Waspada, Jumat 27 Mei 2011

Page 27

Aceh

WASPADA Jumat 27 Mei 2011

C9

Oknum TNI Cabuli Bocah Lima Tahun LHOKSUKON, Aceh Utara (Waspada): Oknum TNI yang bertugas di Kec. Tanah Pasir, Aceh Utara dilaporkan mencabuli bocah perempuan yang masih berusia lima tahun. Korban merupakan anak anggota Polri yang juga tinggal di Kec. Tanah Pasir. “Kasus ini sudah kita serahkan ke Polisi Militer (POM). Bahkan tersangka AG, 35, sudah beberapa hari diamankan di POM,” kata Kapolres Aceh Utara AKBP Farid Bachtiar Effendi, melalui Kasat Reskrim AKP Suwalto, di ruang kerjanya, Kamis (26/5). Menurut Kasat Reskrim, di hadapan petugas, tersangka AG mengaku telah tiga kali mencabuli korban dengan meraba dan ‘memainkan jari’ ke kemaluannya. Aksi pertama dilakukan pertengahan April 2011, lalu awal Mei 2011

dan terakhir Rabu 18 Mei 2011, sekitar pukul 11:00. “Korban dicabuli di kamar tidur pelaku dan rata-rata dilakukan sekitar pukul 11:00 siang. Pelaku juga sempat mengancam pukul korban jika mengatakan masalah itu ke orangtuanya. Namun karena curiga melihat anaknya yang sering mengeluh sakit di kema-luan, orang tua korban menanyakan penyebabnya sehingga kasusnya akhirnya terbongkar,” kata AKP Suwalto. Masih menurut Kasat Reskrim, korban juga sudah divisum di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe, 20 Mei 2011. Hasilnya, bagian kemaluannya memang rusak atau luka seperti terkena benda tumpul.(cmus)

Petani Nagan Raya Terima 100 Ribu Benih Ikan BANDA ACEH (Waspada): Ratusan petani ikan air tawar di Kabupaten Nagan Raya menerima hibah benih ikan air tawar dari PESAT (Proyek Ekonomin Sosial Aceh Terpadu). Secara simbolis 5.000 ekor benih ikan nila itu diserahkan kepada warga Desa Lhok Seumot, Kec.Beutong, Nagan Raya, Rabu, (25/5). Deputy Team Leader PESAT, Vedia Achmad dalam rilisnya kepada Waspada menyebutkan, penyerahan 5.000 ekor benih ikan air tawar itu masih tahap awal. Secara keseluruhan PESAT akan menyerahkan 100.000 ekor benih ikan air tawar kepada 100 petani ikan air tawar di kabupaten itu. Vedia menambahkan, program PESAT berupaya untuk berkontribusi dalam memutuskan rantai kemiskinan melalui wadah koperasi. “Pengembangan ekonomi masyarakat melalui koperasi bisa memahami konsep

membantu dirinya sendiri yang dilakukan secara bersama,” jelas dia. Menyikapi kesulitan petani memasarkan komoditinya, Vedia mengungkapkan, pihaknya mendukung kehadiran Kopemas Aceh (Koperasi Pemasaran Masyarakat Aceh) sebagai sebuah solusi dari persoalan tersebut. Ali Hasyimi, mewakili petani dalam kesempatan itu mengatakan bahwa masyarakat di Nagan Raya telah lama membudidayakan ikan air tawar. Namun, kata dia, pengetahuan masyarakat dalam membudidayakan ikan air tawar masih minim. Akibatnya, lanjut dia, ketika petani menaburkan puluhan ribu benih ikan ke kolamnya, peluang hidup ikan sangat rendah. Karena itu, pihak PESAT telah memberikan pengetahuan kepada petani mengenai bagaimana membudidayakan ikan air tawar secara baik. (b05/cak)

Perlu Pemantau Independen Hadapi Pilkada Aceh BANDA ACEH (Waspada): Ketua Pusat Lembaga Acheh Future, Razali Yusuf menyatakan, menghadapi suksesi politik melalui Pilkadasung di Aceh perlu adanya lembaga pemantau independen dan dipercaya publik, guna memonitor proses Pilkadasung secara objektif dan terbuka. Selain itu, perlu adanya koordinasi terpadu di antara semua stakeholder dalam rangka mewujudkan proses demokrasi serta proses politik secara damai dan sehat. Hal itu disampaikan Razali Yusuf kepada Waspada, Rabu (25/5), menyikapi pekembangan politik di Aceh menjelang Pilkadasung

yang menurut recana akan berlangsung Oktober mendatang. Menurut Razali, selain kedua hal itu, diperlukan juga adanya proses pencerahan dan pendidikan politik oleh berbagai pihak yang berkompeten, terutama lembaga non politik praktis, guna meningkatkan kapasitas dan kualitas perpolitikan di tingkat masyarakat pemilih, terutama arus bawah (grass road). “Kami dari Lembaga Acheh Future dengan 26.000 relawan tersebar di hampir seluruh Provinsi Aceh, siap membantu jika dipercaya,” katanya.(b09)

Gua Peninggalan Jepang Terabaikan LHOKSEUMAWE (Waspada): Gua yang terletak di Desa Paloh Dayah, Muara Satu, Lhokseumawe, yang merupakan markas sekaligus benteng pertahanan tentara Jepang pada masa kolonial, sampai sekarang terabaikan. Gua yang berjumlah belasan, bertabur di barisan bukit panjang itu memisahkan antara Desa Paloh Dayah dan Blang Panyang. Sedikit sekali penduduk Lhokseumawe yang mengetahui, sebab tertutup ilalang tebal dan dikelilingi hutan belukar. “Jarang sekali ada orang yang datang kemari, apalagi pada masa konflik dulu tentu akan menimbulkan kecurigaan aparat. Memang ada jalan yang sepertinya di bangun Jepang, tetapi sampai sekarang pun hanya petani di sana saja yang sering lewat karena urusan ladang,” kata tokoh masyarakat setempat, M Thayeb kepada Waspada, Rabu (25/5). Gua itu tidak mengalami banyak kerusa-

kan sekalibun merupakan tanah yang dilubangi dan terlindungi seandainya ada pesawat musuh yang mengintai. Pada masa itu, kisah Thayeb, pihak Jepang berada di pihak rakyat Aceh dalam menghalau pendudukan Belanda yang hendak menguasai kembali bumi Aceh. Bahkan, salah seorang prajurit Jepang tetap memilih tinggal di gua itu dan menikah dengan gadis Aceh yang tinggal di seputar gua, ketika pasukan mereka ditarik balik ke negerinya tak lama setelah pembumi-hangusan Hiroshima dan Nagasaki. Thaib memandang sayang sekali bila situs sejarah itu terabaikan, padahal memiliki nilainilai sejarah yang bisa dijadikan objekwisata, sebagaimana halnya di tempat lain. “Tapi memang pemerintah kita tidak memerhatikan hal-hal seperti ini, sebab masalah politik dan kekuasaan masih selalu menjadi perkara terdepan,” tandasnya. (b12)

DERMAGA Pelabuhan Rakyat Desa Ujong Pie, Kec. Muara Tiga, Pidie patah dihantam gelombang pasang, Kamis (26/5) sekira pukul 07:00.

Waspada/Muhammad Riza

Dermaga Pelabuhan Ujong Pie Ambruk Dihantam Gelombang SIGLI (Waspada): Dermaga Pelabuhan Rakyat Desa Ujong Pie, Kec. Muara Tiga, Kab. Pidie ambruk dihantam gelombang pasang, Kamis (26/5) sekira pukul 07:00. Tidak ada korban jiwa maupun Kapal Motor (KM) milik nelayan yang rusak dalam perestiwa itu. Sebab, saat golombang pasang muncul menghantam jembatan dermaga tersebut, puluhan kapal motor nelayan sudah berlayar. Anggotra Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie Suadi Sulaiman yang juga warga setempat, kepada Waspada, mengatakan peristiwa ambruknya dermaga pelabuhan rakyat itu dikarenakan mutunya tidak bagus. Selain fisik pembangunan tidak bagus juga saat disurvey sebelum dibangun, air laut

sedang pasang. Sehingga setiap datang pasang terlebih pasang purnama, bangunan dermaga Desa Ujong Pie yang dibangun melalui dana Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) 2008 dan 2009 itu acap dihantam gelombang laut raksasa, hingga akhirnya ambruk ke dasar laut. Ekses dari hancurnya dermaga tersebut, aktifitas ratusan nelayan di Desa Ujong Pie terganggu. Nelayan terpaksa menurunkan hasil tangkapan dengan cara turun ke laut, selanjutnya secara perlahan-lahan berenang ke tepi pantai. “Nelayan terpaksa menurunkan hasil tangkapan dengan cara masuk ke laut, selanjutnya perlahan-lahan mendorong hasil tangkapan itu ke darat,” kata Suadi. Menurut Suadi, bangunan dermaga mudah ambruk dikeranakan konstruksi yang digunakan rapuh, sehingga mudah patah. Nelayan mengharapkan

pemerintah memperbaiki dermaga ini dengan layak, supaya aktifitas kembali lancar. Selain itu, kata Suadi, pemerintah perlu membangun batu pemecah ombak sepanjang pantai Muara Tiga, mengingat abrasi pantai di kawasan itu kian parah. Puluhan rumah warga di sepanjang tepi pantai telah amblas ke dasar laut, begitu pun fasilitas umum semisal jalan dan rumah ibadah, hancur dihantam gelombang pasang raksasa. Kepala Dinas Perhubungan Pidie Muktar, kepada Waspada, menyatakan pembangunan dermaga Ujong Pie dilaksanakan tiga tahap terhitung sejak 2008 – 2009. Untuk 2010, katanya, tidak ada lanjutan pembangunan. Lanjutan pembangunannya, sebut Muktar, kembali dilakukan 2011 menggunakan APBA. “Dana lanjutan dermaga ini untuk tahun 2011 sudah ditendar dan dalam waktu dekat dikerjakan,” katanya.(b20)

Dinkes Pijay Perhatikan Nasib Balita Gizi Buruk MEUREDU (Waspada): Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya serius memperhatikan nasip balita dan anak gizi buruk. Dua balitan asal Desa Dayah Langgien, Kecamatan Bandar Baru yang sebelumnya sempat dirawat secara intensif kini kondisi kesehatanya sudah membaik. Bukti keseriusan Pemkab Pidie tersebut dalam memperhatikan nasip balita gizi buruk tersebut terlihat dalam menindak lanjuti program pengentasan bagi penderita gizi buruk, Dinas Kesehatan (Dinkes) Pidie Jaya, kembali menyalurkan bantuan berupa Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk

dua balita dimaksud. Kepala Dinkes Pidie Jaya, Munawar Ibrahim Skp, Mph didampingi Kepala Seksi (Kasie) Gizi, Nurwaidah Skm kepada Waspada, Kamis (26/5) mengatakan, sebelumnya kedua balita guzi buruk itu, nyakni Nazarrullah, 2 dan Nazariani, tujuh bulan sempat dirawat di Puskesms Bandar Baru, namun selang satu hari, Dinkes Pidie Jaya merawat kedua anak itu selama 20 hari di Rumah Sakit Umum (RSU) Sigli, Kabupaten Pidie. Semua biaya terutama biaya pendamping bagi kedua anak tersebut, dibiayai oleh Pemkab Pidie Jaya. Karena sebut Nurwai-

dah, penyaluran PMT tahap pertama bagi kedua anak gizi buruk tersebut merupakan programlanjutankomitmentersebut “Kami langsung mendatangi kedua balita dengan menyalurkan batuan berupa susu, roti, dan kacang hijau untuk asupan gizi selama 3 bulan mendatang,”sebut Nurwaida, seraya mengatakan kedua balita tersebut selama menjalani perawatan dalam pengawasan tim Dinkes Pidie Jaya, kondisi berat badan Nazariani telah membaik dari sebelumnya 2,8 Kg menjadi 4,6 Kg demikian juga Nazarullah dari 7 Kg kini menjadi 8,3 Kg.(b20)

Modal Pemkab Aceh Timur Di BUMD Rugikan Daerah IDI, Aceh Timur (Waspada): Penyertaan modal Pemkab Aceh Timur pada sejumlah lembaga usaha, termasuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) semisal PDAM, dinilai sia-sia. Investasi yang sejatinya menghasilkan untung bagi pendapatan asli daerah atau PAD itu justru membuat Pemkab Aceh Timur, buntung. “Penyertaan modal tersebut merugikan keuangan daerah. Ini bisa dianalisa dari penyertaan modal Pemkab Aceh Timur pada PDAM Tirta Peusada. Tahun 2009, Tirta Peusada dapat suntikan modal Rp2 miliar dan 2010 Rp5M. Tetapi kebijakan ini tidak memberikan pemasukan signifikan untuk PAD,” kata Auzir Fahlevi, Ketua LSM Gerakan Masyarakat Partisipatif (GeMPAR), Rabu (25/5). Menurut Auzir, kondisi itu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Bupati selaku pengambil kebijakan harus bersikap tegas dan perlu melakukan langkah evaluatif terhadap manajemen dan kinerja PDAM secara menyeluruh. Jika memang tidak menguntungkan Pemkab secara ekonomis, sebaiknya, investasi itu distop dan jangan dilanjutkan lagi di tahun mendatang.(cmus)

Irigasi Primer Dipenuhi Semak SAWANG, Aceh Utara (Waspada): Musim tanam tiba, sepanjang 30 ribu meter saluran irigasi yang mengairi areal sawah di Kec. Sawang, Muara Batu dan Kec. Dewantara ditumbuhi semak belukar dan lumpur. Pasalnya, musim tanam kedua tahun 2011 anggaran pembersihan tidak sampai ke kecamatan. Pengamatan Waspada, Rabu (25/5), lantai irigasi sudah tertimbun lumpur, dinding dipenuhi semak belukar dan juga pematang irigasi. Akibat kondisi ini sangat sulit air teraliri sampai ke tujuan, dengan panjang saluran mencapai 30 ribuan meter tersebut. “Saya sebagai penanggung jawab di kecamatan sudah mengintruksikan ke tiap-tiap desa melalui Geuchik agar agar dibersihkan. Namun, mengingat tiap tahunnya tersedianya anggaran pembersihan, masyarakat terlihat masih enggan membersihkannya,” ucap M. Saleh Bulang, Keujruen Chik (Ketua Irigasi-red) Kec. Sawang. Setelah rapat dengan pihak Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kec. Sawang sebulan lalu, surat edaran dikirim ke desa-desa mulai peraturan pembersihan irigasi, kenduri blang (peresmian turun ke sawah--red) sampai penaburan benih. Umur benih sampai hari sebagian desa sudah mencapai belasan hari, belum juga irigasi primer tersebut dibersihkan. “Tahun ini tidak jelas informasi tentang anggaran pembersihan, kendati demikian, tahun lalu ada disediakan dan diberi kepada pada petugas Penjaga Pintu Air (PPA) yang sebenarnya itu kewenangan saya, sebagaimana mestinya beberapa tahun lalu,” katanya. Hasil pertemuannya dengan Kepala Dinas Pengairan Aceh Utara, anggaran tersebut ada disediakan dan sudah dilimpahkan ke kepala ranting wilyah tersebut, Sementara itu Kadis Pengairan Aceh Utara, tidak berhasil saat dihubungi Waspada. (b03)

Nuraini: ‘Nurmailis Dan Kahar Telah Cerai’

Waspada/Abdul Mukthi Hasan

TERSANGKA A dan HS memperagakan cara menghabisi nyawa Rosnidar boru Aritonang dalam rekonstruksi di Mapolres, Bireuen, Rabu (25/5).

Rosdinar Boru Aritonang Dibunuh Saat Tidur BIREUEN (Waspada): Rosnidar Boru Aritonang, 58, warga Dusun Gedong Sagoe, Kec. Kota Juang, Bireuen yang tewas di rumahnya dan jasadnya baru ditemukan dua hari kemudian, rupanya dibunuh di dalam kamar saat tidur. Mulutnya dibekap tersangka A, 23, dan HS,22, warga Kota Juang. Hal itu terkuak dalam rekonstruksi di Mapolres Bireuen, Rabu (25/5) petang diperankan para pelaku, sedangkan korban diperankan Bripda Intan, Polwan Polres setempat. Rekonstruksi dipimpin Kanit I Pidum Bripka Zulkarnen didampinggi sejumlah anggota Reskrim dan identifikasi serta Samapta. Adegan dimulai dari A dan HS mengintip kemudian masuk ke rumah dan langsung menutup mulut korban sekaligus mencekik-

nya. Kemudian leher korban dijerat benang pancing, dan tangan HS digigit Rosnidar yang melawan. Kemudian A mengambil pisau dan menusuk leher Rosnidar hingga tidak bergerak. Setelah tewas, keduanya mencari harta benda korban, dan menemukan sejumlah uang serta perhiasan. Selanjutnya keduanya menghilang di kegelapan. Kapolres Bireuen AKBP HR Dadik Junaedi, SH melalui Kasat Reskrim Iptu Novi Edyanto, mengatakan, hasil rekontruksi, terungkap jelas bagaimana kejadian pembunuhan sesungguhnya. Kendalanya selama ini, karena Aulia baru tertangkap. “Berkas para tersangka segera kita lengkapi dan dalam waktu dekat kita kirim ke Kejari,” tegasnya.(amh)

MEURAH MULIA, Aceh Utara (Waspada): Nuraini, 51, warga Gampong Rangkileh, Kec. Meurah Mulia, Aceh Utara, Kamis (26/5) pagi ketika ditemui Waspada di rumahnya mengatakan, Nurmailis, 25, anak ke dua dari tiga bersaudara telah lama cerai dari suaminya Kahar. Perceraian dipicu cemburu buta suaminya. Selain itu, Nurmailis sering dipukuli suaminya. Pernikahan antara Nurmailis dan Kahar terjadi pada 2005. Setelah tiga bulan menikah, Kahar memukuli isteri bahkan juga ibu mertuanya di Keude Geudong, Samudera, Aceh Utara. Pertengkaran itu disebabkan kecemburuan suaminya yang berlebihan. Atas perbuatannya itu, Kahar terpaksa menginap tiga hari tiga malam di sel Mapolsek Samudera. “Kahar itu cemburu buta. Kalau ada orang mengklakson Nurmailis, maka akan jadi masalah. Di Keude Geudong saya sempat diinjak-injak. Untung ada warga yang melerai, jika tidak akibatnya bisa fatal. Sebelum kejadian anak saya juga sering dipukuli,” jelas Nuraini, ibu Nurmailis. Karena tidak tahan sikap suaminya, akhirnya Nurmailis mengajukan gugatan cerai ke Mahkamah Syar’iyah. Di sana, Nurmailis minta dipasah. Sete-

lah dua kali persidangan, gugatan itu dikabulkan hakim. Merasa dirugikan, Kahar mengajukan banding dan hasilnya, Nurmailis kembali menang, namun Kahar tidak mau menandatanganisuratkeputusanter-sebut. “Kita masih menyimpan surat perceraian yang dikeluarkan Mahkamah Syar’iyah. Karena itu tidak benar, anak saya Nurmailis berslingkuh. Nurmailis dan Fadil, (korban pembunuhan) telah tujuh bulan menikah. Pernikahan berlangsung di Medan, Sumatera Utara,” tegas Nuraini. Sementara itu, Kamis (26/ 3), Kahar telah dijemput dari RSUD Cut Mutia dan diamankan di sel tahanan Mapolresta Lhokseumawe. Polisi juga mengamankan barang bukti sebilah pisau komando 30 cm, jaket korban warna cream, kaus oblong warna orange, singlet putih, rompi penahan angin. “Kita masih perlu pendalaman. Kita juga segera memeriksa saksi-saksi. Sampai saat ini, motifnya pembunuhan berencana,” kata AKBP Kukuh Santoso, Kapolres melalui AKP Galih Indra Giri, SIK, Kasat Reskrim dan Aipda J Situmorang, Kanit 1 Tipidum. Seperti diberitakan sebelumnya, Rabu (25/5), Kahar membunuh Fadil di areal persawahan Gampong Rangklileh,

Meurah Mulia, menggunakan pisau komando. Pembunuhan dipicu cemburu di mana tersangka menuding korban merebut isterinya.(cmun)

Perpisahan SMP Muara Batu BIREUEN (Waspada): Biasanya acara perpisahan siswa kelas III sering diiisi dengan acara hiburan atau acara hiburan lainnya. Namun SMPN I Muara Batu, Aceh Utara baru-baru ini mengadakan acara perpisahan mengisi dengan acara khatam Al Quran pada awal acara. Setelah itu mereka baru mereka menggelar dengan acara serimonial dan terakhir menutup dengan acara penyerahan kado dan salam-salaman. Kepala SMNI Muara Batu, Drs Rusmaniah Mpd, disela-sela acara perpisahan mengatakan sekolah yang dipimpinnya sepakat menggelar khatam Al Quran mengawali acara perpisahan tahun ini, supaya diberikan keberkahan dari Allah SWT. Setelah itu, lanjutnya baru mengadakan acara serimonial untuk melepaskan para pelajarnya yang telah ikut UN beberapa waktu lalu, serta acara penyerahan bingkisan dari pelajar kepada wali murid dan kepala sekolah. (amh)

Waspada/Bustami Saleh

SEORANG warga sedang mengamati saluran irigasi yang dipenuhi semak belukar, di Desa Lhok Kuyun, Kec. Sawang, Aceh Utara, Rabu (25/5).

WHO WANTS TO BE GUBERNUR ACEH? Menurut anda siapakah sosok yang paling tepat sebagai Gubernur Aceh tahun 2011-2016 ........................................................................................ Nama pengirim

: ......................................................

Alamat

: ......................................................

No. KTP

: ......................................................

Isi dengan huruf balok dengan jelas dan terang


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.