Waspada, Kamis 13 Oktober 2011

Page 22

Ekonomi & Bisnis DPK Perbankan Sumut Dibalik Penurunan Suku Bunga Naik 16,85 Persen B8

WASPADA Kamis 13 Oktober 2011

PERKEMBANGAN dana pihak ketiga (DPK) yakni Masih tinggidari para nasabah yang nya kepercayaan menyimpan uangnya di masyarakat mebank-bank yang ada di nyimpan uang di Sumatera Utara saat ini terus mengalami peningkatan bank, karena nasadari tahun sebelumnya bah merasa aman (year of year). Hal ini uangnya disimpan di disebabkan masih bank ada jaminan dari banyaknya masyarakat yang memberikan Lembaga Penjamin kepercayaan untuk Simpanan (LPS). menyimpan uangnya Elly Tjan di bank. Deputi Manager BI Deputi Manager (Peneliti Ekonomi Madya) di Kantor bunga/bagi hasil yang teKo-ordinator Bank Indonesia Sumutlah menjadi hak nasabah. Aceh Elly Tjan menyebutkan, hingga Bila nasabah bank memiliki simpasaat ini kepercayaan masyarakat nan lebih dari Rp100 juta maka sisa simuntuk menyimpan kan uangnya panannya akan dibayarkan dari hasil di bank masih tinggi, terbukti DPK per likuidasi bank tersebut. Agustus 2011 ini mengalami kenaikan Tujuan kebijakan publik penjaminan sebesar 16,85 persen menjadi Rp115,97 LPS tersebut adalah untuk melindungi triliun dari Rp100,81 triliun pada simpanan nasabah kecil karena Agustus 2010. berdasarkan data distribusi simpanan Kenaikan ini didominasi oleh DPK per 31 Desember 2006, rekening perbankan konvensional sebesar 97,06 bersaldo sama atau kurang dari Rp100 persen, sedangkan DPK perbankan juta mencakup lebih dari 98 persen syariah 2,94 persen dari total DPK. rekening simpanan. Sejak terjadi krisis Untuk pertumbuhan secara bulanan global pada tahun 2008, pemerintah DPK perbankan syariah 9,49 persen mengeluarkan Perpu No.3 Tahun 2008 lebih tinggi dibanding perbankan Tentang Perubahan Atas Undangkonvensional 1,31 persen. Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Mengenai turunnya suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan yang bank, Elly Tjan mengatakan, BI rate mengubah nilai simpanan yang dijamin yang diatur hanya merupakan suku oleh LPS menjadi Rp2 miliar. Perpu ini bunga acuan, sehingga animo dapat disesuaikan kembali, apabila masyarakat menyimpan uang di bank krisis global meluas atau mereda. masih cenderung meningkat. Sebelumnya Kepala Bidang “Masih tingginya kepercayaan Ekonomi dan Moneter Kantor Bank masyarakat menyimpan uang di bank, Indonesia Regional Sumut-Aceh Mikael karena nasabah merasa aman uangnya Budisatrio mengungkapkan, aset disimpan di bank ada jaminan dari perbankan di Sumut berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),” Bank Indonesia pada Juli 2011 tercatat kata Elly Tjan kepada Waspada, sebesar Rp148,43 triliun. Rabu (12/10). Jumlah ini mengalami kenaikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar Rp3,62 triliun atau naik 2,50 adalah suatu lembaga independen yang persen dibanding Juni 2011 yang berfungsi menjamin simpanan nasabah tercatat Rp144,81 triliun. Sedangkan jika perbankan di Indonesia. Badan ini dibandingkan dengan Juli 2010 terjadi dibentuk berdasarkan Undang-undang kenaikan Rp28,26 triliun atau naik Republik Indonesia Nomor 24 tentang 23,5 persen. Lembaga Penjamin Simpanan yang Kenaikan aset perbankan di Sumut ditetapkan pada 22 September 2004. ini didominasi oleh aset perbankan LPS berfungsi menjamin simpanan konvensional yang tercatat Rp142,92 nasabah bank dan turut aktif dalam triliun atau 96,29 persen dari total aset. menjaga stabilitas sistem perbankan Sementara aset perbankan syariah sesuai kewenangannya.Sejak tanggal 22 tercatat sebesar Rp5,51 triliun atau 3,71 Maret 2007 hingga sekarang, nilai persen dari total aset. simpanan yang dijamin LPS maksimum sebesar Rp100 juta per nasabah per * Sugiarto bank, yang mencakup pokok dan

Perbankan Optimis Sambut BI Rate BELUM ada reaksi apa pun yang menggejala di pasar terkait penurunan BI rate. Termasuk keadaan di lantai bursa. Turunnya BI Rate serta antisipasi keluarnya laporan keuangan emiten triwulan ketiga 2011 mampu memulihkan kepercayaan investor untuk kembali melakukan akumulasi saham–saham unggulan. Sebelumnya, kekhawatiran masalah utang Yunani telah memicu kepanikan jual investor hingga indeks sempat menyentuh level 3.200. Industri perbankan pun berharap keputusan penurunan BI rate 0,25 persen ke level 6,5 persen, berdampak positif terhadap pertumbuhan industri perbankan dan perekonomian Indonesia. Langkah ini menjadikan sektor perbankan yang belakangan ini dinilai tahan banting sebagai bumper perekonomian menghadapi krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat (AS). ‘’Saya melihatnya positif saja bahwa mudah-mudahan dengan penurunan BI rate ini maka suku bunga antar bank akan turun, cost of money turun, maka akan turunkan biaya terkait perbankan sehingga ada dampak bagi perekonomian Indonesia,’’ kata Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Zulkifi Zaini melalui siaran persnya, kemarin. Zulkifli mengatakan, nantinya ada harapan suku bunga kredit bisa dipertimbangkan untuk terjadi penurunan. Meskipun, penurunan 0,25 persen ini relatif kecil. ‘’Sebetulnya dari sisi suku bunga, 0,25 itu bukan angka terlalu besar. Tetapi mudahmudahan dengan penurunan suku bunga ini menjadikan ekonomi lebih bergairah dan fungsi intermdiasi jadi lebih bergairah dan pertumbuhan ekonomi lebih baik,’’ tegasnya. Meski begitu Zulkifli membantah jika saat ini sedang terjadi perlambatan di kredit perbankan. Dia lebih melihat bahwa keputusan penurunan BI rate itu karena inflasi lebih terkendali. ‘’Kami yakin Bank Indonesia sudah pertimbangkan semua hal sehingga menurunkan ini. Saya kira semua bank, utamanya bank Mandiri mendukung penurunan BI rate ini,’’ ulasnya. Perlu dicermati di tiga bulan terakhir pada tahun ini seberapa besar pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) di dalam negeri terkait adanya krisis global. ‘’Melihat pertumbuhan GDP pasca kejadian ini baru bisa analisa lebih detil. Nanti baru bisa lihat perkembangannya bagi ekonomi Indonesia dan perbankan,’’ imbuhnya. Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai wajar penurunan BI rate selama inflasi terkendali. ‘’Ikuti irama inflasi. Ini juga jadi bukti bahwa

Sebetulnya dari sisi suku bunga, 0,25 itu bukan angka terlalu besar. Tetapi mudah-mudahan dengan penurunan suku bunga ini menjadikan ekonomi lebih bergairah dan fungsi intermdiasi jadi lebih bergairah dan pertumbuhan ekonomi lebih baik. Zulkifli Zaini Direktur Utama Bank Mandiri kita terlepas dari kondisi global,’’ ucapnya. Namun untuk bisa sampai berdampak pada penurunan suku bunga bank, kata Jahja, akan tergantung dari funding (pembiyaan) masing-masing bank. ‘’Kalau mereka misalnya tergantung dari banyaknya deposito maka bunga deposito turun. Tetapi kalau sebaliknya ya tinggi,” terangnya. Sementara BCA, kata Jahja, lebih banyak dari tabungan dan giro. Sejauh positif maka ada potensi penurunan dan bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga akan turun. ‘’Bunga KPR kita kan 7,5 persen sekarang dan di angka itu saja permintaan langsung naik antara 38 sampai 60 persen. Artinya, semakin bunga turun dan murah, masyarakat yang mampu mencicil lebih banyak. Secara umum ya (penurunan BI rate) ini positif,’’ katanya. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gita Wirjawan, menilai turunnya suku bunga acuan atau BI Rate dari 6,75 persen menjadi 6,5 persen menunjukkan keyakinan Bank Indonesia menekan inflasi. Inflasi diperkirakan dapat ditekan di bawah lima persen. “Penurunan BI Rate akan menambah keyakinan dan kapasitas kita bahwa ke depan bisa terus mengendalikan inflasi,” ujar Gita. Menurut dia, BI baru menaikkan BI Rate menjadi 6,75 persen pada Februari 2011. Sementara itu, Malaysia dan Singapura sudah menaikkan suku bunga serupa lebih dari dua kali. Gita optimistis perekonomian Indonesia masih sangat stabil di tengah ancaman krisis global yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat. Rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 25-26 persen, jauh dari kondisi negara lain yang kini mengalami kesulitan ekonomi. Pada 2014, rasio itu bisa menurun sehingga mencapai 20 persen. “Saya yakin potret makro perekonomian Indonesia masih sangat seksi dibandingkan dengan perekonomian di Uni Eropa dan AS,” tambahnya. Armin Nasution

RAPAT dewan gubernur BI akhirnya memutuskan mendorong turun suku bunga BI rate dari 6,75 persen menjadi 6,50 persen. Tak banyak pasti yang terkejut dengan ini. Karena sinyal dari BI sebelumnya dan bahkan dari bulan lalu sebenarnya mengarah ke kondisi tersebut.

Artinya ada ruang bagi BI untuk menurunkan BI rate. Saat ditemui di acara pembukaan Bank Pundi di Jl. S. Parman Senin lalu, Deputi Pemimpin BI Medan Ahmad Fauzi pun mengisyaratkan hal serupa. “Kalau ditanya suku bunga saya berfikir kecenderungannya memang harus turun. Kita melihat bagaimana kondisi ekonomi saat ini dan banyaknya kredit menganggur yang siap disalurkan,” kata dia. Menurut Fauzi,wacana penurunan suku bunga itu pasti disambut pasar karena memang terbuka peluang untuk itu. Apa yang dikatakan Fauzi terbukti benar. BI kemudian menurunkan suku bunganya. Hal yang mendorong penurunan tersebut terjadi karena beberapa hal, katanya. Pertama tingkat inflasi yang memang rendah, kemudian kedua kelesuan ekonomi yang melanda Indonesia sehingga perlu dorongan agar sektor riil bisa bergerak dengan menurunkan BI rate, jelas Fauzi. “Begitupun dalam penurunan BI rate ini otoritas moneter pasti sangat berhati-hati karena kita tidak ingin menjadi blunder. Artinya jangan kita turunkan malah melemahkan instrumen lain seperti nilai tukar,” ungkapnya. Pada dasarnya, kata Fauzi, BI selalu melakukan kajian untuk melihat kondisi pasar. “Terutama tentang besarnya undisbursed loan atau kredit yang sudah siap dikucurkan tapi tidak jadi disalurkan. Mungkin dengan menurunkan suku bunga itu bisa didorong,” jelasnya. Apa yang dilakukan BI memang bertentangan dengan

Waspada/Armin Nasution

NASABAH menyimpan dananya di bank kemarin. Tidak ada kekhawatiran nasabah dan perbankan terkait turunnya BI rate dari 6,75 persen menjadi 6,25 persen. sebagian ekonom. Pengamat ekonomi baik itu di Medan maupun Jakarta cenderung yakin kalau BI tak akan berani menurunkan suku bunga. Sebab ada indikasi capital outflow (pelarian modal) yang ada di dalam negeri. Pelarian dana ini paling tidak bisa terjadi lewat SBI (sertifikat Bank Indonesia) dan SBN atau surat berharga negara. Apalagi sepanjang dua bulan terakhir indikator pendanaan dari asing terus merosot di kedua instrumen itu. Ekonom dari Medan Vincent Wijaya, Rabu (12/10), menyikapi penurunan itu sepertinya ingin menunjukkan kalau BI taku mau didikte ekonom atau praktisi. “Mereka seperti-

nya ingin menunjukkan tak mau didikte. Padahal argumen yang bergulir sepanjang pekan lalu adalah BI rate tidak baik kalau diturunkan,” jelasnya. Menurut dia, indikator para ekonom yang mengharuskan BI rate tidak turun adalah pertama faktor psikologis. “Memang penurunannya 0,25 persen saja. Tapi jika secara psikologis ditanggapi pasar dengan negatif bukan tidak mungkin pelarian rupiah ke luar negeri makin tinggi,” jelasnya. Jadi efek psikologis jadi alasan, kata vincent. Gejala kedua yang harusnya dipertimbangkan adalah kalau tujuannya untuk mencapai sektor riil maka penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin tidaklah

terlalu besar. “Artinya penurunan sebesar itu tidak akan terlalu berpengaruh banyak kepada debitur. Saya tidak yakin ketika itu diturunkan 0,25 persen langsung menaikkan minat pasar untuk menggunakan pembiayaan dari perbankan,” jelasnya. Menurutnya, penurunan kali ini sekadar agar BI tidak didikte para ekonom yang menyuarakan agar BI jangan dulu menurunkan suku bunga. Terkait klaim yang dinyatakan ekonom bahwa kalau penurunan BI rate 0,25 persen terlalu kecil sepertinya tidak diamini BI. Ahmad Fauzi mengatakan walau penurunannya 0,25

persen tapi kalau dikalikan saja dengan undisbursed loan itu sudah luar biasa. “Memang penurunannya harus dibuat seperti itu untuk menjaga berbagai indikator di pasar. Mana bisa dibilang kecil 0,25 persen jika dikalikan dengan jumlah dana yang ada di perbankan, ujarnya. Penurunan BI rate kali ini diharapkan otoritas moneter tersebut bisa mendorong sektor riil. Nantinya penurunan tersebut biasanya akan berdampak ke suku bunga kredit konsumer termasuk KPR, kredit pemilikan mobil dan yang lain. Tapi efeknya biasa baru muncul tiga bulan ke depan. · Armin Nasution

Emas Alternatif Menyimpan Uang MELIHAT kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga menjadi 6,50 persen ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap beberapa nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Malah nasabah menilai menyimpan uang di bank tidak untuk mencari keuntungan dari bunga yang disimpan, tetapi agar uangnya bisa disimpan dengan aman dan dapat diambil kapanpun. Salah seorang nasabah, Mahbubah Lubis, pegawai swasta salah satu perusahaan di Medan saat dimintai tanggapannya mengenai turunnya suku bunga bank, dirinya terkesan cuek bahkan mengaku tidak peduli dengan naik turunnya bunga bank, yang penting dirinya bisa menyimpan uang di tempat yang aman. “Sudah delapan tahun saya menyimpan uang saya di bank, namun tujuannya saya menyimpan uang tidak untuk mencari bunga, tetapi agar uang yang saya simpan bisa aman dan bisa diambil kapan saja. Daripada di simpan di rumah akan lebih beresiko,” ujarnya. Hal yang sama juga disampaikan EmilW Aulia, warga Jl. Abdul Hakim, Pasar I Setia Budi Medan. Turunnya suku bunga bank, tidak mempengaruhi niatnya untuk menyimpang uang di bank. Namun baginya, menyimpan uang di bank tidak untuk mencari bunga, melainkan untuk transaksi bisnis dan keperluan sehari-hari. “Karena menyimpan uang di bank akan mudah diambil untuk keperluan sehari-hari yang mendesak,” ujarnya. Emil sendiri mengatakan, menyimpan uang di bank tidak untuk mencari keuntungan atau bunga karena dalam Islam bunga itu sama dengan riba. “Namun kalau menyimpan uang atau harta dalam jangka waktu yang panjang, lebih baik menyimpannya dalam bentuk emas ataupun perak daripada menyimpan harta dalam bentuk uang kertas di bank,” ujarnya. Menurut Emil, berapa pun

Waspada/Armin Nasution

SAAT suku bunga turun, emas dianggap pemilik dana menjadi alternatif simpanan. Begitupun perbankan tidak risau saat harga emas mencapai 1.920 dolar AS per ounce karena penyimpan terutama masyarakat awam tetap mempercayai perbankan. besarnya uang kertas yang kita simpan, bisa mengalami penurunan nilai dari waktu ke waktu. Sedangkan jika menyimpan harta dalam bentuk emas atau perak seperti Dinar atau Dirham, maka nilainya akan tetap sama. “Misalnya, jika kita memiliki 1 Dinar, sampai kapanpun nilainya akan tetap 1 Dinar,” ujar Emil. Dia menyebutkan, Dinar terbuat dari emas dengan nilai satuan seberat 4,25 gram, dimana watak dari emas tersebut tahan terhadap inflasi, sedangkan uang kertas akan berpengaruh terhadap inflasi. “Jika seseorang menyimpan emas berarti menjaga hartanya agar tidak “dirampok” oleh inflasi,” ujarnya. Sehingga, katanya, menyimpan Dinar bisa sebagai

Namun kalau menyimpan uang atau harta dalam jangka waktu yang panjang, lebih baik menyimpannya dalam bentuk emas ataupun perak daripada menyimpan harta dalam bentuk uang kertas di bank. Emil W Aulia Pemilik emas

alternatif sebagai bentuk menyimpan harta kita agar tidak dimakan inflasi. Apalagi menyimpan dinar tidak terpengaruh terhadap naik turunnya bunga, karena menyimpan dinar tidak mengharapkan bunga seperti menyimpan uang di bank. “Malah kenaikan harga emas melebihi dari suku bunga.

Pertahun rata-rata kenaikan harga emas dalam uang kertas sebesar 30 persen, malah pada tahun ini malah naik sebesar 50 persen. Begitu juga dengan kenaikan harga perak yang lebih tinggi lagi,” ujarnya. Sementara itu, Andri, warga Medan Estate mengatakan, sejak enam bulan yang lalu untuk menyimpan hartanya da-

lam bentuk uang untuk investasi, tidak dilakukan dengan menyimpan uang di bank, melainkan menyimpan uangnya dengan menukarkannya dengan koin Dinar atau koin Dirham. Andri mengakui, dirinya masih menyimpan uang di bank, namun uang yang disimpan tersebut bukan untuk mencari keuntungan ataupun mengejar tingginya suku bunga melainkan sekadar disimpan untuk keperluan-keperluan yang bersifat mendesak dan keperluan sehari-hari. “Kalau mau berinvestasi, ya sebaiknya menyimpan uang dalam bentuk emas, karena nilai emas sampai kapanpun tidak akan berubah,” ujarnya. * Sugiarto


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.