
2 minute read
TAK KENAL, MANA BISA SAYANG?
by.Citra Pratiwi
Kawan Tular Nalar, pernahkah kamu merasa lelah dengan hiruk-pikuk politik? Kalau iya, kamu gak sendirian!
Data dari beberapa lembaga survey ternama menunjukkan golput alias abstain di Pilkada Jakarta mencapai 40-42%. Pilwalkot Medan malah menembus angka di atas 50%!
Meski angka ini tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk seluruh Nusantara, tapi ya, tetap bikin prihatin, kan? Tentu banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari ketidakpuasan terhadap calon, cuaca jelek yang bikin malas keluar rumah, (bahkan di beberapa daerah ada bencana alam!) sampai kendala domisili alias pindah memilih Tapi yang paling miris, banyak golputers beranggapan, "siapapun yang terpilih, tetep aja kita mah gini-gini aja!"
Wah, kalau sudah begitu, berat gak sih?
Sebentar... kita sruput kopi dulu sambil atur napas.
Suara Tak Sah: Kocak Tapi ...
Lanjut, Kawan Tular Nalar. Di Banjarbaru, suara tidak sah malah lebih banyak daripada suara sah setelah dihitung Di wilayah lain pun tingkat suara tidak sah cukup tinggi dibanding periode-periode sebelumnya
Kok bisa? Kalau saya perhatikan, selain memang kurangnya pemahaman cara memilih, ada juga faktor kesengajaan.
Saya pernah iseng bertanya ke kawan di medsos
Dia posting foto jari ungu dan menulis caption "saya tim adil aja, ah" diikuti emoticon tertawa Eh, ternyata dicoblosnya semua gambar calon di kertas suara. Ya iya adil semua dipilih, tapi gak gitu juga konsepnya. Kocak, sih... cuma ya sayang juga, kan? Suara yang seharusnya bisa jadi penentu malah terbuang percuma Ingat, itu juga berarti uang rakyat jadi sia-sia
Apatis Atau Kritis?
Tingginya angka golput dan suara tidak sah ini tentu jadi citra negatif terhadap iklim politik kita. Senada dengan pendapat beberapa pemerhati politik di tanah air, ini adalah protes keras dari rakyat pada sistem yang berjalan di Indonesia Tidak dipungkiri ada saja yang memang malas atau istilahnya “bomat” alias bodo amat dengan masa depan negara kita, sih Nah, menurut Kawan Tular Nalar, bagaimana nih yang seperti ini? Yuk, kirimkan pendapat kamu ke email tularnalar.id@gmail.com, ya! Ada hadiah buat kamu yang terpilih untuk dimuat pendapatnya di buletin edisi yang akan datang
Harapan saya sih, semoga pemerintah peka dan segera berbenah. Analisa apa akar masalahnya, kenapa ini bisa terjadi, dan bagaimana cara memperbaikinya. Mudah-mudahan di masa depan, dunia perpolitikan bisa lebih lebih mendekatkan diri dengan masyarakat awam. Jangan sampai kejadian lagi, "tak kenal maka tak sayang", bahkan "kenal aja gak mau, apalagi sayang".