Kreasi
B8
WASPADA Sabtu 18 Januari 2014
Pendidikan & Organisasi Sama Penting Dini Hikmayani Nasution, SSos
WALAU banyak kegiatan seperti ikut ekstrakurikuler olahraga maupun organisasi kampus, faktor pendidikan tetap menjadi prioritas utama dan tetap dapat jalan seimbang. -Waspada/Dio Utama-
Organisasi Bukan Penghalang Prestasi Akademik KITA semua pasti pernah mendengar yang namanya organisasi. Sebuah perkumpulan beranggotakan banyak orang yang memiliki visi misi sama lantas diwujudkan dalam program kerja. Faktanya, saat ini begitu banyak organisasi, bahkan di lingkungan kampus. Namun kehidupan berorganisasi mahasiswa yang diwujudkan di kampus saat ini banyak mendapat sorotan. Ada yang memandang jika organisasi hanya menghambat pendidikan, sehingga dengan tegasnya menyatakan organisasi tidak berguna karena hanya menghambat prestasi akademik. Lantas, dampaknya keter-
tarikan mahasiswa saat ini untuk terlibat di dalam organisasi sangat kecil, hanya ada sebagian mahasiswa yang aktif di organisasi dan boleh dikatakan orangnya pun hanya itu-itu saja. Jika dilihat, sebenarnya organisasi bukanlah penghambat bagi prestasi mahasiswa. Malah mahasiswa cenderung lebih aktif dan memiliki pemikiran jauh lebih luas dibanding me-
reka yang tidak ikut perkumpulan. Padahal, prestasi dalam bidang akademik dapat dikaitkan dengan keunggulan dan keaktifan di organisasi. Seseorang yang hanya dapat berprestasi dalam bidang akademik cenderung susah bersosialisasi ketika lulus dan mendapatkan kerja. Ini dikarenakan kurangnya pengalaman yang mereka dapatkan. Jika jarang berorganisasi atau malah tak pernah, kita akan cenderung sulit beradaptasi dengan suasana lingkungan kerja. Sebaliknya, mereka yang senang berorganisasi akan dapat bersosialisasi dan mudah beradaptasi,. Untuk itu, sudah seharusnya mahasiswa mulai
membiasakan diri dengan berorganisasi. Mahasiswa, sebagai calon sarjana, harus bisa menunjukkan intelektualitasnya dengan prestasi. Sebagai insan pencipta dan pengabdi, mahasiswa bisa memberi bukti dengan aktif berorganisasi, karena otomatis jiwa sosial dan pengembangan soft skill nantinya terbentuk. Reni Simanjuntak, mahasiswa UMSU, mengatakan akan terasa rugi bagi mahasiswa yang tidak berorganisasi. Sebagai calon kaum intelektual, sudah seharusnya mahasiswa menambah wawasan sekaligus menjalin relasi lewat organisasi. “Sejak duduk di bangku SLTP aku sudah berorganisasi
di OSIS, hingga sekarang pun aku selalu ikut organisiasi untuk menambah wawsan dan relasi. Soalnya nanti saat udah masuk dunia kerja, pintar pun sia-sia kalo kita tidak punya relasi atau bisa bersosialisasi,” tegas Reni kepada Kreasi, Kamis (16/1). Mulai saat ini, sebagai mahasiswa yang ingin maju, maka ubahlah paradigma kalo organisasi hanya bisa merusak prestasi di bidang akademik, Justru, aktif berorganisasi atau ikut kegiatan ekstrakurikuler kampus bisa menjadi modal berprestasi di bidang akademik.
BAGI sebagian orang, mungkin sulit menjalankan dua aktivitas sekaligus sukses di organisasi serta pendidikan. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi dara cantik bernama Dini Hikmayani Nasution SSos atau akrab dipanggil Dini (foto). Dirinya mengakui sejak duduk di bangku SLTP sudah mengikuti sejumlah organisasi, seperti Pramuka dan OSIS. Tak hanya itu, dengan kesibukannya itu, Dini juga tetap bisa menerima materi ajar dengan baik. Terbukti nilai-nilai yang didapatkannya juga baik hingga mampu masuk ke jurusan Fisipol Universitas Sumatera Utara (USU). “Bagiku, antara organisasi dan pendidikan, itu sama pentinganya. Yang penting, kita mampu mengatur waktu. Nah, selama ini saya memakai prinsip ‘skala prioritas’ yang lebih penting. Jika dituntut memilih antara organisasi atau pendidikan dalam waktu yang sama, maka saya harus tahu mana yang penting untuk dilakukan terlebih
dahulu,” kata gadis berusia 24 tahun ini kepada Kreasi, Rabu (15/1). Dikatakan, dirinya sangat senang dan menikmati berorganisasi karena begitu banyak manfaat yang didapat. Sekilas manfaat tersebut adalah tambah wawasan, relasi serta hidup jadi disiplin dan menanamkan nilai kerjasama. “Saat ini, saya aktif di berbagai organisasi seperti Wakil Sekretaris DPD KNPI Kota Medan, Ketua Bidang Politik Pemuda Pancasila, dan Ketua Bidang Humas Gerempala,” terang penggemar tenis meja dan bola basket ini menambahkan jika ada kesempatan dan rezeki juga tertarik lanjut S2 menunjang cita-citanya di bidang pemerintahan. Ditanya tentang alasannya tertarik menjadi MC, Dini mengungkapkan dirinya sejak kecil memang senang berbicara. Ingat, setiap orang yang ingin sukses harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, untuk itu Dini memilih profesi MC. “Saya mendapatkan kepuasan dan kesenangan tersendiri tampil di depan umum. Rasanya luar biasa buat saya, melihat dan dilihat banyak orang sampai akhirnya bisa punya kenalan banyak,” sebut gadis hobi karaoke yang juga menjadi pemandu acara HUT Harian Waspada ke-67, 11 Januari lalu. Tapi, untuk menjadi seorang MC profesional, kata Dini, tidaklah mudah karena dituntut selalu percaya diri, pintar bertutur kata, dan menguasai informasi terkini. Sebagai public speaker, jam terbang diakuinya juga penting. Oke deh, selamat dan sukses selalu ya…. *Arianda Tanjung
*Dio Utama & Arianda Tanjung
Film Dokumenter Takkan Pernah Basi Kuliah Umum STIK-P Bersama Onny Kresnawan SEJARAH film dokumenter di Indonesia memang tidak sejelas film fiksi yang lebih populer. Namun dalam satu dekade terakhir, film dokumenter di Indonesia mulai berkembang pesat. Hal ini dikarenakan film dokumenter punya kekuatan kontrol sosial yang tak kalah dibanding video berita di televisi. Bahkan dalam beberapa kasus, film dokumenter terbukti tidak basi dimakan zaman. Alhasil, beberapa film dokumenter karya anak-anak muda Indonesia berhasil memenangkan penghargaan di kancah internasional. Hal ini seperti dikatakan Onny Kresnawan, salah satu film maker dokumenter terkenal asal Medan dalam kuliah umum di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan” (STIKP) Medan, Jumat (10/1). Dalam kuliah umum tentang mengenal lebih dekat film dokumenter, Onny didampingi Puket II STIK-P, Suprapti Indah Putri SP MIKom. Kepada mahasiswa ilmu komunikasi tersebut, Onny juga menerangkan sekilas cara pembuatan film dokumenter yang berbicara fakta. “Jadi film dokumenter adalah suatu film yang mengandung fakta dan subjektivitas pembuatnya. Artinya, apa yang kita rekam memang berdasarkan fakta, namun dalam penyajiannya juga mema-
Waspada/Dio Utama
MAHASISWA STIK-P serius menonton film Onny Kresnawan yang masuk nomine Erasmusindocs 2013, Jumat (10/1) lalu. sukkan pemikiran pembuatnya. Dalam membuat film dokumenter, ada langkah dan kiat agar film itu disenangi penonton dan tidak memakan biaya besar,” kata Onny yang masuk 10 Besar nomine Erasmus Huis International Documentary Film Festival (Erasmusindocs) 2013. Dijelaskan, film dokumenter perlu memiliki ide yang menarik. Menurutnya, ide membuat film dokumenter tidaklah harus pergi jauh dan memusingkan diri karena ide ini bisa timbul di
mana saja, seperti di sekeliling kita, pinggir jalan. Terkadang, ide yang kita anggap biasa ini justru kadang-kadang sering menjadi sebuah pemikiran yang menarik dan bagus diproduksi. “Jadi mulailah kita untuk berpikir supaya peka terhadap kejadian yang terjadi di sekeliling kita,” tambahnya. Tak hanya itu, dalam membuat film dokumenter juga perlu menuliskan film statement, treatment atau outline, menca-
Piala Awal Tahun SMK Eria Juara Umum Bambu V Paskibra MAN 1 Medan PRESTASI demi prestasi terus diraih SMK Eria Medan lewat Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) SMK Eria Medan yang tergabung dalam Komando Pasukan Elit (Komplit). Terbukti, di awal tahun 2014 ini, Komplit meraih juara umum Bambu V Paskibra MAN 1 Medan beberapa waktu lalu. Dalam kompetisi yang diikuti 20 SLTA dan 18 SLTP se Sumut ini, Komplit
Waspada/Arianda Tanjung
KEPALA SMK Eria Medan Drs Asyro Effendy didampingi seluruh anggota Komplit diabadikan bersama usai menjadi juara umum Bambu V Paskibra MAN 1 Medan beberapa waktu lalu.
tat shooting, dan script editing. Pada kesempatan itu, Onny juga memutar film dokumenter yang masuk 10 Besar tadi dengan judul “Omasido Sekolah” (Aku Ingin Sekolah). Film tersebut menceritakan tentang seorang anak bernama FebrianiTelaumbanua,16 tahun, bersama adik serta anak lainnya yang terpaksa melakoni hidup sebagai pekerja di lokasi berbahaya di Pulau Nias. Di usia anak yang tak semestinya, mereka terpaksa ikut memikul
beban keluarga yang miskin dengan bekerja keras sebagai penderes karet. Masa sekolah dan bermain bersama teman sebayanya pupus akibat kesehariannya dipacu mencari uang buat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Begitu juga dengan adikadiknya dan kebanyakan anak di Nias yang harus ikut bertarung mengais rezeki di perbukitan batu terjal berbahaya. *Dio Utama
mampu meraih sejumlah penghargaan dari beberapa mata lomba, di antaranya juara umum Piala Bergilir Gubsu, juara I Formasi Pengibaran Bendera, juara I Tari Komando, juara II Perlombaan Baris Berbaris (PBB), dan Pengibar Bendera Terbaik. Kepala SMK Eria, Drs Asyro Effendy, mengapresiasi seluruh anggota Komplit yang terus mengukir prestasi sehingga mengharumkan Yayasan Perguruan Ani Idrus (YPAI), khususnya SMK Eria. Prestasi ini juga sekaligus membuktikan jika Paskribra SMK Eria tidak kalah dari sekolah lainnya. “Dengan prestasi ini, saya memiliki keinginan agar Komplit tidak hanya mampu berbicara di tingkat provinsi saja, tapi juga tingkat nasional. Soalnya, prestasi ini sudah menjadi yang kesekian kalinya di tingkat provinsi,” kata Asyro kepada Kreasi, Kamis (16/1). Dikatakan, secara umum memang mempertahankan lebih sulit dibanding merebut tapi bagi SMK Eria tidak sulit asalkan siswa terus bersemangat dan mau kerja keras. “Setiap mereka berhasil meraih prestasi, saya selalu memberi tantangan baru dengan tujuan menanamkan motivasi dan semangat agar tidak mudah menyerah,” kata Asyro. Anggota Komplit M Taufik mengatakan kemenangan ini sungguh tidak diduga sebelumnya. Taufik mengungkapkan tahun sebelumnya mereka hanya meraih dua medali. Akibatnya, mereka tampil tanpa beban. “Alhamdullillah, kami berhasil menjadi juara umum. Memang sejak awal saya dan teman-teman tampil tanpa beban, karena kalah menang itu biasa. Yang penting dalam setiap latihan harus kerja keras dan sungguh-sungguh. Mungkin motivasi tersebutlah yang menambah semangat kami hingga berhasil juara,” tegas Taufik. Menurutnya, tahun ini kompetisi semakin seru mengingat jumlah peserta bertambah. Taufik mengaku sedikit kurang yakin dengan persiapan tim karena hanya memiliki waktu seminggu. “Meskipun begitu, hal tersebut tidak mematahkan semangat Komplit untuk terus menuai prestasi. Ini semua juga berkat dorongan semangat dan kerja keras semua anggota,” tutup Taufik. *Arianda Tanjung
Waspada/Arianda Tanjung