s m a r t MINGGU PAHING
26 FEBRUARI 2017
www.tribunjogja.com
likes: tribun jogja
follow us: @tribunjogja
@tribunjogja
Menjelma Jadi
Karakter Idola
C
OSPLAY rupanya tak hanya sekedar hobi bagi Lola Zieta Azelien. Selain berkesempatan untuk menjelma jadi karakter idola, dara cantik ini kini makin percaya diri tampil di depan umum. Ketertarikan dengan cosplay sudah dialami Lola sejak duduk di bangku SMA. Namun, kesempatan untuk menjajal baru tercapai saat ia menempuh perkuliahan di ISI Yogyakarta. Pada tahun 2013, Lola pun tampil perdana dengan kostum seragam sekolah Jepang. Bermodalkan wardrobe pinjaman, awalnya Lola merasa aneh lantaran banyak orang mengajaknya untuk berfoto. Namun keseruan itu terus berlanjut pada event tahun 2014, yang menyadarkan Lola terhadap dunia cosplay. “Akhirnya aku tahu, kalau ada orang yang suka cosplay pasti akan minta foto bareng. Selanjutnya aku menikmati hobi ini, diminta senyum untuk foto-foto pun tidak kerasa pegel lagi. Kalau ada orang minta foto bareng, itu merupakan bentuk apresiasi terhadap upaya yang sudah kita lakukan untuk mewujudkan karakter tersebut,” ujar dara asli Sumatera Selatan ini. Semua hal yang berkaitan dengan cosplay, dipelajari Lola secara otodidak, termasuk cara berpenampilan hingga make up. Untuk kostum-kostum yang dikenakan, ia biasa mendapatkannya dengan membeli, memesannya melalui costum maker, atau membuat sendiri. Jika membuat sendiri, biasanya dilakukannya jika ingin
mengikuti kompetisi, karena waktu untuk menciptakan kostum tidaklah sebentar. “Semua dipelajari otodidak, tapi banyak yang ngajarin. Aku jadi semakin suka dunia cosplay. Bisa dikatakan, aku bisa menjadi seperti ini karena peran banyak pihak,” tambah dara berkulit putih ini. Cosplay sendiri berasal dari kata ‘Costum’ dan ‘Play’. Costum berarti mengenakan kostum karakter tertentu, dan Play berarti berakting menyerupai karakter yang ditampilkan. Sehingga, cosplay itu tak sekedar menampilkan baju karakter, seorang cosplayer menjelma jadi sosok tersebut. Biasanya, Cosplayer sering pilih-pilih untuk memerankan karakter-karakter tertentu yang disukainya. Namun tidak bagi Lola. Dia mengaku tidak ada patokan dalam memakai cosplay selama ia menyukai karakter tersebut. Ingin konsisten dengan karakter yang ditampilkan, Lola pun terkadang membawa sifat dan sikap karakter tersebut saat photoshoot atau performing. Namun saat menyapa orang, ia mengaku tidak akan berakting lantaran tidak semua orang mengetahui sifat karakter yang ditampilkan. “Takutnya kalau orang engga tahu, nanti aku dikira judes, padahal itu hanya akting aja. Makanya kalau ketemu orang atau selfie, aku langsung switch jadi diri sendiri,” kata perempuan kelahiran 1995 ini. Menuju Kompetisi Hobi cosplay akhirnya menuntun Lola untuk mengikuti kompetisi cosplay dan membawanya untuk menjadi perwakilan cosplay Indonesia di Tokyo. Pengalaman tak ternilai tersebut banyak memberinya pengetahuan dan dukungan untuk lebih percaya diri menggeluti dunia cosplay. Gadis yang lahir di Blitar inipun dapat melatih bagaimana cara menyikapi reaksi dari dunia maya dan dunia nyata terhadap kegiatan yang ia lakukan. “Dulu itu aku enggak bisa selfie atau main sosmed. Namun di dunia cosplay, ternyata publikasi itu penting untuk announce ke orang mengenai apa yang kita kerjakan,” papar gadis yang kini melakoni menjadi freelance graphic designer ini. (gya)
Ambil Saran Positif DUNIA cosplay sering kali menuntut Lola untuk berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuhnya. Pro-kontra pun sempat muncul seiring foto-foto cosplay yang diunggahnya ke sosial media pribadinya. “Aku punya pandangan sendiri terhadap yang kukerjakan. I love humans, and I appreciate my body. Sebagai seorang wanita, aku senang dengan fisikku,” kata sulung tiga bersaudara ini. Menanggapi argumen-argumen miring tentang dirinya, Lola pun mempersilakan orang untuk berpendapat. Ia akan memfilter semua pendapat itu untuk kebaikan dirinya. Jika ada saran-saran yang membangun, tentu ia akan jadikan motivasi dalam hidupnya. Sebaliknya, jika ada omongan negatif, ia tidak akan memikirkannya. “Statemen itu keluar dari cara berpikir seseorang, entah itu netral, mendukung atau kontra, itu menurut pendapat mereka. Kalaupun kita klarifikasi, belum tentu mengubah pemikiran mereka, nanti pelan-pelan mereka akan mengerti sendiri karena tiap orang akan melalui proses dalam hidupnya yang dapat mengubah cara berpikir,” bebernya. Ia pun juga menanggapi santai dengan
apa yang diunggah di sosial media pribadinya, yang menurutnya adalah bagian dari seni. Banyaknya followers menjadi bentuk dukungan orang-orang untuk terus melakukan kegiatannya. Bagi Lola, mereka bukan fans, Lola melihatnya sebagai pendukung yang selalu support kegiatan yang ia lakukan. “Kalau ada yang ngaku fans, kadang malah kubecandain, kenapa suka sama anak kos-kosan seperti aku,” ucapnya sambil becanda. Untuk menghargai bentuk dukungan followernya, Lola pun kini menyiapkan merchandise berupa poster yang bisa dikoleksi. Di sela kesibukannya, ia pun terus menjaga fisik agar tetap bagus jika mengenakan kostum apapun. Fisik yang bagus juga mendukung karirnya di dunia modelling. Pola hidup sehat yang mencakup tidur teratur dan olahraga tiga kali dalam seminggu pun dilakoninya. Dunia cosplay masih akan dijalaninya dengan santai. Karena berhubungan dengan hobi, ia pun tidak memasang target tinggi pada aktivitas yang dilakoninya. “Mungkin mau bikin foto dengan konsep baru, ya intinya masih seputar diri sendiri aja dulu,” tutupnya. (gya)
FOTO: TRIBUN JOGJA/BRAMASTO ADHY
9