2 minute read

4 Tahun dalam 400 Kata

Next Article
Wisnite

Wisnite

Fatima Ulya Salmiya, EP '17 Wisudawan Juli 2021

Ternyata kita melewati tahun-tahun yang sama. Berseragam dan mengantre daftar ulang. Lirik sana-sini karena tidak punya teman, berpikir “Aduh, kenalan sama siapa ya?” namun canggung dan juga antusias saat berkenalan dengan teman baru.

Advertisement

Mulai hidup di kota baru dengan teman baru. Tahun pertama katanya Tahap Paling Bahagia. Pelajarannya masih seperti pelajaran SMA. Kuliahnya juga jam 7 seperti masuk sekolah. Mengenali lokasi ITB dari seluruh pintu depan dan belakang hingga harga gorengan di GKU Barat. Jangan lupa juga dengan sederet kepanitiaan, organisasi, maupun unit yang menarik untuk diikuti. Akhirnya, join sana join sini. Sepertinya tahun pertama memang mengenai adaptasi dan berteman. Walaupun tentu saja fakultas kita adalah Sekolah Tidur Empat IPnya alias anakanaknya yang ambisius di balik hahahihinya.

Naik tingkat, kehidupan mulai mengecil. Mulai mengenal teman-teman di himpunan. Bagiku sendiri cukup canggung karena harus mengenal ‘ orang baru ’ lagi. Pelajaran-pelajaran mulai serius. Praktikum tidak hanya praktikum fisika dasar ataupun pemrograman lagi. Di tahun ini juga, kita masuk himpunan. Mulai mengikuti beberapa acara atau tidak sama sekali. Beberapa mungkin tidak berani ke sekretariatnya, aku contohnya. Entah kenapa selalu ada kekhawatiran saat menginjakkan kaki ke area sekitar sekretariat HME. Aku takut karena tidak mengenali siapapun dan takut juga untuk mengenali siapapun saat itu. Bahkan aku merasa datang ke sekre HME adalah suatu pencapaian.

Tahun ketiga, lingkar kehidupan semakin mengecil. Siapapun pasti setuju semester 5 dan 6 adalah semester yang melelahkan jiwa dan raga. Karena itu, dengan sekuat tenaga, siapapun berusaha untuk bertahan karena, ya, sudah tahun ketiga. Ditemani dengan pikiran-pikiran tentang dunia pasca kampus dan proses pendewasaan yang perlahan dijalani. Namun di sini, aku sendiri sudah lebih nyaman dengan HME sehingga setidaknya, tidak merasa sendiri karena seluruh tugas pendahuluan hingga tes akhir dilakukan bersama teman power. Aku pun mencoba untuk lebih berteman dengan yang lainnya tanpa ada pikiran apapun. Karena ternyata pemikiranku di tingkat dua tentang sekre HME yang menyeramkan hanya ada di pikiranku saja padahal sebenarnya teman-teman dan kakak tingkat di HME tidak menyeramkan :”)

Tiba-tiba bom bernama pandemi menghancurkan kehidupan normal. Kuliah, praktikum, organisasi

hingga wisuda dijalani online. Siapa sangka dulu kuliah cabut-cabutan malah jadi selalu kuliah di rumah. Berkumpul sekedar mengeluhkan laporan praktikum menjadi sulit dilakukan. Euforia seminar, sidang dan wisuda pun akan selesai saat layar laptop ditutup. Lalu kembali ke dunia nyata yang membosankan. Hal sederhana ternyata bisa menjadi kenangan luar biasa. Karena itu, hargailah setiap detik yang dilalui. Walaupun sama-sama 24 jam, hari kemarin, hari ini, dan hari esok memiliki rasa yang berbeda. Eksplor diri dengan ilmu dan pengalaman tanpa merasa terbebani akan orang lain. Hargai waktu dengan keluarga selagi mampu. Berusahalah agar saat lulus tidak ada perasaan menyesal karena tidak melakukan hal ini itu karena masa lalu tidak dapat diulang. Kalau kata Vincenzo Cassano, “Il rimorso è la peggior punizione in vita” artinya Selain ingin berbagi, tulisan ini pun dibuat sebagai pengingat diri. Terima kasih ITB, setelah seluruh pengalaman pahit dan manis, rasanya aku terlahir kembali menjadi Ulya yang lebih baik :-)

Oke Champ!

Fatima Ulya Salmiya

This article is from: