bina rohani Manusia dalam Dimensi Waktu dan Dimensi Ada O l e h Anwa r Ef e ndi Sebagai makhluk yang berakal, manu sia memiliki kemampuan membedakan yang baik dan buruk. Kemampuan itu lah yang menyebabkan manusia ber beda dengan makhluk lainnya, seper ti binatang atau tumbuh-tumbuhan. Potensi akal memungkinkan manusia memiliki daya berpikir (al-quwayah alnatiqah) sehingga mampu memaha mi berbagai macam pengertian untuk menguasai ilmu pengetahuan. Melalui daya berpikir manusia dapat menjatuh kan pilihan dan melakukan tindakan sesuai dengan pilihannya. Dalam kon teks ini, kemampuan melakukan pilihan hanya dimiliki oleh manusia. Pada akhirnya, manusia melakukan tindakan sesuai dengan pilihan-pilihan tersebut. Pilihan-pilihan yang ditetap kan manusia berujung pada tujuan hi dup yang hakiki, yakni kebahagiaan sejati dan kematian yang sempurna. Tujuan tersebut menegaskan bahwa ke hidupan manusia pada hakikatnya be rada dalam dimensi keduniawian dan dimensi keakheratan (Sukardi, 2005). Perjalanan kehidupan manusia di du nia diakhiri dengan peristiwa kema tian dan kematian merupakan awalkehidupan yang abadi. Peristiwa kematian menggambarkan bahwa ke hidupan manusia pada dasarnya bera da dalam tegangan dua dimensi, yak ni dimensi kesementaraan dan dimensi keabadian. Nugroho (2011) menyatakan bahwa tegangan itu menegaskan dua eksistensi manusia, yakni eksistensi ‘dalam waktu’ dan eksistensi ‘di luar waktu’. Eksistensi manusia dalam wak tu disebut hidup dan eksistensi manu sia di luar waktu disebut ada. Dalam di mensi hidup horizon imajinasi manusia adalah kefanaan (mati). Sementara itu, dalam dimensi ada horizon imajinasi manusia adalah keabadian. Merujuk pandangan Kierkegaard, Nu gro ho (2011) menegaskan bahwa ketegangan antara dimensi waktu dan dimensi ada menimbulkan konsekuensi
grandmall10.wordpress.com
terhadap perilaku manusia. Eksistensi dalam dimensi waktu mendorong ma nusia berkembang biak agar spesiesnya bertahan dan tumbuh kuat untuk me nafkahi hidupnya beserta anak ketu runan, untuk meraih kemuliaan dan kejayaan. Pada sisi lain, eksistensi da lam dimensi ada mendorong manusia bergerak ke arah sebaliknya. Upaya me ngendalikan nafsu, sabar, dan selalu siap mengampuni adalah beberapa si kap yang dipupuk oleh eksistensi diri yang menyadari adanya dimensi keaba dian. Jika dicermati, tampak ada relevansi antara tujuan hakiki hidup dan dua di mensi yang ada dalam diri manusia. Ek sistensi manusia dalam dimensi waktu dapat disejajarkan dengan tujuan ma nusia dalam mencapai kebahagiaan sejati. Selanjutnya, eksistensi manusia dalam dimensi ada dapat disejajarkan dengan tujuan manusia dalam rangka menggapai kematian yang sempurna. Dalam pandangan Stephen Covey, penghayatan terhadap dimensi waktu
dan dimensi ada akan melahirkan kat egori manusia proaktif dan manusia efektif. Manusia proaktif adalah manu sia yang peduli pada apa yang dipikir kan para pelayat ketika dirinya sudah terbujur sebagai jenazah. Selanjutnya, manusia efektif adalah manusia yang peduli pada kenangan yang akan tum buh dalam hati dan pikiran banyak orang ketika dirinya sudah tidak hidup lagi. Muara kategori manusia proak tif dan manusia efektif adalah manu sia yang memiliki karakter otentik, se bagaimana dalil yang diungkapkan Heidegger. Manusia otentik adalah manusia yang memiliki ketetapan dan keteguhan hati menghadapi kematian. Ketetapan dan keteguhan hati terhadap kematian tersebut merujuk pada ada gium bahwa manusia adalah “Sein-zumTode”, manusia “Ada ke arah Maut” (Nu groho, 2011).
Anwar Efendi Kahumas UNY
P e wa ra D i n a m i ka a GUSTUS 2012
37