
1 minute read
SengketaDagang RokokKretekdi Indonesia
Pada 2010 terjadi sengketa antara Indonesia- AS Menurut Indonesia, adanya larangan penjualan rokok kretek bertujuan melindungi produk rokok dari AS, sedangkan AS berdalih bahwa ini dapat merusak generasi muda dan impor rokok ini untuk Melindungi generasi muda. Indonesia resmi mengajukan DSB untuk menyelesaikan sengketa terkait larangan impor AS atas rokok kretek dari Indonesia Pada 2 April 2010, namun tidak berhasil sehingga pada 22 juni 2010, Indonesia mengajukan permohonan Pembentukan panel.
Kebijakan membatasi impor ke AS ini merugikan Indonesia sebesar 200 juta US Dollar yang dianggap sebagai proteksionisme perdagangan rokok AS Indonesia merasa AS melakukan diskriminasi terhadap impor rokok Indonesia ke AS dan melanggar prinsip non-diskriminasi WTO Indonesia pada 2009 sebagai pengekspor rokok kretek terbesar di AS sebelum adanya Pelarangan impor oleh AS dan memukul 6 juta penduduk Indonesia yang bekerja di sektor ini
Advertisement
Aspek Domestik Pelarangan Impor Rokok
Penyebab kematian terbesar di AS adalah akibat rokok mencapai 480 000 orang pertahunnya, sehingga dibentuklah UU FSPTC pada tahun 2009 sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap rokok dan dilarangnya impor rokok selain menthol, termasuk rokok kretek dari Indonesia Rokok kretek Indonesia memiliki aroma cengkeh dianggap menarik perhatian remaja atau pemula untuk kecanduan merokok Meskipun, pada presentasinya hanya 1% konsumen rokok kretek dibanding 25% konsumen rokok menthol di AS (WTO,2013).
POSISI WTO DALAM SENGKETA DAGANG ANTARA INDONESIA VS AS
Sesuai dengan tujuan adanya WTO, dalam kasus sengketa dagang ini berjalan secara terbuka. Pada 9 Juni 2010, Indonesia Mengajukan permohonan ke DSB untk membentuk panel Brazil, Uni Eropa, Guatemala, Turki dan Norwegia sebagai pihak ketiga Setelah masing-masing pihak menyetujui, laporan panel disampaikan pada September 2011. Keputusan DSB WTO dalam pengajuan Indonesia, AS dinilai inkonsisten dengan statua national treatment obligation padal 2 1 sehingga panel menolak bantahan AS Meskipun akhirnya kalah, AS tidak melaksanakan rekomendasi WTO. AS melakukan negosiasi dengan Indonesia dan menghasilkan kesepakatan baru