Waspada, Rabu 26 Desember 2012

Page 20

Opini

B6 TAJUK RENCANA

8 Tahun Gempa & Tsunami Aceh Jangan Abaikan EWS

D

elapan tahun lalu dunia menangisi Aceh akibat bencana alam gempa bumi berkekuatan 9 skala richter dan diikuti terjangan air laut ke daratan sehingga ratusan ribu warga Aceh tewas dalam bencana alam luar biasa itu. Kiamat kecil di bumi Serambi Makkah itu mengundang simpatik dari belahan dunia sehingga sumbangan dari berbagai negara mengalir deras. Mereka memberi pertolongan, melakukan evakuasi, membangun rumah sakit, memberi pertolongan dan pengobatan, rehabilitasi serta membangun kembali sarana dan prasarana masyarakat yang hancur lebur berantakan. Hari ini masyarakat Aceh memperingati delapan tahun gempa dan tsunami. Pemerintah Provinsi Aceh memusatkan renungan massal di kompleks Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Banda Aceh. Beragam komunitas anak muda juga menggelar beragam aksi sewindu tsunami di tempat terpisah, seperti di Museum Tsunami Aceh, kuburan massal, dan tempattempat ibadah. Peringatan 8 tahun bencana alam paling dahsyat dalam satu dekade terakhir ini kita nilai positif. Artinya, masyarakat harus dilibatkan untuk mengingat kembali betapa besarnya korban jiwa, harta benda, semuanya habis diterjang tsunami gara-gara masyarakat kalut, tidak siap. Dan yang paling penting diketahui masyarakat adalah bagaimana upaya menyelamatkan diri jika sampai terjadi bencana alam yang sama di masa mendatang. Tak pelak lagi, masyarakat harus dibiasakan melakukan upaya penyelamatan diri jika terjadi gempa atau tsunami dengan berbekal Sistem Peringatan Dini atau Early Warning System (EWS). Jangan sampai masyarakat yang tinggal di kawasan rawan gempa dan tsunami mengabaikan EWS yang sudah banyak dibangun sejak terjadinya gempa dan tsunami di Aceh 2004 lalu. Untuk itu kita harus mengacu pada negara-negara maju, seperti Jepang. Di sana anak-anak sekolah benar-benar diberi pembelajaran seputar pentingnya memahami Sistem Peringatan Dini sehingga ketika terjadi bencana mereka tidak kalut dan mengetahui dengan benar upaya dan tahapan penyelamatan diri secara sendirian atau beramai-ramai sehingga begitu sering terjadi gempa di Jepang Intisari jumlah korbannya terhitung minim sekali karena masyarakatnya sudah paham betul guna dan manfaat EWS berkat sosialisasi secara terusPerbanyak doa dan zikir menerus oleh pemerintahnya. Bagaimana dengan kita di Indonesia, serta pemahaman penkhususnya di Aceh? Tampaknya EWS yang sudah tingnya antisipasi gemdibangun di berbagai tempat sudah banyak yang rusak, tidak lagi berfungsi. Pembelajaran dan pa dan EWS pada persosialisasi upaya menyelamatkan diri dari ingatan 8 tahun tsunami bencana gempa dan tsunami hampir tidak terdengar lagi gaungnya. Jika masyarakat sudah Aceh paham tentu kita bersyukur tapi kebanyakan masyarakat bagai sudah melupakan atau merasa tidak perlu latihan menyelamatkan diri dari bencana gempa. Perlunya EWS cenderung dilupakan oleh masyarakat dan pemerintah pusat dan daerah. Padahal, Aceh dan sejumlah kawasan di Indonesia termasuk jalur patahan, rawan gempa, terutama di kawasan Simeulue dan Siberut. Jika pemahaman masyarakat di sana kurang terkait bencana gempat dan tsunami dikhawatirkan saat bencana datang mereka tidak mampu menyelamatkan diri dengan cepat dan bisa menjadi korban. Justru itu, EWS dan latihan gempa mutlak disosialisasikan secara terus-menerus, terutama di sekolah-sekolah. Sistem tersebut akan memberitahukan dengan segera kemungkinan timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana maupun tanda-tanda alam lainnya secara ilmiah dan akurasinya lebih terjamin. Disebutkan oleh pakar kegempaan bahwa dalam EWS masyarakat diberikan informasi dengan bahasa yang mudah dicerna oleh berbagai elemen masyarakat. Dalam keadaan kritis, secara umum peringatan dini yang merupakan penyampaian informasi tersebut diwujudkan dalam bentuk sirine, kentongan dan lain sebagainya. Namun demikian menyembunyikan sirine hanyalah bagian dari bentuk penyampaian informasi yang perlu dilakukan karena tidak ada cara lain yang lebih cepat untuk mengantarkan informasi ke masyarakat. Targetnya agar masyarakat dapat merespon informasi tersebut dengan cepat dan tepat. Kesigapan dan kecepatan reaksi masyarakat diperlukan karena waktu yang sempit dari saat dikeluarkannya informasi dengan saat (dugaan) datangnya bencana gempa/tsunami. Kondisi kritis, waktu sempit, bencana besar dan penyelamatan penduduk merupakan faktor-faktor yang membutuhkan peringatan dini. Semakin dini informasi yang disampaikan, semakin longgar waktu bagi penduduk untuk meresponnya. Kalau selama ini masyarakat lokal di kawasan gempa hanya melihat pada tanda-tanda alam, misalnya binatang ke luar dari dalam hutan di pegunungan merupakan peringatan dini bakal terjadi gempa, atau air laut surut merupakan pertanda bakal muncul tsunami sehingga masyarakat di Simeulue atau Sabang bisa selamat dari korban jiwa saat naiknya air laut ke daratan. Harapan kita, peringatan 8 tahun gempa dan tsunami Aceh tidak sekadar peringatan seremonial belaka tapi sekaligus pembelajaran buat masyarakat Aceh untuk memahami dan tidak mengabaikan latihan gempa dan kegunaan EWS.+

Ideologi Penyusup Dalam Pilgubsu Oleh Dr Drs H.Ramli Lubis, SH, MM Pluralisme sama sekali berbeda dengan toleransi ataupun “saling menghormati” (mutual respect), atau jargon sejenisnya.

D

alam setiap momen pesta demokrasi seperti Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu), maka jargon kebersamaan akan segera mencuat. Sistem pemilihan langsung yang mensyaratkan suara terbanyak, merupakan konsekuensi logis bagi munculnya jargon tersebut. Berbagai keberagaman seperti agama, etnis, golongan, dan lain sebagainya adalah “lahan garapan” dalam pesta demokrasi. Sedapat mungkin kelompok-kelompok yang berbeda itu, secara praktis bahkan pragmatis disatukan dan dirangkul ke dalam aliran politik yang sama. Pluralitas Dan Pluralisme Lazimnya suatu pemilihan pemimpin dalam pesta demokrasi, maka akan ada beberapa pihak yang saling tarik menarik untuk merangkul berbagai keragaman tersebut. Mereka adalah pasangan kandidat yang sedang berjuang merebut hati pemilih untuk menjadi pemimpin. Dalam kondisi seperti inilah akan muncul terminologi pluralitas. Secara harfiah pluralitas berasal dari kata plural yang berarti jamak—pluralitas berarti keragaman. Oleh karenanya pluralitas adalah kenyataan yang harus diterima. Islam juga mengakui pluralitas, sebagaimana dalam QS. al-Hujurat dan arRuum. Islam mengakui adanya perbedaan bangsa dan suku, etnis dan bahasa. Pluralitas bahkan merupakan potensi besar karena keragaman agama, budaya, sukubangsa, dan berbagai elemen masyarakat lain akan menjadi kekuatan yang akan menghantarkan sebuah bangsa mencapai kejayaannya. Kita ketahui Sumatera Utara merupakan provinsi yang dihuni ragam etnis seperti Batak, Nias, Jawa, Aceh, Tionghoa dan yang lainnya. Begitu juga dengan agama yang beragam adalah kekuatan yang harus terus dijaga menuju masyarakat Sumatera Utara yang sejahtera. Ini pula yang harus dijaga para pasangan kandindat calon Gubernur Sumatera Utara, agar kepentingan mengumpulkan suara sebanyak-banyaknya jangan sampai mereduksi potensi keragaman yang ada hingga tercerai berai. Di samping pluralitas, ada juga termonologi pluralisme yang juga sering terdengar dalam pesta demokrasi. Pluralisme (pluralism) merujuk pada istilah dalam kajian agama-agama yang disebut pluralisme agama (religious pluralism). Para penganut paham pluralisme ini biasa dikenal dengan nama “pluralis”.

Faks 061 4510025

Facebook Smswaspada

+6281265914003 Tanggapan untuk 085296341455 : kalau berbicara masalah lambang, bendera, dan himne Aceh sebaiknya anda memahami dulu apa yg dimaksud dengan MOU HELSINKI dan siapa yang menandatanganinya dan siapa dibalik perjanjian itu... Jika pemerintah Jakarta tidak memenuhinya maka siap ajalah untuk ditertawakan sama Uni Eropa... Tks +6285275437438 Qanun WL Nanggro di mana2 DITOLAK, apakah Pemerintah Aceh TIDAK MALU dan masih juga mempertahankan? kalau diadakan pemilihan yg setuju paling ada sekitar 5 persen karena tidak ada manfaatnya bagi rakyat !. +6285275437438 Kepada Bupati Aceh Utara dan yang terkait, Kapan pusat pemerintahan pindah ke L’sukon? Kenapa masalah aset Aceh Utara di L’seumawe tidak di SELESAIKAN? Apakah bapak2 tadi k MALU terus MENUMPANG di TEMPAT Orang ??. +6282166180203 Senja merah meredup mimpi kian menjauh saat harapan di rampas lukisan hidup tiada bahagia, kami sandarkn setitik asa ketika suapan nasi kian tawar tiada rasa bersama busung si kecil yang semakin membesar, mereka merakyat, mereka membawa perubahan tapi lebih merdu nyanyian kenari di ranting patah, lupakan nak janji itu sebab esok kau tak boleh kesiangan nasi mu akan di curi dari manusia manusia seperti kita. +6282166180203 WE WILL NOT GO DOWN walau desing peluru melintas di telinga, meski dentuman bom temani mimpi terbengkalai, senja di tepian gaza ketika tanah leluhur Palest ina ingin di rebut bani Israel tapi kami di sini tak akan pernah menyerah dan pergi walau darah menganak sungai mengalir basahi bumi Palestina,dunia tentu tahu genosida yang terjadi di sini tapi diam tak berdaya namun biar kan kami di sini merajut mimpi berjuang demi Palestina yg merdeka. +6282161698169 Pemerintah pada hakekatnya tidak mau perbaiki pendidikan yang penting ada dana besar untuk disantap lewat proyek2. +6282166791629 Ass.wr.wb. Pakota-kota hon Kota dan prilaku warganya dalam tataran wajah wajar mengagumkan tetapi aneh berapa buanyak para urban ternoda,tergilas oleh kota yang merasa diatas dengan status loe orang kampung orang dari desa/parhuta-huta jangan lagak tau dirilah! Aku ini orka saya ini orang kota saya punya modal:1.duit 2. dengking 3. datu/dukun sedangkan loe apa? Kalau saya ma:1.keyakinan 2.bersatu dgn rakyat 3.berdo’a 4.sabar 5.berjuang 6.silaturrahmi 7. pabahat dongan/perbanyak teman 8. berhati-hati kepada musuh keabadian 9.mengharap keajaiban tuhan. Www.by: punji alam harahap.s.pd.i(calon pemimpin masa depan 09/14)amiin ya robbal ‘alamiin...sampai jumpa lagi. +6283197966570 BALLADA SOUTHAN BATOEGANA S.• Bagaimana ballada nya ? Dia dengan cara mencalonkan dirinya sebagai Calon Governor tetapi tidak jadi karena ada si Tambunan yang lebih tambun ‘ilmiyah nya dibidang birokrat dan lebih dahulu telah membuka ladang’ibadahnya • Kemudian , dia dituduh pula menghina Almarhum Gus.Dur. tetapi hatinurani nya tidak bermaqshud demikian • Nadasuara MULUT yang dipegang para Nahdhiyin dan S.B.G. akan dipolisikan • Tetapi lebih cepat kakinya melangkah ke Ciganjur • Mohon Ma’af dzohir wal bathin kehadapan Bun da Nuriyah the first lady last years # rabu 05 desember di bineh kruengsikameng geutanyo # +6285765231733 ACENG FIKRI BEJAT Dalil2 yang dikemukakan oleh beliau semua bohong karena dia mnyelamatkn dirinya dari tindakan yang BODOH.. yg jls dia mau menikah itu krn BEJATnya...!

Pluralisme sama sekali berbeda dengan toleransi ataupun “saling menghormati” (mutual respect), atau jargon sejenisnya. Pluralisme adalah sebuah isme atau sebuah ideologi. Menurut ide pluralisme, masyarakat tidak boleh dibatasi adanya golongan yang bermacam-macam bahkan yang mempunyai tujuan serta target yang berbeda-beda. Tidak boleh ada pembatasan atau koridor mengenai hal ini. Dalam masyarakat yang menganut pluralisme, berbagai kelompok sah-sah saja lahir. Mau kelompok yang menyerukan kebaikan sampai kelompok yang menyerukan kesesatan. Jadi kelompok-kelompok aliran sesat pun harus dibela haknya. Pluralisme adalah sebuah asumsi yang meletakkan kebenaran agamaagama sebagai kebenaran yang relatif dan menempatkan semua agama benar tanpa ada yang paling benar. Pluralisme agama meyakini bahwa semua agama adalah jalan-jalan yang sah menuju tuhan yang sama. Ideologi ini berpandangan bahwa agama adalah persepsi manusia yang relatif semata. Dengan demikian, pluralisme menyeru kepada semua penganut agamau untuk tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa agamanya yang benar. Atau dengan kata lain, pluralisme mengajarkan orang untuk ragu-ragu terhadap ajaran agamanya sendiri. Ernst Troeltsch, salah satu pengusung ideologi ini mengemukakan tiga sikap populer terhadap agama-agama, yaitu semua agama adalah relatif; semua agama, secara esensial adalah sama; semua agama memiliki asal-usul psikologis yang umum. Relatif yang dimaksud adalah semua agama adalah relatif, terbatas, tidak sempurna, dan merupakan satu proses pencarian. Tokoh lain penganut paham pluralisme, John Hick menyatakan bahwa tiap-tiap agama menjadi jalan untuk menemukan keselamatan dan pembebasan. Dengan kata lain ia mengatakan bahwa agama adalah jalan yang berbeda menuju pada tujuan (the Ultimate) yang sama. Senarai dengan itu, filsafat perenial yang belakangan banyak dibicarakan dalam dialog antar agama di Indonesia merentangkan pandangan pluralis. Filsafat ini membagi agama pada level esoterik (batin) dan eksoterik (lahir). Satu agama berbeda dengan agama lain dalam level eksoterik, tetapi relatif sama dalam level esoteriknya. Filsafat ini mengharuskan umat beragama meyakini jalan kebenaran agama lain, dan mengharuskan meyakini penganut

agama lain bisa masuk surga. Ideologi Penyusup Kenyataannya, di kalangan masyarakat umum, pemahaman tentang pluralitas dan pluralisme masih kabur. Kedua terminologi ini sering dianggap sama atau sebagai istilah turunan yang secara makna dengan begitu saja dianggap saling mendukung. Dalam sebuah artikel yang mengulas tentang tema Pilgubsu dan keragaman, kita akan sering menjumpai kerancuan pemahaman tentang pluralisme. Salah satunya adalah penggalan artikel berikut ini: ...dalam perpolitikan pluralisme merupakan suatu kunci di tengah-tengah merebaknya isu-isu agama, golongan, suku dan lain sebagainya dalam setiap pesta demokrasi, tidak sedikit Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) di berbagai daerah di Indonesia dijadikan contoh untuk berbagai hal dalam membangun pluralisme. Kedekatan primordialisme, seperti suku, etnis, agama, keturunan menjadi barang dagangan, lebih daripada visi dan misi yang diemban oleh kandidat. Tak heran, bila janji-janji untuk menerbitkan kebijakan yang mengutamakan simbolsimbol primordialisme diumbar sebagai daya tarik untuk memperoleh suara massa. Kondisi yang sama sebetulnya juga tampak di tingkat nasional. bagaimana dengan Sumatera Utara? Menjelang pemilihan kepala daerah Sumater Utara yang akan dilaksanakan tahun2013, isu pluralisme seolah menjadi senjata ampuh terselubung bagi sejumlah kandidat dengan dukungan partai politik yang selama ini dikenal memiliki massa yang cenderung homogen dari aspek ideologi. Prinsip etis mengedepankan otonomi dan kebebasan yang menjadi nyata dalam penghargaan terhadap pluralisme. Politik

pluralisme adalah politik konfirmasi dan keberpihakan pada yang lemah. Demokrasi telah menjamin bahwa pluralisme politik dalam sebuah negara tidak akan melahirkan negara totaliter, tidak akan menciptakan sentra kekuasaan pada golongan tertentu, namun kendati demikan pendekatan-pendekatan secara personal maupun kelompok dengan latar belakang etnis, agama, suku dan golongan pun kerap dimainkan, bahkan tidak sedikit kandindat calon yang menjadikan keberagaman (pluralisme) sebagai bahan kampanye mudah-mudahan tidak dijadikan bahan dagangan. Rangkaian kalimat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa ada pemahaman yang berbeda tentang pluralisme. Dan ini adalah sesuatu yang jamak tentang makna pluralisme itu. Penutup Kalau pertanyaannya apakah kerancuan makna itu berlangsung alamiah atau secara sengaja. Jawabannya dari dua kemungkinan itu mungkin tak ada bedanya jika merujuk pada akibatnya. Bahwa faham pluralisme ini adalah paham yang sangat berbahaya bagi kehidupan masyarakat beragama di Indonesia. Karena ideologi ini menganjurkan bahkan melindungi dan melestarikan golongan yang menyeru kepada kesesatan atau kemaksiatan, seperti perzinahan. Maka ini sangat berbahaya. Wajar kalau Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa sesat terhadap pluralisme ini. Tapi, dalam perhelatan demokrasi seperti sekarang ini ideologi menyusup di tengah keragaman pemahaman. Penulis adalah Mantan Wakil Wali Kota Medan.

Kepala Daerah Pilihan Warga

APA KOMENTAR ANDA SMS 081362240523

WASPADA Rabu 26 Desember 2012

Oleh Aldwin Surya Keberhasilan memilih pasangan gubernur yang amanah dan teruji kemampuannya sudah lama dinantikan untuk memimpin pelaksanaan pembangunan bersama 26 bupati dan 7 wali kota.

T

ahapan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) memasuki tahap penting. Lima pasang bakal calon ditetapkan nomor undi mereka pada 14 Desember 2012. Disebut penting karena penarikan nomor bagi para calon akan memudahkan calon pemilih di hari pemungutan suara 7 Maret 2013. Nomor juga dianggap penting untuk diingat calon pemilih, dibuat menjadi simbol dan diberi makna berarti oleh tim kampanye untuk digunakan pada masa kampanye. Nomor urut bagi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur seakan memberi penguatan berkait keunggulan dan kemungkinan mendulang suara dari para calon pemilih. Nomor urut satu, dua, tiga, empat dan lima dianggap berkah karena mudah diingat dan ditiru orang lain. Bila dijadikan simbol, cukup dengan mengacungkan jarijari di tangan. Nomor urut hasil penetapan pun memiliki makna sendiri bagi pasangan calon, tim kampanyenya dan calon pemilih. Karena itu, sehari setelah tanggal penetapan nomor urut calon, beragam baliho, selebaran dan spanduk telah dilengkapi nomor pasangan kandidat. Nomor urut ini pula yang akan dicantumkan pada kertas suara untuk cipilih oleh para pemilih. Pemula, Madya, Dan Dewasa Nomor urut pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung partai politik hanyalah salah satu substansi dalam proses Pilgubsu yang tidak identik akan meraih kemenangan. Nomor urut yang diundi Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sumut di hadapan partai, tim kampanye dan para pendukung pasangan calon, lebih berfungsi memudahkan calon pemilih saat pencoblosan di tempat pemungutan suara (TPS). Ada banyak indikator lain yang menentukan pasangan calon berhasil mendulang suara dan menang baik dalam satu atau dua putaran. Semua indikator itu tentu saja ditetapkan berdasarkan pertimbangan cerdas dari calon pemilih pemula, madya dan dewasa. Pemilih pemula ada-

lah warga yang telah berusia 17 tahun atau lebih yang baru pertama kali ikut Pilkada. Para pemilih pemula dinilai oleh pasangan calon gubernur/wakil gubernur sebagai pemilih potensial, sehingga wajar diberi perhatian khusus. Apalagi populasi pemilih pemula semakin banyak seiring peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran terhadap kesehatan. Wajar saja dengan meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia, populasi warga yang memiliki usia harapan hidup semakin tinggi. Keadaan ini juga berarti meningkatnya jumlah calon pemilih. Perhatian khusus kepada pemilih pemula juga didasari pemikiran bahwa pemilih pemula cenderung bebas dari beragam persepsi negatif. Mereka cenderung suka melihat dari aspek figur dan citra yang dibentuk pasangan calon kepada kalangan muda. Namun demikian, sikap tidak peduli dari pemilih pemula cenderung membuat mereka memilih tidak menggunakan haknya dan menjadi Golput. Padahal meningkatnya warga Golput patut dihindari agar proses pembelajaran demokrasi dapat diwujudkan. Pemilih madya adalah warga yang pernah ikut dalam Pilkada pemilihan calon legislatif dan pemilihan presiden/wakil presiden. Sementara pemilih dewasa adalah warga yang telah beberapa kali ikut dalam Pilkada, pemilihan calon legislatif dan pemilihan presiden/wakil presiden. Seperti pemilih pemula, pemilih madya dan dewasa pun sangat mungkin menjadi Golput yang diputuskan berdasarkan pertimbangan individu. Meski kekhawatiran pada Golput selalu ada pada setiap Pilkada, namun kita berharap Pilgubsu akan berlangsung sukses. Makna sukses dapat dilihat mulai dari tahap kampanye, persiapan Pilgubsu, pemungutan suara, perhitungan suara hingga penetapan gubernur/wakil gubernur, berlangsung aman tanpa insiden yang merugikan banyak pihak. Melihat pada banyak Pilkada yang berakhir ricuh di beberapa provinsi dan kabupaten/kota—padahal pembelajaran demokrasi di Indonesia bu-

kan digunakan sebagai momentum untuk ricuh dan berbuntut kekerasan. Karena itu, pelaksanaan aman tanpa insiden merupakan imbalan bagi Pilkada yang melibatkan banyak waktu, tenaga, pikiran dan biaya.Wujud konflik yang berakhir ricuh dipicu beragam penyebab. Satu penyebab yang mungkin terjadi adalah praktik politik uang (money politics) yang berpeluang terjadi karena ingin mendulang suara sebanyak-banyaknya. Padahal, praktik politik uang akan menjadi ‘’dosa” dan mencederai demokrasi di Indonesia. Bagi warga Sumatera Utara, keberhasilan memilih pasangan gubernur yang amanah dan teruji kemampuannya sudah lama dinantikan untuk memimpin pelaksanaan pembangunan bersama 26 bupati dan 7 wali kota. Apalagi selama beberapa waktu Sumatera Utara dipimpin oleh pelaksana tugas gubernur. Karena itu, pasangan gubernur dan wakil gubernur terpilih adalah sosok yang bersih dan menjadi contoh bagi aparat pemerintah dan warga Sumut. Pasalnya, sorotan dan harapan warga agar gubernur dan wakil gubernur bersih semakin mengemuka, misalnya bersih dari tindak korupsi. Boleh jadi keduanya tidak melakukan korupsi, tetapi justrudilakukanparapejabateselonsatuan kerja perangkat daerah maupun oleh para staf. Namun, sebagai atasan langsung di provinsi,gubernurdanwakilgubernurikut bertanggung-jawab. Para calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara yang akan dipilih warga mengemban amanah untuk melaksanakan tiga pilar indeks pembangunan manusia (IPM). Ketiganya yaitu pilar pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Meski para pasangan kandidat mengusung ketiga pilar ini dalam proses kampanye, janji mereka masih harus diuji setelah terpilih. Sebagai calon terpilih, gubernur dan wakil gubernur harus berpacu mendorong pembangunan pada semua aspek kehidupan. Apalagi Sumut termasuk provinsi unggulan baik dari sisi pemilikan energi dan sumber daya mineral serta jumlah penduduk sebanyak lebih dari lima belas juta jiwa. Semuanya menjadi aset berharga untuk mewujudkan Sumut yang maju, unggul dan kompetitif dibanding provinsi lain di Indonesia. Gubernur dan wakil gubernur Sumut secara bersama bertanggungjawab menjalankan pemerintahan secara kompak. Dalam banyak contoh di Indonesia, gubernur dan wakil gubernur justru retak di tengah jalan. Pasal retak dipicu banyak hal, misalnya terjadi ka-

rena pelanggaran etika dan sumpah jabatan. Namun, praktik disharmoni sering terjadi dalam pemilahan tugas dan tanggung jawab. Akibatnya, pemicu keretakan semakin nampak saat penggunaan kewenangan tidak dipahami dari sisi tugas pokok dan fungsi. Tugas pokok dan fungsi patut disadari bukan berdasarkan selera gubernur, sehingga menjadi sorotan dan membuat bingung warganya. Apalagi jika tercium aroma keretakan dipicu rebutan penggunaan dana pembangunan. Jadi, pasangan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tidak hanya nampak kompak pada awalnya, namun retak dan kemudian berpisah sebelum era kepemimpinan mereka berakhir. Penulis adalah Guru Besar Universitas Prima Indonesia, Pemerhati Perkotaan.

Pengumuman Redaksi menerima kiriman karya tulis berupa artikel/opini, surat pembaca. Kirim ke alamat redaksi dengan tujuan ‘Redaktur Opini Waspada’ dengandisertaiCDataumelaluiemail: opini-waspada@yahoo. com. Panjang artikel 5.000-10.000 karakter dengan dilengkapi biodata penulis dan kartu pengenal (KTP). Naskah yang dikirim adalah karya orisinil, belum/tidak diterbitkandiMediamanapun.Tulisan menjadi milik Waspada dan isi tulisan menjadi tanggungjawab penulis.

SUDUT BATUAH * Mabes Polri: Situasi nasional aman - Tenang menyambut tahun baru * Pemilih cerdas hasilkan pemimpin dambaan - Memilih jangan tergiur corak baju, he...he...he * Di bandara Polonia, datang sepi berangkat ramai - Berarti Rupiah banyak keluar negeri!

oel

D Wak


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.