Kabar Relawan Edisi 12

Page 1

Cover Story

Kabar RELAWAN Edisi 2 - 2 0 1 7

CHIKITA FAWZI

Berkontribusi untuk Indonesia Lewat Passion

4

Creative Hub di Indonesia: Salihara, Gudang Sarinah Kineforum, Hellomotion

TurunTangan Update Ramadhan, 17-an, Diskusi GMP, Berbagi Nasi, Baur Kata

Gathering Nasional Pengumuman Tanggal Pelaksanaan Gathnas 2017

Art For Good


Cover Story

2

Kabar Relawan - Edisi 2 2017


Kabar RELAWAN

Art For Good

Kabar Relawan TurunTangan Pemimpin Redaksi Yusnaeni

Bagi kalian yang menyukai musik indie, pasti tak asing dengan Superman Is

Editor Yusnaeni

Dead. Band asal Bali ini memiliki penampilan yang bagi sebagian orang “sa­

Desainer Grafis Ahmad Syauqi

ngar”dan metal. Tetapi di balik itu, musik dan lirik yang mereka ciptakan, syarat akan makna dan pesan-pesan kemanusiaan serta lingkungan. Melalui musik­

Kontributor Rizki Prahaya Putra, Neildeva Despendya, Ahmad Syauqi, Nisa Aulia, Diana

Pramesti,

Yusnaeni

nya, Superman Is Dead gencar mengkampanyekan Bali tolak reklamasi. Selama bertahun-tahun mereka konsisten menyuarakan kampanye tersebut, bahkan mengajak para musisi dan seniman Indonesia untuk sama-sama menyelamatkan Teluk Benoa di Bali.

TurunTangan Ketua Yayasan Chozin Amirullah (chozin@turuntangan.org)

Ada juga Efek Rumah Kaca (ERK), dengan lirik-liriknya yang kritis dan satir mampu mewakili suara-suara yang terbungkam, utamanya di isu politik

Sekretaris Yayasan Herry Darmawan

dan HAM. ERK juga seringkali dengan sukarela menampilkan karyanya di aca-

(herry.dharmawan@turuntangan.org)

ra-acara sosial. Juni lalu, ERK menyanyikan lagu “Di Udara” pada acara kamisan

Bendahara Yayasan Aida Fitri

yang ke-500 di depan Istan Negara.

(aida.fitri@turuntangan.org) Menejer Operasional Jeni Setiawan (jeni.setiawan@turuntangan.org)

Dua band tersebut adalah contoh bahwa setiap orang bisa melakukan perubahan. Banyak cara yang bisa dilakukan, melalui passion misal. Superman Is

Program Andi Angger Sutawijaya

Dead dan ERK menggunakan passion-nya di seni untuk membuat perubahan

(angger@turuntangan.org)

agar Indonesia menjadi lebih baik. Begitu juga kamu, melalui minat dan bakat

Humas Internal Sidqyah

yang dimiliki, kamu bisa berkontribusi untuk bangsa ini.

(kikisidqyah@gmail.com) Humas eksternal Yusnaeni (yus.naeni@turuntangan.org)

Bicara seni, bidang ini tak hanya menjadi alat untuk mengekspresikan perasaan. Sejak dulu, seni telah digunakan oleh para seniman untuk menyam-

Desainer Grafis Ahmad Syauqi

paikan pesan-pesan efektif dan menarik. Ini bukti bahwa seni bisa menjadi me-

(syauqi@turuntangan.org)

dium yang tepat untuk melakukan perubahan.

Admin Media Sosial Aziza Alaska (ijoong@turuntangan.org) Program Magang Nanny Vindayani Iswana, Nisa Aulia,

Pada majalah Kabar Relawan edisi dua ini, kami mengulas mengenai pergerakan seni dunia sejak dulu dan saat ini serta bagaimana seni bisa memberikan dampak yang sangat positif bagi suatu negara. Selamat membaca dan semoga bisa terinspirasi untuk melakukan perubahan divmulai dari hal-hal sederhana.

Ade Kurniawan Alamat TurunTangan

Redaksi

Rumah Relawan TurunTangan, Jalan AUP Barat 2 No. 24 Rt. 09, Rw. 06 Kelurahan

Redaksi menerima tulisan berbentuk opini, artikel,

Jatipadang Kecamatan Pasar Minggu

essay, puisi, cerpen, dan karya tulis lainnya. Tema

Jakarta Selatan 12540 Telp: 021 22001374

Website: http://turuntangan.org/ Blog: http://blog.turuntangan.org/ Twitter: @turuntangan Facebook: turuntangan Instagram: @turuntangan Youtube: turuntangan

tulisan bebas. Redaksi memprioritaskan tulisan yang 1

mengangkat topik aktual dan terstruktur. Silahkan kirimkan tulisan Anda ke email: yus.naeni@turuntangan.org Redaksi berhak mengedit tulisan sepanjang tidak merubah substansi dan isi tulisan. Bagi tulisan yang dimuat akan mendapat kenang-kenangan dari redaksi. Silahkan kirimkan saran dan kritik Anda untuk kemajuan media ini ke: relawan@turuntangan.org

Art For Good

1


Cover Story Story Cover

LUBA

LUKOVA sumber: www.google.com

sumber: www.historygraphicdesign.com

SENI

dan Pengaruh nya pada

DUNIA Oleh Rizki Prahaya

2

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

Seni menjadi media untuk me­ ngungkapkan perasaan ke dalam suatu karya. Seni pun menjadi media menyampaikan pesan yang efektif dan menarik. Tak heran jika banyak seniman yang menjadikan seni sebagai jalan untuk melakukan pergerakan yang informatif, memberi awaraness, dan menggerakkan seseorang yang menikmati karya tersebut. Menurut pendapat tokoh Bali I Gusti Bagus Sugriwa, seni berasal

dari bahasa Sansekerta yaitu sani. Artinya persembahan, pelayanan dan pemberian. Istilah ini berkaitan erat dengan upacara kea­ gamaan yang pada akhirnya disebut ke­ senian. Sebenarnya seni sudah muncul sejak zaman prasejarah. Beberapa peninggalannya berupa patung dan lukisan. Patung dibuat untuk alasan kepercayaan yaitu menghormati para leluhur. Sementara seni lukis menggambarkan kegiatan pemburuan, simbol nenek


Cover Story

sumber: rollingout.com

dan cap jari yang banyak ditemukan di goa-goa. Pada abad pertengahan, karya seni rupa sangat kental dengan ajaran kristiani dan dipengaruhi oleh otoritas gereja. Bahkan gereja terlibat dalam menentukan karya yang dibuat. Kemunculan Zaman Renaissance meruntuhkan otoritas gereja dalam mengatur karya seni dan menjadi titik awal kembalinya

seni rupa klasik Yunani. Pada abad 19, muncul ber­ bagai macam aliran seni rupa, seperti romantik, impresionisme dan realisme yang berkembang di Eropa dan menyebar ke seluruh dunia. Karya seni pada abad ini ti­ dak hanya dibuat dari tangan para bangsawan, tetapi juga dari kala­ ngan bawah. Ciri karya seni yang dihasilkan adalah penggunaan

warna-warna cerah yang mampu menunjukkan emosi dan pemikiran senimannya. Artinya seni sudah digunakan dalam pergerakan sejak zaman dulu. Dalam pergerakan melalui seni, pesan-pesan yang menggambarkan ketimpangan dan kritik sosial dikemas ke dalam simbol atau tanda yang menarik, sehingga kesadaran diri akan muncul melalui

sumber: theorlandoan.com

Art For Good

3


Cover Story

sumber: facebook.com

makna-makna yang ditimbulkan oleh simbol dan tanda tersebut. Tema-tema diskriminasi sosial, hak asasi manusia, kesehatan, lingkungan dan peperangan adalah pesan yang banyak muncul dalam pergerakan seni. Seperti yang di­ sampaikan oleh dua seniman, Luba Lukova dan Chaz Maviaze Davies. Melalui seni, mereka yakin dapat merangkul orang-orang di sekitarnya untuk bersama-sama berbuat sesuatu menyelesaikan ma­ salah sosial yang terjadi. Luba Lukova tinggal dan bekerja di New York. Dia seniman rupa yang sangat terkenal dan aktif sampai sekarang. Setiap goresan karyanya bertemakan kritik sosial. Desain Lukova memilih kesederhanaan yang kuat dengan penggunaan warna yang terbatas, kompo-

4

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

sisi yang menarik, tulisan tangan dan gaya grafis yang khas. Lukova lahir di Bulgaria dan menyelesaikan studinya di Akademi Seni Rupa di Sofia, Bulgaria. Karir pertamanya diawali dengan bekerja sebagai desainer poster untuk sebuah perusahaan poster. Karya-karyanya telah muncul di Eropa dan Amerika. Lukova juga memenangkan banyak penghargaan, seperti Grand Prix Savignac pada acara the International Pos­ ter Salon, Paris, Perancis; the Golden Pencil Award di the One Club, New York; ICOGRADA Excellence Award pada acara the Poster Festival di Chaumont, Perancis; dan Honor Laureate pada acara the International Poster Exhibition di Fort Collins, Colorado. Pameran tunggal pun telah dipamerkan di

berbagai tempat, seperti UNESCO, Paris; DDD Gallery, Osaka, Jepang; La MaMa, New York dan the Art In­ stitute of Boston. Pada tahun 2009, karya pos­ ternya yang berjudul “Health Co­verage” muncul dalam pame­ ran bergengsi selama peresmian Obama sebagai presiden Ame­rika Serikat di Washington, DC. Karya ini menjadi representasi kebijakan Obama untuk menyelesaikan ma­ salah ke­sehatan. Poster ini meng­ gambarkan keserakahan perusa­ haan asuransi yang me­ngumpulkan keuntungan dan membiarkan penderitaan masyarakat Amerika Serikat tidak mendapat akses kes­ ehatan yang memadai. Melalui kar­ yanya, Lukova ingin memunculkan poster brainwashing yang dapat membantu seseorang melihat


lu kova

Cover Story

kenyataan tentang keseraka­ han, keeogoisan dan ketakutan yang seringkali tampak semu dan memberikan keberanian bagi seseorang untuk mengambil tindakan. Dalam wawancaranya dengan Stanlee dan Gerald Rubin (center for the visual arts), Lukova berpesan bahwa “Lakukan dan sampaikan! Temukan cara untuk mencapai se­seorang dan desain karya seni harus penuh makna, tidak hanya banyak dipublikasikan dan menerima banyak sertifikat.”

sumber: facebook.com

“Just do it! Speak out! Find ways to reach real people, not just get published in design annuals and collect certificates of excellence. Design with meaning is really needed in the world and it is our responsibility to offer it to the community.” (Luba Lukova, 2010)

Art For Good

5


Cover Story

Karya: Chaz M Davies Sumber: pinterest.com Kabar Relawan - Edisi 2 2017

6


Cover Story

sumber: www.google.com

M

CHAZ

M AV I YA N E

Chaz Mayivane Davies adalah se­ orang professor desain di Massa­ chusetts College of Art di Boston. Karya-karya Davies selama lebih dua dekade fokus dalam perma­ salahan isu-isu konsumerisme, ke­ sehatan dan gizi, tanggung jawab sosial, lingkungan hidup, serta hak asasi manusia. Davies sendiri menyelesaikan studi master dalam bidang desain grafis di Central School of Art and Design, London. Ia juga mengha­ biskan satu tahun mempelajari de­ sain tiga dimensi di Jepang. Setelah menyelesaikan setudinya, ia beker­ ja dalam proyek-proyek berskala internasional selama 10 bulan di Malaysia bersama the Interna­ tional Organization of Consumers Unions dan JUST World Trust. Dalam menggambar, Davies berusaha untuk menghilangkan ap­

atisme dan mencoba meningkatkan kesadaran sosial masyarakat. Pem­ buatan suatu penglihatan ekspresif dalam konstruksi sosial yang salah merupakan suatu tantangan yang ia sebut sebagai creative defiance atau pertentangan kreatif. Creative defiance merupakan perlawanan yang berani akan suatu otoritas atau kekuatan lawan dan berkem­ bang akibat dari degradasi sosial, yaitu rasisme dan diskriminasi. Desainer dan seniman memi­ liki takdir untuk memperkuat ma­ syarakat dan bukan menja­dikannya sebagai konsumen hiburan. Per­ nyataan Davies, “We are challenged to think and act and not only absorb” menjadi suatu panggilan para seniman untuk bertindak. Salah satu karyanya yang menarik untuk ditampilkan adalah poster “medals of dishonor” yang menjadi repre­

DAVIES sentasi kejahatan militer dalam melalukan penindasan dan bahkan pembunuhan rakyat hanya karena kekuasaan serta jabatan yang tidak terhormat. Baik Luba Lukova maupun Chaz Maviyani Davies telah mem­ buktikan bahwa mereka bisa me­ nyadarkan masyarakat melalui cara mereka yaitu seni. Mereka paham bahwa sekaranglah saatnya orang baik menjadi pemimpin dominan di dunia. “All that is necessary for evil to triumph is for good men to do nothing”, kata Edmun Burke. Banyak hal yang bisa dijadikan media untuk melakukan peruba­ han. Lakukan dengan jalanmu sendiri! Rangkul kanan dan kirimu dengan passion dan media yang yang kau sukai.

Art For Good

7


Cover Story

Seni Indonesia:

Perjuangan Rakyat Kecil dan

Kritik Sosial Oleh Neildeva Despendya

Sumber: www.google.com

Saat ini, banyak karya seni yang berfokus pada isu sosial-politik. Seperti yang di kemukakan oleh Direktur Heri Pemad Art Ma­ nagement Yogyakarta Satriagama Rakantaseta yang dilansir dari The New York Times, “Ekspresi artistik sudah sangat berbeda dibanding 15 tahun yang lalu.”

Dahulu saat rezim orba berkuasa (1968-1998), keterlibatan seni dan politik sangat ditekan. Masyarakat tidak bisa be­ rekspresi dengan bebas. Sekarang, kita bisa bebas berekspresi dan menyampaikan kritik lewat banyak media salah satunya seni. Sejak dulu seni di Indonesia

karya: Mice Cartoon Sumber: www.google.com

8

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

telah digunakan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat kecil. Banyak gerakan seni untuk kritik sosial lahir seperti PERSAGI, LEKRA dan JAKER.

karya: thepopoh Sumber: www.google.com


Cover Story

Karya: Dullah Sumber: www.google.com

Sumber: www.google.com

PERSAGI:

Gerakan Seni untuk Nasionalisme

Tahun 1938, Sudjojono mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) yang melahirkan filosofi seni kontemporer untuk melawan Mooi Indie art, yakni seni romantis ala Eropa yang akhirnya mempengaruhi budaya Indonesia lewat Raden Saleh, ciri-cirinya adalah gunung ditengah-tengah­ nya matahari, dilengkapi dengan sawah dan jalan yang menjulur dari kaki gunung hingga tepi kertas. Pe­ ngaruh seni Eropa tersebut dianggap tidak mencirikan nasionalisme

Indonesia. Maka dari itu, PERSAGI ingin membuat gerakan yang viral agar menciptakan identitas seni nasional Indonesia, menciptakan karya seni kreatif dan berkepri­ badian Indonesia. Tujuan ini sejalan dengan misi PERSAGI untuk mencampurkan nilai tradisional dam modern, namun tetap memiliki gaya sesuai pribadi pelukisnya yang bercirikan ke-Indonesia-an. Sayangnya, PERSAGI bubar saat Jepang menjajah Indonesia.

Sumber: pinterest.com

Sumber: www.google.com

Art For Good

9


Cover Story

LEKRA:

Seni dari Rakyat untuk Rakyat Sumber: www.google.com

Lembaga Kebudayaan Rakjat atau dikenal dengan akronim LEKRA, merupakan organisasi kebudayaan sayap kiri di Indonesia. LEKRA didirikan atas inisiatif D.N. Aidit, Nyoto, M.S. Ashar, dan A.S. Dharta pada tanggal 17 Agustus 1950. Tujuan didirikannya LEKRA adalah untuk mendorong para seniman dan penulis Indonesia untuk mengikuti doktrin realisme sosialis. LEKRA ingin memanggil para

anak muda Indonesia untuk bersama-sama membantu membangun republik rakyat yang demokratis. Ideologi realisme sosialis yang dibawah LEKRA memiliki tujuan untuk mempromosikan kemajuan sosial dan mencerminkan realitas sosial masyarakat, bukan hanya mengekplorasi jiwa dan emosi yang ditumpahkan ke dalam seni. LEKRA mendesak para seniman Indonesia untuk berbaur dengan masyarakat

kecil atau turun ke bawah (turba), agar seniman bisa memahami kondisi sesungguhnya yang ada di masyarakat. Gerakan LEKRA melahirkan banyak seniman yang cukup diperhitungkan seperti Pramoedya Ananta Toer (penulis), Bachtiar Siagian (sutradara film), Djoko Pekik (pelukis), dan Amrus Natalsya (pematung).

Sumber: www.google.com

10

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

R


n ‘ k c Ro l l o R Cover Story

Komunitas Marjinal:

Art, Activism A N D

Anak Punk sering dilabeli sebagai anak-anak nakal dan urakan. Namun, stereotype ini dilawan oleh sebuah komunitas Punk anak muda bernama “Marjinal” atau biasa juga disebut “Taring Babi”. Marjinal memang bertujuan untuk memerangi diskriminasi terhadap kondisi sehari-hari anak punk. Marjinal lahir tidak lepas dari kondisi masyarakat yang tertindas. Marjinal sering menyuarakan kritik sosial mereka lewat lagu-lagu ber­ aliran punk rock. Beberapa karya Marjinal bisa kamu lihat di Youtube dengan judul “Negeri Ngeri”, “Buruh Tani”, “KPK (Kita Perangi Korupsi)”, dan “Lagu Untuk Anjing Tirani”. Marjinal aktif untuk memperjuangkan isu-isu seperti menolak reklamasi Teluk Benoa dengan

Sumber: pasarhumburg.com

Sumber: aktual.com

membuat konser mini warga Desa Adat Kepaon dan Pemogan bersama Jerinx SID (Superman Is Dead). Marjinal juga ikut mengkampanyekan Take Action Against Climate Criminals tahun 2016 lalu.

Art For Good

11


Sumber: www.google.com

Eko Nugroho:

Cover Story

Kritik Politik dan Humor Terinspirasi oleh kondisi di sekitarnya, Eko Nugroho menghasilkan karya-karya yang muncul dari permasalahan sehari-hari baik dalam lingkup budaya lokal maupun kejadian global. Keunikkan karya Eko terdapat pada bumbu humor yang membuat orang lain “gelisah�. Hal ini dilakukan Eko untuk menggerakkan kepekaan anak muda atas isu sosial-politik disekitarnya. Reformasi 1998 menempa kedewasaan Eko dalam berdemokrasi. Sejak jatuhnya rezim Soeharto, Eko berkomitmen untuk menyelipkan kritik sosial-ekonomi dalam setiap karyanya. Eko mengeksplor keterampilannya lewat berbagai media seperti mural, lukisan, animasi, video, komik, sampai di tembok-tembok besar.

Sumber: www.artgallery.nsw.gov.au

12

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

Sumber: www.google.com


Cover Story

13

Art For Good Sumber: www.google.com


Cover Story

Igak Murniasih:

Feminisme dan Seksualitas

Igak Murniasih, alias Murni, seniman feminis Indonesia yang namanya belum banyak dikenal orang. Ia merupakan seorang figur seni kontemporer dalam sejarah Bali dan Indonesia. Dia salah satu pionir seni yang secara terbuka melibatkan diskursus feminis dalam praktik artistiknya. Murni terang-terangan menggambarkan seksualitas dan melawan isu gender yang selama ini dianggap tabu. Salah satu hal yang mempe­ ngaruhi Murni berkarya dengan filosofi feminis adalah karena ia memiliki masa lalu yang kelam. Ia trauma karena pernah diperkosa oleh ayahnya sendiri saat masih kecil. Hal ini mendorongnya untuk menghasilkan karya seni yang menentang persepsi masyarakat yang sudah ada. Meskipun karyanya dianggap jorok dan imoral, namun justru Murni ingin menggambarkan kehidupan perempuan. Lewat luki­sannya, Murni ingin agar

14

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

masyarakat tidak menganggap seks sebagai hal yang tabu sehingga kekerasan seksual dianggap noda yang memalukan. Hal ini menyudutkan perempuan menutupi kekerasan yang dialaminya. Norma dan nilai dalam masyarakat membatasi perempuan untuk mengungkapkan hal ‘menjijikkan’ tersebut. Akhirnya, malah menjadi luka batin sehingga menimbulkan trauma yang terus menghantui perempuan sepanjang hidupnya. Karya seni bukan hanya untuk mencurahkan emosi dan pemikiran sang seniman. Lewat seni, para seniman memprakarsai gerakan-gerakan yang bertujuan untuk mengubah suatu keadaan sosial. Semua itu bertujuan agar daya kritis masyarakat terbangun. Tidak hanya lewat lukisan, kita juga bisa berekspresi lewat medium lain seperti vlog, animasi, hiphop, fashion, dan lain-lain. Nah, seperti apa gerakan “nyeni” versi kamu sendiri?


Cover Story

4

Creative Hub di Indonesia Oleh Yusnaeni

Menjadi seniman yang memiliki idealisme tinggi memang terasa sulit. Terlebih dengan banyaknya tekanan permintaan pasar. Pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah karya bukan hanya bertujuan untuk mengekspresikan sesuatu yang dapat memuaskan diri, namun, banyak juga karya dari para seniman yang bertujuan mengkritik, memotivasi, mengedukasi dan memuat nilai-nilai positif lainnya. Sayangnya, karya-karya seperti itu masih sedikit sekali yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan minim dukungan dari pemerintah. Kondisi inilah yang membangun kesadaran para kreator untuk menyediakan platform atau yang akrab di sebut creative hub, yang mendukung perkembangan seniman untuk berkarya lebih bebas tanpa adanya rasa takut atas tekanan selera pasar Saat ini di Indonesia sudah banyak bermunculan creative hub. Bahkan, banyak juga pemilik coffee shop yang menjadikan kafe kopinya itu menjadi galeri. Berikut empat creative hub yang bisa dijadikan tempat untuk memamerkan karyamu atau hanya sekedar menikmati karya-karya seniman muda yang idialis.

Foto Oleh: Liandro N. I. Siringoringo

Art For Good

15


Cover Story

Sumber: www.salihara.org

Komunitas

Salihara Jalan Salihara No.16, RT.11/RW.3, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520

Sumber: www.salihara.org

16

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

Komunitas Salihara adalah sebuah pusat seni Indonesia yang berdiri sejak 8 Agustus 2008. Komunitas ini dibentuk oleh sejumlah sastrawan, seni­ man, jurnalis, dan peminat seni. Sebagai pusat kesenian multidisiplin swas­ ta pertama di Indonesia, Komunitas Salihara menjadi pusat kebudayaan alternatif independen, tidak terikat dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan kedutaan asing. Komunitas ini berlokasi di Jalan Salihara No. 16 Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kegiatannya banyak sekali di antaranya teater, galeri, pameran foto, diskusi dan pementasan musik. Salihara memang menjadi wadah bagi para seniman untuk berkumpul dan mengekspresikan seni. Tak heran jika Komunitas Salihara mendapatkan sejumlah penghar­ gaan, seperti “The Best Art Space dari majalah Time Out Jakarta, “10 Tem­ pat Terunik di Jakarta” versi Metro TV, dan “Karya arsitektur yang mene­ rapkan aspek ramah lingkungan” dari Green Design Award. Di Komunitas Salihara, kita bisa menikmati program-program kesenian dan pemikiran, klasik dan mutakhir, dan bermutu tinggi. Banyak pemen­ tasan yang dihelat di Komunitas Salihara, seperti Salihara International Performing Arts Festival (SIPFEST), Bienal Sastra, Helateater, Jazz Buzz, Helateri, dan Forum World Music.


Cover Story

Gudang Sarinah

Ekosistem Jalan Pancoran Timur II No.4, RT.9/RW.4, Cikoko, Pancoran, RT.9/RW.4, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12780

Gudang Sarinah Ekosistem (GSE) merupakan sebuah ruang yang diperuntukkan sebagai sarana al­ ternatif bagi para seniman tanah air, khususnya Jakarta. GSE Ter­ letak di Jalan Pancoran Timur II No. 4, Jakarta Selatan. Dulunya, gedung ini merupakan gudang pe­ nyimpanan Toko Sarinah. Semenjak menjadi lokasi penyelenggaraan Jakarta Biennele 2015 bertajuk “Maju Kena, Mundur Kena”, gudang tua sarinah menjadi hidup. Sejak itu pula iklim seni Jakarta tampak se­ makin menjajikan. GSE kerap dipa­ kai untuk berbagai kegiatan rutin yang sukses digelar seperti pasar tumpah ruah, konser, pameran, dan pertunjukkan seni. GSE kini dikelola oleh RURU Corps. Di sini terdapat enam kolek­ tif atau kelompok seni. Mereka adalah Ruangrupa, Forum Lenteng,

Sumber: www.ocac.com.tw

Serrum, Jakarta’32C, OK Video, dan Grafis Huru-Hara, yang mengisi sebagian dari ruang gudang se­ luas bangunan 6000 meter persegi. Dengan begitu, GSE menjadi tempat bertukar pengetahuan dan ide-ide guna mendorong pemikiran yang kritis, kreatif dan inovatif.

17

Art For Good Sumber: www.vanisagita.com


Cover Story

Sumber: www.archdialy.com

Bioskop

Kineforum Jl. Cikini Raya Taman Ismail Marzuki No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330

18

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

Sumber: www.nyoozee.com

Kineforum merupakan bioskop pertama di Jakarta menawarkan ragam program film sekaligus diskusi tentang film. Film-film yang diputar adalah film-film yang bisa menjadi alternatif tontonan bagi masyarakat. Mulai dari film pendek, dokumenter, dan eksperimental. Kineforum terletak di Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Berdiri sejak 2006, Kineforum terealisasi berkat dukungan CINEMA 21, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), dan Unit Pengelolaan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki. Industri film Indonesia semakin berkembang. Artinya makin banyak film yang tercipta. Tak hanya dari segi kuantitas, tetapi juga kualitas. Kineforum menjadi wadah untuk mengapresiasi film-film independen, agar bisa dinikmati masyarakat. Dan yang terpenting adalah masyarakat Indonesia menjadi sadar dan peduli terhadap film buatan anak bangsa.


Cover Story

Hello Motion

Academy

Jl. Tebet Barat IX No.3, RT.7/RW.5, Tebet Bar., Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12810

Sumber: pikesel.co.id

Hello Motion merupakan sekolah animasi yang didirikan oleh animator asal Indonesia, Wahyu Aditya di tahun 2004. Tujuan Wahyu Aditya mendirikan sekolah ini untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas animator di Indonesia. Wahyu Aditya bercita-cita menjadikan Hello Motion sebagai pusat animasi dan kreativitas terbaik di Asia Tenggara yang memberi manfaat bagi komunitasnya.

Ada tiga program di Hello Motion, yaitu HelloMotion Academy, HelloFest, dan Dapupu Production. Selain itu pada Mei lalu, Wahyu Aditya meresmikan HelloMotion High School. Jika HelloMotion Academy merupakan sekolah non formal, HelloMotion High School adalah sekolah formal. Lokasinya ada di Jalan Tebet Raya 9 No. 3, Jakarta dan Jalan Merpati Raya No. 103A, Sawah Lama, Ciputat, Tangerang.

“Di HelloMotion, para siswa dibiasakan untuk berpikir sebagai seorang desainer dan animator yang berempati, pengamat, penganalisa, tidak takut bereksperimen dan menghasilkan karya yang visualnya bagus tapi memiliki nilai dan dampak yang besar,” ujar Wahyu Aditya usai meresmikan HelloMotion High School, 29 April 2017.

“Kanvas” Baru untuk Kreator

Keberadaan creative hub di Indonesia sangat men-

Banyaknya creative hub di Indonesia saat ini juga bisa menjadi ruang al-

guntungkan sekali. Tempat ini menyediakan infra-

ternatif. “Kalau dulu hanya ada Gudang Sarinah, sekarang ada Jakarta Cre-

struktur yang dibutuhkan anak-anak muda kreatif

ative Hub. Coffee shop juga banyak yang menjadikan dirinya sebagai galeri.

untuk menyalurkan ide dan gagasannya.

Jadi tidak ada monopoli tempat dan tema-teman punya kesempatan luas

“Sebagai orang yang sering membuat pam-

memamerkan karyanya,” kata Rukii.

eran, saya punya pengalaman sulitnya mencari

Berbeda dengan Rukii, Wahyu Aditya, seniman digital kawakan Indo-

tempat untuk pameran. Adanya creative hub bagus

nesia justru mewanti-wanti para seniman untuk tidak tergantung dengan

sekali,” ujar pelaku seni, Rukii Naraya.

creative hub. Menurutnya creative hub merupakan fasilitas mewah yang

Menurutnya, jumlah komunitas di Indonesia

bisa mempertemukan para seniman dengan komunitas yang sama, banyak

banyak sekali. Semakin banyak creative hub sema-

mendapatkan ilmu dan menghindari kesalahan sebelumnya. Namun, bisa

kin baik, karena bisa mempertemukan komunitas

menjadikan seniman jadi malas untuk berkreativitas. “Jangan karena sudah

satu dengan yang lainnya.

difasilitasi semua, seniman jadi malas,” ujar Wahyu. (ysn)

Art For Good

19


Cover Story

Chikita Fawzi

KONTRIBUSI b

e

r

u

n

t

u

k

l

e

w

a

t

I N D O N E S I A PA S S I O N Oleh Yusnaeni

20

Kabar Relawan - Edisi 2 2017


Cover Story

Sudah 72 tahun merdeka, Indonesia masih dihadapi banyak masalah. Persoalan-persoalan seperti inte­ gritas, HAM, pendidikan, lingkungan, ekonomi, agama, suku-bangsa, pemerintahan dan lain-lain tak kunjung selesai hingga saat ini. Lalu apa yang bisa dilakukan anak muda untuk menyelesaikan masalah tersebut? Anak muda bisa berkontribusi dengan cara turun tangan, ikut andil menyelesaikan masalah di sekitar. Di mulai dari hal sederhana, lewat passion misal. Hal itu dibuktikan oleh Chikita Fawzi, seniman yang telah berkontribusi nyata untuk Indonesia melalui karya-karyanya.

Art For Good

21

Foto: Dok. Chikita Fawzi


Cover Story Sejak kecil, Chikita Fawzi sudah tertarik dengan seni. Lahir dan dibesarkan dalam keluarga seniman, Chiki – begitu dia biasa dipanggil – mendapat ruang bebas untuk menekuni passion-nya. Itulah yang membuatnya tumbuh menjadi sosok kreatif. Dari melukis, membuat film animasi, bermain musik, bernyanyi hingga menciptakan lagu. Saat SD, Chiki bersekolah di sekolah nasional plus yang sistemnya berbeda dengan sekolah pada umumnya. Di sana, Chiki mendapat dukungan dari para guru untuk mengembangkan minat dan bakatnya di bidang seni. “Semakin lama, aku merasa membuat karya adalah kebiasaan,” katanya saat diwawancari beberapa bulan lalu. Putri kedua dari pasangan artis Ikang Fawzi dan

Marissa Haque itu, sejak kecil sudah terbiasa melihat ayahnya bermain musik. Menurutnya setiap petikan gitar sang ayah, menginspirasinya untuk menjadi singing entrepreneur. “Ayah mendapat kebahagiaan dari menghibur orang lewat musik. Banyak yang suka berbisnis dan bergaul dengan ayah. Itu menarik banget,” ujarnya. Dari hanya coret-coret dan membuat prakarya, Chiki kemudian memberanikan diri untuk menekuni bidang musik. Duduk di bangku SMP dan SMA, ia tergabung dalam band sekolah. Ketika melanjutkan kuliah di Multimedia University di Selangor, Malaysia, ia juga ngeband di sebuah kafe bersama teman-temannya. Setelah menamatkan kuliahnya di jurusan 3D Animation, Chiki kembali ke Indonesia. Ia mulai merealisasikan mimpinya untuk menjadi singer song writer

Foto: Dok. Chikita Fawzi

yang punya album. Prosesnya cukup lama, dari 2012 sampai 2015. Kesulitan mencari produser dan tak terkoneksi lagi dengan teman-teman sekolahnya di Jakarta, membuat Chiki harus memulai semuanya dari awal. Sembari mewujudkan impiannya itu, Chiki membuat bisnis startup animasi. Namun ia menutupnya di tahun 2015. “Kebanyakan animator enggak paham sama bisnis, akhirnya bisnis jalan di tempat. Operasionalnya lebih besar ketimbang penghasilan,” kata Chiki

22

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

yang pernah magang di Las Copac dan terlibat dalam pembuatan animasi Upin & Ipin. Setelah itu dia mulai serius menyelesaikan album. Pada Mei 2016, album perdananya “Dimulai Dari Mimpi” rilis. Sekarang Chiki fokus menjalani karirnya sebagai singer song writer dan seniman freelencer. Ia masih sering membuat lukisan mural dan menjadi host di beberapa stasiun televisi.


Cover Story

Foto: Josef Watimena

Berseni untuk Kebaikan Di tengah-tengah kesibukannya, Chiki ternyata aktif di berbagai kegiatan sosial. Saat kuliah di Malaysia, dia pernah menjadi relawan di Gerakan Reach Out – sebuah gerakan yang dibuat oleh seseorang berkebangsaan Skotlandia dengan membagikan makanan kepada orang-orang jalanan di Malaysia. Saat menjalaninya, Chiki merasa senang. “Ternyata memberikan kebahagiaan itu tidak akan mengurangi kebahagiaan kita,” ujar Chiki. Sejak saat itu, empatinya mulai terasah. Chiki menilai banyak permasalahan di Indonesia yang membutuhkan sentuhan pemuda. Khususnya di bidang pendidikan. Saat kembali ke Indonesia, Chiki terlibat aktif dalam gerakan pendidikan, Kelas Inspirasi. Di gerakan tersebut, dia seringkali menjadi relawan pengajar. Ternyata, pengalaman mengajarnya itu, menginspirasinya untuk membuat lagu, judul­ nya “Menggapai Bintang”. “Lagu itu untuk anak-anak supaya terus semangat meraih mimpi,” kata gadis kelahiran 28 Januari 1989 ini. Saat mengajar di Kepulauan Seribu, Chiki pernah membuat mural pohon cita-cita. Sehingga anak-anak bisa menulis mimpinya di secarik kertas dan menempelkannya di pohon tersebut. Ia juga melakukannya untuk rumah singgah pengidap kanker bagi anak-anak tidak mampu – Rumah Harapan – di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. “Di Rumah Harapan aku bikin mural pohon harapan, untuk memberi harapan ke anak-anak di sana yang sedang berjuang melawan sakitnya,” paparnya. Bahkan ia menyumbangkan uang Rp5.000 dari setiap kepingan CD, “Dimulai Dari Mimpi” yang berhasil terjual untuk Rumah Harapan. Chiki sengaja mencantumkan stiker Rumah Harapan di cover CD albumnya untuk menyebarkan awareness tentang Rumah Hara-

pan itu sendiri. Dengan harapan, orang bisa tergerak untuk menyumbang lebih besar, langsung ke Rumah Harapan. Kontribusi Chiki untuk Indonesia tak hanya itu. Chiki pernah memproduksi film-film edukasi, salah satunya berjudul Gocex. Film animasi itu mengisahkan seorang anak bernama Abim yang hobi sekali bermain sepakbola namun tidak mempunyai lahan lagi. Dengan setting kota Jakarta di tahun 2030 dimana teknologi canggih sudah banyak, Abim mencoba untuk tetap bermain dengan tempat seadanya. Abim mengganti bola dengan sampah-sampah yang ada di sekitarnya dan menendangnya ke tong sampah untuk mendapatkan skor. Saat ini, Chiki sedang membantu Dompet Dhuafa untuk memberdayakan petani-petani kopi mulai dari Sumatera sampai Sulawesi. Di program itu, Chiki melihat secara langsung bagaimana petani-petani kopi Indonesia menghasilkan kopi-kopi terbaik, namun hidupnya masih di bawah garis kemiskinan. Pengalaman itu, menginspirasi Chiki membuat sebuah lagu kopi, judulnya “Kopi Kita”. Bagi Chiki, seni adalah media untuk mengeks­ presikan diri. Tapi jika dipakai untuk tujuan yang baik, manfaatnya akan dirasakan oleh banyak orang. Seperti membuat gerakan-gerakan untuk memprovokasi orang berbuat baik dan mengubah taman baca menjadi lebih menarik sehingga orang-orang bisa betah membaca. “Intinya melakukan apapun harus dengan niatan baik, karena itu investasi masa depan dan bisa jadi ladang pahala,” ujar Chiki yang juga pernah membuat gerakan “Damai Yuk” sebagai bentuk kampanye perdamaian antara Indonesia dan Malaysia.

Art For Good

23


Cover Story

Sumber: facebook.com/popomangun

Lemari Buku-buku:

Menggambar Untuk Kumpulkan Buku-buku Oleh: Yusnaeni

Sebuah karya bisa membuat perubahan untuk bangsa. Sekecil apapun itu. Seperti gambar-gambar yang dihasilkan oleh para seniman/ilustrator Lemari Buku-Buku. Setiap satu sketsa wajah yang mereka ciptakan bisa mengajak orang untuk ikut meningkatkan budaya literasi di Indonesia.

Lemari Buku-Buku merupakan ge­ rakan yang mengajak orang-orang untuk berdonasi buku dan memberikan imbalan berupa gambar. Gerakan ini didirikan oleh seorang pelaku seni, Rukii Naraya, pada November 2014. Berawal dari

24

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

iseng-iseng, saat ini Lemari BukuBuku berkembang. Sudah puluhan ilustrator yang tergabung dalam gerakan ini dan ratusan buku yang terkumpul dari para donatur. Rukii – begitu dia akrab disapa – sejak kecil hobi menggambar.

Dia seringkali membuat sketsa wajah orang-orang yang ditemui­ nya secara acak. Ternyata hobi uniknya itu bermanfaat. Suatu hari, Rukii bertemu seorang teman yang sedang membutuhkan donasi buku untuk salah satu sekolah di


Cover Story

Sumber: facebook.com/popomangun

Magelang. Karena hanya memiliki sedikit buku, akhirnya dia mencari cara untuk mengumpulkan lebih banyak buku dengan membuat sebuah gerakan “Satu Buku Satu Gambar”. Setiap orang yang ingin digambarkan sketsa wajahnya, harus berdonasi buku. Usahanya berhasil. Dia mendapat banyak buku. Hasil donasi, ia bawa ke Magelang dan langsung diserahkan ke pihak sekolah. Melihat siswa-siswi di sekolah itu sangat senang, Rukii memutuskan untuk membuat kegiatan itu menjadi rutin. Bersama teman-temannya ia menggambar di Car Free Day setiap akhir pekan. “Kadang-kadang di taman kota,” katanya. Rupanya animo masyarakat sangat tinggi. Mereka kewalahan, karena satu orang bisa membawa lima buku. Itu artinya mereka harus menggambarkan lima sketsa wajah. Sementara pada saat itu, relawan Lemari Buku-Buku baru berki­ sar lima sampai enam orang saja.

“Akhir­nya kami ganti menjadi Lemari Buku-Buku. Satu donatur hanya dapat satu gambar,” ujar Rukii. Untuk menarik perhatian ma­ syarakat, Lemari Buku-Buku membuat “Drawing Booth” unik. Bentuknya mirip kotak ATM. Ilustrator menggambar di dalam kotak itu dan donatur menunggunya di luar. Jika gambar sudah jadi, kertas akan keluar dari lubang kotak. Ide tersebut terinspirasi dari karya Tobias Gutmann, seniman Swiss yang keliling ke tiga benua untuk menggambar potret kartun minimalis bagi siapapun yang berminat. Rukii lalu meminta izin untuk mengadaptasinya dan Tobias sangat mendukung sekali. “Beda­ nya, dia (Tobias) pakai kayu, kami pakai kardus,” katanya. Informasi mengenai kegiatan Lemari Buku-Buku selalu dipublikasi di media sosial. Semakin hari, banyak masyarakat yang tahu tentang gerakan ini. Apalagi, Lemari Buku-Buku pernah membuat festival yang mendatangkan 100

ilustrator. Saat itu ada 200 donatur yang datang. Mereka masing-masing membawa buku, sehingga jumlah buku yang terkumpul sangat banyak. Buku-buku yang berhasil dikumpulkan, telah disalurkan ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti Papua, Surabaya, Magelang, Sulawesi dan Bawean. Ruki berharap gerakan ini akan meluas, sehingga banyak sekolah yang terbantu. Selain mengumpulkan buku, saat ini Lemari Buku-Buku sedang mempersiapkan penyusunan buku kompilasi dongeng anti korupsi. Rencananya, mereka ingin mengajak para ilustrator Indonesia, untuk membuat komik tentang korupsi yang ditujukan untuk anak-anak. Buku akan dicetak dan dikirim ke sekolah-sekolah. “Masalah di Indonesia itu banyak, tapi untuk saat ini aku lebih konsen di korupsi. Dan aku fokus di generasi selanjutnya. Aku Ingin menginspirasi mereka dengan kebaikan,” tutup Rukii. Art For Good

25


Indonesia

Cover Story

Anak Muda Lalu Apa? Generasi tahun 1990 sampai 2000 adalah investasi yang dimiliki oleh negara. Mereka penerus bangsa yang akan mengisi posisi-posisi strategis. Generasi ini merupakan kelompok yang mendapatkan privilege keterbukaan. Tidak heran bila generasi ini memiliki informasi dan pilihan lebih banyak tentang bidang yang akan mereka ambil. Oleh sebab itu, generasi ini tidak asing dengan istilah passion. Passion sering kali dikaitkan dengan hal yang sangat disukai oleh seseorang, atau sesuatu yang membuat seseorang selalu berbahagia dalam menjalankannya.

Salah Kaprah Soal Passion Sesungguhnya pengertian passion sering kali mengalami ‘pendangkalan’ makna. Definisi passion tak jarang berhenti pada bagian rasa suka yang menggebu terhadap sesuatu. Padahal secara etimologi, passion diidentikan dengan penderitaan (to suffer, endure, hurt). Jadi jika ingin mengembalikan pada makna semula, seseorang dikatakan memiliki passion jika ia berani menghadapi resiko kesusahan atau rasa sakit untuk melakukan hal tersebut. Sekarang barulah masuk akal mengapa passion membantu seseorang untuk tetap bertahan; tekun melakukan sesuatu di sela-sela jatuh bangun dan komentar tidak mengenakkan. Jadi, bukan

26

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

tentang kegiatan atau bidangnya yang berlabel menyenangkan, tetapi individunya yang memiliki minat dan berani untuk ditempa.

Lalu apa yang bisa dilakukan oleh anak muda dengan passion? Banyak! Dengan passion, anak muda dapat melakukan tindakan-tindakan positif yang berkaitan dengan passion masing-ma­sing. Gerakan yang dilakukan dapat menggunakan medium offline atau pun online. Contoh-contoh kegiatan yang mempromosikan kebaikan sesungguhnya sudah banyak. Terdapat banyak komunitas dan or-

ganisasi yang bergerak di bidang lingkungan, kesehatan, HAM, politik, dan lainnya. Anak muda juga dapat melakukannya secara individu dengan mengunggah karyakarya yang berkonten positif dalam bentuk lagu, puisi, atau gambar. Namun demikian, meski sudah banyak gerakan anak muda, nyatanya Indonesia (masih) memiliki banyak masalah. Tipe penyelesaian masalah di negara ini tidak mungkin diselesaikan hanya dengan satu solusi. Oleh Karena itu, dukungan dari publik, khususnya anak muda, menjadi sangat pen­ ting. Ya, anak muda harus ikut ambil andil.


Cover Story

Anak Muda:

Perjuangan Dengan k r e a t i f i t a s

Oleh: Emilia Tiurma Savira Alumni S1 Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Foto: Amelia Tiurma Savira

Jejak perjuangan anak muda sudah ada sejak sebelum kemerdekaan. Sumpah Pemuda tahun 1928 men­ jadi satu contoh konkret peran anak muda yang mendorong ke­ majuan bangsa. Namun, yang di­ maksud dengan perjuangan tidak berhenti pada koridor politik dan organisasi saja. Anak muda yang memilih medium kesenian seper­ ti musik, seni rupa, sastra, akting dan sinematografi juga sudah ba­ nyak dilakukan untuk membangun nilai-nilai positif dan semangat dari masa ke masa. Kritik-kritik sosial dikemas dalam suatu karya yang bisa diterima dengan lebih mudah oleh publik. Perjuangan kreatif ini ti­ dak berhenti dalam masa pra-­ kemerdekaan hingga Orde Baru saja. Lagi pula, dari masa ke masa selalu ada hal yang diperjuangkan, dan anak muda tidak pernah absen dalam catatan sejarah perjuan­ gan tersebut. Problematika masa kini jelas-jelas masih ada di depan mata. Hoax, intoleransi, ketidakpa­ tuhan dalam berlalu lintas, buang sampah sembarangan diketahui tapi diabaikan. Masalah-masalah lain dapat juga ditemukan dalam kehidupan sehari-hari menjadi

panggilan bagi anak muda untuk ikut bertindak. Tetapi perjuangan menjadi bisu jika tidak diimplementasikan dalam aksi-aksi konkret. Anak muda tidak perlu merasa tertekan dengan istilah ‘perjuangan’, karena sesungguhnya setiap orang memiliki cara tersendiri dalam berjuang. Ada teman-teman di bidang kesenian, olah raga, dan peserta olimpiade ilmu pengetahuan yang berjuang agar merah putih berkibar di kancah internasional. Ada teman-teman yang aktif menulis untuk mengajak pembacanya tidak mudah termakan hoax dengan menumbuhkan sikap kritis. Ada juga teman-teman yang menyukai kegiatan berdiplomasi yang berjuang merepresentasikan Indonesia dengan baik. Teman-teman yang berjuang dengan memberikan buku-buku kepada mereka yang memiliki keterbatasan pada akses pendidikan juga ikut mengibarkan merah putih di hati anak-anak. Intinya, passion akan sangat membantu dalam melaksanakan aktivitas yang tentu tidak melulu berjalan mulus. Yuk, bergerak untuk Indonesia yang lebih baik dengan passion-mu! Art For Good

27


PERSEBARAN KOMUNITAS TURUNTANGAN

28

DI

DAERAH

28

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

Gerakan TurunTangan semakin meluas. Para relawan tumbuh dan bergerak bersama untuk menyelesaikan masalah sekitar. Mereka bergerak karena hati nurani. Mereka sadar, satu gerakan kecil yang dilakukan akan menciptakan perubahan besar untuk Indonesia di masa depan. Bukan lagi saatnya berkoar, saatnya beraksi, mari turun tangan.


Pidie, Aceh, Lhokseumawe, Langsa, Binjai, Medan, Subulussalam, Pekanbaru, Palembang, Banten, Jakarta, Bandung, Cirebon, Kuningan Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Jember, Banjarmasin, Tanah Bumbu, Makassar, Parigi, Kendari, Palu, Sidoan, Tinombo, Ambon

Art For Good

29


The Movement

30

Kabar Relawan - Edisi 2 2017


The Movement

!

TurunTangan Update Mengisi Kebaikan di Bulan Ramadhan

Foto: Andi Angger Sutawijaya

Bulan ramadhan dikenal sebagai bulan yang penuh rahmat. Hal itu membuat banyak orang terpacu untuk melakukan kebaikan dan menolong sesama. Tak terkecuali dengan relawan TurunTangan. Di berbagai daerah, mereka menggelar bakti sosial. Di Pidie, relawan TurunTangan menggelar agenda Ramadhan Saweu Gampoeng di Masjid Raudhaturrahman, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Selasa (20/6). Rangkaian kegiatan yang diselenggarakan yaitu bakti sosial, santunan 40 anak yatim, dan buka bersama. Aksi ini juga dijadikan momentum oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Pidie untuk menggelar aksi donor darah dalam rangka memenuhi kebutuhan stok

darah selama ramadhan. Di Medan, relawan TurunTangan membuka donasi “Paket Berkah Ramadhan”, yang disalurkan kepada anak-anak jalanan, panti asuhan, sekolah dan masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk

mukena, peci, dan sarung. Di Banten, relawan TurunTa­ ngan mengadakan buka bersama dan santunan anak yatim piatu di SDI Ruhul Amin, Sabtu (10/6). Se­ lain itu, acara diisi dengan, sharing session, games dan tausiah. (ysn)

Foto: Muhak

Art For Good

31


The Movement

Memperingati Hari Kemerdekaan Setiap tanggal 17 Agustus, relawan TurunTangan memperingati hari kemerdekaan dengan upacara dan berbagai lomba. Hal ini dilakukan untuk mengingat kembali jasa para pahlawan Indonesia dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Seperti yang dilakukan relawan TurunTangan Jakarta. Mereka menggelar berbagai perlombaan khas 17-an di Kampung Dao, Jakarta Utara. Acara semakin terlihat semarak, karena para relawan mendekorasi kampung dengan nuansa merah putih. Kegiatan yang sama juga dilakukan oleh relawan TurunTa­ ngan Aceh. Mereka mendekorasi sekolah dengan nuansa merah putih dan menggelar berbagai perlombaan di SDN Rumpet. Berbeda dengan relawan TurunTangan Jakarta dan Aceh, relawan TurunTangan Palu memperingati hari kemerdekaan dengan mengunjungi salah satu monumen

Foto: Falin Nur Alisa

32

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

sejarah yang ada di Kota Palu yak­ ni Gedung Juang. Sementara itu, TurunTangan Parigi, komunitas TurunTangan yang belum lama ini terbentuk, melakukan upacara bendera di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Desa Jononunu, Ke­ camatan Parigi Tengah, Kabupaten Parigi Moutang, Sulawesi Tengah. Tepat di hari kemerdekaan Indonesia, TurunTangan Lhokseu­ mawe terbentuk. Selama dua ta­ hun, komunitas TurunTangan ini berkiprah dan mengabdi kepada masyarakat. Memperingati hari jadinya itu, relawan TurunTangan Lhokseumawe mengadakan kegia­ tan Jalan-Jalan Relawan di SDN Uning Baro, Kecamatan Gajah Putih, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Sabtu-Minggu (18-19/8). Dengan mengusung tema “Berbagi Mimpi dan Inspirasi Anak Negeri”, para relawan berbagi inspirasi ke­ pada anak-anak di sekolah terse­ but. (ysn)

Foto: Falin Nur Alisa


The Movement

Turun Tangan Bersama Selesaikan Masalah Pendidikan

Foto: Oktarian Dwi Saputra

Bicara masalah pendidikan di Indonesia takkan ada habisnya. Dari masalah kurikulum, tenaga pendidik, biaya sekolah, ujian nasional sampai kerusakan fasilitas sekolah. Masalah-masalah tersebut takkan pernah selesai jika kita hanya menggerutu, menjadi penonton dan berpangku tangan. Menyadari itu, relawan Turun-

Tangan berusaha menyelesaikan masalah pendidikan di daerahnya masing-masing. TurunTangan Binjai dan Palembang misalnya. Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei, TurunTangan Binjai menggelar Peran Binjai 2017 (Pagelaran Kreasi Anak Binjai 2017). Adapun kegiatannya adalah lomba me-

Menciptakan Generasi Melek Politik

pembicara Rene Suhardono. Masih mengangkat tema yang sama, diskusi GMP diadakan kembali di @america, Mal Pasific Place, Jakarta, Sabtu (27/5). Acara tersebut menghadirkan Direktur Esekutif Centre for Strategic and

TurunTangan mencanangkan se­ buah gerakan edukasi politik yang bertujuan membuat generasi mile­ nial tidak lagi apatis politik. Ger­ akan itu adalah Generasi Melek Politik (GMP). Kegiatan GMP diawali den­ gan diskusi – diskusi politik yang menarik minat anak muda. Pada April lalu, tema diskusi yang diang­ kat adalah “Ready to Get Political: Why Is It matters for the Youth?” Dis­ kusi itu diadakan di Kantor Qlue, Jalan Pejaten Barat No. 13, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sab­ tu (20/4), dengan menghadirkan

warnai dan penampilan bakat dari siswa-siswi sekolah serta komunitas di Kota Binjai. Setelah sukses menggelar Peran Binjai 2017, TurunTangan Binjai kembali mengadakan kegiatan untuk meningkatkan peran dan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan. Yaitu One Day Voluntary, di mana relawan seharian me­ luangkan waktu untuk belajar dan bermain permainan edukatif bersama anak-anak Kampung Padang, Langkat. Sementara itu, dalam rangka memperingati Hari Buku Sedunia dan Hari Pendidikan Nasional, TurunTangan Palembang menghelat acara Baur Kata 2017, di Palembang Icon 3, Minggu (7/5). Selama acara berlangsung, berbagai kegiatan ditampilkan seperti hiburan musikal puisi, intrumen biola, indonesia menari serta bincang buku bersama penyair Arco Transep dan penulis Fido Wiratmoko. (ysn)

International Studies (CSIS) Philips J Vermonte, Ekonom dan Politikus Faisal Basri, Pengamat Hubungan Internasional Suzie Sudarman, dan Social Media Influencer Marco Ivanos. (ysn)

Foto: Reiner

Art For Good

33


The Movement

Meluas dan Bertumbuh

Kini semakin banyak relawan yang “lahir� dan menunjukan kepeduliannya untuk mengatasi masalah lingkungan maupun sosial. Hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya jaringan relawan TurunTangan dari berbagai daerah di Indonesia seperti relawan TurunTangan domisili Cirebon dan Jember, sedangkan di Palu TurunTangan hadir di Tinombo, Parigi, dan Sidoan. (Nisafu)

Foto: Dok. TurunTangan Jember

Foto: Dok. TurunTangan Parigi

Foto: Dok. TurunTangan Cirebon

Turun Tangan

Berbagi

34

Meski Indonesia sudah merdeka selama 72 tahun, masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Untuk makan sehari-hari mereka masih kesulitan. Relawan TurunTangan Yogyakarta tidak tinggal diam, turun tangan menyelesaikan masalah tersebut dengan membuat Gerakan Sarapan Pagi. Kegiatannya berupa bagi-bagi nasi kepada orang-orang sekitar yang membutuhkan di hari jum’at setiap dua minggu sekali. Kepedulian terhadap orang yang tidak mampu, juga ditunjukkan oleh relawan TurunTangan Malang. Mereka menggalang donasi untuk membantu veteran yang kurang mampu di Kota Malang. (ysn)

Foto: Rizka Nur Amalia

Kabar Relawan - Edisi 2 2017


The Movement

gathnas

Art For Good

35


The Movement

Profil Project RW MENANAM Bertani di Kota itu MUDAH Oleh Rizky Prahaya

Awal 2017 harga bahan pa­ ngan menjadi salah satu berita uta­ ma di hampir semua media massa, khususnya kenaikan harga cabai yang melambung tinggi. Harga pangan yang fluktuatif mengan­ cam kesejahteraan masyarakat se­ hingga pemerintah berusaha keras mengatasi masalah ini. Terhadap masalah kenaikan cabai, Menteri Perdagangan En­ ggartiasto Lukita mengimbau masyarakat untuk menanam cabai sendiri di pekarangan rumah. Ini sebagai solusi untuk menjaga harga cabai tetap stabil. Dengan cara ini, masyarakat akan menjadi mandiri, tidak tergantung dengan

36

Judul Majalah

Foto: Imang Jasmine

suplai cabai dan harga cabai di pa­ saran pun terjaga. Menanam cabai cukup mudah dan cepat. Selain itu tidak membu­ tuhkan lahan luas. Cara ini cocok diterapkan di pedesaan maupun perkotaan yang memiliki masalah sempitnya lahan. Urban farming muncul sebagai solusi efektif yang memiliki banyak manfaat. Selain mandiri dalam pangan, urban farming bisa mengatasi masalah polusi dan gaya hidup yang tidak sehat. Mendukung pemerintah, TurunTangan membuat program urban farming, “RW Menanam”. RW Menanam adalah sebuah inisiatif sederhana untuk mengkampa­


The Movement

Foto: Imang Jasmine

nyekan gerakan menanam di ibukota dengan memanfaatkan pekarangan yang minimalis. Turun Tangan berusaha mengajak masyarakat di lingkungan padat penduduk untuk terlibat dalam pertanian perkotaan. Syarat mengikuti program ini adalah setiap RW memiliki pekarangan yang minimalis. Minimal berukuran 4x5 m². Mereka juga harus memiliki lima penggerak yang akan menjalankan urban farming di daerahnya selama program berlangsung. Untuk teknik penanamannya menggunakan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique). Selain menanam

cabai, masyarakat diajak menanam sayur-sayuran yang cepat tumbuh seperti sawi, kangkung, bayam, dan tomat. Program RW Menanam telah berlangsung Maret lalu. Ada 45 RW yang mendaftar. Setiap RW mendapatkan bibit tanaman dan peralatan secara gratis. Penyera­ han peralatan telah dilakukan secara simbolis kepada ketua RW pada 25-29 Maret 2017. Setelah itu ada monitoring dan pelatihan cara menanam dengan teknik hidropo­nik, polybag, dan vertikultur.

Art For Good

37


The Movement

Kolaborasi

Sambut Semangat Baru di

Welcoming Party

Foto: Dok. TurunTangan Jakarta

TurunTangan Jakarta Denyut semangat Turun Tangan Jakarta setelah lama redup kini kembali berpendar. Welcoming Party yang diselenggarakan pada Minggu (30/4) menjadi hari yang mungkin akan terus diingat jika kelak TurunTangan Jakarta berhasil berdiri sebagai komunitas yang konsisten bergerak untuk Indonesia. Wajah-wajah baru hadir di antara relawan-relawan lama TurunTangan Jakarta. Di antara wajah-wajah baru yang hadir tersebut terselip harapan hadirnya semangat baru yang akan menularkan semangat “turun tangan” pada lebih banyak orang di tanah air ini.

38

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

Ada sekitar dua puluh tujuh relawan baru yang hadir saat Welco­ ming Party. Mereka sebagian besar berdomisili di Jakarta. Sisanya rela hadir jauh-jauh dari Bogor dan daerah sekitar Jakarta. Salah satu dari mereka adalah Abdul, seorang pengajar dari SD IT Citra Nuansa. “Weekend ini seharusnya saya di rumah bersama istri, kebetulan istri saya sedang mengandung. Tapi saya sangat semangat hadir ke Welcoming Party karena saya ingin kelak menularkan semangat turun tangan di Bogor. Syukur­ nya didukung oleh istri saya,” ujar Abdul ketika ditanya alasan hadir

ke Welcoming Party Turun Tangan Jakarta. Welcoming Party merupakan salah satu rangkaian dari open recruitment (oprec) Turun Tangan Jakarta. Sejak dua tahun ke belakang, oprec kali ini hadir dengan format yang berbeda. Jika sebelumnya oprec dilakukan secara mandiri oleh project-project di bawah naungan Turun Tangan Jakarta (Kelas Negarawan Muda dan Rumah Belajar Rawamangun), kali ini dilakukan secara satu pintu melalui TurunTangan Jakarta. “Mekanisme oprec seperti ini dibuat agar relawan peduli bahwa project-project


The Movement

Foto: Dok. TurunTangan Jakarta

itu berada di bawah Turun Tangan Jakarta dan mereka punya rasa kepemilikan di TurunTangan Jakarta,” terang Koordinator TurunTangan Jakarta Fauzan Martak. Setiap kali melakukan oprec relawan, komitmen dan loyalitas memang menjadi dua hal yang selalu diuji. Seleksi alam memang tidak bisa dihindari. Untuk menantang komitmen dan loyalitas relawan baru, disisipkan acara diskusi kelompok yang bertujuan untuk merangsang ide-ide gerakan di TurunTangan Jakarta. “Jadi mereka dibagi dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari satu atau dua orang. Setelahnya mereka akan didampingi untuk membuat satu ide gerakan. Mulai dari yang kecil-kecil dan mungkin untuk direalisasikan dalam dua minggu ke depan,” ujar Penanggung Jawab Bidang Manajemen Sumber Daya Relawan Anindya Destri Puspitasari. Relawan terlihat antusias dan semangat dalam menyusun gerakan bersama pendampingnya. Dalam dinamika kelompok yang terjadi, mereka secara tidak langsung melakukan pendekatan satu sama lain. Terbukti, saat presentasi gerakan, beraneka ragam gerakan berhasil diinisiasi, seperti kelas diskusi

Foto: Dok. TurunTangan Jakarta

untuk kaum milenial, mengambil video social experience di Taman Suropati, gerakan blokade trotoar untuk tertib lalu lintas, berkolaborasi dengan Rumah Belajar Rawamangun, melakukan sosialisasi HIV/AIDS di Rawamangun, lapak bacaan dan kantong kreativitas. “Bagian yang paling berkesan kemarin itu waktu pembagian kelompok dan diskusi gerakan. Kita jadi semakin kenal satu sama lain, tidak putus komunikasi setelah Welco­ ming Party kemarin karena setelah ini kita harus merealisasikan gerakan yang sudah kita susun,” ujar Adit, salah satu relawan baru Turun Tangan Jakarta. Selain bagi relawan baru, rangkaian oprec Turun Tangan Jakarta

ini juga semakin mendekatkan relawan lama. Salah satu relawan lama, Dhana berujar, “Saya senang ada di sini hari ini. Sebelumnya saya lama menghilang dan sekarang kembali lagi bergabung sama TurunTangan Jakarta,” ujar Dhana saat perkenalan relawan Turun Tangan Jakarta. Semoga dari total 127 relawan yang mendaftar data oprec, minimal setengah dari mereka konsisten memberikan kontribusinya untuk TurunTangan Jakarta dan masyarakat Jakarta. Dengan metode welcoming seperti ini, cita-cita menjadikan TurunTangan Jakarta sebagai inkubator untuk gerakan baik anak muda Jakarta menjadi impian yang niscaya. (Diana)

Art For Good

39


.Be .Better .You

sumber: www.facebook.com/pg/AdjieSantosoputroPage ilustrasi: Ahmad Syauqi

Seni Menjalani Hidup Oleh: Adjie Silarus Street Meditation Evangelist

40

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

Sebagai manusia yang hidup di masa kecepatan dan kepastian disanjung berlebihan, saya be足 rusaha melakukan segala sesu足 atunya secepat mungkin dan me足 rencanakan masa depan supaya sesuai keinginan saya. Mengayun足 kan langkah menapaki perjalanan kehidupan dengan laju hidup yang tidak terlalu pelan dan memilih

arah yang dituju memang masih diperlukan. Ketika itu sudah berlebihan, keindahan hidup menjadi lenyap. Setiap pergerakan terasa membosankan. Mengapa saya melakukan ini kalah cepat daripada dia? Di mana kenyataan yang sesuai dengan harapan saya? Bagaimana bisa rencana yang sudah matang sekejap


jadi berantakan sedemikian rupa? Suatu hari, karena saya suka seni, saya meluangkan waktu un­ tuk melihat pertunjukan seni. Dan waktu itu pertunjukan yang saya tonton adalah pertunjukan seni tari. Seni yang menggunakan ger­ akan tubuh secara berirama itu untuk keperluan mengungkapkan perasaan pasrah antara kedua orang yang saling jatuh cinta. Ta­ rian itu begitu terasa merupakan perpaduan dari beberapa unsur yaitu raga, irama, dan emosi. Ketika menikmati pertunju­ kan tersebut, dalam keheningan pikiran, saya perlahan menyadari. Penari yang begitu indah gem­ ulainya bukanlah penari yang menampilkan gerakannya paling cepat. Melainkan penari yang begi­ tu menghayati setiap gerakan ang­ gota tubuhnya. Penari yang dianggap mahir itu juga bukanlah penari yang sebelum menari, ia sudah mampu menen­ tukan di bagian panggung sebelah mana posisi kakinya terakhir akan dijejakkan. Penari tidak diwajibkan memiliki kemampuan untuk me­ mastikan “tujuan terakhir” posisi kakinya ada di mana. Ia menari ha­ nya untuk menari saja. Di ranah seni tarik suara ternyata juga begitu. Penyanyi yang bagus itu bukanlah penyanyi yang asal menyanyikan lagunya paling cepat. Juga bukan penyanyi yang pada saat dia menyuarakan nada pertama, ia sudah memikir­ kan nada terakhir. Tapi penyanyi yang mampu menghayati setiap nada yang dilantunkan semerdu mungkin. Karenanya, saya diingatkan kembali bahwa hidup ini bukan­ lah pertandingan adu kecepatan.

Meski sekarang ini banyak orang bergerak kesetanan. Namun, untuk menjaga kewarasan sebagai manusia, hidup ini sepantasnya dipahami sebagai seni. Iya, hidup ini adalah seni. Serupa dengan ungkapan, “Earth without art is just “eh”” Semenjak itu, kalau saya diminta untuk memilih yang saya pelajari dalam hidup ini, dua di antaranya yang akan saya pilih adalah belajar bersabar, tidak tergesa-gesa, dan belajar mengikhlaskan tujuan. Mahatma Gandhi yang jadi salah satu orang paling berpe­ ngaruh dalam proses pergerakan kemerdekaan India pernah berkata, “Ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam hidup ini, selain hanya menjalaninya dengan tergesa-gesa.” Sejujurnya, nasihat ini begitu menampar manusia-manusia modern yang akrab dengan ungkapan, “lebih cepat lebih baik”. Seperti orang yang berlari sangat kencang. Ia akan lebih mudah jatuh terjungkal. Kalau tidak pun, ia akan mudah melewatkan keindahan pemandangan sekitar di sepanjang perjalanan. Sekarang ini memang pilihan di tangan masing-masing. Demikian juga saat bersama keluarga dan orang-orang tercinta. Apakah ingin menikmati waktu bersama­ nya de­ ngan tergesa-gesa, bersama tapi sebenarnya pikirannya ke mana-mana, atau dengan perlahan bersabar, sepenuh hati menghayati kebersamaan yang terjalin, se­utuhnya bersama? Dengan kata lain, pelajaran yang didapatkan adalah, di dalam kesabaran, tersimpan cinta yang begitu penuh de­ ngan keindahan. Untuk itu, kalau pada suatu

hari saya dianggap sebagai orang yang tidak suka tergesa-gesa, maka saya akan langsung bersyukur. Kalau pada suatu hari saya melihat masa lalu saya sendiri dan ternyata saya jarang menentukan tujuan-tujuan yang pasti, tentu saya juga akan bersyukur. Sudah sewajarnya jika hidup ini dirayakan tidak de­ngan tergesa, juga tidak terikat pada tujuan. Rasanya, hanya de­ ngan cara itulah hidup ini indah untuk dijalani. Salah satu kewajiban manusia setelah diberi berkah kehidupan ini adalah belajar untuk tidak tergesa dan mengikhlaskan keinginan. Sekali lagi saya mengingatkan sebuah pesan indah, yaitu hidup ini adalah seni, butuh kesabaran dan kebebasan. Dulu, saya sempat menduga, kesabaran dan tidak punya tujuan pasti tak akan membawa saya ke mana-mana. Dan sebagai makhluk sosial, saya akan merasa bersalah ketika bersikap berbeda diban­ dingkan sikap kebanyakan orang. Rupa-rupanya kesabaran dan mengikhlaskan tujuan itu terus dibutuhkan. Bahkan seperti pelajaran yang terus berulang dengan sengaja karena si murid belum berhasil-berhasil memahaminya sepenuh hati. Perlahan dan menikmati setiap langkah, bukan bergelisah akan tujuan, adalah cara indah untuk menjalani hidup. Perlahan yang dimaksud di sini bukan karena malas, tapi lebih karena menyadari bahwa selalu ada yang layak disyukuri di setiap waktu yang berdetak. Supaya mampu bergerak le­bih terarah, mari kurangi laju hidup masing-masing, karena kita sudah melewati batas kecepatan. Art For Good

41


Desain untuk Kebaikan Oleh: Ahmad Syauqi

sumber: Behance.net

Membuat Komik

Banyak sekali permasalahan yang menimpa umat manusia saat ini. Seperti permasalahan lingkungan, sampah, pemanasan global, toleransi, kelaparan dan konflik berkepanjangan di beberapa Negara. Hal inilah yang menuntut manusia untuk bersatu, saling merangkul dalam menyelesaikan masalah. Tidak sebatas pemimpin negeri, orang-orang yang bekerja di pemerintahan, tapi semua profesi. Baik ibu rumah tangga, guru, musisi, tenaga medis, pengusaha, tukang parkir, supir, mahasiswa, pelajar dan lain-lain, turut membantu dalam melakukan perubahan

de­ ngan caranya masing masing, seperti membuat posko kesehatan gratis, perpustakaan keliling, sekolah jalanan ataupun sekedar menggalang dana. Lalu bagaimana dengan seorang desainer? Biasanya para desainer cenderung memilih untuk berkarya sesuai imajinasi mereka tanpa adanya aturan dalam berkarya. Padahal banyak yang bisa dilakukan oleh desainer untuk membantu orang-orang di sekitarnya. Berikut empat hal yang bisa menginspirasi kamu para desainer untuk melakukan kebaikan.

sumber: www.instagram.com/micecartoon.co.id

Komik bisa menjadi sarana pe­ nyampaian aspirasi yang mudah juga. Jadi, buat kamu yang suka membuat komik pendek, kamu bisa menggunakan media ini sebagai sarana berbuat kebaikan. Seperti membuat komik strip di media so­ sial mengenai evaluasi pemerintah, kebebasan berpendapat dan se­ bagainya. Cara ini juga dilakukan oleh komikus legenda Muhammad ‘Mice’ Misrad. Dia banyak mem­ buat komik satir untuk salah satu koran nasional untuk menyam­ paikan kekhawatirannya dalam permasalahan politik dan sosial.

42

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

sumber: www.instagram.com/micecartoon.co.id


sumber: Behance.net

Poster yang Mengangkat Berbagai Isu Desain Poster? Jika kamu merasa spesialismu di jenis desain potrait ini, kamu bisa mengangkat sebuah isu yang sedang booming ataupun yang tidak terangkat di publik, lalu mengemasnya dalam desain poster. Membuat desain tanpa client tak hanya sebuah kesenangan saja, tetapi juga menyadarkan banyak orang akan permasalahan yang sedang terjadi. Seperti pada poster diatas ini.

Mural Sebagai Ladang Aspirasi

Mural bisa digunakan untuk menyampaikan aspirasi terkait ketidakadilan. Kalau kamu mau mengkritisi dan menyampaikan teguran sosial, kamu bisa menggunakan mural sebagai medianya. Pesan yang terkandung dalam mural yang kamu buat mampu didengar oleh semua orang yang melihatnya.

sumber: www.google.com

sumber: www.google.com

Itulah empat hal yang bisa dilakukan desainer untuk kepentingan banyak orang. Mudah bukan? Bisa menambah portofolio juga. Mungkin hasil materi yang kamu dapat tidak sebanding dengan apa yang kamu kerjakan seperti project desain komersil. Hanya saja dengan memanfaatkan nilai seni dalam diri kamu untuk kebaikan, itu jauh lebih berharga.

Art For Good

43


INSOMNIAK Cafe

Tempat Ngopi

Produktif Oleh: Yusnaeni Foto: Fauzan Arrasyid

Sudah tak lagi zamannya ngopi-ngopi cantik. Saatnya diskusi produktif. Imsoniak Cafe menyediakan ruang bagi kamu untuk menyampaikan ide dan gagasan serta menjadi penghubung diskusi antar aktivis gerakan/komunitas. Insomniak Cafe resmi dibuka pada 24 Maret 2017. Kafe ini terletak di Jalan Tarumanegara, Ciputat, Tangerang Selatan, dekat dengan Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Owner Insomniak Cafe Fauzan Arrasyid menjelaskan Imsoniak didedikasikan untuk gerakan yang bergerak di bidang sosial dan keilmuan, untuk mendukung organisasi dalam meningkatkan partisipasi publik agar terlibat turun tangan ambil bagian menyelesaikan masalah Indonesia. “Sharing ide dan gagasannya bisa dimulai di Insomniak,” kata penggerak TurunTangan Banten ini.

Saat ini banyak komunitas sosial yang baru terbentuk dan membutuhkan ruang sebagai basecamp untuk mendukung terealisasinya program sosial yang berkualitas. Sayangnya belum ada community space yang mempertemukan para penggerak sosial dari berbagai lintas gerakan. Kondisi ini menyebabkan para pegiat sosial bergerak secara parsial dan tidak terhubung. Insomniak Cafe diperuntukkan untuk komunitas sehingga bisa

44

Kabar Relawan - Edisi 2 2017

mempertemukan komunitas satu dengan lainnya. Insomniak Cafe menyediakan fasilitas mini stage untuk gerakan/ komunitas yang ingin membuat acara di kafe. Dilengkapi dengan sound system, infocus, jaringan internet (Wi-Fi), dan Handy-Talky (HT). Semuanya dapat dimanfaatkan secara gratis. “Juga tanpa minimum order bagi yang meeting berlama-lama di Insomniak,” ungkapnya.

Kafe ini dibuka mulai pukul 12.00 WIB hingga pukul 2.00 WIB, setiap Senin sampai dengan Sabtu. Tak hanya kopi, Insomniak juga menawarkan menu-menu khas nongkrong seperti teh, susu, jus, olahan pisang, mie, kentang goreng, nasi goreng dan sosis. Setiap malam minggu, pengunjung juga dapat menikmati hiburan berupa live music dari band-band lokal. “Kami juga pernah membuat festival band di sini,” ujarnya.


The Movement

Art For Good

45


“Seni sama pentingnya dengan matematika, seni memanusiakan manusia, seni menciptakan rasa empati.� Wahyu Aditya

Animator Indonesia


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.