Waspada, Jumat 18 Maret 2011

Page 26

Mimbar Jumat

WASPADA Jumat 18 Maret 2011

Eksploitasi Anak Yatim TermasukPendusta Agama

Pintu-Pintu Berbuat Baik(2) 3. Berjalan ke shalat jamaah: Nabi Saw bersabda: ‘’Barang siapa berjalan ke shalat wajib berjamaah maka ia seperti mengerjakan haji, dan barang siapa berjalan menuju shalat sunnah maka seperti melakukan umroh.’’ 4. Shalat subuh: Nabi Saw bersabda: ‘’Barang sia-pa shalat subuh dia berada dalam jaminan Allah, maka janganlah kalian dituntut oleh Allah dengan sesuatu dalam jaminanNya, karena se-sungguhnya orang yang dituntut oleh Allah dalam jaminanNya pasti ditangkapNya kemudian Allah sungkurkan wajahnya ke dalam api neraka. 5. Berwudhu dan berjalan: Nabi Saw bersabda: ‘’Barang siapa berwudhu untuk shalat, dia sempurnakan wudhunya, kemudian berjalan ke shalat wajib dan dia lakukan bersama jamaah, Allah mengampuni dosa-dosanya. 6.Menjaga dalam mendapatkan takbirotul ihrom imam yang pertama: Nabi Saw bersabda: ‘’Barang siapa shalat empat puluh hari di dalam jama’ah mendapatkan takbir pertama, ditulis baginya dua kebebasan, kebebasan dari neraka dan kebebasan dari kemunafikan.’’ 7. Menshalati janazah dan mengantarkan ke kuburan: Nabi Saw bersabda: ‘’Barang siapa mengikuti jenazah seorang muslim dengan iman dan mengharapkan pahala Allah, dan bersamanya sehingga menshalatinya hingga selesai dari penguburannya maka dia pulang dengan pahala dua qiroth setiap satu qiroth seperti gunung Uhud, dan barang siapa menshalatinya kemudian pulang sebelum dikebumikan maka dia pulang dengan satu qiroth. 8. Haji Mabrur : Nabi Saw bersabda: ‘’Barang siapa haji ke Rumah ini [Baitulloh] tidak berbuat rofats [sesuatu yang mengarah kepada sexsual] serta tidak berbuat fasiq dia pulang seperti dilahirkan ibunya [tanpa dosa].’’ 9.Thowaf dan shalat dua roka’at setelahnya: Nabi SAW bersabda : ‘’Barang siapa yang thowaf di rumah Allah [Kabah] tujuh kali, serta shalat dua roka’at adalah seperti memerdekakan budak.’’ (Sumber: kumpulan hadis shahih, penyemangat berbuat baik)

Nyamuk Dan Kekuasaan Oleh H. Syarifuddin Elhayat Firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak malu (segan) untuk menciptakan oerumpamaan berupa nyamuk atau lebih rendah (kecil) dari pada itu. Adapun orang-orang yang beriman,maka mereka yakin perumpamaan itu benar-benar dari Tuhan mereka,akan tetapi orang-orang yang kafir mengatakan. Apakah maksud (tujuan) Allah menciptkakan ini untuk perumpamaan. (Dengan perumpamaan ini) tidak sedikit orang yang sesat dan dengan perumpamaan ini pula tidak sedikit orang yang mendapat petunjukNya.Dan tidak ada orang yang disesatkan kecuali orang-orang yang fasik. (QS:2:26). Sepenggal ayat diatas, Allah bercerita tentang nyamuk. Nyamuk,—semua kita tahu,— seekor serangga kecil sebangsa lalat yang makanannya adalah darah.Umurnya konon tidaklah lama, hanya sebatas ketika dia kenyang mengisap darah, maka perutnyapun pecah,lalu kemudian diapun mati. Tapi meski demikian,nyamuk merupakan serangga yang tidak bisa dianggap entengi, bahkan bisa “menggoncang’ kehidupan manusia, karena menurut penilitian,dari tubuhnya yang mungil itu ada racun yang dia tinggalkan pada tubuh mangsanya yang dapat menimbulkan penyakit yang kadang kala bisa merenggut nyawa. Allah tidak malu menciptakannya,meski nyamuk diciptakan makhluk kecil, tapi punya peran besar dalam mengubah kehidupan. Nukilan terjemah sepenggal ayat di atas juga mengingatkan saya akan cerita Iskandar Zulkarnain raja Agung di zamanya.Selain raja, Iskandar Zulkarnain juga seorang panglima yang sangat perkasa,dia juga piawai siasat dan ahli strategi perang, sehingga tak satu negeri yang dia perangi yang tidak takluk dan tunduk menyerah di bawah kekuasaannya. Menurut tarikh, nyaris seperdelapan luas bumi ini telah dikuasainya, Iskandar terus menerus hendak mengembangkan ‘sayap’ kekuasaannya hingga satu ketika dia ingin menaklukkan India. Iskandar dan pasukannya menyeberang salah satu sungai Hindustan.Saat beristirahat, satu malam Iskandar dihinggapi dan digigit seekor nyamuk kecil.Nyamuk yang menggigitnya dan meninggalkan benih penyakit hingga Iskandarpun demam mengidap sakit malaria yang sangat parah. Dari sehari ke sehari, penyakit Raja yang agung itu semakin parah dan sulit terobati. Ketika merasa ajalnya semakin dekat, Iskandar Zulkarnain memanggil orang-orang dekatnya dan kepada mereka dia berwasiat. “Wahai para sahabat, karib dan prajurit-ku, kata Iskandar,…Jika nanti aku meninggal dunia, masukkanlah jenazahku ke dalam keranda (peti mati) dan buatlah lobang pada kedua sisi peti dan kemudian julurkanlah kedua tanganku keluar melalui lobangnya. Tempatkan peti matiku itu ke sebuah kereta jenazah yang terbuka pula dan araklah kereta itu menuju Mecedonia (istana ibu kota kerajaaannya). (Hal itu dimaksudkan) agar negeri dan bangsa-bangsa yang telah kita taklukkan disepanjang perjalanan itu nantinya dapat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, bahwa Iskandar raja yang agung dan perkasa yang tetap menang berperang, pada waktu matinya tidak membawa apa-apa. Tak sebungkah emaspun yang dia genggam di tangannya dari harta rampasan yang sangat banyak itu. Tak terlihat ada kekayaan dan pakian kebesaran megah yang dia

kenakan membalut tubuhnya dan agar semua pemimpin dunia, Raja dan para penguasa serta panglima perkasa sesudahku kelak tidak akan sombong dengan kekua-saan yang mereka miliki. Se-bab, sadarilah, ujung semua keagungan, kebesaran, kemegahan dan kekuasaan berakhir dengan kematian dan manusia ini tidak akan kuasa menghindarinya.- Allah,Allaah, Fa’ ‘alul lima Yuriid. Sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk kita petik hikmah semua itu tuan. Itulah Allah, Robbul Alamamin,Maha pendidik dan pemberi pelaja-ran bagi sekalian alam,- Kita manusia ini Ncek, sangat lemah,meskipun menurut kita, kitalah yang kuat, kita ini miskin meski menurut kita, kitalah yang kaya.Kekuasaan Allah masih berkelindan untuk mengikuti perjalanan kita dalam hidup ini. Selayaknya sohib, kekuatan, keperkasaan, kekuasaan dan kemegahan yang kita miliki harus ‘dibungkus’ dengan iman sebab dengan imanlah kita akan bisa ‘berjalan’ bersama kekuasaan Tuhan. Kata Rasul,”Tidak akan bergerser kedua kakai anak Adam pada hari hisab (kiamat) sehingga dia (bisa menjawab dan mempertanggungjawabi) empat hal, umurnya untuk apa dia habiskan,tentang ilmunya kemana dia gunakan, tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan kemana dia manfaatkan, serta jasmani (tubuhnya) dijalan apa dia lakukan. Sekali lagi,nyamuk Ncek, makhluk kecil yang diciptakanNya tak lebih seujung kuku,tapi sadarilah,bahwa hatta seekor nyamuk adalah ‘ababil’ Allah yang siap untuk menyerang makhluk yang lain.Hari ini,nyamuk masih ‘eksis’ tuan, sengatannya masih ampuh menyemprotkan benih penyakit bisa-bisa mengalahkan semprotan anti nyamuk yang ada. Lha buktinya, nyamuk tidak hanya menyerang orang-orang yang berkekurangan, tinggal di gubuk dan rumah sederhana. Tidak sama sekali, dia bisa terbang keseluruh penjuru mata angin. Dia tak akan berkurang meski dengan fogging,karena Dia patuh dengan perintah Allah. Bukankah seorang yang tinggal di rumah mewah bagaikan istana,pernah masuk rumah sakit yang dirawat diruang mewah dan serba wah hanya terserang demam berdarah.Bukankah DBD dan sejenisnya berasal dari sengatan nyamuk juga tuaaan. Meskipun begitu,banyak hikmah dan ‘manfaat’ nyamuk Allah ciptakan, karena nyamuk, ada kelambu, ada racun serangga dan kitapun senantiasa membersihkan segala sudut dan ruangan agar nyamuk tidak ikut ‘numpang’. Bukankah karena kelambu dan racun serangga orang juga bisa kaya raya.Bukankah karena takut nyamuk lantas ruangan yang ada akan kita bersihkan. Wuiiiihhhh….Klehlah (lihatlah), kata rang kampong, kalau Ncek tak pucayo (percaya). Haah …..itulah kekuasaan tuaan, yang takluk hanya dibawah ‘serangan’ seekor nyamuk. Sehebat dan sebesar kekuasaan,akhirnya semua itu tinggal, hanya sebab sengatan kecil seekor nyamuk, kekekaran tubuh, keperkasaan jasad, akhirnya melemah diujung ‘belalai’ mungil seekor nyamuk.-Itulah nyamuk dan kekuasaan tuaan dan Allah tidak sungkan-sungkan mencipta dan menjadikan itu semua. Robbana Maa Kholaqta hadza baathila, subhaanaka fa qinaa adzaaban naar,—Robbuna Ya Tuhan kami,tidak ada satupun yang Engkau ciptakan dengan sia-sia, maha sucilah Engkau (Tuhan) maka pelihara (lindarkanlah) kami dari siksa neraka.(QS 3:191).

C9

R

agib al-Asfihani (W. 502 H) seorang ahli Kamus Bahasa Alquran, memaknakan “yatim” adalah inqitha’ (sesuatu yang terpisah), yang digunakan untuk seorang anak yang belum dewasa ditinggal mati ayahnya. Sementara untuk binatang adalah anak yang ditinggal mati oleh ibunya. Barangkali yang membedakannya adalah yang berkewajiban memberi makan dan merawat binatang adalah ibunya, sedangkan manusia yang bertanggung jawab untuk memberi nafkah adalah ayahnya. Tidak dikatakan yatim bila seseorang yang sudah dewasa ditinggal mati oleh ayahnya, karena Nabi Saw bersabda: Bukanlah disebut yatim jika seseorang sudah dewasa (balig). (HR. Ibnu Saburah). Demikian pula jika seorang anak yang belum dewasa ditinggal mati oleh ibunya dan bila ditinggal mati oleh ayah dan ibunya disebut yatim piatu, atau piatu saja jika ditinggal oleh ibunya. Di dalam Alquran dan kitab-kitab Fikih, tidak membahas soal piatu, karena ayah yang bertanggung jawab penuh atas seorang anak. Secara kebahasaan, yatim bukanlah sesuatu yang tidak terhormat, malah karena kemuliaannyalah disebut yatim, sebagaimana kebiasaan yang berlaku di dalam bahasa Arab untuk menyatakan sesuatu yang terpisah, tersendiri sifatnya dari yang lain, disebut yatim, atau yatimah seperti “durrah yatimah” artinya mutiara yang berharga. Terkadang yatim digunakan untuk orang yang tidak memiliki ilmu, karena terkucilkan oleh kebodohannya. Rasul Saw bersabda : Yatim bukanlah orang yang tidak memiliki ayah dan ibu, akan tetapi yatim itu adalah orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. (HR. Ibnu Majah) Tidak cukup hanya dari sisi kebahasaan saja, secara normatif Alquran dan hadis memerintahkan untuk memuliakan anak yatim, dan menempatkan pada posisi anak-anak yang mempunyai ayah, bahkan lebih dari itu, siapa-siapa yang tidak

Oleh H.M. Nasir Lc, MA

memuliakannya dapat dikelompokkan kepada pendusta agama (QS Al-Mâ’ûn : 1-2). Sementara anak kandung sendiri jika tidak dimuliakan tidak sampai dianggap sebagai pendusta agama. Allah SWT berfirman terhadap orang yang merasa diri dimuliakan Allah apabila telah mendapat rezeki yang melimpah ruah : Sekali-kali tidak (engkau belum mendapatkan kemuliaan) karena engkau tidak memuliakan anak yatim. (QS. AlFajr : 17). Sebaliknya, orang yang memperlakukan anak yatim secara adil, dan manusiawi bahkan memuliakannya adalah calon penghuni surga, sebagaimana dijelaskan di dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 177, tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh penghuni surga antara lain : memberikan sebagian hartanya untuk anak yatim. Lebih dari itu, pengasuh anak yatim mendapat tempat yang sejajar dengan Rasul Saw, sebagaimana disabdakannya: Bahwa saya dan orang-orang yang memelihara anak yatim dengan baik akan berada di dalam surga bagaikan dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah. (HR. Muslim). Wujud dari memuliakan anak yatim, sejatinya adalah memelihara hak-haknya. Antara lain hak mendapatkan nafkah dan kelangsungan hidupnya sampai pada usia baligh. Oleh sebab itu, anak-anak yatim ber-

hak mendapat bagian dari seperlima harta rampasan perang, bersama orang-orang miskin dan ibnu sabil (surat Al-Anfâl : 41). Dalam konteks ke-Indonesiaan kita, anak-anak yatim wajib mendapat bagian dari har-ta negara baik Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ataupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Hak lain yang didapat oleh anak-anak yatim adalah pemberian sukarela dan harta warisan jika mereka ikut menyaksikan pembagian pusaka meskipun anak yatim yang tidak termasuk ahli waris. Allah SWT berfirman : Apabila dihadiri oleh kaum kerabat dan anak yatim (yang bukan ahli waris) ketika membagi-bagi harta warisan, berilah mereka bagian dari pusaka tersebut dan ucapkanlah perkataan yang baik bagi mereka. (QS. An-Nisâ’ : 8). Masih dalam persoalan hak anak yatim, adalah hak untuk mendapatkan perlindungan dari walinya terhadap harta peninggalan ayahnya, bagi wali tidak boleh memakan harta anak yatim dengan cara zalim, terkecuali sekedar upah. Allah SWT berfirman : Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan cara zalim, sama artinya mereka menelan api. (QS. An-Nisâ’ : 10) Namun demikian, memakan harta anak yatim dengan alasan yang diterima oleh syara’ adalah perbuatan yang dibolehkan, seperti memakan harta anak yatim sekedar yang patut disebabkan wali atau pengasuhnya miskin, atau boleh jadi sebagai upah kerja yang pantas karena menjaga anak yatim, maka halal bagi wali atau pengasuh untuk memakannya menurut sepatutnya. Hal itu ditegaskan di dalam Alquran : Barangsiapa (di antara pemelihara itu mampu, maka hendaklah dia menahan diri dari memakan harta anak yatim dan barangsiapa fakir, maka bolehlah ia makan harta itu menurut

yang patut. (QS. An-Nisâ’ : 6). Sejalan dengan ayat di atas, diriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasul SAW lalu berkata “saya tidak punya harta, tapi saya dipercaya menyimpan harta anak yatim. Rasulullah Saw bersabda: Makanlah dari harta anak yatim itu asalkan tidak berlebihan, dan janganlah engkau menukar hartamu dengan harta anak yatim. Hanya yang diharamkan oleh Allah SWT adalah memakan harta anak yatim dengan cara zalim, yaitu lebih dari batas kepatutan dan kepantasan seperti membeli rumah, kendaraan milik pribadi, menggadaikan harta anak yatim, apalagi mengeksploitasi anak yatim untuk memperkaya diri, semuanya itu termasuk dosa-dosa besar yang dikelompokkan oleh Nabi Muhammad Saw kepada salah satu dari tujuh dosa besar yang membahayakan, dan bahasa Alquran menyebut mereka sebagai pendusta agama, karena orang tersebut berpura-pura mengasuh anak yatim, akan tetapi hanya sekedar topeng belaka. Dengan demikian, wali atau pengasuh anak yatim seperti di ujung tanduk, atau di pinggir jurang, atau sebelah kakinya di neraka dan sebelah lagi di surga, bila para wali dan pengasuh anak yatim memposisikan diri sebagai ayah yang bertanggung jawab, maka anak yatim dapat mengantarkan ke dalam surga dan selamat dari api neraka. Dan bila para wali dan pengasuh anak yatim memposisikan diri sebagai majikan, pengusaha, yang mengambil manfaat dan keuntungan besar dari anak-anak yatim wal ‘iya zubillah jurang api neraka ternganga lebar untuk mereka, di akhirat menderita dengan azab neraka, di dunia dipandang sebagai pendusta agama. Wallahua’lam bil ash-shawab � Penulis adalah: - Pimp. Pondok Pesantren Tahfiz Alquran Al Mukhlisin Batu Bara - Pembantu Rektor IV Universitas Al Washliyah (UNIVA) Medan - Ketua Majelis Ta’lim & Zikir Ulul Albab Sumut.

Eksistensi Al Quran Sepanjang Zaman Apresiasi MTQ Kota Medan 07 s/d 14 Maret 2011)

P

elaksanaan MTQ Kota Medan mulai tanggal 07 s/d 14 Maret 2011 merupakan bahagian upaya melestarikan dan mengembangkan Alquran. Kendati pun, pada hakikatnya garansi yang dijanjikan Allah pada ayat di atas kepada umat manusia akan eksistensi Alquran tidak dapat ditawar lagi dan sekaligus menjadi dogma di kalangan sarjana Islam. Alquran sebagai salah satu kitab suci agama samawi yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai petunjuk dan pedoman bagi kehidupan manusia di permukaan bumi ini. Tidak dapat dipungkiri Alquran dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat Arab Jahiliyah dari tidak beradab menjadi masyarakat yang beradab, dari masyarakat terbelakang menjadi maju dan berkembang. Itu semua karena Alquran membawa misi perubahan dan perbaikan dalam rangka mengarahkan manusia kepada jalan yang terbaik. Beberapa cabang yang diperlombakan dalam MTQ kota Medan satu langkah yang kiranya diharapkan umat Islam lebih dekat kepada Alquran. Dalam Alquran sendiri begitu jelasnya Allah memberikan penjelasan kepada kita mengenai fungsi Alquran yang terdapat dalam berbagai surat dalam Alquran yang diantaranya, surat al-Baqarah ayat 184, yang artinya, “ Pada bulan ramadhan di turunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia sekaligus penjelas antara yang hak dan batil.” Dari ayat ini kita dapat menangkap penjelasan bahwa Alquran diturunkan hanya dijadikan sebagai penunjuk arah, pelita dan obor bagi kehidupan manusia supaya selamat dari jalan yang salah. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa siapa pun yang berada di luar petunjuk dan bimbingan Alquran maka ia akan mendapati kehidupan yang gelap dari kebenaran atau sesat. Perkembangan zaman yang semakin pesat dan canggih pada hakikatnya tidak menjadikan Alquran ketinggalan atau tidak up to date lagi untuk diikuti oleh manusia yang dikatakan sudah menjadi modern. Namun paling tidak dapat kita berikan catatan penting perbedaan yang terjadi antara praktek yang dilakukan para sahabat dan tabi’in dengan kondisi umat Islam hari ini terhadap Alquran. Kejayaan dan kemena-

“Sesungguhnya kami telah menurunkan Alquran dan kami pula yang memeliharanya” (Alquran/al-Hijr: 9)

Oleh Watni Marpaung, MA

ngan Islam, bahkan sampai menaklukkan negara adikuasa pada saat itu tidak lain adalah dikarenakan spirit yang terdapat dalam Alquran. Sehingga seluruh aktivitas umat Islam orientasi mutlak kepada tuntunan Alquran. Berbeda halnya dengan realita umat Islam hari ini terhadap Alquran. Perkembangan zaman dan canggihnya teknologi menjadikan manusia semakin menjauh dari Alquran, bahkan tidak sedikit yang beranggapan dekat dan akrab dengan Alquran adalah barisan orang-orang yang kuno, kolot, dan ketinggalan zaman. Sehingga kehidupan umat Islam banyak yang sudah tercerabut dari akar keyakinannya sendiri, tentunya hal ini pula akan berakibat pula kepada perbuatannya sehari-hari. Di samping itu pula tidak sedikit pula umat Islam yang menjadikan Alquran hanya sebatas diperlombakan, dihafal, dinyanyikan, dipajang dan terkadang dijadikan jimat dan lain sebagainya. Pemahaman dan sikap seperti ini tentunya tidak semua salah, namun paling tidak apa yang menjadi sasaran pertama Alquran diturunkan 14 abad silam dapat dikatakan tidak tercapai. Sebab yang diinginkan Alquran bukan orang yang suaranya bagus dalam melantunkannya, bukan pula orang selalu mengahafal dan mengulang-ulangnya sekalipun itu bahagian dari kecintaan kepada Alquran. Tetapi yang menjadi tujuan pokok adalah mereka yang selalu mengamalkan dan mempraktekkannya dalam kehidupan seharihari. Dengan kata lain, Alquran

menginginkan orang-orang yang qur’ani, dimana hati, ucapan dan perbuatannya mencerminkan Alquran. Kemodernan Alquran Memang tidak dapat dipungkiri, belakangan ini terjadi logika yang salah terhadap Alquran. Sebahagian beranggapan bahwa orang-orang yang mengamalkan Alquran ketinggalan zaman dan terbelakang. Tapi, apakah yang dituduhkan mereka itu benar? Tidak satupun pakar sejarah yang membantah bahwa masyarakat jahiliyah di mana Alquran diturunkan adalah masyarakat yang terbelakang, amoral, tidak punya tatanan kehidupan yang jelas dan teratur. Shalat di Ka’bah tanpa busana, membunuh anak perempuan hidup-hidup, menikahi istri ayahnya sendiri, dan lain sebagainya. Itu semua merupakan gambaran kelam masyarakat Arab sebelum disinari oleh Alquran. Setelah datangnya Alquran baru terjadi perubahan dan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan mereka. Dari itu Alquran pada hakikatnya menjadikan dunia dan manusianya menjadi modern. Namun kemoderenan yang diperankan oleh Alquran mempunyai aturan yang jelas dan terarah. Tidak seperti apa yang diekspos Barat yang kemudian diadopsi oleh umat Islam begitu saja tanpa ada sedikitpun pemilahan sama sekali, dan terkadang malah menuduh nilainilai yang dikandung Alquran dengan berbagai hal yang miring. Karena sikap dan pemahaman sebahagian umat Islam terhadap Alquran begitu miring akhirnya berakibat kepada terulangnya kembali perilaku-perilaku jahiliyah dahulu pada saat ini. Para perempuan tidak lagi merasa punya kewajiban untuk menutup auratnya sehingga seenaknya saja mempertontonkan tubuhnya kepada yang bukan mahram. Belum lagi, pergaulan bebas yang semakin menjadi-jadi yang tidak sedikit berujung pada perbuatan yang dimurkai Allah seperti prostitiusi, judi, dan sebagainya. Namun, bagi sebahagian orang demikianlah kehidupan yang

maju dan modern pada era globalisasi ini. Padahal, mereka tidak menyadari telah mengulang kembali sejarah bangsa Arab yang kelam pada zaman jahiliyah. Maka suatu hal yang keliru bila umat Islam di era globalisasi ini tergiur dan terpukau dengan kemajuan zaman dan meninggalkan Alquran. Padahal pada era ini batas sekat dunia seakan tidak ada lagi antara satu negara dengan yang lainnya. Sehingga peristiwa yang terjadi pada suatu negara pada detik itu juga dapat diketahui oleh negara yang lainnya. Namun, realitasnya sudah banyak yang berfikiran demikian dan hanya berorientasi dunia semata dengan meninggalkan tuntunan yang diberikan Alquran untuk mencapai akhirat kelak. Padahal, jika mereka memahami dengan baik seluruh bentuk efek negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan era global ini tidak lain adalah kembali dan mengamalkan tuntunan Alquran itu sendiri. Inilah salah satu sikap umat Islam yang salah persepsi terhadap Alquran itu sendiri. Dengan terlepasnya mereka dari ikatan Alquran dan terbawa dengan arus budaya global ala barat tidak dapat disangsikan lagi akan semakin menjauhkan mereka dari jalan Allah. Padahal Alquran merupakan petunjuk yang diturunkan Allah untuk sepanjang zaman. Penutup Alquran Allah turunkan kepermukaan bumi ini tidak lain adalah sebagai petunjuk dan pedoman bagi kehidupan manusia. Meninggalkan Alquran dalam kehidupan sama artinya kita berjalan tanpa memakai lampu sehingga tidak akan diketahui di mana bahaya yang akan dapat mengancam kita di depan. Demikian juga halnya manakala Alquran tidak diikuti akan banyak pula yang tergelincir dari jalan yang lurus. Apalagi dalam era globalisasi yang begitu berbahaya sekali manakala kita tidak punya pegangan hidup sama sekali. Pelaksanaan MTQ kota Medan merupakan bahagian yang upaya untuk mendekatkan umat Islam kembali kepada Alquran se-bagai petunjuk dalam hidupnya. � Penulis adalah: Wasekum IPQAH Kota Medan dan Divisi Ta’lif wa al-Nasyr Jam’iyat alQurra’ wa Al-Huffaz (JQH-Sumut)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.