Waspada, Jumat 26 Agustus 2010

Page 14

B4

Semarak Ramadhan Prof.Dr.Hasballah Thaib,MA

Vulgaritas Bukan Karakter Kita SALAH satu kelebihan manusia dari makhluk lain adalah kemampuannya berbicara--berkat lidahnya--untuk mengeluarkan statement (pernyataan) yang dapat ditangkap oleh orang atau kelompok lain dalam masyarakat diman ia berada. Namun perlu diingat bahwa kemampuan berbicara bagai pisau bermata dua, pada satu sisi ia dapat memberikan informasi yang berguna bagi orang lain dan bahkan dapat menciptakan keharmonisan sosial, pada sisi lain kemampuan berbicara dapat menciptakan kekacauan, kebingungan, dan memperumit masalah-masalah yang sebelumnya telah menumpuk, hingga membuat masyarakat menjadi tidak santun dan vulgar Islam, menekankan sekali betapa pentingnya kesopanan dalam bebicara agar tercipta keharmonisan hidup, dan ketenangan dalam bekerja. Untuk itu setiap orang dituntut dalam dua hal, pertama, menghindarkan statemen palsu, kedua, menghindarkan vulgaritas. Dan orang-orang yang tidak memberikan pernyataanpernyataan (statemen-statemen) palsu (yang tak berdasar). Apabila mereka sedang melewati sesuatu yang sia-sia, mereka tetap menjaga kehormatan dirinya. (Q.S. 25/al-Furqan:73). Paling tidak ada dua hal yang dapat ditangkap dari ayat ini. Pertama, bahwa salah satu karakter seseorang yang pantas disebut beriman, dan dengan demikian bangsa Indonesia, adalah tidak sering mengeluarkan statemen-statemen palsu yang tidak berdasar, tanpa data dan fakta. Kedua, dalam situasi yang kurang menguntungkan mereka selalu menjaga kehormatan diri dan keharmonisannya. Dua hal yang kini menjadi persoalan yang sangat akut di tengah masyarakat kita, yang seakan membawa bangsa ini ke ambang kehancuran karakternya. Untuk melihat bagaimana kaitan antara lidah dengan harmonisasi sosial, kiranya perlu disimak ilustrasi berikut: Pada suatu saat seseorang pernah bertanya kepada AlGhazali: Tuan, siapakah yang paling dekat dengan kita? ‘Allah SWT kata Al-Ghazali’. Kalau begitu siapa yang paling jauh dari kita? Al-Ghazali menjawab; yang paling jauh dari kita adalah kata-kata kita. Sebab begitu kata-kata itu kita keluarkan (apalagi bagi mereka yang public figur), kata-kata itu akan melayang-layang di tengah-tengah masyarakat. Ia akan mengingatkan orang-orang atau akan menghantui dan mengadudomba anggota-anggota masyarakat yang ditemuinya. Begitulah, sekali kata-kata dikeluarkan, dia tidak akan bisa ditarik lagi meskipun dengan kekuatan sekaliber presiden atau raja. Illustrasi ini mengingatkan kita pada pribahasa yang mengatakan bahwa “mulutmu adakah hariumum” yang dapat menerkam dan mengempaskanmu di suatu saat, cepat atau lambat. Puasa Ramadhan mendevaluasi vulgaritas kita; kita diminta untuk berbicara lebih sopan. Sebab ‘kalau pisau yang melukai tubuh masih ada obat di tangan para ahli. Akan tetapi bila bila lidah melukai hati kemana obat akan dicari”. Bulan ini tempat kita untuk menghentikan segala bentuk vulgaritas yang telah mencoreng karakter sopan santun kita. Wa Allahu A’lamu bi al-Shawab.

Takdir Dan Dinamika Hidup KEYAKINAN akan adanya takdir menjadi rukun iman yang terakhir, dan juga harus diyakini oleh setiap Muslim. Keyakinan ini sangat penting, karena merupakan satu dari enam rukun iman yang menjadi keyakinan umat Islam. Tanpanya seseorang belum berhak memperoleh gelar sebagai orang beriman (mukmin).Yang menjadi permasalahan adalah apakah yang dimaksud dengan kata takdir. Paling tidak ada dua pemaknaan kata takdir. Pertama, takdir adalah ketentuan hidup yang harus dijalani manusia seperti yang ia dialaminya saat ini, baik senang maupun susah. Jika ia susah, itulah takdirnya dan ia tidak bisa merubahnya, karena itulah takdirnya. Merubahnya sama dengan kekurangpercayaan kepada Tuhan. Pengertian ini tentu membawa kepada sifat fatalis, sikap menerima tanpa ada upaya merubahnya. Sifat fatalis ini pernah dalam sejarah Islam sebagai faktor kemunduran, karena ketika mereka dijajah oleh penjajah, lalu dikembangkan bahwa aitu takdir umat Islam. Atau ketika mereka berada dalam penguasaan penguasa yang zalim, mereka menerimanya karena sudah demikian takdirnya. Akhirnya untuk berkian tahun umat Islam dalam jajahan kolonial atau berada dalam penguasaan pejabat yang tiran. Pengertian kedua, takdir adalah kenyataan hidup yang dialami manusia setelah ia berusaha secara maksimal. Misalnya, seseorang setelah belajar maksimal ternyata nilai ujiannya hanya C, maka itulah takdirnya. Jadi takdir diketahui setelah terjadi, bukan sebelum terjadi. Nilai C diketahui setelah ujian bukan sebelumnya. Di sini perbedaan pengertian kedua dari pengertian pertama. Menurut pengertian pertama, takdir diketahui sebelum terjadi sehingga cenderung fatalis, maka pengertian kedua diketahui setelah terjadi. Jadi takdir adalah sejenis batasan yang diperoleh seseorang sesuai usahanya, tidak mungkin melebihinya. Ambillah contoh, seorang pedagang sayur di pinggir jalan tidak akan mungkin menjadi kaya raya jika demikian usahanya. Jika ia ingin jadi kaya raya ia harus merubah usaha dari pedagang eceran menjadi pedagang besar atau toke sayur. Jadi jangan menghayal kaya raya dengan usaha yang ada karena begitulah takdir pengusaha eceran. Pecahpun kepalanya memikirkan teori-teori kaya jika ia hanya tetap pedagang sayur ecerah, ia tidak mungkin menjadi kaya raya. Jadi harus ada upaya lain, mengubah strategi dagang jika ingin jadi kaya raya, karena takdir jualan eceran hanya sekedar cukup untuk makan. Setelah ia mengembangkan usaha menjadi distirbutorpun belum tentu kaya karena ada faktor lain, misalnya pengalaman. Jadi ia harus berpengalaman dulu, dan dari situlah ia memiliki cara-cara lain untuk sukses. Seringkali oranag sukses dimulai dari kegagalan. Inilah makna takdir, karena itu al-Qur’an selalu mengaitkan suatu peristiwa dengan adanya sebab akibat (sunnatullah) yang abadi dan tetap adanya (Q.S. al-Fath: 23). Sayangnya manusia tidak selamanya mampu menangkap sunnatullah, akhirnya menyebutnya sebagai takdir, dan keyakinan semacam ini berfungsi untuk melepaskan manusia dari belitan putus asa jika belum mencapai apa yang diinginkan. Allah berfirman: ”...Agar kamu tidak putus asa karena memperoleh musibah...” (Q.S. al-Hadid: 23). Oleh karena itu, takdir bersifat dinamis, mendorong manusia untuk terus mencari yang terbaik karena ia belum mengetahui takdirnya. Tentulah manusia berharap yang terbaik bagi dirinya, maka jika ia menemukan kekurangan harus disyukuri, karena memang hakikat hidup di antara syukur dan sabar. Jika saja seorang hamba mensyukurinya, mudah-mudahan kesuksesan akan menanti. Inilah maksud ayat yang artinya: ”Jika engkau bersyukur Aku akan menambahi nikmat-Ku dan jika kamu tidak bersyukur ingatlah azab-Ku sangat pedih” (Q.S. Ibrahim: 7).

Konsultasi Zakat

Ramadhan Sebagai Bulan Renungan MEDAN (Waspada): Prof.Dr.H.Hasballah Thaib,MA dalam ceramah Ramadhan 1431H, menceritakan tentang kekuatan seorang istri bernama Chadijah, karena cintanya terhadap suaminya Muhammad yang sedang merenung berada di dalam gua hira’ yang cukup tinggi. Ternyata Chadijah sanggup untuk naik mendaki guna mengantarkan makanan. Hal itu dikatakan Hasballah Thaib, pada acara buka puasa bersama para dosen, dekan, guru dan staf keluarga besar Yayasan APIPSU-UTND Medan, di aula Kampus II Jalan Binjai/Rasmi No.28 Medan, Rabu (25/8). Perjalanan spitual juga dialami Nabi Musa AS selama 40 malam. Perjalanan Muhammad dengan Musa hamper sama. Maka manusia ada saat untuk merenung. Ramadhan bisa disebut bulan renungan bagi umat Islam. Akankah kita sampai pada bulan Ramadhan berikutnya ? semua kita serahkan

pada Allah Yang maha Tahu, katanya. Begitu juga perjalananYayasan APIPSU-UTND yang bediri sejak tahun 1956, Alhamdulillah hingga sekarang tetap eksis bahkan menunjukkan kemajuan yang signifikan, dengan adanya dua kampus yang berlokasi di Jalan Rasmi ini dan di Jalan Jambi. Semua ini tidak terlepas berkat kerja keras dari keluarga besar Cut Sartini sebagai ketua umum Yayasan yang dikenal sangat gigih. Kata Hasballah Thaib, sebelas bulan kita melakukan ber-

Waspada/Hamdani

Sejumlah murid SMKBM Panca Budi melaksanakan tadarus di Masjid Jamik Darul Amin Komplek Universitas Panca Budi Medan, Rabu (25/8).

Tadarus Di SMKBM Panca Budi MEDAN (Waspada): Momentum bulan Ramadhan ini banyak dimanfaatkan sejumlah sekolah untuk lebih mendekatkan siswa kepada Sang Khaliq. Sejumlah kegiatan keagamaan banyak dilakukan disekolahan. Mulai dari shalat berjamaah, tadarus (baca ayat suci Al-Quran), shalat tarawih dan lomba bernuansa Islami. Seperti dilakukan Sekolah Menengah Kejuruan Bench Manajemen (KBM) Pancabudi. Berbagai kegiatan keagaaman dilakukan sekolah tersebut, bahkan kegiatan belajar mengajar di bulan puasa ini kebanyakan melakukan kegiatan keagaaman. Lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan oleh siswa SMKBM Panca Budi terdengar jelas dari dalam Masjid Jamik Darul Amin, Rabu (25/8). Secara bergantian, perkelompok mendapat giliran membaca Al-Quran. Guru Pendidikan Agama Islam Panca Budi Marwan Jamal, S. Ag mengatakan, kegiatan belajar di bulan puasa ini lebih banyak digantikan dengan kegiatan keagamaan seperti tadarus, tarawih bersama dan mengadakan berbagai perlombaan. “Tujuannya agar mereka lebih mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tujuan tadarus adalah untuk saling berkomunikasi dalam rangka membaca dan memahami makna yang terkandung di dalam Al-Quran. Hikmah yang terdapat di dalam kegiatan tadarus adalah untuk saling memberi pelajaran apabila ada salah bacaan atau tidak mengetahui cara yang benar saat membaca Quran,” terangnya. Dijelaskannya, selama Ramadhan siswa akan terus dibekali dengan pendidikan agama selama satu bulan penuh. (cmai)

bagai aktifitas, bebas meminum dan makan yang halal. Sehingga tidak terasa sampai pada Ramadhan sebagai bulan yang oenuh berkah dan ampunan. Maka selama satu bulan penuh (30 hari-red) pula kita tidak minum-makan mulai terbit hingga terbenam matahari. Haus dan lapar kita rasakan dengan niat yang ikhlas tanpa paksaan dari siapapun kecuali menjalankan perintah Allah. Dengan puasa kita menjadi orang yang tahu diri. Menjadi lebih baik, santun, tidak melakukan perbuatan tercela. Bahkan kita akan merasakan bagaimana penderitaan saudarasaudara kita yang selama ini kurang beruntung dalam hidupnya. Ada yang tinggal di kolong jembatan, tidur di emperan toko-toko. Maka puasa itu akan membentuk watak manusia untuk peduli terhadap orangorang miskin, anak yatim piatu. Kita diwajibkan mengulurkan tangan memberikan bantuan buat mereka. Sehingga sesama umat Islam dapat mencicipi dan merasakan apa yang kita makan dan minum, ujar Hasballah Thaib. Puasa sudah sampai babak pertengahan, tapi kenapa kita tetap kuat ? mampu bukan karena kuat, bukan karena sehat, tapi karena kita mendapat hidayah dari Allah SWT. Seperti ayat Quran sudah menerapkan rafakkur, kemudian kita masuk fase kedua maghfirah (menutup dari semua dosa). Ibadah puasa merubah

Diasuh Oleh:

Ustadz H. Muhammad Nuh (Dewan Syari’ah LAZ Peduli Ummat Waspada)

kebiasaan dan pola hidup. Maka jika seseorang punya keyakinan, Allah member jalan. Kita hidup harus bermanfaat bagi orang lain. Maka berbuat baiklah kamu kepada orangtuamu niscaya orang akan berbuat baik kepadamu. PR III Amiruddin,SE didampingi Awaluddin mengatakan, tujuan kegiatan yang sudah menjadi agenda APIPSU-UTND untuk menjalin tali silaturrahmi antara pimpinan, staf sampai kepada mahasiswa dari fakultas pertanian, hokum, ekonomi, agama Islam, teknik dan SLTP, SMU, SMK Teknik (STM), SMK BM (SMEA), SMF (SAA) serta para orangtua. Sekaligus mensyiarkan/menyemarakkan Ramadhan 1431H/2010. Termasuk menggelar Pesantren Kilat Ramadhan (PKR) untuk siswa dan ini merupakan program diberi nama ‘Serambi Ramadhan ‘ dengan aspek yang penting lagi adalah nuzulul Quran kemudian zakarah. Semoga dengan program ini hubungan persuasif agar dapat terbangun dengan baik secara berkesinambungan, pinta Amiruddin dan didampingi Ketua Umum Yayasan APIPSU-UTND Cut Sartini,Drs.Ilyas M.Ali dan Rektor Drs. H.Abdullah,MSi. Pembacaan ayat suci AlQuran oleh Djafar Hasibuan, ustadz H.Sori Monang Rangkuty (dosen IAIN Sumut), para warga masyarakat Kelurahan P.Brayan DaratII,KecamatanMedanTimur (Jalan Krakatau). Usai buka puasadilanjutkanshalatmahgrib,Isya berjamaah dan tarawih.(m25)

Ustadz Drs. Musyohur Siregar

Kesucian Bathin Harus Kita Raih MEDAN (Waspada): Ustadz Drs. Musyohur Siregar, mengatakan kesucian adalah satu hal yang sangat penting dan harus kita raih. Yaitu secara zahir. Tetapi itu belum apa-apa jika manusia itu belum mensucikan dirinya secara bathin yaitu dengan shalat Siregar menyampaikan tausyiah kuliah subuh Ramadhan 1431H hari ke-15 di Masjid Ar-Rahman Jalan Prof.HM Yamin, SH kelurahan Pahlawan Kecamatan Medan Perjuangan, Rabu (25/8). Kata Siregar, ada empat hal atau perintah tentang pensucian diri,(1) sucikanlah wajahmu dengan tetesan air matamu. Artinya lebih baik atau pantas menangis saat kita merenungi diri kita. Ada dua mata yang tak disentuh api neraka yakni orang yang meneteskan air mata kemudian mata yang terbeliak pada tengah malam terbangun untuk melaksanakan shalat tahajud. Karena pertolongan akan datang kepada orang-orang yang bertahajud ditengah malam yang sepi, berkomunikasi kepada Allah SWT terutama dibulan maghrifah ini. Seperti kata Allah : berimanlah kamu agar tetap dalam kebenaran. Maka saat ini kita harus dekat kepada Allah. (2) bersihkanlah lidahmu dengan berzikir sebanyak-banyaknya kepada Allah. Dengan zikir jiwamu menjadi tenang dan tenteram. Karena penyesalan biasanya dating belakangan. Zikir memiliki satu power yang mampu menjawab permasalahan yang dihadapi setiap manusia dimanapun berada. (3) bersihkan dosamu dengan memohon ampun kepada Allah, dan (4) bersihkanlah hatimu karena takut pada Allah. Dengan begitu ketenangan bathin akan dapat dirasakan. Inilah suci dalam pandangan Allah SWT.(m25)

Jadi Saksi Kebesaran Dan Keagungan Allah Masjid, maka Masjid tersebut di pindahkan ke Jl. Timah Putih. Atas dasar itulah, kaum muslim setempat mengambil inisiatif untuk memindahkan Masjid ke Jl. Timah Putih Kec. Medan Area. “Tahun 1995, awalnya masjid ini dulu langgar. Tapi tahun 1970-an udah menjadi Masjid. Sudah ada shalat berjamaah di dalam Masjid.” Tahun 1994, berbekal biaya ganti rugi dari pemerintah atas pemindahan Masjid sebanyak Rp. 13 juta dan infaq dari umat Islam dan kontraktor Masjid pun mulai dibangun. 28 April 1995,Masjid tersebut diresmikan oleh walikota Medan pada wak-

Zakat Untuk Orang Yang Berhutang Soal : Assalamu’alaikumWr.Wb. Saya pernah mendengar, katanya orang yang punya hutang itu boleh menerima bagian zakat. Apa Negara juga bisa bayar hutang dengan zakat? Terima kasih atas jawabannya. (Abdul Majid) Jawab : Wa’alaikumussalam Wr.Wb. Bapak Abdul Majid yang dirahmati Allah, memang orang yang berhutang yang dalam al-Qur’an disebut gharimin termasuk salah satu dari delapan golongan yang berhak menerima bagian zakat. Hal itu secara jelas disebutkan di surah At-taubah/9 : 60 : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang faqir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat (amil), para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk (orang-orang yang berjuang) di jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Sebelum pembahasan lebih lanjut, ada baiknya kita kaji terlebih dahulu peringataan Islam terhadap orang yang berhutang. Rasulullah Saw.bersabda : Barangsiapa yang meminjam harta orang lain, sedang ia bermaksud mengembalikannya, maka Allah akan (membantu) pengembaliannya, dan apabila ia meminjam tetapi bermaksud merusakkannya tidak akan mengembalikannya, maka Allah akan merusakkannya pula. (HR. Ahmad, Bukhari dan Ibnu Majah). Rasulullah Saw.mengajarkan do’a : Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari belenggu hutang, belenggu musuh dan cercaan musuh. (HR.Nasa’I dan dishahihkan oleh Hakim) Pernyataan Rasulullah Saw.yang lain :Apabila seseorang banyak hutangnya, maka bicaranya suka bohong dan janjinya suka tidak ditepati. (HR.Bukhari). Hutang dapat dikelompokkan menjadi dua : hutang untuk kepentingan diri sendiri dan hutang untuk kemaslahatan orang lain/masyarakat. Untuk kelompok kedua, yaitu hutang demi kepentingan orang lain atau masyarakat, seperti mendamaikan dua kelompok masyarakat yang berkonflik perlu biaya yang tidak kecil. Maka sangatlah wajar kalau dana zakat dialokasikan untuk membayarnya. Atau contoh lain, karena bencana alam masjid rusak, BKM dengan cepat mengambil langkah berhutang ke panglong untuk perbaikan. Maka dana zakat dapat segera menutupi hutang tersebut. Adapun hutang untuk keperluan pribadi atau keluarga, maka Ulama memberi syarat di antaranya : 1. Orang yang berhutang tidak memiliki harta yang memadai untuk membayarnya dalam waktu cepat. Maka dana zakat bisa diperbantukan untuk menutupi kekurangannya. 2. Hutang tersebut dalam hal yang bukan maksiat kepada Allah SWT. Umpamanya terhutang karena mengobati anak yang sakit, atau isteri yang melahirkan dengan operasi. 3. Begitu mendapatkan bagian zakat, segera digunakan untuk membayar hutang, tidak ditahan-tahan lagi apalagi diputar untuk berdagang. Sebab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, hutang tetap tidak terbayar, padahal dana ummat melalui zakat sudah terpakai. Ringkasnya, Islam mengingatkan agar tidak terlalu mudah berhutang, tetapi jika kondisi memaksa, harus segera diselesaikan di antaranya dapat menggunakan dana zakat bilamana memungkinkan dan tidak menghalangi ashnaf (kelompok yang berhak menerima bagian zakat) yang lain yang juga mendesak untuk diatasi permasalahannya, seperti fuqara’ dan masakin.Wallahu a’lam. LAYANAN JEMPUT ZAKAT (Khusus Kodya Medan): 08126375062 Pembayaran ZIS via Bank Zakat Infak/Sedekah BMI 211.00044.15 BMI 211.00002.15 BSM 006.002240.7 BSM 006.000832.1 BNI Syariah 0092687629 BNI 005.7504808 BCA 022.1750828 Bank Sumut 100.02.04.034144.5 Bank Mandiri 106.000220380.3 Keterangan: Rubrik ini terbit setiap hari selama Bulan Ramadhan yang dikelola oleh LAZ Peduli Ummat Waspada. Bagi Anda yang ingin konsultasi zakat melalui rubrik ini dapat dikirim ke alamat kami: Jl. Brigjend Katamso No. 1 Medan 20151 (Gedung Harian Waspada) Telp/fax. (061) 4511936 / 08126526295 atau e-mail: muhammadnuh66@gmail.com

Rubrik Tanya Jawab MUI Medan Pertanyaan via: zuhriii@yahoo.com

Masjid Amal Silaturrahim

10 FEBRUARI 1979, merupakan tragedi lama yang mungkin sudah dilupakan banyak orang khususnya warga Medan. Namun, kebesaran Allah dibalik kebakaran yang menghanguskan ratusan rumah penduduk tersebut, tidak pernah terlupakan. Kenapa? Pada kebakaran tersebut, Allah menunjukkan kekuasaannya dengan menyelamatkan rumah ibadah atau Masjid. Masjid itu bernama Masjid Amal Silaturrahim. “Itu semua kehendak Allah, jangankan terbakar terkena api pun tidak. Ada dua rumah samping kiri dan kanan Masjid ikut selamat. Rumah saya depan Masjid ikut terbakar,” kata Ketua Badan Kenaziran Masjid Dharmansyah, 60, kepada Waspada, Rabu (25/8). Darmansyah menceritakan kronologis peristiwa tersebut. Dikatakannya, peristiwa yang terjadi siang hari itu memang tidak menimbulkan korban jiwa, namun lokasi kebakaran mencapai 11 hektar,mulai dari Jl.Kapten Jumhana sampai Jl. Kereta Api Gg. Melur (Letak Masjid Amal Silaturrahim dulu). Kebesaran Allah dengan menyelamatkan Masjid yang letaknya di tengah muslim minoritas tersebut, ternyata tidak hanya menimbulkan decak kagum bagi umat Islam saja, tetapi juga warga Tionghoa (non muslim). “Banyak dari mereka yang merasa kagum dan bertanya-tanya, kenapa Masjid bisa selamat,” tutur Dharmansyah. Setelah musibah tersebut, Masjid berukuran panjang 20 meter dan lebar delapan meter, masih tetap bertahan selama 15 tahun. Namun, karena ukurannya tidak layak untuk dijadikan

WASPADA Kamis 26 Agustus 2010

tu itu, yaitu H. Bachtiar Djafar. Disebutkannya,warga Tionghoa (non muslim) pun turut menyumbangkan bantuan.“Di sini kami sama-sama menghargai, tidak ada yang merasa dirugikan. Malah mereka sering memberi bantuan peralatan Masjid seperti lampu, kipas angin bahkan keramik, tapi yang memberi bantuan itu teman-teman saya,” ungkapnya sembari mengatakan jamaah Masjid ini banyak dari musafir. Di dalam Masjid ini juga, sebanyak 4 warga Tionghoa perempuan yang telah menjadi muallaf dan disyahadatkan. “Ada beberapa perempuan yang

masuk Islam dan kami syahadatkan di sini. mereka sekarang sering ikut pengajian ibu-ibu,” terang Dharmasyah yang pernah menjadi lurah tersebut. Sudah banyak yang diperbuat Dharmasyah untuk memakmurkan Masjid ini. Namun, menjadi impian Dharmasyah yang belum tercapai saat ini adalah mengenai pembangunan tempat pengajian anak-anak di samping Masjid yang saat ini masih terkendala dana. “Masih separuh terbangun. Insyaallah ada yang bantu itu nanti, semua itu berkat ridho Allah,” katanya dengan penuh keyakinan.(cmai)

Waspada/Hamdani

SAKSI: Masjid Amal Silaturrahim Jl. Timah Putih Kel. Sukaramai Kec. Medan Area menjadi saksi kebesaraan Allah pada kebakaran besar tahun 1979 yang menghanguskan ratusan rumah. Namun, atas izin Allah Masjid tersebut tidak terbakar sedikit pun.

Oleh Dr. H. Ahmad Zuhri, Lc. MA (Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Kota Medan)

Mahar Dengan Seperangkat Alat Sholat Tanya: Sejauh yang saya ketahui bahwa tidak ada orang yang melangsungkan pernikahan (akad nikah) di bulan Ramdhan. Apa sebenarnya hukum menikah di bulan Ramdhan, apakah akad tersebut batal? Kemudian sudah merupakan tradisi pada sebahagian masyarakat bahwa para calon sumai memberikan mahar hanya dengan seperangkat alat sholat, atau dengan jumlah uang yang sangat rendah sesuai dengan tanggal lahir atau tanggal pernikahan, apakah ini satu hal yang idial dalam Islam? Wasalam Sukmanidar Madina. Jawab: Sambungan kemarin... Idealnya, mahar yang diberikan adalah harta yang benarbenar punya nilai nominal dan ekonomis, bukan sekedar benda-benda ‘murahan’. Misalnya rumah kos-kosan 10 pintu khususnya didaerah-daerah kota besar. Sebab pemasukannya jelas, satu pintu mencapai Rp. 500.000 perbulan. Kalau ada 10 pintu, berarti menjadi Rp 5.000.000 sebulan. Nah, ini baru namanya mahar, jelas dan real. Bukan hanya seperangkat alat shalat yang nilainya termasuk rendah dan merupakan barang yang hampir sudah dimiliki oleh semua orang Kalau tidak memilki yang ideal, boleh saja mahar berupa angkutan umum yang juga ada setorannya. Atau kios yang juga memberikan pemasukan yang pasti. Maka seandainya nanti suami berlaku sewenang-wenang, seperti meninggalkan isterinya, kawin lagi atau main serong, si isteri sudah tenang-tenang saja. Sebab sudah memilki yang secara manusiawi sudah merupakan jaminan hidup. Nah di masa lalu, demikianlah praktek mahar. Bukan hanya seperangkat alat shalat, tetapi memang sesuatu yang berarti dan jelas nilainya. Maka kalau kemudian Rasulullah SAW menganjurkan bahwa sebaik-baik mahar itu adalah yang murah, konteksnya tepat.. Maksudnya jangan terlalu memberatkan. Kalau ukurannya di zaman sekarang, kirakira mahar itu nilainya 10 milyar. Maka wajar kalau Nabi SAW mengatakan sebaiknya diturunkan, jangan terlalu mahal. Maka kalau jadi 5 milyar umpamanya , adalah sebuah kewajaran Tapi bukan berarti nabi SAW mengajurkan mahar hanya selembar sejadah buat semua orang. Kalau memang miskin semacam para shahabat ahli Shuffah yang tidurnya ‘diatas tikar masjid, maharnya mau cincin dari besi, atau sepasang terompah tua, atau yang sejenisnya. Tapi itu khusus buat mereka yang dhu’afa wal masakin. Sedangkan mahar para shahabat nabi yang lain, tentu sesuai dengan kondisi kekayaan mereka. Wallhu a’lam


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.