Pewara Dinamika Agustus 2012

Page 39

bina rohani Manusia dalam Dimensi Waktu dan Dimensi Ada O l e h Anwa r Ef e ndi Sebagai makhluk yang berakal, manu­ sia memiliki kemampuan membedakan yang baik dan buruk. Kemampuan itu­ lah yang menyebabkan manusia ber­ beda dengan makhluk lainnya, seper­ ti binatang atau tumbuh-tumbuhan. Potensi akal memungkinkan manusia memiliki daya berpikir (al-quwayah alna­tiqah) sehingga mampu memaha­ mi berbagai macam pengertian untuk menguasai ilmu pengetahuan. Melalui­ daya berpikir manusia dapat menjatuh­ kan pilihan dan melakukan tindakan sesuai dengan pilihannya. Dalam kon­ teks ini, kemampuan melakukan pilihan hanya dimiliki oleh manusia. Pada akhirnya, manusia melakukan tindakan sesuai dengan pilihan-pilihan tersebut. Pilihan-pilihan yang ditetap­ kan manusia berujung pada tujuan hi­ dup yang hakiki, yakni kebahagiaan se­jati dan kematian yang sempurna. Tujuan tersebut menegaskan bahwa ke­ hidupan manusia pada hakikatnya be­ rada dalam dimensi keduniawian dan dimensi keakheratan (Sukardi, 2005). Perjalanan kehidupan manusia di du­ nia diakhiri dengan peristiwa kema­ tian dan kematian merupakan awal­kehidupan yang abadi. Peristiwa kema­tian menggambarkan bahwa ke­ hidupan manusia pada dasarnya bera­ da dalam tegangan dua dimensi, yak­ ni dimensi kesementaraan dan dimensi­ keaba­dian. Nugroho (2011) menyatakan bahwa tegangan itu menegaskan dua eksistensi manusia, yakni eksistensi ‘dalam waktu’ dan eksistensi ‘di luar waktu’. Eksistensi manusia dalam wak­ tu disebut hidup dan eksistensi manu­ sia di luar waktu disebut ada. Dalam di­ mensi hidup horizon imajinasi manusia adalah kefanaan (mati). Sementara itu, dalam dimensi ada horizon imajinasi manusia adalah keabadian. Merujuk pandangan Kierkegaard, Nu­ gro­ ho (2011) menegaskan bahwa ke­te­gang­an antara dimensi waktu dan dimensi ada menimbulkan konsekuensi

grandmall10.wordpress.com

terhadap perilaku manusia. Eksistensi dalam dimensi waktu mendorong ma­ nusia berkembang biak agar spesiesnya­ bertahan dan tumbuh kuat untuk me­ nafkahi hidupnya beserta anak ketu­ runan, untuk meraih kemuliaan dan ke­ja­ya­an. Pada sisi lain, eksistensi da­ lam dimensi ada mendorong manusia­ bergerak ke arah sebaliknya. Upaya me­ ngen­dalikan nafsu, sabar, dan selalu­ siap mengampuni adalah beberapa si­ kap yang dipupuk oleh eksistensi diri yang menyadari adanya dimensi keaba­ dian. Jika dicermati, tampak ada relevansi antara tujuan hakiki hidup dan dua di­ mensi yang ada dalam diri manusia. Ek­ sistensi manusia dalam dimensi waktu dapat disejajarkan dengan tujuan ma­ nusia dalam mencapai kebahagiaan sejati. Selanjutnya, eksistensi manusia dalam dimensi ada dapat disejajarkan dengan tujuan manusia dalam rangka menggapai kematian yang sempurna. Dalam pandangan Stephen Covey, penghayatan terhadap dimensi waktu­

dan dimensi ada akan melahirkan kat­ egori manusia proaktif dan manusia efektif. Manusia proaktif adalah manu­ sia yang peduli pada apa yang dipikir­ kan para pelayat ketika dirinya sudah terbujur sebagai jenazah. Selanjutnya, manusia efektif adalah manusia yang peduli pada kenangan yang akan tum­ buh dalam hati dan pikiran banyak orang ketika dirinya sudah tidak hidup lagi. Muara kategori manusia proak­ tif dan manusia efektif adalah manu­ sia yang memiliki karakter otentik, se­ bagaimana dalil yang diungkapkan Heidegger. Manusia otentik adalah manu­sia yang memiliki ketetapan dan keteguhan hati menghadapi kematian. Ketetapan dan keteguhan hati terhadap kematian tersebut merujuk pada ada­ gium bahwa manusia adalah “Sein-zumTode”, manusia “Ada ke arah Maut” (Nu­ groho, 2011).

Anwar Efendi Kahumas UNY

P e wa ra D i n a m i ka a GUSTUS 2012

37


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Pewara Dinamika Agustus 2012 by Universitas Negeri Yogyakarta - Issuu