cerpen
Memaknai Pulang O l e h A p r i da Nu r R i ya S usant i Berada jauh dari rumah, terkadang membuat kita menun tut hati dan pikiran untuk kuat pada arti yang sangat dalam. Meskipun ada juga yang memaknainya secara dangkal.Men jadi sebuah kemerdekaan sebagai manusia dewasa. Sebuah konsekuensi tentang jauh dari rumah. Ada tangis kesepian pada awal langkah. Ada sedih kebingungan tanpa alasanjelas. Yang kita tahu rasanya berada di sebuah tempatberbeda. Asingdengan segalanya. Semester dua dalam perjuangan kuliahku. Seingatku itu hari jum’at. Entah dari pagi atau tidak, tapi rasa-rasanya aku terus berkutat di kampus. Dari satu mata kuliah hingga mata kuliah yang lain. Dari mimpi yang satu sampai mimpi yang lain. Tentunya di kursi yang berbeda. Sampai sore. Su dah sekitar jam 15:40. Aku baru selesai kuliah. Dan lagi-lagi aku tertidur di kelas. Sepulang kuliah, aku berjalan sendiri an menuju kos. Terasa sepi sekali. Ada yang harus kucari. Kugapai ransel hitam. Beberapa barang kumasukkan da lam tas. Setelah siap yang kuperlukan. Bismillah. Aku pulang. Sudah hampir jam 17:00. Ada tiga bis yang harus kukejar de mi kepulanganku. Dari kosku, Elqowi, di Karang Malang, aku harus berjalan sekitar lima menit hingga Jalan Gejayan. Se buah jalan yang lebih tepat disebut padat penuh, dari pada sekedar ramai. Untuk menyeberang saja aku butuh waktu yang cukup lama. Ditambah jam sore. Mungkin orang-orang sedang bergegas pulang. Sama sepertiku. Bergegas pulang. Pembedanya hanya perkara jarak. Tapi rasa yang menaung inya sama. Sudah sore seperti itu, semoga masih ada bis jalur 7. Itulah jalur bis yang akan mengantarkanku sampai di Ter minal Giwangan. Menanti dan menanti. Kakiku dari tadi tak bisa diam. Cemas menanti kedatangan bis penting. Kalau su dah tidak ada, terpaksa aku harus naik bis Trans Jogja yang jalurnya memutar. Sudah lewat jam 17:00. Harapanku meni pis. Kuputuskan berjalan kearah halte trans jogja terdekat. Lama berjalan, aku cemas. Nampak dikejauhan, terhalang mobil dan motor di depannya. Ada. Akhirnya datang juga. Sudah hampir jam 17:30. Aku masih berdamai dengan bis yang kunaiki. Duduk di dekat jendela. Menatap keluar. Ru mah-rumah berjejal. Tidak ada halaman rumput hijau untuk bermain adek-adek kecil. Tidak seperti depan rumahku. Turun dari bis jalur 7, aku langsung masuk terminal. Sece pat yang kubisa, aku menuju tempat bis menuju Madiun. Bis ke-2 yang mengantarku pulang. Lalu perjalanan demi kelegaan atas rasa rindu pun dimulai. 5-6 jam duduk manis dalam bis. Sepanjang perjalanan pulang. Menatap lampu-lampu di tepi jalan, di depan rumah, di toko-toko, sampai jauh di pe lataran gunung nun jauh disana. Bis ke-2 ini, alhamdulillah tidak terlalu penuh. Aku masih bisa mengambil tempat duduk 42
P ewa r a Di n a mik a m a r e t 2 0 1 2
untuk dua orang. Namun hanya kugunakan sendiri. Satu un tukku. Satu untuk ransel hitamku. 5 jam lebih. Dari sadar-ti dur-bangun-tertidur-terbangun, dan akhirnya dibangunkan petugas penarik karcis. Menyampaikan berita menyenang kan. Aku telah tiba di Terminal Purbaya, Madiun. Membe narkan letak jilbabku dan kugendong kembali ransel hitam yang baru kusadari ternyata cukup berat. Sepertinya selain barang-barang yang kubutuhkan untuk pulang, buku-buku kuliahku tadi siang masih ada di dalamnya. Lengkap dengan kamus bahasa inggris versi tebal. Bapakku pasti bangga meli hat buku-buku ini. Kesannya aku belajar hal yang sangat lu ar biasa. “Bukunya saja tebal-tebal. Apalagi kuliahnya. Pasti luar biasa”, mungkin ini yang akan dikatakan bapak ketika melihat isi ransel hitamku. Jam sepuluh malam lebih. Aku masih menanti kedatangan bis ke-3 yang mengantarku pulang. Bis rute Madiun-Ponorogo atau Surabaya-Ponorogo. Aku menantikannya dipinggiran ja
lan dalam terminal. Setauku sampai jam satu malam pun bis rute itu masih ada. Insyaallah segera kuhirup bau Ponorogo. Bumi sejarahku. Hampir setengah jam aku menanti. Hanya duduk di pinggiran jalan. Terminal ini masih hidup. Ibu-ibu penjual pecel madiun masih lincah melayani para pembeli yang kebanyakan karyawan bis antar kota, antar provinsi, tukang ojek terminal, penumpang yang kemalaman dan ke