecilia Tiara, menguatkan betapa hebat dan semangatnya Arswendo berkarya. “Saya hampir tidak pernah melihat Bapak tidak megang pulpen untuk menulis atau di depan laptop,” ujar Tiara.

Karya Arswendo Atmowiloto

Arswendo Atmowiloto terkenal sebagai penulis serba bisa. Ia tidak hanya meliput berita untuk koran dan majalah, namun masih banyak macam karya yang dihasilkannya yaitu novel, cerita pendek, drama, skenario film. Bisa dicatat karya karyanya antara lain sebagai berikut:

1. Penantang Tuhan (drama 1972)

2. Bayiku yang Pertama (drama 1972)

3. Ito (cerita anak 1973)

4. Lawan Jadi Kawan (cerita anak 1973)

5. Sang Pangeran (drama 1976)

6. Sang Pemahat (drama 1976)

7. Bayang bayang Baur (novel 1976)

8. Semesra Merapi Merbabu (novel 1977)

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

282 |

9. The Circus (novel 1977)

10. Surat dengan Sampul Putih (kumpulan cerpen 1980)

11. Saat saat Kau Berbaring di Dadaku (novel 1980)

12. Pelajaran Pertama Calon Ayah (kumpulan cerpen 1981)

13. Dua Ibu (novel 1981)

14. Mengarang Itu Gampang (teori mengarang 1982)

15. Senopati Pamungkas (novel cerita silat 1984)

16. Keluarga Cemara (novel 1996)

17. Arie Hanggara (skenario film 1986)

18. Canting (novel 1986)

19. Pacar Ketinggalan Kereta (skenario film 1989)

20. Menghitung Hari (kisah di penjara 1993)

21. Jendela Rumah Kita (skenario film 1995)

Buku “Mengarang Itu Gampang”

Buku “Mengarang Itu Gampang” yang diterbitkan oleh PT Gramedia pada 1982 berisi teori menulis bagi calon penulis atau siapa pun yang ingin menulis.

Buku ini berisi 28 judul yang antara lain bicara soal: Realitas Imajinatif; Ilham; Plot; Penokohan; Lokasi Tempat; Tema; Mencipta Bahasa; Kalau Karangan Ditolak; Sistem Pembayaran Honor; Mengiktui Sayembara; Kenapa Seniman Nyentrik; Pantangan; Kenapa Perlu Membaca Karya Sastra; Bermutu, Menarik dan Laris. Semua persoalan dikemas dalam bentuk 310 (tiga ratus sepuluh) tanya jawab yang termuat dalam 89 halaman. Buku ini disusun dalam bentuk tanya jawab agar lebih memenuhi rasa ingin tahu yang biasanya berupa pertanyaan, dan biasanya jawabannya juga merangsang pertanyaan berikutnya. Bahasa yang digunakan pun bahasa gaul ala anak muda remaja, terasa sangat mengalir alami begitu saja waktu membacanya. Rasa bosan hilang karena selalu ada pertanyaan yang selalu minta jawaban. Banyak hal dan seluk beluk tentang mengarang yang diajarkan lewat buku ini, namun karena caranya dengan metode tanya jawab, artinya seseorang yang membacanya dilibatkan secara aktif, maka orang tidak merasa digurui oleh orang lain. Sebagai contoh mari kita simak kutipan berikut ini: Tema 25. Kenapa Perlu Membaca Karya Sastra (1)

nomor 276 s.d. 279.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 283

276. Setelah mempelajari dan mnecoba mengenali dunia karang mengarang, masih tersisa pertanyaan dalam hati saya. Apa sih sebenarnya perlunya kita membaca buku sastra?

Pertama, tentulah agar kamu tidak kembali menjadi penderita buta huruf. Ini tidak bergurau. Kalau kamu tidak bisa membaca secara teratur, kan kamu bisa buta huruf lagi. Kedua, agar kamu tidak menjadi buta dalam hal lain. Misalnya buta kepada diri kamu sendiri, buta kepada orang lain.

277. Apa ruginya kalau buta?

Kamu sendiri sudah tahu jawabannya. Tak ada yang lebih menyedihkan daripada seseorang yang bisa melihat, bisa membaca, tetapi membiarkan dirinya buta. Menyedihkan, karena yang buta saja ingin melihat. Ingin bisa membaca. Marilah kita melihat lebih awal dari proses kesenian dalam kehidupan kita. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah kemampuannya untuk menulis. Kita mempunyai kelebihan dari makhluk lain, yaitu menulis, merekam, menyimpan, pengetahuan dan pengalaman baik pengalaman lahir maupun pengalaman batin untuk diteruskan kepada anak cucu. Sedangkan binatang, membawa pengetahuan itu sampai mati.

278. Masih belum jelas juga. Sekarang begini: apa gunanya kita membaca karya sastra? Pertanyaan ini lepas dari apakah saya mau jadi pengarang atau tidak. Untuk membedakan kita dengan binatang. Kita bisa mengetahui pengalaman orang lain dalam hal ini pengarang atau penulis. Pengalaman yang sama bisa kita peroleh dari hasil seni yang lain. Misalnya nonton teater, film, mendengarkan musik , melihat lukisan, mendengarkan lagu dan sebagainya. Lepas kamu ingin jadi pengarang atau tidak, jelas sekali kegunaannya. Kami bisa belajar, bisa membandingkan dengan pengalaman orang lain. Lihatlah langit. Kamu sudah tahu warnanya biru. Tetapi seorang penyair mungkin bisa memberikan pengalaman yang lain tentang warna biru itu. Biru yang memberi kesan romantis, sedih atau yang lain. Lihatlah pawai pameran kendaraan berat yang berupa roket, tank, panser atau senjata rudal. Seorang pengarang mungkin akan melihat sebagai pameran dari tarian maut. Atau sebagai pemborosan yang tak perlu. Atau sebagai kesia siaan yang dilembagakan di dunia ini.

284 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Pandangan semacam ini bisa kamu bandingkan dengan pandanganmu sendiri. Boleh saja kamu setuju atau tidak, tetapi pandangan semacam ini perlu untuk memperkaya batin kamu.

Lepas dari mau jadi pengarang atau tidak, kamu kesengsem dengan cerita Romeo Juliet atau Pronocitro Roro Mendut, atau Bangsa Cara Raga Padmi. Begitu indah, menyentuh cinta itu, tetapi juga begitu mengharukan. Kisah itu merupakan penuangan pengalaman batin dari suatu kejadian benar atau tidak, kita tinggalkan dulu. Tetapi itu sebuah kisah di mana kamu bisa membandingkan dengan kisah cintamu sendiri. Dengan pengalaman dan perjalanan hidupmu sendiri.

279. Memperkaya pengalaman kita sendiri, begitu?

Memperkaya hidupmu, tanpa selalu harus mengalami sendiri. Itulah yang bisa diperoleh dari sebuah karya seni. Begitulah teori dan makna tentang sastra serta seni dalam hidup sehari hari disampaikan oleh Arswendo dengan gaya bahasa gaul orang remaja dan tanya jawab. Membaca dan mencermati dialog tersebut tidak perlu sambil mengerutkan dahi karena terlalu berat dicerna bila disampaikan dengan bahasa lugas seorang dosen.

Sisi lain Arswendo Atmowiloto

Eka Budianta, seperti dituliskan di majalah HIDUP, memberikan kesan dan kenangan dari persaudaraannya dengan Arswendo sebagai berikut. “Jasa Arswendo Atmowiloto terpenting adalah membesarkan hati generasi muda. “Mengarang itu gampang,” katanya. Banyak orang percaya hal itu. Sebagian membuatnya sebagai semboyan, bahkan mantra. Dalam setiap kursus mengarang semboyan itu diucapkan.

Arswendo memupuk cinta masyarakat pada keluarga dan sejarah. Ini terbukti pada serial ‘Keluarga Cemara’ dan maha karyanya ‘Senopati Pamungkas.’ Pada saat diadakan musyawarah penulis sejarah dan cerita silat di Borobudur, ia termasuk maha guru.

Arswendo adalah sahabat bagi banyak orang. Dia mempunyai hubungan istimewa dengan banyak sekali tokoh nasional.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 285

MENGENALKAN

Cara menjalin hubungan itu sangat unik. Ketika ada seorang diberitakan sakti, Wendo langsung mendekatinya. Ia berbisik, “Kita adu kesaktian, yuk!” Caranya? “Kita cari ruang kedap suara, pintu kita kunci, dan kita berkelahi sampai salah satu mati. Nanti siapa yang keluar hidup, dia yang menang.” Ah, ya jangan begitu. Pesaing mundur teratur. Duel batal. Arswendo makin akrab dan dihormati, terutama oleh yang merasa sakti. Kami punya perkumpulan seniman Katolik bernama ‘Titi Laras’. Wendo paling pintar cari dana. Mendiang Uskup Agung Leo Soekoto memberinya cenderamata dari Sri Paus untuk dilelang. Wendo membawa pembelinya, yaitu Ibu Martha Tilaar. Kami dapat Rp60juta untuk biaya sekretariat. “ Begitulah kesaksian pribadi Eka Budianta, teman akrab Arswendo. “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meningalkan gading.” Ungkapan ini sangat tepat diterapkan untuk Arswendo Atmowiloto yang mempunyai banyak jasa untuk banyak bidang, terutama bidang seni budaya di Indonesia. Sumber tulisan: Arswendo Atmowiloto, Mengarang Itu Gampang, Gramedia, Jakarta, 1982 Eka Budianta, Jasa Arswendo untuk Millenial, HIDUP Katolik no. 30 /28 Juli 2019 Pamusuk Eneste, Leksikon Kesusastraan Indonesia Modern, PT Gramedia, Jakarta, 1981 RYO, “Senopati” Mangkat, Kompas, 21 Juli 2019

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Yogyakarta, 15 Agustus 2019

15. “SALAH ASUHAN” termasuk Angkatan Pujangga Baru?? (suatutanggapan)(KR, 21 November 1977)

Pada hari Selasa, tgl. 8 Nopember 1977 harian KR memuat wawancara Sdr. Alfauzi Sofi Salam dengan Drs. Ramli Leman Soemawidagda dosen Sasdaya UGM. Saya senang sekali mengikuti artikel tentang sastra yang ditulis dalam harian; baik yang berupa ulasan tentang teori sastra maupun yang berupa resensi buku seperti yang ditulis oleh mas Korrie Layun Rampan dan Linus Suryadi AG. Tidak ketinggalan hasil wawancara Sdr. Alfauzi dengan pak Ramli Leman yang dimuat dalam KR.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

286 | MENGENALKAN

Dari hasil wawancara yang ditulis (KR 9 Nopember 1977 hal 4) dengan judul ‘DUA TIGA TAHUN LAGI TIMBUL ANGKATAN BARU’ setelah saya baca ada satu hal yang menimbulkan pertanyaan dalam diri saya (mungkin pembaca yang lain) dan mendorong saya untuk menulis artikel kecil ini. Saya kutipkan pertanyaan dan jawaban yang menimbulkan keragu raguan pada diri saya. Kutipan itu sbb: t: Yang terakhir: Novel Indonesia mana yang paling baik? J: Sukar menjawabnya. Sebab baiknya di dalam periode periode tertentu. Tapi khusus Pujangga Baru, yang terbaik adalah Salah Asuhan! (tanya jawab terakhir). Keragu raguan saya ‘Betulkah SALAH ASUHAN karangan Abdul Moeis termasuk buah karya angkatan Pujangga Baru?’ Sepanjang pengetahuan dan pendengaran saya sejak di SLP sampai sekarang Abdul Moeis itu termasuk Angkatan Balai Pustaka! SALAH ASUHAN diterbitkan pertama kali th 1928. Angkatan Balai Pustaka mulai muncul lebih kurang lebih th 1920 dan th 1933 an Pujangga Baru muncul.

Beberapa ahli sastra Indonesia sudah mencoba membuat atau menyusun periodesasi sastra Indonesia. Mereka itu antara lain: HB Jassin, Ajip Rosidi, Nugroho Notosusanto, Prof. A.Teeuw dan Boejoeng Saleh. Secara garis besar periodesasi mereka sama, hanya istilahnya yang sering berbeda. Ada yang menyebutnya dengan periode, period, dan angkatan. Agar sedikit jelas, saya kutipkan sastra Indonesia yang dibuat oleh Ajip Rosidi dengan keyakinan bahwa periodesasi Ajip Rosidi ini yang paling lengkap dan terperinci, dan periodesasi ahli lain dapat dimasukkan di dalamnya. Ajip Rosidi membagi dalam beberapa period yaitu:

1. Period 1900 1933 (ahli lain menyebut Angkatan Balai Pustaka)

2. Period 1933 1942 (ahli lain menyebut Angkatan Pujangga Baru)

3. Period 1942 1945 (ahli lain menyebut Angkatan Jaman Jepang)

4. Period 1945 1953 (ahli lain menyebut Angkatan ’45)

5. Period 1953 1961

6. Period 1961 sekarang (ahli lain menyebut Angkatan ’66)

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 287

Sehubungan tulisan kecil ini marilah kita lihat Period 1900 1933. Dalam period ini Ajip Rosidi dalam bukunya Ichtisar Sejarah Sastra Indonesia menguraikan mengenai “Bacaan Liar, Sajak sajak Yamin dan Rustam Effendi, Balai Pustaka dan roman romannya.” Lebih menyempit lagi dalam bagian Balai Pustaka dan roman romannya, Ajip Rosidi memasukkan Abdul Muis penulis buku SALAH ASUHAN di dalamnya. Ajip menulis sbb: “Roman terpenting yang diterbitkan Balai Pustaka pada tahun duapuluhan ialah Salah Asuhan (1928) buah tangan Abdul Muis.” (ISSI hal 28).

Prof.A.Teeuw mengatakan bahwa Abdul Muis adalah tokoh pada angkatan tertua (angkatan ’20 pen). Zuber Usman(alm) memasukkan Abdul Muis dalam pembicaraan Zaman Balai Pustaka. Dengan demikian Abdul Muis tentu saja dengan SALAH ASUH nya adalah termasuk Angkatan Balai Pustaka atau Angkatan ’20. Kembali kepada buku SALAH ASUHAN karya Abdul Muis. Salah Asuhan terbit cetak pertama kali th 1928. Tahun 1928 masih dalam rangkuman period 1900 1933. Periode itu juga disebut dengan nama Angkatan Balai Pustaka atau Angkatan ’20. Dengan sendirinya SALAH ASUHAN termasuk dalam Angkatan ’20 atau Zaman Balai Pustaka. Angkatan Pujangga Baru yaitu Angkatan yang muncul sesudah Balai Pustaka Baru mulai lebih kurang th 1933. Memang pembagian period dalam sastra tidak mutlak persis seperti pada rumusan, tetapi dalam situasi lebih kurang! Pembatasan tahun Angkatan tidak setepat garis tengah suatu lingkaran. Dalam Angkatan Pujangga Baru muncullah tokoh tokoh seperti Armijn Pane penulis Belenggu, St. Takdir Alisjahbana dengan Layar Terkembang nya, JE Tatengkeng dll, yang corak dan tema penulisannya, pandangan hidupnya sudah berbeda dengan tema tema karya Angkatan Balai Pustaka. Pandangan Pujangga Baru sudah lebih meluas bila dibandingkan dengan Balai Pustaka yang masih bersifat ‘kedaerahan’. Kiranya kurang tepat apabila buku SALAH ASUHAN karya Abdul Muis termasuk Angkatan Pujangga Baru! Sekian.

Sumber:

1. Ichtisar Sejarah Sastra Indonesia oleh Ajip Rosidi

2. Pokok dan Tokoh oleh Prof. DR. A. Teeuw

3. Kesusasteraan Baru Indonesia oleh Drs. Zuber Usman. Frans Sugi, Yogyakarta, Nopember 1977

288 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Surat dari Anton Moeliono Pusat Bahasa

Yth. Sdr. Frans Sugi

Jalan P. Senopati No.16

Yogyakarta

Saudara Frans,

Desember

Pertama tama harus kita sadari bahwa nama diri tidak sama kedudukannya dengan kata biasa karena pertaliannya yang sangat erat dengan pribadi orangnya. Kata asing, yang kita pungut ke dalam bahasa kita, kita sesuaikan ejaannya. Sebaliknya, nama orang betapa pun aneh ejaannya, kita tulis sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berdasarkan pertimbangan itu, maka pasal yang membicarakan nama diri memuat ketentuan yang lunak sifatnya.

Di satu pihak ketentuan itu menimbulkan kewajiban bahwa, sejak berlakunya ejaan yang baru, semua nama yang lazim dipakai ditulis sesuai dengan aturan itu. Jadi, anak yang lahir, atau badan yang didirikan sejak tanggal itu, tunduk sepenuhnya pada kaidah ejaan 1972.

Di pihak lain peraturan itu memberikan keleluasaan sekedarnya kepada pihak yang berkepentingan untuk mempertahankan penulisan namanya jika dianggap perlu. Pertimbangan itu bermacam macam sifatnya.

Ada yang bersifat kesejarahan; karena itu, Universitas Gadjah Mada dan Padjadjaran ingin mempertahankan pengejaan namanya. Kapten Soeharto dari Yogya, yang sekarang menjadi kepala negara, akan dikenal dalam sejarah Indonesia sebagai Presiden Soeharto.

Ada yang bertalian dengan kesinambungan (kontinuitas) keidentikan pribadi. Misalnya, orang yang sudah banyak menulis buku dan karangan, yang tersebar di dalam dan di luar negri, ingin tetap dikenal dengan nama yang sama demi kemudahan pembacanya dan dokumentasi perpustakaan. Di dalam masyarakat

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 289 16.
7
1976

yang banyak menggunakan tulisan, dan Indonesia insya Allah akan menuju ke sana, nama pribadi berlaku sebagai semacam merk. Djajadiningrat yang mengarang buku tentang sejarah Banten berbeda dengan Jayadiningrat yang lahir tahun ini; Dr. Soetomo penggerak Boedi Oetomo tidak sama dengan Sutomo yang kita juluki Bung Tomo.

Anak Indonesia yang membaca nama orang dengan salah, karena nama itu berasal dari ejaan lama, dapat diajari lafalnya yang baik. Hal itu terjadi di seluruh dunia di dalam masyarakat yang anggotanya sudah pandai membaca dan menulis. Kita pun harus mempertimbangkan kemajuan ke arah itu karena ingin mengecilkan jumlah orang yang buta huruf, yang sekarang masih empat puluh prosen dari penduduk kita.

Ejaan harus dibedakan dengan hakekat bahasa. Ibarat pakaian berbeda dengan orang yang menyandangnya. Mungkin orang dapat berbahasa lisan dengan baik, tetapi tidak pandai menulis bahasanya dengan sempurna. Penutur bahasa daerah kita dapat dijadikan contoh untuk gejala ini. Tentu, orang Indonesia modern wajib menguasai kedua keterampilan berujar dan menulis. Namun, tuduhan bahwa orang tidak mencintai bahasanya jika ia tidak mencintai ejaan bahasa harus dipulangkan ke pendapat yang keliru yang mencampurkan dua paham yang berbeda.

Kata majemuk, bagian bagiannya umumnya ditulis terpisah, misalnya tanggung jawab, kereta api, meja makan, tata bahasa. Kata majemuk yang mungkin menimbulkan salah baca diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan, misalnya, Ia datang dengan anak-istrinya; bandingkan dengan Anak istri kedua Pak Barkah meninggal di Jakarta. Bentuk yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai, misalnya daripada, silaturahmi. Kata majemuk yang mendapat awalan atau akhiran ditulis terpisah, misalnya, tanggung jawab menjadi bertanggung jawab; ditulis serangkai apabila mendapat awalan dan akhiran, misalnya, kereta api menjadi perkeretaapian.

Istilah yang diambil dari bahasa asing dapat berupa bentuk dasar, bentuk akar, ataupun bentuk luasannya. Pada prinsipnya diambil satu bentuk saja di antara

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

290 |

macam macam bentuk yang mungkin ada. Jika kita mengambil evaluasi, kombinasi, dominasi, maka bentuk verba Indonesianya ialah mengevaluasi, mengkombinasi, mendominasi. Bentuk mengevaluir, mengkombinir, dan mendominir perlu dijauhkan karena hanya menambahkan unsur asing yang sebenarnya tidak diperlukan.

Wasalam, a.n. Kepala Bidang Pengembangan, Anton M. Moeliono, Pengasuh Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 291

292 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 293 BAGIAN XV: CAKIL DAN BUTAPREPAT

MENGINSPIRASI

Suatu berita yang menyedihkan kami terima dari Maastricht, yaitu berita kepergian Br. Kees Kappe untuk selamanya. Kami, para Bruder di Indonesia sungguh merasakan kehilangan seorang bruder penabur benih kebruder FIC an yang gigih.

Pada kesempatan ini perkenankanlah kami, atas nama para Bruder FIC di Indonesia, mengungkapkan rasa terima kasih kami atas segala kebaikan yang Br. Kees berikan kepada kami di Indonesia.

Br. Kees Kappe lahir pada 3 April 1920 di Den Bosch. Pada tanggal 15 Agustus 1939 beliau mengucapkan prasetianya sebagai Bruder FIC. Sepuluh tahun sesudah prasetia, yaitu tahun 1949, Br. Kees Kappe diutus untuk menjadi misionaris di Indonesia. Waktu itu dipercaya untuk menjadi guru di SMP Ambarawa (1949 1951). Selanjutnya antara tahun 1951 1955 Br. Kees Kappe tinggal di Yogyakarta menjadi guru di SMP. Antara tahun 1955 1957 menjadi guru di SMP Salatiga. Tahun 1957 1962 menjadi guru di SMA Surakarta. Tahun 1962 1963 menjadi guru di SPG Kidul Loji, Yogyakarta.

Tahun 1963 menurut Surat Keputusannya (SK nya) sebetulnya ditugaskan di SPG van Lith Muntilan, tetapi karena keadaan yang lebih perlu, Br. Kees ditugaskan untuk menjadi Magister Postulat di Muntilan menggantikan Br. Ferdinando. Karya yang tidak ringan, apalagi waktu itu adalah masa masa peralihan yang amat besar dialami oleh seluruh Gereja yaitu dengan adanya Konsili Vatikan II. Pasti Br. Kees juga mengalami perubahan perubahan yang tidak mudah dalam hidupnya, khususnya untuk pendidikan calon biarawan ini. Br. Kees bisa melewatinya dengan baik sampai dengan 31 Desember 1971. Tahun 1972 1977 menjadi guru di SPG Don Bosco Semarang. Dan sejak tahun 1977 beliau menikmati masa pensiunnya, dan kembali ke Belanda hingga beliau menghadap Bapa pada Rabu 21 Agustus 2002 jam 04.30 pagi hari.

Dari riwayat pengutusan seperti tersebut di atas, boleh dikatakan bahwa Br. Kees dari hampir seluruh waktu hidupnya dicurahkan sebagai guru di sekolah, terutama dalam memberikan pelajaran bahasa Inggris.

Br. Kees adalah orang Belanda, tetapi memiliki kepribadian yang sangat halus dan sangat peka. Salah satu bruder mantan Postulannya mengisahkannya bahwa

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

294 | MENGENALKAN
MEREKA

beliau memang tegas dalam mendidik, sekaligus dengan lembut sekali, sambil mata berkaca kaca air mata waktu memberikan nasihat. Suatu ketika saya sempat mengunjungi beliau di Biara Induk de Beyart Maastricht. Br. Kees tidak banyak bicara. Bila berkesempatan bicara tentang Indonesia, mudah sekali meneteskan air matanya karena rasa harunya ingat segala hal yang beliau alami selama di Indonesia. Relasi yang dekat dengan orang orang kecil, orang kampung, beliau tunjukkan dengan keramahannya. Terlebih kepada yang menderita. Di Muntilan ada keluarga yang sangat menderita, anak laki laki yang kiranya bisa menjadi tulang punggung keluarga menderita lumpuh. Br. Kees bersahabat dengan keluarga tersebut, bahkan seperti keluarga sendiri. Para Postulan sangat merasakan hal ini, setiap hari Minggu bergilir untuk datang ke keluarga tersebut untuk memperhatikan mereka. Tidak ketinggalan pula perhatian begitu besar terhadap keluarga para bruder, seperti halnya kepada Mbah Marto (ayah ibu Br. Alfonsus Marzuki alm.). Rasanya Mbah Marto sudah dijadikan keluarga sendiri, sehingga para Postulan pun bergilir datang ke tempat Mbah Marto pada hari Minggu pagi sesudah Misa. Pemikiran Br. Kees yang waktu itu sangat maju berkaitan relasi bruder dengan orang tua bruder. Tamu tamu khususnya orang tua/saudara dari para Postulan sungguh diterima sebagai keluarga sendiri. Hal ini sangat mengesankan di hati orang tua para Postulan.

Di samping itu, Br. Kees mempunyai bakat serta ketrampilan yang luar biasa berkaitan dengan fotografi. Bakat tersebut bukan disimpan untuk dirinya sendiri, tetapi ia kembangkan untuk kepentingan dan kebahagiaan orang lain. Kerinduan untuk mendirikan semacam bengkel foto untuk remaja yang putus sekolah ia tuangkan dalam permohonannya mendirikan bengkel foto tersebut tanggal 28 Oktober 1983 kepada Bapak Camat Muntilan. Dan permohonan tersebut disambut dengan gembira oleh Bapak Camat Muntilan melalui surat izinnya No. 426.3/2086 tertanggal 8 November 1983.

Data seperti tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita semua, bahwa bakat apa pun kalau sungguh ditekuni bisa kita abdikan demi kepentingan orang banyak, terutama bagi mereka yang kecil dan yang membutuhkan.

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 295

Pemikiran mengenai “rumah istirahat” untuk bruder yang lanjut usia merupakan gagasan yang cemerlang. Hal ini dituangkan dalam suratnya yang dikirim kepada Dewan Provinsi Indonesia bertanggal 24 Januari 1973. Dengan amat gamblang ia menyebutkan untuk siapa “rumah istirahat” itu, apa kriterianya, dan lain sebagainya. Rumah istirahat itu dimaksudkan untuk para bruder yang karena kesehatannya sulit diberi pertolongan di komunitas yang biasa, atau untuk para bruder yang “terpaku” di kursi roda atau di tempat tidur karena sudah tidak bisa berjalan lagi, dll. Sedangkan syaratnya antara lain, mesti ada tenaga medis yang kompeten serta sewaktu waktu bisa dipanggil seorang dokter, dll.

Di satu pihak kita merasa sedih karena kehilangan seorang Bruder, seorang sahabat yang mempunyai daya pikir yang cemerlang ke masa depan, tetapi di lain pihak kita dengan penuh syukur pula dan berterima kasih kepada Br. Kees, bahwa dia benar benar meninggalkan warisan yang cemerlang yang pantas kita teladani yaitu pemikirannya ke masa depan. Kita bersyukur bahwa kita mempunyai satu pengantara lagi di surga, yang pasti mendoakan kita yang masih berjuang di dunia ini.

Br. Kees, kami para bruder di Indonesia berterima kasih atas kehadiranmu sebagai penebar benih benih kebaikan. Sudah sekian banyak bruder kaudampingi, sehingga memampukan kami untuk meneruskan perjuangan dan karya para bruder pendahulu. Sekali lagi, Br. Kees selamat jalan, sampai berjumpa, selamat berbahagia bersama Bapa di surga. Salam kami, atas nama para Bruder di Indonesia. (Semarang, 24 Agustus 2002)

Br. Goswin Adriaan Jagers lahir di Amsterdam 21 Agustus 1916 dan wafat di Maastricht 24 Desember 2003 pada usia 87 tahun. Pemuda Adriaan Jagers tidak mengikuti pendidikan tradisional untuk pemuda yang ingin menjadi bruder melalui pendidikan 6 tahun di yuvenat. Ia mengikuti sekolah menengah umum HBS. Mungkin karena contoh kakaknya, Br. Paulino Jan Jagers ia pun ingin menjadi bruder, tetapi untuk itu ia harus menjadi guru dahulu. Berkat kepandaiannya ia berhasil mendapat ijazah guru pada tahun 1936. Kemudian menjadi novis, dan mengikrarkan profes pertama tahun 1937. Tahun lalu kita rayakan jubileum profesinya yang ke 65. Sebagai bruder muda ia mendapat tugas

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

296 | MENGENALKAN

mengajar di SD di Den Haag, Haarlem, dan Amsterdam, sementara memperdalam ilmu dengan studi Hoofdakte (guru kepala sekolah) dan terutama matematika. Tahun 1945 Br. Goswin lulus sebagai guru matematika untuk sekolah menengah atas.

Selama 1942 1945 bruder Belanda di Indonesia diinternir di kamp kamp Jepang a.l. di Banyubiru, Bandung, dan Cimahi. Sepuluh orang bruder meninggal sebagai akibat dari penderitaan di kamp itu. Maka setelah tahun 1945 Kongregasi mempersiapkan sekelompok bruder di Belanda untuk menggantikan mereka. Br Goswin bersama Br. Carlo tiba di Tanjung Priok pada bulan Oktober 1951. Mereka telah mempelajari bahasa Indonsia dan Br. Goswin langsung ditugaskan di SMP Domenico Savio Semarang sebagai guru ilmu alam. Satu tahun kemudian ia dipindahkan ke Solo untuk mengajar matematika di SMA St. Yosef yang pada tahun 1951 dibuka oleh Br. Bonifacio. Bekas murid dari zaman itu yang sekarang sudah pensiun dan menjadi kakek, masih berceritera mengenai dasar kokoh yang mereka terima dari guru yang sangat rajin dan teliti itu.

Di samping mengajar di sekolah, ia melihat kebutuhan akan guru guru matematika yang betul betul pandai, baik di SMP maupun di SMA. Ia membuka kursus matematika pada tingkat B I dan juga B II untuk guru matematika. Nama kursus itu “Bernardus”. Kemudian pendidikan B I dan B II diganti dengan pendidikan akademis. Maka kursus Bernardus digabungkan dengan akademi Saraswati dan Br. Goswin menjadi dosen. Mulai tahun 1958 bruder bruder tidak diperbolehkan lagi mengajar di sekolah kecuali mengajar agama. Tetapi di pendidikan tinggi tetap diperbolehkan. Pada waktu itu di Yogya, oleh pater pater Jesuit (SJ) dimulai Pendidikan Tinggi Ilmu Pendidikan (PTIG) yang kelak menjadi IKIP dan akhirnya Universitas Sanata Dharma. Br. Goswin diminta sebagai dosen matematika dan dua kali seminggu ia naik kereta api ke Yogya untuk mengajar matematika di sana. Akhirnya Br. Goswin dipindahkan ke Yogya dan menjadi pemimpin rumah selama 6 tahun. Dalam waktu itu disamping memimpin bruderan, ia menyusun buku buku ilmu pasti untuk SMP bersama Br. Cyrinus (dengan nama samaran “Agil”).

Tahun 1970 ia dipindah ke SMA PL di Brawijaya Jakarta dan mengajar matematika dengan metode baru: matematika modern. Ia menyusun suatu seri

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 297

buku untuk matematika modern itu dengan nama samaran “Dharma Matmo”. Di mana mana ia diminta untuk memberi penyuluhan tentang matematika baru yang sebenarnya sudah lama. Tetapi kesehatannya mulai mundur. Terutama jantung yang satu katup/klep tidak tertutup baik. Menyebabkan ia pucat dan kurang berdaya. Pada tahun 1978 ia minta berhenti sebagai guru SMA dan dipindah ke Salatiga untuk melanjutkan pekerjaan pada metodenya. Akhirnya, atas advis dr. Joko di Semarang ia minta dipulangkan ke Belanda pada tahun 1980 setelah 29 tahun berkarya di Indonesia. Banyak bekas murid dan guru mengenang jasanya tidak hanya sebagai seorang guru yang pandai sekali, tetapi juga sebagai seorang manusia yang penuh perhatian terhadap perkembangan mereka.

Setibanya di Belanda Br. Goswin diterima di unit perawatan dari de Beyart di Maastricht bernama St. Lidwina. Di situ ia masih dapat menolong sesama bruder di bagian perpustakaan dan arsip. Pengetahuannya tentang statistik dipergunakannya untuk menyusun buku buku tentang semua orang yang pernah menjadi novis FIC.

Akhirnya kesehatan beliau mundur sekali dan meninggal dunia pada malam Natal 2003. Semoga ia diterima di sisi Bapa yang sepanjang umurnya ia cintai. Amin.

3. Br. Veronus: Guru Bahasa Inggrisku

Br. Veronus van Hoogstraten telah meninggal dunia pada tanggal 26 Oktober 2005 di biara induk de Beyart, Maastricht. Ia lahir pada tanggal 29 Agustus 1913 di Belanda. Almarhum genap mencapai usia 92 tahun. Ia menjadi bruder FIC selama 72 tahun. Sebelum diutus sebagai misionaris ke Indonesia pada tahun 1939, ia sebagai guru di Den Haag selama beberapa tahun.

Pada waktu hari wafatnya, saya masih berada di Ghana mengikuti Congregational Conference 2005. Serentak ingatan saya meluncur ke waktu waktu awal saya mengenal Kongregasi FIC, yaitu pada tahun 1972. Jadi sudah sekitar 30 tahun yang lalu!

Saya secara pribadi mengenal Br. Veronus untuk pertama kali pada waktu saya memulai masa postulat yaitu pada tahun 1972. Beliau saya kenal sebagai orang

298 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

yang halus budi bahasanya, namun tegas dengan prinsip. Ia berdisiplin tinggi. Dalam penampilan, ia selalu tampil sederhana, namun rapi. Ia seorang guru yang ‘sungguh guru’. Ia menguasai benar bidang studi yang diampunya, yaitu bahasa Inggris. Ia tidak pernah beranjak ke bahan baru sebelum bahan yang lama sungguh dikuasai oleh pelajarnya. Beliau tidak mengenal istilah target silabus yang ada di dalam kurikulum. Satu satunya prinsip ‘murid muridku harus paham betul apa yang dipelajarinya!’ Di sinilah yang membuat murid (paling tidak saya pribadi) untuk selalu mengharapkan kapan ada pelajaran bahasa Inggris. Cara mengajarnya membuat murid merasa rugi apabila tidak mengikuti pelajarannya. Br. Veronus pandai memberikan motivasi belajar kepada siswa siswanya. Bahan yang sulit menjadi mudah dan menarik lewat Br. Veronus.

Dari pengalaman pelajaran bahasa Inggris gampang gampang susah. Sejak SMP dan dilanjutkan di SPG Pangudi Luhur Kidul Loji, saya benar benar tidak tahu atau sangat mengalami kesulitan mempelajarinya. Ujian akhir di SMP (1968) nilainya 5; ujian akhir SPG (1971) sudah dengan ujian ulang nilainya tetap 5! Anehnya, pada waktu mendapatkan pelajaran bahasa Inggris di Postulat, terbukalah rahasia belajar bahasa Inggris. Bahasa Inggris sebagai pelajaran yang sungguh menyenangkan. Rindu untuk setiap hari ada pelajaran bahasa Inggris, meskipun ada pekerjaan rumah yang harus dikerjakan dengan menjawab soal soal! Jawaban harus dengan kalimat lengkap dan bukan hanya jawaban singkat. Kekhasan metode beliau pada waktu mengajar kami di Postulat adalah dengan selalu memberikan dikte singkat, dan selalu dikoreksi, dan dituliskan jawaban yang sebenarnya dengan tinta merah di samping jawaban yang salah. Hasil dictation selalu diberi nilai dari 1 10, bergantung kepada berapa hasil yang didapatnya. Cara demikian sungguh menanamkan nilai ketelitian. Ia selalu mengatakan, “belajar bahasa Inggris tidak mungkin tanpa ketelitian!” Pronunciation sangat ditekankan dan selalu diulang ulang. Apabila ada muridnya yang dalam mengucapkan kata tertentu tidak tepat (mendekati ucapan yang seharusnya), beliau memberhentikannya dan meminta mengulang ulang sampai mendekati ucapan yang layak! Ia menuntut murid untuk belajar secara optimal.

Sebelum saya pulang ke Indonesia dari Belanda (setelah usai tugas sebagai anggota Dewan Umum) pada bulan September 2000, saya berpamitan kepada

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 299

MENGENALKAN

para bruder di de Beyart, antara lain Br. Veronus. Saya sampaikan ucapan terima kasih kepada beliau, karena pernah diajar bahasa Inggris. Saya masih ingat buku yang digunakannya pada waktu itu: A Direct Method English Course by E.V. Gatenby, terbitan Longmans. Pada waktu ada kesempatan kunjungan ke Novisiat di Muntilan (awal 2001), saya tengok ke perpustakaan. Buku yang dulu kami gunakan untuk belajar di Postulat masih ada beberapa eksemplar di rak buku, meskipun sudah agak kumal. Saya mengambil buku tersebut (3 jilid), dan merawatnya sampai sekarang. Senang juga membuka buka kembali buku pelajaran tersebut, serentak untuk bernostalgia. Para pelaku utama dalam buku tersebut The Browns (Keluarga Brown) yang terdiri dari Mr. Brown, Mrs. Brown, Mary, George, dan Jack.

Ada cerita singkat yang menarik dalam buku jilid II hlm. 94 The Greedy Dog. Teks lengkapnya sebagai berikut: “The Greedy Dog”

A dog, with a fish in his mouth, was once crossing a river. He looked down at the water, and saw another dog with a fish in his mouth.

The first dog, thinking that two fish were better than one, opened his mouth to get the fish from the dog in the water. And so he lost his own fish and did not get the other. He was a greedy dog, but he did not get what he wanted.

Br. Veronus, terima kasih atas teladanmu sebagai Bruder FIC. Terima kasih atas jasa bruder membuka mata, hati, dan pikiran saya untuk mengenal bahasa Inggris. Selamat jalan dan jadilah juga pendoa bagi kami semua yang masih melanjutkan perjuangan di dalam Kongregasi ini. Kini Guru bahasa Inggrisku telah berpulang. (Br. Frans Sugi)

4. Br. Robert Edi Supani: Bruder Sederhana, Mobil, dan Setia

Kakak kakak dan adik adik dari almarhum Br. Robert yang saya kasihi. Para pelayat yang saya hormati.

Pada hari ini, masih dalam suasana Pesta Paskah, kita berkumpul di Kapel Bruderan FIC Ambarawa untuk berdoa dalam rangka mengantar Br. Robert

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

300 | MENGENALKAN

menghadap Bapa di surga, yang kemarin pagi Selasa, 29 Maret 2005 telah dipanggil Tuhan pada pukul 06.15.

Ada Perjumpaan Ada Perpisahan:

Tidak kurang dari 3 bulan, Br. Robert berbaring menderita dan dirawat di Rumah Sakit Santa Elisabeth, Semarang dari R. Yosef, R. Maria, R. ICU, R. Yosef, dan akhirnya kembali ke R. Maria. Beberapa kali saya menengoknya selama ia di rumah sakit. Perjumpaan terakhir pada hari Senin, 28 Maret 2005 pada pukul 08.45 09.20. Saat itu saya akan pergi ke Muntilan untuk rapat dan langsung dengan visitasi para Postulan dan para Novis. Saya berpamitan kepadanya. Kesadarannya masih bagus hingga Senin pagi. Ia memang sudah sulit berbicara dan sudah tidak dapat membuka matanya. Ia masih dapat mereaksi apa yang dikomunikasikan kepadanya. Misalnya ditanya siapa yang datang atau diajak berdoa: selalu ia berusaha menjawabnya dalam keadaannya yang sulit itu. Suaranya dan maksudnya kadang agak mudah ditangkap, suatu ketika sungguh sulit. Juga apabila pada malam hari, yaitu pada waktu sesama brudernya mendampinginya berjaga.

Senin pagi itu saya bertanya (seperti biasanya bila saya menengoknya), ”Bert, saya siapa?”

Ia mencoba mengenali suaraku. Ia mencoba membuka mata, meskipun tidak bisa. Situasi ini sungguh berbeda dengan minggu sebelumnya, yang sungguh masih mudah mengenal seseorang lewat suaranya. Aku melanjutkan menggodanya agar terjadi kontak.

“Kemarin saya datang ke sini juga, masakan sudah lupa?” Aku ulang beberapa kali.

Ia tetap menggelengkan kepala, sebagai tanda tidak mengenal saya. Aku mengalah.

“Saya dari Don Bosco!”

“Bruder Frans...!” Ia tampak lega di wajahnya. Setelah beberapa waktu saya akhirnya pamit kepadanya.

“Bert, saya pamit dulu ke Muntilan ya sampai Sabtu.”

“Nggihhhhh...!”

“Saya mau istirahat...!” kemudian tangan diletakkan di dada.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 301

Perjumpaan yang Mengharukan:

Minggu Palma (siang), 20 Maret 2005 bersama Br. Anton Sumardi saya menengoknya. Kita masih berdoa bersama: doa berpasrah diri kepada Tuhan

Dengan penuh kesadaran, namun tidak dapat berbicara dan tidak dapat membuka mata, ia masih mengikuti dengan gerakan lidahnya: Aku Percaya, Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan masing masing tiga kali.

Seusai berdoa ia berusaha mengucapkan, “Terima kasih. Matur nuwun!”

“Robert ingin menyampaikan sesuatu?” tanyaku.

Ia berdiam agak lama. Akhirnya keluar dari mulutnya ungkapan ungkapan:

“Saya minta maaf kepada semua bruder atas kesalahanku,” dengan agak basah matanya, mbrebes mili. Ia melanjutkan, ”Der, seandainya Tuhan memanggil saya hari ini juga, saya siap!!” Suatu perjumpaan yang sungguh mengharukan.

Sederhana Mobil Setia:

Sejauh saya mengenal Br. Robert, ia memberikan gambaran sebagai bruder yang sungguh sederhana, mobil (selalu siap ditugaskan di mana pun), dan setia. Sederhana dalam cara bersikap, menjalankan tugas pengutusan (tidak neko neko) sebagai guru, maupun Kepala Sekolah.

Ia berani mengatakan dengan jujur, termasuk bila ia tidak dapat atau tidak sanggup melaksanakan tugasnya. Misalnya pada waktu ditugasi menggantikan Br. Romualdus sebagai Kepala sekolah SMA PL Sukaraja, karena Br. Romi sakit (Januari Juli 2003). Ia sudah mengenal medan sekitar, dan tugas di Sumatra memang lain dengan di Jawa Tengah. Ia Kepala SMK Pertanian Xaverius Belitang, tidak jauh dari Sukaraja.

Ia merasakan terlalu berat di SMA, maka ia menelepon saya dan menyatakan bahwa tugas di SMA terlalu berat baginya dan menuntut banyak hal dari yang ia punya.

“Der, saya tidak sanggup dengan tugas di SMA. Setelah saya mencoba melaksanakannya.”

Ia seorang yang mobilitasnya tinggi dan bekerja keras, serta kesetiaannya tinggi. Memang tidak banyak bicara dengan ide ide yang cemerlang: pelaksana

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

302 | MENGENALKAN

yang ulung dan luar biasa. Ia sadar diri soal itu, ketika pesta 25 tahun sebagai FIC tahun 2003 yang lalu.

Medan karya pelayanan di Jawa Tengah Sumatra Kalimantan, ia jelajahi dalam melayani murid murid. Ketika ia di Belitang, mencari murid ke daerah sekitar Jambi, Pangkal Pinang, merupakan suatu hal yang biasa, setiap kali menghadapi tahun ajaran baru.

Herbarium : rumah berkasa untuk pembibitan tanaman di kompleks SMK Pertanian Xaverius sebagai salah satu bukti kerja kerasnya. Tanggal 1 6 Maret kemarin, saya berkunjung kepada para bruder di Belitang dan menyaksikannya. Perpindahan ke Sedayu dari Belitang, ia terima dengan “Oke” .

Perpindahan terakhir dari Sedayu ke Giriwoyo: ”Oke… tetapi di sana ada Br. Aretas, mantan guru saya di SMP Boro.” Mungkin dalam hatinya terbersit rasa kurang sreg, ia guruku. Saya katakan, “Robert, kan bukan muridnya lagi. Br. Aretas adalah sesama bruder sebagai sesama saudara. Yakinlah Bert, Br. Aretas tidak akan memperlakukan Robert sebagai murid lagi!” Ia mulai berbuat sesuatu dan akhirnya sebelum genap setengah tahun, ia sakit.

Aku Siap

Kerendahan hatinya tampak bahwa ia tidak mau mendahului Tuhannya dalam menghadap Bapa. Ia sungguh mau mengikuti Yesus : menderita meninggal bangkit; seperti perayaan selama Trihari Suci. Dua hari setelah Pesta Paskah, ia seolah mengatakan, ”Tuhan, sekarang aku siap dan mengikuti–Mu menghadap Bapa!”

Terjadilah pada hari Selasa, 29 Maret pukul 06.15 di RS Elisabeth, Semarang. Akhirnya, “Bert,selamatjalan.Salamuntuksemuabruderyangsudah menantimu.”

Terima kasih. Semarang, 30 Maret 2005. Saat pemakaman Br. Robert Edi Supani. (Br. Frans Sugi FIC)

5. Br. Hugo: Bruder yang Penuh Harapan dan Percaya

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 303

Saya mengalami hidup bersama dalam komunitas 2 kali, yaitu tahun 1977 1978 di Don Bosco dan dari tahun 2000 2005 ini. Pada tahun 1977 1978. beliau sebagai Kepala SMP Domenico Savio II tempatnya di gedung atas SD Don Bosco; dan periode kedua ini saya sebagai yang dituakan. Banyak hal yang saya alami, kadang kala sesuatu yang lucu lucu.

Doa

Mazmur favoritnya:

“Aku sangat menanti nantikan Tuhan; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong.” (Mz. 40)

“Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.” (Mz. 139) Mazmur 40 selalu didoakan pada pagi hari; sedangkan Mazmur 139 selalu didoakan sore hari. Pernah saya berkesempatan memimpin doa komunitas dan bertepatan hari ulang tahunnya, saya bertanya bacaan apa yang disukainya: ia menunjuk dua mazmur tersebut. Hal ini sudah menjadi darah dagingnya. Sesudah makan siang ia selalu pergi ke Kapel dan bermazmur kepada Tuhannya. Bangun pagi agak sulit, ia membutuhkan waktu untuk istirahat malam lebih.

Ekaristi

Kebiasaan mengikuti Misa Kudus akhir akhir ini agak berubah, termasuk misa harian pagi hari. Misa hari Minggu pun bergantung mood nya hati. Waktu ia lega, ia sudah menanti di depan pintu kepada yang biasa dinunuti, Br. Ignatius. Atau kalau ada ajakan ke Santo Michael mengikuti misa bahasa Inggris, ia antusias berangkat. Bonceng sepeda motor ataupun dengan mobil bila tepat ada supirnya. Tetapi bila sudah tidak berkenan, meskipun sudah ditunggu supir atau pembonceng, ia akan kembali ke tempat tidur untuk ‘tetes mata.’ Ia dengan mudah akan menepuk nepuk perut, sebagai tanda untuk diterima bahwa ia sakit, tidak enak badannya. Bila masuk ruang makan sudah dengan wajah cemberut, atau sambil pegang pegang perut, jangan diganggu! Kami paham….

Guru

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

304 |

Banyak pengalaman sebagai guru. Misalnya: SD St. Yusup Bangkong, SD PL Purbayan Solo, SD PL Muntilan, SMP PL Boro, dll. Waktu di SMP Domenico Savio II, ia menjadi Kasek. Ia termasuk guru favorit anak. Ia mengajar Geografi dan bahasa Inggris. Alasan anak anak: enak, santai, tidak tegang, mudah dipahami, ulangan jelas. Saya kalah dalam hal itu. Pinter membagi tugas: kamu yang muda mesti belajar, maka coba kerjakan tugas tugas ini. Jadilah saya mengerjakannya ... ia kebetulan sebagai overste di Komunitas Candi. SMP Domenico Savio II tidak berumur lama. Saya hanya mengajar 2 tahun. Menurut sejarahnya berdiri karena Dom Savio Randusari kebanjiran peminat. Soalnya Bruder Kasek waktu itu kesenengan untuk berbuat baik, maka siapapun yang berminat diterima dengan tanpa catatan yang jelas dan kurang koordinasi dengan Panitia Penerimaan. Tahu tahu kebanyakan calon dan tidak ada ruangannya. Demi keselamatan semuanya, maka dibuka SMP Dom Savio II. Berkembang untuk daerah atas. Ia membocorkan rahasia mengapa SMP itu ditutup. Ia sebagai anggota DP. Ia bermaksud mempertahankan, tetapi suaranya hanya seorang, sedangkan 4 lainnya menentangnya harus ditutup!

Pembaca ulung

Pekerjaan utamanya ialah MEMBACA dan mendengarkan radio Philips nya (sehabis makan malam). Ia tahu banyak berita dunia, persoalannya ia sulit mengomunikasikannya. Sejak ia tahun 1985, ia kesulitan berkomunikasi. Keinginannya untuk bercerita selalu kandas dengan hambatan bicaranya. Ia pernah kehilangan semua memorinya. Berkat membaca itulah Br. Hugo banyak hal yang diingat. Nama nama sesama bruder hilang, tetapi bila ditanya di mana komunitasnya, tugasnya apa, ia tahu persis!

Disiplin

Kontrol dokter dan makan obat. Ia tidak pernah mengatakan obat, melainkan ‘vitamin.’ Catatan untuk pergi kontrol dokter ia catat. Jalan pagi sesudah ‘tetes mata’ selalu dijalaninya. Sekitar pukul 09.00 ia sudah mengenakan topinya dengan di saku ada sekitar 5 lembar seribuan pergi ke pasar Jatingaleh, lewat Jalan Semeru. Pulang sudah membawa tas kresek hitam, jeruk murahan setengah

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 305

kilo. Terus sesama senior, diberinya. Bila yang muda mengganggu selalu dijawab, “Kamu belum butuh, masih muda, belum enam puluh! Kamu masih kecil, kamu belum tahu.” Ia selalu ada jawaban untuk mengalahkan yang muda muda: KAMU TIDAK TAHU!

Ambil pensiun selalu mengajak bruder lain, dan kemudian ‘minggir’ Istilah jajan bakso di Gang Pinggir atau beli susu skim, non fat. Waktu ia rindu sekali makan tempe, daging, ikan (dan dilarang dokter): dicuci.

Mandiri

Ia berprinsip tidak mau menyusahkan orang lain. Hal ini tampak jelas dengan hari hari terakhirnya menjelang dipanggil Tuhan. Sejak Mei yang lalu, ia 2 kali masuk RS Elisabeth. Terakhir 22 Juni 2005 ia meminta diantar dan sudah siapkan pakaian. Rupanya ia sudah merasa bahwa waktunya sudah tiba. Makin hari kesehatan makin mundur. Tanggal 1 Juli 2005 ia mendapatkan Sakramen Minyak Suci Pengurapan Orang Sakit dan sudah tidak sadarkan diri. Sampai kemarin. Tanggal 7 Juli cuci darah.

Ucapan terima kasih dan Selamat Jalan

Dokter yang mendampingi Br. Hugo selama ini. Para Suster dan para perawat di Elisabeth yang dengan kasihnya tanpa henti membantu Br. Hugo. Semua bruder dengan berbagai ledekannya, sehingga Br. Hugo tetap krasan dan ceria di komunitas. H. Selamat jalan Br. Hugo, jadilah pengantara dan pendukung kami, sesami brudermu. Maafkanlah sering keterlaluan kami dalam bercanda, sehingga membuatmu jengkel. Hugo terima kasih atas contoh contoh kesetiaan dan pengharapan, dan imanmu kepada Tuhan. Semoga semangatmu tetap hidup di antara kami, meskipun engkau sudah pergi menghadap Bapa. (Semarang, 11 Juli 2005)

Pemakaman Br. Hugo Suharto. (Br. Frans Sugi FIC)

6. Br. William Kets, FIC: Belanda dengan Hati Indonesia

Nama Lengkap : Wilhelmus Antonius Adrianus

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

306 |

Tempat dan Tanggal Lahir : Helmond, 10 September 1925.

Prasetia : 15 Agustus 1946 dengan nama religius Br. Odulpho

Nama beken di Indonesia: Wiliam Kets

Meninggal : Maastricht, 1 Oktober 2006

Pemakaman : Jumat, 6 Oktober 2006

Br. William Kets menjadi misionaris di Indonesia selama 30 tahun dengan berbagai tugas: guru SGA van Lith Muntilan, Direktur Yuniorat, Pemimpin Komunitas, Anggota Dewan Propinsi Indonesia, Staf Institut Roncalli Salatiga, Pengatur (pembenah) arsip provinsi (1995).

Br. william menjadi anggota Dewan Umum periode 1982 1994. Ia menemukan butir penting yang sangat esensial berkaitan dengan kekhasan religius aktif. 1998 repatriasi ke Belanda dan membidani lahirnya tim DU 1994 2000 (care taker) yang waktu itu Anggota Dewan Umum Internasional pertama kali. Untuk bisa berkumpul sebagai tim di Maastricht membutuhkan waktu yang tidak singkat. Untuk mengisi kekosongan itulah Br. William ditugasi sebagai care taker Dewan Umum sambil menunggu anggota Dewan Umum yang baru bisa berkumpul di Maastricht.

Pasca repatriasi dan tinggal di Belanda, Br. William menjadi pembina rohani bruder dan suster, mengerjakan pekerjaan terjemahan, Pemimpin Komunitas, Peserta FIC Journey to Spiritual Enrichment.

Br. William secara istimewa banyak menerjemahkan buku buku dan artikel serta surat surat penting ke dalam bahasa Indonesia. Segala macam surat edaran dan dokumen kongregasi hampir 100 % lahir dari tangannya. Buku buku Guru guru dari Maastricht (Kanisius 2002); Bruder bruder dan Karya Mereka (Kanisius 2005); Membawa Barang ke Kesilir (PPLM 2006); Petunjuk petunjuk bagi Para Pemimpin Kongregasi (Provinsialat FIC 2004); makalah rohani (a.l. tentang Vinsensius) merupakan terjemahan dari Br. William.

Di samping mengerjakan untuk urusan terjemahan intern FIC, beliau masih juga membantu menyusun erbagai dokumen dari Kongregasi Suster suster (PMY,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 307

DSY) serta penerjemah berbagai kesempatan pertemuan internasional (Kapitel, temu karya, temu orang muda, dst.)

Saya berkesempatan mengenal secara pribadi terhadap Br. William.

1. Pengajar Kursus Gabungan Novisiat (KGN) tahun 1970 an di AKKI Yogyakarta. Ia membimbing grup dinamika. Saya masih ingat ada gambar multitafsir untuk menjelaskan ide bahwa ada berbagai tanggapan terhadap objek tertentu. Orang harus terbuka terhadap pandangan atau ide orang lain.

2. Waktu ada Temu Karya kerasulan 1992 di Chile. Saya salah satu utusan dar delegasi Indonesia. Br. William selalu mendampingi saya yang baru pertama kali pergi ke luar negeri dan langsung jauh ke Benua Amerika Latin.

3. Waktu saya sudah tiba di Maastricht dan mulai belajar komputer Br. William yang mendampingi dari nol. Saya menempati bekas kamar/kantor beliau. Mempelajari kode kode menyimpan, nge print, membuka dan mengakhiri komputer, membuat booklet, mengganti pita printer Epson, saya dapatkan dari Br. William.

4. Rapat pertama sebagai anggota DU di Wahlwiller Oktober 1994 sepenuhnya didampingi olehnya sebagai penerjemah.

5. Banyak lelucon lelucon asli dan segar sering keluar dari Br. William. Misalnya: “Suwe ora jamu ... ” awal surat minta penjelasan kata kata berbahasa Arab (Idul Fitri, masyaallah, minal aidin walfaizin, insyaallah, dst.) email berikutnya: “Terima kasih kuliah bahasa Arabnya. Jelas!” ‘Terima kasih atas kabar tentang Bruder dan Karya Mereka. Ing wasana teka! Saya senang.’ (Email 14 November 2005) ‘Mbok menawi kula kesupen. Maklum tiyang sepuh.’ (Email 11 April 2003)

Beberapa hari sebelum Kapitel Umum 2006 di Maastricht, saya tinggal di Nijmegen, komunitas Br. William tinggal. Pada waktu itu ia opname di Canisius Ziekenhuis Nijmegen. Kemudian ia pindah ke rumah perawatan Margriet Verpleeghuis. Pada waktu itu Sr. Felicita Budiarti, SPM datang dan mengajak menengok. Br. William mengatakan,”Untuk Indonesia selalu ada waktu.”

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

308 |

Kisah sakitnya: suatu malam tiba tiba saja ia merasakan bahwa tidak mempunyai kaki lagi; ia masih ketuk ketuk tembok (cukup lama); akhirnya Br. Carlo (piko) mendengar suara panggil panggil. Ia sangat menderita karena kanker pankreas yang sudah menjalar. Untuk bisa pindah ke de Beyart, meskipun biara sendiri, harus antre sampai ada kamar kosong (ada anggota de Beyart meninggal). Ada seorang suster meninggal, dan Kamis, 24 Agustus 2006 ke de Beyart. Ia dibuatkan bed khusus; kursi roda khusus juga. Pada akhir hidupnya pun ia sangat bersemangat untuk masih akan menyelesaikan sejarah Kongregasi DSY; pengalaman bruder di masa pendudukan Jepang. Ia telah menyetujui sepeda warisannya dari orang tuanya dijual dan dibeli seorang tukang bengkel sepeda dan uangnya akan dikirimkan ke Provinsi Indonesia, bukan banyaknya jumlah uang tapi ... hatinya.

Bagi Br. William Kets, “Provinsi Indonesia adalah Segala Hidupnya.” Semarang, 4 Oktober 2006 (Misa Arwah, 3 hari Br. William Kets FIC Catatan dan kesaksian Br. Frans Sugi).

7. Br. Antherus Sutrisno: Religius Sejati dan Tokoh Pendidikan PL

Br. Antherus Sutrisno dilahirkan pada tanggal 5 September 1940 di Demangan, Sedayu, Jogjakarta. Ia adalah putra kedua dari Keluarga V.S. Darmaharsaya. Ia memulai masa novisiatnya pada tahun 1961 dan berprasetia sebagai Bruder FIC pada tahun 1962.

Mengenai kesehatannya, sejak tanggal 18 Agustus 1985, ia hanya memiliki satu ginjal karena yang satu telah dicangkokkan kepada Br. Hugo Suharto FIC (kakaknya), yang telah meninggal pada tanggal 10 Juli 2005. Peristiwa cangkok ginjal ini terjadi di RS Tlogorejo, Semarang dan merupakan cangkok ginjal yang pertama di Indonesia. Br. Antherus dan Br. Hugo serta beberapa saudara lainnya berprofesi sebagai guru.

Sudah agak lama kesehatannya terganggu. Selama tahun 2009, ia banyak masuk dan keluar rumah sakit untuk berobat dan pada tanggal 6 Februari 2010, ia meninggal dunia pada usia hampir 70 tahun.

Tokoh Pendidikan PL

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 309

Sebagian besar waktu hidup Br. Antherus didedikasikan untuk karya pelayanan di bidang pendidikan. Antara lain ia pernah menjadi guru maupun pendamping asrama di SPG PL Kidul Loji Jogjakarta, SPG PL van Lith Muntilan, SPG PL Don Bosko Semarang. Lebih dari 15 tahun Br. Antherus menjabat sebagai Ketua maupun Kepala Kantor YPL Pusat di Semarang. Di samping itu ia juga terlibat aktif di dalam Komisi Pendidikan dan MPK KAS. Bakat kepemimpinan dan kedalaman hidup religiusnya sangat tampak dalam karya intern Kongregasi yang dipercayakan kepadanya. Misalnya pada tahun 1970 1976 ia menjadi anggota DP; 1988 1994 sebagai Wakil Provinsial; dan 1994 2000 sebagai Wakil Pemimpin Umum di Maastricht Belanda. Sosok Br. Antherus sangat melekat erat dengan pendidikan PL. Selama ia menjadi pengurus YPL banyak usaha telah dilakukan untuk memperkokoh fondasi pendidikan YPL. Beberapa usaha nyata antara lain:

1. Pada tahun 1978 dimulai program evangelisasi di semua sekolah PL. Ia mengupayakan dan bercita cita agar sekolah sekolah PL berkembang menjadi komunitas iman yang berpusat pada Yesus Kristus Sang Guru Sejati.

2. Selain program evangelisasi, ia juga selalu menekankan betapa pentingnya menyadari dan meningkatkan semangat misioner bagi para guru dan karyawan PL. Para guru dan karyawan YPL diharapkan tidak bekerja sekedar menyelesaikan tugas, tetapi dengan penuh semangat dan perhatian, karena pendidikan itu pada hakikatnya adalah karya penyelamatan. Kita bekerja karena diutus untuk melanjutkan karya penyelamatan Yesus sendiri.

3. Ia juga sangat menekankan pendidikan holistik, yaitu pendidikan yang utuh, yang memberikan perhatian pada seluruh aspek kehidupan manusia.

4. Sebagai Bruder FIC, yang berlindung di bawah naungan Santa Perawan Maria yang Terkandung Tanpa Noda, dia adalah pribadi yang mempunyai devosi yang kuat kepada Bunda Maria. Ia mendorong dengan tiada henti hentinya agar semua sekolah PL meningkatkan devosi kepada Maria. Di lingkungan kantor YPL Pusat dan beberapa

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

310 | MENGENALKAN

sekolah dibangun Gua Maria, dengan maksud agar devosi kepada Maria semakin meningkat. Semua gagasan dan upaya indah tersebut masih diteruskan sampai sekarang ini.

Pengalaman Pribadi

“Dedikasi berarti pelayanan. Guru harus penuh dedikasi kepada murid muridnya!” Itulah ucapan Br. Antherus di kelas IA SPG PL ‘Kidul Loji’ Jogjakarta pada tahun 1968. Pada waktu itu almarhum mengajar Ilmu Mendidik dan saya menjadi salah satu siswanya. Kalimat itulah yang sampai sekarang ini selalu saya kenang sebagai sesuatu yang sungguh bermakna. Sejauh saya mengenal dan hidup bersama dengan almarhum di dalam Kongregasi Bruder FIC, ia sangat menonjol sebagai pribadi yang halus tutur katanya, rendah hati serta murah hati. Dalam berpakaian selalu necis rapi. Seluruh hidupnya diwarnai oleh semangat ‘melayani.’ Karena sangat murah hati, maka ia sulit menolak atau bahkan tidak pernah menolak permohonan bawahan, meskipun kadang kala mengakibatkan ‘kerepotan’ di YPL sendiri. Selama 6 tahun saya hidup bersama Br. Antherus di komunitas Dewan Umum FIC di Maastricht, Belanda. Ia sangat memperhatikan hal hal kecil yang dapat membuat sesama bruder di komunitas krasan. Tinggal di Belanda sangatlah berbeda dengan di Tanah Air. Contoh sederhana soal menu makanan. Br. Antherus banyak membuat variasi dengan menyediakan makanan ala Indonesia misalnya: nasi goreng, krupuk udang, ayam goreng, lumpia. Makanan kecil untuk camilan waktu rekreasi malam selalu tersedia. Karena begitu banyak macamnya, salah satu bruder berkomentar, ”Wah, HEMA (mall) sekarang pindah ke bruderan!” Tentu kami hanya tertawa renyah. Selamat jalan Bruder, terima kasih karena pelayanan Bruder yang total bagi orang orang muda di Indonesia.

8. Br. Yustinus Sukirno : Bruder yang Rendah Hati

Pada tanggal 30 31 Januari 2009, Keluarga Besar EAPI Manila mengadakan rekoleksi. Dalam setiap kesempatan rekoleksi semua penghuni EAPI, baik dari peserta kursus leadership, sabbatical, staf pendamping, mahasiswa program master

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 311

MENGENALKAN

selalu mengikutinya. Renungan renungan pada rekoleksi ini diberikan oleh Rm. Mark Rape S.J. anggota Komunitas EAPI. Romo Mark mendasarkan renungan renungannya pada teks Markus 1: 14 20 yaitu tentang Panggilan Muridmurid yang Pertama. Renungan berkisar pada soal panggilanku : Apakah secara tiba tiba, berulang ulang, apakah masih berlangsung terus? Hal hal apa yang harus saya tinggalkan? Pembaruan hidup macam apa yang saya alami, sehingga aku menjadi penjala manusia?

Dalam permenungan ini, saya kembali kepada awal panggilanku berkenalan dengan Kongregasi Bruder bruder FIC. Dari permenungan ini saya menyadari kembali peristiwa pada tahun 1971, yaitu pada waktu saya masih belajar di kelas 3 SPG Pangudi Luhur Kidul Loji. Saya catat butir butir permenungan dan paling atas tertera nama Br. Yustinus Sukirna dan di sebelahnya nama Sugi (harto). Apa hubungannya? Pada waktu menjelang ujian akhir SPG setiap siswa dipanggil untuk diajak wawancara tentang tujuan setelah lulus SPG. Pada waktu giliran saya bertemu Br. Yustinus, saya kemukakan bahwa saya berminat untuk menjadi guru di Siberut karena memang ada kemungkinan mengajar di sana. Pastor dari Tarekat SX yang bekerja di daerah Padang rajin datang ke SPG PL Jogjakarta untuk mendapatkan tenaga tenaga guru. Dalam salah satu pembicaraan Br. Yustinus mengatakan kepada saya dalam bahasa Jawa,”Jenengmu kok mung cekak banget ‘Sugi.’ Ben rada dawa ditambahi ‘harto’, Sugiharto! (Namamu terlalu singkat ‘Sugi.’ Biar agak panjang ditambahi ‘harto.’ Sugiharto!)” Saya terima saja nama itu. Sepulang ke rumah peristiwa itu saya sampaikan kepada orangtua dan mereka senang. Namun dalam perjalanan hidup saya (sampai kini) nama itu tidak laku di pasar pergaulan.

Hari berikutnya 1 Februari, saya membuka internet untuk melihat mungkin ada berita berita masuk. Dan... ada berita meninggalnya Br. Yustinus Sukirna di Ghana! Sebagian orang Jawa gemar othak athik gathuk. Saya gathuk gathukkan (hubung hubungkan) ada kontak batin saya dengan almarhum.

Saya teruskan pengalaman perjumpaan pribadi saya dengan Br. Yustinus. Menjelang ujian kelas III SPG tahun 1971, saya mendengar bisik bisik bahwa ada beberapa teman dari Kidul Loji yang akan mengikuti tes masuk calon bruder di Muntilan. Cita cita saya untuk menjadi guru di sekitar Siberut jadi terusik. Saya tertarik bergabung dengan mereka untuk kemudian mengikuti tes masuk

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

312 | MENGENALKAN

postulat FIC di Muntilan. Beberapa nama teman yang masih saya ingat: Yusup Sarimin (Klepu), Yoh. Wagiman (Klepu), Pius Saeran (Jali), F.X. Suminta (Bantul), P. Sumedi (Klaten). Senang juga ada banyak teman dari Kidul Loji. Saya beranikan bertemu Br. Yustinus untuk mengemukakan keinginan saya. Komentar Br. Yustinus, ”Apa, kamu akan menjadi bruder? Kan kamu sudah mendaftarkan untuk menjadi guru?”

Jawabku, ”Benar Der, tetapi saya kok mau mencoba ikut tes!” Br. Yustinus menyarankan saya agar sebelum mengikuti tes di Muntilan ada baiknya apabila bertemu dengan Bruder Provinsial (Br. Andreo de Swart alm.). Pada waktu itu saya juga tidak tahu apa itu Bruder Provinsial (!) dan seperti apa Br. Andreo. Beliau mengatakan bahwa Br. Andreo akan tiba di Bruderan FIC Yogyakarta. Tandanya ada mobil sedan Corolla warna hijau yang diparkir di samping bruderan. Pada hari yang telah ditentukan ternyata Bruder Provinsial tidak jadi datang ke Jogja.

Kebiasaan Br. Yustinus adalah berdiri di dekat tempat sepeda para siswa yang terletak di depan kelas SD PL sebelah barat. Br. Yustinus selalu berpenampilan sangat sederhana (Jw: prasaja). Br. Yustinus selalu memberikan salam sapaan ataupun senyuman kepada para siswa (waktu itu semua laki laki). Saya merasakan ada perhatian dari bruder. Beliau hampir selalu mengenakan jubah yang masih lengkap dengan skapulir dan bandelir serta rosario panjang. Skapulir yang ‘klebet klebet’ apabila Bruder sedang berjalan itulah juga menjadi penarik saya untuk menjadi bruder. Hati saya senang apabila suatu saat saya juga mengenakan jubah seperti itu! Dan hal ini kesampaian juga yaitu pada waktu saya ‘dikepyakkan’ menjadi Provinsial pada tahun 2000. Saya sengaja membuat jubah seperti yang saya angankan dulu!

Br. Yustinus pernah menjadi Kepala SPG PL Jogjakarta (saya mengalami 1971). Br. Yustinus menggantikan Br. Rodulfus Rademakers yang ditugaskan oleh Kongregasi ke Pakistan. Di samping sebagai Kepala Sekolah, beliau juga mengajar bidang studi di kelas. Bidang studi yang diampu pada waktu itu adalah Musik (menggantikan alm. Rom. Daryanto yang meninggal mendadak) dan KS Perjanjian Baru (menggunakan buku Yesus Almasih). Pada waktu itu ada ujian

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 313

praktik musik gamelan. Saya diminta nabuh saron ladrang Pangkur Lombo. Kebetulan hafal dan mendapat nilai ‘7’.

Berkaitan dengan KS PB, saya mendapatkan pengalaman menyenangkan juga. Pada suatu hari dibahas kisah Zakheus, tokoh yang pendek itu. Di dalam kelas dibicarakan panjang lebar dengan berbagai tambahan keterangan yang menarik. Pada malam hari ada pertemuan kring di desa saya. Ketua kring yang bertugas berhalangan hadir. Serta merta saya didaulat untuk menjadi ‘guru’ agar memberikan permenungan. “Nah, Mas Sugi kan guru!” katanya. Gelagepan juga. Saya tidak dapat menghindar. Apa yang saya buat? Kisah Zakheus yang saya dapatkan di kelas pada pagi hari, saya ceritakan kembali di kring malam itu. Mereka senang dan saya pun dipuji sebagai ‘guru’ yang menarik dan pinter bercerita!! Hasil kulakan pagi sebelumnya ternyata enak! Hahaha...

Apakah Br. Yustinus pernah marah? Ya, tetapi tidak ada suara meledak ledak, apalagi gerakan anggota badan yang kasar. Sejauh saya ingat apabila beliau melihat siswa siswanya tidak berkenan di hati, hanya mengatakan, ”Apakah sudah cocok bertingkah laku, atau berpakaian seperti itu untuk menjadi guru?” Para siswa pun sudah maklum.

Selama menjadi bruder, saya pernah 2 kali tinggal bersama Br. Yustinus di satu komunitas. Pertama di komunitas Kidul Loji yaitu pada waktu saya belajar di IKIP Sanata Dharma dan kedua di komunitas Don Bosco Semarang, pada waktu saya menjadi guru di SMP Domenico Savio II dan membantu mengajar agama di SPG Don Bosco. Tugas di Semarang hanya 1,5 tahun. Saya kemudian ditugaskan di SPG van Lith Muntilan.

Pada waktu perpindahan Br. Yustinus mengatakan kepada saya, ”Mumpung masih muda dan penuh semangat terima saja segala tugas dari kongregasi. Di van Lith kamu akan lebih berkembang daripada di Semarang!” Benar, rasanya saya berkembang di van Lith. Saya sungguh senang mengajar dan bertemu dengan orang orang muda dari desa yang sederhana. Saya merasakan kedekatan hati dengan mereka.

Pada kesempatan beberapa kali berkunjung ke Ghana, Afrika, saya juga merasakan tetap hangatnya perjumpaan dalam kesederhanaan dengan Br. Yustinus. Ia selalu mengajak mengunjungi tempat para bruder berkarya di

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

314 | MENGENALKAN

Ghana. Dengan demikian saya mendapatkan kesempatan banyak mengenal situasi pelayanan para bruder di Ghana. Dalam kesempatan berkeliling selalu beliau usahakan untuk mampir di ‘restoran terbaik’ di Ghana, umumnya rumah makan Cina. Perjumpaan terakhir saya di Ghana yaitu di komunitas Vincentius Tamale yaitu sesudah Temu Provinsial 2005. Suatu malam bersama dengan Br. Guido duduk duduk di halaman rumah yang sangat luas dan hanya beratap langit dengan bintang bintang gemerlapan indah sambil minum bir dingin.

Bruder Yustinus, terima kasih atas perjumpan perjumpaan indah dan bermakna yang boleh saya alami. Terima kasih secara khusus atas sentuhan Bruder, sehingga saya berkenalan dengan FIC. Selamat jalan dan selamat menikmati kedamaian abadi bersama para bruder pendahulu. (27 Mei 2009)

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 315

MENGENALKAN
316 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 317 BAGIAN XVI: GUNUNGAN

“Kematian dapat datang seperti seorang pencuri di waktu malam hari.” Hal ini terjadi sangat tepat pada diri Br. Albert Ketelaars, bagi keluarganya dan juga bagi kita sebagai sesama bruder.

Itulah sebagian kutipan dari berita duka Dewan Umum berkaitan dengan meninggalnya Br. Albert Ketelaars.

Br. Albert meninggal pada 3 November 2017 di Maastricht. Perayaan Ekaristi pemakaman pada Kamis, 9 November 2017 di kapel de Beyart pukul 14.30. Sesudahnya ada acara pemakaman di makam para bruder dekat Anjoulaan Maastricht.

Almarhum lahir pada 14 Maret 1942 di Veghel. Berprasetia sementara pada 15 Agustus 1942.

Saya secara pribadi pertama kali bertemu muka dengan Br. Albert pada waktu ada Kapitel Umum 1994 yang diselenggarakan di Indonesia Roncalli. Beliau wakil utusan dari provinsi Ghana. Pada waktu itu pula beliau menjabat Provinsial Ghana. Saya sebagai utusan anggota cadangan dari Indonesia. Kapitel Umum 1994 menyepakati membentuk Tim Dewan Umum Internasional di dalam kongregasi. Setelah berdiskusi yang panjang lebar dan tidak mudah akhirnya dipilihlah Tim Dewan Umum Internasional yang terdiri dari 5 orang yaitu Br. Albert Ketelaars (Belanda lama tinggal di Ghana), Br. Antherus Sutrisno (Indonesia), Br. Frans Sugi (Indonesia), Br. Nicholas Zumanaa (Ghana), Br. Nico Coolen (Belanda lama tinggal di Chile).

Usaha untuk mendapatkan izin tinggal di Maastricht tidak mudah dan membutuhkan waktu agak lama. Barulah sekitar Mei 1995 Tim dapat berkumpul secara definitif dan lengkap di Maastricht. Mulailah berjuang bersama sebagai Tim Dewan Umum Internasional yang pertama kali. Ada kesepakatan bahasa Dewan Umum adalah bahasa Inggris. Menyadari kami datang dari berbagai latar belakang asal yang berbeda, mesti ada kesadaran bahwa dalam berkomunikasi dan bekerja dalam tim pasti tidak mudah dan ada kendala, terutama karena kesulitan bahasa untuk berkomunikasi. Ada perbedaan bahasa yang aktif digunakan oleh masing masing provinsi: Belanda, Indonesia, Spanyol, dan Inggris. Br. Albert, Pemimpin Umum, mencoba juga belajar bahasa Indonesia, mengingat Provinsi Indonesia sebagai Provinsi yang besar. Beliau bercita cita

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

318 |

dalam visitasi dapat lebih mengenal bruder bruder di Indonesia lebih baik, apabila dapat berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Terjadilah demikian dalam visitasi dengan banyak keterbatasan memberikan kesempatan kepada para bruder yang ingin berwawancara dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Br. Albert Ketelaars dipilih menjadi Pemimpin Umum untuk dua periode, yaitu 1994 2000 dan 2000 2006. Semangatnya menggunakan bahasa Indonesia sangat kuat. Pada Agustus 2002, saya menulis artikel di majalah Rohani tentang ‘Bruder Panggilan Kelas Dua?’ Saya mengirimkan majalah itu kepadanya dan Beliau pun menanggapinya dalam bahasa Indonesia dan tampaknya kehabisan kosa kata, maka dilanjutkan dalam bahasa Inggris. Inilah surat tanggapan tersebut dalam bentuknya yang utuh:

Maastricht, 7 September 2002

Frans yang baik, Pertama saya terlambat untuk HUT Anda. Frans proficiat dan banyak tahun masa depan Anda dalam kesehatan yang baik.

Frans juga terima kasih atas majalah ROHANI tentang panggilan 'bruder'. Saya membaca artikel Anda "Bruder Panggilan Kelas Dua?" Artikel yang sangat baik. Terima kasih. Saya harap banyak bruder merenungkan tentang ide itu dan melihat apa yang unik dalam panggilan kita.

I think, Frans, that we should not stress the difference so much but stress our charism as a unique mission in the Church and therefore a unique calling. We will talk about it in due time again. Well done and thanks so much for sending it to me.

Congratulations and God bless you and all your efforts,

Yours ever, Albert

Perhatian dan keprihatinannya terhadap anggota Tim yang tidak atau belum mantap penguasaan bahasa Inggris luar biasa. Dari 5 orang anggota di Dewan Umum yang penguasaan bahasa Inggrisnya belum begitu meyakinkan adalah saya dan Br. Antherus. Maka pada akhir 1995, kami berdua dikirimkan ke

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 319

London untuk memperdalam bahasa Inggris selama 1 bulan. Kami berdua tinggal di biara Saint Lawrence. Ada godaan besar, karena ada teman yang seasal serta sama bahasanya, maka lebih mudah pula langsung dan spontan waktu berbicara menggunakan bahasa Jawa! Hal demikian kurang menguntungkan untuk belajar bahasa asing.

Rupanya bahasa Inggris saya masih belum meyakinkan, maka selama tiga bulan pada Maret Mei 1998 saya dikirim ke Bolton Manchester untuk memperdalam bahasa Inggris lagi. Sendirian. Saya tinggal di komunitas Pastor SDB (Salesian). Kini tidak ada lagi alasan untuk selingan berbahasa Jawa atau Indonesia! Seluruh anggota komunitas Pastor dan Bruder hanya berbicara menggunakan bahasa Inggris. Dari pengalaman belajar bahasa Inggris, seseorang memang sebaiknya langsung terjun ke negara yang memang berbahasa Inggris. Sehari hari dipaksa hanya mendengar, membaca, berbicara, dan menulis dalam bahasa Inggris.

Sejauh saya mengenal dalam hidup bersama, Br. Albert adalah pribadi yang ramah tamah dan rasa sosialnya sangat tinggi. Banyak tamu, religius maupun awam, datang ke komunitas Emmaus. Mereka datang dari berbagai provinsi dan menginap. Br. Albert dengan murah hati memberi uang saku bagi para tamu yang datang dari provinsi provinsi.

Pada periode Dewan Umum 1994 2000 itu ada kegiatan kongregasional yang disebut FIC Encounter yaitu pertemuan bruder bruder dari perwakilan semua Provinsi untuk pendalaman spiritualitas Pendiri. Kegiatan inilah yang menjadi cikal bakal FIC Journey for Spiritual Enrichment. Pada periode itu pula ditulis buku sejarah Kongregasi FIC Guru-guru dari Maastricht. Demikian pula sistem bujet yang menggunakan sistem alokasi untuk setiap Provinsi dimulai pada periode ini.

Setelah selesai mengemban tugas sebagai Pemimpin Umum untuk dua periode, Br. Albert kembali mendapatkan tugas pengutusan di Ghana. Dalam pengalamannya 55 tahun menjadi Bruder FIC, sebagian besar waktunya yaitu 45 tahun Br. Albert mencurahkan karya pelayanan menjadi pemimpin. Selama 12 tahun menjadi Kepala Sekolah di Nandom Secondary School di Wa; selama 12 tahun menjadi Provinsial Provinsi Ghana; selama 12 tahun menjadi

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

320 |

Pemimpin Umum di Maastricht dan selama 9 tahun menjadi Direktur Pope John XXIII Center di provinsi Ghana, sebelum akhirnya repatriasi. Almarhum sangat dicintai dan dikenal oleh banyak orang di Ghana. Banyak tokoh Gereja maupun tokoh masyarakat awam yang pernah mengalami pendampingan dan pendidikan dari Br. Albert semasa bertugas di Nandom Secondary School.

Pada awal 2017, Br. Albert repatriasi ke Belanda dan tinggal di Maastricht. Pada ulang tahun saya 7 September 2017 yang lalu, Br. Albert menulis surat ucapan selamat ulang tahun bagi saya dan menyebut sekadarnya keadaan kesehatannya. Di bawah ini surat ucapan selamat ulang tahun tersebut secara utuh:

Sep 8 at 12:35 AM Dear Frans,

So sorry that I am late, but not my fault, really! The internet did not connect for some mysterious reason.

By the time you read this mail, your birthday is over, but know that we here in our community prayed for you this evening. May the Lord bless you and all your intentions and grant you health, happiness and peace of heart. It has been a long time since we met, but those six years together made a permanent connection. Next week we celebrate that when Willy, our devoted secretary, celebrates 40 years of service to FIC. We will think of you also.

As for myself, I| have some troiuble with my health: very hard to walk (hernia) and i have the beginning of parkinson disease, which brings akong some small troubles until now. Hope I will be able to manage all of that somehow.

Frans, I hope you can look back at a wonderful birthday celebration with great expectations for your future.

Yours ever, Bro. Albert K.

Br. Albert, terima kasih atas pengalaman hidup bersama di Emmaus selama 6 tahun. Terima kasih begitu banyak inspirasi selama saya bertemu dan hidup bersama sebagai sesama bruder.

Kini engkau bersama dua saudara kita dari Tim Dewan Umum, Br. Antherus Sutrisno dan Br. Nicholas Zumanaa yang juga sudah menghadap Bapa di surga

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 321

menjadi pendoa bagi kami, sesama brudermu yang masih melanjutkan cita cita mengemban tugas kongregasi.

Br. Albert, selamat jalan, Bapa yang Mahakasih menerimamu dalam damai abadi. (Br. Frans Sugi tinggal di komunitas Don Bosko)

Kel. Bapak A.C. Kusmardiyo yang berduka cita. Kami teman teman almarhum dari Yayasan Pangudi Luhur datang untuk menyampaikan rasa turut berduka cita karena telah dipanggilnya Bapak Kusmardiyo untuk menghadap Bapa di surga. Kami berdoa untuk perjalanan almarhum menghadap Gusti yang Mahasuci. Semoga segala dosa dosa dan kekurangan diampuni Nya dan almarhum menikmati hidup bahagia yang abadi. Kami, YPL merasa kehilangan salah satu warga yang baik.

Para pelayat yang saya hormati, perkenankanlah saya di sini menghaturkan sedikit tentang Bapak A.C. Kusmardiyo sebagai salah satu anggota Keluarga Besar Yayasan Pangudi Luhur. Almarhum adalah tenaga pendidik atau guru di Yayasan Pangudi Luhur. Beliau hampir menikmati masa pensiun. Dari daftar riwayat hidupnya, sangat jelas bahwa ia sejak kecil, masa pendidikannya tidak lepas dari YPL. SD Boro, SMP Boro, SPG Don Bosco di sekolah sekolah yang diselenggarakan oleh para Bruder FIC, yaitu lewat YPL.

Secara pribadi, saya mengenal dan pernah bekerja sama dengan almarhum pada waktu saya bertugas di SMP PL Domenico Savio Semarang antara tahun 1981 1988. Selama bekerja sama di SMP Domenico Savio saya mendapat kesan 2 hal mencolok tentang Bapak Kusmardiyo: SEDERHANA dan TERBUKA. Sederhana dalam arti prasaja (Jw), tidak aneh aneh: menerima apa adanya.

TERBUKA: pada waktu itu kami sama sama menjadi guru pengampu bidang studi bahasa Indonesia. Kami mengajar di kelas 3 (waktu itu belum disebut kelas 9). Ada 9 kelas dibagi 2 : saya 4, Pak Kus 5. Kami sedang membahas topik Cerita Berbingkai. Kami mendiskusikannya. Ia memberikan ulasannya tentang cerita pendek RobohnyaSurauKami(A.A. Navis). Contoh yang tepat. Ketika kami bicara soal novel Belenggu(Armijn Pane), gantian saya memberikan

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

322 | MENGENALKAN

ulasan saya tentang Belenggu. Pada bulan bahasa yaitu bulan Oktober, harian Kompas dan Suara Merdeka memuat secara berseri kata kata atau istilah baru. Kami sepakat bahwa bahan tersebut juga dijadikan bahan tambahan untuk pelajaran bahasa Indonesia. Singkatnya kami benar benar senang dan menikmati sebagai guru bahasa Indonesia.

Akhirnya, saya atas nama Keluarga Besar YPL mengucapkan terima kasih karena dedikasi Bapak Kusmardiyo secara penuh dalam mendampingi anak anak diri, orang muda. Entah sudah berapa ribu murid dibantu oleh Pak Kusmardiyo selama almarhum menjadi guru. Sekali lagi kita berdoa kepada Tuhan agar Keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan untuk menerima duka cita ini. “Pak Kusmardiyo, selamat jalan, dan doa doa kami menyertai Bapak.” Berkah Dalem.

Pada waktu waktu tertentu dalam perjalanan hidup seseorang ada kesan atau peristiwa peristiwa penting (mencapai umur 25, 50, 75 atau pada waktu memasuki usia pensiun) yang sangat mengesan. Hal hal tersebut ingin diabadikannya dalam bentuk kenangan, entah dalam wujud apa pun, sehingga orang lain, sahabat kenalan, keluarga dekat dapat ikut bersyukur dan bergembira karena ikut merasakan apa yang dialaminya.

Pada tahun 2007 ini, tepatnya pada tanggal 23 Desember, Br. Antonius Marsudiharjo, lebih beken dengan nama panggilan Br. Anton M. genap mencapai usia 62 tahun. Rupanya Br. Anton M. juga ingin memberi tanda khas pada usianya yang ke 62. Buku, yang tidak kurang dari 260 halaman, berjudul “Autobiografi dalam Kolaborasi” yang sekarang ada di tangan Anda ini dimaksudkan sebagai tanda kenangan syukur atas usia 62 tahun dan terlebih juga sebagai ucapan syukur boleh melayani anak anak tuli di SLB/B Pangudi Luhur Jakarta dengan setia lebih dari 20 tahun. Membalik balik dan menikmati halaman halaman buku yang penuh dengan foto foto beraneka ragam dan goresan goresan tangan yang ada, seseorang akan mengenal lebih jauh dan mendalam siapa Br. Anton Marsudiharjo. Ambil contoh foto Br. Anton M. bersama dengan orangtua dan saudara saudari di

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 323

MENGENALKAN

desanya yang dibuat oleh Bruder Kees Kappe (Pemimpin Postulan) pada tahun 1967 rupanya sungguh mengesan dan bermakna serta menjadi tanda awal yang menentukan perjalanan Br. Anton M. sampai sekarang ini. Hubungan dengan orangtuanya di desa Jamus (dekat Muntilan) membuahkan harta warisan nilai nilai hidup yang sangat mewarnai perjalanan Br. Anton. Ia mewarisi nilai senang bekerja keras, matiraga, doa di kapel, dan murah hati dari ayahnya. Dari simbok (ibu) antara lain diwarisinya nilai nilai ringan tangan (mudah dan murah membantu), menghormati kaum tua, berdoa novena. Sejauh saya mengenalnya, nilai nilai baik tersebut dihidupi dan diperjuangkan oleh Br. Anton M.

Sejak lulus Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) tahun 1973 di Jogjakarta, ia mencurahkan secara penuh dalam karya pelayanan kepada anak anak tuli di SLB PL Jakarta. Karya pelayanan ini semakin dimantapkan setelah ia belajar praktik mengajar anak anak tuli di sekolah anak anak tuli Wonosobo yang dikelola oleh para Bruder Karitas. Pendalaman ilmu kebahasaan (yang sangat erat dengan tugasnya sebagai guru SLB) dimatangkan di IKIP Sanata Dharma Jogjakarta jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia hingga rampung dan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Bakat bakatnya dalam bidang tulis menulis dan bermain drama maupun berpuisi meramaikan terbitnya majalah Komunikasi FIC, majalah Hidup, majalah Rohani, dan juga menyemarakkan acara acara Reuni FIC di setiap akhir bulan Desember. Menarik untuk disimak pada waktu Br. Anton M. tampil pada kesempatan reuni akhir tahun. Gaya pakaiannya hampir dipastikan selalu nyentrik. Pada waktu tenarnya si pelukis anak anak Tino Sidin (lewat TVRI), ia selalu mengenakan topi khas meniru gaya Pak Tino Sidin. Suara suara keras, lepas bebas dan menyentak nyentak selalu terdengar manakala ia membacakan puisi puisinya di atas panggung. Artikulasi ucapan kata demi kata selalu sangat jelas dan mudah ditangkap. Anak anak asuhannya selalu bangga diajar oleh Br. Anton M. “Dasar guru anak anak tuli, maka di mana pun ia berbicara selalu las lasan dan jelas. Bahkan kadang seperti anak tuli itu sendiri,” seorang bruder pernah nyeletuk. Tidak jarang ia pun tampil di atas panggung bersama anak tuli asuhannya yang sudah berhasil, artinya sudah dapat berbicara serta mampu berdeklamasi. Semuanya selalu dibawakan dengan gaya kocak sekaligus memukau mereka yang hadir untuk menikmatinya.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

324 | MENGENALKAN

Perjumpaan dengan para sesepuh, paling tidak di lingkungan FIC, mudah dikenangnya. Br. Alcuino Willems (alm.), pendiri SLB PL Jakarta, memberikan inspirasi yang sangat mendalam. Pada waktu mulai bekerja di SLB PL di Jln. Dr. Semeru, Grogol (1983), ia menuliskan kenangannya bersama Br. Alcuino, ”Dia mengajar dengan kasih, tiap selesai wicara, murid diberi permen China yang bisa melekat pada lidah. Kata yang sering muncul : Kamu Priiiiiiiiima.”

Pada tahun 1990 an Br. Anton M. berkesempatan memperdalam lebih lanjut tentang keahlian mengajar di SLB di Sint Mischielgestel, Belanda. Br. Yoachim van der Linden (alm.) pernah mengajaknya jalan jalan. “Anton, esok pagi kita jalan ke Rotterdam. Punya uang saku berapa? (Br. Anton punya 50 gulden). Aaaaaaaah cukup. Dalam perjalanan kita harus omong bahasa Inggris.” Pernah suatu hari ia merasa sumpek dan pening kepala karena sikap sesama brudernya. Bruder lain yang kebetulan tahu persoalan mengatakan, ”Br. Anton tidak perlu terlalu sedih. Tuhan itu Mahabaik dan Mahakasih. Kalau anak anak Nya yang ada nakal, Ia mempunyai banyak cara untuk mendidiknya. Ada yang dengan dibisiki dengan suara halus, ada yang dicubit, dan ada juga yang dicemeti agak keras karena agak tebal rasa!” Mendengar kata kata hiburan dari sesama brudernya tersebut, pening kepalanya mereda. Br. Anton mudah merasa bersyukur mempunyai sesama bruder yang indah dan penuh persaudaraan. Ia pun rajin menuliskan ungkapan ungkapan yang mengena hatinya di dalam buku hariannya dan sewaktu waktu dapat dinikmati kembali.

Br. Anton M masih juga mempunyai waktu, di samping tugas pokoknya sebagai pendamping anak anak SLB yang sudah ditekuninya selama ini, untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan: prodiakon paroki, mencarikan pekerjaan orang orang muda yang membutuhkan, tim panggilan KAJ, memimpin rekoleksi kelompok kelompok orang muda, memimpin ibadat di wilayah, dsb. Kesan saya pribadi, Br. Anton adalah orang yang benar benar murah hati kepada sesamanya, terlebih yang membutuhkan. Banyak kali ia berjaga sampai larut malam karena sesama brudernya belum pulang dari tugas. Ia akan selalu siap membuka dan menutup pintu gerbang bruderan sampai sesama bruder tersebut masuk rumah dengan selamat. Ia adalah orang yang sangat sulit mengatakan ‘tidak’ kepada siapa pun yang meminta bantuannya, meskipun ia sendiri ada begitu banyak tugas yang menanti untuk diselesaikannya.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

325

MENGENALKAN
|

Akhirnya, saya secara pribadi berterima kasih karena persaudaraan dan pelayanan murah hati yang boleh saya alami selama perjalanan sebagai sesama bruder di dalam Kongregasi FIC. Dengan menelusuri halaman halaman buku ini dari awal hingga akhir, Pembaca Budiman akan mengenal secara mendalam (dan personal) Br. Anton M. dan banyak dihiburrrrrrrrr!!!

(Semarang Randusari, 8 November 2007, Br. Frans Sugi FIC)

326 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 327 BAGIAN XVII: PUSAKA DAN KESAKTIAN

WAYANG: Aku Semakin Srawung

Wayang Wahyu ‘Ngajab Rahayu’ (bahasa Indonesia)

Di dalam dunia pewayangan ada bermacam macam jenis wayang, misalnya wayang kulit purwa, wayang golek, wayang klithik, wayang sadat, wayang beber, wayang wahyu dan lain lainnya. Di dalam tulisan ini akan dikenalkan salah satu jenis wayang tersebut yaitu Wayang Wahyu dan secara khusus lagi Wayang Wahyu Ngajab Rahayu yang bermarkas di Surakarta.

Apa Wayang Wahyu itu?

Wayang Wahyu Ngajab Rahayu diciptakan oleh seorang biarawan Katolik, yaitu Bruder Timotius Wignyasubroto, FIC di Surakarta pada Februari 1960. Wayang Wahyu bertujuan untuk mewartakan Sabda Allah seperti yang ditulis di dalam Kitab Suci. Sudah merupakan hal yang biasa bila pewartaan Sabda Tuhan itu disampaikan melalui pelajaran agama di gereja atau di sekolah sekolah. Bruder Timotius menciptakan sarana pewartaan Sabda Tuhan lewat seni budaya, khususnya wayang. Ngajab Rahayu dimaksudkan Wayang Wahyu ini dipentaskan untuk mendatangkan keselamatan.

Isi atau tema cerita Wayang Wahyu diambil dari Kitab Suci atau Alkitab Katolik, baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Ide awal menciptakan Wayang Wahyu dimulai ketika Bruder Timotius menyaksikan pentas wayang kuit yang dipentaskan oleh dalang M.M. Atmowijoyo pada 13 Oktober 1957 di gedung Himpunan Budaya Surakarta. M.M. Atmowijoyo adalah guru SGB Negeri II Sala. Pada waktu itu lakon yang diambil adalah Dawud Nampa Wahyu Kraton yang diambil dari Kitab Suci Perjanjian Lama. Wayang yang digunakan pentas pada waktu itu adalah tokoh tokoh Wayang Kulit Purwa, karena belum mempunyai wayang yang khusus untuk pentas Wayang Wahyu. Tokoh Bambang Wijanarka untuk peran Daud dan Raden Kumbakarna untuk peran Goliat. Bruder Timotius kurang puas dengan keadaan tersebut, maka diusulkan dibuatkan wayang khusus yang berbeda dengan Wayang Kulit Purwa yang sudah lazim ada di masyarakat. Maka diciptakanlah wayang khusus yang menyerupai tokoh tokoh seperti yang ada di dalam gambar gambar orang suci yang

TOKOH

Frans Sugi,

328 | MENGENALKAN
WAYANG:
FIC

digunakan sebagai alat peraga untuk mengajarkan Agama Katolik di gereja gereja atau di tempat tempat ada pelajaran Agama Katolik. Tokoh tokoh Wayang Wahyu tersebut misalnya: Adam, Hawa, Daud, Goliat, Musa, Abraham,Yesus, Maria, Yusup dan lain lainnya.

3. MUSA Nampi Angger-angger Sedasa (SMA PL Jakarta, 30 September 2015)

A. Jejer Kekaisaran Mesir (Firaun, Patih, Nujum, Prajurit)

Swuh rep data pitana.

Minangka kinarya pambukaning carita hanenggih negari Mesir. Adeging panguwasa candrane kaya surya lingsir katutup mendhung angendanu. Prasasat gabus kombak kumbul ana tengahing samodra, labet tindak dursila laku cidra saya ngrebda ngambra ambra awit kinemulan ing panguwasa.

Pranyata Praja Mesir wus ilang adege, subur makmur mung kari arane, gemah ripah dadi sejarah, kerta raharja mung kari crita. Mila kawula Mesir, kalebet bangsa Israel wus luntur kapitayane marang pangarsaning praja.

Lah sintenta ingkang nglenggahi dhampar pusaraning praja Mesir? Ajejuluk prabu Firaun ya Raja Firngon.

Lah sinten ta punika ingkang kepareng caket ngabyantara ing ngarsa nata? Tetela nenggih Nujum praja Mesir peparap Begawan Drano. Datan kantun pasebanira pepatih Dendha Sangkina.

Ing nalika semana Prabu Firngon kuwatos bilih bangsa Israel badhe ngrembaka. Ajrih menawi saya dangu badhe saged njajah Mesir. Mila Prabu Firngon kagungan karsa badhe mbrastha Bangsa Israel, utaminipun badhe mejahi sedaya bayi jaler. Nanging dupi mulat para nayaka wus katon sigap, sigra sigra sang nata amurwani sabda.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 329

235 5 5 5 5 3.5.35.6 , Yak – sa go – ra ru - pa

Firaun: Bapa Nujum, Paman Patih, lan para Prajurit, padha widada sowanmu ana ngarsaningsun?

Nujum/Patih/Tumenggung: Berkah pangestunipun kanjeng sinuwun, sowanipun ingkang Bapa boten manggih alangan setunggal menapa. Sembah bekti konjuka Sang Firngon.

Firaun: Jagad dewa bathara estungkoro manik raja dewaji. Para nujum lan nayaka kabeh, semune kowe ora padha ngerti kahanan. Nyatane ora padha ngerti marang gelaring kahanan kang samengko tumempuh ana ing Mesir.

Nujum Drano: Blegudhug monyor monyor lole lole...Sinuwun, pitanganipun ingkang Nujum boten wonten ingkang nguthawatosi. Sedaya sampun gathuk kaliyan wasita wara ingkang kula tampi. Babagan menapa sinuwun?

Patih Sangkana: Sinuwun, ingkang abdi tansah mbudidaya kados pundi saenipun Mesir. Pramila ampun kuwatos Sang Prabu. Sinuwun, tiyang Ibrani menika sampun dados baturipun, gedibalipun paduka Firaun.

Firngon: Wong wong Ibrani kang asale saka bangsa Israel. Senadyan wus ana ing regemaning tanganku, ananging aku tansah keketoken ana mripatku. Aku rumangsa yen bangsa Ibrani mau bakal njongkeng kalungguhanku, kawibawanku dadi raja kang misuwur ana ing Mesir iki.

330 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC 35.32 2 2 2 2 12 Ri se dheng na ren dra 235 5 5 5 35.6 Yak – sa la – la - ku 35.32 2 2 2 2 12 Kan mal wa leng ing kang 6 6 6 6 6 56 Gam – bi – ra ma – nga - rah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Ngi – sis si – yung me - tu pra – ba -wa 2 2 2 2 21 6. 3........ Le sus lan pra kem pa Oooo ....

Nujum Drano: Menawi wonten tiyang Ibrani ingkang badhe wantun dhateng paduka, menika namung setunggal kalih. Dados boten kiyat, ringkih, kula saged mithes mithes.

Firngon: Nujum, aku uga entuk wangsit yen kraton Mesir bakal tumpes tapis, bakal cures.

Nujum Drano: Sinuwun, menika naminipun ngayawara, boten mlebet menawi dipun manah. Menapa paduka kesupen bilih ingkang putra, pun Ramses ingkang taksih jabang tetuka, benjing saged nggantosi dados raja gung binathara ing Mesir.

6 6 6 6 6 6 6 6 6.

Leng – leng ing dri ya mangu mangu

2 2 2 2 2 2 23.21 1

Ma ngun - kung kan du - han ri - mang.

1 1 1 1 1 1.65 5 2...

Lir le na tan pa ka nin. O…

1 1 1 1 5

Yen tan tu - lu - sa.

1 1 1 1 1 1 1 1

A meng - ku sang Dyah u ta - ma

2 2 2 2 2 2.16 6 3...

Wu – wus - nya Sri Na - ren - dra. O….

Firaun: Hongtete Hyang Kalalodra mas patik rajadewaku, hee kabeh wae para prajurit, dina iki brongkat kimpul. Golekana kabeh bayi abang sing lanang turune wong Ibrani, yen ketemu enggal rebuten, cemplungna aneng bengawan Nil.

Sangkana: Inggih sinuwun, nyuwun pamit.

B. Jejer keluarga Amram, Yakhobed, Harun, dan Miryam.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 331

Becik ketitik ala ketara, watak candhala budi angkara kang sinandhang dening Prabu

Firngon, karana awit keparenging Hyang Roh Suci, bakal utusan titah piniji kang bakal lahir ing papan kadruwakan yaiku ing Mesir.

Ing papan kang sepi adoh saka karameyan, ana omah winangun sarwa prasaja, karana kang dumunung ing kono uga warga kang prasaja uga.

Amran kang minangka pandheganing kulawarga, samengko ketingal, alum pakulitane, lungset sandhangane miwah cowong guwayane, karana menggalihaken kang putra ingkang taksih jejabang, bebasan lenggah aneng pucaking eri, anguk anguk aneng tepining samodra, awit kaangkah patine dening Sang Sri Bagendha Raja Mesir.

Sanadyan ingkang garwa Yakobeth angemban putra kang dereng pinaringan asma, sakedhap sakedhap anyawang kang putra aneng ngembanan.

Harun miwah mbakyu Meriam kaya kaya tumut ngraosaken sisahing penggalih ingkang rama.

SendhomTluturSurem-surem....

2 2 2 ... 2 3 2 1 6 5...

O o o...

2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 // 1 1 1 1 1 16 5

232165. Surem surem diwangkara king - kin / lir manguswa kang la yon Ooo...

612 1-2 6 6 6 6 6 6 56 // 2 2 2 2 2 2 Den – nya ilang memani – se / wadananira landu

6 6 6 6 6 6 6 6 6-1 6 3 3 3 3 3 235.

Kumel kucem rahnya maratani / marang sarirani pun 2 2 2 2 2 2 2 2 1 6. // 3...........

Meles dening ludira ka wang wang / O.....

Amran: Yakobeth garwaku, sak primpen primpena wong kang ndhelikake mengko suwe suwe mesthi kadenangan. Anakmu lanang sing isih jabang bayi kang udakara umur telung candra, aja nganti konangan karo prajurit Mesir. Aku wus kentekan akal kanggo ngumpetake anakmu. Aku melang melang piye yen konangan wong Mesir.

Yakobeth: Kyai, kula ugi gadhah raos ingkang sami. Kyai, semunipun anak sampeyan menika kok beda kaliyan bayi sanesipun, katitik uda wedananipun kok kados nyimpen goibing Hyang Manon. Saben saben kula bopong badanipun

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

332 | MENGENALKAN
Oooooooooo......

gegesekan kaliyan kula, raosipun mak cles, ayem, tentrem, mahanani jenjem ing manah.

Miryam: Ibu, kula ugi ngraosaken mekaten. Weninging paningal saha wingiting pasuryan, menika kok kados paring marga ingkang rahayu. Harun: Yen mengkono kuwi, aja padha kuwatir awit lahire adhiku bakal nggawa berkah, ora mung kanggo brayate awake dhewe, nanging kanggo brayat agung ing saindhening jagad.

Han-jrah ing - kang pus - pi ta a - rum

2 2 2

Ka si – li ring sa

2 1.2 6.1.65

mi

ra na mrik. 0ooo...

3 5.6 5.32 2 2.35 2.35 2 2.16 6.165 6...

Se - kar ga - dhung ko - ngas gan da - nya Ooo... 6.12 2 2 2 2 2 2 2 12. 1... 2.16.53 5.6 5.32

Ma - weh ra-ras re-na

Oo ooooo oo oo

Amran: Yakobeth, Miryam, lan Harun. Dikuncenana, digedhongono mesthi bakal konangan wong Mesir. Nanging yen Gusti bakal paring rahayu marang anakku ini, ana wae marga kang becik kanggo carane bocah iki bisa slamet. Yakobeth: Kyai, saenipun dipun larung kewala wonten ing bengawan Nil. Miryam: Kepeneran biyung, aku wus nganam kranjang kena kanggo nglarung adhiku.

Harun: Aku uga wus nenun slimut sarta urung bantal. Iki kena kanggo lemek adhiku.

Amran: Wus enggal larungen bayi iki. Metua pungkuran. Semune prajurit Mesir bakal teka.

(prajurit Mesir teka karo nggledhah kamar kamar lan nesu nesu...)

Prajurit: Kowe wong Ibrani ndhelikake bayi ya? Ana ngendi ayo duduhna. Yen ora gelem nuduhake bakal ndak prawasa.

Amran: Gusti, kula badhe pasrah pejah gesang kula, menawi kula nyimpen jabang bayi. Badhe kapejahana kula ndherek kemawon.

Prajurit: Ya, aku percaya, aku wanti wanti yen kowe ngapusi, bakal ndak tugel gulumu. Wus kariya basuki.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 333

MENGENALKAN
6 6 6 6 6 6 6 6 6
6.12
2 2 2
- ning dri - ya

(Para prajurit nerusake mulasara bayi bayi turunane wong Israel)

1. Surat Gembala Ketua YPL pada 8 Desember 2016

Seluruh Keluarga Besar Yayasan Pangudi Luhur yang terkasih dan diberkati Tuhan.

Pertama tama, saya atas nama Pengurus YPL Pusat mengucapkan selamat merayakan pesta Pelindung Yayasan Pangudi Luhur, yaitu Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda yang tepat kita rayakan pada tanggal 8 Desember.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Bunda Maria selalu melindungi kita dalam tugas pelayanan dan pendampingan kepada anak anak yang dipercayakan kepada kita oleh orangtua mereka.

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari/Suster/Bruder pada kesempatan khusus ini marilah kita sejenak merenungkan keutamaan keutamaan yang tercermin di dalam diri Bunda Maria yang dapat kita jadikan inspirasi dalam usaha kita membentuk dan menyuburkan komunitas iman yang dilandasi persaudaran sejati.

1. Maria Dipanggil

Di dalam salah satu perikop Injil digambarkan bahwa Malaikat Gabriel masuk ke rumah Maria dan memberi salam kepada Maria. Maria adalah orang yang dikaruniai dan disertai Tuhan. Maria terkejut mendengar panggilan itu dan bertanya dalam hati. Salam ini menjadi tanda awal bahwa Maria dipanggil oleh Tuhan. Maria dipanggil untuk mengandung dan melahirkan Yesus, Sang Penyelamat. Berkaca pada kisah panggilan Maria tersebut, kita pun menyadari bahwa kita dipanggil dan diutus. Kita dipanggil masuk ke dalam paguyuban Keluarga Pangudi Luhur untuk akhirnya melahirkan keselamatan, yaitu mendampingi orang orang muda, peserta didik, untuk mengalami keselamatan sebagai anak anak Allah. (bdk. Lukas 1:28 29)

334 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

2. Maria Percaya

Dalam proses penerimaan panggilan dan pengutusan tersebut, Maria mengalami keragu raguan. Maria mempertanyakan bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena Maria belum bersuami. Malaikat utusan Allah meneguhkan Maria bahwa Roh Kudus akan turun dan menaungi Maria dan anak yang akan dilahirkan adalah Anak Allah. Memperhatikan pengalaman Maria tersebut kita suatu ketika juga mengalami keraguan. Mampukah aku menerima tugas dan pengutusan di Pangudi Luhur ini sebagai pendamping peserta didik yang dipercayakan kepada kita? Dalam situasi seperti ini kita mesti percaya bahwa Roh Allah akan menyertai dan menguatkan kita bahwa kita mampu untuk menjadi utusan Tuhan. (bdk. Lukas 1:34 35)

3. Maria Setia

Tidak banyak dikisahkan tentang Maria di dalam Injil setelah kisah kisah sekitar kelahiran Yesus. Memang di sana sini masih muncul dan disebut sebut tentang Maria, namun tidak sangat signifikan. Misalnya pada kisah orang orang bertanya siapa Ibu Yesus. Praktis sejak Yesus tampil di depan umum sebagai Pengajar Maria tidak banyak disebut. Namun demikian pada saat yang sangat ‘krusial’, yaitu saat Yesus disalibkan, Maria muncul. Pada saat Yesus membutuhkan penguatan, Ibu Nya hadir. Maria hadir bersama para ibu lainnya dan juga Yohanes. Di sinilah sangat tampak kesetiaan Maria yaitu hadir di dalam penderitaan anaknya. Di sini kita dapat bermenung sejenak dan bertanya: Setiakah kita di dalam menjalankan tugas pengutusan kita, terutama pada waktu banyak tantangan dan cobaan menerpa kita? (bdk. Yohanes 19:25)

4. Maria Ibuku

Marilah kita sejenak menyanyikan lagu ‘Kasih Ibu’ ini.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 335

“Kasih Ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya, menyinari dunia.”

Nyanyian sederhana, nyanyian yang biasa dinyanyikan oleh anak anak TK dan SD. Juga yang sering kita ajarkan kepada anak anak kita di rumah. Setelah menyanyikan lagu ini, hati kita merasa damai. Tiap tiap larik dari lirik lagu ‘Kasih Ibu’ sangat jelas maknanya. Lagu itu berisi nasihat, melukiskan bagaimana tiada terkiranya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Kasih sayang yang tiada mengenal batas waktu, bahkan sampai akhir hayatnya. Terasa juga betapa pengorbanan seorang ibu dengan tidak mengharapkan imbalan atau balas jasa apa pun dari anaknya. Perbuatan seorang ibu yang tanpa pamrih, ibu yang mengasihi setulus hati.

Demikianlah, Maria ‘Ibuku’ selalu melindungi, menyayangi, mendampingi, mengasihi kita yang berlindung kepadanya. Maria ‘Ibuku’ tidak berharap dan menuntut pembayaran kembali atas pengorbanan yang selalu dibuatnya bagi kita.

5. Menghormati Maria

Maria sejak dulu selalu ingin memberikan perhatiannya kepada siapa pun yang membutuhkan pertolongannya. Tidak mengherankan sedikit pun apabila banyak orang percaya bahwa Maria selalu akan menolong orang yang memintanya.

Kini banyak tempat untuk berdoa di mana orang datang secara khusus untuk memohon pertolongan Maria. Karena kemurahan hati Bunda Maria yang selalu menolong itu, selayaknya kita sebagai orang Katolik menghormati Bunda Maria. Doa Rosario dan Litani kepada Bunda Maria merupakan wujud doa doa yang populer untuk menghormati Bunda Maria.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

336 | MENGENALKAN

Untuk membantu umat beriman dalam menghormati Bunda Maria, Gereja menunjukkan ada 15 (lima belas) perayaan atau pesta liturgis yang berhubungan dengan Santa Maria.

1). Santa Perawan Bunda Allah (1 Januari).

2). Yesus dipersembahkan di Kenisah (2 Februari)

3).

4).

Bunda Maria di Lourdes (11 Februari).

Kabar Sukacita kepada Maria (25 Maret).

5). Maria mengunjungi Elisabet (31 Mei).

6). Hati Maria tak bernoda (Sabtu ke 3 sesudah Pentekosta).

7). Bunda Maria di gunung Karmel (16 Juli).

8). Pemberkatan gereja basilik Santa Maria (5 Agustus).

9). Bunda Maria diangkat ke surga (15 Agustus)

10). Maria Ratu (22 Agustus).

11). Kelahiran Santa Perawan Maria (8 September).

12). Maria berduka cita (15 September).

13). Maria Ratu Rosario (7 Oktober).

14). Maria dipersembahkan kepada Allah di Kenisah (21 November).

15). Maria terkandung tak bernoda (8 Desember).

Akhirnya, para Bapak/Ibu/Saudara/Saudari/Suster/Bruder terkasih, marilah kita suburkan komunitas iman kita yang dilandasi semangat persaudaraan sejati, dengan meneladan hidup Bunda Maria, pelindung kita.

Selamat merayakan Santa Maria yang Terkandung Tak Bernoda, Pelindung kita. Tuhan memberkati.

Salam dalam perlindungan Bunda Maria, juga atas nama Pengurus YPL yang lain.

Gereja Katolik telah menentukan bulan Mei dan bulan Oktober sebagai bulan yang didedikasikan untuk menghormati Santa Perawan Maria. Pada bulan bulan tersebut umat Katolik mengadakan devosi secara istimewa kepada Bunda Maria,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 337

ibu Yesus. Mereka berbondong bondong mengunjungi gua atau tempat tempat peziarahan khusus untuk Bunda Maria. Doa doa Rosario dan Litani kepada Bunda Maria serta doa doa dan pujian khusus kepada Bunda Maria dilantunkan dalam kesempatan berziarah tersebut.

Marilah kita sekarang mengambil waktu hening sejenak bersama sama mencoba merenungkan peran Bunda Maria sebagai Bunda Teladan kita dalam hidup sehari hari. Kita akan merunutnya lewat kutipan kutipan dalam Injil dan tradisi.

1. “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1:38)

Kalimat tersebut merupakan jawaban Bunda Maria sebagai reaksi dari salam yang disampaikan oleh malaikat Allah kepadanya. Dalam salam itu Bunda Maria dipanggil dan diberi tugas untuk mengandung dan melahirkan Yesus, Sang Juru Selamat. Bunda Maria terkejut dan juga tidak percaya serta bertanya tanya bagaimana hal ini mungkin terjadi karena ia belum bersuami. Maria menjadi ragu ragu atas panggilan pengutusan ini. Namun, setelah malaikat Allah memberikan peneguhan bahwa Roh Kudus akan turun dan menaungi Maria dan anak yang akan dilahirkan adalah Anak Allah, Maria sanggup menerima tugas itu.

Kita telah dipanggil dan diutus menjadi anak anak Allah. Dalam tugas pengutusan kita sebagai orang Katolik, kita kadang mengalami keraguan terhadap kekuatan dan kesiapsediaan kita. Dalam suasana keraguan inilah kita bisa berpedoman pada peran Roh Kudus yang selalu akan menyertai dan menguatkan kita. Dalam kepercayaan seperti itulah akhirnya kita pun secara pribadi berani mengatakan, “Biarlah terjadi kehendak Allah di dalam diriku dalam hidupku sehari hari.”

2. “Dan ketika Elisabeth mendengar salam Maria, melonjaklah anak di dalam rahimnya dan Elisabeth pun penuh dengan Roh Kudus.” (Lukas 1:41)

Anak yang di dalam rahim Elisabeth itu melonjak. Anak itu melonjak karena mendapat dan mendengar salam dari tamunya. Ibu Tuhan dan

| MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

338

Yesus sendiri yang hadir bertamu. Elisabet mendengar salam Maria, salam Ibu Tuhan, dan salam Yesus sendiri, maka Elisabet menjadi penuh oleh Roh Kudus. Elisabet pun penuh kegembiraan dan penuh harapan di dalam hidupnya.

Kehadiran dan salam kita pun dapat membuat orang lain yang kita kunjungi atau yang kita beri salam, melonjak kegirangan dan orang lain dapat menjadi penuh harapan. Untuk dapat berbuah demikian, hanya mungkin apabila kita sendiri sudah mengalaminya yaitu ‘dilonjakkan’ dan dipenuhi oleh Roh Tuhan. Marilah kita menyadari dan bertanya: kapan kita masing masing mengalami ‘dilonjakkan’ oleh Roh Kudus?

3. “Yesus pada umur dua belas tahun dalam Bait Allah.” (Lukas 2:41 52)

Dalam perikop ini dikisahkan setelah selesai perayaan Hari Raya Paskah di Yerusalem, Maria dan Yusup pulang ke Nasaret. Sesampai di rumah, mereka terkejut karena Yesus tidak ada bersama dengan mereka. Pencarian di antara sanak keluarga tidak ada. Yusup dan Maria kembali ke Yerusalem untuk mencari Yesus.

Dalam keadaan seperti ini tidak ada keluhan dan atau kemarahan serta kekecewaan di dalam diri Yusup dan Maria. Mereka dengan rela hati kembali ke Yerusalem untuk mencari si Anak. Bagaimana setiba di Yerusalem? Yusup dan Maria melihat pemandangan si Anak sedang berdialog dengan para ahli kitab dan kaum tua tua. Yusup dan Maria pun tidak marah marah, apalagi marah marah tanpa kendali dan menggunakan kekerasan tangan. Mereka memahami si Anak yang berada bersama Bapa Nya. Sikap tulus, rela hati, serta panjang sabar sangat diperlukan pada saat kita menghadapi tantangan dan kesulitan yang membutuhkan perjuangan.

4. “Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada Nya, “Mereka kehabisan anggur.” (Yohanes 2:3)

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 339

Dalam suatu perhelatan perkawinan di Kana, hadir pula Maria, Yesus, dan murid murid Nya. Peristiwa yang kurang nyaman atau memalukan terjadi yaitu kekurangan anggur untuk jamuan para tamu. Kita dapat membayangkan bagimana perasaan tuan rumah, pastilah tuan rumah sangat sedih. Melihat dan turut mengalami keadaan yang tidak nyaman seperti itu, tergeraklah hati Maria oleh belas kasihan. Ia tersentuh hatinya untuk berbuat sesuatu, agar terjadi sesuatu yang mendatangkan rahmat. Benar! “Mereka kehabisan anggur,” kata Maria. Yesus mengubah air menjadi anggur, bahkan anggur yang paling baik!

Dalam keadaan atau situasi sulit, mungkin kita sendiri terbatas dan bahkan kadang kadang kita tidak dapat berbuat apa apa. Dalam keadaan seperti ini kita dapat minta tolong kepada Tuhan, agar keselamatan dapat terjadi bagi semua orang. Dalam hal hal krusial kita membutuhkan kepekaan hati dan penyerahan diri.

5. “Ketika Yesus melihat ibu Nya dan murid yang dikasihi Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya, “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” (Yohanes 19:26 27)

Kutipan 2 (dua ayat) tersebut merujuk pada peristiwa Yesus disalib dan Bunda Maria ada di situ. Tampak dan terasa dengan jelas sekali bahwa Maria sangat setia mendampingi Putranya sampai pada akhir hidup Nya. Pada saat itu pula, Maria diberi tugas untuk menjadi Ibu bagi Yohanes (para murid).

Dari peristiwa itu kita menimba atau belajar apa? Kita dapat belajar dari sikap dan tindakan Maria untuk berani menerima tugas pengutusan dari Yesus, meskipun dalam keadaan tidak nyaman dan banyak tantangan. Kita tidak berlari menjadi murid Yesus karena ada banyak kesulitan dan tantangan. Kita belajar berani mengikuti Yesus dalam banyak situasi, tidak hanya pada waktu kegembiraan dan ada banyak mukjizat dan peristiwa peristiwa menghibur lainnya.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

340 | MENGENALKAN

6. “Maria Bintang Laut.” (tradisi Gereja)

Ada banyak julukan diberikan kepada Bunda Maria. Salah satunya adalah Maria Bintang Samudra atau Maria Bintang Laut. Julukan Bintang Samudra atau Bintang Laut (bahasa Latin Stilla Maris/Stella Maris) kepada Bunda Maria menjadi favorit dalam abad pertengahan. Di Maastricht, Belanda, ada basilika Sterre de Zee yang sangat terkenal karena di situlah patung Maria Bintang Laut ditempatkan dan menjadi tempat berziarah bagi banyak umat Katolik.

Nama Bintang Laut bermula dari seorang saleh dari St. Pieter de Yette (nama tempat di Maastricht) bernama baron Rivieren (seorang pelaut) yang selamat dari mengalami bencana badai di laut. Ia berdoa kepada Bunda Maria dan berjanji akan membangun altar Bunda Maria apabila ia selamat. Benar adanya! Setelah tiba di rumah dengan selamat, ia memenuhi janjinya yaitu membangun altar Maria yang indah. Sejak itu patung itu disebut Bintang Laut. Inti ceritanya adalah Maria menjadi penolong yang menyelamatkan orang yang ada di dalam bahaya.

Begitulah kita dapat mengambil inspirasi dan mencontoh teladan hidup Bunda Maria dalam hidup sehari hari kita dengan: dalam keraguan percaya bahwa Allah selalu menyertai kita; membawakan salam perdamaian; bersikap tulus/rela hati/tidak mudah mengeluh; kepekaan terhadap kebutuhan sesama; setia mengikuti Yesus dalam untung dan malang; menjadi penyelamat bagi orang yang dalam bahaya.

Akhirnya, agar kita semakin dapat menjadi saluran rahmat Allah, seperti Bunda Maria, dalam hidup kita sehari hari, marilah kita berserah diri dan berdoa pada dan bersama Bunda Maria, sebagai Bunda Teladan semua orang beriman: Bunda Maria, bersama Santo Yusup, suamimu, engkau membangun Keluarga Kudus. Engkau mendidik Putramu Yesus dalam kasih, iman, dan harapan, sehingga Ia berkenan kepada Bapa dalam hidup, karya dan kematian Nya. Izinkanlah keluarga kami meneladanmu dalam kasih, iman dan harapan. Doakanlah agar cinta kami, antara suami istri;

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 341

antara anak orangtua; antara anggota keluarga; antara guru murid dan karyawan, tumbuh dan berbuah lebat bagi masyarakat.

Bunda Maria, bunda setiap guru murid karyawan, sampaikan doa doa kami ini kepada Yesus, Sang Putra, agar dibawa kepada Bapa.

Sebab Yesuslah, Juru Selamat kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

3. Ulang Tahun ke-98 SD PL Santo Yusup Semarang

Hari Raya Santo Yusup Suami Maria (19 Maret)

Hari Raya Santo Yusup Pekerja (1 Mei)

A. Kita Bersyukur

Kita mensyukuri kurnia dan berkat Tuhan selama 98 tahun untuk SD PL Santo Yusup diberi kesempatan untuk melayani anak anak muda di Semarang. Ribuan anak lulusan SD PL Santo Yusup sudah tersebar ke seluruh antero Indonesia, bahkan seluruh dunia. Hasil pendidikan dari waktu ke waktu ada berkembang semakin baik. Anak anak yang cantik, tampan, sehat, ceria, rajin, tidak nakal sungguh membahagiakan. Para pendidik dengan sepenuh hati, sabar, telaten, tidak mudah marah, penuh pengertian, tekun mendampingi anak anak. Karyawan rajin bekerja, menjaga kebersihan, membantu semuanya menjadi tertib, tertata, resik, rapi, cekatan, ringan tangan. Mereka tidak perlu diperintah sudah bekerja dengan baik dan tahu tugas serta tanggung jawab masing masing. Orang tua murid memberi perhatian penuh kepada sekolah, sehingga menjadi seperti ini. Dinas Pendidikan (UPTD/Pengawas) rajin memberikan pendampingan dan pengarahan sehingga SD Yusup semakin maju.

B. Siapa Santo Yusup?

Santo Yusup tidak banyak disebut sebut di dalam Kitab Suci. Muncul dan berperan dalam perbuatan baik dan nyata saja. Di dalam Kitab Suci tidak ada kata kata atau ucapan ucapan atau ungkapan hati Santo Yusup yang dengan jelas (eksplisit) yang dituliskan oleh para Penginjil. Ini menunjukkan dan menggambarkan pribadi Yusup yang sederhana, tidak pamer atau sombong

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

342 |

dalam hidup sehari hari dalam banyak omong. Berbeda dengan Bunda Maria dan tokoh tokoh lainnya seperti Santo Paulus. Sejauh saya pahami Santo Yusup tampil hanya di awal masa kecil Yesus, yaitu sekitar masa kelahiran Nya.

C. Kapan Santo Yusup Tampil di Muka Umum?

Inilah beberapa kutipan dari Kitab Suci yang ada kaitannya dengan Santo Yusup:

1. “Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.” (Matius 1:16)

2. “Karena Yusup suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam diam.” (Matius 1:19)

3. “Sesudah bangun dari tidurnya, Yusup berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.” (Matius 1:24)

4. “Maka Yusup pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati.” (Matius 2:14 15)

5. “Setelah Herodes mati, nampaklah Malaikat Tuhan kepada Yusup dalam mimpi di Mesir katanya, ‘Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.’ Lalu Yusup pun bangunlah dan diambilnya Anak itu serta ibu Nya dan pergi ke tanah Israel.” (Matius 2:19 21)

6. “Demikian juga Yusup pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud.” (Lukas 2:4)

7. “Yesus pada umur dua belas tahun dalam Bait Allah.” Orangtua Nya pergi pulang (Nazaret Yerusalem) mencari Yesus yang tertinggal di Bait Allah (Lukas 2:41 52)

D. Teladan Baik Sikap dan Perbuatan Yusup

Kita beruntung memiliki pelindung Santo Yusup. Ia amat peka menangkap kehendak Allah. Terlebih, ia terutama setia melaksanakan kehendak dan rencana

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 343

Allah meskipun berat secara tuntas, bersungguh sungguh, tanpa pamrih, tanpa kompromi. Yusup hidup begitu dekat dengan Allah. Allah bahkan mempercayakan Yesus lahir, dididik, dan besar dalam keluarganya. Allah menganugerahi Yusup aneka rahmat untuk dibagikan kepada umat beriman. Bertolak dari keyakinan itu, kita kini datang kepada Santo Yusup untuk berdoa bersamanya kepada Allah. Gereja mendedikasikan hari Rabu untuk menghormati Santo Yusup. Ada 2 perayaan besar yaitu Hari Raya Santo Yusup Suami Maria (19 Maret); Hari Raya Santo Yusup Pekerja (1 Mei).

Selamat open house, semoga sekolah semakin dicintai masyarakat dan mencintai masyarakat. Dedikasi dan contoh baik kita akan menjadi daya tarik masyarakat untuk mempercayakan putra putri mereka kepada asuhan SD PL Santo Yusup.

Akhirnya, selamat merayakan pelindung sekolah yaitu Santo Yusup, semoga berkat doa dan pendampingan serta perlindungan Santo Yusup, sekolah kita semakin diberkati Tuhan dan juga semakin menjadi berkat. (Semarang, 23 Maret 2018)

4. Dirgahayu SMP Pangudi Luhur Jakarta

Seluruh Keluarga Besar SMP Pangudi Luhur Jakarta: Bruder Kepala Sekolah, Staf Guru dan Karyawan, Peserta Didik, dan Orangtua yang berbahagia. Bersama dengan semua Pengurus Yayasan Pangudi Luhur, saya mengucapkan Selamat Berbahagia dan Proficiat pada kesempatan perayaan Pesta Emas 50 Tahun SMP Pangudi Luhur Jakarta. Semoga kita semua mengalami kebahagiaan pada kesempatan Pesta Emas ini. Pada hari hari bahagia ini pantaslah kita bersyukur dan berterima kasih atas limpahan berkat dari Tuhan yang Mahamurah kepada kita sampai saat ini.

Di samping bersyukur dan bergembira dengan adanya berbagai kegiatan dan reuni, kita pantas juga berefleksi dengan bertanya kepada diri kita sendiri tentang eksistensi kita sebagai lembaga pendidikan. Pesta Emas mengingatkan bahwa hidup dan aktivitas SMP Pangudi Luhur Jakarta sudah berjalan selama 50 tahun.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

344 | MENGENALKAN

Inilah kesempatan atau waktu yang baik dan penting untuk mengadakan permenungan. Kita boleh dan baik bertanya....

Sejauh mana usaha besar yang telah dirintis, baik oleh para Bruder dan Staf Pendidik, yaitu para pendahulu senantiasa masih diperhatikan dan ditumbuhkembangkan?

Sejauh mana keberadaan SMP Pangudi Luhur Jakarta yang kini genap berusia 50 tahun, masih tetap relevan dan masih menjadi daya tarik orang tua peserta didik dan para remaja di Jakarta ini?

Sejauh mana SMP Pangudi Luhur Jakarta berhasil mendidik dan mempersiapkan kaum muda remaja, baik intelektual maupun sikap hidup yang berdasarkan nilai nilai yang baik, yang berguna bagi perkembangan Gereja dan masyarakat?

Sejauh mana SMP Pangudi Luhur Jakarta menjadi mitra yang baik bagi orangtua untuk mengantarkan putra putrinya mempersiapkan masa depan mereka?

Dengan kata lain, mensyukuri keberadaan 50 tahun SMP Pangudi Luhur Jakarta merupakan waktu untuk berhenti sejenak dan dengan tenang menengok ke belakang untuk melihat seperti apa perjalanan kita sampai sekarang ini. Masih hidupkah cita cita yang dirumuskan para pendahulu?

Pendidikan yang baik akan mengantar peserta didik untuk semakin kreatif memilih dan menggunakan segala sesuatu yang berkembang di dalam masyarakat dengan sikap dewasa berdasarkan nilai nilai moral dan iman yang baik.

Pendidikan bukan hanya menanamkan rumus rumus dan konsep konsep yang akhirnya akan membelenggu orang pada waktu mengalami perubahan perubahan yang terjadi. Dengan demikian tanggung jawab para Pendidik menjadi semakin berat. Semua personel pendidikan semakin ditantang oleh perubahan psikologis anak yang dipengaruhi oleh budaya dan kemajuan alat alat modern, serta oleh tuntutan tuntutan masyarakat yang semakin kritis dan beraneka ragam.

Kita tahu bahwa dalam kurun waktu 50 tahun keberadaan sekolah kita ini pasti sudah menghasilkan buah atau telah membantu sekian banyak alumnus yang sekarang sudah menjadi ‘orang’ dengan berbagai profesi dan menduduki posisi penting di masyarakat. Kita patut berbangga dan bersyukur untuk itu. Hal ini

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 345

menjadi sangat jelas dalam kesempatan reuni akbar dari berbagai angkatan pada Sabtu, 1 Agustus yang lalu. Hadir dua putra terbaik SMP Pangudi Luhur Jakarta yaitu Bapak Bambang Brojonegoro (Menteri Keuangan) dan Bapak Agus Martowardoyo (Gubernur Bank Indonesia). Sifat rendah hati dan kesederhanaannya sangat menonjol. Itulah kesan saya pada waktu berjumpa dan berbincang bincang dengan Beliau. Kita semua mengharapkan alumni SMP Pangudi Luhur Jakarta menjadi manusia yang berpribadi utuh, mandiri, terampil, berbudi luhur, berkualitas, beriman dan tangguh dalam melayani sesama manusia, sederhana, sehingga cita cita para Pendiri tetap menjadi landasan untuk melangkah dan bertindak dalam mengarungi peziarahan hidup ini.

Ciri khas peserta didik pada khususnya dan kaum muda pada umumnya adalah belajar. Oleh karena itu sudah semestinya kalau peserta didik dengan sungguh sungguh mempertahankan dan meningkatkan citra sebagai pribadi yang giat dan rajin belajar. Kebiasaan lama yang mencari mudahnya dengan sikap tidak jujur untuk mendapatkan nilai angka dan cara cara belajar yang menunggu saat saat menjelang ujian perlu ditinggalkan. Mengapa? Cara cara yang demikian tidak akan menghasilkan pribadi pribadi yang siap untuk menghadapi tantangan zaman ini. Pada waktu waktu yang akan datang nampaknya dalam bidang apa pun akan dicari dan dipilih orang orang yang berkualitas, baik secara intelektualitas maupun kepribadian.

Belajar yang baik akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk menilai secara kritis terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Zaman ini banyak hal yang ditawarkan kepada kita melalui bermacam macam cara, termasuk lewat mass media. Kaum muda (pelajar) menjadi sasaran utama dari penawaran penawaran itu. Kita semua tahu bahwa tidak semua yang ditawarkan itu benar dan baik. Tanpa sikap kritis dan kepribadian yang matang, maka kaum muda akan mudah terjerumus untuk memilih hal hal yang disukai dan enak, padahal jelas jelas hal tersebut akan menghancurkan hidupnya sendiri.

Dari pengalaman mereka yang terpanggil menjadi Bruder, Romo, dan Suster, ada berbagai cara mereka tertarik untuk memilih cara hidup seperti ini. Salah satunya adalah karena pernah ditanya oleh guru di sekolahnya, ”Apakah kamu

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

346 | MENGENALKAN

mau menjadi Bruder, Suster, Romo?” Kemudian pertanyaan saya kepada para pendidik dan pendamping di SMP Pangudi Luhur Jakarta, ”Pernahkah Bapak/Ibu, Bruder bertanya kepada peserta didik dengan pertanyaan tersebut?” Pertanyaan ini saya kemukakan berkaitan dengan keadaan nyata bahwa peminat masuk hidup sebagai religius kurang menggembirakan, sangat sedikit.

Saudara saudari terkasih, pada kesempatan ini pula saya mengucapkan terima kasih atas segala usaha baik serta dedikasi staf pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua (lewat Komite Sekolah), peserta didik serta staf Pimpinan yang sekarang ini masih aktif menjalankan tugas. Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut ambil bagian dalam perkembangan dan pertumbuhan SMP Pangudi Luhur Jakarta ini. Tidak lupa kita mohonkan kebahagiaan abadi bagi para pendidik, tenaga kependidikan, bruder yang pernah terlibat dalam karya pelayanan di SMP Pangudi Luhur Jakarta ini, yang telah mendahului kita menghadap Bapa yang Mahakasih. Terima kasih kepada pejabat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang tentu ikut andil dalam mengembangkan SMP Pangudi Luhur Jakarta ini.

Akhirnya, saya mengharapkan semoga dengan Pesta Emas ini, SMP Pangudi Luhur Jakarta semakin mampu menjadi tempat bagi kaum muda remaja untuk membina kepribadian yang baik dan untuk menimba ilmu serta mengembangkan kreativitas. Semoga menjadi tempat yang menggembirakan bagi semua pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah ini. Tuhan menyertai dan memberkati Anda semua. Dirgahayu SMP Pangudi Luhur Jakarta. (Semarang, 7 Agustus 2015)

5. SMA PL van Lith: Harapan Masyarakat dan Gereja

Pertama tama saya atas nama Pengurus YPL Pusat mengucapkan Proficiat kepada Keluarga Besar SMA PL van lith Muntilan yang pada tahun 2016 ini merayakan Lustrum V atau genap 25 tahun SMA PL van Lith melayani karya pendampingan kaum muda. Kita bersyukur atas berkat Tuhan bagi kita di SMA PL van Lith yang selalu mengalir dari waktu ke waktu. Kita bersyukur karena banyak buah telah dihasilkan oleh SMA PL van Lith dalam periode 25 tahun.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 347

MENGENALKAN

Kesinambungan semangat van Lith dengan motto ‘Kobarkan Api van Lith’ sudah ada dan sudah bergema sebelum ada SMA PL van Lith, yaitu sejak kampus ini masih bernama SPG van Lith Muntilan, atau bahkan sebelum era tersebut.

Pada kesempatan yang membahagiakan ini marilah sejenak kita semua berefleksi untuk melihat di mana keberadaan kita di SMA PL van Lith ini. Dengan butir butir permenungan di bawah ini kita berharap dapat lebih menyadari tugas pokok dan fungsi sesuai dengan peran kita masing masing.

Biji yang Baik

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa siswa SMA PL van Lith adalah pilihan biji baik dari sekian banyak orang orang muda yang baik. Baik dalam arti luas, termasuk baik kualitas intelektualitasnya. Apabila mereka ini tidak sungguh sepenuh hati menjalani keberadaan mereka sebagai siswa dengan segala macam peraturan dan ketentuan yang berlaku, mereka akan gagal di tengah proses perjalanan sebagai siswa van Lith. Ada saja sandungan yang membuat mereka dapat jatuh dan akhirnya harus berhenti di tengah jalan dan mesti meninggalkan van Lith.

Di kampus van Lith setiap siswa diberi kesempatan yang luas untuk mengembangkan kreativitasnya. Di sinilah setiap pribadi diberi kesempatan untuk mengembangkan segala potensi daya ciptanya. YPL selalu mendorong setiap pribadi siswa berkembang secara optimal.

Pendidik yang Segar

Pendidik lewat kesaksian dan tingkah lakunya pertama tama diperlukan untuk memberitahukan ciri khas sekolah Katolik. Perlu sekali adanya jaminan bagi pembentukan mereka secara terus menerus melalui bimbingan dan atau pendalaman secara pribadi (perorangan), agar semakin mampu menjadi saksi dan pelaku atau utusan di dalam sekolah. Pendalaman atau pembentukan ini bertujuan untuk memberikan semangat dan kesegaran dalam pelayanan kepada para siswa. Terutama sekali pendalaman dan pengayaan terhadap pandangan Kristen tentang dunia pendidikan. Seni mengajar yang sesuai dengan prinsip

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

348 | MENGENALKAN

prinsip Injil mutlak perlu untuk dihidupi dan direfleksikan. Dengan selalu diusahakan adanya penyegaran bagi dan oleh guru, maka proses komunikasi dalam pembelajaran dimudahkan menjadi lebih efektif dan efisien. Di sinilah semangat belajar mengajar bersemi dengan baik serta bertumbuh subur.

Tempat Bertemu Kristus

Sekolah Katolik adalah merupakan sebuah komunitas iman. Sekolah sekolah Katolik mesti melebihi sekolah sekolah lainnya, yaitu harus menjadi suatu komunitas yang bertujuan mewariskan nilai nilai untuk hidup. Nilai nilai tersebut mendapatkan kepenuhannya di dalam pertemuannya dengan Kristus. Tidak ada sekolah Katolik yang mampu secara memadai melaksanakan sendiri perannya untuk mendidik. Sekolah Katolik harus terus menerus diberi asupan dan didorong oleh sumber hidupnya. Kitab Suci, tradisi tradisi Gereja (liturgi dan sakramen) merupakan wujud nyata dari sumber tersebut. Tanpa hubungan secara tetap dengan Injil dan tanpa pertemuan yang sering dengan Kristus, sekolah Katolik kehilangan tujuannya. Sekolah Katolik memperoleh segala kekuatan bagi karya pendidikannya dari Kristus sendiri.

Taman Siswa Sekolah, tempat belajar, ibaratnya sebagai sebuah taman. Di dalam taman terdapat berbagai macam tanaman bunga. Suasana taman selalu nyaman, menyenangkan, membuat orang krasan tinggal. Tidak jarang orang yang sudah krasan berada di taman, enggan bila diajak pulang. Mereka maunya tinggal di situ berlama lama karena merasa enak, damai, tercukupi kebutuhannya, ada penghiburan yang memenuhi kepuasan hatinya. Persoalannya, bagaimana seluruh warga besar van Lith dapat dan bersedia membuat kampus van Lith menjadi taman bagi seluruh warganya? Lingkungan, sarana prasarana yang ada mesti diupayakan menjadi sarana membuat nyaman anggota warganya. Terlebih suasana penerimaan satu dengan lainnya dengan penuh ketulusan hati, suasana penuh kasih. Hal inilah pertama tama yang seharusnya selalu diciptakan. Apabila suasana teduh penuh kasih ini yang terjadi, warga van Lith akan tetap betah tinggal di dalamnya.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 349

MENGENALKAN

Inspirasi Pahlawan

Pada 26 Mei 2012 telah diresmikan monumen 4 (empat) patung para mantan didikan van Lith, yaitu Yosaphat Soedarso (1925 1962), Mgr. Albertus Magnus Soegijapranoto S.J. (1896 1963), Ignatius Joseph Kasimo (1900 1986), dan Cornel Simanjuntak (1921 1946). Mereka telah secara resmi diangkat menjadi pahlawan nasional. Artinya, mereka menjadi orang orang yang penuh pahala. Mengapa? Hidup mereka tidak untuk diri sendiri, melainkan sepenuhnya tercurah untuk kebahagiaan orang lain. Diharapkan pemasangan empat patung para pahlawan tersebut agar menjadi inspirasi bagi semua generasi penerus van Lith yang belajar di kampus van Lith ini. Diharapkan semua pribadi yang mencecap pendidikan di van Lith menjadi pahlawan pahlawan sesuai dengan karakter zaman mereka masing masing. Buah buah kebaikan akan melimpah bagi orang orang lain di mana pun warga van Lith berada.

Kepemimpinan

Sebutan yang sangat populer untuk SMA van Lith adalah sebagai Seminari Awam. Pada prinsipnya seorang seminaris adalah seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah pembaru lingkungan di mana dia berada. Jiwa pemberani dan visioner mesti ada di dalam setiap pemimpin. Seorang pemimpin akan dikenang bukan pertama tama karena keberaniannya, melainkan karena komitmennya untuk berpihak dan mengabdikan totalitas dirinya kepada rakyat. Ia berbuat demikian demi bangsa atau mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan. Ia dikagumi bukan pertama tama lantaran berhasil mengalahkan banyak lawannya, tetapi terlebih karena berhasil mengalahkan atau menundukkan ego dirinya yang cenderung pongah dan serakah. Di SMA van Lith inilah selama 3 tahun peserta didik didampingi untuk mempersiapkan diri, membekali diri sehingga pada waktunya mereka hidup di masyarakat sungguh menjadi pemimpin yang sejati.

Akhirnya, marilah di antara kita, pendidik tenaga kependidikan orang tua para peserta didik dan yayasan, bahu membahu untuk bersama sama menciptakan

WAYANG:

Sugi,

350 | MENGENALKAN TOKOH
Frans
FIC

situasi yang memungkinkan membantu terpenuhinya harapan masyarakat dan Gereja.

Dirgahayu SMA Pangudi Luhur van Lith. Tuhan memberkati. (Semarang, 26 Juli 2016)

6. Closing Speech: Pelatihan Kepemimpinan Sekolah

Pengantar

Kita bersyukur bahwa Pelatihan dan Pengembangan Kepemimpinan Pendidikan Angkatan IX ini sudah tiba pada waktunya untuk diakhiri. Semuanya itu berjalan dan terlaksana dengan baik karena berkat Tuhan yang selalu menyertai kita. Kita bersama masih ingat pada tanggal 22 September 2016 (petang) yang lalu kita mulai pelatihan ini. Kita mulai dengan jumlah peserta 31 orang (14 YPL dan 17 dari LPK di luar YPL). Dari 31 peserta tersebut yang dapat menyelesaikan pelatihan dengan sukses dan lengkap sampai akhir ada 30 peserta.

Tujuan Pelatihan

1. Setiap pendidik, tanpa dibeda bedakan, dituntut untuk selalu mengembangkan diri: pengetahuan maupun keterampilannya. Ungkapan ‘think globally act locally’ mendapatkan maknanya. Tidak harus menjadi Kepala Sekolah, meskipun selesai mengikuti pelatihan, bahkan mendapatkan nilai yang bagus dalam peringkat.

2. Setiap pendidik agar semakin dimampukan untuk menjadi pewarta Kabar Gembira lewat profesinya sebagai pendidik, terlebih sebagai pendidik Katolik (di sekolah Katolik).

3. Setiap pendidik makin memahami Ajaran Gereja tentang pendidikan (Gravissimum Educationis, dst.), sehingga sepak terjangnya di sekolah diwarnai juga oleh semangat iman dan ajaran ajaran para Bapak Gereja.

4. Setiap pendidik makin mampu bertoleransi (positif) terhadap pemimpin (baca Kasek) mereka di unit kerja masing masing.

Tim Panitia

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 351

Kegiatan pelatihan dan pengembangan ini dapat terlaksana karena Tim Panitia yang mengusahakan banyak hal dengan baik. Br. Titus Totok Trinugroho sebagai Koordinator kegiatan dan Br. Bambang Nugroho sebagai Penanggung jawab. Kita berterima kasih kepada mereka. Br. Totok yang paling banyak mendampingi selama ini memberikan catatan kepada saya, “Kelompok ini Kompak dan Aktif!”

Narasumber

Para narasumber yang mendampingi kita adalah orang orang yang berkompeten dalam bidangnya masing masing. Mereka berwawasan luas dan menjadi meyakinkan pada waktu memberikan materinya. Juga mereka adalah orang orang yang banyak bekerja di lapangan pendidikan, bukan sekadar menguasai ilmunya saja (secara teoritis), tetapi juga bagaimana dipraktikkan di lapangan. Baiklah kita sebut beberapa dengan tidak dengan maksud mengesampingkan yang lain misalnya: Br. G. Bambang Nugroho, Br. Titus Totok Trinugroho, Br. Alb. Suwarto, Br. Ag. Sudarmadi, Br. G. Suhadi, dkk.; Ibu Roch Mulyani, Ibu Bonita dan juga Tim Outbond Syalom.

Materi Pelatihan dan Pengembangan

Ada materi pendalaman yang sifatnya profan dan ada juga yang berkaitan dengan pandangan Gereja tentang pendidikan. Beberapa kita sebut misalnya sisdiknas, visi/misi LPK, GE dan KHK, public speaking, kurikulum, penerapan IT, leadership, pengembangan karier, dll. Tampak sekali kombinasi antara 2 kutub pandangan yang dapat menyatu secara harmoni.

8. Dirgahayu SMA PL Don Bosko Semarang

Seluruh Keluarga Besar SMA Pangudi Luhur Don Bosko Semarang: Bruder Kepala Sekolah, Staf Guru dan Karyawan, Peserta Didik, Orangtua yang berbahagia. Bersama dengan semua Pengurus Yayasan Pangudi Luhur, saya mengucapkan Selamat Berbahagia dan Proficiat pada kesempatan perayaan Pesta Perak 25 Tahun SMA Pangudi Luhur Don Bosko.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

352 |

Semoga kita semua mengalami kebahagiaan pada kesempatan Pesta Perak ini. Pada hari hari bahagia ini pantaslah kita bersyukur dan berterima kasih atas limpahan berkat dari Tuhan yang Mahamurah kepada kita sampai saat ini.

Di samping bersyukur dan bergembira dengan adanya berbagai kegiatan: pertandingan pertandingan, lomba, kegiatan sosial (live in), maupun malam kesenian, kita pantas juga berefleksi dengan bertanya kepada diri kita sendiri tentang eksistensi kita sebagai lembaga pendidikan. Pesta Perak (usia 25 tahun) mengingatkan bahwa hidup dan aktivitas SMA PL Don Bosko sudah berjalan selama 25 tahun. Inilah kesempatan atau waktu yang baik dan penting untuk mengadakan permenungan. Kita boleh dan baik bertanya....

Sejauh mana usaha besar yang telah dirintis, baik oleh para Bruder dan Staf Pendidik, yaitu para pendahulu senantiasa masih diperhatikan dan ditumbuhkembangkan?

Sejauh mana keberadaan SMA Pangudi Luhur Don Bosko yang kini genap berusia 25 tahun, masih tetap relevan dan masih menjadi daya tarik orangtua peserta didik dan para remaja di Semarang ini?

Sejauh mana SMA Pangudi Luhur Don Bosko berhasil mendidik dan mempersiapkan kaum muda remaja, baik intelektual maupun sikap hidup yang berdasarkan nilai nilai yang baik, yang berguna bagi perkembangan Gereja dan masyarakat?

Sejauh mana SMA Pangudi Luhur Don Bosko menjadi mitra yang baik bagi orangtua untuk mengantarkan putra putrinya mempersiapkan masa depan mereka?

Dengan kata lain, mensyukuri keberadaan 25 tahun SMA Pangudi Luhur Don Bosko merupakan waktu untuk berhenti sejenak dan dengan tenang menengok ke belakang untuk melihat seperti apa perjalanan kita sampai sekarang ini. Masih hidupkah cita cita yang dirumuskan para pendahulu pada waktu sekarang ini?

Pendidikan yang baik akan mengantar peserta didik untuk semakin kreatif memilih dan menggunakan segala sesuatu yang berkembang di dalam masyarakat dengan sikap dewasa berdasarkan nilai nilai moral dan iman yang baik.

Pendidikan bukan hanya menanamkan rumus rumus dan konsep konsep yang akhirnya akan membelenggu orang pada waktu mengalami perubahan perubahan yang terjadi. Dengan demikian tanggung jawab para Pendidik

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

353

MENGENALKAN
|

menjadi semakin berat. Semua personel pendidikan semakin ditantang oleh perubahan psikologis anak yang dipengaruhi oleh budaya dan kemajuan alat alat modern serta oleh tuntutan tuntutan masyarakat yang semakin kritis dan beraneka ragam.

Kita tahu bahwa dalam kurun waktu 25 tahun keberadaan sekolah kita ini pasti sudah menghasilkan buah atau telah membantu sekian banyak alumnus yang sekarang sudah menjadi ‘orang’ dengan berbagai profesi dan menduduki posisi penting di masyarakat. Kita patut berbangga dan bersyukur untuk itu. Kita semua mengharapkan alumni SMA Don Bosko menjadi manusia yang berpribadi utuh, mandiri, terampil, berbudi luhur, berkualitas, beriman dan tangguh dalam melayani sesama manusia, sederhana, sehingga cita cita para Pendiri tetap menjadi landasan untuk melangkah dan bertindak dalam mengarungi peziarahan hidup ini.

Ciri khas peserta didik pada khususnya dan kaum muda pada umumnya adalah belajar. Oleh karena itu sudah semestinya kalau peserta didik dengan sungguh sungguh mempertahankan dan meningkatkan citra sebagai pribadi yang giat dan rajin belajar. Kebiasaan lama yang mencari mudahnya dengan sikap tidak jujur untuk mendapatkan nilai angka dan cara cara belajar yang menunggu saat saat menjelang ujian perlu ditinggalkan. Mengapa? Cara cara yang demikian tidak akan menghasilkan pribadi pribadi yang siap untuk menghadapi tantangan zaman ini. Pada waktu waktu yang akan datang nampaknya dalam bidang apa pun akan dicari dan dipilih orang orang yang berkualitas, baik secara intelektualitas maupun kepribadian.

Belajar yang baik akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk menilai secara kritis terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Zaman ini banyak hal yang ditawarkan kepada kita melalui bermacam macam cara, termasuk lewat mass media. Kaum muda (pelajar) menjadi sasaran utama dari penawaran penawaran itu. Kita semua tahu bahwa tidak semua yang ditawarkan itu benar dan baik. Tanpa sikap kritis dan kepribadian yang matang, maka kaum muda akan mudah terjerumus untuk memilih hal hal yang disukai dan enak, padahal jelas jelas hal tersebut akan menghancurkan hidupnya sendiri.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

354 | MENGENALKAN

Dari pengalaman mereka yang terpanggil menjadi Bruder, Romo, dan Suster, ada berbagai cara mereka tertarik untuk memilih cara hidup seperti ini. Salah satunya adalah karena pernah ditanya oleh guru di sekolahnya, ”Apakah kamu mau menjadi Bruder, Suster, Romo?” Kemudian pertanyaan saya kepada para pendidik dan pendamping di SMA Don Bosko, ”Pernahkah Bapak/Ibu, Bruder bertanya kepada peserta didik dengan pertanyaan tersebut?” Pertanyaan ini saya kemukakan berkaitan dengan keadaan nyata bahwa peminat masuk hidup sebagai religius kurang menggembirakan, sangat sedikit.

Pada kesempatan ini pula saya mengucapkan terima kasih atas segala usaha baik serta dedikasi staf pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua (lewat Komite Sekolah), peserta didik serta staf Pimpinan yang sekarang ini masih aktif menjalankan tugas. Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut ambil bagian dalam perkembangan dan pertumbuhan SMA Pangudi Luhur Don Bosko ini. Tidak lupa kita mohonkan kebahagiaan abadi bagi para pendidik, tenaga kependidikan, bruder yang pernah terlibat dalam karya pelayanan di SMA Pangudi Luhur Don Bosko ini, yang telah mendahului kita menghadap Bapa yang Mahakasih. Terima kasih kepada pejabat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang tentu ikut andil dalam mengembangkan SMA Don Bosko seperti sekarang ini.

Akhirnya, saya mengharapkan semoga dengan Pesta Perak ini, SMA PL Don Bosko semakin mampu menjadi tempat bagi kaum muda remaja untuk membina kepribadian yang baik dan untuk menimba ilmu serta mengembangkan kreativitas. Semoga menjadi tempat yang menggembirakan bagi semua pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah ini. Tuhan menyertai dan memberkati Anda semua.

Dirgahayu SMA Pangudi Luhur Don Bosko Semarang. (Semarang, 31 Januari 2014 Hari Santo Don Bosko)

9. Dirgahayu SMA PL St. Yusup Kidul Loji Jogjakarta

Seluruh Keluarga Besar SMA Pangudi Luhur Santo Yusup: Bruder Kepala Sekolah, Staf Guru dan Karyawan, para Siswa siswi, Orangtua yang berbahagia

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 355

dan yang saya kasihi. Bersama dengan semua Pengurus Yayasan Pangudi Luhur Pusat, saya mengucapkan Selamat Berbahagia dan Proficiat pada kesempatan perayaan Pesta 20 Tahun SMA Pangudi Luhur Jogjakarta dan yang pada hari ini pula akan meresmikan penggunaan Indoor Lapangan Basket.

Semoga kita semua mengalami kebahagiaan, kegembiraan pada kesempatan yang khusus ini. Pada hari bahagia ini pantaslah kita bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas limpahan berkat Nya kepada kita sampai saat ini.

Di samping bersyukur dan bergembira dengan berbagai prestasi capaian, baik akademis maupun non akademis kita pantas juga berefleksi dengan bertanya kepada diri kita sendiri. Peringatan usia 20 tahun mengingatkan bahwa hidup

dan aktivitas SMA PL ini sudah berjalan selama 20 tahun. Inilah kesempatan atau waktu yang baik dan penting untuk mengadakan permenungan.

Bila kita merunut kembali sejarah adanya atau keberadaan SMA PL ini kita akan menyadari betapa banyaknya berkat Tuhan:

SMA kita ini tidak dapat lepas dari adanya SPG PL Santo Yusup yang didirikan pada April 1942, yang awalnya dikelola oleh para Pater Yesuit. Pada tanggal 1 Agustus 1952 diserahkan kepada para Bruder FIC.

SPG pada zamannya telah mendidik begitu banyak guru SD dan yang telah berhasil mendarmabaktikan hidupnya sebagai guru di seluruh pelosok nusantara. Setiap tahun sejumlah lulusan SPG/SGA pergi ke tempat terpencil untuk menjadi guru.

Masa SPG berlangsung sampai dengan tahun 1989, saat kebijakan Pemerintah menutup SPG. Pada waktu itu Pemerintah memberikan pilihan pilihan alternatif alih fungsi: menjadi SMA, menjadi sekolah kejuruan lain, atau ditutup dan habislah riwayatnya.

Pengurus Yayasan Pangudi Luhur, setelah mempelajari dan mempertimbangkan dengan matang berbagai hal, maka memutuskan untuk alih fungsi dari SPG PL menjadi SMA PL. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri P dan K bertanggal 26 Januari 1989 resmi SPG beralih fungsi menjadi SMA.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

356 | MENGENALKAN

Di samping bersyukur dan bergembira dengan berbagai prestasi capaian, baik akademis maupun non akademis kita pantas juga berefleksi dengan bertanya kepada diri kita sendiri. Peringatan usia 20 tahun mengingatkan bahwa hidup dan aktivitas SMA PL ini sudah berjalan selama 20 tahun. Inilah kesempatan atau waktu yang baik dan penting untuk mengadakan permenungan.

1. Sejauh mana usaha besar yang telah dirintis, baik oleh para Bruder dan Staf Pendidik, yaitu para pendahulu senantiasa masih diperhatikan dan ditumbuhkembangkan?

Sejauh mana keberadaan SMA Pangudi Luhur yang kini genap berusia 20 tahun, masih tetap relevan dan masih menjadi daya tarik orangtua murid dan para remaja di sekitar Jogjakarta ini?

Sejauh mana SMA PL berhasil mendidik dan mempersiapkan kaum muda remaja, baik intelektual maupun sikap hidup yang berdasarkan nilai nilai yang baik yang berguna bagi perkembangan Gereja dan masyarakat?

Sejauh mana SMA Jogjakarta menjadi mitra yang baik bagi orangtua untuk mengantarkan putra putrinya mempersiapkan masa depan mereka?

Kita secara khusus pada hari ini meresmikan penggunaan Indoor Lapangan Basket. Kita dapat bertanya pula: apa maknanya? Sekedar untuk kemegahan fisik (Jawa: duwen duwen, gagah gagahan?) Menambah luksnya atau kebanggaan sekolah kita? Atau sebagai sarana demi kemajuan dan tercapainya pribadi yang utuh? Untuk mengembangkan talenta kita? Akan sangat memprihatinkan apabila dengan adanya Indoor Lapangan Basket ini membuat masyarakat jauh dari kita karena ada kesan mahal, serba mewah, orang menjadi takut untuk mendekat? Jangan sampai membuat sekolah kita menjadi pulau terisolasi dari masyarakat karena menjadi mahal. Sampai sekarang ada kesan umum bahwa sekolah Katolik mahal, termasuk SMA PL. Sungguh sangat membanggakan apabila indoor lapangan basket ini menjadi sarana nilai jual SMA kita. Artinya semakin banyak orang muda tertarik untuk masuk dan belajar di SMA PL.

Dengan kata lain, mensyukuri keberadaan 20 tahun SMA Pangudi Luhur merupakan waktu untuk berhenti sejenak dan dengan tenang menengok ke belakang untuk melihat seperti apa perjalanan kita sampai sekarang ini. Masih hidupkah visi misi yang dicita citakan para pendahulu pada waktu sekarang ini?

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 357

Kita tahu dan sadar bahwa dalam kurun waktu 20 tahun keberadaan sekolah kita ini pasti sudah menghasilkan buah atau telah membantu sekian banyak alumni yang sekarang sudah menjadi orang dengan berbagai profesi dan menduduki posisi penting di masyarakat. Kita patut berbangga dan bersyukur untuk itu. Kita semua mengharapkan alumni SMA Pangudi Luhur menjadi manusia yang berpribadi utuh, mandiri, terampil, berbudi luhur, berkualitas, beriman, dan tangguh dalam melayani sesama manusia, sederhana, sehingga cita cita para Pendiri tetap menjadi landasan untuk melangkah dan bertindak dalam mengarungi peziarahan hidup ini.

Ciri khas siswa pada khususnya dan kaum muda pada umumnya adalah belajar. Oleh karena itu sudah semestinya kalau para siswa dengan sungguh sungguh mempertahankan dan meningkatkan citra sebagai siswa siswi yang giat dan rajin belajar. Kebiasaan lama yang mencari mudahnya dengan sikap tidak jujur untuk mendapatkan nilai angka dan cara cara belajar yang menunggu saat saat menjelang ujian perlu ditinggalkan. Mengapa? Cara cara yang demikian tidak akan menghasilkan pribadi pribadi yang siap untuk menghadapi tantangan zaman ini. Pada waktu waktu yang akan datang nampaknya dalam bidang apa pun akan dicari dan dipilih orang orang yang berkualitas, baik secara intelektualitas maupun kepribadian.

Belajar yang baik akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk menilai secara kritis terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Zaman ini banyak hal yang ditawarkan kepada kita melalui bermacam macam cara termasuk lewat mass media, segala macam alat elektronik yang serba canggih. Kaum muda (pelajar) menjadi sasaran utama dari penawaran penawaran itu. Kita semua tahu bahwa tidak semua yang ditawarkan itu benar dan baik. Tanpa sikap kritis dan kepribadian yang matang, maka kaum muda akan mudah terjerumus untuk memilih hal hal yang disukai dan enak padahal jelas jelas hal tersebut akan menghancurkan hidupnya sendiri.

Kita boleh berbangga hati, banyak alumni SMA Pangudi Luhur telah menjadi ’orang’. Saya mempunyai satu pertanyaan nakal: berapa Suster, Bruder dan Romo yang telah dihasilkan oleh SMA PL? SPG PL Santo Yusup boleh bangga karena sekian mantan muridnya menjadi biarawan/wati, imam. Kemudian pertanyaan

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

358 |

saya kepada para pendidik dan pendamping di SMA Pangudi Luhur,”Pernahkah Bapak/Ibu/Bruder bertanya kepada anak anak didik dengan pertanyaan menggelitik tersebut?” Pertanyaan ini saya kemukakan berkaitan dengan keadaan nyata bahwa peminat masuk hidup sebagai religius sangat memprihatinkan, sangat sedikit.

Pada kesempatan ini pula saya mengucapkan terima kasih atas segala usaha baik serta dedikasi staf guru dan karyawan, orangtua (lewat Komite Sekolah), siswa serta staf Pimpinan yang sekarang ini masih aktif menjalankan tugas. Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut ambil bagian dalam perkembangan dan pertumbuhan SMA Pangudi Luhur ini. Tidak lupa kita mohonkan kebahagiaan abadi bagi para guru, karyawan, bruder yang pernah terlibat dalam karya pelayanan di SMA Pangudi Luhur ini, yang telah mendahului kita menghadap Bapa yang Mahakasih.

Terima kasih kepada pejabat Dinas Dikbud yang tentu ikut andil dalam wujudnya SMA PL seperti sekarang ini.

Akhirnya, saya mengharapkan semoga dengan pesta 20 ini, SMA PL semakin mampu menjadi tempat bagi kaum muda remaja untuk membina kepribadian yang baik dan untuk menimba ilmu serta mengembangkan kreativitas. Semoga menjadi tempat yang menggembirakan dan tempat yang teduh/damai bagi semua pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah ini.

Semoga Tuhan menyertai dan memberkati Anda semua.

Dirgahayu SMA Pangudi Luhur Santo Yusup. (Jogjakarta, 18 Agustus 2009)

10. Peresmian Gedung Baru SD PL Bernardus Deltamas (Cikarang Pusat, Bekasi)

Selamat datang dan terima kasih telah berkenan hadir dan memenuhi undangan kami kepada pejabat dinas UPTD Cikarang; Romo Paroki yang memimpin Misa Kudus pemberkatan gedung baru, Pejabat pemerintah setempat; Pejabat dari PT Deltamas, Bruder Kepala Sekolah; Anggota Komite Sekolah dan orang tua, Kontraktor pelaksana pembangunan, Tamu undangan lainnya, serta para bruder dan guru karyawan Kampus Pangudi Luhur Bernardus Deltamas.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 359

Kita bersyukur pembangunan gedung baru blok SD PL Bernardus Deltamas sudah selesai. Banyak pihak terlibat dalam proses pembangunan gedung ini: YPL mendanai; kontraktor; perencana bangunan; staf sekolah. Semuanya berperan sesuai dengan kapasitasnya masing masing. Biarlah gedung baru ini menjadi berkat bagi mereka yang menempati setelah diberkati. Pada tahun 2009/2010 SD meluluskan kelulusan pertama, ”Para lulusan akan dilihat oleh banyak orang, membanggakan/mengecewakan?” Pada tahun 2010/2011 SMP kelas I dibuka, “Anda pun anak sulung. Macam apa ke depan?”

Penggunaan Gedung Baru:ini statusnya sebagai gedung SD (sesuai market).SMP 2010/2011 akan menempati gedung baru dengan fasilitasnya dan guru gurunya yang sebagian besar baru. Hal ini mengingat SD dan SMP berbeda tuntutan.

Kutipan kutipan Kitab Suci di bawah ini ada kaitannya dengan tugas kita di dalam mendampingi anak kiranya penting kita renungkan sejenak: Pertama, Markus 10:14 Yesus memberkati anak anak, “Biarlah anak-anak itu datang kepada Ku, jangan menghalang halangi mereka, sebab orang orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak anak itu dan sambil meletakkan tangan Nya atas mereka Ia memberkati mereka. Kedua, Lukas 19:46 Yesus menyucikan Bait Allah. Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ. Kata Nya kepada mereka, “Ada tertulis: Rumah Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”

Marilah kita tingkatkan apa yang sudah kita laksanakan dan ‘Allahyang memulaipekerjaanbaikdiantarakitaakanmenyelesaikannya.’

Akhirnya Profisiat kepada semua warga TK/SD/SMP PL Bernardus Deltamas dengan dibangunnya gedung baru ini.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

360 |

“Dengan rahmat Allah yang Mahakasih gedung baru ini saya resmikan penggunaannya.”

(Cikarang Pusat, Bekasi 8 Juli 2010)

11. Peresmian (tambahan) Gedung Baru TK/SD PL Jakarta

Keluarga besar TK/SD PL Jakarta yang berbahagia. Perkenankanlah saya atas nama Pengurus YPL Pusat menyampaikan ikut berbahagia dan Proficiat dengan selesainya pembangunan tambahan gedung baru di kampus TK/SD PL Jakarta ini. Semoga sarana yang makin lengkap ini dapat semakin membantu pertumbuhan anak anak muda yang kita dampingi. Kita bermimpi dan bercita cita agar anak anak dampingan kita dapat menjadi anak anak dengan pribadi yang baik.

Terima kasih

Pada kesempatan ini kita bersyukur kepada Tuhan karena limpahan berkat dan rahmat Nya yang diberikan kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan pembangunan tambahan gedung baru untuk menambah sarana atau tempat belajar anak anak.

Pada kesempatan ini pula saya mengucapkan terima kasih kepada Staf Pimpinan YPL Cabang Jakarta yang dengan berbagai cara mendukung usaha ini. Terima kasih kepada Komite TK/SD PL Jakarta atas peran serta aktifnya untuk mencari dana untuk mencukupi dana YPL yang tidak mungkin menutup semua kebutuhan biaya untuk membangun tambahan gedung baru ini. Terima kasih kepada pihak pemborong yang telah bekerja keras untuk menyelesaikan pembangunan gedung ini dengan tepat waktu dan hasil yang megah dan indah.

Membangun itu mudah asalkan mempunyai uang. Hal yang sulit dan membutuhkan ketekunan adalah memelihara dari waktu ke waktu.

Saya berkeyakinan dan juga mengalami bahwa suatu ide yang baik dan bahkan luhur dan diserta niat jujur, kadang kala dipahami sebagai sesuatu yang tidak berguna atau sekedar menambah persoalan atau pekerjaan. Perbuatan atau usaha

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 361

yang telah dilaksanakan dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih masih dikatakan: ambisius, cari muka, untuk mendapatkan nama harum, dan sejenisnya. Bukan kata kata dukungan, melainkan celaan, tidak dipercaya, atau bahkan ungkapan kata kata yang tidak enak. Panitia, c.q. Komite Sekolah mungkin mengalami hal seperti ini. Hal yang berkaitan pencarian dana atau uang untuk membangun gedung baru ini pastilah tidak semulus yang dibayangkan sebelumnya. Pengalaman tidak enak adalah sebagai bagian dari konsekuensi bagi orang yang bekerja dengan sungguh sungguh. Saya sangat berterima kasih karena kerja keras Komite atau Panitia Pembangunan. Dalam hal seperti ini jangan berputus asa: asalkan niat saya bekerja hanya untuk kemajuan anak anak di TK/SD PL Jakarta ini. Berkat Tuhan akan tetap melimpah!

Hari ini kita merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Menerima Kabar Sukacita dari (Allah) lewat Malaikat Gabriel. Suatu perayaan yang tepat dan baik untuk meresmikan gedung baru ini ‘IMMACULATA’. Pemberian nama ini pastilah ada maksud dari pemilih nama. Immaculata ada kaitan dengan makna ‘tak bernoda.’ Kita berharap bangunan ini dapat menjadi sarana menyampaikan Kabar Gembira kepada anak anak di SD PL Jakarta. Segala usaha apa pun kegiatannya, mesti selalu membawakan Kabar Gembira kepada anak anak. Sebagai kelas belajar mesti terjadi interaksi antara guru dengan anak anak yang teduh dan nyaman. Sebagai tempat untuk berolah raga juga mesti memberikan kesehatan kepada mereka yang berolah raga. Anak anak yang menggunakan tempat ini dapat semakin dikuduskan.

Kita dapat belajar dari Bunda Maria: tempat berefleksi dalam hati; Roh Tuhan menaungi dan anak anak yang dilahirkan menjadi yang Kudus dari Allah. Pada perikop selanjutnya diceritakan kisah Maria mengunjungi Elisabeth. Kita berharap juga anak anak yang telah belajar di dalam gedung ini pada gilirannya dapat menjadi pelayan bagi yang lain, yang membutuhkan.

Mau apa dengan pendidikan di sekolah kita?

1. Pendidikan sebagai sarana pembebasan dari keterikatan untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab. Manusia dilahirkan sebagai makhluk tidak berdaya, namun di dalam ketidakberdayaan itulah terletak kemerdekaannya. Manusia dilahirkan dengan karunia

362 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Ilahi dengan berbagai potensi yang melalui proses pendidikan dapat dikembangkan atau diaktualisasikan. Kebebasan manusia yang diperoleh lewat pembiasaan pendidikan bukanlah kebebasan dari segala galanya, namun kebebasan dari keterikatannya untuk manusia yang bertanggung jawab. Manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang dapat memilih serta dapat memunculkan hasil kreasinya. Manusia Indonesia yang bertanggung jawab dan dapat mengadakan pilihan tentunya dibekali dengan nilai nilai dan melalui nilai nilai itulah dia mengadakan pilihan yang tepat untuk dirinya dan masyarakat. Kita berpegang pada nilai nilai Pancasila dan ajaran Katolik KASIH.

2. Pendidikan untuk melahirkan manusia Indonesia cerdas. Manusia Indonesia yang cerdas bukan hanya sekedar mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi, melainkan juga memiliki inteligensi emosional dan spiritual dalam menempatkan pribadi itu dalam masyarakat Indonesia yang bhinneka. Kecenderungan (malah kenyataan!) sekarang ini kurang diarahkan untuk memanusiakan manusia secara utuh lahir dan batin. Orientasinya pada hal hal yang bersifat materialistis, ekonomis, dan teknokratis, kering dari sentuhan nilai nilai moral, kemanusiaan, dan budi pekerti. Pengembangan kecerdasan hati, perasaan, dan emosi kurang dan menjadi dangkal. Output pendidikan banyak yang menjadi sosok pribadi yang telah kehilangan hati nurani dan perasaan, cenderung egoistis dan bersikap aji mumpung. Pendidikan kita dianggap telah melahirkan manusia manusia berkarakter: oportunistis, penjilat, hipokrit, hedonis, besar kepala, tanpa memiliki kecerdasan hati, emosi, dan nurani. Berbagai simtom yang ada di masyarakat sekarang ini akibat dari keadaan pendidikan tersebut.

3. Lembaga pendidikan bukan penjara. Hal ini tidak berarti tanpa rambu rambu atau ikatan kehidupan. Keteraturan merupakan ciri hidup manusia yang beradab. Disiplin dan keteraturan dalam penjara mematikan kreativitas manusia. Metode indoktrinasi, menghafal, proses pendidikan yang menghasilkan jiwa budak dan serba tergantung pada orang lain, belajar untuk lulus ujian atau sekedar untuk

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
| 363

mendapatkan ijazah bertentangan dengan harkat manusia yang bebas. Bobot kurikulum yang telah dikemas secara sentralistis (seperti sekarang ini) menyebabkan nilai nilai kearifan budaya Indonesia tidak bisa berkembang. Misalnya: sikap sabar, welas asih, gotong royong, dan menghormati orang tua. Bahaya lebih lanjut peserta didik kehilangan ruang berkreasi, kemerdekaan berprakarsa, dan mengembangkan jati dirinya, atmosfer pendidikan yang kaku, membosankan, dan tanpa gairah. Makna pendidikan yang hakiki meminta kondisi yang mampu memberikan ruang kesadaran kepada peserta didik untuk mengembangkan jati dirinya melalui sebuah proses yang menyenangkan, terbuka, dan tidak terbelenggu dalam suasana monoton, kaku, dan menegangkan. Generasi yang utuh jati dirinya belum terwujud. Peserta didik memang cerdas, tetapi kehilangan sikap jujur dan rendah hati. Mereka terampil, tetapi kurang menghargai sikap tenggang rasa dan toleransi. Ki Hadjar Dewantara memberikan wejangan dalam dunia pendidikan,”Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.” Para pemimpin (baca guru) yang di depan harus memberi teladan, sedangkan yang di tengah perlu mendorong kreativitas, akhlak, dan kemanusiaan, dan memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.

Mengamati hasil atau produk TK/SD PL selama ini, saya merasa bangga karena tidak jauh dari tiga butir yang saya kemukakan di atas. Marilah kita tingkatkan apa yang sudah kita laksanakan dan ‘Allahyangmemulaipekerjaanbaikdi antarakitaakanmenyelesaikannya.’

Proficiat dan Dirgahayu TK/SD PL Jakarta. Pesta Santa Perawan Maria Menerima Kabar Gembira. (Jakarta, 25 Maret 2010 )

12. Dirgahayu SMP Pangudi Luhur St. Albertus Ketapang

Seluruh Keluarga Besar SMP Pangudi Luhur ‘Santo Albertus’ beserta Saudara saudari Alumni yang berbahagia. Atas nama Pengurus Yayasan Pangudi Luhur Pusat, saya mengucapkan Selamat Berbahagia dan Proficiat pada kesempatan perayaan Pesta Emas ‘50 Tahun’ SMP Pangudi Luhur ‘Santo Albertus.’ Pada

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

364 |

kesempatan ini pantaslah kita bersyukur dan berterima kasih atas limpahan berkat dari Tuhan yang Mahamurah kepada kita, di mana kita masih menikmati kesehatan, diberi kesempatan untuk melayani, sesuai dengan kapasitas kita sebagai Keluarga Besar SMP PL ‘Santo Albertus.’

Di samping bersyukur karena segala berkat melimpah sampai saat ini, kita pantas juga berefleksi dengan bertanya kepada diri kita sendiri: Sejauh mana usaha besar yang telah dirintis oleh para pendahulu senantiasa masih diperhatikan dan ditumbuhkembangkan? Sejauh mana keberadaan SMP Pangudi Luhur ‘Santo Albertus’ Ketapang yang kini genap berusia 50 tahun, masih tetap relevan dan masih menjadi daya tarik orangtua murid dan para remaja di sekitar Ketapang ini? Dengan kata lain, mensyukuri keberadaan 50 tahun SMP Pangudi Luhur ‘Santo Albertus’ merupakan waktu untuk berhenti sejenak dan dengan tenang menengok ke belakang untuk melihat seperti apa perjalanan kita sampai sekarang ini. Masih hidupkah visi misi yang dicita citakan para pendahulu pada waktu sekarang ini?

Kita tahu bahwa dalam kurun waktu 50 tahun keberadaan sekolah kita ini pasti sudah menghasilkan buah buah kebaikan atau telah membantu sekian banyak lulusan yang sekarang sudah menjadi orang dengan berbagai profesi dan menduduki posisi penting di masyarakat. Kita patut berbangga dan bersyukur untuk itu. Kita semua mengharapkan para lulusan sekolah kita menjadi manusia yang berpribadi utuh, mandiri, terampil, berbudi luhur, berkualitas, beriman, dan tangguh dalam melayani sesama manusia, terlebih mereka yang membutuhkan. Kita berharap pula agar cita cita awal pendirian sekolah kita tetap menjadi landasan untuk melangkah dan bertindak dalam mengarungi peziarahan hidup ini.

Tugas utama pelajar adalah belajar. Kita tidak dapat menyangkal kenyataan ini. Namun masih ada nilai nilai yang tidak bisa diperoleh anak anak lewat pelajaran pelajaran kurikuler di dalam kelas. Apabila hanya kegiatan intelektualitas melulu yang terjadi, tidaklah aneh apabila mudah ada kejenuhan di antara para murid. Berbagai kegiatan di luar kelas pasti mempunyai nilainya sendiri. Kegiatan kegiatan seperti public speaking, membacakan puisi, menjadi lektor di dalam misa

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 365

di gereja, menyanyi tunggal, berdiskusi, bermain drama, dan lain lainnya, saya yakin bahwa dalam kegiatan kegiatan tersebut mereka belajar banyak dan tidak akan sia sia, karena pada waktunya kelak akan datang buahnya yang dapat dipetik. Dari beberapa contoh konkret di atas secara ringkas dapat dikatakan bahwa pendidikan intelektualitas saja tidak cukup, mutlak perlu dilengkapi dengan nilai nilai humaniora, sehingga para murid berkembang secara harmonis: akademis dan hati.

Kita boleh berbangga hati, namun tetap dengan rendah hati, beberapa lulusan telah menjadi biarawan biarawati. Beberapa dari mereka yang sempat berbagi pengalaman, mereka bangga mengalami dididik di sekolah kita. Mereka betul betul mengalami makna pendampingan kita.

Dari pengalaman mereka yang terpanggil ada berbagai cara mereka tertarik untuk memilih cara hidup seperti ini. Salah satunya adalah karena pernah ditanya oleh guru di sekolahnya,”Apakah kamu mau menjadi Bruder, Suster, Romo?”

Kemudian pertanyaan saya kepada para pendidik dan pendamping di SMP Pangudi Luhur ’Santo Albertus’, ”Pernahkah dan beranikah Bapak, Ibu, dan Bruder bertanya kepada anak anak didik dengan pertanyaan tersebut?” Pertanyaan ini dengan sengaja saya kemukakan berkaitan dengan realitas bahwa dewasa ini peminat masuk untuk hidup sebagai religius sangat memprihatinkan, sangat sedikit. Sebagai anggota Gereja kita harus ikut terlibat aktif di dalam mempersiapkan calon tenaga inti Gereja ini.

Akhirnya pada kesempatan yang membahagiakan ini pula saya mengucapkan terima kasih atas segala usaha baik serta dedikasi yang tinggi dari staf guru, bruder, dan karyawan, serta staf Pimpinan yang sekarang ini masih aktif menjalankan tugas pengutusannya. Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut ambil bagian dalam perkembangan dan pertumbuhan SMP Pangudi Luhur ’Santo Albertus’ ini. Tidak lupa kita mohonkan kebahagiaan abadi bagi para guru, karyawan, bruder yang pernah terlibat dalam karya pelayanan di SMP Pangudi Luhur ’Santo Albertus’ ini, yang telah mendahului kita menghadap Bapa yang Mahakasih.

Semoga mereka semua menjadi pendoa bagi kita.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

366 |

Dirgahayu SMP Pangudi Luhur ’Santo Albertus’ dan Tuhan memberkati. (Ketapang, Agustus 2010)

13. Surat Gembala Perayaan Natal 2015: “Keluarga: Penyemai dan Penyebar Kabar Gembira”

Segenap Keluarga Besar Yayasan Pangudi Luhur yang berbahagia. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kita semua.

Mengawali permenungan Natal ini marilah kita mengingat kembali surat edaran Kepala Kantor dalam rangka menyambut Perayaan Pesta Pelindung Yayasan Pangudi Luhur yaitu Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda yang telah kita rayakan pada Rabu, 8 Desember 2015 yang lalu.

Dalam suratnya, Kepala Kantor mengajak kita untuk tiada hentinya mensyukuri karya agung Tuhan yang selalu melindungi dan mendampingi perjalanan Kongregasi Bruder FIC hingga genap 175 tahun berkarya di dunia dan 95 tahun di Indonesia. Sebuah perjalanan yang sangat panjang yang tentu saja sarat dengan suka duka, tetapi Tuhan selalu menyertai dan menyentosakannya (bdk. Matius 28:20). Maka, tahun 2015 ini merupakan tahun rahmat Tuhan. Tahun untuk berdoa, berefleksi dan bersyukur atas anugerah yang berlimpah khususnya bagi Kongregasi Bruder FIC dan Yayasan Pangudi Luhur di mana pun berkarya.

Karya pelayanan pendidikan Yayasan Pangudi Luhur merupakan satu wujud nyata darma bakti Kongregasi Bruder FIC kepada bangsa, negara, dan Gereja Indonesia. Kita bersyukur pula diberi kesempatan untuk terlibat secara penuh di dalamnya entah sebagai guru maupun karyawan. Kita bersyukur atas kasih karunia Allah yang juga senantiasa menyertai perjalanan Yayasan Pangudi Luhur hingga 61 tahun ini. Inilah kasih setia Allah yang dilimpahkan kepada kita semua secara terus menerus.

Kasih Allah yang tiada tara itu semakin tampak jelas dengan diutusnya Anak Tunggal Allah, Yesus Kristus di tengah tengah kita. Dialah Sang Immanuel,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 367

Allah beserta kita (lih. Matius 1:23). Peristiwa agung nan luhur ini selalu kita kenangkan dalam peristiwa Natal.

Dalam seluruh rangkaian perayaan syukur kita, marilah kita renungkan lebih mendalam makna Natal yang senantiasa kita rayakan setiap tahun.

Keluarga:RekanKerjaAllah

Para Uskup di seluruh dunia mengadakan Sinode Umum Biasa XIV pada 4 s.d. 25 Oktober 2015 di Roma dengan tema Panggilan dan Misi Keluarga dalam Gereja dan Dunia Modern. Di tingkat Nasional, Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) IV pada 2 s.d. 6 November 2015 mengajak seluruh peserta merefleksikan tema Keluarga Katolik: Suka cita Injil, Panggilan dan Pengutusan Keluarga dalam Gereja dan Masyarakat Indonesia yang Majemuk.

Kedua perhelatan akbar tersebut menunjukkan betapa besar perhatian dan kepedulian Gereja kepada keluarga. Gereja mengimani bahwa Allah sejak awal menjadikan keluarga sebagai rekan kerja Nya. Keluarga dipanggil untuk meneruskan karya penciptaan dengan beranak cucu (bdk. Kejadian 1:28). Karena keluarga ada dalam rencana Allah, maka panggilan hidup berkeluarga memungkinkan kita menuju kekudusan. Allah menghendaki kita untuk menjadi sempurna (lih. Matius 5:48). Keluarga dapat menjadi sarana bagi kita untuk menuju kesempurnaan sejati, di mana tindakan saling mengasihi dan mengampuni mendapatkan tempatnya yang utama. Namun, yang sering terjadi adalah kekerasan dalam rumah tangga, mulai dari kekerasan verbal hingga non verbal. Bahkan ada yang berakhir dengan drama kematian. Angka perceraian pun juga tinggi. Banyak anak tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang sebagaimana mestinya. Inilah potret keluarga yang terjadi di sekitar kita yang membuat kita semakin miris. Jika yang terjadi seperti ini mungkinkah dapat dialami bahwa keluarga adalah rekan kerja Allah?

Bagaimana dengan keluarga yang kubangun selama ini? Sudahkah tercipta kondisi di mana tampak kehadiran Allah di dalamnya? Apakah aku sudah mencintai pasanganku dengan apa adanya? Apakah aku sudah memperlakukan anak anak yang dipercayakan Tuhan kepadaku dengan baik dan penuh tanggung jawab?

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

368 |

Keluarga merupakan buah dan sekaligus tanda kesuburan adikodrati Gereja serta memiliki ikatan mendalam, sehingga keluarga disebut sebagai Gereja Rumah Tangga (ecclesia domestica). Sebutan ini sudah pasti memperlihatkan betapa eratnya pertalian antara Gereja dan keluarga, tetapi juga sekaligus menegaskan fungsi keluarga sebagai bentuk terkecil dari Gereja. Dengan caranya yang khas keluarga ikut terlibat aktif dalam tugas pengutusan Gereja yaitu karya keselamatan Allah.

Di samping keluarga merupakan Gereja Rumah Tangga, keluarga juga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Karena itu, keluarga mempunyai peran sentral dalam pendampingan dan pendidikan anak anak. Dengan kata lain, keluarga merupakan sekolah yang pertama dan utama bagi anak yang tidak tergantikan oleh institusi mana pun dan apa pun. Di dalam keluargalah seorang anak untuk pertama kalinya mendapatkan pengalaman dicintai dan mencintai. Hal ini merupakan modal penting bagi seorang individu untuk hidup bersama dengan orang lain di masyarakat. Hanya orang yang mempunyai pengalaman dicintai dan mencintai, dia bisa berempati dan bersimpati dengan sesamanya. Di dalam keluarga pula seorang anak diajarkan tentang sopan santun atau tata krama; menghargai orang lain. Seorang anak juga dapat belajar tentang kerja sama dan kesediaan mendengarkan orang lain dari dalam keluarga. Pendek kata, keluarga sungguh merupakan tempat di mana seorang anak belajar banyak hal yang penting baginya untuk persiapan terjun ke masyarakat. Maka, benar adanya jika ada ungkapan, “keluarga sehat, masyarakat hebat.”

Sudahkah keluarga yang kubangun memberikan bekal yang cukup bagi anak anak untuk dapat terjun di masyarakat sebagai pribadi yang baik? Sudahkah aku sebagai orangtua mewariskan nilai nilai luhur budaya bangsa pada anak anak, sehingga anak anak menjadi paham akan identitas dirinya dan tidak tercabut dari akar budayanya? Sudahkah keluargaku memberikan kontribusi positif bagi kemajuan dan kebaikan masyarakat sekitar atau sebaliknya malah menjadi batu sandungan?

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 369 Keluarga:SekolahPertamadanUtama
Buah-buahSukacitaInjildalamKeluarga

Dengan penuh iman, Gereja mensyukuri bahwa perkawinan Katolik merupakan sakramen, yaitu tanda dan sarana kehadiran Allah dalam hidup berkeluarga. Perjumpaan dengan Kristus inilah yang membawa keluarga pada suka cita Injil (bdk. EvangeliiGaudium1).

Pasangan suami isteri harus percaya bahwa Allah sendirilah yang menghendaki, memberkati, dan mencintai keluarga yang mereka bangun. Keyakinan ini dapat semakin meneguhkan suami isteri untuk tetap setia dalam untung dan malang serta menambah suka cita dalam keluarga baik secara spiritual, relasional, maupun sosial.

Bercermin dari hidup Keluarga Kudus Nazaret, keluarga Katolik harus dihayati sebagai ladang suka cita Injil yang paling subur, tempat di mana Allah menabur, menyemai, dan mengembangkan benih benih suka cita Injil.

Di dalam keluarga, suami isteri dan anak anak hendaknya saling mengasihi, membutuhkan, dan melengkapi. Kesabaran, pengertian, pengampunan, dan kebersamaan saat makan, doa, dan pergi ke gereja adalah wujud nyata kasih sayang dan perhatian. Kasih yang dibagikan tidak pernah akan habis, tetapi justru semakin mampu meningkatkan suka cita dalam sebuah keluarga. Keluarga Katolik dipanggil untuk mewartakan suka cita Injil dengan kesaksian hidupnya dan kepeduliannya kepada keluarga keluarga lain. Dengan demikian, keluarga sungguh menjadi Gereja Rumah Tangga yang tidak terkungkung dalam dirinya sendiri, tetapi menjalankan tugas pengutusannya dalam memajukan Gereja dan menyejahterakan masyarakat (bdk FamiliarisConsortio42)

Pendek kata, keluarga harus mengusahakan terciptanya suka cita Injil dalam keluarganya sendiri lengkap dengan segala tantangan dan kesulitannya. Akhirnya, bukan hanya keluarga itu saja yang memperoleh suka cita Injil, tetapi orang orang di sekitarnya pun juga merasakan dampak yang sama yaitu kegembiraan, kebahagiaan, dan keharmonisan. Anak anak yang tumbuh dalam suasana keluarga yang penuh dengan suka cita Injil akan tumbuh menjadi pribadi yang luar biasa. Pribadi yang sanggup menjadi garam dan terang bagi masyarakat sekitarnya.

Ingatkah aku selalu bahwa keluarga yang kubangun ini adalah sakramen, tanda, dan sarana kehadiran Allah bagi sesama? Banggakah aku menjadi keluarga Katolik? Apa

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

370 |

tanda terdalam jika keluargaku adalah keluarga Katolik? Sudahkah aku selalu meneladan Keluarga Kudus dalam membina keluargaku? Sudahkah di dalam keluargaku ada suka cita, meskipun kesulitan dan tantangan selalu datang silih berganti?

SekolahPangudiLuhur:KepanjanganTanganKeluarga

Keluarga memang merupakan sekolah yang pertama dan utama bagi seorang anak. Namun, untuk menumbuhkembangkan anak agar ia memiliki kecerdasan yang holistik, keluarga bekerja sama dengan sekolah (baca: pendidikan formal). Untuk itu, peran sekolah juga penting bagi kemajuan dan perkembangan seorang anak. Sekolah dengan demikian berperan sebagai kepanjangan tangan keluarga dalam mendidik dan membina seorang anak. Karena itu, penting bagi sekolah untuk menyadari tugas mulia ini. Sekolah sudah dipercaya oleh setiap orang tua untuk meneruskan pendidikan dan penanaman nilai nilai yang telah mereka tanamkan selama ini. Maka, sekolah harus memegang teguh kepercayaan yang telah diberikan oleh setiap orang tua.

Demikian juga dengan Sekolah sekolah Pangudi Luhur. Sekolah sekolah Pangudi Luhur hendaknya mampu menjadi keluarga kedua bagi setiap murid. Sekolah sebagai keluarga harus menciptakan suasana yang menyenangkan; aman dan nyaman layaknya di rumah mereka sendiri.

Sekolah sekolah Yayasan Pangudi Luhur dalam usaha menjadikan keluarga kedua bagi anak anak sudah seharusnya menanamkan nilai nilai keutamaan yang diwariskan oleh para Pendiri Kongregasi FIC, yaitu Mgr. Ludovicus Rutten dan Bruder Bernardus Hoecken, yang dikenal dengan Sepuluh Keutamaan. Sepuluh keutamaan tersebut adalah RendahHati,TeladanBaik,Mencintai para Bruder, Saleh, Sikap Bijaksana, Lembut Hati, Tabah Hati, Kebijaksanaan dan Berpengetahuan, Semangat dan Keteguhhatian, PercayakepadaTuhan.

Sepuluh Keutamaan ini harus selalu diusahakan pelaksanaannya di setiap unit kerja Sekolah sekolah Pangudi Luhur, bukan hanya melalui Pelajaran Kepangudiluhuran di dalam kelas apalagi hanya berhenti pada ranah kognitif, tetapi terlebih dengan contoh konkret atau teladan nyata dari setiap guru dan karyawan. Apabila Sepuluh Keutamaan tersebut sungguh dihidupi oleh seluruh civitas academica, maka Sekolah sekolah Pangudi Luhur niscaya akan menjadi

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
| 371

keluarga kedua bagi seluruh murid. Dengan terlaksananya Sepuluh Keutamaan ini, Sekolah sekolah Pangudi Luhur juga menjadi sebuah persekutuan yang dibangun berdasarkan kasih persaudaraan dan pengampunan.

Sebagai warga Gereja kita meyakini Maria sebagai Ibu Keluarga Kudus Nazaret sangat besar peranannya dalam mengantarkan Yesus menjadi pribadi yang utuh, integral, dan berkarakter. Dengan demikian sudah layak dan sepantasnya kalau kita pun dalam mendampingi dan mendidik murid murid selalu meneladan Maria, agar mereka pun dapat bertumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan kelak berguna bagi nusa, bangsa dan Gereja.

Sudahkah aku sebagai guru mendidik dengan hati; mencintai murid murid dengan segala kekurangan dan kelemahannya? Sudahkah aku sebagai seorang guru berlaku sebagai orangtua kedua bagi setiap murid, sehingga mereka merasa at home; nyaman dan aman di sekolah? Sudahkah aku mendampingi murid murid layaknya Bunda Maria yang penuh keibuan dan kesabaran? Sudahkah aku sebagai guru mampu menjadi pribadi yang pantas diteladani atau patut dijadikan model oleh murid murid? Sudahkah aku sebagai guru apalagi guru Pangudi Luhur menghidupi dalam diriku Sepuluh Keutamaan Bernardus Hoecken?

Akhir kata, Bapak Ibu Guru, Karyawan, Suster dan Bruder yang terkasih, bersama Santa Perawan Maria yang Dikandung Tanpa Noda Dosa yang selalu mengutamakan kehendak Tuhan, dan dalam kesatuan dengan Mgr. Ludovicus Rutten dan Bruder Bernardus Hoecken marilah kita saling mengucapkan: Selamat Natal 25 Desember 2015 dan

Selamat Tahun Baru 1 Januari 2016 Semoga damai Natal senantiasa mengiringi hidup berkeluarga dan berkomunitas kita, serta karya karya pelayanan kita kepada kaum muda terutama mereka yang miskin di tahun yang baru ini. Berkah Dalem. (Semarang, 15 Desember 2015)

14. Surat Gembala Ketua YPL pada 8 Desember 2017: “Aku adalah Pangudi Luhur; Pangudi Luhur adalah Aku”

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

372 | MENGENALKAN

Salam sejahtera dalam berkat Allah Tri Tunggal yang Mahakudus dan perlindungan Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda untuk kita semua.

Kita bersyukur dan meluhurkan Tuhan, pertama tama karena pada 6 Oktober 2017 yang lalu Yayasan Pangudi Luhur genap berusia 63 tahun. Usia yang tidak muda lagi. Kita sangat bersyukur karena kita dapat dan boleh terlibat aktif dalam karya pelayanan terhadap kaum muda lewat bidang pendidikan.

Kedua, kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia telah memberinya Pelindung yaitu Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda yang selalu menyertai perjalanan kita dengan setia, yang perayaannya kita adakan pada 8 Desember.

Atas nama Pengurus Yayasan Pangudi Luhur Pusat, saya mengucapkan Proficiat dan Selamat Bahagia kepada para Saudara/saudari semuanya.

Dalam suasana syukur tersebut marilah kita berhenti sejenak untuk berefleksi diri, seraya menyadari beberapa hal dengan harapan agar dapat semakin mendorong karya pelayanan kita menjadi lebih baik.

1. Semangat Memiliki

Kita diutus ke tempat tempat di mana membutuhkan pelayanan kasih, khususnya kepada kaum muda. Saat ini kita berkarya di 5 (lima) Keuskupan: Semarang, Jakarta, Ketapang, Palembang, dan Purwokerto. Juga beberapa bruder melayani di Timor Leste sejak 2009 yang lalu. Waktu ini tidak kurang dari 26 ribu peserta didik dari TK/SD/SMP/SMA/K dalam lebih dari 80 unit karya yang kita layani. Kita sungguh bersyukur dapat berkesempatan mendampingi mereka dengan harapan menjadi pribadi pribadi yang berkembang dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Kita mempunyai tanggung jawab atas hidup dan masa depan yang cerah peserta didik yang kita dampingi perjalanan hidup mereka. Tentu saja tidak hanya terhadap masa depan peserta didik, tetapi juga kita ikut bertanggung jawab dan mempunyai rasa memiliki terhadap kelangsungan hidup warga komunitas dan institusinya.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 373

Seorang teman guru di salah satu SMA PL berbagi pengalaman, “Saya ikut berkeliling ke lingkungan lingkungan untuk mengajak anak anak muda supaya masuk SMA PL kami. Juga pada waktu tes semester ada anak tampak lesu lemes, saya belikan nasi bubur untuk sarapan, karena mereka belum sarapan!” Itulah salah satu wujud nyata dari sikap sense of belonging rasa memiliki. Dengan nyata teman ini bertindak ikut aktif menghidupi dan menghidupkan seluruh keberadaan institusi pendidikan tempat ia hidup dan bekerja. Ia bertangung jawab dan mengambil satu peran aktif bagi keselamatan dan kelangsungan unit kerjanya. Situasi yang dialami oleh teman guru tersebut tentu terjadi di sekolah sekolah yang miskin, berkekurangan, dan terutama yang berada di daerah pinggiran.

Apakah di sekolah sekolah kaya dan serba berkecukupan guru tidak dapat dan tidak perlu mengembangkan rasa memiliki? Guru, di mana pun mereka berada pasti tetap harus berkomitmen dan bertanggung jawab sesuai dengan konteks masing masing. Hal ini akan menjadi berbahaya apabila guru di sekolah elite dan kaya serta serba berkecukupan (apa pun istilahnya) tidak menyadari tugas pengutusannya sebagai rasul Yesus. Ada bahaya mereka hanya akan bersarang karena segalanya serba ada dan nyaman. Akhirnya mereka ini akan menjadi benalu: pengisap makanan milik orang lain. Bila demikian adanya tidak mustahil sekolah kaya, serba berkecukupan, dan segalanya ada akan jatuh tersungkur, dan merosot mutunya serta pelan pelan bunuh diri dengan sendirinya.

2. Semangat Persaudaraan

Menurut data sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2010 di Indonesia terdapat 1.340 suku bangsa yang tersebar di seantero kepulauan Republik Indonesia, baik dari pulau pulau kecil sampai yang besar. Mereka ini juga mempunyai ratusan bahasa mereka masing masing. Demikian pula ada banyak agama dan aliran aliran kepercayaan yang masih hidup dan diakui keberadaannya oleh Pemerintah Indonesia. Kebermacaman suku dan bahasa, keberbedaan agama serta aliran kepercayaan ini membuat Indonesia semakin menjadi bangsa yang sungguh multikultur. Begitulah keberadaan negara, tanah air kita secara luas menyeluruh.

Demikian pula dengan sekolah sekolah yang ada di dalam pengelolaan Yayasan Pangudi Luhur. Ada berbagai macam asal suku dan keluarga artinya ada berbagai

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

374 | MENGENALKAN

macam pribadi dari peserta didik kita. Kita bertugas untuk menjaga dan merawat serta mengembangkan agar tetap indah, nyaman dan aman keberadaan mereka di sekolah sekolah kita. Kita tidak membeda bedakan dan tidak bertindak secara pilih kasih, tidak adil. Kita tidak memihak salah satu dan menganakemaskan yang cocok dan menarik untuk kita. Kita dititipi oleh Tuhan untuk menjaga mereka. Peserta didik sebagai anak anak yang harus dikasihi. Kita tumbuhkan sikap hidup bahwa mereka adalah satu saudara, yang mesti hidup rukun sebagai satu keluarga. Kita, para guru bertugas dan bertanggung jawab untuk semakin menyuburkan rasa persaudaraan di antara anak anak. Sikap saling membantu, saling menolong, saling memberi adalah sikap sikap yang harus semakin tumbuh subur di antara mereka.

3. Semangat Penerimaan Peserta Didik Baru

Peserta didik adalah salah satu faktor utama untuk keberadaan dan keberlangsungan suatu sekolah. Tidak mungkin ada sekolah tanpa peserta didik. Kita pun dipanggil pertama tama dan terutama untuk melayani peserta didik.

Perikop Perjamuan Terakhir dalam Yohanes 13:1 20 menunjukkan dengan jelas keutamaan Kristiani berani merendahkan diri, melayani secara tulus, dan memberi teladan kepada para murid Nya. Kita sebagai guru mesti meneladan Sang Guru Sejati, Tuhan Yesus. Ia mengajar dengan memberi teladan hidup yang konkret.

Kita menyadari situasi sekolah sekolah kini semakin tidak mudah untuk mencari peserta didik baru. Aturan aturan Pemerintah yang sangat mudah berubah menjadi tantangan tersendiri bagi kita. Sikap rukun bersaudara di antara sesama guru di sekolah, ramah tamah kepada semua tamu yang datang, senyuman penuh kasih kepada orang lain, ucapan salam yang penuh keceriaan mesti menjadi bagian dan wujud nyata kehadiran kasih Allah di sekolah. Sikap sikap dan perbuatan nyata seperti itulah akan menjadi daya tarik orang lain kepada sekolah kita. Hal hal positif seperti itulah akan menjadi etalase jendela yang menarik untuk didekati. Tentu saja kita tidak dapat tinggal diam berpangku tangan menunggu siapa akan datang. Kita harus mencari dan bila perlu jemput bola dalam mencari calon peserta didik, mengingat persaingan para kompetitor sudah

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 375

begitu menjamur di sekitar kita. Bila tidak ada usaha usaha kreatif dan inovatif, tidak mengherankan sekolah sekolah kita ditinggalkan oleh masyarakat.

Dalam proses PPDB, khususnya bagi sekolah sekolah besar dan surplus, sering terjadi ketegangan ketegangan dalam proses wawancara finansial. Kita sangat dibantu oleh Orangtua/Komite Sekolah dalam tugas ini. Kiranya sangat penting kesepahaman teknik dan tata krama atau sopan santun dalam menghadapi orangtua calon peserta didik baru. Sikap sikap sabar, bijaksana, pintar memilih kata kata dalam wawancara, ramah tamah, dan rendah hati sangat dibutuhkan menghadapi orangtua calon peserta didik baru. Sikap sikap bernada arogansi, sombong, kasar, kata kata ketus, dan menyakitkan, bahkan menantang akan membuat nama baik sekolah kita tidak terpuji. Ungkapan ungkapan, “Ini sudah harga mati. Kalau tidak sanggup masih banyak yang antre. Kalau tidak mau ya sekolah di tempat lain saja,” adalah tidak pada tempatnya. Juga ungkapan ungkapan seperti itu sangat tidak kristiani. Media sosial sekarang ini sangat terbuka dan sangat mudah sesuatu atau seseorang untuk diakses dan mengakses. Bila seseorang merasa sangat dikecewakan, entah karena merasa tidak dihargai atau disepelekan, tidak menutup kemungkinan akan diunggah ke dalam dunia medsos dan dibaca publik. Tentu dampaknya merugikan sekolah atau lembaga.

Di sinilah peran Kepala Sekolah untuk sungguh dengan sangat bijaksana mengendalikan segalanya secara keseluruhan, termasuk Komite Sekolah yang ada di bawah tanggung jawab Kepala Sekolah. Kiranya kurang bijaksana dalam hal wawancara finansial Kepala Sekolah menyerahkan sepenuhnya kepada Komite Sekolah. Konflik konflik atau ketegangan ketegangan dalam situasi tidak nyaman, Kepala Sekolah mesti mengambil alih dan memutuskan. Mesti dihindari jangan sampai ada orangtua calon peserta didik baru merasa dipermainkan. Kita harus berkeyakinan bahwa orangtua calon peserta didik baru berniat baik untuk sekolah dan demi putra putri mereka.

Demikianlah beberapa butir permenungan yang perlu kita sadari, miliki serta hidupi bersama sebagai Keluarga Besar Pangudi Luhur bertepatan dengan perayaan Pelindung Yayasan Pangudi Luhur, Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

376 | MENGENALKAN

Kita menyadari bahwa semangat memiliki, siap menerima orang lain sebagai saudara, menghargai orang lain, sikap rendah hati, suka membantu, dan murah hati ada di dalam diri Bunda Maria. Kita belajar daripadanya. Dengan demikian semboyan “AkuadalahPangudiLuhur;PangudiLuhuradalahAku”yang kita gelorakan pada waktu rapat kerja di awal tahun ajaran ini menjadi nyata dalam tugas pelayanan kita sehari hari.

Akhirnya, selamat mempersiapkan Natal, hari raya kelahiran Yesus, Sang Penebus.

Tuhan memberkati dan Bunda Maria selalu melindungi kita.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
| 377
&&&
378 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC
MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 379 BAGIAN XVIII: LAKON WAYANG

Larungan Bayi ing kranjang dilarung ing bengawan Nil)

Myat endahing swasana sasadara nedheng ndhadhari, ndhedher imbanging arga gebyar gebyar ambabar cahya sumunar. Sayekti mrebawani lampahe Dewi Yakobeth lan Maryam kang nedya nglarung ingkang rayi jejabang kang maksih abang aneng bengawan.

Dupi wus purna sigra kalarung kang jejabang, kakentiraken iang bengawan, lon lonan lampahing kranjang isi jejabang anut ilining tirta kasurung dayaning maruta, kombak kumbul ing aluning warih.

Yakobeth lan Meriyam kami tenggengen denira maspaosaken, dupi wus ical saking pandulu, sigra Dewi Mariyam lumampah ing cipta nedya angawat awati saking katebihan. Sanadyan ing Bengawan Nil akeh prebatang kang malang aneng tengahing bengawan, nanging dupi jejabang kang aneng kranjang liwat ing kono, kaya kena goibing Hyang Widi, sakala miyak anganan sarta miyak angering.

Lah menika Putri Prabu Firngon ingkang nembe sami lelangen suka wonten tepining Bengawan Nil...

Putri Firaun: Biyung dhek mau bengi aku ngimpi...

Emban: Paduka nyumpena menapa Sang Dyah Ayu?

Putri Firaun: Wancine madya ratri. Aku kaya mlaku mlaku ana tengah tengahing ara ara samun, kadadak ana cahya gumebyar tiba ana pangkonku. Bareng ndak waspadakake kang ana pangkonku mau jebul ana wujud rembulan, nanging eloke koq duwe mripat, irung, sarta tutuk. Dheweke kedhep tesmak anggone nyawang aku, kaya kaya arep njaluk tulung karo aku, ning aku ora bisa nggagapi apa karepe?

Emban:Kusuma Dewi, inggih leres. Nyumpena menika kalamangsanipun sok dhawah ing kasunyatan. Tuladhanipun tiyang dicokot ula, ajeng pikantuk rejeki. Ngimpi kelangan kuku, ajeng kelangan

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

380 |
sedherek. 6 6 6 6 6 6 6 6 Ka-gyat ri-sang ka-pi-ra-ngu 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 Ri nang kul ki nem pit kem pit 2 2 2 2 2 2 2 16 3... Dhuh sang ret-na-ning ba-wa - na. Oooo..

Putri: Biyung tengahing bengawan koq ana kranjang kang mawa sorot, kae kranjang isi apa biyung. Biyung enggal jupuken kranjang kae. Nuli gawanen mrene.

Emban: Inggih kusuma dewi. Srepegan.....

Emban: Menika sang dewi, kranjangipun koq anteb sanget.

Putri: Bukaken aku kepengin ngerti apa isine.

Emban: Sampun gusti ayu...

Putri: Biyung, bayi iki turune wong Israel katitik saka sulamaning slendhang. Bayi iki bakal ndak pundhut putra dadi anakku. Gusti kang Mahakuwasa wus kepareng paring bayi iki marang aku. Jagad bakal nyekseni menawa iki anakku. Biyung seksenana, tekane bayi iki marga saka ilining banyu, mula ndak wenehi tetenger MUSA!!!!!

Srepeeeeeeeeeeeg...

Miryam: Sang Dyah Ayu, nami kula Miryam. Amargi bayi menika, Sang Dyah Ayu temtu betah pamomong. Menapa kula saged madosaken pamomongipun?

Putri: Iya Miryam. Uga slendhang iki rumaten kang premati. Tetep jaganen dadi wewadi.

Miryam: Inggih Sang Dewi... kula nyuwun pamit. Udharan...

Firngon: Aku melu gambira anane bocah bayi iki. Muga muga dadiya bocah kang becik, bisa gumanti dadi Raja ing Mesir. (bayi ilang diganti Musa dewasa diteruske latihan perang)

C. Gladakan latihan perang perangan antara Musa >< Ramses. Musa menang.

Mangkana Musa kang wus ndungkap dewasa dadya jejaka tumaruna kang sembada ambeg wirotama, dhasare dedeg pidegsa sembada prawira ing ayuda. Dhasar wiwit alit Musa tansah wineleg ing reh kautaman lan kawiryawan dening sang Putri, saha winucal aji jaya kawijayan. Sanadyan Sang Raja Firngon pribadi karenan paring sesulang olah gelaring prang sarta tata kaprajan.

Nalika samana Musa nedheng sengkut gumregut gegladhen yuda kalawan ingkang paman putraning sang raja Firngon kang aran Pangeran Ramses.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 381

Musa><Ramses: perang...........

Ramses: He Musa , kaseser yudamu, melar mingkus ambeganmu, becik kowe nungkula, gladhen iki aku kang unggul ing yuda.

Musa: Kaya dudu wataking satriya tama teka ngucireng ing palagan. Kosok baline kudune kowe ngaku kalah, sarta kanthi lelakon iki, Paman Ramses gelem ora gelem kudu ngangsu kawruh marang Musa.

Ramses: Keparat Musa, kumlewat kaya bisa ngregem jimat, ayo ditutugake gladhen perang iki, ngiras pantes bakal nuduhake sapa kang pantes dadi pangeran kekaisaran Mesir.

Firngon: Heiii, Ramses lan Musa, kanthi cara kang padha sira tindakake iki mau, kowe saguh dadi pandheganing bangsa Mesir, iya?!

Ramses: Nyuwun pangapunten Rama, kula lepat.

Musa: Inggih eyang kula lepat.

Firaun: Musa, kowe putuku, kodrating jagad kowe dudu pangeran kang gumanti keprabon ing kekaisaran Mesir. Nanging kowe tetep putuku kang banget ndak tresnani.

Musa: Sabdanipun eyang kacandhi sahengga dados jimat.

Firaun: Ramses, kowe putraku, pangeran, ing tembe uga bakal dadi Firaun. Kowe duwe kewajiban, ngendhaleni sarta wenang gawe abang biru jroning peprentahan ing kekaisaran Mesir.

Ramses: Nyuwun pangapunten Rama, mugi mugi lelampahan menika tetepa dados kaca brenggala.

Firaun: Ayo, kowe sakeloron enggal bali menyang kraton.

D. (Intermezo) Gara gara Ludovicus Rutten Bernardus Hoecken dll.

E. Panggilan Musa di Gunung Horeb

Tibaning pasthi ketemuning jodho, Musa wus klakon kapundhut mantu Kyai Jitro. Musa kadhaupaken kaliyan niken Sipora. Musa lan ingkang garwa kaparingan putra, tangkar tumangkar.

MUSA angon menda ing tengah tengahing ara ara amba. Luwih saka satus lagi aring mangan suket kalanjana. Sawetawis ana kang ngeyup merga kepanasen, ana kang nggayemi amarga wus wareg anggone mangan.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

382 |

Sapandurat nratap tyase sang Musa dupi mulat ana cahya gumana aneng perenging arga. Gita gita Musa mrepeki dununging kang cahya. Luwih kejot lan ngungun, dene ilange cahya ana manderarondahanakangurubemanghalat-halat , sinung prebawa hayom, hayem, hangayomi. Ana swara kang tanpa wujud, Musa kamitenggengen denira maspaosaken.

Hyang Nasa: Musa... Musa...Musa... Musa: Aku krungu swara celuk celuk aku nanging kok tanpa wujud! Kowe sapa..., aku ngrungokke kowe undang undang...kowe sapa?

Hyang Nasa: Copoten tlumpahmu, yen kowe kepengin ngadeg ing papan kang suci iki.

Musa: Hiya...ya... tlumpahku wis dak copot, kowe kuwi sapa..?

Hyang Nasa: Aku iki Yahwe, sesembahane bangsa Israel, kalebu wong atuwamu. Uga sesembahane Ibrahim, Isa lan Yakub. Aku wus ngawuningani sarta ngrungokake pasambat lan tangising titah Ku kang ana ing Mesir. Awit saka iku, Aku bakal ngutus kowe ngluwari panandhang, gawanen titah Ku ing tlatah Kanaan supaya bisa urip merdika sarta ngabdi marang Aku ing gunung kene.

Musa: Gek kula menika sinten, kula boten pantes dados utusan Paduka, awit kula menika namung titah limrah sawantah. Menawi kula wangsul ing Mesir, tiyang tiyang wau boten badhe pitados menawi kula utusan Paduka. Nuwun sewu asma Paduka menika sinten?

Hyang Nasa: Aku sejatine Sang Hyang Hana. Kowe kabeh bakal padha percaya marang Aku, sarta bakal tansah manunggal tetunggalan marang kowe kabeh. Musa samengko enggal tindakna pakaryan iki. Aku bakal njangkung lakumu.

Musa: Tiyang tiyang Israel boten namung mbetahaken tembung wasis lan ulat manis, nanging ugi kekiyatan sanesipun...?

Hyang Nasa: Musa...uncalna tekenmu ing lemah! (teken kauncalaken dados sawer)

Musa: Ula...ula...tekenku dadi ula...!!

Hyang Nasa: Musa samengko jupuken saka buntut utawa pethit! (sawer kacepeng pethitipun, wangsul kados sewau dados teken)

Musa: Elho dadi teken maneh...!

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 383

Hyang Nasa: Samengko lebokna tanganmu ing jubahmu. (astanipun Musa kalebetaken ing jubah dados gatelen)

Musa: Tanganku...koq bengkoyoken/gudhigen!

Hyang Nasa: Samengko lebokna maneh tanganmu ing jubah lan wetokna maneh.

(asta kawedalaken dening Sang Musa, pulih resik kados wingi uni)

Musa: Aduuuuh tanganku wis pulih kaya mau.

Hyang Nasa: Musa, pangeram eram iki tuduhna marang wong wong Israel, mengko mesthi padha percaya marang kowe.

Musa: Dhuh Hyang Manon, kula pitados dhumateng karsa Dalem, nanging kula menika tiyang ingkang boten wasis ing pamicara.

Hyang Nasa: Kowe mengko bakal dak kantheni sedulurmu Harun, kang bakal sabiyantu marang kekarepan kang luhur iku. Wis Musa tindakna dhawuh Ku, Aku bakal tansah anjangkung lakumu.

F. Nyabrang Segara Abang

Meriyam: Musa apa Gusti uga wus paring dhawuh, kepriye carane awake dhewe bisa nyabrang samodra iki?

Pendherek 1: Musa...aku krungu suwara gumuruh kaya lakuning kuda?

Pendherek Putri: Oh, kae prajurite Pirngon, Musa kowe kuwi sejatine pemimpin apa dudu ta?

Musa: para sedulur mengku karep apa dene kowe paring pangandika kang kaya mangkono kuwi?

Pendherek Putri: Iki prasasat lampus dhiri, nganyut tuwuh, golek pati.

Pendherek 3: Awake dhewe mesthi kecekel, tur ya ora bakal isa swala.

Musa: Cukup...! Gawanen ubarampemu, samengko ayo enggal nutugake laku. Gusti kang Maha Nasa bakal anjangkung marang titahe kang pitaya mring Panjenengane.

Mangkana lampahe Musa wus prapta ereng erenging gunung tepining samodra tinut kabeh warga Yahudi, sinartan was was lan miris, labet kuwatos menawi saged kabujung wadya balane sang Raja Firngon. Nalika samana Musa sigra mateg mantram sakti sinartan ngumbulaken tekenira tumuli kasabetaken ing tengahing samodra, padha sakala kang samodra kawiyak byak rekatak,

384 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

kang tirta miyak anganan sarta miyak angering. Tanggap Musa sigra asung sasmita mring warga Israel kinen lumampah marga tengahing samodra. Wauta..., dupi ndungkap prapta ing dharatan, kadadak katungka lampahing wadya Mesir kang nedya ambujung. Padha sanalika Musa angangkat tekenira tumuli kaseblakaken ing samodra. Wadya Mesir katempuh ombaking samodra kendhang kapracondhang, lebur tumpur kuwandhane wonten ing salebeting samodra Abrit. Sampaaaaaaaaaaak..

G. Tumurune Angger angger Sepuluh

Ing sapucaking gunung ana papan pinapar warata gasik waradin. Musa wus prapta ing kono, tumuli anglepas kang tlumpah sesuci amasuh dhiri tumuju ing altar suci. Dupi wus prapta satengahing altar, kadadak ana dahana kang ngupengi Musa. Sak ilanging dahana ana cahya gumana sumunar hanelahi.

Hyang Manon: Musa...Musa, ingsun nedya peparing angger angger cacah sepuluh, sabdaku kang ndak tulis ing padhas seta iki. Iki surasanen lan wartakna marang titah kang padha percaya marang Aku, supaya dadi sarana kamulyan ing donya nganti tumekaning zaman delahan.

1. Aja nyembah brahala, ngemungna nyembah marang Aku lan tresna marang Aku ngungkuli sakabehe.

2. Aja ngucapake Asmaning Pangeran Allahmu tanpa perlu.

3. Elinga anggonmu kudu muktekake dinaning Pangeran.

4. Ngurmatana bapa biyungmu.

5. Kowe aja gawe raja pati.

6. Kowe aja laku jina.

7. Kowe aja nyenyolong.

8. Kowe aja gawe paseksen goroh marang pepadhamu.

9. Kowe aja melik perkara jina, marang bojone liyan, melik bature lanang utawa wadon.

10. Kowe aja melik darbek ing liyan, apa wae wujude.

Akulah Tuhan, Allahmu,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 385

1. Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepada Ku saja, dan cintailah Aku lebih dari segala sesuatu.

2. Jangan menyebut Nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat.

3. Kuduskanlah hari Tuhan.

4. Hormatilah ibu bapamu.

5. Jangan membunuh.

6. Jangan berzinah.

7. Jangan mencuri.

8. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu.

9. Jangan mengingini istri sesamamu.

10. Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil.

Semarang, 30 September 2015

Pesta Malaikat Pelindung

Br. Frans Sugi FIC

4. Kadarmaning Dawud (Suronan Hj. Sri Mardikaningsih Suhardjo Semarang, 21 Oktober 2016)

A. KadipatenFilistin

6 6 6 6 6 6 6 6 6.

Leng leng ing dri ya mangu mangu

2 2 2 2 2 2 23.21 1

Ma – ngun - kung kan – du - han ri - mang.

1 1 1 1 1 1.65 5 2...

Lir le - na tan - pa ka - nin. O…

1 1 1 1 5

Yen tan tu - lu - sa.

1 1 1 1 1 1 1 1

A meng - ku sang Dyah u ta - ma

2 2 2 2 2 2.16 6 3...

Wu – wus - nya Sri Na - ren - dra. O….

386 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Janturan

Sang kalacakra rumambat tanpa kendhat, rinten dalu tanpa kemba mbabar mobah mosiking sagung dumadi. Ala-becik, nistha-utama, angkaramurkalanparamarta;salaminetansahdiyadineyarebutbyada temahlumadiningkahananseniseningzaman, Pundita ingkang minangka bebukaning carita?Hanenggih boten kados adeging kasenopaten ing tlatah Filistine. Sinten ta ingkang lagya lenggah, hanenggih Senopati Goliat ugi sinebut SenopatiJalut .

Sayekti nagari Filistin dadya tuk sumber jantraning jagad mosiking bawana,tuwuhingdaredahrengkaningkekadangantrahbaratasatemah ambabarpanengeraninglakunistha,madyamyangutama.

Bebasan tlatah Filistin samangke kena winastan dhoyong adile, luntur kawibawane, kucem asmane, asor drajate. Sureming ujwala kusuting cahya, karana Sang Senopati ambeg kumalungkung adol gendhung, kumawasa dupeh kuwasa, ngumbar kamelikan mamrih dhiri priyangga kang pinurih amung kaswarganing raga.

Lah sinten ta kang nedheng pinarak lenggah, nenggih Sang Senopati Goliat ya Sang Jalut . Gagah prakosa birawa tur santosa, godheg wok simbar jaja, rawisnya sakepel sisih, pasuryan mangar mangar kaya kembang wora wari, netra pendul mencorong kaya mripate singa barong, grana kaduk mungal, waja ageng mbelah kedhaton mawi siyung panjang lir srenggala. Kusika abrit yayah tembaga sinangling, otot ngarencang kenceng kumenclang, dhadha jembar sinung simbar, pundhak ngaglah. Jangga panggel sabongkoting pucang, asta gilig anteb kaya glondhongan waja, driji kinepel kepel pindha gandhen tosan, lambung kandel sinambung pocong mungal, jinagang suku kekalih mbregagah ronggah ronggah, linambaran dlamakan wiyar, driji ageng sak janggel janggel. Wulu kang tuwuh ing asta lan suku, ketingal dhiwut dhiwut pindha taru kang tuwuh ing arga, yen lumampah bandul sirah, lembeyan malang malang kaya gendhewa pinenthang. Wanci dudu wancine Sang Senopati nimbali para nayaka, sakedhab wus katon sumewa ngabyantara ing ngarsa Sang Senopati. Filmodinuskang minangka nendya mantri muka. Dupi wus padha marak, sigra sigra sang Senopati amurwa sabda.

Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans
FIC | 387
235 5 5 5 5 3.5.35.6 , Yak sa go ra ru - pa 35.32 2 2 2 2 2 12

Goliat: Reca manik jatining alam kang tinut ing jagad, he Filmodinus.

Filmodinus: Wonten dhawuh sinuwun, sajak wonten perkawis ingkang wigati dene nimbali abdi paduka pun Filmodinus.

Goliat: Mung tansah gumawang aneng pengangen angen limang tahun kepungkur, akeh senopati Filistin kang gugur aneng palagan, marga kasoran yuda karo prajurit Israel. Patih…. Rasaku getem getem, ngendhem rasa gething keburu sengit, karo bangsa Israel, dene dadi jalaran panandhanging para prajuritku, senopatiku mudhune marang kabeh kawulaku bangsa Filistin. Mula ….durung lega rasaning atiku, yen aku durung klakon males ukum miji tuwuh, ngethok gulune, motheng motheng kuwandhane, ngejur ejur bangsa Israel.

Filmodinus: Wadhuh Sang Senopati, jagad menika salaminipun menawi kawontenanipun namung wales winales, paten pinaten, mbenjang menapa tentremipun. Pramila sru panyuwun kula sampun ngantos kelantur lantur anggen paduka ngendhem raos dhuka kaliyan bangsa Israel. Kekiranganipun menapa, paduka senopati agung, berbandha berbandhu, sampun ngantos damel dhak dhakan dumadining perang gegempuran, tan wande inggih namung para kawula alit ingkang kataman panandhang.

Goliat: He Filmodinus…anggepmu apa he, kowe tak kon rene kuwi ora tak kon mejang kaya wong gerang. Nanging tak jaluki wawasan nggonku bakal nglurug perang marang Israel. Upamane kapan diwiti perang, nganggo gelar apa,

388 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC Dha sar ga – gah pi – deg – sa 235 5 5 5 35.6 Yak sa la la - ku 35.32 2 2 2 2 2 2 12 Wa – tak gem – blung ku – ma – lung kung 6 6 6 6 6 56 Gam bi ra ma nga - rah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Ngi sis si yung me tu pra ba wa 2 2 2 2 21 6. 3........ Le – sus lan pra – kem - pa Oooo ....

nggunakake prajurit pirang bregada, gamane apa wae supaya negara Israel enggal bedhah raja Saul teluk nyembah dlamakanku, Israel dadi regemaning tanganku.

Marsadhus: Kepareng munjuk atur Sang Senopati.

Goliat: Tumenggung Marsadhus kepriye eguh pratikelmu…..!

Marsadhus: Sang Senopati, wonten bebasan, sinten ingkang kuwat menika ingkang sembada misesa jagad.

Filmodinus: Adhi tumenggung, kandhamu iku mung lumadi tumraping beburon sato wana kang manggon ana satengahing alas. Dadi menawa ana janma kang nganggo paugeran mau, tegese ya ora ana bedane karo wataking kewan.

Marsadhus: Kakang Filmodinus, gumelaring kahanan ora bisa diselaki, sapa sing sentosa darbe panguwasa, sapa sing sugih bandha bisa nggawe abang ijoning lelakon.

Filmodinus: Kuwi mung tumuju marang pamareming raga, dudu kamulyaning jiwa. Coba tontonen saiki okeh wong sugih dadakan, omahe magrong magrong, titihane pirang pirang tur regane larang, rasane rak mung tansah ngangah angah, ora duwe rasa tentrem. Marga sugihe ora metu saka kringete dhewe, nyokot kana, mbrakot kene, nyatheki wong ngisor, ngathoki wong ndhuwur. Ora nggagas kiwa tengene kedhungsangan golek pangan, kontrang kantringan anggone golek gaweyan, uripe kesrakat megab megab. Wong kaya ngono kuwi senengane ngaji dhiri ben ketok kaya priyayi, ora ngertiya rasane wis dableg, mripate picek, kupinge budheg, uteke kaya watu, raine rai gedheg.

Marsadhus: O alah …. Kang, kuwi rak kandhane wong mlarat, utawa wong prustasi, entek entekane njur mendem terus goyang senggol ana ndhangdhutan, utawa njoged mleter ana Campur sarinan.

Filmodinus: Wong kaya ngono kuwi akibat wong dhuwuran kang ora migatekake marang rakyate, coba akeh kang padha ngungsi urip, marga omahe kebanjiran, kelongsoran, digusur.

Marsadhus: Kuwi rak salahe dhewe, kena banjir marga manggon ana papan kang ledhok, kelongsoran gawe omah kok ana ereng ereng gunung, digusur marga ora duwe surat resmi.

Filmodinus: Sing rata kuwi racake dheke wong sugih, pucuk gunung wis dibangun villa, sing isa duwe sertipikat ki mung wong sing lagi kuwasa.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 389

Goliat: He Filmodinus lan kowe Marsadhus, kok malah padha glenyangan sakarepe dhewe, keparat.

Filmodinus: Nyuwun pangapunten sinuwun.

Tumenggung Marsadhus: Kakang Filmodinus niku ta sing marahi, wong ora golek slamet, senengane kok malah golek prekara.

Goliat: Uwis wis, Filmodinus lan Marsadhus, dina iki wis gembleng tekatku nedya ngrangsang keprabon, mbedhah negara Israel. Mula prentahna para wira tamtama, sikep siyaganing ayuda ngluruk perang marang Israel.

Filmodinus: Nuwun inggih Sang Senopati, dhateng sendika ngestokaken dhawuh, kepareng madal pasilan.

Marsadhus: Inggih Sang Senopati, kula kinten boten sisah ngentosi pletheking surya, raja Saul sak kawulane badhe nyembah dlamakan paduka.

B. Keraton Israel

Pocapan:

Rame tindakira wadya bala saking kesatriyan Filistine ingkang kapandhegani Senopati Goliat ya Sang Jalut . Pating glero, pating glidrah, pating gadebug, klebeting bandera rontek, krincinging kendhali, kapyarsa gumriah pindha guntur kang tanpa kendhat. Nalika semana lampahing para prajurit wus ngancik laladan pagunungan dhasare surya wus tunggang ancala, marma samya yasa pakuwon kinarya palereman.

Gantya ingkang winursita ing Praja Israel ingkang dados sambeting carita. Lenggahnya Sri Nata katon rahayucahyane. Hanenggih menika gumelaring nagari Israel. Samangke nagari Israel nedheng ngancik zaman Kencana. Panjang, punjung, pasir, wukir, loh, jinawi, gemah, ripah, karta, tata lan raharjo. Panjang dawa pocapane, arum mangambar kuncaraning negara tansah dadi kembang kidunging bangsa manca.

Punjung luhur kawibawane. Ugering bebrayan urip tembayatan, samat sinamatan, daya dinayan satemah datan rinasa asor luhuring drajat, endhek dhuwuring pangkat lan sugih miskining kadonyan. Sadaya asih mring dasih, trisna mring sasama sarta tansah ngluhurake jiwa martabating bangsa bangsa saindhenging bawana.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

390 |

Pasir samodra, negara kinembong segara sugih iwak. Dadya sarana sumbering pangupa boga lan dadya lajer pusering nahkodha dagang layar.

Wukir gunung, Nuswa rukmi mahewu hewu pinangku gunung bebanjengan, tlaga lan sendhang sendhang dadya tuk sumbering toya benawi. Pinara para angileni wana sawah myang pategalan.

Loh tulus kang sarwa tinandur, bumi subur pasiten mawur apa kang tinandur sempulur, kang sinebar tangkar tumangkar kababar. Satemah hambiyet uwohe, ngrembuyung gegodhongane, nganti kaya manglung manglunga wit witane. Gemah dadya tengara rejaning praja, boten ngemungaken jroning kutha ingkang ketingal reja, sanadyan dumugining desa ngadesa minggahing pareden lan pagunungan dalan gumelar aglar wus aspal, pandam gumebyar pating kalencar, papan pamulangan lan kesarasan wus ana ing sadhengah papan.

Ripah kang sami lampah dagang tan ana kendhate candhak kulak nora ana kang kuciwa, dol tinuku lumintu nora kesluru, yayah ilining tirta narmada, labet tan ana sangsayaning dedalan. Dhasar wong sapraja padha guyup rukun tumandang karya sahiyeg saekapraya, nora ana kang laku cidra, nilar ing pranatan gawe kapitunaning liyan. Karana wus sajiwa rasa tunggal bangsa, tunggal basa lan tunggal nagara.

Karta mengku werdi ayem tentrem, nikmat mupangat, satata nitya. Awit kanthi suka lila lan legawa manut ing pranatan, tetep ing sesanggeman lan paugeran sarta tansah nindakake jejibahan suci trusing ati marang kapitayan miwah wewarahing agama luhur.

Tata racak prawarga sarwa sembada gesangira, cukup ing boga wastra, wisma lan kasarasan sarta kamulyan lan kabagyaning kulawarga. Tur tansah mekarake pambudi lan pangreka daya mrih saya pinardawa kamulyanira.

Setya bekti mring paugeraning nagara ingkang dumadi saking gemblenging bawa rasa, imbal wacana, sabdatama, sadaya tansah linandhesan adat budaya lan kapitayan. Satemah sepuh anem jalu estri wus linambaran budi luhur, budaya misuwur warisaning para leluhur.

Raharja tebih ing parangmuka, labet para bintara kang padha manggul sanjata tulus ing prasetya manteb ing darma sarta ngantebi marang sumpahing prajurit. Pasrah jiwa udhu raga muhung kinarya bebela nagara mrih tetep sembada santosa wibawa adeging nagara bumi pusaka. Sarta para nayaka benahuning

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 391

praja tetep ing sesanggeman datan ana kang lirwa ing wajib linambaran wewarah utama ing ngarsa sung tuladha ing madya mangun karsa tut wuri handayani. Lah sinten ta kang ngasta pusaraning praja Israel punika ingkang jejuluk prabu Saul ugi sinebat Prabu Talut. Narendra sarira bathara titis ing pamawas tur kasinungan kawicaksanan, tan papak ing sesami, sarwa kamot momoting driya tangeh bisa jinajakana keplasing penggalihira. Dhasar ambek adil para marta budi murah sumarambah, tur remen ngenaki tyasing sasama. Denira murba pradata linandhesan paugeran ukum lan ganjar. Sapa kang marengkang pranatan sarta karya kapitunaning nagara lan para kawula, ora nyawang sanak kadang mitra sudarma, sigra pinatrapan sapu dhendha kang jumbuh lawan dosanira. Kosok baline kang gedhe labuh labete, anjunjung drajating bangsa lan nagara, ora nyawang asor luhuring drajat, endhek dhuwuring pangkat, sigra pinaringan pakurmatan lan kanugrahan.

Sami seba para mantri wasesaning praja ingkang pinandhegan Rekyana patih Yisrofel.

Ing pagelaran jawi andher pasebane para Mantri, bupati, nayaka, wadana, ambalabar dumugi sajawining taratag nganti kaya ndhoyong ndhoyongna pacak sujining alun alun kedhesek kehing wadya kang sami sumewa.

Kagyat dupi mulat pranayaka wus katon sumewa, emut yen aneng madyaning pasewakan, marma sigra sigra sang Nata nedya amurwani micara.

(Keterangan: Hanjrah puspita arum...Iringan udhar terus suwuk, pathetanlimajugag,ginem.)

Han-jrah

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

392 | MENGENALKAN
6 6 6 6 6 6 6 6 6
ing- kang pus- pi- ta a – rum 6.12 2 2 2 2 2 2 2 1.2 6.1.65 Ka si li ring sa mi ra na mrik. 0ooo... 3 5.6 5.32 2 2.35 2.35 2 2.16 6.165 6... Se kar ga dhung ko ngas gan – da nya. Ooo... 6.12 2 2 2 2 2 2 2 12. 1... 2.16.53 5.6 5.32 Ma - weh ra-ras re-na - ning dri - ya Oo ooooo oo oo

Saul: Kakang patih Yisrofel, apa ora dadi guguping ati, sira ndak timbali?

Patih Yisrofel: Wadhuh sinuwun, wantering timbalan sajak wonten prekawis ingkang wigatos, satemah datan saranta kepengin wuninga, menggah menapa jatining karsa.

Saul: Kakang patih, rasaku rimang rangu rangu, ewuh aya ing pambudi, rinasa marakake bingung, ndak gagas sangsaya ling lung. Enering sedya ora kajantra, yen ndak luru malah saya kesluru. Anane mung nelangsa tis tis ngati kandhes mandhesing rasa trenyuh.

Patih Yisrofel: Sinuwun, kula dereng dungkap wedharing sabda, ketingal nglentara kaworan karuna, paduka ingkang sinuwun menggalih prekawis menapa…?

Saul: Patih.., kodhenging atiku awit ingsun uga ora mangerti, kena apa sajroning pengangen angen surem kaya surya ketaweng ing hima. Semune Hyang Roh Suci ora kepareng mayungi jasatku, kepara Jim priprayangan tansah nggubel rasaku. Katitik wanci ratri tan jenjem nggonku turu, yen nedheng sesuci sujud mring Gusti rasaku tansah mangrotingal. Kahanan kang ndak sandhang iki mengku surasa sing kepriye, patih...?

Patih Yisrofel: Wadhuh sinuwun jimat sesembahan kula, sanadyan pun apatik boten saged nyurasa dhumateng kawontenan ingkang sinandhang gusti kula ingkang sinuwun. Namung pandugi kula, paduka sinuwun sakelangkung katrem dhumateng jejibahan ngembat pusaraning negari, satemah boten ngemuti dhumateng sayahing sarira, lungkrahing raga. Pramila sinuwun sawetawis wekdal keparenga Gusti kula ingkang sinuwun, migatosaken dhumateng kasarasaning raga, mulyaning jiwa, kanthi srana enggar enggar penggalih. Tedhak cangkrama, mbebedhag buron wana, menapa anjangsana mulat sesawangan ingkang saged anujuprana.

Saul: Kakang patih kaya bener aturira, sakala jeneng ingsun kelingan marang mitraku si Isai kang darbe putra kang sarwa menjila. Pawarta kang ndak rungu kabeh putrane Isai kasinungan kaluwihan kang ngedab edabi ya bab kanuragan, kawiryawan, lan kadigdayan.

Patih Yisrofel: Sinuwun kabar menika boten cidra nanging kepara nyata, malah pawarta ingkang kula tampi, putranipun Isai ingkang nami Dhaud, senadyan dereng sepintena yuswanipun, nanging kawentar saged ngidung sesanti mulya,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 393

dene suraosing kidung saged nggagapi dhumateng kawontenan ingkang rinaos ganjil, kepara saged narbuka lelampahan ingkang dereng dumados.

Pocapan

Kaya antuk pituduh sejati kang anjok margining kayuwanan, penggalihe raja Saul, dupi miyarsa ature rekyana patih Yisrofel. Wauta kasaru gegering njawi, praptane nayaka Mikael ingkang gumrojog tanpa larapan.

(Keterangan: Iringan srepeg, Mikael tampil tancep di depan Yisrofel. Iringansuwuk,ginem.)

Mikael: Nyadhong duka sinuwun, kula sowan datan karana tinimbalan.

Saul: Ambeganmu melar mingkus kringetmu dleweran, ana apa Mikael, mara matura kang prasaja.

Mikael: Sinuwun ... nagari Israel sampun kinepung kinapang kapang prajurit saking Filistin ingkang pinandhegan senopati Goliat, semunipun badhe mbedhah nagari paduka.

6 6 6 6 6 6 6 6 6.

Leng leng ing dri ya mangu mangu 2 2 2 2 2 2 23.21 1

Ma – ngun - kung kan – du - han ri - mang.

1 1 1 1 1 1.65 5 2...

Lir le na tan pa ka nin. O… 1 1 1 1 5

Yen tan tu - lu - sa.

1 1 1 1 1 1 1 1

A – meng ku sang Dyah u – ta ma 2 2 2 2 2 2.16 6 3...

Wu wus - nya Sri Na - ren - dra. O….

Saul: Nyata ora mendha tekate senopati Goliat, anggone nyatru kalawan jeneng ingsun. Kakang patih, kirapna wadya sawega ing gati siyaga ing dhiri, mapagake krodhaning mungsuh.

Patih Yisrofel: Inggih sinuwun, dhateng sendika ngestokaken dhawuh.

394 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

(Keterangan:Iringansrepegperanggagal,prajuritIsraelkalahtermasuk Raja Saul kalah oleh Goliat, mengundurkan diri dan mengutus patih YisrofelmencaribantuankepadaIsai.)

C. Gara gara

Pathet Sanga Wantah ...

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Sang saya dalu araras abyor kang lintang kumedhap

2.321 1 1 1 1 1 1 6.1

Ti - ti sonya tengah we - ngi

2 2 2 2 2 2 2 2

Lumrang gandaning pus pi ta 235 5 5 5 5 5 5 3.5 1.612

Ka - renggwaning pu – dya – ni - ra. Oooo...

2 2 2 2 2 2.1 6

Sang Dwijawara mbre – nge ngeng 561 1 1 1 1 1 1 6.1

Lir swaraning madu brang = ta

2 1.2 1 1 1 1.6 5

Ma nung - sung sarining kem - bang. Ilir –ilir....

Lagu lagu dolanan:

1. Mengapa pentas di Sura

2. Visi misi (tul jaenak) Sasi Sura

3. Sinteh nunggang sepur

4. Suwe ora jamu

5. Skolah sekolah PL di Semarang

6. Kerawitan Pak Kamino

D. Adegan Madyaning Wana

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 395

Pocapan:

Sinten ta ingkang nembe lumampah ing madyaning wana wasa. Hanenggih Sang Dawud, putra wuragil saking Sang Isai. Sang abagus ketingal sungkawa ing driya amargi menggalihaken kacintrakaning para kawula alit. Kathah para kawula alit ing sadhengah papan ngraosaken rekaosing gesang. Angel pados pangupa boga kangge gesang ing saben dintenipun. Wonten kemawon bab bab ingkang anjalari para kawula alit tansaya rekaos lan awrat ing gesangipun. Paribasane entuk anggone golek dina iki wus cukup kanggo dina iki wus rinasa beja banget. Kapunggel semanten candraning para kawula alit, samangke kapireng swantene Kyai Senthir ingkang dereng kawiyos ing lesan anggennya badhe hangacarani Sang Dawud.

Senthir: Ndara kula den sang abagus, ampun banget banget nyiksa raga, awit kabeh niku lumadi manut wedharing pepesthen.

Daud: Kyai Senthir…, bener kandhamu, nanging ora saranta rasaning atiku, yen krungu sesambating para kawula, nyumurupi panandhanging para dasih, kaya disebit rontang ranting atiku kakang.

Oncor: Yen prekara wong sengsara pancen sakenggon enggon, gus mbok menawi sak niki jagate lagi gonjang ganjing.

Teplok: Lha nggih pripun niku den, reregan sundhul langit, mangka golek gaweyan tambah sulit, upama entuk gaweyan blanjane ya ora mingsra. Napa melih golek rejeki sing kalal ora angela, wong selagine sing ora kalal toh nyawa mawon angele pitung penyukur.

Upet: Lha ya kuwi kang sing nyok nyok ora adil, ngenggoni omah sak pethak wae dikuya kuya digusur, bareng eneng saudagar ngedegke pabrik ana tengah lapangan kaya ora dikapak kapakake. Ana wong nyolong gedhang saktundhun wae dicekel terus diukum, bareng nggrogoti nagara pirang pirang milyard malah minggat ya ora tertangkap.

Daud: Para Panakawan, Sabdane Sang Pamarta wiriting para resi lan brahmana tan kena wola wali, nanging kasunyatan kang gumelar kabeh mau mung lumadi marang para bebrayan, mligine para kawula cilik. Kyai Senthir, kang kasat netra mung daredah, adu panemu mburu kuncaraning dhiri priyangga, lathi lan makarti ora nyawiji. Mula Senthir tahunana, windanana aku ora bakal bali

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

396 | MENGENALKAN
(Keterangan:Iringanayakayakan,Daudtampildenganpanakawan. Iringansuwukpathetan,ginem.)

marang ngumpul para sedulur, yen durung antuk dalan kanggo nggayuh kamulyan.

(Keterangan:IringansrepegPanakawandientas,iringansesegtampil Daud ditengahgawang.TampilbeberapakaliDaudsolahsaling memandangdanmenengadahkemudianmenyatumasukkeyang pertama.Iringansrepeg,sirepterusjanturan.)

Janturan

Meleng melung pamelenging cipta, ngesthi nyawiji driya piniji, umahya kraketing jiwa babaring rasa, weninging pramana sejati, jati kajatening kayun. Pranyata Sang Abagus, wus bisa mati sajroning urip, urip sajroning pati. Risaksana duk ing mangke, kadadak Ana Garudha sagubug ranggon gedhene. Sardula sak jaran teji gedhene sarta Sarpa sak bongkoting tal gedhene. Kekablak, nubruk, nggubet sura tantaha ngrabasa mring kang lagya lelana brata.

Upama titah lumrah jalma walaka wus rojah rajeh kuwandhane. Bawane sang Dhaud wus bisa angon marang lebu wetuning bajraherawana, pramila Garudha, Sardula, saha Sarpa ical kendhang kapracondhang kenging dayanya Sang Dawud, sakala bali mring asal kamulane.

(Keterangan:Iringansampak.TampilGaruda,Sardula,Sarpamenyerang Daudtetapi tidakdilawan. Ular – Sardula - Sarpatersapuolehkayon. Iringansuwukjanturan.)

Uzriel: Kulup Daud, kita wus sembada mberat sakehing rubeda kang sesinglon aneng anggamu. Enering pangesthi, beblesing pangrasa bakal mangguh kaweningan. Nanging durung wening kang sejati.

Daud: Dhuh Jiwa mulya, kados pundi caranipun supados kula saged nggayuh wening ingkang sejati.

Uzriel: Wening iku dumadi saka pamelenging rasa tunggal, kang dumadi saka panunggaling karsa gregeting jiwa temah bisa mbabar sunar pepadhang kang sorote gumebyar hanelahi darbe daya hayom hayem katrem jenjem. Iku mujudake wantahing cahya saka Hyang Pramana Sejati ya sejatining Suksma.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 397

Dene babare sih mau ana rasa katrisnan, kasetyan lan kadarman. Trisna rasa anduweni, kasetyan iku pangurbanan, dene kadarman iku lelabuhan.

Kulup Daud, apa kang sira gayuh bebasan muspra tanpa tanja, yen ora sira darmaake kanggo kamulyaning bebrayan.

Daud: Kula nyuwun pangestu, mugi gesang kula tansah saged ngurakapi dhumateng bebrayan agung.

Uzriel: Lumintu pangestuku marang titah kang tansah, ngajab rahayu.

E. Padhepokan Isai

Swasana tidem tan ana sabawa wancine, surya gumlewang sorote sinaput mega. Samirana midit lon-lonan ngesisi sagung dumadi, temah kuwawa hamimbuhi tentreming swasana.

Lah sinten ta wau ingkang nedheng lelenggahan, tan asanes kajawi amung Janma piniji nenggih risang Isai, kaadheb para putra, nenggih Eliab, Abinabad miwah Syama kang wus katon mangarsa. Lagi eca denira samya bawarasa, kasaru praptaning Raja Saul, karya cingak kang samya marak. Mangkana pangandikane ingkang dereng kawiyos ing lesan.

1

ning jah ning ta la ga ka di la ngit

2 2

- bang tang - pas wu - lan

- -

1 1

2 12.

Isai: Yayi prabu

boten nyana boten nglegewa, dene papan kula mriki karawuhan raja Agung ing Israel. Ningali lekering wadana jaiting netra, sajak nawung dhuhkita, menika wonten menapa yayi prabu.

Adhuh kakang Isai, Israel bedhah dening Filistin, Senopati Goliat, kula boten kuwawi nandhingi kadigdayanipun, satemah kedharang dharang lampah kula dumugi mriki. Kakang….. kula nyuwun senjata pitulungan, keparenga

TOKOH WAYANG: Frans Sugi,

398 | MENGENALKAN
FIC
1
1 1 1 1 1
Jah
612
2 2 2 2
3.21.216 Mam
u
pa – ma – ni - ka OOOOO 1 1 1 1 1 1 1 1 61 2 16 53 Win - tang tul - ya ku – su - ma pan - jrah su – ma - wur. Oooo
Saul,
Saul:

ngayomi bangsa ing Israel. Selak mesakaken panandhanging para kawula, awit Senopati Goliat ingkang sakelangkung wengis, anjarah kamardikanipun, katindhes kailes, rinudapeksa kasangsaya, ngantos nilar saking wates watesing kamanungsan.

Eliab ;Bapa….kula nyuwun pangestu, badhe numpes watak angkara budi candhala ingkang sinandhang dening senopati Goliat.

Abinadab: Senadyan pun Abinabad ugi nyuwun pamit bapa, raga kula udhokaken, jiwa kula sramakaken, kangge tambel tawuring nagari.

Syama: Sampun dados patembayaning putra paduka pun Syama bapa, dereng lega raosing manah kula, menawi dereng saged motheng motheng kuwandhanipun Senopati Goliat.

Isai: Ya ya ngger, ketokna darmamu, luwarana kacintrakaning bebrayan, awit saka wengising Senopati Goliat, Dak balang puja mantra muga bisa lebda ing karya, ngger.

(Keterangan:Iringansampak,Eliab,Abinabad dan Syama pergi.Daud datangIringansuwukginem.)

Daud: Bapa….. kaka kakangku iki mau arep tindak ngendi bapa.

ISAI: Ngger Daud, kadangmu bebela praja ngrabasa mungsuh.

Daud: Aku tak melu ngewangi ya bapa.

Isai: We aja ya ngger, kowe kuwi durung wanci, dongakna wae ben sembada ngayahi karya sedulur sedulurmu.

Daud: Wah ora bapa, apa peh cah cilik ora entuk berjuang, pangestumu ya bapa, tak susule kakangku.

(Keterangan:Iringan sampak, Goliat perang melawan Eliab, Abinabad dan Syama. Namun ketiganya kalah. Daud tampil bertemu Goliat, iringansuwuk,ginem.)

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 399
Ada Ada: 2 2 2 2 2 2 2 Pa-da-ning ar-ga ka-wur-yan. 3 3 3 3 3 32 1 2.... A-na ra-re ru-bung ru bung. Ooooo

Riris aris riwis

Goliat: Ana bocah wingi sore sapa kowe, maju palagan ngapa karepmu?

Daud: Jenengku Daud, aku ora trima kowe bisa ngalahake sedulurku. Hayo aku tandhingana.

Goliat: Wi lha dalah ha ha ha ha, bayi abang arep wani karo aku, sing tok ndelke apa hem, aku wong sekti aku wong perwira.

Daud: Sanguku mung kapitayan lan iman, wong becik ketitik, wong ala wahyune mesthi bakal sirna.

Goliat: Waahhhh druhuuuuun………….!!!!

(Keterangan:Iringan sampak, Goliat perang melawan Daud. Daud terpentaljatuhtersungkur.Iringansirep,janturan.)

Dhawah plak kapidara risang Daud tan kuwawi nandhingi krodhaning raja Goliat. Antebing sedya denira nuhoni prasetya, kaya antuk sihing Hyang Roh Suci. Ana tirta marta kang netes anggane Sang Daud kang nedheng kantaka, dadya pulih bebayuning angga. Pungun pungun kaya wungu saking nendra, kaya antuk pituduhing Gusti, Daud emut jroning kanthongira ana watu item kang wus sajiwa rasa. Wus ginegem watu item, sinartan hangunjal huswa ngupadi kaweningan, weninging pramana sejati, jatining Suksmana. Kadayan purbaning Sang Pamarta, lepasing watu item, tumancep mring mustakaning Sang Senopati Goliat, lebur tumpur gugur ing madyalaga.

F. StratPrabuSaul

Saul: Kakang Isai, lan putraku Eliab, Abinabad, Syama mligine putraku Daud. Aku banget nedha nrima dene wus sembada numpes watak candhala budi angkara kang sinandhang dening Goliat sak wadya balane. Nyata Daud jejer janma piniji, kang uripe tansah bisa ngurakabi marang bebrayan agung, yen jagat

400 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC Ada ada Greget Saut Manyura Jugag 2 2 2 2 2 2 2 2 Sirat sirat sumamburat 3 3 3 3 32 1 2....
ri wis. Ooooo

akeh titah kang watake kaya Daud, bawana bakal ayem tentrem, bagya mulya. Nyata Daud tetunggul pantes dadya agul agul kang pinunjul.

Kyai Obor: Para Bendara kula sedaya, ing pungkasaning lampahan menika, keparenga kula pun Obor matur sekedhik. Mugi mugi lampahan Kadarmaning Dawud menika sageda dados berkah kangge umat ingkang sami nindakaken ziarah ing Sendang Jatiningsih mriki. Sedaya ingkang sami ateteki mesu budi saged meneng supados wening lan pungkasaning saged dunung dhumateng karsa Dalem Gusti ingkang Mahanasa. Sing apik dienggo, sing ora apik ditinggal mawon. Nuwun...nuwun...nuwun... Berkah Dalem.

Tancep Kayon

Catatan: Naskah asli oleh Blacius Subono S.Kar. M.Sn., Surakarta, 22 Desember 2003 disesuaikan dan disederhanakan oleh Br. Frans Sugi FIC Semarang, 7 Oktober 2016 Suronan di Kel. H. Sri Merdikaningsih Soehardjo

5. Kakrasana Rabi (Ibu Sartini mantu 10 Mei 2011Jln. Sartika Semarang)

6. Bedah Logo PL Don Bosko Semarang (Pesta Perak SMA PL Don Bosko 1 Februari 2011)

Janturan

Swuh rep data pitana. Papan pundi ta ingkang sampun gumelar minangka pambukaning kepyakan logo Sekolah PL Don Bosko Semarang. Hanenggih menika adeging pakempalan ing madyaning papan waradin ing pawiyatan PL Don Bosko Semarang. Ing wekdal sakmangke nembe wonten parepatan warga ageng PL Don Bosko, lan para tamu undangan sutresna.

Kalebet pundi ta pawiyatan wau? Sekolah PL Don Bosko mapan wonten ing Jalan Sultan Agung 133, tlatah Semarang Kidul. Pawiyatan PL Don Bosko kagula wenthah dening Yayasan Pangudi Luhur. YPL menika dados piranti ingkang dipun gunakaken Kongregasi Bruder bruder FIC anggenipun sami

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 401

leladi masyarakat/bebrayan agung awujud sekolah sekolah wiwit saking

TK/SD/SMP/SMA/SMK lan SLB.

Lah sinten ta ingkang nembe sami makempal wonten wekdal sakmenika. Sang Kepada Sekolah, minangka pangarsane SMA PL Don Bosko, kekasih Br. A. Giwal Santoso FIC. Ing samangke nembe nampi rawuhipun para pepundhen agung saking Maastricht, Welandi: Pastor Ludovicus Rutten lan Br. Bernardus Hoecken. Trapsila Pangarsane SMA PL Don Bosko anggenipun ngaturaken panembrama sang tamu agung kekalih. Mangkana pangandikanira ingkang dereng kawiyos ing lisan.

3 3 3 3 3 3 23

Dyan sem - bah ni-reng u - lun;

235 5 5 5 5 5 35 5 6 53 5.32

Ka pur ba ri sang mur beng rat. Ooooo… 6 6 6 616 5. 656 35.32 2 2 2 2 12

Sa - ha - na - ning - kang Ooo… ka - nang sih - ing da –sih.

3 56 6 5 5 53 2

Ma- weh bo - ga sa we gung. 2.35 2.35 2 2 21 61.65 6……..

Ma - sih ring de lah - an Oooo… 2 2 2 2 2 2 2 12 1 2.1 56 5.32.

Hyang ka-nang ma-mu-jeng ha - ri Oooooo…..

Raras...

235 5 5 5 5 3.5.35.6 ,

Ra ras kang a – leng gah

35.32 2 2 2 2 12

Neng kur si kang se ke ca.

235 5 5 5 5 35.6

Su mo rot cah ya nya...

35.32 2 2 2 2 12

Sang lo – go Don Bos – ko 6 6 6 6 6 6 56

402 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Gu – me lar ha – nga – bek – ki 1 1 1 1 1 1

Kang sa mya su me wa 2 2 2 2 2 21 6. 3........

Gi – wal ar – sa ngan – di – ka. Oooo ....

Kasek: Pastor Rutten lan Br. Bernardus Hoecken, katuran pisegahan panakrami rawuhipun wonten SMA PL Don Bosko.

Rutten & Bernardus: Iya, aku sakeloron ora ana alangan sawiji apa. Pangestuku wae tampanana Br. Giwal. Sira lan brayat agung SMA PL Don Bosko uga padha widada ta?

Kasek: Inggih amargi berkah pangestunipun Paduka kekalih, kula lan byarat ageng SMA PL Don Bosko boten manggih alangan setunggal menapa. Bernardus: Sak banjure ana wigati apa, sira nimbali aku kekarone prapta ing Semarang?

6 6 6 6 6 6 6 6 6

Han-jrah ing - kang pus - pi – ta – a - rum

6.12 2 2 2 2 2 2 2 1.2 6.1.65

Ka si li ring sa mi ra na mrik. 0ooo... 3 5.6 5.32 2 2.35 2.35 2 2.16 6.165 6...

Se - kar ga - dhung ko - ngas gan – da - nya Ooo...

6.12 2 2 2 2 2 2 2 12. 1... 2.16.53 5.6 5.32

Ma weh ra ras re na ning dri ya Oo ooooo oo oo

Kasek: Inggih Paduka sarimbit, mila kula aturi rawuh wonten ing SMA PL Don Bosko. Sepisan, saperlu anyekseni anggen kula badhe mbabar sejatining logo

Sekolah PL Don Bosko. Ingkang angka kalih Paduka sarimbit kula aturi anyekseni ugi bilih ing wekdal mirunggan menika, kula lan brayat ageng SMA PL Don Bosko hamengeti 25 taun madegipun SMA PL Don Bosko; Pesta Perak. Rutten: Becik, mula enggal cekat ceket adanana acara iki.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 403

6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Sigra karyawan guru kang tumingal,

2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 myang pra murid sadarum.

2 2 2 2 2 2 1 6. 3...

Sa mya nga byan ta ra. Ooooo...

Pocapan...

Mangkana, dereng saestu kawiwitan anggenipun sami imbal wacana kasaru sowanira Markus Subagya, para guru, karyawan lan murid.

6 6 6 6 6 6 6 6 6

Han jrah ing kang pus pi – ta – a rum

6.12 2 2 2 2 2 2 2 1.2 6.1.65

Ka - si li - ring sa mi ra - na mrik. 0ooo...

3 5.6 5.32 2 2.35 2.35 2 2.16 6.165 6...

Se - kar ga - dhung ko - ngas gan – da - nya Ooo...

6.12 2 2 2 2 2 2 2 12. 1... 2.16.53 5.6 5.32

Ma weh ra ras re na ning dri ya Oo ooooo oo oo

Rutten & Bernardus: Iki sapa ingkang padha sowan? Pada nganggo pangagem seragam.

Kasek: Inggih kasinggihan. Menika para dwija (guru), karyawan, lan para murid SMA PL Don Bosko ingkang sami sowan. Sedaya menika sami badhe miterang jarwanipun logo SMA PL Don Bosko ingkang enggal menika.

Bernardus: Weweweee...pakarti lan kekarepan kang becik banget. Mara enggal wiwitana, aku uga bakal melu midhangetake kanthi permati.

Kasek: Para kadang dwija, karyawan, lan para murid muridku kabeh. Supaya dadi cetha tegese logo sekolahe dhewe ini, mara enggal padha takona. Aku bakal njarwakake sak gaduk gadukku.

Bu Dyan: Logo menika koq warni warni rupinipun. Jene (kuning), biru, abrit. Kula ntuwun pirsa, menapa dunungipun kuning lan biru?

Kasek: Kuning mralambangake tindak lan patrap kaluhuran lan katresnan. Ing kene Allahing katresnan yaiku Hyang Roh Suci kang maringi pepadhang marang awake dhewe kabeh.

404 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Dene rupa biru ateges katresnan, percaya dhiri pribadi, lila legawa, seneng paring dana. Ing logo iki, biru mralambangake Ibu Maria. Maria iku ingkang dadi pangayomane Kongregasi Bruder bruder FIC lan YPL.

Sapta Maya: Kula murid SMA PL Don Bosko kelas 2. Menapa tegesipun abrit Der?

Kasek: Abang iku mralambangake pepinginan, patrap wani, kebak semangat, penuh energi. Mula dadi warga SMA PL Don Bosko aja nglokro, kudu penuh semangat lan greged anggone padha nindakake kewajiban. Guru aja mung padha udat udut, omonge gedhe nggedebus anggegirisi, nanging ora ana tanjane. Karyawan aja mung padha ndhelak ndhelik turu mojok ing gudhang. Murid aja mung padha begadhang wae, lali kewajibane yaiku sinau sing taberi lan sregep. Jumani: Kula Agus Jumani. Der! Lha tegesipun salib niku napa?

Kasek: Keslametan kang kudu lan wis sakmesthine diwartaake dening kebeh warga SMA PL Don Bosko. Mula kowe kabeh kudu padha nggawa keslametan. Contone sing cetha: satpam nyabrangake wong kang butuh arep nyabrang dalan, mligine ing ngarep gapura SMA kae rak rame banget ta. Ya kabeh wae, ora kena lan ora becik yen pilih pilih. Dadi satpam kudu sigrak! Ora dadi satpam koq malah mung dhodhak dhodhok utawa ngapurancang nyekeli eblek penyeberangan. Wis tahu koq aku arep nyabrang nalika bali saka kantor YPL, amarga rame nunggu suwi ya ora ana sing ngadeg!

Kiyoto: Kula Kiyoto, tenaga pelaksana. Huruf PL tegese napa Der?

Kasek: Pangudi Luhur, wong kang nggoleki kang luhur, nggoleki bab sing apik: ngajab rahayu. Mlebu dadi warga SMA PL Don Bosko kudu dadi luwih becik, aja malah dadi bubrah. Kudu wani berjuang karana Hyang Roh Suci, ora mung ngendelake kekuwatane manungsa sawantah.

Kiyoto: PL niku kula kinten gambar pacul! Gambare niku rak memper pacul kula niki ta? Poniyati: Kula Poniyati, wakil saking TK Don Bosko... layar menapa tegese Der?

Kasek: Layar iku kanggo nylametake mlakune kapal ing samodra. Kapal layar tanpa layar ora bakal bisa apa apa. Lakune bakal mbebayani. Gampang kerem katempuh ing bebaya. Ing kene ngemu teges yen sekolah PL Don Bosko iku siap mengarungi zaman. Kudu tansah mbudi daya kepriye supaya tansah bisa maju.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 405

Siap berlomba lan wani sarta siap bersaing. Aja mandheg mbegegeg kaya kebo kelemon awake. Anane mung pijer njeram njerum. Tangi esuk tansah aras arasen, tekane ing sekolah telat. Nganti di SP Kasek...

Subagya: Bunderan tegese menapa Der?

Kasek: Iki ngemu teges yen pendidikan ing sekolah PL Don Bosko kuwi wutuh (holistik). Ora dipisah pisahake. Pinter sacara komplit: cipta, rasa, karsa, lan agama. Pribadi sing diarep arep pribadi kang gembleng. Warga agung sekolah PL Don Bosko kudu dadi wong kang mumpuni sakabehe. Sugiyanto: Kula Bagya, Der. Guru senior! Tambah setunggal Der. Semboyan Clean and on time! Tegesipun kudu resikan lan disiplin. Ora ana rereged, sampah aja nganti mbleder ing ngendi endi. Tegesan mbleder kana kene. Mula aja padha udud ana ing laladan SMA PL Don Bosko. Syukurlah bila mampu menjadikan kawasan PL Don Bosko jadi kawasan bebas rokok!

Andika: Saya Andika Der. Ini mau unjuk kebolehan bareng bareng nggih. Saya sudah mengaransemen lagu Visi Misi SMA PL Don Bosko. Gaya Tul Jaenak!

MenyanyikanlaguVisi–Misibergantian(refrenbersama-samayang hadir).Kuplet kuplet dening Ibu Endang lan Ibu Ana. Gantian karo kakunge Pak Ernanda lan Pak Hari Sucahyo. Bernardus: Secara keseluruhan makna logo diterangi oleh Roh Kudus, dan dalam perlindungan Maria, keluarga besar sekolah PL Don Bosko mengikuti Yesus Kristus, dengan setia mewartakan karya keselamatan Tuhan, dan berani mengarungi tantangan arus zaman, memberikan pelayanan pendidikan yang holistik, dengan mengedepankan kualitas, akuntabilitas, kredibilitas, clean and on time!!!

Kasek: Wus paripurna apa kang bakal dak jarwaake kanthi teliti lan cetha gegayutan karo logo Sekolah Pangudi Luhur Don Bosko. Mula ayo enggal enggal padha nerusake acara pahargyan lan tirakatan kanggo ngalap berkah ing wengi iki. Isih ana pagelaran wayang kulit purwa kang bakal katindakake dening dalang Ki Bambang Suwarno saka Solo Hadiningrat. Kabeh wae aja pdha bali yen durung tancep kayon.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

406 |
Tamat ... 7. Brajadenta - Brajamusti

A. Glagahtinunu

Swuh rep data pitana. Minangka kinarya pambukaning carita labet kesatriyan Glagahtinunu lagya kinayoman ing bathara. Mapan wonten madyaning nusa kinepung jaladri, yen katinon saking mandrawa katingal menjila pindhane bahita sinempyok ombaking samodra. Lamun mulat uruting cakrawala, katingal lamat lamat lariking guwa tinebing jurang ingkang sinaba peksi lawet pating cruwet haluru mangsa. Kapunggel semanten candraning kesatriyan Glagahtinunu. Sinten ta ingkang jumeneng nata ing mriku? Anenggih taksih tedhak turunnya narendra gora jejuluk Prabu Kala Trembuku kekasih Raden Brajadhenta Raden Brajadhenta ageng panguwasanira: dhasar birawa, digdaya nanging angkara murka. Apa kang kinersaaken kudu kasembadan. Dedeg ronggah gagah prakosa, godheg wok simbar jaja, rawisnya pinalintir sak janggel agengira. Kusika abrit lir tembaga sinangling, netra pendul wimba ketel, idepnya hanguler geni. Grana mungal yayah canthiking palwa, lathi kandel tutuk menga, waja ageng pinasah belah kedhaton. Jatha modot pindha pedhang linigan temah dadya hanggegirisi wedanane sang Brajadhenta. Lah sinten ta punika ingkang kepareng caket ngabyantara ing ngarsa nata? Tetela nenggih para kadang braja. Raden Brajamusthi, kadherekaken Raden Kalabendana ingkang samya sowan. Boten kantun punakawan Ki Lurah Togog lan Bilung. Ing nalika semana Raden Brajadhenta nembe raos sungkawa amargi menggalihaken sebab menapa negari Pringgadani saged dhawah lumintir dhateng Raden Gatutkaca, putranipun kusumaning Ayu Dewi Arimbi. Sasampunipun satata lenggah nulya arsa ngendika sora. Mangkana sabdaning Sang Braja ingkang dereng kawiyosing lesan.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 407
235 5 5 5 5 3.5.35.6 , Yak – sa go – ra ru - pa 35.32 2 2 2 2 2 12 Ri se dheng Bra ja dhen ta 235 5 5 5 35.6 Yak – sa la – la ku 35.32 2 2 2 2 12 Kan mal wa leng ing - kang 6 6 6 6 6 56

Brajadhenta: Aku kepingin mandireng pribadi, dadi ratu gung binathara ing Pringgadani. Aku ora narimakake yen Kesatriyan Pringgadani iki dadi jegjegane si Gatutkaca. Aku jejuluk Prabu Suryabirawa. Miturut hukum, aku kang duwe hak ngratoni Pringgodani.

Brajamusthi: Ora kena mbalela kaya mangkono. Para pepundhen wis maringake kanggo putraku Gatutkaca, ya putrane kakang mbok Arimbi. Bilung: Kepareng matur juragane. Rikala perang ageng antawisipun Prabu Arimba mengsah Raden Werkudara, Arimba kawon. Nah hak dados ratu dhawah teng Werkudara. Gandheng Werkudara berbudi luhur boten kersa dados ratu. Warisan diparingake dhateng Arimbi. Arimbi duwe anak lanang Gatutkaca. Sah sah mawon Pringgodani dihaki Gatutkaca.

Brajamusthi: Awake dhewe mono rak wis tuwa, kari ndedonga kanggo kang isih muda.

Kalabendana: (suara pelat tidak jelas) Pancen ya bener, apa kang dadi ucape kakang Brajamusthi. Mbakyu Arimbi sing duwe hak. Duweke hak diparingake marang anak lanang. Jan wis pas banget ta Kang? Tenin kuwi kang. Aku sarujuk.

Brajadhenta: Apa meneh kowe Kalabendana, omonganmu wae ora cetha. Kowe buta cubluk. Muniya kaya manuk bethet utawa manyar sewu muni bareng, ora bakal ndak rewes. Aku kang pantes dadi narendra ing Pringgadani. Amarga aku sing mijil kakung. Tetep Pringgodani arep dak jaluk.

Brajamusthi: Aku duta pamungkas kang kudu bisa ngrampungi gawe.

Brajadhenta: Ayo golek papan jembar kanggo adu atosing balung wuleting kulit.

Brajamusthi: Dak ladeni kakang Brajadhenta.

B. Strat Perang Brajadhenta - Brajamusthi

408 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC Gam – bi – ra ma – nga rah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Ngi sis si yung me - tu pra ba -wa 2 2 2 2 21 6. 3........ Le – sus lan pra – kem pa . (LangsungHongtiti...)Oooo ....

rame antarane Brajadhenta

Brajamusthi, datan ana kang kalah).

Kalabendana Gatutkaca

Kalabendana: Gatut, aku karo Kakang Brajamusthi wis klakon ketemu Kakang Brajadhenta. Wis rembugan apik apik. Welinge Mbakyu Arimbi wis disampekna. Kakang Brajadhenta ora gelem nampa. Ora sarujuk yen Gatut dadi ratu Pringgodani. Awit rumangsane sing duwe hak kuwi Brajadhenta. Anak lanang tuwa.

Gatutkaca: Menawi makaten kula ingkang ndadosaken dredah antawisipun padha kadang braja. Menawi makaten langkung prayogi kula boten dados narendra ugi boten menapa. Badhe kula pisah paman kula kekalih anggenipun bandayuda.

(Perang tetep rame antawisipun Brajadhenta lan Brajamusthi. Waspada ing paningal Raden Brajadhenta yen Raden Gatutkaca ngambah dirgantara badhe nimbrung ing paprangan sabiyantu Raden Brajamusthi. Raden Brajadhenta ngetok kekiyatan lan saged oncat saking regemanipun Raden Bramusthi. Mlajar nggeblas Raden Brajadhenta lan datan waspada dhawah wonten ing madyaning mbel. Raden Gatutkaca ingkang pirsa bilih ingkang Paman Brajadhenta kacemplung ing madyaning mbel, dhawah nggeblak kantaka sahengga dados royongan lan kaasta kondur dhateng Pringgodani dening Raden Brajamusthi lan Raden Kalabendana).

Tikbasara

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 409 6 6 6 6 6 6 6 6 6 Si gra ba la kang tu mi ngal 2 2 2 2 2 2 2 3.21 A-cam-puh sa-mya nge-dal-i, 2 2 2 2 2 2 2 2.16 6 3... Lir tha thit wi le ting gan da, Oooo… (Perang
lan
C. Strat
D. Alas
6 6 6 6 6 6 6 6 Ka gyat ri sang ka pi ra ngu 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 Ri-nang-kul ki-nem-pit kem - pit

Dhuh sang ret na ning

na. Oooo..

Premoni: Sasuwene aku ninggalake Pasetran Gandalumayit ngambah ing antariksa iki sisih lor kulon kok ana semburat cahya kang biru. Ana apa iki coba ndak prepegane. (Brajadhenta dipun usadani dening Bethari Premoni lan saged waluya temah jati, lan saged uwal saking madyaning mbel).

Premoni: Lho iki Brajadhenta, ana wigati apa koq ana ing madyaning mbel?

Brajadhenta: Kula nembe pancakara mengsah dhimas Brajamusthi ingkang mbelani Gatutkaca. Kula ingkang gadhah kekancingan dados ratu ing Pringgodani.

Durna: Leres Sang Bethari. Pancenipun ingkang kagungan hak waris menika Raden Brajadhenta, boten Arimbi. Arimbi wong wedok niku boten gadhah hak napa napa. Pramila kedah damel cara lan rekadaya supados saged kelampahan angger Brajadhenta dados ratu. Kejawi dados ratu ugi saged mejahi pun Gatutkaca.

Premoni: Kepriye Durna mungguh kang dadi iguh pertikelmu?

Durna: Brajadhentadipun dandosi gantos salaga supados ngemperi Gatutkaca. Brajadhenta mlebet ing taman negari Ngastina, nggonjak Dewi Banowati. Kurawa supados nyepeng Gatutkaca, temtu kemawon sedaya boten wonten ingkang saged ngendhih Gatutkaca menika. Ngestina geger, anak Prabu Duryudana duka. Kula badhe sowan dhateng Amarta. Kula ingkang badhe maeka supados para Pandhawa sedaya duka, langkung langkung Werkudara temtu badhe tegel dhateng Gatutkaca. Werkudara niku murid kula.

Sengkuni: Wah, ampuh tenan kakang Durna. Kaya kaya ora bakal kedenangan sapa wae. Ahli politik kelas wahid uga ora bakal bisa batang cangkriman iki. Durna: Yakin Dhi Cuni. Durna tahun 2015 beda karo tahun 28.

E. Gara-gara Petruk nembang Suwe ora jejamu... Panakawan ndherekaken Raden Janaka sowan dhateng Amarta.

F. Pandhawa

Frans Sugi,

410 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC 2 2 2 2 2 2 2 16 3...
ba wa

Puntadewa: Kaka Prabu Dwarawati, pramila kula aturi rawuh ing Ngamarta amargi wonten rembag ingkang wigatos. Yayi Sedewa sampun matur bilih kaka Prabu Duryudana boten kersa rawuh dhateng Pringgodani saperlu. Ugi pun Gatutkaca nembe nandhang roga.

Kresna: Gatutkaca sakit, temtu wonten sebab musababipun.

Werkudara: Jlitheng kakangku, ayo cepet diwaluyaake. Mesakake Gatutkaca lara.

Kresna: Dhimas Werkudara, sing sabar. Lakon iki ibarate isih ketutupan ron salamba.

Werkudara: Apa kuwi ron salamba. Ora susah nganggo tembung sanepa. Tembang wantah wae ora padha ngerti.

Kresna: Dimas Werkudara, dewa durung marengake lelakon iki kabuka. (praptanya Begawan Durna)

Durna: Gatutkaca wantun nggonjak Kusumaning Ayu Dewi Banowati. Anak prabu Duryudana sanget sedhih duhkita, amargi rumaos dipun kilani dening Gatutkaca. Motha motha ingkang raka Dewi Banowati. Atase anak Werkudara kok ngawur tumindake. Apa ora tahu diwulang wuruk bab kabecikan pa. Menawi kula ingkang gadhah anak ooh sampun kula kudang, menawi perlu kula cempalani. Ngisin isini duwe anak mursal. Malah saged kula pejahi, ilang ilangan endhog siji.

(Werkudara dados duka kabranang lan mlajar saking pendhapi Ngamarta, badhe merjaya Gatutkaca)

Durna: Sampun ngger Puntadewa, kula nyuwun pamit wangsul dhateng Ngastina.

Kresna: Yayi Janaka, ayo metu ing alun alun.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN
| 411
G. Strat Alun-alun Werkudara >< Kresna 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 . Bi - ma pal gu - na wruh se kar - ing to - ya Bu– ta Pan– dha–wa ta –ta ga – ti wi– sa –ya. 3 3 3 3 3 3 3 2 1 . 2.......... Nalika nggebyur sa- mo dra // Oooo.... In– dri–yak–sa sa – ra ma – ru –ta//Oooo...

Kresna: Werkudara arep menyang ngendi?

Werkudara: Mateni Gatutkaca sing mirang mirangake wong tuwa. Sapa sing ora nesu krungu ngendikane Durna bapakku. Coba yen Samba, anakmu, sing diomongake kaya ngono mau. Apa kowe ya meneng wae?

Kresna: Uwong bakal mutusi ukuman kudu ana telung perkara: bukti, seksi, ngakoni.

Werkudara: Buktine ana ngoyak oyak lan motha motha Banowati, seksine para Kurawa.

Kresna: Ngakoni apa ora? Upama ngakoni uga perlu diteliti apa sebab sebabe tumindak kaya mangkono? Bisa marga ora ngerti yen kuwi bojone liyan; njarak pancen golek mungsuh; kepeksa marga dikongkon; rekayasa marga dipaeka wong liya. Mula dadi satriya kudu tansah eling marang janji kesatriyane: 1. Manembah marang Gusti kang akarya jagad, 2. Nggatekake marang sapadha padhaning tumitah; 3. Nggemblengake kekadangan; 4. Rembug bareng musyawarah; 5 ngupayake marang keadilan kang warata kanggo kabeh tumitah. Werkudara: Kresna ora susah kakehn tembung, pokoke sing enom kudu kalah lan sing tuwa kudu menang.

Kresna: Kresna karo Werkudara sapa sing luwih tuwa? Werkudara: Ya wis aku kalah. Terus piye lakon iki ben cepet rampung. Kresna: Ayo bareng lumarap ing Pringgodani.

H. Pringgodani

G. Perang Brubuh

Bi

Nalika

Baka: Demang Ijrapa

noman

waspadakake kowe wus nganthi

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

412 | MENGENALKAN
Bima ><Baka... 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 .
ma pal gu na wruh se kar ing to ya Bu ta Pan dha wa ta ta ga ti wi sa ya. 3 3 3 3 3 3 3 2 1 . 2..........
nggebyur sa mo dra // Oooo.... In dri yak sa sa ra ma ru ta// Oooo...
kang sowan. Yen dak
nom
kang bakal dadi panganku yaa?

Ijrapa: Inggih Sang Yaksendra. Pramila leres, menka bekakak caosan dhahar saking kademangan Giri Liman sampun cumawis. Malah kaleres menika sampun kula BUMBONI, supados Paduka Sang Yaksendra ngraosaken ecanipun dhahar. Bumbunipun mawarni warni: mestaka rica rica; dhadha menthokipun thengkleng; dhengkul lan suku gule; sampilipun semur bumbu Bali...

Baka: Hoaehhh, Ijrapa koq kowe apik banget. Ya dak trima banget kabecikanmu. Kowe njaluk bebana apa supaya bisa kanggo seneng seneng karo anak bojomu...

Ijrapa: Kula sampun kacekapan samudayanipun, boten kirang setunggal menapa sinuwun.

Baka: Ayooo, bocah anom, saiki metu njaba lan metu ing blabar kawat golek papan kang bawera, supaya aku bisa mangan kanthi kepenak...

Baka: Kowe wis mantep dadi panganku?

Bima: Mantep banget. Aku wis dibumboni karo demang Ijrapa. Wus enggal panganen.

Baka: Wuaah tiwas kebenaran banget. Dak gegulung dadi marai wareg aku. Gempiii awakmu wong gagah...

Bima: Ora bisa nguntal aku, kowe sing dak sudhet wadhukmu, mbrodhol ususmu.

Pocapan:

Lah ing ka nata wau. Rame anggennya sami pancakara, bandawala pati antawisipun Raden Bratasena mengsah Prabu Baka. Dangu dangu Prabu Himbaka kaseser yudanira, saha saged karingkes dening Dyan Bratasena. Cekat ceket Dyan Bratasena, Prabu Baka kasudhet pusaka kuku pancanaka. Telas tulisnya Prabu Baka, sirna marga layu njrebabah ndhepani pratala.

Dirgamurti lan Kalasaraya: Raden Bratasena, kula abdi dalem ing Ekacakra sowan.

Bratasena: Kowe arep bela pati? Majua ndak untapke nyawamu sisan.

Dirgamurti lan Kalasaraya: Boten Raden. Kula badhe matur nuwun sanget amargi panjenengan ingkang saged ngluwari para kawula saking cengkeremaning

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 413

Prabu Baka ingkang dak sia sia. Kula nyuwun kanthi adreng Raden Bratasena kersaa jumeneng nata wonten ing Ekacakra.

Bratasena: Ora, aku ora gelem dadi ratu. Wus saiki Ekacakra tatanen lan ing tiba wektune anakna pilihan kanthi demokratis, sapa kang pantes lan bisa dadi ratu ing Ekacakra. Gawenen tatanan anyar kang bisa gawe mulyaning para kawula kabeh. (Aku tak njoged kanggo tandha syukurku marang kang Akarya Jagad).

H. Pendhawa ; Ijrapa, Raden Rawan

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Mu lat ma ra Sang Har ju na hes mu ni ra ka ma nung san.

Jah ning yah ning ta la ga ka ki la ngit. 6.12 2 2 2 2 2 2

Ka-sre-pan ting-kah-ing mung-suh. (LangsungBakangendika) Oooo…

Mam bang te paswu lan u pa ma ne ka.Oooo....

Kunthi: Resi Ijrapa, Raden Rawan, apa dene para putraku Pandhawa. Kaya kaya wus rampung lakon iki. Prabu Bakayaksa kang angkara lan deksura wus tekan ing pralaya. Ayo saiki padha ngaturake panuwun marang Gusti kang akarya jagad, kang wus paring kanugrahan marang para kawula ing Giri Liman. Ijrapa: Inggih Gusti Ayu. Mila kasinggihan, namung sak derengipun katindakaken, keparenga kula badhe matur, mugi mugi sineksenana para bendara kula sedaya. Gandheng para Pandhawa ingkang saged maringi pitulungan lan ngluwari brayat kula lan para kawula ing Giri Liman saking bebaya pejah, pramila kula prasetya ing benjing dumugi perang Baratayuda Jaya Binangun, kula sagah dados tumbal utawi tawuring para Pandhawa. Raden Rawan: Kula semanten ugi makaten prasetya kula dhateng para Pandhawa.

Semar: Lha, lha, lha...ngoten niki bebrayan utawi gesang sesarengan. Sami tresna tinresnan kadang setunggal lan setunggalipun. Tulung tinulung, sami nyanggi bot repoting gesang bebrayan ing masyarakat. Semar tumut ndedonga, mugi mugi lampahan Bima Bumbu menika dados tumuruning wahyu

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

414 | MENGENALKAN
3.21.2.16

kagem Brayat Agung Yayasan Pangudi Luhur lan Kongregasi FIC mliginipun, kagem para rawuh umumipun.

Semarang,

Oktober

Sugi,

9. Wahyu Makutha Rama

A. Jejer Ngastina

Swuh rep data pitana anenggih negari pundi ta ingkang kaeka adi dasa purwa. Eka sawiji, adi linuwih, dasa sepuluh, purwa wiwitan. Ingkang minangka bebukaning carita lah punika Negari Hastina, ya negara ing Gajah Oya, Liman Benawi, ya ing Kurujanggala. Mila winastan negara Hastina duking uni tilas kedhatoning Sang Prabu Hastimurti. Mila winastan Gajah Oya kang yasa Prabu Gajah Oya.

Yen ngupaya satus tan antuk kalih, sewu tan jangkep sedasa. Ora mokal lamun minangka bebukaning carita. Dhasar negara panjang, punjung, pasir, wukir, gemah ripah, loh jinawi, karta, tata raharja. Panjang dawa pocapane, punjung luhur kawibawane. Pasir samodra, wukir gunung. Pranyata Negari Hastina ngungkurake pagunungan ngeringaken bengawan, nengenaken pasabinan, ngayunaken bandaran ageng.

Loh subur kang sarwa tinandur, jinawi murah kang sarwa tinuku. Karta para kawula ing padhusunan nungkul pangolahing tetanen, ingon ingon kebo, sapi, pitik, iwen tan ana kang cinancangan, rahina aglar ing pangonan lamun bengi teka bali marang kandhange dhewe dhewe. Raharja tegese tebih parangmuka karana para mantri bupati wicaksana limpating kawruh tan kendhat denya ambudi daya kaluhuraning sri narapati. Marmaning Negara Ngastina jeneng anempuh bebasan gedhe obore padhang jagade, dhuwur kukuse, adoh kuncarane. Ora ngemungake kanan kiring kewala, senadyan ing praja maha praja kathah ingkang samya tumungkul datan sarana linawan bandayuda, amung kayungyung poyane kautaman. Bebasan ingkang celak manglung ingkang tebih mentiyung, asok bulu bekti, glondhong pengareng areng, peni peni raja peni, guru bakal guru dadi. Wenang den ucapna jejuluke sang nata ajejuluk maha Prabu Duryudana, ya Prabu Suyudana, Kurupati, Jakapitana, Jayapitana, Gendari Suta, ya Sang Destrarastra Atmaja.

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 415 katentreman
Nuwun nuwun...
16
2012 Frans
FIC

Narendra berbandha berbandhu. Berbandha tegese numpuk brana picis, bebasan sakperteloning jagad kesugihane prabu Duryudana. Berbandhu tegese sugih sedulur. Nanging ana cacating sawetara denya kirang ngudi mring reh tata krami. Apa ta tandhane kadang satus kang samya ngugung ing sak karsanira, pramila keladuk denya duwe watak semungah sesongaran anggadhahi ambeg adigang adigung ngendelaken dumeh kadang nata gung binathara. Yen ta ginunggunga wiyare jajahan miwah luhuring kaprabon saratri tan ana pedhote. Sinigeg pinunggel kang murweng kawi. Nuju ari sajuga sang nata tedhak siniwaka ing setinggil binatu rata lenggah ing dhampar dhenta ingkang pinalipit kancana, pinatik nawa retna, linamekan babut prang wedani, sinebaran sari sari ginanda wida jebat kasturi. Sirna kamanungsane yayah Sang Hyang Prabancana hangejawantah. Rep sidem premanem, tan ana sabawane walang awisik, gegodhongan tan ana ebah, samirana datan lumampah. Sinten ta ingkang kepareng ngayun, patih wasesaning negara Ngastina, kapernah paman dening sang nata, satriya ing Plasa Jenar nenggih Rekyana Patih Harya Sengkuni, ya Raden Patih Harya Suman. Dene ingkang anjajari lenggah kapara ngarsa tuhu punika pandhita ing Sokalima peparab Resi Durna, Dhahywang Kumbayana, ya peparab Baratwajaputra. Ingkang mancorong prabane kaya lintang rina, tuhu menika narendra ing Ngawangga ingkang ajejeluk Prabu Karno Basusena, Bismantaka, Talidarma. Ing wekdal samangke Sang nata nembe sekeling panggalih amargi nampi wasita wara bilih jawata badhe nurunaken Nugroho sinebat Pakem Makuta Rama. Inggih wahyuning kanarendran. Dupi wus katingal sumewa adoh ing ngawe celak rinaketaken ingkang paman ing kepatihan. Teka mangkana pangudyasmaraning driya sang Prabu Duryudana ingkang dereng kawios ing lesan.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

416 | MENGENALKAN
3 3 3 3 3 3 23 Dyan sem - bah ni-reng u - lun; 235 5 5 5 5 5 35 5 6 53 5.32 Ka pur ba ri sang mur beng rat. Ooooo… 6 6 6 616 5. 656 35.32 2 2 2 2 12 Sa ha na ning kang Ooo… ka nang sih ing da sih 3 56 6 5 5 53 2 Ma- weh bo - ga sa we gung 2.35 2.35 2 2 21 61.65 6…….. Ma sih ring de – lah an Oooo…

2

Hyang ka nang ma

Ada-ada Girisa

235 5 5 5 5

jeng

Ra ras kang a leng gah

35.32 2

Neng dham

par ken

5 5 5

Su mo rot pra

Lir Ba

6

Gu me - lar ha

1

Kang sa

mya

2 2 2

Ngan ti wi jil ing kang. Oooo

Duryudana: Paman, banget panarima manira. Pakenira ngaturake sih sutresnanira marang praja. Mung bae ora ana jajahan kang bangkang saka tetekeman. Kabeh wus padha sayuk sumuyut marang Praja Ngastina. Mulane Paman manira piji mangarsa bakal ingsun ajak imbal wacana. Kejaba amung Paman ingkang wenang mbabadi kang rungkut, ngobori ing pepeteng, hangejum kumbala kang ruwet.

Sengkuni: Kawula nuwun, saged kula hamung ngenget enget dhawuh timbalan dalem Sang Padukendra.

Duryudana: Paman harya enggih. Paran pawartane para kawula ing Ngastina?

Apa padha pinaringan karaharjan?

Sengkuni: Nuwun inggih sinuwun. Kawontenan para wadya bala, saha para kawula, boten wonten ingkang kekirangan setunggal menapa, boten wonten ingkang sami pasulayan. Sedaya sami sayuk, rukun, sa hiyek sa eka kapti, denira hangangkat karyaning praja. Sanadyan para kawula ing padusunan, ugi sami

Frans Sugi, FIC

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
| 417 2
2 2 2 2 2 12 1 2.1 56 5.32.
mu
ha ri. Oooooo…..
3.5.35.6 ,
2 2 2 12
– ca - na 235
5 35.6
ba nya... 35.32 2 2 2 2 12
– tha – ra In – dra 6
6 6 6 6 56
nga bek - ki 1
1 1 1 1
su – me -wa 2
21 6. 3........
....

pinaringan karaharjan. Tulus ingkang sarwa tinandur. Raja kaya saya hangreba, ingkang tinumbas mirah. Kawula nuwun.

Duryudana: Syukur sewu jumurung Paman, yen para kawula kabeh padha karaharjan. Nuwun mangke ta Bapa Pandhita ing Sokalima. Kula aturi majeng anggen jengandika lenggah, badhe kula jateni wigatosing pasewakan.

Durna: Oo...kula noknoon. Kawula nuwun inggih sendika Sinuwuuun.

Han jrah ing kang pus pi ta a rum

6.12 2 2 2 2 2 2 2 1.2 6.1.65

Ka - si – li - ring sa –mi – ra - na mrik. 0ooo... 3 5.6 5.32 2 2.35 2.35 2 2.16 6.165 6...

Se kar ga dhung ko ngas gan da nya. Ooo... 6.12 2 2 2 2 2 2 2 12. 1... 2.16.53 5.6 5.32

Ma - weh ra-ras re-na - ning dri - ya Oo ooooo oo oo

Duryudana: Milanipun Bapa Durna kula piji mangarsa, boten sanes ingkang kula rembag hamung wasitaning Jawata, ingkang kula tampi ing salebeting pasupenan. Wekdal menika Jawata ngandhapaken Wahyuning Kraton dumunung ing pucaking wukir Suwelagiri, inggih ing pertapan Kutharunggu. Ing mriku wonten pandhita kaelokaning Jawata wewisik Begawan Kesawasidi. Piyambakipun kepareng hambabaraken pakemipun Prabu Rama Wijaya duk ing nguni. Ujaring wasita, para narendra, para senopati, para satriya ingkang saged nampeni wedharing Pakem wau badhe saged hanurunaken Darah Ratu Pakuningrat.

Durna: Kula ugi nampi wasita wara kados angger Prabu Duryudana, datan geseh beda saklimah kemawon.

Duryudana: Kula badhe madosi piyambak.

Durna: Utusan rumiyin kangge nyataaken, leres menapa boten. Menawi sampun cetha wela wela jan wonten, nembe Sang Padukendra nindaki rawuh ing Kutharunggu.

Duryudana: Sinten kautus Bapa?

Durna: Anak Prabu ing Ngawangga. Kondhang dados bebanthenging senopati, digdaya. Titi, ing pamicara; titis ing reh boten badhe nguciwani. Sampun saged ngrampungi damel. Lulusan Domenico Savio Semarang ta?

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

418 | MENGENALKAN
6 6 6 6 6 6 6 6 6

Duryudana: Kados pundi kaka Adipati Ngawangga menggah bab tumuruning Wahyu Kraton? Kula sampun sarujuk menawi Kaka Adipati ingkang nyalirani nyataaken dhateng Pertapan Kutharunggu? Mangkih menawi sampun kapara nyata, kula badhe lumampah piyambak, minggah ing Kutharunggu nyuwun tumuruning ponang wahyu..

Karna: Yayi Duryudana kula badhe ngestoaken menapa ingkang dados dhawuh lan kersanipun Yayi Kurupati? Benjing menapa kula saged bidhal? Ugi menapa kepareng hambeta kanthi?

Duryudana: Kakang Adipati enggeh kula lilani bidhal dinten menika. Saha kula kantheni Paman Harya Suman, miwah para kadang Sata Kurawa.

Karna: Yayi, kula nyuwun raharjaning lampah saha sageda kasembadan ing sedya. Bapa Pandhita ing Sokalima, kula nyuwun pamit.

Durna: Inggih ngger, kula namung ndherekaken basukining lampah, saha sageda kasembadan ing karsa.

Duryudana: Paman Sengkuni metuwa njaba ndhawuhana marang anak anak ira handherekake tindake Kaka Adipati marang Kutharunggu.

Sengkuni: Inggih ngger, kula nyuwun pamit, nyuwun pangestu, raharja ing lampah.

Duryudana: Bapa Pandhita Durna, mangga kula kanthi kondur hangedhaton pepanggihan kaliyan putra jengandika Ni Mbok Ratu.

Durna: Nuwun inggih Sinuwun. Kesesa lampah kula badhe mantuk dhateng Sokalima, njujug ing sanggar pamelengan. Kula nyuwun sih ing bathara sageda kasembadan kersanipun ingkang Sinuwun.

Lah ing kana ta wau. Wus titi pangandikane Srinata ing Ngastina dhumateng Pandhita ing Sokalima, saha Sang Mahamantri Muka. Sang nata laju jengkar hangedhaton. Srinata jumeneng saking palenggahan dhampar denta. Horeg para mantri bupati samya kurmat kondure Srinata. Bebasan piyakngarsa tangkep ing wuri. Maneka warna busanane.

.

10. Mustaka Weni Bambang Priyambada

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 419

MENGENALKAN

A. Manimantaka (Bumiloka, Mustaka Weni, Dendha Yaksa, Dendha Pati, Dendha Murti) gending Jatikumara

Swuh rep data pitana.

Minangka kinarya pambukaning carita labet negari Manimantaka lagya kinayoman ing bathara. Mapan wonten madyaning nusa kinepung jaladri tinon saking mandrawa katingal menjila pindhane bahita sinempyok ombaking samodra. Lamun mulat uruting cakrawala, katingal lamat lamat lariking guwa tinebing jurang ingkang sinaba peksi lawet pating cruwet haluru mangsa.

Kapunggel semanten candraning negari Manimantaka. Sinten ta ingkang jumeneng nata ing negari Manimantaka? Anenggih narendra gora jejuluk Prabu Bumiloka.

Prabu Bumiloka ageng panguwasanira: dhasar birawa, digdaya nanging angkara murka. Apa kang kinersaaken kudu kasembadan. Dedeg ronggah gagah prakosa, godheg wok simbar jaja, rawisnya pinalintir sak janggel agengira. Kusika abrit lir tembaga sinangling, netra pendul wimba ketel, idepnya hanguler geni. Grana mungal yayah canthiking palwa, lathi kandel tutuk menga, waja ageng pinasah belah kedhaton. Jatha modot pindha pedhang linigan temah dadya hanggegirisi wedanane sang Nata Prabu Bumiloka.

Lah sinten ta punika ingkang kepareng caket ngabyantara ing ngarsa nata? Tetela nenggih kadang taruna sinara wedi kusumaning ayu DewiMustakaWeni . Datan kantun pasebanira DendhaPati , DendhaMurti .

Ing nalika semana Prabu Bumiloka kagungan karsa badhe mboyong serat Jamus Kalimasada. Sasampunipun satata lenggah nulya arsa ngendika sora. Mangkana sabdaning Sang Nata ingkang dereng kawiyosing lesan.

420 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC
235 5 5 5 5 3.5.35.6 , Yak sa go ra ru - pa 35.32 2 2 2 2 12 Ri se – dheng na – ren dra 235 5 5 5 35.6 Yak sa la la - ku 35.32 2 2 2 2 12 Kan mal wa leng ing kang 6 6 6 6 6 56 Gam – bi – ra ma – nga - rah 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Bumiloka: Paman patih Yaksa Dendha marmane sira adoh ndak awe cedhak saya ndak raketake. Awit ana peranganing bab sing kudu dak rembug karo sira Paman.

Patih: Kaluhuran dhawuh paduka anak Prabu. Perkawis negari ingkang mapan wonten pundi. Kula kinten negari Manimantaka menika sampun ayom ayem tentrem. Negari sampun boten kekirangan menapa menapa.

Bumiloka: Paman ingsun kepingin dadi ratune para ratu. Ngratoni wong sak jagad. Jebul kuwi mung mandheg ana ing angen angen. Banjur ingsun nyuwun wangsite jawata, apa kang dadi pangajabku bisa kasembadan, yen ingsun bisa nduweni pusaka yaitu jimat Jamus Kalimasada. Kira kira donya iki sing duwe jimat Kalimasada sapa ya Tih?

Patih: Sak ngertosipun ingkang abdi ing kepatihan, narendra Ngamarta Prabu Puntadewa.

Bumiloka: Patih, aja wedi kangelan. Jaluken Jamus Kalimasada. Sarana aris luwih becik, perang ingsun ya gelem. Bisa cara alus, yen ora bisa ya cara kasar. Patih: Eeeeeeeee cecak nguntal gendheng. Menapa panjenengan boten ngertos utawi mireng kondhaninging para Pandhawa. Narendra gung binathara, nadyan boten nate perang nanging boten wonten ratu ingkang wantun dangak wonten ing ngajengipin. Napa malih negari Manimantaka alit, sepinten kekiyatanipun. Dipun lerem utawi dipun jugaraken kemawon ingkang dados krenteg Paduka Sinuwun!

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 421 Ngi – sis si – yung me tu pra – ba wa 2 2 2 2 21 6. 3........ Le sus lan pra kem - pa Oooo ....
6 6 6 6 6 6 6 6 6. Leng leng - ing dri - ya mangu mangu 2 2 2 2 2 2 23.21 1 Ma – ngun - kung kan – du - han ri - mang. 1 1 1 1 1 1.65 5 2... Lir le - na tan - pa ka - nin. O… 1 1 1 1 5 Yen tan tu - lu - sa.

Mustakaweni: Kaka Prabu nyuwun pangapunten, nyela atur. Mbok bilih wonten negari Manimantaka menika, boten wonten pawongan ingkang sagah nyidra Jamus Kalimasada, kula pun Mustakaweni sagah minangka dados dhadhaning kewuh, nyidra Jamus Kalimasada. Bumiloka: Baguuus yayi Dewi. Mara engggal budhala aja kesuwen. Cidranen Jamus Kalimasada.. Paman Patih, Dendha, Murti, Dendha Pati, aja pada wedi kangelan, dherekna lan awat awatana gusti putrimu Mustakaweni. Patih lsp.: Sendika dhawuh Sinuwun. Ingkang abdi kepareng nyuwun pamit medal pasilan ndherekaken tindakipun gusti putri.

B. Strat Mustakaweni (ngudarasa)

Aku koq dadi saguh nggoleki Jamus Kalimasada. Kekuwatane para satriya Pandhawa aku ora ngerti. Lha reka daya apa, supaya aku bisa mlebu ana ing Ngamarta kanthi kasil apik tur gampang. Perkara iki bakal ndak pasrahake marang eyang begawan Kalapujangga. Eyang begawan, kula ingkang sowan bapa badhe nyuwun senjata pitulung...

C. Pertapan Argatumelung (Guwadumung): Kalapujangga, Mustakaweni.

Mustakaweni: Rama begawan, kula nyuwun pejah kemawon. Kalapujangga: Lho lho, ana apa Mustakaweni koq teka teka tawan tawan tangis. Ana perkara ya dirembug, diudhari pikire.

422 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC 1 1 1 1 1 1 1 1 A meng ku sang Dyah u ta ma 2 2 2 2 2 2.16 6 3... Wu – wus - nya Sri Na - ren - dra. O….
6 6 6 6 6 6 6 6 Ka-gyat ri-sang ka-pi-ra-ngu 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 Ri nang kul ki nem pit kem pit 2 2 2 2 2 2 2 16 3... Dhuh sang ret na ning ba wa na. Oooo..

Mustakaweni: Bapa begawan, Kula menika gadhah jejibahan ingkang saklangkung awrat. Kula menika dipun utus ndhusta Jimat Jamus Kalimasada ing Ngamarta. Nanging kula boten saged nindakaken. Perkawis menika Rama Begawan ingkang saged ngreka daya amrih lelampahan menika saged kalampahan.

Kalapujangga: Saben saben ana gaweyan abot utawa angel, koq dipasrahake pun bapa. Ya, wus ora apa apa, bot bote duwe putu. Paribasane anak polah bapa kepradah. Ayo dak dandani dadi putra Jodhipati, Raden Gatutkaca. (lelucon suara putri...)

Mustakaweni: Supados boten kadenangan bilih kula menika Mustakaweni, kula kedah matur kados pundi dhumateng para Pandhawa?

Kalapujangga: Puntadewa (uwa prabu), Werkudara (rama), Janaka (paman), Nakula Sedewa (paman kembar) Drupadi (uwa Dewi).

Mustakaweni: Sampun trewaca bapa, Mustakaweni nyuwun pamit badhe nindakaken jejibahan.

Kalapujangga: Mustakaweni sing ngati ati lakumu, duga prayoga digawa sangu.

D. Strat Patih lan Tumenggung budhalan... 6 6 6 6 6 6 6 6

Si gra ba la kang tu mi ngal 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1

A – cam puh sa – mya nge - da - li 2 2 2 2 2 2 2 16 3...

Lir tha – thit wi – led – ing gan da. Oooo..

Patih Yaksa Dendha: Bocah tumenggang lan bala rucah denawa kabeh. Aku ora miji siji siji. Kabeh wae padha rungokna. Sinuwun Bumiloka paring dhawuh yen awake dhewe kudu ngawat awati tindake gustimu putri Dewi Mustakaweni kang bakal tindak menyang Ngamarta saperlu ndhustha Jimat Jamus Kalimasada. Mula aja padha wedi kangelan padha budhala dina iki.

Tumenggung Dendha Pati: Inggih gusti patih. Ingkag abdi namung ndherek kersanipun.

Patih: Ayoooooooooooo budhalan....

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 423

E. Strat Anoman (ngudarasa)

Yen ndak sawang sawang saka pertapan Kendalisada, sagedhagan iki praja Ngamarta kuwi pasemone kaya badra irawan (badra: rembulan; irawan: mendhung) kaya rembulan katutupan mendhung. Katon surem cahyane Praja Ngamarta. Koq rasa ora kepenak ana ing jroning atine Anoman. Coba ndak sowan pepundhenku Pandahawa. Bok menawa ana bab kang wigati.

F. Budhalan Anoman >< Bala Rucah Manimantaka ...bala kalah.

G. Strat Perang (Gatutkaca, Srikandi)

6 6 6 6 6 6 6 6

Tan samar pamoring suksma

2 2 2 2 2 2 3 2 1

Sinuksmaya winahya ing a - se - pi

2 2 2 2 2 16 3...

Sinimpen telenging kalbu. Oooo..

Gatutkaca: Iki sapa nututi lan menggak utawa ngalang alangi kang dadi lakuku. Wanodya nanging sajake satriya.

Srikandi: Gatutkaca? Kowe ora aneh aneh?

Gatutkaca: Aku ora tepung karo kowe.

Srikandi: Aku Wara Srikandi, garwa Madukara. We lha cetha banget yen kowe duratmnaka kang ndhusta Jimat Jamus Kalimasada saka astane kakang bok Waradrupadi.

Gatutkaca: Iya dhasar nyata. Srikandi arep apa?

Srikandi: Jamus Kalimasada dak jaluk.

Gatutkaca: Ora entuk. Le maling we angel angel koq arep dijaluk. Srikandi: Kelakon ketiban tangan pecah mestakamu Gatutkaca. Gatutkaca: Tibakna legane atiku. Dak ladeni Swrikandi. (Srikandi keseser, dijemparing badhar Mustakaweni. Perang dioncati).

Gara-gara...

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

424 | MENGENALKAN
H.

I. Strat Priyambada, Panakawan

Priyambada: Siwa Semar pangandikane kanjeng eyang Wijaya Kalpa lan kanjeng ibu Palupi ing pertapan Glagahwangi, aku iki putrane Raden Janaka, satriya ing Madukara. Kepriye siwa supaya Raden Janaka kersa ngakoni yen aku iki putrane.

Semar: Gus, dados putra tedhak turunipun Ngamarta menika awrat, saestu boten gampil. Dika pingin dados putra Madukara, paduka kedah ageng lelabuhane tumrap Negari Ngamarta.

6 6 6 6 6 6 6 6

Tan samar pamoring suksma

2 2 2 2 2 2 3 2 1

Sinuksmaya winahya ing a - se - pi 2 2 2 2 2 16 3...

Sinimpen telenging kalbu. Oooo..

Priyambada: Siwa Semar aku dherekna lumarap ana ing praja Ngamarta bakal ngawuh awuhi suderma.

Semar: Nggih gus mangga bidhal.

J. Madukara (Arjuna, Srikandi, Priyambada, Panakawan)

Arjuna: Ana apa Srikandi mlayu mlayu. Sandhanganmu pating srempleh ora tumata, awut awutan. Srikandi: Kedrawasan pengeran, Jamus Kalimasada kacidra dening duratmaka. Arjuna: Maling aguna sapa lan saka ngendi wani wani ndhusta Jamus Kalimasada?

Srikandi: Dewi Mustakaweni kadangipun taruna Prabu Bumiloka narendra ing Manimantaka. Saged mlebet taman Ngamarta kanthi sesinglon pun Gatutkaca. Kula sumanggaaken wonten ngarsanipun kanjeng Pengeran Janaka. (Praptane Bambang Priyambada kadherekaken Panakawan...) Janaka: Iki ana bocah bagus kang didherekake para Panakawan, katon bocah saka gunung. Kowe sapa?

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 425

Priyambada: Nuwun sewu Gusti. Kula Bambang Priyambada saking pertapan Glagahwangi. Eyang begawan Jayawikalpa ngendikaaken bilih suderma ingkang ngukir jawa raga kula menika Raden Janaka, satriya ing Madukara, inggih pamadyaning Pandhawa. Sowan kula badhe ngawuh awuhi suderma.

Janaka: Priyambada kowe bisa ngaku suderma marang Arjuna yen kowe ngatonke lelabuhanmu. Awit wektu saiki Jimat Kalimasada, dicidra duratmaka saka negara Manimantaka, dewi Mustakaweni. Yen kowe bisa ngaturake baline Jimat Kalimasada, kowe bakal dak anggep dadi Putra Madukara.

Priyambada: Siwa Semar, kepriye mungguh bebana iki?

Semar: Eeeeeee disaguhi, kudu disaguhi. Pancen abot ajeng dadi mantune Pak JAMARI. Kudu dilakoni.

Priyambada: Nyuwun pamit lan tambahing pangestu kula badhe madosi Jamus Kalimasada.

Janaka: Sing ngati ati lan dak pangestoni Priyambada.

K. Strat Mustakaweni - Priyambada

Mustakaweni: Ana satriya bagus. Sapa aranmu lan saka ngendi?

Priyambada: Aku Bambang Priyambada saka Madukara. Aku srayane para Pandhawa kang kadhawuhan ngupadi Jamus Kalimasada. Kowe sapa gadis mungil tur nyathis lambemu?

Mustakaweni: Aku dewi Mustakaweni, kadang taruna kakang Prabu Bumiloka saka negara Manimantaka.

Priyambada: Kebeneran banget Mustakaweni. Kowe sing ndhustha Kalimasada. Jamus Kalimasada dak jaluk. Ayo enggal balekna.

Mustakaweni: Koq le nggujit le nyolong wae angel angel koq arep dijaluk ngono wae. Wong direwangi malih lan operasi jender uga. Ora entuk lan ora bakal dak ulungake.

Priyambada: Yen ora diulungake apa klakon dak prawasa.

Mustakaweni: Sak karepmu Priyambada, dak ladeni apa kang dadi karepmu. (Bambang Priyambada rumaos kaseser yudanipun. Mustakaweni dipun jemparing dening Bambang Priyambada dhawah kecemplung ing blumbang, telanjang bulat wuda tanpa busana).

Mustakaweni: Aja cedhak cedhak karo aku wong elek. Yen Bambang

Priyambada sing cedhak ya ora papa.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

426 | MENGENALKAN

Petruk: Wah ternyata saru juga ya. Porno itu namanya. Mangga sakersane den baguse badhe dipun menapakaken.

Priyambada: Ayo entekna budimu Mustakaweni.

Mustakaweni: Raden, aku wus tobat. Aku tulungana, entasna saka blumbang. Wus katisen.

Priyambada: Aku gelem nulungi yen Jamus Kalimasada dak jaluk.

Mustakaweni: Iya wis ta Jamus Kalimasada dak balekake. Raden malah aku koq kepingin suwita marang Raden Priyambada?

Priyambada: Siwa Semar, kepriye penjaluke Mustakaweni. Apa dilegani. Semar: Inggih dipun tampi mawon, namung urusan wingking kangge seneng seneng.

Priyambada: Iya dak legani apa kang dadi penjalukmu. Ayo saiki aku dherekna kondur marang Ngamarta ngaturake Jimat Jamus Kalimasada.

Mustakaweni: Matur sembuh sewu nuwun Raden, mangga kula dherekaken.

L. Strat Bumiloka

Bumiloka: Togog, ana apa mlayu mlayu ngos ngosan?

Togog: Ingkang rayi Dewi Mustakaweni sampun pikantuk damel, ndhusta pusaka Ngamarta Jimat Jamus Kalimasada. Nanging ndadosna kawuningan ingkang rayi kabujung dening Bambang Priyambada, putra Madukara. Perang tandhing lan kawon. Malah ingkang rayi Mustakaweni kepencut lan pingin dipun daup kaliyan Bambang Priyambada.

Bumiloka: Hooohohoho.. ora patut banget. Para Pendhawa, pethukna Prabu Bumiloka. Klakon dak obrak abrik dadi karang abang negara Ngamarta.

M. Perang Brubuh

Bala rucah kalah oleh Gatutkaca.

Bumiloka manjing wonten epek epeke Sang Bima nambahi kasantosanipun Dyan Bratasena.

N. Perkawinan - Penerimaan Priyambada sebagai putra Arjuna.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 427

Puntadewa: Dhimas Werkudara, yayi Arjuna, Kembar. Jamus Kalimasada wus bisa bali marang gedhong pusaka. Ayo padha ngaturake puja puji syukur marang jawata kang murbeng dumadi karana rampunge lelakon iki.

Semar: Kula badhe matur sekedhik wonten ing pungkasaning lampahan menika. Mugi mugi lampahan menika saged dados panglipur kagem para pamiyarsa. Kagem temanten kekalih saged dadosa tepa palupi ing gesang bebrayan. Semar namung saged tumut nyenyuwun mugi mugi brayat enggal ing mriki saged dados brayat sekinah. Setya tuhu satunggal lan setunggalipun ngantos kaken kaken lan inen inen. Nuwun...nuwun...nuwun...

Semarang, 12 Juni 2012 , Kel. Sabari mantu Palir, Kedungpane

11. Wahyu Widayat

(Selapanan Kel. F.X. Suroko, 5 Januari 2013)

1. Dwarawati (Kresna, Setyaki, Udawa, Gatutkaca)

Swuh rep data pitana

Hanenggih negari pundita ingkang kaeka adi dasa purwa. Eka marang sawiji, adi linuwih, dasa sepuluh, purwa marang kawitan. Sanadyan kathah titahing Jawata ingkang kasongan hakasa, kaapit ing samodra, kasangga ing bantala, kathah ingkang sami hanggana raras. Nanging boten kadi negari Dwarawati. Mila kinarya bebuka ngupaya negari satus datan antuk kalih, sewu datan jangkep sedasa. Dhasar negari panjang punjung pasir wukir loh jinawi, gemah ripah karta raharja. Panjang dawa pocapane, punjung luhur kawibawane. Pasir samodra, wukir gunung, dene negari ngungkuraken pagunungan, nengenaken benawi, ngeringaken pasabinan, ngayunaken bandaran ageng. Loh, tulus kang sarwi tinandur, jinawi: murah kang sarwa tinuku. Gemah, kang laku dagang layar rahinten dalu datan ana pedhote, labet tan ana sangsayaning dedalan. Ripah, jalma manca kang samya bebadra sajroning praja angraos jejel pipit, aben tritis tepung cukit wismanira. Papan wiyar katingal rupak, awit saking gemah raharjaning praja. Karta, para kawula ing padhusunan samya ayem tentrem, nungkul marang pangolahing tetanen. Ingon ingon raja kaya, pitik iwen datan ana kang cinancangan. Yen awan aglar ing pangonan, wanci sonten mulih marang kandhange dhewe dhewe.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

428 | MENGENALKAN

Raharja, tebih ing parangmuka, dene para mantri bupati samya kontap kautamane, wicaksana limpad ing kawruh, putus ing pangolahing praja, tansah ngudi wewah kaluhuraning negari, miwah raharjaning para kawula.

Tuhu Negari Dwarawati, kena winastan negari ingkang gedhe obore, padhang jagade, dhuwur kukuse, jero tancebe, adoh kuncarane. Marma kathah para raja myang narpati ingkang samya nungkul, datan karana ginebaging perang pupuh, sayekti kaungkulan pambeganing Sang Prabu.

Bebasan kang celak samya manglung kang tebih samya mantiyung. Saben hari antara mangsa, samya atur bulu bekti, glondhong pengareng areng, peni peni raja peni, guru bakal guru dadi, minangka tandha panungkul. Negari Dwarawati katingal ageng lan agung, katingal ayom saha ayem.

Pinunggel kang grumpaka basa, lah sinten ta ingkang hanyakrawati ing Negari Dwaraka? Wenang den ucapna dasanamanira. Jejuluk Prabu Sri Bathara Kresna, Harimurti, Narayana, Danardana, Patmanaba inggih jejuluk Prabu Wisnumurti. Pramila jejuluk Prabu Sri Bathara Kresna labet cemani kusiknira, trus mbalung sungsum tumekeng ludiranira. Ugi ing nguni nunggak semi asmane narendra ingkang ngrenggani negari Dwarawati jejuluk Prabu Yudha Kala Kresna. Yen ayam, ayam cemani kena kinarya sarana, nadyanta Prabu Kresna uga dadya sarana, jayaning Pandhawa ing tembe perang Baratayuda.

Padmanaba dadya wadhahing sekar Wijaya Kusuma. Tanaya Wasudewa yekti atmajane Prabu Basudewa. Harimurti labet wenang hangagem makutha kadewatan. Ing nalika semana Sang Nata miyos siniwaka aneng pendhapa agung praja Dwarawati, lenggah dhampar kencana pinatik mutyara linebur sinungging ukiran peksi kang arsa nggegana. Sesemek babut permadani sinebaran sari sari, ganda wida jebat kasturi. Lah sinten ta ingkang kepareng caket pasebanira ing ngarsa nata. Pisowanipun kadang mudha Swalabumi inggih saking Lesanpura, kaprenah kadang ipe klayan sang nata kekasih Raden Setyaki, Singamulangjaya, Tambakyuda, Wresniwira inggih sang Bima Kunthing. Suwiteng Narpati kinarya manggala dadya dhadhaning kewuh, wenang ngembat watang hangayun gumbala ruwet, kinarya agul aguling bebeteng negari Dwarawati. Raden Setyaki hangungkuraken lenggahnya wrangka dalem Dwarawati saking kepatihan Widarakandhang hanenggih Patih Udawa. Dangu dereng wonten tengara bendhe dhawuhing sabda, katungka horeg ing pasewakan mulat sowannya Raden Gatutkaca, ingkang minggah stinggil Dwarawati myak kang samya seba. Dereng sakantawis dangu Sang Nata Dwaraka arsa paring pangandika.

WAYANG: Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH
FIC | 429

3 3 3 3 3 3 23

Dyan sem - bah ni-reng u - lun; 235 5 5 5 5 5 35 5 6 53 5.32

Ka pur ba ri sang mur beng rat. Ooooo… 6 6 6 616 5. 656 35.32 2 2 2 2 12

Sa - ha - na - ning - kang Ooo… ka - nang sih - ing dasih

3 56 6 5 5 53 2

Ma- weh bo - ga sa we gung 2.35 2.35 2 2 21 61.65 6……..

Ma sih ring de – lah an Oooo…

2 2 2 2 2 2 2 12 1 2.1 56 5.32.

Hyang ka-nang ma-mu-jeng ha - ri Oooooo…..

Ada-adaGirisa

235 5 5 5 5 3.5.35.6 ,

Ra - ras kang a leng - gah 35.32 2 2 2 2 12

Neng dham par ken ca - na 235 5 5 5 5 35.6

Su – mo – rot pra – ba – nya... 35.32 2 2 2 2 12

Lir Ba tha ra In dra

6 6 6 6 6 6 56

Gu – me - lar ha – nga – bek - ki 1 1 1 1 1 1

Kang sa mya su me wa

2 2 2 2 21 6. 3........

Ngan – ti wi – jil ing – kang. Oooo ....

430 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Kresna: Iwang suksma mangadi linuwih hong bawana langgeng. Kaki Prabu sajak njanur gunung jeneng sira sowan pun wa ana ing Praja Dwarawati. Padha slamet sak praptamu.

Gatutkaca : Inggih wa berkah pangestunipun kanjeng wa Prabu boten manggih alangan setunggal menapa sowanipun ingkang putra pun Gatutkaca. Sembah bekti kula mugi konjuk Wa.

Kresna : Kacanegara iya dak tampa. Pangestune pun wa kebak tampanana.

Gatutkaca : Inggih wa kula tampi asta kekalih mugi mugi dadosa jimat paripih.

Setyaki : Anak Mas Pringgodani wilujeng rawuhipun wonten Dwarawati.

Gatutkaca : Inggih Paman, boten manggih alangan setunggal menapa. Bekti kula katur.

Udawa : Anak Mas Pringgodani wilujeng rawuhipun wonten Dwarawati.

Gatutkaca : Inggih Wa Udawa, boten manggih alangan setunggal menapa. Bekti kula katur.

Kresna: Kaki Prabu, pancen ora luput saka panggraitane alam lan suwasana. Prenjak padha ngganter, jago padha tarung iku minangka pratandha utawa pralampita yen Dwarawati bakal katekanan tamu. Jebul prunanku Gatutkaca ingkang sowan, sajak hamengku gati. Mara Kacanegara daya daya enggal matura apa wigatimu sowan.

6 6 6 6 6 6 6 6 6

Han-jrah ing - kang pus - pi – ta – a - rum

6.12 2 2 2 2 2 2 2 1.2 6.1.65

Ka si – li ring sa –mi – ra na mrik. 0ooo...

3 5.6 5.32 2 2.35 2.35 2 2.16 6.165 6...

Se - kar ga - dhung ko - ngas gan da - nya Ooo...

6.12 2 2 2 2 2 2 2 12. 1... 2.16.53 5.6 5.32

Ma weh ra ras re na ning dri ya Oo ooooo oo oo

Gatutkaca : Inggih wa sowanipun ingkang putra wonten tigang perkawis, inggih menika: setunggal tuwi katentremaning praja Dwarawati ingkang sampun sarwa edi peni. Kathah papan pangibadah wonten ing pundi pundi. Para kawula sami sayuk rukun tansah tentrem.

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 431

Kaping kalih, badhe nggembulaken tembung alam oneng. Alam menika tembung lami, oneng menika kangen. Sampun sawetawis dangu kula boten sowan saha catur netra kanthi merdika.

Lajeng tri wigatinipun sowan kula wa, kula dipun utus para pepundhen Pandhawa supados nyarawidekaken kendranipun knjeng rama Werkudara ing Jodhipati. Kondhanging jagad kekiyatanipun Pandhawa menika mapan wonten kanjeng rama Werkudara.

Kresna : Gatutkaca, jeneng sira aja kuwatir, mara pun wa bakal dongeng marang sira. Perang gedhe ing arcapada kuwi ana 4 cacahe, yaiku siji kasebut perang Pamukswa yaiku perange narendra Ngastina Prabu Pandhu Dewanata mungsuh narendra Pringgandani Prabu Trembuku. Kuwi klebu perang gedhe marga ana narendra kang gugur ana madyaning rananggana. Kang nomor loro, perang Guntara Yuwana . Yaiku tandhinge Begawan Ciptoning mungsuh Prabu Niwutakawaca. Kang kaping telu perang Gujali Suta , yaiku perange bapa karo atmaja. Kuwi kabeh wis kelakon. Mung Bratayuda Jayabinangun kang durung dumadi. Sanadyan Pandhawa sedina ilang kaping pitu paribasane, sak durunge Baratayuda Jayabinangun dumadi, bisa diarep arep baline utawa timbule.

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

432 | MENGENALKAN
6 6 6 6 6 6 6 6 6. Leng leng - ing dri - ya mangu - mangu 2 2 2 2 2 2 23.21 1 Ma – ngun - kung kan – du - han ri - mang. 1 1 1 1 1 1.65 5 2... Lir le - na tan - pa ka - nin. O… 1 1 1 1 5 Yen tan tu lu sa. 1 1 1 1 1 1 1 1 A – meng - ku sang Dyah u – ta - ma 2 2 2 2 2 2.16 6 3... Wu – wus nya Sri Na ren dra. O….

Eca wawan pangandika Sang nata Dwarawati dalah ingkang putra Raden Gatutkaca, kadadak praptane narendra utusan saking negari Tanjunganom. Ngrepepeh lampah tindakira.

Kresna: Kisanak, ingkang nembe kemawon rawuh, paduka menika narendra saking pundi lan sinten jejuluk paduka?

Dewa Angkara : Kula menika prabu Dewa Angkara saking negari Ngejung Parang. Dene sowan kula menika dipun utus gusti kula Prabu Jayamurcita saking negari Tanjung Anom.

Kresna : Inggih makaten. Dados panjenengan menika raja telukan?

Dewa Angkara : Sanes. Kjula menika rikala semanten kawon anggen kula perang, lajeng kula ndherek suwita ing Tanjung Anom.

Kresna : Lha menika menawi ing mriki naminipun raja telukan utawi raja reh rehan raja sanes ingkang langkung kiyat. Lajeng wonten kersa menapa rawuh?

Dewa Angkara : Sak derengipun matur ingkang kathah kathah, kula badhe nyuwun pirsa, menapa leres mriki menika negari Dwarawati, saha Prabu Bethara Kresna ingkang jumeneng nata?

Kresna : Inggih kaleresan, mila menika Negari Dwarawati. Boten wonten jangkep kalih, inggih kula menika Bathara Kresna ingkang jumeneng nata wonten ing Dwarawati.

Dewa Angkara : Wah menawi makaten, kula boten klentu sowan wonten negari Dwarawati lan saged pinanggih aben ajeng kaliyan sinuwun Prabu Bathara Kresna.

Kresna : Lajeng wonten kersa menapa kedharang dharang tindak dhateng Dwarawati?

Dewa Angkara : Kepareng matur sinuwun. Negari Plongkowati sakmenika nembe ketaman bebaya pageblug. Kathah sesakit lan kathah lelayon ingkang tumanduk dhateng para kawula. Enjing sakit sonten pejah, sonten sakit enjing kepara tiwas. Wangsiting dewa ingkang saged mbrastha pageblug, injih menika pusaka Dwarawati kyai Cakra Baskara. Waleh waleh menapa sowan kula namung badhe nyuwun ngampil senjata Cakra. Upami kanjeng sinuwun ngersakaken bebana utawi lintu awujud menapa kemawon, kula saged minangkani. Mangga kula aturi paring pangandika.

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 433

Kresna: Sang Prabu, sae sanget panjenengan sampun paring seserepan warni warni bab bandha donya ingkang tanpa upami kathahipun saking Negari

Tanjung Anom. Wekdal samenika senjata Cakra sampun boten wonten tangan kula, sampun kula pasrahaken dhateng rayi kula pun dhimas Setyaki. Purba wasesa kaborong deneng dhimas Setyaki.

Dewa Angkara: Sinten Raden Setyaki menika? Lan sakmenika wonten pundi, kula kepingin sanget enggal enggal nampi senjata Cakra.

Setyaki : Aku.

Dewa Angkara : Sampun pirsa gegayuhan kula.

Setyaki : Wis. Tuwas kebeneran ana sing gelem nampani Senjata Cakra. Tanganku wis keju banget, suwe ora ana sing gelem nampani tanganku. Wis dak iderke pirang pirang dina ora payu. Kowe kepingin mboyong Senjata Cakra. Ana syarat bebanane, sepisan kowe kudu golek papan sing jembar. Kapindo kanggo seksi kowe kudu ngumpulake wadya bala sing botoh botoh. Wis kowe dang metu jaba, aku bakal nututi sak pungkurmu.

Dewa Angkara : Sinuwun nyuwun pamit, medal pasilan langkung rumiyin. Kresna: Inggih ingkang prayitna ngatos atos kisanak.

Srepeg...

Udawa: Wah, calone Dwarawati badhe rame, wonten tontonan perang. Setyaki : Iya kakang Udawa. Apa gunane ana Gatutkaca teka ora diakon perang. Kresna : Dhimas Setyaki, kepriye carane ratu sabrang iki bisa bali tanpa peperangan. Aja nganti ana ludira tumetes ana ing Dwarawati. Kakang Udawa reksanen Praja Dwarawati. Ingsun bakal prapta ana ing Madukara. Kaki Prabu Gaturkaca ewang ewangana pamanmu Setyaki anggonne ngurdurake mungsuh.

Rampung purna Sang Nata paring pangandika arsa kondur angedhaton. Lampah tindakira Sang Katong tansah binayang kari.

434 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

B. Strat Dewa Angkara, Togog, Bilung 6 6 6 6 6 6 6 6 Ka gyat ri sang ka pi ra ngu 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 Ri-nang-kul ki-nem-pit kem - pit 2 2 2 2 2 2 2 16 3...

Dhuh sang ret na ning ba wa na. Oooo..

Dewa Angkara: Jagad dewa bathara, Togog lan Bilung. Aku wis bisa mlebu kraton Dwarawati. Pinuju pisowanan. Aku ditampa kanthi ngresepake Gog. Hemhem ratu Tanah Jawa kuwi pancen wicaksana tur lembah manah, kebak welas asih marang sapadha padha kang sekeng lan butuh pitulungan.

Togog : Liripun kados pundi ta?

Dewa Angkara : Aku matur yen negara Tanjung Anom lagi kena pageblug kudu disranani senjata Cakra Baskara. Lha koq ora menggalih luwih dhisik, terus pusaka diparingake marang aku Gog.

Bilung : Mangkeh ta Lurahe. Pundi pusakane, empun diasta menapa dereng?

Dewa Angkara : Ya durung, isih disemayani. Bilung : Ooalaah, lagi disemayani koq wis seneng. Bola bali ki nek wong bonto, ora duwe pengalaman srawung antarbangsa. Ora ngerti politik luar negeri Dwarawati. Wis coba totohan kang Togog. Mengko rak nyata omonganku...

Dewa Angkara : Ratu Dwarawati wis maringake purba wasesa marang Raden Setyaki kang dipercaya maringake pusaka Cakra Baskara. Setyaki dedeg piadege ora sepiraha, nanging katon yen mlintheng, kiyeng awake Gog. Brengose sekepel sesisih.

Bilung : Lha rak tenan ta kang Togog. Lha paling paling dipenthungi Setyaki nganti babak belur, thele thele, kopyor polone... adhuuh aku koq wis mambu lemah kuburan ya kang?

Togog : Lajeng pangandikane Raden Setyaki kados pundi?

Dewa Angkara : Setyaki njaluk yen kanggo nampa senjata Cakra butuh papan kang jembar. Ana ing alun alun Dwarawati. Supaya sah kudu disekseni wadya bala pilihan segelar sepapan saka Tanjung Anom.

Togog : Wooooo lhaaaa kog ngoten niku dos pundi? Panjenengan nggih boten nggrahita bab rembagan menika?

Bilung : Cethaaaaaaa wong wis ngidham trebela, bandhosa. Jan stupid tenan. Aduuuh koq ya gelem dadi pengarep ta ya wong kosong uteke. Tumpul pul...

Togog : Dewaji, leres aturipun Bilung. Menika alamat boten sae. Mangga wangsul kemawon menawi badhe wilujeng. Slamet.

Dewa Angkara : Lho, cethane piye Togog?

TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 435

MENGENALKAN

Togog : Setyaki ngendika ngaten menika ateges, panjenengan dipun tantang. dipun ajak perang. Sampeyan wantun boten?

Dewa Angkara : Lho yen ngono iki mung minangka samudana Gog?

Bilung : Lha wong Tanah Jawa kog dilawan!!!

Dewa Angkara : We lha yen ngono wis padha gedheg anthuk antarane Setyaki lan Kresna? Aku ora wedi sapa sapa Lung. Pusaka ora diparingake, Dwarawati dak gawe karang abang. Setyaki dak pethukne.

C. Perang Dewa Angkara >< Setyaki, Gathutkaca ...

Dewa Angkara kalah, mundur, bali menyang Negara Tanjung Anom.

D. Tanjung Anom ( Jayamurcita/Ongkowijaya, Kala Jinambang, Dewa Angkara, Dirgapati)

6 6 6 6 6 6 6 6

Si – gra ba – la kang tu – mi - ngal 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1

A cam puh sa mya nge da li 2 2 2 2 2 2 2 16 3...

Lir tha thit wi led ing gan da. Oooo..

> Dewa Angkara laporan kalah perang lan batal mboyong pusaka Cakra Baskara. * Prabu Ongkowijaya duka ngajak ngrabaseng praja Dwarawati.

E. Strat Alas Krendhayana (Dursasana, Wewe Putih)

Lah menika warnanira Raden Dursasana, satriya ing Banjarjungut. Nemba tapa brata kepingin ngayunaken Wahyu Widayat. Ing wekdal samangke sampun kerawuhan dewi Wewe Putih.

1). Dursasana nggayuh wahyu Widayat, wahyu Wijining Ratu. 2). Wewe Putih saguh bebantu nggolekke tumurune Wahyu Widayat. 3). Yen keturutan Wewe Putih gelem ora gelem kudu suwita marang Dursasana.

436 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

4). Wewe Putih diceritakan munggah kahyangan Cakra Kembang bathara Kamajaya njaluk Wahyu Widayat.

5). Wahyu Widayat manjalma marang Dursasana.

6). Badan Dursasana krasa panas, Sang Wahyu oncat saking raganya Dyan Dursasana.

7). Dursasana bingung. Wewe Putih nggerbini. Dursasana ngucap yen besok tekan titi mangsane Wewe Putih nglairake bayi lanang jenengana Dursala.

8). Dursasana ngoyak Wahyu Widayat.

F. Gara-gara...

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Sang saya dalu araras abyor kang lintang kumedhap

2.321 1 1 1 1 1 1 6.1

Ti - ti sonya tengah we - ngi

2 2 2 2 2 2 2 2

Lumrang gandaning pus – pi ta 235 5 5 5 5 5 5 3.5 1.612

Ka - renggwaning pu dya ni - ra. Oooo...

2 2 2 2 2 2.1 6

Sang Dwijawara mbre nge - ngeng 561 1 1 1 1 1 1 6.1

Lir swaraning madu brang - ta

2 1.2 1 1 1 1.6 5

Ma nung sung sarining kem bang.

Ilir ilir....

G. Alas Minangsraya (Raden Werkudara)

Menika wana Minangsraya. Sinten ta ingkang nembe teteki mesubrata wonten madyaning alas Minangsraya. Raden Werkudara, panenggaking Pandhawa. Ing wekdal samangke Raden Bratasena kepingin nampi nugrahaning jawata sinebat Wahyu Widayat. Mangkana pangandikane Raden Werkudara ingkang dereng kawijil.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 437

3

Meh rahina semubang Hyang Haruna

3532

Ka - di netraning angga

Sabdaning ku ki la ring

356

Ka - nigara ka-ke

Kinidunganing kung

6

Lir wuwusing pinipanca.

612

- puh

Pepetoking a yam wa - na.

Wahyu Widayat : Sena, ulun iki Wahyu Widayat. Mula Werkudara, jugarna anggon kita teteki ana ing kene.

Werkudara : Wah, iya pukulun Wahyu Widayat. Pangabektine Werkudara tampanana.

Wahyu Widayat : Iya Sena, wus ulun trima. Sadurunge ulun manjing marang angga kita, ulun bakal paring wedharan sinebut Sabda Rahayu...

1. Rahayu wong kang nduweni semangat miskin, titah kang prasaja, amarga iku kang ndarbeni Kratoning Swarga.

2. Rahayu wong kang nandhang prihatin, awit wong mau bakal nampa panglipur. Dadi yen lagi susah ya aja nganti kebacuten banjur lali marang kabeh kewajibane. Kudu tetep nindakake kewajiban, sanadyan abot lan angel sesanggemane urip.

3. Rahayu wong kang lembah manah, awit wong iku bakal begja kang tanpa upama. Para winasis tahu ngendika yen wong kang lembah manah lan andhap asor kuwi ditresnani Gusti kang akarya jagad.

4. Rahayu wong kang ngrasa ngelih ngelak marang bebener marga wong kaya ngono kuwi bakal katutugan samubarang butuhe. Wong kaya ngono iku ora bakal ngangsa anggone golek bandha donya. Wong kaya ngono kuwi ngerti yen bandha donya mung kanggo ana donya iki. Yen wus mati ora ana kang digawa.

| MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

438
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 12
ra
3 3 3 3 3 3 3
6 6 6 6 6 56 2.123
– ter. Ooooo.... 3 3 3 3 3 2.3
12 2 2 2 2 2 2 2 321
Ooooo ...
2 2 2 2 2 2 12 3216
Ooooo...

5. Rahayu wong kang ambeg welas asih, awit bakal genti nampa piwelas saka Gusti kang murbeng Jagad lan saka sapadha padha. Aja mbedak mbedakake agama siji lan sijine, apa maneh ngelek elek agama utawa kapercayane liyan.

6. Rahayu wong kang resik ing ati, marga bakal nyawang Gusti Allah kang nitahake bumi langit saisine. Wong kang kang resik atine bakal ngrasakake uripe entheng, ora ana barang abot. Wong kaya ngono kuwi bisa nonton perkara perkara sing apik marang wong liya. Wong kang resik atine bisa nuwuhake katentremen ing urip bebarengan karo sapadha padha.

7. Rahayu wong asih tresna marang sapadha padha kaya dene marang awake dhewe. Kabeh mau kang dilandhesi kapercayane marang Gusti kang Mahaagung, kang nyipta samubarang kang gumelar ing utawa donya jagad iki, marga ya wong kaya ngono kuwi kang bakal bisa gawe santosaning bebrayan agung.

Bima, kaya wus cukup apa kang dadi wedharanku. Mula saiki tata tata satataning panembah jati. Ulun bakal manuksma marang angga kita.

Bima : Gedhe atur panuwunku marga paringmu wewarah. Saiki aku kari manut apa kang dadi kersane Wahyu Widayat.

Wahyu Widayat : Sena, ana wewaler 2 perkara kang kudu kok tindakake sawuse ulun manjing marang angga kita.

1. Sena ora kena mampir mampir utawa jagong wong kang dadi manten kurang saka sepasar umure.

2. Sena ora kena jagong bayi kang umure kurang seka sepasar.

Bima : Iya ndak estokake dhawuhe Widayat kakiku.

Jambakan Werkudara >< Dursasana...

1. Dursasana teka terus rebutan Wahyu Widayat.

2. Dursasana digdaya, nanging kajambak Raden Werkudara dadi lemes ilang otot bebayune.

3. Dursasana bengok bengok sakrosane, njaluk urip, arep bali lan rila WahyuWidayat manggon marang Werkudara.

MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC | 439

4. Werkudara ngudarasa yen besuk tekan perang Baratayuda, pengapesane Dursasana yen diukel rambute gimbal.

H. Werkudara >< Kresna

Kresna : Lho, iki dhimas Bratasena. Saka menyang ngendi Dhimas?

Werkudara : Lha, Kresna kakangku saka ngendi utawa arep menyang ngendi?

Kresna : Dhimas, pun kakang nampa sedahan saka kaipe ing Madukara yen adhimu Janaka lan Sembadra wus nglairake jabang bayi lanang. Mula pun kakang bakal lumarap menyang kesatriyan Madukara. Mula ayo saiki padha tetinjo bebarengan.

Werkudara : Waaaaah, jlamprong adhiku wus babaran bayine lanang. Wah saeba bungahe atine. Wus ayo dak dherekke menyang Madukara.

I. Jejer Madukara

Janaka : Menika kaka Prabu Dwarawati malah sampun rawuh sarimbit kaliyan kangmas Werkudara? Katuran pisegahan panakrama kaka Prabu..

Kresna : Iya yayi ora ana alangan sawiji apa praptaku ana ing Madukara. Sena : Waaaaah, ora ana alangan sawiji apa Jlampprong.

Pocapan: Lah ing kanata wau. Wahyu Widayat datan kasamaran bilih jabang bayi ingkang dereng sepasar menika ingkang badhe dados papan panitisanipun. Raden Werkudara sampun nerak wewaler saking Wahyu Widayat, bilih boten kepareng njagong bayi ingkang dereng sepeken umuripun. Pramila Wahyu Widayat oncat saking raganya Dyan Bratasena manjing wonten angganya jabang bayi. Raden Werkudara pirsa bilih WahyuWidayat oncat lan manjing wonten angganya sang bayi, sigra sang bayi kacandhak dening Raden Werkudara saha kaobat abitaken lan ndadosaken cingak saha gegeripun ingkang samya seba.

Kresna : Dhimas Werkudara dak jarwani ya. Wis tekan titi mangsane lan pesthine ye kang kudu kedunungan Wahyu Widayat iku ya si Jabang Bayi iki. Werkudara : Ye ngono aku sing entuk Wahyu koq sing nganggo si bayi. Entuk ora entuk si bayi dak pek dadi anakku. Kresna : Kari dimas Arjuna lan Mrenges kepriye?

440 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Janaka Sembadra : Sumangga, kula kantun ndherek, ugeripun boten dioun pilara utawi dipun pejahi.

Pocapan: Praptanya Ki Lurah Bagong, wah wis geger tenan njaba...

Frans Sugi,

MENGENALKAN TOKOH WAYANG:
FIC | 441
442 | MENGENALKAN TOKOH WAYANG: Frans Sugi, FIC

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.