LONTAR Desember 2012

Page 5

Profil VECO Vietnam

Foto-foto: Anton Muhajir

Dari Rehabilitasi Bakau ke Pertanian Berkelanjutan

VECO Vietnam dan VECO Indonesia memiliki kesamaan. Keduanya bermula dari program Flemish Organisation for Assistance in Development (FADO). Di Indonesia, FADO memulai program pertanian berkelanjutan di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Adapun di Vietnam, FADO memulai programnya di Can Gio, Vietnam bagian selatan melalui program rehabilitasi hutan bakau dan kredit.

PADA tahun 2001 , FADO kemudian melebur dengan dua organisasi donor lain di Belgia, yaitu Vredeseilanden dan Coopibo. Ketiganya memiliki kesamaan tema dan lokasi program, bekerja di negara berkembang untuk isu-isu pembangunan berkelanjutan dan kemanusiaan. Mereka menggunakan satu nama, Vredeseilanden yang dikenal di tiap kantor regional sebagai VECO, singkatan dari Vredeseilanden Country Office. Dari semula bekerja untuk isu rehabilitasi bakau dan kredit, saat ini VECO Vietnam justru fokus pada Pengembangan Rantai Pertanian Berkelanjutan. Ada tiga tujuan utama program VECO Vietnam saat ini. Pertama, meningkatkan posisi keluarga petani terorganisir dalam rantai nilai pertanian dari produksi hingga konsumsi. Kedua, mengembangkan kebijakan di tingkat nasional dan internasional yang mendukung petani. Ketiga, mendorong konsumen agar beralih ke hasil pertanian berkelanjutan. “Kami berusaha melibatkan petani dalam semua program,� kata Eduardo A Sabio, Perwakilan Regional VECO Vietnam di kantornya awal Oktober lalu. Seiring dengan perubahan fokus program, maka VECO Vietnam pun

meninggalkan lokasi di mana mereka pertama kali melaksanakan program, Can Gio. Mereka kini justru fokus di tiga provinsi di Vietnam bagian utara, yaitu Phu Tho, Lang Son, dan Tuyen Quang untuk tiga jenis komoditas berbeda, sayur, teh, dan padi. Di tiga provinsi ini, VECO Vietnam bekerja bersama petani dan mitra lokal, seperti lembaga konsumen, organisasi perempuan, dinas pertanian dan perlindungan tanaman, maupun organisasi petani. Ada sekitar 25.000 penerima manfaat program VECO Vietnam hingga 2007 lalu. Seperti juga di Indonesia, petani yang didukung VECO Vietnam adalah petani kecil. Mereka hanya menggu-

nakan lahan rata-rata 0,25 hektar atau bahkan kurang dari itu. Sempitnya lahan merupakan gambaran umum petani di Vietnam, sekitar 60 persen dari total populasi negeri ini. Bedanya, akibat sistem komunisme yang dianut negeri ini petani Vietnam tak bisa memiliki tanah. Mereka hanya memiliki hak guna karena hak milik tetap ada pada negara. Pemerintah bisa mengambil tanah tersebut jika diperlukan. Inilah salah satu tantangan VECO Vietnam saat ini, bekerja di negara dengan sistem politik yang relatif tertutup. Itu pula tantangan mereka bekerja di tujuan kedua, advokasi. Untuk memperjuangkan kebijakan yang mendukung petani kecil, terutama di rantai sayur yang juga komoditas utama Vietnam, VECO Vietnam bekerja sama dengan lembaga pemerintah, seperti lembaga riset dan dinas pertanian. Kerja sama ini diwujudkan melalui riset tentang keamanan pangan, pembuatan kebijakan pangan sehat, dan seterusnya. Dua mitra utama dalam program ini adalah Center of Agrarian Systems Research and Development (CASRAD) dan Institute of Policy and Strategy for Agriculture and Rural Development (IPSARD). Hasil riset kemudian dipublikasikan melalui seminar, lokakarya, pertemuan lintas aktor, dan semacamnya. Untuk program penyadaran konsumen, lembaga perlindungan konsumen Vietnam, Vietnam Standard and Consumer Association (VINASTAS) adalah mitra yang sudah bekerja bersama VECO Vietnam sejak 2008 lalu. Bersama Vinastas, VECO Vietnam melaksanakan lokakarya, kampanye, survei, riset, dan upaya lain untuk mengenalkan pangan sehat kepada konsumen. Semua aktivitas VECO Vietnam tersebut dikendalikan dari kantor empat lantai mereka di kawasan sibuk Hanoi. [Anton Muhajir]

LONTAR - #5 - 2012

5


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.