1 minute read

Kopi Arabica

Berjalan beberapa meter ke atas, kami melihat pemandangan hijau membentang di kaki bukit. Pepohonan pendek yang rimbun, dengan banyak buah kecil merah memenuhi tanah dengan luas kurang lebih 2000 ha. Ya, itu adalah kebun kopi. Kebun kopi tumbuh subur di sini dan dapat menjadikan sumber penghasilan bagi para buruh di Panawa Biasanya, panen raya kopi berlangsung ketika musim kemarau atau yang biasa mereka sebut dengan musim “nyebor”. Pohon kopi akan menghasilkan buah melimpah ketika dalam masa tanamnya mendapat cukup sinar matahari. Bila mendapat musim kemarau yang panjang, kebun kopi ini bisa menghasilkan rata-rata 6 ton kopi per hektar.

Advertisement

Namun sayangnya, cuaca semakin tidak dapat diprediksi, hujan turun bagai tak tau waktu. Hal itu berdampak pada proses panen. Para petani mengeluhkan lamanya panen kopi pada masa sekarang ini. Kebun seluas 2000 ha tersebut tentu tak hanya ditanami dengan 1 jenis kopi saja melainkan ada banyak jenis. Contohnya kopi arabica, kopi jenis ini paling subur dan mudah dipanen di daerah Desa Panawa. Ada juga kopi tunduh, kopi yang perlu dikeringkan selama 3 jam sebelum dibawa ke pengepul untuk diberaskan. Selain itu, terdapat juga jenis kopi jibria. Kebun khusus kopi jibria ini memiliki luas 100 ha. Bibit kopinya berasal dari Jawa. Kopi ini akan matang setelah 5 hari dari masa panen. Semua jenis kopi di sini dijual ke Pangalengan, termasuk kopi jenis jibria yang dijual dengan harga Rp14.000/kg.

This article is from: