resensi media Urgensi Pendidikan Karakter O l e h R in a Navi Uta mi Kebanyakan buku yang bertemakan pendidikan karakter selalu menekankan keyword kebiasaan (habit), teladan, dan character building. Barnawi dan M. Ari fin mampu menyajikan lebih dari seke dar kulit pembahasan pendidikan ihw al karakter. Kebijakan dan grand design pemerintah tentang pendidikan karak ter di Indonesia dimunculkan penulis dalam buku ini. Menyikapi kebijakan tersebut, penulis melengkapi buku ini dengan strategi dan aplikasinya dalam pembelajaran pendidikan karakter. Stra tegi dan Kebijakan Pembelajaran Pendi dikan Karakter kiranya memangsangat tepat disematkan untuk buku ini. Bukan kali pertamanya pemikiranpemikiran penulis buku ini dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Selain sering dimuat di berbagai surat kabar seperti Kompas, Suara Merdeka, Gerbang, Rin dang, dan Media Pembinaan, Barnawi ju ga pernah menjadi pemakalah dalam Indonesian’s Teacher Conference dan In ternational Conference on Lesson Study. Kejuaraan lomba menulis bagi guru yang diselenggarakan harian Kedaulat Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter Penulis: Barnawi dan M. Arifin • Penerbit: Ar-Ruzz Media, 2012 • Tebal: 108 halaman
an Rakyat juga pernah diraihnya. Se dangkan M. Arifin – partner menulis Barnawi dalam buku ini – masih aktif di berbagai kegiatan keorganisasian, salah satunya adalah sebagai kepala bi dang advokasi, kajian, dan propaganda Ikatan Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Seluruh Indonesia (IMAKIP SI) 2010 s.d. 2012. Buku terbitan Ar Ruzz Media ini terbi lang cukup kecil dan tipis. Buku ringkas namun berisi ini kiranya sangat cocok untuk dipelajari seseorang yang sering mengantuk terlebih dahulu saat hen dak membaca buku-buku tebal. Kenda tipun demikian, buku setebal 108 hala 36
P ewa r a Din a mik a a GUSTUS 2 0 1 2
man ini mengandung nilai dan manfaat yang tak sebanding dengan ukurannya. Pengkajian mengenai pendidikan karak ter dapat disimak dalam buku ini. Pema paran penulis pun menggunakan baha sa lugas yang mencakup ranah teoritis dan praktis. Kajian teoritis dalam buku ini berupa urgensi pendidikan karakter, hakikat pendidikan karakter, prinsip pendidikan karakter yang efektif, serta kebijakan dan grand design pendidikan karakter di Indonesia. Pada kajian praktis, penulis mema parkan pengaplikasian pendidikan ka rakter di sekolah. Hal tersebut men cakup strategi dalam pembelajaran pendidikan karakter, kedudukan dan si fat guru, serta contoh silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Tentunya, silabus dan RPP ini yang su dah mengandung muatan pendidikan karakter. Penulis menyadari penting nya teori manajemen yang mengajar kan bahwa setiap kegiatan apabila direncanakan dengan baik, akan mem bawa hasil yang baik pula. Satu analo gi dengan pembelajaran yang bermua tan pendidikan karakter, apabila telah terencana dengan baik, hasilnya cende rung lebih optimal.
Diawali dengan mengedepankan urgensi pendidikan karakter, penulis menyajikan fakta-fakta kemerosotan pendidikan karakter bangsa ini yang se makin memburuk. Hal ini diduga kare na berbagai faktor, diantaranya adalah rendanya pemahaman filosofi teknolo gi. Dalam buku ini, penulis mengutip pernyataan dari Setiawan Dani (dalam Kompas, 29 September) bahwa teknolo gi dapat menjadi media penghancur umat manusia setidaknya karena tiga hal. Pertama, teknologi cenderung me mudahkan. Hal ini cenderung menjebak seseorang menjadi sosok yang manja, tidak menghargai proses, dan hanya ingin yang serba instan. Kedua, teknolo gi bisa mendekatkan yang jauh, namun juga bisa menjauhkan yang dekat. Sese orang yang sangat intens dalam peng gunaan teknologi dan hanya berkutat pada teknologi tanpa mengindahkan lingkungan sosial disekitarnya bisa jadi akan merasa asing di lingkungan seki tarnya tersebut. Ketiga, teknologi bisa memicu perilaku konsumtif pada peng gunanya. Lebih dari ketiga hal tersebut, penyalahgunaan dalam pemanfaatan teknologi kiranya juga terus menjadi momok tersendiri di kalangan remaja. Video asusila dan kekerasan remaja kian meresahkan keberadaannya. Teknologi seolah menjajah karakter anak bangsa dengan sangat halus dan yang terjajah tidak begitu merasa bahwa penjajahan sedang berlangsung. Mengapa perlu adanya pendidikan karakter? Bukankah sudah ada pendi dikan agama dan pendidikan Pancasila yang keduanya juga mengajarkan mor al, etika, dan baik buruknyasesuatu? Per tanyaan-pertanyaan semacam itu kadang kala muncul untuk mengoposi sikan kebijakan pendidikankarakter. Namun, lagi-lagi penulis mampu me
Rina Navi Utami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo