
3 minute read
SCROLL TERUS, Jiwa Tergerus
tentang medsos dan mental health
Media sosial kini jadi bagian besar hidup kita. Mulai dari mencari hiburan hingga berburu informasi, semuanya tersedia di ujung jari. Tapi, ada dampaknya yang sering luput kita sadari, yaitu kesehatan mental.
Yuk, kita bahas bagaimana media sosial memengaruhi pikiran dan perasaan kita.
Algoritma Yang Bikin Candu, Comparison Trap Jadi Pelengkap
Kawan Tular Nalar, pernah gak sih, pingin rasanya berhenti tapi jari terus saja scrolling? Nah, algoritma media sosial memang dirancang untuk membuat kita betah. Hal ini membuat screentime bertambah tanpa sadar. Semakin lama kita terpaku, semakin besar dampaknya pada pola tidur dan konsentrasi. Bayangkan, apa yang bisa kita lakukan jika waktu itu digunakan untuk hal lain. Ketika kita menyukai atau menghabiskan beberapa detik lebih lama saat menonton reels atau video pendek, algoritma berjalan. Kecerdasan buatan alias AI nya akan memilihkan tayangan selanjutnya yang kemungkinan bakal kita sukai juga.
Algoritma juga yang memenuhi feed media sosial kita penuh dengan foto liburan, karier cemerlang, dan senyum bahagia dari akun lain. Ini sering juga membuat kita berkhayal dan membandingkan diri dengan orang lain. Akibatnya, muncul rasa kurang percaya diri atau bahkan iri hati. Riset menunjukkan, terlalu banyak scrolling dapat memicu stres dan kecemasan. Tak heran jika fenomena ini disebut sebagai comparison trap.
Semakin geram, semakin kita scrolling, semakin gencar pula algoritma menyodori hal serupa. Pun ketika kita sedih, atau kehilangan semangat. Tanpa sadar, kita menyukai “kata-kata bijak” dari seseakun, atau membagikannya di story, “Wah, relate banget ini sama aku”. Alih-alih cari hiburan, malah terus-menerus disodori postingan-postingan penuh depresi, kekalutan, serta emosi
FOMO Adalah Pressure Tak Kasat Mata
Ketika kita coba untuk menjauh dari gadget, rasanya gatal sekali untuk buka feed, intip status kawan, atau yah kembali scroll-scroll tanpa kejelasan. Itulah FOMO, Fear Of Missing Out. Walau kita kadang beranggapan, “ah gak juga, aku gak kepo kok ini iseng doang”, tapi itu salah satu ciri bahwa di bawah sadar, kita takut tertinggal kabar atau hype yang terjadi di dunia maya. Kita takut ketinggalan tren, tapi malah melupakan prioritas di dunia nyata. Akhirnya, fokus kita kacau dan real-life jadi terganggu. Riset juga menunjukkan, FOMO berkaitan erat dengan perasaan gelisah dan tidak puas
Bijak Bermedia-sosial, Tetap Sehat Mental
Kawan Tular Nalar, seharusnya media sosial bukanlah sesuatu yang menakutkan. tapi tentu perlu bijak menggunakannya.
Batasi waktu layar dan jangan ragu untuk unfollow akun yang membuat stres. Ciptakan lingkungan digital yang positif dan mendukung. Pilihlah untuk lebih fokus kehidupan di dunia nyata dan aktivitas menyenangkan lainnya.
Dengan begitu, media sosial bisa menjadi teman, bukan ancaman.
Kawan Tular Nalar, mari kita renungkan bagaimana media sosial bisa begitu mempengaruhi hidup kita.
Mulai sekarang, yuk asah pemikiran kritis agar lebih bijak dan mawas diri saat online. Karena jiwa yang sehat adalah kunci untuk menikmati hidup sepenuhnya!
Kawan Tular Nalar, pernah mendengan tentang detoxdigital? Simak infografisnya yaa!
