W
A
ft
A
DinAiiii^A UKIVERSnU NntRIYSnUAHn
■ Agustus 2007
Opini Memerdekakan Pendidikan di Usia 62 Tahun oleh Sismono La Ode
Indonesia, 15 Juii 2005). Data tersebut akan lebih mengagetkan perihal keterpurukan bangsa in! jika dimasukkan persentase jumlah anak yang putus sekolah
ini telah merdeka?
akibatfaktor kemiskinan.
Merenungkan arti 17 Agustus dan arti ulang tatiun ke-62 n e g a ra k 11a mendorong kita
Berkaitan dengan peringatan 62 tahun Kemerdekaan Ri 2007, seiuruh komponen bangsa
penyempurnaan terhadap aktivitas pendidikan bangsa ini. Berkaitan dengan hai itu, upaya revitaiisasi pendidikan untuk
me n e i usu r i
mewujudkan tujuan dan cita-cita Prokiamasi Kemerdekaan
perjalanan bangsa
menjadi faktor penting. Di tengah upaya menanggulangi
kita selama In! dan
tantangan dan hambatan, seiuruh komponen bangsa hams sadar bahwa pendidikan yang berkuaiitas mempakan
m e n c 0 b a
memandang hari depannya. Kita sudah menyaksikan bahwa dari umur Rl
yang 62tahun ini, 20 tahun (antara 45-65)negara kita ada di bawah pimpinan pejuang besar untuk kemerdekaan,
Dalam mengamati perjalanan bangsa, kita melihat bahwa selama 62 tahun ini negara kita sudah pemah dipimpin oleh enam presiden, yaitu Bung Karno, Suharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, dan (sekarang) SBY. Dari
177 negara, di bawah Vietnam, Philipines, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Singapore yang sesama negara ASEAN. Vietnam berada di umtan ke-108, Philipines umtan ke-84,Thailand urutan ke-73, Malaysia urutan ke-61, Bmnei
sesudah kemerdekaan teiah hancur berantakan akibat
Damssaiam umtan ke-33,dan Singapore umtan ke-25.
berkuasanya rezim militer Orde Baru selama 32 tahun.
Data HDi itu diukurdari indeks pendidikan,indeks kesehatan, dan indeks perekonomian. Artinya, faktor
bukti-bukti yang menyedihkan serta akibat-akibat serba negatif yang dapat kita saksikan bersama dewasa ini -bahwa rezim millteristik Suharto (beserta para simpatisan atau pendukungnya) adalah perusak besar cita-cita para perintis kemerdekaan bersama Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir,dan beberapa pahlawan lainnya. Masyarakat adil dan makmur yang di zaman Bung Kamo kerap disebut-sebut, sekarang kelihatan makin jauh. Cita-cita yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 perihal pendidikan dan kesejahteraan pun
n
penentu keberhasilan meraih cita-cita bangsa Indonesia.
yaitu Bung Karno. Selebihnya, selama 32 tahun, negara kita dikangkangi oleh Suharto dan konco-konconya. Setelah itu, kurang lebih 9 tahun di bawah kepemimpinan, secara berturut-turut, Habibie, Gus Dur, Megawati, dan terakhirSusilo BambangYudoyono(SBY). Sekarang kita bisa mengatakan -dengan tegas dan iantang - bahwa apa yang dibangun dengan susah payah oleh Bung Kamo selama 20 tahun (bahkan lebih dari 40 tahun kaiau dihitung sejak masa mudanya)sudah dirusak sama sekaii oleh Orde Barunya Suharto dkk. Nat/on building and character building yang merupakan usaha utama Bung Karno dan Bung Hatta sebelum dan
Oleh karena itu,sekarang bisa kita lihat denganjelas -- dari
28--
hendaknya menjadikan momentum tersebut untuk menilai hasii kerja selama ini, sekaiigus meiakukan koreksi dan
untuk
semua
y
bawah garis kemiskinan. Kemiskinan melanda rakyat di 199 kabupaten yang masuk kategori daerah tertinggal (Media
Gegapg e m b i t a 17 Agus t us menorehkan tanya: Benarkah bangsa
deretan nama tersebut, tampak jelas bahwa soai pendidikan
belum menjadi kompas bagi kebijakan-kebijakan lainnya. Akibatnya, di tengah kegembiraan datangnya usia 62 tahun ini kita masih saja dikagetkan dengan laporan Human
Developmentlndex(HDI)Indonesia yang dibuat oleh United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2005, yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-110 dari
pendidikan menjadi faktor penting yang menentukan HDi
Indonesia. Saiah satu data yang dipakai UNDP di antaranya adalah data pendidikan di Indonesia yang memang kalau dicermati sangat memprihatinkan. MIsalnya, data tentang angka putus sekolah yang mencapai 1.122.742 anak dan angka buta aksara di Indonesia yang mencapai 15.414.211 orang (Depdiknas,2005). Di sisi lain, di tahun yang sama, Departemen
Pendidikan Nasional Rl juga mencatat bahwa mayoritas penduduk usia 15 tahun ke atas masih berpendidikan SD ke
dibuat luiuh iantak, setidaknya usaha melindungi segenap
bawah (58,6%), putus sekolah SD 2,94% (767.835 siswa).
bangsa Indonesia dan seiuruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. seakan-akan tak mampu mengetuk hati seliap pengambil kebijakan. Mereka malah asyik dengan stite korupsi, koiusi, dan nepotisme. Presiden SBY sendiri mengakui bahwa sekitar 2005,sedikltnya ada 35juta orang Indones a yang h'dup di
SD msak berat 24,27%, rusak ringan 32,92%, dan balk 42,82%. Pada jenjang SMP 41,5% penduduk bemsia 15 tahun ke atas berpendidikan SMP, putus sekolah 2,8% (277.112 siswa), SMP msak berat 4,28%, msak ringan
9,94%, dan baik 85,78%. Sementara itu, pada jenjang sekolah menengah,tingkat pendidikan angkatan kerja yang berpendidikan SMA dan SMK hanya 17,41%,putus sekolah