
7 minute read
Edisi
Oleh : Irma Sri Rejeki, SH*)
Advertisement
Kemerdekaan merupakan anugerah dari Allah SWT kepada bangsa Indonesia. Sudah sepatutnya kita saat ini sebagai bangsa yang m e r d e k a , m e n s y u k u r i d a n m e n g i s i kemerdekaan ini. Adapun aktualisasi bentuk syukur dan mengisi kemerdekaan itu sendiri sangat luas cakupannya. Salah satu aktualisasi mensyukuri dan mengisi kemerdekaan adalah melaksanakan peran kita sebagai civitas akademika Perguruan Tinggi. Kita kembali flashback, dimana selama dijajah oleh Belanda dan Jepang, ruang gerak kita sangat terbatas, baik secara fisik maupun nonfisik.
Berbicara peranan Perguruan Tinggi dalam mengisi kemerdekaan, tentunya tidak terlepas dari kewajiban Perguruan Tinggi itu sendiri, yaitu Tridharma Perguruan Tinggi, diantaranya pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Tentunya sivitas akademika perguruan tinggi sudah melakukan kewajiban tersebut, namun yang menjadi problematika adalah jangan sampai pelaksanaan Tridharma tersebut hanyalah s e b a g a i p e n g g u g u r a d m i n i s t r a s i s a j a . Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi harus dilaksanakan dengan dilandasi atas kesadaran diri, ketulusan, dan memiliki visi untuk memberikan impact kepada masyarakat luas. Sehingga kontribusi perguruan tinggi menjadi n y a t a d a l a m k o n t e k s d a l a m m e n g i s i kemerdekaan.
Saat ini kita sudah memasuki era disruptif, tidak ada lagi tembok besar yang membatasi ruang gerak manusia dalam berkembang dan mengekspresikan dirinya, termasuk dalam transformasi keilmuan. Hal ini termasuk dalam mengaktualisasikan Tridharma Perguruan Tinggi itu sendiri. Jangan sampai masih ada gaya penjajahan era modern saat ini. Kita sebagai Warga Negara Indonesia yang baik sudah sepatutnya memberikan kontribusi nyata, tidak hanya kita menuntut segala hal kepada pemerintah. Sederhananya, kita dapat memberikan kontribusi konkret tersebut sesuai dengan profesi kita. Dalam hal ini khususnya pada perguruan tinggi. Dari perguruan tinggi inilah sudah seharusnya lahir keterbaharuan keilmuan sesuai bidang masing-masing. Seluruh sivitas akademika perguruan tinggi sudah saatnya berinovasi dan mengikuti perubahan, bahkan dapat berubah sebelum perubahan itu sendiri datang. Dalam bidang pembelajaran misalnya, sudah harus diarahkan pada pembelajaran yang berbasis pada by research, sehingga ada suatu produk konkret yaitu publikasi yang dihasilkan dari pembelajaran itu sendiri. Sudah saatnya ditinggalkan style pembelajaran konvensional, tidak perlu lagi ada gaya otoriter didalam pembelajaran, tidak ada lagi kedudukan vertikal dalam pembelajaran dengan peserta didik, seharusnya peserta didik dijadikan partner didalam pembelajaran itu sendiri dengan tetap mengedepankan adab, etika, sopan santun, dan norma dalam pembelajaran. Jangan sampai kita masih terjajah dalam pola pikir dan style yang membuat kita sulit u n t u k b e r i n o v a s i , b e r k r e a t i v i t a s d a n berkembang. Perubahan sudah terjadi didepan mata, apabila kita tidak dapat mengikuti perubahan itu sendiri, maka kita lah yang akan hilang oleh peradaban. Dalam riset tidak lagi berada dalam ranah deskriptif, namun sudah harus melangkah pada
Selain Tridharma, dalam perguruan tinggi juga terdapat komponen – komponen pendukung dari suatu. Diantaranya Unit Pelaksana Teknis (UPT), dan komponen lainnya yang sederajat. Meskipun tidak terlibat langsung dalam Tridharma, namun unit - unit tersebut sebagai support system sehingga visi dari perguruan tinggi itu sendiri dapat berjalan. Pandemi Covid-19 seolah mengubah total tatanan dunia. Berbagai seluk beluk aktivitas kehidupan dituntut dilakukan serba elektronik, termasuk didalam pendukung unit suatu perguruan tinggi. Hal sederhana misalnya dapat dilihat dari aktivitas surat menyurat. Hal ini adalah suatu fakta kita dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman, dan berinovasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
M e r d e k a k h u s u n y a t e r k a i t p e r a n a n perguruan tinggi tidak hanya dilaksanakan dalam euphoria tahunan saja. Namun, juga dapat melakukan suatu tindakan nyata, mengikuti perkembangan zaman dan selangkah dua langkah lebih maju sebelum perubahan itu sendiri datang. Sehingga dapat memberikan kontribusi konkret bagi bangsa dan negara, khusunya kontribusi yang diberikan oleh perguruan tinggi. Kemerdekaan tidak hanya terbatas pada euphoria semata, yang pada akhirnya hanya sebagai pengulangan euphoria tahunan namun tidak memberikan perubahan dan impact yang luas.
Sehingga makna kemerdekaan tidak hanya dimaknai secara fisik, melainkan juga secara non fisik. Dalam hal ini merdeka dalam berpikir, berinovasi, bertransformasi, dan impact bagi keterbaharuan keilmuan dan juga bagi masyarakat. Perlu diingat, di era disruptif, tantangan dan ancaman tidak hanya dalam bentuk fisik, namun besar kemungkinan bertransformasi dalam bentuk nonfisik. Ancaman nonfisik tidak tertutup kemungkinan memiliki dampak dan akibat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan nonfisik. Ancaman terbesar adalah nonfisik diantaranya berupa pemikiran-pemikiran, pemahaman, pengaruhpengaruh buruk dari luar yang tidak sesuai dengan ideologi, tujuan, dan cita-cita Bangsa Indonesia, dan tentunya masih banyak lagi ancaman-ancaman lainnya. Sehingga ancaman tersebut idealnya harus dihadapi secara nonfisik pula sebagaimana yang sudah disampaikan sebelumnya. Tanpa ada perubahan, besar kemungkinan akan hadir penjajah baru di era disruptif ini, karena trend saat ini penjajah hadir tidak hanya dalam bentuk fisik namun bertransformasi dalam bentuk nonfisik. Perguruan tinggi memiliki peran yang penting untuk membekali utamanya adalah generasi penerus bangsa untuk melawan khususnya ancaman non fisik melalui pendidikan, karena itulah senjata yang efektif untuk menghadapi ancaman tersebut.(*)
*) Mahasiswa Pascasarjana Unis Tangerang
Redaksi UNIS Weekly menerima tulisan dalam bentuk opini dan artikel populer. Panjang tulisan maksimal 800 kata atau 5000 karakter. Tulisan dikirim melalui email unisweekly@unis.ac.id atau ke redaksi UNIS Weekly, Jl. Maulana Yusuf No.10, Babakan, Kota Tangerang, 15118 dengan menuliskan identitas diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Mohammad Ridwan S.Kom., M.Kom. Punya Banyak PR untuk Dikerjakan
Tangerang – Sebagai Kepala Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pengembangan Sistem dan Teknologi Informasi (PSTI), Mohammad Ridwan, S.Kom., M.Kom, mengaku bangga bisa menjadi salah satu pengembang aplikasi Survei Desa. Saat ini, aplikasi tersebut digunakan mahasiswa semester 6 Unis Tangerang dalam melaksanakan Kuliah Kerja Kemasyarakatan (KKK). Ayah dari 2 anak yang lahir pada 12 November 1988 ini, merupakan lulusan S1 Universitas Muria Kudus dan melanjutkan S2 di Universitas Budi Luhur.
Ridwan mengatakan, ide aplikasi Survei Desa muncul pada tahun 2018. “Awalnya aplikasi itu merupakan kerja sama dengan Pemerintah Kota untuk memfasilitasi pendataan rumah tak layak h u n i , ” k a t a R i d w a n . R i d w a n d a n t i m mengembangan aplikasi awal yang semula objeknya merupakan rumah warga miskin. Namun untuk pembaharuan, aplikasi ini melihat dari keseluruhan mulai dari rumah, p e n d a p a t a n s u a t u k e l u a r g a d a n pekerjaan.
Ridwan mengaku memiliki cukup banyak pengalaman serupa sebelumnya. “Saya sudah m e n g e m b a n g k a n s i s t e m k o p e r a s i m e n g g u n a k a n p r o g r a m i n g s a a t S 1 , mengembangkan sistem penjualan online, hingga sistem sewa internet,” kata Ridwan.
Ridwan juga pernah bekerja sebagai Staff IT di Kementerian Kesehatan. “Terakhir saya bekerja di Garuda International Center sebagai Supervisor IT Support, jadi saya pernah banyak mencoba bidang,” kata Ridwan.
Ridwan menambahkan, selama menjadi staff IT di Unis Tangerang banyak hal yang dikerjakan pada bagian sistem. “Ya kalau di kampus ini banyak yang perlu dikerjakan seputar sistem, seperti sistem wisuda, sistem KKK, sampai Computer Based Test,” kata Ridwan.
Ridwan berencana mengembangkan sistem i n f o r m a s i m a n a j e m e n k a m p u s s e c a r a keseluruhan. “Mulai akademiknya, sumber daya manusia. Kalau sekarang ini kan seperti sistem keuangan juga masih terpisah. Tidak terkoneksi pada satu sistem, jadi sebenernya banyak PR untuk kita kerjakan,” kata Ridwan. (Dena)
Nama TTL Riwayat Pendidikan
Organisasi Prestasi : Mohammad Ridwan : Pati, 12 November 1988 : - S1 Sistem Komputer Universitas Muria Kudus
- S2 Sistem Komputer
Universitas Budi Luhur : Ikatan Ahli Informatika Indonesia (IAII) : - Pembuat Aplikasi Sistem Informasi Kuliah Kerja Kemasyarakatan (SKKK) - Sertifikasi sebagai Pengembang Perangkat Lunak Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF
“Amalkan Ilmu, Ilmiahkan Amal”

DIRGAHAYU PROKLAMASI
