Waspada, jumat 18 oktober 2013

Page 29

Mimbar Jumat

C8

WASPADA Jum’at 18 Oktober 2013

Khalifah Harun Ar-Rasyid Sang Pembangunan Peradaban Konon, Harun Ar-Rasyid berperawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan. Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan terbentang luas dari Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Khalifah Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 763 (150 H) dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, di Thus, Khurasan. Ar-Rasyid bernama Harun bin Muhammad AlMahdi bin Abdillah Al-Mansur. Ia adalah cucu pendiri kota Baghdad, Al-Mansur. Harun Ar-Rasyid adalah kalifah kelima dari kekalifahan Abbasiyah dan memerintah antara 14 September 786 - 24 Maret 809. Ayahnya bernama Muhamad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah khalifah yang keempat. Ibunya Jrasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman. Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan keluarga Barmaki dari Persia (Iran). Di masa mudanya, Harun banyak belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak. Harun Ar-Rasyid banyak memiliki kesamaan dengan kakeknya, Al-Mansur. Masing-masing mereka memiliki kesenangan mendengarkan riwayat-riwayat hadis. Baik AlMansur ataupun Ar-Rasyid memiliki teman dari kalangan ahli hadis. Yang dimaksud ahli hadis adalah orang-orang yang mencari riwayatriwayat hadis untuk diseleksi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, para ahli hadis menyampaikan hadis-hadit s yang mereka peroleh dalam majelismajelis tahdits. Buku-buku sejarah mencatat bahwa pemerintahan Harun ArRasyid adalah puncak keemasan kekhalifahan Bani Abbasiyah. Waktu itu, filsafat-filsafat Yunani belum mendominasi pemikiran para cendekiawan. Metode rasional

seperti yang diajarkan Abu Hanifah sedikit banyak mendapat perhatian. Sementara itu, ilmu ushul fiqh mulai dikembangkan Imam Asy-Syafii. Harun Ar-Rasyid sendiri banyak dihormati raja-raja Eropa. Mereka saling berkirim surat. Di antara mereka adalah Raja Charle Magne dan Ratu Irene. Bagi orang-orang Eropa, nama Harun Ar-Rasyid beserta Shalahuddin Al-Ayyubi disejajarkan dengan raja-raja terkenal yang pernah ada di dunia. Sebagai seorang pemimpin, Harun Ar Rasyid berusaha mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat. Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah, tempat-tempat peribadatan, sarana pendidikan, kesehatan, dan perdagangan. Mendirikan Baitul Hikmah sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan dan penelitian. Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid dan istana. Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) tertoreh pada masa ke pemimpinannya. Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong perkemba-ngan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara adikuasa dunia di abad ke-8 M. Harun Ar-Rasyid adalah amir

para Khalifah Abbasiyah. Khalifah Harun Ar Rasyid adalah sang pembangun peradaban. Dia adalah raja agung pada zamannya. Konon, kehebatannya hanya dapat dibandingkan dengan Karel Agung (742 M - 814 M) di Eropa. Pada masa kekuasaannya, Baghdad ibu kota Abbasiyah menjelma menjadi metropolitan dunia. Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21 masih dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia. Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan agama Islam dan pemerintahan di lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin Khalid. Berbekal pendidikan yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid memang dikenal sebagai pria cerdas, berkepribadian kuat dan fasih dalam berbicara. Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin ekspedisi militer untuk menaklukkan Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer pertama dipimpinnya pada 779 M - 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-782 M, Harun memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka

pula Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran. Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Hadi. Pada 14 Septempber 786 M, Harun ArRasyid akhirnya menduduki tahta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai khalifah kelima. Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M - 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun ArRasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke puncak kejayaan. Sebagai pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, qari, dan seniman.Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu ke istana untuk mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid menghargai setiap orang. Itulah salah satu yang membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi dan mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin dan muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Mekkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama ketika menunaikan rukun Islam kelima. Jika sang khalifah tak berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya sebanyak tiga ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana. Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana

aman dan damai di masa pemerintahannya. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun ArRasyid tak mengenal kompromi dengan pelaku korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya. Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan. Beberapa industri penting, seperti galangan kapal, industri senjata dan tekstil juga dikembangkan semasa kekhalifahan Harun. Industri tersebut sepenuhnya berada di bawah kekuasaan pemerintah. Sementara itu industri kristal, pandai besi, keramik, perak, peralatan rumah tangga dan barangbarang penting lainnya juga dikembangkan di masa itu. Konon, kerajinan kacapatri yang banyak digunakan di berbagai gereja di Eropa diperkenalkan dari Suriah dan berkembang pesat pada masa Harun memerintah. Konon, Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berperawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan. Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Daulah Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang luas, membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa. Kendati demikian, tak mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk

menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya. Berbagai pemberontakan tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya. Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M), pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M) serta pemberontakan Yahya bin Abdullah bin Abi Taglib (792 M). Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa. Kehidupan intelektual mendapat tempat terbaik di masa kekhalifahan Harun. Penelitian di bidang botani, matematika, kimia, arsitektur, geografi, astronomi, dan sastra berkembang pesat. Penerjemahan karya-karya pemikir Yunani, mulai Aristoteles sampai Plato dilakukan

secara masif. Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan perabadan. Pada masa itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah yaitu perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Harun menaruh perhatian yang besar ter-hadap pengembangan ilmu keagamaan. Sang khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Namun sampai sekarang pamor dan popularitasnya masih tetap melegenda. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa. Nurhayati Baheramsyah/ dari berbagai sumber

Psikologi Agama

Hilal Dan Pengaruhnya Dalam Ibadah Haji

Oleh H.Mohammad Yusuf Sinaga, Lc, MA

Oleh Dr H.Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, MA

Mahasiswa Program Doktoral UK-Malaysia, Pengasuh Ponpes Darul Hikmah TPI Medan.

Doktor Bidang Ilmu Falaq & Astronomi Institut Riset & Penelitian Arab, Kairo, Mesir, Direktur Pusat Pengkajian Ilmu Falak (PPIF) FAI UISU.

P

Selanjutnya sebagai disiplin ilmu yang otonom, sikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-ma- psikologi agama mempunyai lapangan yang menjasalah kejiwaan yang ada hubungannya di bidang penelitiannya. Psikologi agama di sini hanya meneliti bagaimana sikap batin seseorang dengan keyakinan beragama. Psikologi agama mencakup dua bidang kajian yang berbeda, yaitu terhadap keyakinannya kepada Tuhan, hari kemudian, dan masalah ghaib lainnya. Juga bagaimana psikologi dan agama. keyakinan tersebut mempengaruhi penghayatan baTa’rif Psikologi Agama Psikologi agama terdiri dari dua kata, yaitu psiko- tinnya, sehingga menimbulkan berbagai perasaan logi dan agama. Psikologi berasal dari bahasa Yunani, seperti tenang, tenteram, pasrah dan sebagainya, yaitu psyche, yang berarti jiwa dan kata logos yang yang mana semua itu dapat dilihat dalam sikap dan berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara harfiah psi- tingkah lakunya. Untuk menjelaskan lebih lanjut kologi diartikan dengan ilmu jiwa. Psikologi secara mengenai batas yang menjadi kajian penelitian psiistilah adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, kologi agama, maka digunakanlah dua istilah yaitu baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya kesadaran beragama (religious conciousness) dan pengalaman beragama (religious experience). maupun latar belakangnya. Lahey memberikan Pendekatan definisi psychology is the Psikologi Agama scientific study of behavMuslim yang hatinya selalu Pendekatan psikoior and mental processes merasa tenang, walaupun logi agama dapat dilihat (psikologi adalah kajian contohnya dalam studi ilmiah tentang tingkah hidupannya sederhana. Tengah Islam. Adapun contoh laku dan proses mental/ agama yang bisa dibaca pada bukumalam ia bangun mengabdi psikologi digunakan dalam kajian nya Benjamin B. Lahey, Psychology An Intriducpada Allah dan sebelum semua Islam dan umat Islam dapat dilihat dalam ritual tion, New York : Mc Graw orang terbangun, dia telah manusia dalam agama Hill, 2003, h 5). Tingkah yang diyakininya. Di anlaku adalah segala sesuaduduk di tikar shalatnya taranya, tentang perasatu/kegiatan yang dapat an seorang ahli tasawuf diamati, sedangkan proses mental di dalamnya mencakup pikiran, perasaan terhadap Allah, yang mana dia merasa Allah selalu hadir dalam hatinya dan dia juga selalu membiasakan lisanjuga motivasi. Jadi singkatnya psikologi mencoba meneliti dan nya untuk berzikir kepada Allah yang dilakukannya temempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai rus menerus dan secara sadar maka akan melekatlah gambaran dari gejala kejiwaan yang berada di bela- di dalam hatinya dan akan menimbulkan ketentraman jiwa. Seorang Muslim yang hatinya selalu merasa tenang, kangnya. Karena jiwa itu sendiri bersifat abstrak, maka untuk mempelajari kehidupan kejiwaan ma- bahagia, suka menolong orang lain, walaupun nusia hanya mungkin di lihat dari gejala yang tampak, kehidupannya sangat sederhana. Tengah malam ia yaitu pada sikap dan tingkah laku yang ditam- bangun untuk mengabdi pada Allah dan waktu Subuh pilkannya. (lihat kitab Singgih Dingagunasa, sebelum semua orang terbangun, dia telah duduk pula di tikar shalatnya, sebaliknya ada orang Muslim yang Pengantar Ilmu Psikologi). Memang diakui bahwa untuk mengemukakan cukup kaya dan banyak hartanya, namun hatinya definisi secara tegas mengenai psikologi agama agak penuh kegoncangan, tidak pernah merasa puas, di sulit, karena selain disiplin ilmu ini mencakup bidang rumah tangganya selalu bertengkar. Hal ini jelas menunjukkan seberapa besar pengaruh kajian yang berlainan. Baik psikologi maupun agama merupakan persoalan yang abstrak. Terlebih lagi ma- agama dalam kehidupannya. Begitu juga yang dapat salah yang menyangkut agama, sukar didefinisikan dirasakan oleh orang biasa, seperti perasaan lega, secara jelas dan dapat disetujui semua pihak. Apalagi tenang, sehabis shalat dan setelah selesai membaca agama menyangkut kehidupan batin yang paling Alquran dan berdoa. Dan sikap seorang Muslim ketika mendalam dan peka. Selain pengalaman agama ber- memasuki masjid akan menunjukkan sikap hormat, sifat individual dan subjektif, sehingga setiap orang dari pada orang yang menganut keyakinan lain. Sikap demikian juga akan dijumpai pada penganut agama memiliki penghayatan yang berbeda-beda. Dalam kajian psikologi agama, persoalan agama lain saat memasuki rumah ibadahnya masing-masing. Bagi setiap penganut agama, rumah ibadah memberi tidak ditinjau dari makna yang terkandung dalam pengertian yang bersifat definitif. Pengertian agama pengalaman batin tersendiri yang menimbulkan reaksi dalam kajian dimaksud lebih umum, yaitu mengenai terhadap tingkah laku masing-masing sesuai keyakinan proses kejiwaan terhadap terhadap agama serta pe- mereka. Seorang Muslim mengucapkan salam ketika berngaruhnya dalam kehidupan pada umumnya. Mela- jumpa dengan muslim lainnya, hormat kepada orang tua, lui pengertian umum seperti itu, paling tidak akan menutup aurat, rela berkorban untuk kebenaran dan sedapat diamati fungsi dan peranan keyakinan ter- bagainya adalah merupakan gejala-gejala keagamaan hadap sesuatu yang dianggap sebagai agama kepada yang dapat dijelaskan dengan pendekatan psikologi agama. Penutup sikap dan tingkah laku lahir dan batin seseorang. Psikologi agama sebagai sebuah cabang ilmu yang Dengan kata lain, bagaimana pengaruh keberagamaan terhadap proses dan kehidupan kejiwaan berdiri sendiri. Psikologi agama ini mempunyai metode se-hingga terlihat dalam sikap dan tingkah laku dan pendekatan ilmiah. Selain itu psikologi agama lahir (sikap dan tindakan serta cara bereaksi) serta mempunyai peranan penting dan sumbangan yang sikap, dan tingkah laku batin (cara berfikir, merasa sangat besar dalam memecahkan berbagai persoalan atau sikap emosi/lihat kitab Ramayulis, Pengantar khususnya yang menyangkut tentang pengaruh agama dalam kehidupan seseorang. Wallahu a’lam. Psikologi Agama, h.6).

S

ecara bahasa, hilal (Arab: al-hilâl atau al-ahillah) adalah sesuatu yang tampak (terlihat). Ibn Manzhur (w. 711/1311) dalam Lisân al-‘Arab menyatakan hilal sebagai awal bulan atau sebagian dari bulan ketika telah tampak (yuhillu) oleh manusia. Hilal juga bermakna sesuatu yang terlihat pada dua atau tiga malam pertama, atau sesuatu yang telah berbentuk (yuhajjir) seperti hilal. Hilal juga bermakna sesuatu yang berkilau (bercahaya) di kegelapan malam. Sementara itu Tsa’lab (w. 291/904)–seperti dikutip Al-Jawâliqy–menyatakan, setelah terjadinya proses hilal maka selanjutnya disebut syahr. Syahr sendiri disebut demikian karena ia telah dikenal dan nyata (masyhûr) karena manusia mengetahui masuk dan keluarnya sebuah bulan. Syahr didefinisikan pula dengan hilal karena ketika ia telah tampak (ahalla) maka ketika itu disebut syahr. Al-Ashfihâni (w. 502/1108) dalam al-Mufradât fî Gharîb alQur’ân menyatakan, hilal adalah bulan yang muncul pada awal malam (malam pertama) dan yang muncul pada malam kedua, dan berikutnya disebut bulan (al-qamar), dan tidak lagi disebut hilal. Sementara itu ArRazi (w. 666/1267) pengarang Mukhtâr ash-Shihhâh menyatakan hilal adalah sesuatu yang muncul pada awal malam pertama dan malam kedua, berikutnya ia disebut bulan (qamar). Secara astronomis, hilal (crescent) adalah bagian dari bulan yang menampakkan cahayanya dan terlihat dari bumi sesaat setelah matahari terbenam dengan didahului terjadinya ijtimak atau konjungsi. Konjungsi (ijtimâ’ atau iqtirân) adalah saat bulan berada di antara matahari dan bumi (fase wane, al-mahâq), di mana wajah bulan menjadi tidak tampak dari bumi. Secara detail, ijtimak merupakan pertemuan atau berimpitnya dua benda langit yang berjalan secara aktif. Pengertian ijtimak bila dikaitkan dengan bulan baru kamariah adalah suatu peristiwa saat bulan dan matahari terletak pada posisi garis bujur yang sama bila dilihat dari arah Timur ataupun Barat. Namun karena begitu tipisnya, hilal sangat sulit dilihat dari bumi, karena bulan yang sedang ijtimak letaknya

berdekatan dengan matahari. Me-ngetahui waktu terjadinya ijtimak sangat penting dalam penentuan awal bulan kamariah. Semua astronom dan atau ahli hisab sepakat bahwa peristiwa ijtimak merupakan batas penentuan secara astronomis antara bulan kamariah yang sedang berlangsung dan bulan kamariah berikutnya. Oleh karena itu, para ahli astronomi umumnya menyebut ijtimak atau konjungsi sebagai awal perhitungan bulan baru. Dalam tabiatnya, bulan tidak memancarkan cahaya sendiri, bentuk hilal yang bercahaya didapat dari pantulan sinar matahari. Dalam peredarannya, bentuk bulan terlihat berubah-ubah dari hari ke hari oleh karena bulan melakukan tiga gerakan yaitu (1) rotasi, (2) revolusi dan (3) gerak bersama bulan dan bumi mengelilingi matahari. Terjadinya hilal secara astronomis adalah melalui rangkaian fase-fase bulan, yaitu ketika bulan be-rada pada fase wane (al-mahâq) yang disebut juga dengan proses ijtimak. Selanjutnya, secara bertahap permukaan bulan yang bercahaya mulai kelihatan sebagai hilal. Dari sini menjadi jelas bahwa secara astronomis, parameter yang menjadi faktor keterlihatan (visibilitas) hilal adalah terjadinya ijtimak dan sudut elongasi. Kaitan hilal dengan ritual ibadah haji terletak pada keterkaitan ibadah ini dengan fenomena bulan sabit atau hilal. Dalam QS. Al-Baqarah [02] ayat 189 dijelaskan bahwa hilal adalah pertanda waktu bagi manusia dan bagi pelaksanaan ibadah haji. Haji sendiri secara bahasa adalah menyengaja (al-qashd), yaitu menyengaja (mendatangi) suatu tempat (yaitu Baitullah) pada waktu tertentu dan dengan aturan (syarat-syarat) tertentu demi melaksanakan amalan (ibadah) tertentu. Seperti dimaklumi ibadah haji adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang memiliki kecukupan dan kesanggupan. Dalam pelaksanaannya ibadah haji memiliki ketentuan dan limit waktu tertentu yang tidak boleh dikerjakan pada bukan waktu dan tempatnya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman: “haji adalah pada beberapa bulan tertentu” (QS. Al-Baqarah [02]: 197). Beberapa bulan tertentu yang dimaksud adalah: bulan Syawal, bulan

Kaitan hilal dengan ritual ibadah haji terletak pada keterkaitan ibadah ini dengan fenomena hilal. Dalam QS. AlBaqarah [02] ayat 189 dijelaskan hilal adalah pertanda waktu bagi manusia dan bagi pelaksanaan ibadah haji. Zulkaidah dan bulan Zulhijah. Allah SWT menjadikan fenomena benda langit yang bernama hilal sebagai standar acuan bagi ibadah haji. Untuk hal ini Allah SWT berfirman, “Mereka bertanya kepadamu tentang hilal (al-ahillah), katakanlah: “hilal itu adalah tandatanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji”. (QS. AlBaqarah [02]: 189). Dalam ayat ini secara tegas dijelaskan bahwa hilal (bulan sabit) adalah pertanda bagi manusia dan merupakan patokan dimulainya rangkaian ibadah haji. Ibn al-‘Arabi (w. 543/1148) dalam Ahkâm al-Qur’ân menyebutkan, penyebutan kata haji (al-hajj) dalam ayat ini yang dikaitkan dengan hilal adalah karena orang Arab dahulu terbiasa berhaji dengan melakukan pengganti-gantian bulan dan bilangannya. Karena itulah Allah SWT menghentikan kebiasaan ini dengan menjadikan hilal sebagai patokan, yaitu melalui pengamatan (rukyat). Sementara itu menurut Syaikhul Islam Ibn Taimiyah (w. 728/1327), pengkhususan kata ini adalah sebagai keistimewaan bagi ibadah haji itu sendiri, di antaranya karena ibadah haji dalam pelaksanaannya disaksikan para malaikat. Sementara Syaikh Ahmad Muhammad Syakir (w. 1377/1958), seorang ahli hadis kontemporer asal Mesir, menyatakan pengkhususan kata haji di sini adalah sebagai isyarat halus bahwa asal pewaktuan itu berkaitan satu tempat tertentu, itulah dia kota mulia Makkah. QS. Al-Baqarah [02] ayat 189 yang menjadi acuan pelaksanaan ibadah haji ini sendiri turun sebagai jawaban dari pertanyaan sahabat yang diawali dari pertanyaan orang-orang Yahudi mengenai perubahan posisi hilal di langit. Sesuai pandangan zahir mereka, hilal tampak berubah setiap harinya yaitu mulai dari

bentuk sabit (hilal) dan terus membesar sampai bulat sempurna (badar). Berikutnya mengecil hingga berbentuk sabit (hilal) kembali dan akhirnya hilang dan muncul kembali di langit, demikian seterusnya. Atas pertanyaan tersebut maka turunlah ayat yang menjelaskan bahwa fenomena ini sebagai pertanda waktu bagi manusia dan pertanda (acuan) bagi melakasanakan ibadah haji di Makkah. Di sini Allah SWT memberi penjelasan (jawaban) berdasarkan hikmah dari penciptaan bulan sabit, bukan memberikan jawaban yang bersifat astronomis. Penjelasan berdasarkan hikmah ini dijelaskan para ulama karena ia berkaitan dengan persoalan agama (ibadah). Karena itu jawaban yang paling tepat adalah hikmah penciptaannya (yaitu hilal) yang disesuaikan dengan wawasan (keilmuan) penanya (para sahabat) mengenai langit ketika itu. Jawaban seperti ini dalam ilmu Balaghah disebut dengan uslub al-hakîm yaitu melontarkan pembicaraan kepada lawan bicara sesuatu yang tidak dimaksudkan, baik dengan cara meninggalkan pertanyaan yang diajukan atau memberi jawaban yang tidak ditanyakan. Atau juga dengan membelokkan pembica-raan kepada masalah yang tidak dimaksudkan. Hal ini tidak lain untuk mengingatkan kepada lawan bicara (dalam hal ini para sahabat yang bertanya) bahwa jawaban itulah yang seharusnya ditanyakan. Sekali lagi pengaruh hilal bagi pelaksanaan ibadah haji adalah karena ritual haji dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu (yaitu bulan Syawal, bulan Zulkaidah dan bulan Zulhijah). Bulan-bulan ini ditentukan berdasarkan penampakan hilal pada setiap awal bulan, baik dengan hisab maupun dengan rukyat.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Waspada, jumat 18 oktober 2013 by Harian Waspada - Issuu