Nusantara
WASPADA Rabu 19 April 2017
Mengenang Patuan Na Lobi Melawan Belanda Oleh: H. Mohammad Said Ritonga Bagian 7 DALAM perjalanan menuju Kotapinang, rombongan Patuan Nan Lobi mampir di Huta Godang, di tempat mana mereka disambut dengan semangat berapi-api oleh rakyat Huta Godang. Dapat dicatat pula bahwa sumber Raja Uteh Patuan Na Lobi (1836-1889) Tambak bekas camat Kotapinang, mengatakan bahwa di antara yang memberi kabar ke Gunung Tinggi untuk menganjurkan sabil terhadap Belanda adalah Raja Huala, raja muda Huta Godang (Sungai Kanan) sendiri. Catatannya mengatakan bahwa selain Patuan Nan Lobi dan Baginda Nan Lobi turut hulubalang- hulubalang Gunung Tinggi yang bernama Maraleio Ritonga, Jatabal Ritonga, Jalanglaut Ritonga, Japinang Ritonga dan Jabarayun Ritonga. Pada keberangkatan tersebut selain Raja Huala yang menyongsong rombongan ke Gunung Tua dan akan turut bertempur maka dapat juga dicatat nama-nama hulubalang dari grup Dasopang seperti Jalempang Dasopang, Jaembale Dasopang, Jahurlang Dasopang dan Jasaitan. Dicatat juga bahwa pakaian seragam para prajurit sampai kepimpinan sendiri adalah baju warna kesumba, celana kesumba, ikat kepala kesumba dan stagen kesumba. Hebat juga rupanya. Sekian sumber itu. Sesudah musyawarah matang-matang dan diupah-upah secara besar-besaran sepanjang adat, Patuan Na Lobi dan rombongan yang bercorak seragam itu segera mara ke Kala Pane, dan pagi-paginya tanggal 18 Juli 1871 sudah berada di depan benteng. Penyerbuan segera dilancarkan. Mengenai peristiwa ini Schadee dalam “Geschiedenis van Sumatera’s Oostkust” nya mencatat, “Hoewelde kampong Kala Panei goed veristerkt en bewapend was, werd zijzonder eenige noemenswaardige tegenstand overrompeld” (walaupun Kala Panei cukup pertahanan dan persenjataan, tapi ia telah berhasil diserbu tanpa menemui perlawanan berarti. Dengan kata lain, perlawanan dilakukan tapi dapat dipatahkan. Jelas di sini bahwa raja Kotapinang ketemu imbang, dan ketika pasukan menyerbu berhasil masuk pengawal-pengawal istana mencoba juga menghindar menerobosnya Patuan Nan Lobi, tapi tidak mungkin. Terutama ketika Patuan Nan Lobi tiba dipekarangan istana dan tiba-tiba melihat bendera Belanda berkibar, iapun memotong tiangnya dan menurunkan bendera tiga warna tersebut dan menyitanya sebagai rampasan. Ia masuk terus ke dalam istana, didapatinya Yang Dipertuan Besar Mustafa sedang bergerak untuk mengadakan perlawanan, namun tidak sempat berbuat apa-apa pelor sudah menembus dada raja tersebut dan beberapa detik kemudian iapun tewas. Patuan Na Lobi segera menguasai dan menduduki istana. Sutan Jainal, adik Yang Dipertuan juga ditembus pelor Patuan Na Lobi, dan bersama keduanya tewas lagi 6 orang besar yang mengadakan perlawanan, berpuluh-puluh hulubalang lainnya ditangkap dan dijadikan tawanan. Beberapa harta berharga diambil juga sebagai rampasan perang. Kemudian ketika Patuan Na Lobi memasuki balairung dilihatnya tergantung potret Raja Belanda, Willem III dan permaisuri Emma. Patuan memerintahkan hulubalangnya menembak potret itu, tapi ketika beberapa kali tidak kena sasarannya (karena bergegas-gegas begitu) Patuanpun tidak sabar, lalu ditembaknya sendiri kedua potret tersebut hingga
jatuh. Dipijak-pijaknya sehingga lenyet, lalu ditinggalkan begitu saja. Kemudian untuk bukti laporan, potret ini dibawa orang ke Labuhan batu diperlihatkan kepada kontrolir. Dapat dicatat bahwa dalam suasana yang amat sibuk itu, sumber Raja Uteh Tambak mengatakan bahwa Raja Muhammad Harahap asal anak Raja Portibi yang mengawini puteri raja Kotapinang yang sedang berada di istana, sempat melarikan putera mahkota Tongku Sakti, sehingga tidak sempat ditemui oleh pasukan penyerang. Ialah bersama Tongku Sakti yang pergi ke Labuhan Batu melapor dan meminta pembalasan dari Belanda. Lama sudah laporan sampai di Labuhan Batu, milir dari Kotapinang, dengan perahu sebetulnya tidak sampai 12 jam, tapi kalau mudik dengan berkayuh memakan tempo beberapa hari. Sungguhpun demikian setelah Kotapinang begitu lama diduduki tidak ada serangan balasan dari Belanda, kontrolir Belanda di Labuhan Batu begitu kecut untuk mudik ke Kotapinang walaupun sekedar untuk mendapat keterangan tangan kedua di sana, sesudah perginya Patuan Na Lobi beberapa hari kemudian. Hingga dua bulan sesudah kejadian tersebut, tegasnya pertengahan September 1871, barulah tiba di Labuhan Bilik assisten residen Belanda dari Siak. Walau ia datang dengan dilindungi oleh sepasukan pengawal bersenjata, ia toh tidak berani mudik ke Kotapinang untuk mendengarkan satu rekonstruksi dari penyerangan itu. Kekuatan yang ada di Bengkalis pun rupanya diperkirakan oleh Belanda tidak cukup kuat untuk menghadapi Patuan Na Lobi, satu dan lain karena sampai juga terdengar kabarnya bahwa Patuan Na Lobi sudah kompak dalam dukungan rakyatnya dan raja-raja Padang Lawas terutama Hulu Bila. Laporan itu sendiri oleh Ass. Res.Locker de Bruyne dari Siak dibawa ke Betawi. Isinya yang pokok ialah bahwa situasi tidak dapat dipertahankan lagi, jalan ke luar satu-satunya supaya militer turun tangan, pasukan besar-besaran harus didatangkan ke sana. Tanggal 10 Desember 1871 barulah Gubernur Jenderal mengeluarkan beslit untuk melancarkan satu ekspedisi militer langsung ke Gunung Tinggi. Pertimbangan-pertimbangan yang diambil dalam melancarkan ekspedisi ke Gunung Tinggi itu mencakup kenyataan bahwa dengan dibawanya pergi bendera Belanda oleh musuh berarti musuh pada babak pertama itu sudah berhasil dengan serangannya dan dengan dirusakkannya potret Sri Baginda Maharaja Willem III dan permaisuri Emma adalah merupakan pemberian malu yang tak dapat diabaikan. Mengenai kewajiban untuk melindungi Raja Kotapinang sebagai yang dinukil dalam perjanjian politik antara keduanya bahwa raja Kotapinang bersumpah setia kepada Belanda, selama-lamanya, selama ada bulan dan matahari, tentang kewajiban ini lebih merupakan bahagian tambahan saja nampaknya dari keputusan melancarkan ekspediksi itu. Tegasnya sebab utama ialah bahwa bendera harus direbut kembali dan bahwa malu harus ditebus, karena inilah yang melibatkan langsung prestise Belanda sebagai penjajah yang harus selamanya sukses dalam perang kolonial. Ekspedisi Belanda yang diberangkatkan khusus untuk menyerang Gunung Tinggi itu terdiri dari 2 kompi dari batal F.A.J Perie. dibantu oleh kapten muda H.C.v.a.Demneri, ditambah 1 detasemen bergartileri (barisan meriam). Pasukan ini yang bertolak pada tanggal 28 Desember 1871 dengan kapal “G.G.Mijer” dari Priok disinggahkan dulu ke Riau. Selain akan dipindahkan ke beberapa kapal perang, juga tentara akan mene-
IPW Minta Densus Buru Pelaku Bom Mobil JAKARTA (Waspada): Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, meminta Polri menurunkan anti teror Densus 88 untuk memburu pelaku dan pemilik “bom mobil” yang gagal meledak di Cawang Jakarta Timur. “Sebab hingga saat ini belum terlihat ada keseriusan dari jajaran Polda Metro Jaya untuk mengungkap kasus “bom mobil” tersebut,” kata Neta di Jakarta, Senin (17/4) IPW menilai, aksi teror “bom mobil” yang gagal di Cawang itu dilakukan teroris dengan tingkat kesadisan yang luar biasa. “Mobil tanpa plat nopol itu diisi dengan sejumlah jirigen berisi bensin, yang kemudian diduga dibakar dan dibiarkan berjalan menuju massa yang sedang melakukan pengajian,” kata Neta. Untungnya kata Neta, manuver mobil tersebut berhasil digagalkan, jika tidak tentu akan banyak massa yang jadi korban. “Densus 88 harus menyelidiki secara serius, apakah aksi teror ini dilakukan kelompok lama atau kelompok baru,” katanya.
Jika mencermati aksi teror selama ini kata Neta, kelompok lama tidak pernah melakukan teror dengan menggunakan mobil berisi jiregen bensin yang kemudian dibakar dan dibiarkan berjalan ke arah massa untuk diledakkan. “Selama ini kelompok lama hanya menggunakan mobil untuk bom bunuh diri atau bom mobil seperti di Bali,” ujarnya. “Bom mobil” Cawang lanjut Neta, merupakan modus baru dalam sejarah terorisme di negeri ini. Sepertinya ada kelompok teror baru yang hendak menciptakan bom molotov raksasa di Cawang. “Densus 88 harus memburu kelompok ini. Jika tidak dikhawatirkan modus “bom mobil molotov raksasa” ini akan menjadi tren yang diikuti kelompok kelompok lain untuk membuat kekacauan di tengah tengah massa,” katanya. Densus 88 kata Neta, sebenarnya gampang untuk memburu pelaku dan pemilik mobil tersebut, dengan cara melihat nomor casis mobil tersebut. Hal yang sama per-
nah dilakukan Polri saat memburu pelaku Bom Bali I. Kasus “bom mobil molotov raksasa” ini harus segera diungkap motifnya, apakah ingin membuat teror atau ingin memprovokasi umat Islam yang sedang melakukan pengajian. Jika Polda Metro Jaya terkesan lamban mengungkap kasus ini karena dikhawatirkan modusnya bisa ditiru kelompok teror lain. (j02/B)
rima latihan perang lebih dahulu. Latihan giat berlangsung selama 2 minggu barulah mereka dipindahkan ke kapal-kapal perang yang menurut catatan resmi terdiri dari kapal-kapal perang “Marnix”, “Banka”, “De Briel”, dan “Kapuas”. Jadi sampai ada 5 buah kapal perang, dengan mana dapat dibayangkan betapa seriusnya Belanda untuk melakukan perang terbuka terhadap Patuan Nan Lobi sekaligus untuk menamatkan riwayat Gunung Tinggi sebagai kerajaan merdeka. Turut serta pembesar sipil, Residen Schiff dari Riau, saat itu Sumatera Timur masih masuk keresidenan Riau, Ass. Res. Locker de Bruyne dari Siak, dan 2 orang kontrolir, Larive dan Trinite. Ada dua setengah hari dilaut, armada itupun tibalah di Kuala Panei dan berlabuh (bersembunyi-sembunyi) di balik Pulau Kantang. Di sini dibangun bivak dan latihan-latihan diteruskan. Persiapan-persiapan tersebut diceritakan dalam laporan pandangan mata perwira Belanda yang membentangkan penyertaannya dimajalah militer “Ind.Mil. Tijdschrift” penerbitan 1872. Kedatangan pasukan penyerang dielu-elukan oleh kontrolir setempat dari Labuhan Batu, d’Engelbronner dan Kaathoven dari Asahan. Pada kesempatan itu kedua pembesar Belanda ini memberikan info terperinci seperlunya. Dalam kemungkinan yang masih bisa dilayari oleh kapalkapal angkatan laut itu diteruskan juga masuk ke sungai Bila, jurusan ke hulunya yang jadi tujuan. Ada tiga jam mudik mengikut pasang yang bisa sampai ke Negeri Lama. Setelah di sini pasukan, alat-alat meriam, senjata dan perbekalan harus diturunkan ke stommbarkas-stommbarkas serta beberapa banyak sekoci yang sudah dilengkapi dengan senjata. Kemudian ditambah dengan sejumlah 70 buah anak perahu dayung, lalu keseluruhannya bertolak mudik melawan air mengalir. Dapat dibayangkan betapa repotnya pemberangkatan dilakukan karena sungai Bila itu makin ke hulu makin dangkal dan ciut. Mudik dengan cara tersebut hanya dapat dilakukan hingga Bandar, tanggal 13 Pebruari baru tiba di sana. Nyatanya sulit memasuki Gunung Tinggi dari sebelah tepi sungai Bila. Catatan resmi Belanda mengatakan bahwa pasukan itu memang berhasil masuk ke Gunung Tinggi hanya sesudah mengatasi kesulitan-kesulitan oleh banyaknya tebing-tebing curam yang harus dinaiki dan dilintasi. Dikatakan dalam laporan resmi tersebut bahwa pada kesempatan menuju pulang disitu baru pasukan itu menuju ke Gunung Tua, karena disanapun rupanya penduduk sudah menyatakan solider kepada Gunung Tinggi dan tidak mau tunduk. Dalam mengungkap peristiwa perang sebagai ini memang sangat disayangkan bahwa pihak kita tidak memiliki catatancatatan sendiri sehingga untuk bahan sejarah terpaksa harus juga digantungkan kepada cerita Belanda pula. Begitupun dengan menyaring secara hati-hati dapatlah juga diambil sepertinya bagian-bagian fakta yang tak dapat ditinggalkan sudah tentu dengan tidak mengabaikan mengungkap dan menghipotese yang tersirat daripadanya. Dalam catatan Belanda dikatakannya seolah-olah tidak ada perang ketika ia mematahkan setiap perlawanan kita. Cara menulis laporan sebagai ini sudah umum dikenal karena demikian selalu kegemaran mencatat dari pihak yang menang. Padahal bila diteliti hati-hati yang dicatat oleh pihak menang itu sendiri mudahlah juga diketahui kelemahan yang disembunyikannya. Ini misalnya dapat diperhatikan dari catatan Belanda (resmi ataupun tidak resmi) mengenai penyerangannya ke
Gunung Tinggi, hal mana akan dapat dipahami dari kutipan catatan Belanda yang akan disinggung seperlunya. Catatan Belanda sebagai yang yang dimaklumi oleh pemerintah Nederland kepada Dewan Perwakilannya (Staten Generaal) melalui Kolonial Versiag, 1872, lengkapnya adalah sebagai diturunkan ini : “De door zijne willekeurige handelingen gehate vorst van Kottapinang (in Labuhan Batu) werd 1 Julij 1871 ini zijne eigen kampong Kala Paneij overvallen en geddod. Bij de aanvallers bevonden zich twee aan hem onderhoorige hoofden, maar verreweg de messste waren uit de onafhankelijke kampong Goenoeng Tinggi, onder hun hoofd, pertoean Nan Lobeh. Was de handelling de beide, eerstgenoem de aanvallers te voorzien en moet daarbij als verzachtende omstan digheden gelden de willekeur die haar uitlokte, het gedrag van dem laatstgenoemden wien de zaken van Kotta-Pinang niet aangingen, kon niet anders dan als moord en roof omschreven worden. Groot was dan ook, ondanks den haat tegen de verslagene, de veront wardiging over die gebeurtenis, zoowel bij de bewoners der zoo even gencemde plaats zelve als bij al de naburige Maleische vornsten. Behalbe dat de omstandigheden, waarmede de inneming van Kalah Paneij vergezeld ging, krenkend waren voor het Nederlandsch Indisch Gouvernement zelf bleek ook eene expeditie naar Goenoeng Tinggi onvermijdelijk, zoo wij althans onzen invloed op dit gedeel te van Sumatra niet ten eene male verliezen-en de grensdistricten van de westkust beschermen wilden tegen de strooptogten van een tal overmoedig geworden onafhan kelijke radja’s. de Regeering besloot dan ook tot dien maatregel, en wees twee compagnien infanterie en een de tachement artillerie aan om Goenoeng Tinggi te tuchtigen. Ofschoon bij de komst der troepen (verg. hoofdstuk D. parag. 4) het schuldige hoofd zich reeds aan het Europeesch bestuur ter Sumatra’s Westkust had onder worpen, en de inneming van het ook door de bevoling verlaten Goenoeng Tinggi weinig moetie kostte, behalve het hoogst bez waarlijken togt derwaarts, zoo heeft echter het feit allen (schrijft de resident van Riouw) dat de geheele troepenmagt, na de tal looze hindernissen langsa de Bilahrivier te hebben overwonnen, de steile hoogte heeft bereikt, waarop, de kampong gelegen is en die door Nan Lobeh en de omliggende Battaksche bevolking als ongenaak enden morelen invloed van het Nederlandsch gezag ter Sumatra’s Ootkust niet weinig versterkt. de twee oproerige hoofden van Kotta Pinang (Dja Mambalie en Dja Hoealah), die de aanleggers weren van de opstand tegen den vermoorden Jang Di Pertuan, hebben zich gedurende de expeditie aan den controleur overgegeven en zullen voor den kerapattan van Kotta Pinang te regt staan. Nan Lobeh en zijn broeder Baginda Nan Lobeh, bevonden zich laats telijk te Batavia. Wat overiens den dood van de vorst van Kotta Pinang betreft, deze gebeurtenis zal gunstig werken op den toestand van dat rijkje.. Zijn bestuur toch had zich gekenmerk door menige eigendunkelijke handeling, terwijl hij met de soetan van Panei en Bilah steeds op gespannen voet verkeerde, daat hij zich volstrekt niet hield aan eene overeenkomst, welke die beide vorsten met hem hadden gesloten tot opheffing van de belemmeringen, welke de handel in zijn rijk ondervond.” Terjemahannya secara populer dan bebas sebagai berikut: “Raja Kota Pinang (Labuhan Batu) yang dibenci karena kesewenang-wenangannya, telah diserang dan tewas pada bulan Juli 1872 di kampung sendiri di Kala Panei. (Bersambung)
TNI Dan Polri Jamin Aman Pilkada DKI Putaran Kedua JAKARTA (Waspada): Personel TNI dan Polri yang bertugas pada pengamanan Pilkada putaran kedua DKI Jakarta tanggal 19 April 2017, harus memberikan rasa aman dan damai kepada masyarakat mulai dari rumah menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS), saat melakukan pencoblosan hingga kembali lagi ke rumah masing-masing.
80 Juta Orang Indonesia Belum Terbebas Dari Malaria Palas Dan Karo Terima Penghargaan JAKARTA (Waspada): Indonesia belum benar-benar bebas dari penyakit malaria. Masih ada sedikitnya 80 juta orang yang hidup dalam bahaya malaria. Catatan yang dilansir Kementerian Kesehatan menyebutkan, dari 514 kabupaten kota yang ada, baru 247 kabupaten/kota yang dinyatakan bebas malaria. Sisanya, yakni 166 kabupaten/kota masih berstatus endemis rendah, 60 kabupaten/kota endemis menengah dan 41 sisanya
Menyambut Munas VIII Parsadaan Ritonga Dohot Boruna Di Medan Pada 21, 22, 23 April 2017
dinyatakan endemis tinggi. “Memang sudah 69 persen masyarakat Indonesia tinggal di daerah bebas malaria. Tapi 30 persen atau lebih dari 80 juta jiwa masih berada di zona malaria, baik itu endemis rendah, menengah sampai yang tinggi,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Mohammad Subuh, saat temu media Hari Malaria Sedunia, di Jakarta, Senin (17/4).
Hari Malaria Sedunia diperingati pada 25 April setiap tahunnya. Tahun ini puncak acara akan dilakukan di Kota Ternate, Maluku Utara, 26 April. Saat itu, Kemenkes akan memberikan penghargaan bagi 7 daerah yang dinyatakan bebas malaria yakni Aceh Singkil, Aceh Timur dan Pidie (Provinsi Aceh); Karo dan Padang Lawas (Sumatera Utara), Pali (Sumatera Selatan) dan Luwu Utara (Sulawesi Selatan). (dianw/C)
“Tugas yang diemban personel TNI dan Polri pada pengamanan Pilkada putaran kedua DKI Jakarta merupakan tugas mulia, karena bertujuan untuk menjamin warga Jakarta aman, tenteram dan damai, tanpa tekanan saat melaksanakan pesta demokrasi. Tugas personel TNI dan Polri adalah menjamin keamanan warga Jakarta yang akan melakukan pencoblosan di masing-masing TPS,” ujar Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada Apel Gabungan Pengamanan Pilkada putaran kedua DKI Jakarta diikuti sekitar 24.000 personel TNI dan Polri di Gedung Enconvention Ancol, Jakarta Utara, Selasa (18/4). Panglima TNI, sebagaimana relis yang diterima Waspada, Selasa (18/4), memerintahkan kepada seluruh personel TNI dan Polri agar melaksanakan tugas dengan profesional, terukur sesuai dengan prosedur dan aturan berlaku.
“Laksanakan tugasmu, pelajari betul prosedur dan aturan serta jangan ragu, apapun akibatnya yang terpenting Jakarta aman, tertib dan damai. Saya jamin prajuritku tidak akan duduk di meja hijau sebagai terdakwa, karena saya sebagai Panglima TNI yang bertanggung jawab,” tegasnya. Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengharapkan pelaksanaan pengamanan Pilkada putaran kedua DKI Jakarta berjalan sesuai dengan yang direncanakan. “Selamat bertugas dan selamat berjuang, saat ini negara memanggil kalian untuk melaksanakan pengabdian yang terbaik kepada NKRI. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan bimbingan, petunjuk, hidayah dan rahmat kepada kita semua,” ucapnya. Panglima TNI menegaskan hak memilih dari warga DKI Jakarta dijamin konstitusi. Oleh karena itu, negara harus hadir dalam memberikan rasa
aman dan damai saat pelaksanaan Pilkada putaran kedua DKI Jakarta. “Bentuk hadirnya negara yaitu adanya personel TNI dan Polri dimasing-masing TPS untuk menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran jalannya Pilkada putaran kedua DKI Jakarta,” katanya. Dalam rangka pengamanan Pilkada putaran kedua DKI Jakarta tanggal 19 April 2017, diterjunkan 62.000 personel dari unsur TNI dan Polri serta Linmas, termasuk di Tempat Pemungutan Suara. Turut hadir dalam Apel Gabungan Pengamanan Pilkada antara lain, Menkopolhukam RI Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, Kasad Jenderal TNI Mulyono, Pangdam Jaya Mayjen TNI Jaswandi, Pangarmabar Laksda TNI Aan Kurnia, Pangkoopsau 1 Marsda TNI Imran Baidirus dan Kapolda Metro Jaya Irjen Polisi M. Iriawan. (aya/B)
Tambang Emas Martabe Berhasil Mempertahankan Izin Sosial Untuk Beroperasi TAMBANG Emas Martabe terletak di sisi barat pulau Sumatera, Kec. Batang Toru, dengan luas wilayah 1639 km2 dibawah kontrak karya generasi keenam (CoW) yang ditandatangani April 1997. Tambang Emas Martabe memiliki sumberdaya 7,4 ounce emas dan 69 juta ounce perak dan mulai berproduksi penuh pada awal 2013 dengan kapasitas per tahun sebesar 250 ribu ounce emas dan 2-3 juta ounce perak. Pada Maret 2016, perusahaan konsorsium pertambangan yang dipimpin oleh EMR Capital, spesialis dana ekuitas pertambangan swasta asal Australia, resmi menjadi pemegang saham utama Agincourt Resources. Kepemilikan saham Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tapanuli Selatan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tidak mengalami perubahan. Dalam perjalanannya dengan berbagai isu terkini menyangkut perkembangan pertambangan di Indonesia, Tambang Emas Marabe berhasil mempertahankan ‘izin sosial untuk beroperasi’. Direktur PT. Agincourt Resources, Tim Duffy mengatakan keberhasilan mempertahankan ‘izin sosial untuk beroperasi’ dengan memenuhi standar operasi yang tinggi dalam hal keselamatan kerja, pengembangan masyarakat, perlindungan lingkungan, serta kepatuhan terhadap
perundangan dan peraturan yang berlaku. Tim Duffy menyebutkan prestasi ini dicapai tidak dengan mudah. Ini semua merupakan hasil kerja keras dan komitmen dari seluruh karyawan dan perusahaan kontraktor pendukung operasi perusahaan ini. Tambang Emas Martabe yang dioperasikan oleh PT. Agincourt Resources telah menunjukkan kinerja solid dengan berbagai pencapaian penting. Kata Tim Duffy, kesuksesannya dalam mengintegrasikan nilainilai pembangunan berkelanjutan di semua lini bisnis tampak di berbagai aspek, seperti lingkungan, sosial, nihil cedera hilang waktu kerja dalam keselamatan kerja, kepatuhan, dan kinerja teknis. Washington Tambunan, Komisaris PT. Agincourt Resources juga mengemukakan kotribusi perusahaan ke masyarakat setempat menjadi salah satu alasan perusahaan ini mampu mempertahankan izin sosial tersebut. Dia mencontohkan kontribusi yang mereka lakukan baru-baru ini seperti pemberian beasiswa Martabe Prestasi 2017 dan Kompetisi Sekolah Bersih dan Sehat 2017 Menuju Standar Adiwiyata. Kedua program ini, lanjutnya, dilaksanakan untuk mendukung upaya pemerintah setempat membangun manusia unggul, berdaya saing, dan berkarakter melalui ekosistem pendidikan
Waspada/Ist
PENYERAHAN dukungan bahan pangan dari Tambang Emas Martabe kepada masyarakat terdampak banjir Padangsidimpuan di Posko Dapur Umum di SMA Perjuangan Rakyat.
berkualitas yang memberdayakan komunitas pendidikan untuk berperan serta menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan produktif di Tapanuli Selatan. Sejak 2011, kata Washington, pihaknya telah mendukung pengadaan dan perbaikan berbagai fasilitas pendidikan formal dan non formal, seperti renovasi 33 sekolah dan 4 lapangan olahraga multifungsi, mendirikan 14 taman baca, menyediakan 16 ribu buku bacaan, serta berbagai pelatihan bagi guru dan siswa untuk terus memastikan pembelajaran berkualitas yang aman, menyenangkan dan dapat diakses oleh semua pihak. Yang tak kalah pentingnya lagi adalah pengelolaan pelepasan air dari Tambang Emas Martabe ke Sungai Batang Toru menjadi perhatian khusus. “Kami menyadari perlu proses pengawasan yang independen untuk pelaporan kualitas air yang dilepaskan ke Sungai Batang Toru, karena air adalah sumber penting dan sumber kehidupan masyarakat, sehingga kami berupaya tetap menjaga kelestarian air agar tidak tercemar,” tambahnya. Lebih lanjut, Washington mengatakan pihaknya juga peduli terhadap anggota masyarakat Tapsel yang terkena dampak banjir bandang yang menerjang beberapa kecamatan di Kota Padangsidimpuan. Solidaritas diberikan dalam bentuk bantuan
yang diberikan kepada 600 penerima manfaat. Bantuan tanggap darurat berupa bahan pangan , bantuan pelengkapan sekolah untuk 300 anak SD. “Total dukungan itu nilainya Rp 70 juta,” sebutnya. Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel), Syahrul Pasaribu dalam wawancarannya mengakui kontribusi Tambang Emas Martabe kepada masyarakat Tapsel sangat besar. Dia mengemukakan seperti bangunan Puskesmas rawat inap yang dibangun di Kel. Aek Pining, Kec. Batangtoru sebagai layanan kesehatan masyarakat. Pengelolaan Puskesmas itu telah diserahkan oleh Manajemen Tambang Emas Martabe kepada Pemkab Tapsel. Bupati Tapsel juga mengatakan keberadaan perusahaan tambang telah menghidupkan perekonomian masyarakat di wilayah lingkar tambang. “Tambang Emas Martabe merupakan objek vital yang berkontribusi terhadap income nasional dan pemerintah daerah. Juga program CSR-nya,” sebut Syahrul. Dia menambahkan bantuan CSR yang sudah pernah diterima Pemkab Tapsel antara lain bantuan satu unit pemadam kebakaran. Bantuan ini diharapkan bisa digunakan di bidang Badan Penanggung Bencana Daerah (BPPD). * Ayu Kesuma Ning Tyas (Tulisan ini diikutsertakan pada Kompetisi Karya Tulis Jurnalistik 2017 Tambang Emas Martabe)